• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN GERAKAN MAHASISWA BANDUNG TAHUN 1998 DALAM PROSES PERGANTIAN ORDE BARU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN GERAKAN MAHASISWA BANDUNG TAHUN 1998 DALAM PROSES PERGANTIAN ORDE BARU."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN GERAKAN MAHASISWA BANDUNG TAHUN 1998

DALAM PROSES PERGANTIAN ORDE BARU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh :

FAJAR ABDULLAH AZZAM

0906880

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

(2)

Fajar Abdullah Azzam, 2014

PERANAN GERAKAN MAHASISWA BANDUNG TAHUN 1998 DALAM PROSES PERGANTIAN ORDE BARU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peranan Gerakan Mahasiswa

Bandung tahun 1998 dalam Proses

Pergantian Orde Baru

Oleh

Fajar Abdullah Azzam

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Fajar Abdullah Azzam 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

Fajar Abdullah Azzam, 2014

PERANAN GERAKAN MAHASISWA BANDUNG TAHUN 1998 DALAM PROSES PERGANTIAN ORDE BARU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.4 Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.5 Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.6 Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS ... Error!

Bookmark not defined.

2.1 Kajian Pustaka ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Gerakan Mahasiswa ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2 Orde Baru ... Error! Bookmark not defined.

2.2 Landasan Teoretis ... Error! Bookmark not defined.

2.2.1 Teori Gerakan Sosial... Error! Bookmark not defined.

2.3 Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

3.1 Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.2.1 Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.2.2 Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

(5)

3.3.1 Penentuan dan Pengajuan Topik Penelitian ... Error! Bookmark not

defined.

3.3.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.3.3 Mengurus Perizinan ... Error! Bookmark not defined.

3.3.4 Persiapan Perlengkapan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.3.5 Proses Bimbingan dan Konsultasi ... Error! Bookmark not defined.

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.4.1 Heuristik ... Error! Bookmark not defined.

3.4.2 Kritik Sumber... Error! Bookmark not defined.

3.4.3 Interpretasi ... Error! Bookmark not defined.

3.4.4 Historiografi ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV GERAKAN MAHASISWA BANDUNG DALAM PROSES

PERGANTIAN ORDE BARU ... Error! Bookmark not defined.

4.1 Kondisi Ekonomi dan Politik menjelang akhir Pemerintahan Orde

Baru ... Error! Bookmark not defined.

4.1.1 Kondisi Ekonomi ... Error! Bookmark not defined.

4.1.2 Kondisi Politik ... Error! Bookmark not defined.

4.2 Aksi-Aksi Gerakan Mahasiswa Bandung Error! Bookmark not defined.

4.2.1 Aksi terhadap Krisis Ekonomi ... Error! Bookmark not defined.

4.2.2 Aksi Gerakan Mahasiswa Bandung terhadap Isu-Isu Politik ... Error!

Bookmark not defined.

4.3 Dampak Aksi-Aksi Gerakan Mahasiswa Bandung terhadap Pemerintah

... Error! Bookmark not defined.

4.3.1 Pembentukan Opini Publik ... Error! Bookmark not defined.

4.3.2 Tanggapan Pemerintah mengenai Aksi Gerakan Mahasiswa ... Error!

Bookmark not defined.

4.3.3 Aksi Besar Menjelang Pergantian Orde Baru ... Error! Bookmark not

(6)

Fajar Abdullah Azzam, 2014

PERANAN GERAKAN MAHASISWA BANDUNG TAHUN 1998 DALAM PROSES PERGANTIAN ORDE BARU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini merupakan pemaparan teknis dan langkah-langkah yang digunakan

peneliti dalam penelitian berjudul Peranan Gerakan Mahasiswa Bandung tahun

1998 dalam proses Pergantian Orde Baru. Secara umum, peneliti menggunakan

metode sejarah dalam pengkajiannya. Adapun langkah-langkahnya secara rinci

akan dijelaskan dalam paparan berikut ini.

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan peneliti adalah metode sejarah. Ismaun

menjelaskan definisi metode sejarah sebagai berikut:

Metode sejarah adalah seperangkat sarana/sistem yang berisi asas-asas atau norma-norma, aturan-aturan, prosedur, metode dan teknik yang harus diikuti untuk mengumpulkan segala kemungkinan saksi mata (witness) tentang usatu masa atau peristiwa, untuk mengevaluasi kesaksian (testimony) tentang saksi-saksi tersebut, untuk menyusun fakta-fakta yang telah diuji dalam hubungan-hubungan kausalnya dan akhirnya menyajikan pengetahuan yang terseusun mengenai peristiwa-peristiwa tersebut (2005:28).

Ada beberapa langkah yang harus diikuti untuk melakukan metode sejarah.

Langkah-langkah tersebut antara lain:

1. Heuristik

Istilah heuristik memiliki akar kata Yunani, yang artinya menemukan

(Abdurahman, 2007:64). Dalam bahasa Jerman, heuristik ini diwakili oleh

kata Quellenkunde. Heuristik merupakan langkah awal dari sebuah penelitian sejarah. Sjamsuddin (2012:67) mengutip pendapat Carrard dan

Cf. Gee mendefinisikan heuristik sebagai sebuah kegiatan mencari

sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah, atau evidensi

sejarah. Dalam proses ini peneliti melakukan pencarian terhadap sumber

sejarah. Segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung menceritakan

kepada kita tentang sesuatu kenyataan atau kegiatan manusia pada masa lalu

(past actuality) disebut sumber sejarah (Sjamsuddin, 2012:75). Dalam

(8)

Fajar Abdullah Azzam, 2014

PERANAN GERAKAN MAHASISWA BANDUNG TAHUN 1998 DALAM PROSES PERGANTIAN ORDE BARU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pencarian dilakukan kepada segala sesuatu yang dapat dianggap sebagai

sumber sejarah, seperti buku-buku, jurnal, penelitian terdahulu maupun

kliping surat kabar dan tulisan-tulisan yang tersebar di internet sebagai

sumber tertulis.

2. Kritik

Setelah menemukan sumber-sumber baik dari buku, jurnal, kliping koran

maupun tulisan di internet, seorang sejarawan mesti melakukan serangkaian

kegiatan analisis terhadap sumber tersebut. Analisis terhadap sumber

sejarah inilah yang sering disebut sebagai kritik atau verifikasi. Pada

dasarnya, fungsi utama dari kritik adalah menemukan truth atau kebenaran

dari pelbagai sumber yang ditemukan. Sehingga peneliti dapat memilah,

mana saja data yang dapat dipakai dan yang tidak. Kritik sumber umumnya

dilakukan terhadap sumber-sumber pertama. Kritik ini menyangkut

verifikasi sumber yaitu pengujian menegnai kebenaran atau ketepatan

(akurasi) dari sumber itu (Sjamsuddin, 2012:103). Secara umum, kritik

sumber ini dapat dibagi ke dalam dua tipe yang saling berkaitan satu sama

lain, yakni kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal adalah bagian

dari kritik terhadap sumber sejarah dengan menerapkan pengujian terhadap

aspek ‘luar’ dari sumber tersebut. Secara ringkas, kritik eksternal menguji

otentisitas (authencity) dan integritas (integrity). Adapun kritik internal

merupakan kebalikan dari kritik eksternal, yakni sebuah evaluasi terhadap

kesaksian atau isi dari sumber sejarah tersebut. Kritik internal bertujuan

untuk menentukan apakah sebuah sumber dapat dikatakan kredibel dan

reliabel. Ismaun (2005:50) mengatakan kritik ini mempersoalkan isinya,

kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya.

3. Interpretasi

Interpretasi atau penafsiran merupakan tahapan setelah seorang peneliti

melakukan heuristik dan kritik. Tahap ini merupakan tahap di mana seorang

peneliti melakukan penafsiran atas sumber-sumber yang telah diberlakukan

serangkaian proses pengujian. Interpretasi pun acap disebut analisis sejarah.

(9)

sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan

bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu dalam suatu

interpretasi yang menyeluruh. Interpretasi dibagi ke dalam dua tipe, yakni

analisis (menguraikan) dan sintesis (menyatukan).

4. Historiografi

Proses selanjutnya adalah historiografi. Proses ini merupakan penulisan

setelah seorang peneliti melakukan serangkaian penafsiran terhadap sumber

yang telah dikritiknya. Tahap ini adalah di mana seorang peneliti

membicarakan data yang diperolehnya. Ketika seorang peneliti sejarah

menulis, menurut Tosh seperti dikutup Sjamsuddin (2012:185) ada dua

dorongan utama yang menggerakannya yakni mencipta ulang (re-create)

dan menafsirkan (interpret) serta menjelaskan (explain). Dorongan pertama

menuntutnya membuat deskripsi dan narasi, sedangkan dorongan kedua

menuntutnya membuat analisis. Penulisan sejarah amat berbeda dengan

penulisan dalam ilmu sosial lainnya. Dalam penulisan sejarah, aspek kronologi sangat penting. Kalau dalam penulisan sosiologi, “alur lurus” atau tidak menjadi masalah, tidak demikian halnya dengan sejarah

(Kuntowijoyo, 2013:80)

Menurut Abdurrahman (2007:76) ada beberapa syarat umum yang harus

diperhatikan seorang peneliti dalam pemaparan sejarah, yakni:

a. Peneliti harus memiliki kemampuan mengungkapkan dengan bahasa

yang baik

b. Terpenuhinya kesatuan sejarah

c. Menjelaskan apa yang ditemukan oleh peneliti dengan menyajikan

bukti-buktinya dan membuat garis-garis umum yang akan diikuti secara

jelas oleh pemikiran pembaca.

(10)

Fajar Abdullah Azzam, 2014

PERANAN GERAKAN MAHASISWA BANDUNG TAHUN 1998 DALAM PROSES PERGANTIAN ORDE BARU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian

Bagian ini akan memaparkan lokus atau tempat penelitian dan siapa atau

apakah yang menjadi subjek penelitian.

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terkait judul Peranan Gerakan Mahasiswa Bandung tahun

1998 dalam Proses Pergantian Orde Baru terletak di wilayah administratif Kota

Bandung, Provinsi Jawa Barat.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan pihak atau lembaga yang akan dijadikan

sasaran penelitian. Subjek penelitian meliputi beberapa organisasi ekstra kampus

dan intra kampus. Organisasi ekstra kampus dapat merupakan organisasi seperti

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim

Indonesia (KAMMI), sementara untuk organisasi intra seperti Senat Mahasiswa

IKIP Bandung atau Keluarga Mahasiswa ITB .

3.3 Persiapan penelitian

Dalam tahapan penelitian, ada banyak yang yang harus dipersiapkan

terlebih dahulu terutama yang berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya lebih

administratif dan teknis. Langkah-langkah tersebut antara lain:

3.3.1 Penentuan dan Pengajuan Topik Penelitian

Penentuan dan pengajuan topik penelitian, bermula dari mata kuliah

Seminar Karya Tulis Ilmiah yang dilaksanakan oleh peneliti pada semester 7

program Pendidikan Sejarah, Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial,

Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun ajar 2012-2013 di bawah bimbingan

Murdiyah Winarti, M.Hum.

(11)

Mahasiswa pada Peristiwa Reformasi 1998”. Judul ini tetap dipertahankan oleh peneliti hingga berakhirnya masa kuliah.

Ketertarikan peneliti berdasarkan kepada minat dan kedekatan terhadap

topik, yakni gerakan mahasiswa. Ini sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh

Kuntowijoyo (2013:70), bahwa topik sebaiknya dipilih berdasarkan kedekatan

emosional dan kedekatan intelektual. Dua syarat itu, subjektif dan objektif sangat

penting, karena orang hanya akan bekerja dengan baik kalau dia senang dan

mampu. Keterlibatan peneliti secara pribadi dalam tiga periode berbeda

kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa Universitas

Pendidikan Indonesia (BEM REMA UPI) dan juga dalam Kesatuan Aksi

Mahasiswa Muslim Indonesia Komisariat Universitas Pendidikan Indonesia

(KAMMI Komsat. UPI) menjadi alasan emosional peneliti. Selain itu, ketertarikan

secara intelektual terhadap tema-tema politik dan sosial pun menambah motivasi

mengapa peneliti memilih tema ini.

3.3.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Setelah mata kuliah Seminar Penulisan Karya Ilmiah Berakhir, proposal ini

berlanjut kepada proses bimbingan bersama ibu Murdiyah Winarti, M.Hum untuk

mendapatkan masukan, kritik maupun saran guna menghadapi sidang proposal. Tercatat oleh peneliti dalam dua kali proses bimbingan, judul “Peranan Gerakan Mahasiswa pada Peristiwa Reformasi 1998” ini masih dapat dipertahankan hingga menuju sidang proposal, dengan rencana dosen pembimbing yakni bapak Dr. Agus

Mulyana, M. Hum dan Wawan Darmawan, S.Pd, M. Hum masing-masing sebagai

calon dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II.

Sidang proposal yang berlangsung pada hari Rabu, 3 April 2013 dihadiri

oleh beberapa mahasiswa dan dosen-dosen dari jurusan Pendidikan Sejarah,

termasuk calon dosen pembimbing peneliti. Sidang ini dapat berjalan dengan baik,

(12)

Fajar Abdullah Azzam, 2014

PERANAN GERAKAN MAHASISWA BANDUNG TAHUN 1998 DALAM PROSES PERGANTIAN ORDE BARU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Beberapa hari setelah sidang proposal, peneliti segera bertemu dengan calon

dosen pembimbing I, yakni bapak Dr. Agus Mulyana, M. Hum. Dalam beberapa

kali pengajuan proposal, akhirnya disepakatilah perubahan judul menjadi “Peranan Gerakan Mahasiswa Bandung tahun 1998 dalam Proses Pergantian Orde Baru”. Perubahan ini memiliki beberapa alasan, diantaranya bahwa masih jarang atau

bahkan belum ditemukan literatur peran gerakan mahasiswa Bandung dalam aksi

demonstrasi tahun 1998. Selain itu karena peneliti pun punya kedekatan emosionil,

yakni sebagai Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa REMA UPI, sekaligus

Koordinator Badan Eksekutif Mahasiswa Bandung Raya (BEM Bandung Raya),

dalam hemat peneliti harus ada yang mengawali penulisan sejarah gerakan sendiri. Dengan judul baru ini, yakni “Peranan Gerakan Mahasiswa Bandung tahun 1998 dalam Proses Pergantian Orde Baru” dan konfirmasi serta peretujuan dari calon dosen pembimbing I dan II, akhirnya peneliti segera melaporkan kepada Tim

Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Pendidikan Sejarah. Peneliti kemudian

mendapatkan surat penujukan pembimbing skripsi tertanggal 30 Juli 2013, dengan

dosen pembimbing I bapak Dr. Agus Mulyana, M. Hum dan dosen pembimbing II

Wawan Darmawan, S.Pd, M. Hum, dengan nomor surat 008/TPPS/JPS/PEM/2013.

3.3.3 Mengurus Perizinan

Perizinan ini diperlukan sebagai legalisasi penelitian dan untuk lebih mudah

menemui subjek serta keterangan dari subjek tersebut. Perizinan ini ditujukan

kepada subjek penelitian yang sudah dituliskan di atas.

(13)

Dalam melaksanakan penelitian, ada beberapa perlengkapan yang

diperlukan untuk menunjang proses penelitian, utamanya wawancara terhadap

sumber sejarah. Perlengkapan tersebut dapat berupa:

1. Surat izin penelitian

2. Instrumen wawancara

3. Catatan wawancara

4. Alat rekam

3.3.5 Proses Bimbingan dan Konsultasi

Proses bimbingan dan konsultasi kepada dosen pembimbing amat perlu

dilakukan mengingat peneliti masih sangat awam terhadap penelitian berskala luas.

Proses bimbingan dilaksanakan secara berkala dengan melakukan konfirmasi

terlebih dahulu kepada dosen pembimbing mengenai waktu dan tempat.

Dalam proses bimbingan, dapat dibagi dua yakni bimbingan substansi dan

teknik penulisan. Bimbingan substansi penelitian lebih banyak dilakukan oleh

dosen pembimbing I dan teknik penulisan kepada dosen pembimbing II.

Dalam proses bimbingan, hal-hal yang dibicarakan berupa hal yang harus

ada dalam bagian latar belakang. Proses bimbingan pun dapat berupa masukan

mengenai literatur apa saja yang dapat peneliti baca dan dijadikan rujukan, atau

kepada siapa saja peneliti harus bertemu untuk mendapatkan data dan fakta subjek

penelitian. Proses bimbingan ini, bertujuan agar proses dan hasil penelitian nantinya

berjalan dan baik dan memiliki nilai estetik dan ilmiah yang baik.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Sesuai dengan metode penelitian yang telah dipaparkan di atas, proses ini

akan menyajikan bagaimana peneliti melaksanakan proses penelitian setelah

serangkaian persiapan. Langkah-langkah tersebut antara lain:

(14)

Fajar Abdullah Azzam, 2014

PERANAN GERAKAN MAHASISWA BANDUNG TAHUN 1998 DALAM PROSES PERGANTIAN ORDE BARU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Proses heuristik atau pengumpulan sumber ini merupakan salah satu tahap

yang paling menyita banyak waktu dan perhatian. Proses ini bahkan telah dilakukan

peneliti selama mengikuti mata kuliah seminar penulisan karya ilmiah Dalam

proses ini, peneliti mengumpulkan banyak buku yang terkait dengan Gerakan

Mahasiswa dan Orde Baru. Heuristik dilakukan oleh peneliti dengan mengunjungi

perpustakaan, toko buku, ataupun jejaring internet. Heuristik pun dilakukan melalui

proses wawancara terhadap narasumber yang memiliki kaitan dengan judul

penelitian.

3.4.1.1Sumber Tertulis

Sumber tertulis merupakan salah satu sumber sejarah yang banyak

digunakan dalam penelitian. Sumber tertulis ini dapat berupa buku, catatan, maupun

kolom di dunia maya atau internet. Dalam mengumpulkan sumber sejarah tertulis,

peneliti mengunjungi beberapa tempat. Tempat yang dikunjungi, antara lain:

1. Perpustakaan kampus Universitas Pendidikan Indonesia, peneliti mendapatkan

skripsi mahasiswa UPI tentang Gerakan Mahasiswa 1998. Kunjungan ke

perpustakaan UPI dilakukan peneliti ketika dalam tahapan kuliah Seminar

Penulisan Karya Ilmiah untuk mendapatkan referensi dan memperoleh

informasi tentang proposal skripsi. Di perpustakaan UPI juga, peneliti

mengumpulkan beberapa literatur tentang Orde Baru, antara lain tentang sistem

politik, ekonomi dan kehidupan masyarakat pada era tersebut,

2. Tahapan heuristik sumber tertulis selanjutnya dilakukan di perpustakaan

pribadi peneliti. Peneliti mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan

dengan sejarah gerakan mahasiswa, peranan gerakan mahasiswa dalam ruang

lingkup politik nasional, kehidupan gerakan mahasiswa pada tiap

pemerintahan, serta mengumpulkan sumber yang berkaitan dengan

karakteristik pemerintahan Orde Baru dan sebab-sebab mundurnya

pemerintahan Orde Baru.

3. Di Balai Arsip Pers Tjetje Senaputra, peneliti mengumpulkan data-data berupa

(15)

menemukan banyak sumber yang berasal dari harian Pikiran Rakyat, yang

terbit pada bulan Januari hingga Mei tahun 1998.

4. Peneliti mencoba menemukan arsip-arsip yang bersumber dari majalah pers

mahasiswa, antara lain Isola Pos. Akan tetapi, peneliti tidak menemukan

arsip-arsip yang berkaitan dengan masalah.

5. Di perpustakaan Institut Teknologi Bandung, peneliti mencoba menemukan

sumber tertulis yang berkaitan dengan gerakan mahasiswa. Akan tetapi,

peneliti sama sekali tidak menemukan sumber yang dimaksud.

6. Peneliti mencoba mengunjungi salah satu kios buku pada pameran buku di

Landmark Bandung. Di toko yang bernama Lawang Buku, peneliti

menemukan beberapa sumber yang berkaitan dengan gerakan mahasiswa 1998

dan kondisi ekonomi Orde Baru.

7. Di internet peneliti melakukan pencarian terhadap sumber-sumber yang

berkaitan dengan judul. Dengan browsing, peneliti menemukan sejumlah sumber terkait gerakan mahasiswa, seperti berita online yang terbit pada tahun

1998.

3.4.1.2Sumber Lisan

Selain dari buku, peneliti pun melakukan proses wawancara terhadap para

pelaku sejarah. Para pelaku sejarah didasarkan pada jabatannya saat aksi

demonstrasi 1998, dengan anggapan bahwa makin tinggi jabatannya, makin besar

juga kemungkinannya untuk dapat memperoleh informasi mengenai alasan dan

kebijakan organisasi tersebut. Akan tetapi jika sulit dihubungi, maka peneliti

memilih saksi sejarah lainnya.

Adapun proses wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara

langsung yaitu dengan mendatangi ke tempat tinggal para narasumber setelah

adanya kesepakatan terlebih dahulu mengenai waktu dan tempat dilakukannya

wawancara. Teknik wawancara individual ini dipilih mengingat kesibukan

narasumber yang berbeda satu sama lainnya, sehingga kurang memungkinkan

untuk dilaksanakannya wawancara secara simultan. Pada umumnya pelaksanaan

(16)

Fajar Abdullah Azzam, 2014

PERANAN GERAKAN MAHASISWA BANDUNG TAHUN 1998 DALAM PROSES PERGANTIAN ORDE BARU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Wawancara terstruktur atau berencana yang terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Semua responden yang diselidiki untuk diwawancara diajukan pertanyaan yang sama dengan kata-kata dan urutan yang seragam.

2. Wawancara tidak terstruktur atau tidak terencana adalah wawancara yang tidak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata-kata dan tata urut yang harus dipatuhi peneliti. Dalam melakukan wawancara di lapangan, penulis menggunakan kedua teknis wawancara tersebut. Hal itu digunakan agar informasi yang penulis dapat lebih lengkap dan mudah diolah. Selain itu, dengan penggabungan dua teknis wawancara tersebut pewawancara menjadi tidak kaku dalam bertanya dan narasumber menjadi lebih bebas dalam mengungkapkan berbagai informasi yang

disampaikannya. Sebelum wawancara dilakukan, disiapkan daftar pertanyaan

terlebih dahulu (Koentjaraningrat, 1994: 138-139).

Sebelum memulai tahapan wawancara, peneliti merumuskan terlebih dahulu

pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan sebagai pertanyaan yang dianggap inti

dan penting. Akan tetapi, dalam prosesnya selalu ada pertanyaan-pertanyaan

lanjutan yang peneliti anggap relevan dengan judul. Maka dari itu, peneliti

mengintegrasikan kedia jenis wawancara, yakni wawancara terstruktur dan tidak

terstruktur.

Narasumber merupakan orang yang menjadi pelaku langsung mengenai

permasalahan penelitian yang penulis kaji. Dalam menentukan narasumber yang

diwawancara, peneliti melakukan kategorisasi kepada setiap narasumber agar

memperoleh sumber informasi yang tepat untuk dimasukkan dalam penelitian

skripsi ini. Kategorisasi ini bertujuan untuk mendapatkan data yang beragam dan

perspektif yang berbeda mengenai peranan gerakan mahasiswa Bandung di tahun

1998.

Narasumber pertama yakni eks pengurus organisasi intra universiter.

Organisasi ini dapat berupa pengurus Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SM-PT),

himpunan mahasiswa tingkat jurusan dan fakultas ataupun organisasi internal yang

melakukan aksi pada saat itu. Tujuan dari wawancara terhadap organisasi intra

universiter adalah mendapatkan informasi dari pelaku yang terlibat di dalamnya,

terutama mendapatkan perspektif dan logika yang digunakan oleh organisasi intra

(17)

Salah satu eks anggota intra universiter yang berhasil ditemui oleh peneliti adalah

Wasmin Al-Risyad yang merupakan mantan ketua Senat Mahasiswa IKIP.

Narasumber kedua merupakan eks-pengurus organisasi ekstra universiter.

Organisasi ekstra ini merupakan organisasi yang tidak memiliki struktur yang

terdaftar secara resmi di kampus, namun memiliki massa mahasiswa kampus

tersebut. Organisasi tersebut antara lain Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), atau

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Wawancara terhadap

organisasi ekstra bertujuan mendapatkan informasi dan data tentang paradigma dan

perspektif yang digunakan, serta cara mereka menjaring massa. Narasumber yang

berhasil ditemui oleh peneliti bernama Fahrus Zaman Fadhly yang merupakan

anggota HMI, dan Brian Yuliarto yang merupakan mantan ketua KAMMI kota

Bandung.

3.4.2 Kritik Sumber

Setelah melakukan kegiatan pengumpulan sumber, tahap selanjutnya adalah

melaksanakan kritik sumber dengan tujuan menguji kebenaran dan ketetapan dari

sumber tersebut, menyaring sumber-sumber tersebut sehingga diperoleh fakta-fakta

yang sesuai dengan kajian skripsi ini dan membedakan sumber-sumber yang benar

atau yang meragukan. Kritik sumber merupakan suatu proses yang sangat penting

dalam penelitian karya ilmiah terutama karya sejarah, karena hal ini akan

menjadikan karya sejarah sebagai sebuah produk dari proses ilmiah itu sendiri yang

dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

Proses kritik sumber merupakan penggabungan dari pengetahuan, sikap

ragu-ragu (skeptis), menggunakan akal sehat dan sikap percaya begitu saja

Langkah-langkah inilah yang disebut kritik sumber, baik terhadap bahan materi

(ekstern) sumber maupun terhadap substansi (isi). Dalam bukunya Sjamsuddin

(2012: 104) terdapat lima pertanyaan yang harus digunakan untuk mendapatkan

kejelasan keamanan sumber-sumber tersebut yaitu :

1. Siapa yang mengatakan itu ?

2. Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah diubah ?

(18)

Fajar Abdullah Azzam, 2014

PERANAN GERAKAN MAHASISWA BANDUNG TAHUN 1998 DALAM PROSES PERGANTIAN ORDE BARU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang kompeten, apakah ia mengetahui fakta ?

5. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada kita

fakta yang diketahui itu ?

Fungsi kritik sumber erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu dalam

rangka mencari kebenaran, sejarawan dihadapkan dengan kebutuhan untuk

membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar (palsu), apa yang mungkin dan

apa yang meragukan atau mustahil (Sjamsuddin, 2012: 131). Dengan kritik ini

maka akan memudahkan dalam penulisan karya ilmiah yang benar-benar objektif

tanpa rekayasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Adapun

kritik yang dilakukan oleh penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai

kritik eskternal dan kritik internal.

3.4.2.1Kritik Eksternal

Kritik eksternal terhadap sumber tertulis dilakukan dengan cara memilih

buku-buku yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dikaji yakni mengenai

Gerakan Mahasiswa Bandung 1998 pada proses pergantian Orde Baru. Kritik

terhadap sumber-sumber buku tidak terlalu ketat dengan pertimbangan bahwa

buku-buku yang penulis pakai merupakan buku-buku hasil cetakan yang di

dalamnya memuat nama penulis, penerbit, tahun terbit, dan tempat dimana buku

tersebut diterbitkan. kriteria tersebut dapat di anggap sebagai suatu jenis

pertanggungjawaban atas buku yang telah diterbitkan.

Peneliti melakukan kritik eksternal salah satunya terhadap buku yang ditulis oleh Francois Raillon berjudul “Politik dan Ideologi MahasiswaIndonesia”. Raillon merupakan peneliti yang berasal dari Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Perancis

(CNRS). Raillon memperoleh gerlar akademis berupa doktor dari Universite de Paris dalam program Ilmu Sosial Asia Selatan dan Timur. Dalam menulis buku ini, Raillon memperoleh data penelitian yang bersumber langsung dari narasumber

yang terpercaya seperti Yozar Anwar atau Arief Budiman. Selain itu, Raillon juga

pernah tinggal di Bandung sebagai pengajar. Hal-hal tersebut dijadikan pegangan

(19)

Peneliti juga melakukan kritik terhadap tulisan yang membahas kondisi

Orde Baru pada tahun 1998, salah satunya terhadap artikel yang ditulis oleh Eep Saepulloh Fatah berjudul “Menimbang Masa Depan Orde Baru:Reformasi atau Mati”. Fatah merupakan staf pengajar di Jurusan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Selain aktif sebagai pengajar, ia juga menjabat sebagai Kepala Divisi

Penelitian Laboratorium Ilmu Politik FISIP UI pada tahun 1998, dan Kepala

Litbang Redaksi Harian Umum Republika. Fatah juga banyak menulis buku, salah satu contohnya yang berjudul “Masalah dan Prospek Demokrasi di Indonesia” yang terbit pada tahun 1994. Melihat jejak rekam seperti ini, peneliti berkesimpulan

bahwa sumber tersebut dapat digunakan sebaai salah satu rujukan.

Adapun kritik eksternal terhadap sumber lisan dilakukan dengan cara

mengidentifikasi narasumber apakah mengetahui, mengalami atau melihat

peristiwa yang menjadi objek kajian dalam penelitian. Salah satunya terhadap

Fahrus Zaman Fadhly. Fadhly merupakan ketua Senat Mahasiswa IKIP Bandun

pada tahun 1997, dan merupakan Ketua Bidang PTKP Badko HMI Jawa Barat

bagian Barat. Ia merupakan salah satu koordinator aksi pada tahun 1998, dan

menyaksikan sekaligus mengalami kegiatan demonstrasi mahasiswa.

3.4.2.2Kritik Internal

Dalam melakukan kritik internal terhadap sumber tertulis, berupa

buku-buku referensi, peneliti membandingkannya antara buku-buku yang satu dengan buku-buku

yang lainnya. Sedangkan, untuk sumber tertulis berupa dokumen-dokumen peneliti

berbekal kepercayaan terhadap pihak instansi tersebut bahwa sumber tersebut asli.

Berkaitan dengan kritik internal, peneliti membagi atau mengklasifikasi

sumber kepada dua bagian untuk mempermudah dalam memahami suatu peristiwa,

baik peneliti yang merupakan pelaku sejarah ataupun saksi sejarah maupun peneliti

yang berlatarbelakang akademis, sama-sama memberikan kontribusi dalam

penelitian skripsi ini, serta membantu peneliti dalam menilai dan melakukan kritik

eksternal dan internal keseluruhan sumber yang dipakai dilihat dari ruang lingkup

dan pokok bahasannya, maka peneliti mencoba untuk mengelompokkannya ke

(20)

Fajar Abdullah Azzam, 2014

PERANAN GERAKAN MAHASISWA BANDUNG TAHUN 1998 DALAM PROSES PERGANTIAN ORDE BARU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Sumber yang khusus membahas mengenai gerakan mahasiswa seperti

Mahasiswa Menggugat, Aksi Mahasiswa atau Oposisi Berserak

2. Sumber yang membahas tentang Orde Baru, seperti Soeharto Menjaring

Matahari, Sejarah Indonesia Modern, atau Indonesia Beyond Soeharto.

Klasifikasi juga bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam memahami

dan sekaligus menilai sumber dari perspektif yang berbeda. Sehingga dari topik

yang sama akan terlihat persamaan dan perbedaan serta apa yang menjadi titik berat

seorang peneliti dalam tulisannya serta sejauh mana unsur subjektifitas peneliti

dengan latar belakang institusi yang diwakili.

Salah satu contoh perbandingan yang dilakukan oleh peneliti terhadap buku yang berjudul “Gerakan Mahasiswa Dalam Perspektif Perubahan Politik Nasional” yang ditulis oleh Dody Rudianto, dan “Mahasiswa Menggugat:Potret Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998” yang dieditori oleh Fahrus Zaman Fadhly.

Menurut Rudianto, gerakan mahasiswa dalam menyuarakan keinginannya

harus bergabung dengan elemen lain yang memiliki kesamaan ide. Terutama jika

gerakan mahasiswa sudah mendapatkan respon positif dari masyarakat. Hal

tersebut dapat dianggap sebagai basis legitimasi, bahwa gerakan mahasiswa

benar-benar bersumber dari kehendak rakyat.

Hal tersebut juga dikemukakan dalam salah satu tulisan yang dieditori oleh Fadhly, yang berjudul “Desain Baru Demonstrasi dan Prospek Gerakan Mahasiswa”. Dalam tulisan tersebut, efektivitas sebuah demonstrasi akan maksimal jika mendapatkan respon yang banyak, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan

bahwa demonstrasi tersebut sudah direkayasa oleh pihak-pihak tertentu.

Kritik internal juga dilakukan dalam menganalisis wawancara. Sebagai

contoh, ketika peneliti melakukan wawancara kepada Wasmin Al-Risyad dan Brian

Yuliarto, keduanya sama-sama berpendapat bahwa gerakan mahasiswa

sesungguhnya sudah lama bergerak sebelum tahun 1998. Akan tetapi, gerakan

mahasiswa baru mendapatkan momentum yang tepat ketika krisis terjadi dan

(21)

3.4.3 Interpretasi

Interpretasi merupakan tahapan yang dilakukan oleh peneliti setelah

melakukan serangkaian kritik terhadap sumber. Tahapan ini berupaya menafsirkan

semua data dan fakta yang telah diperoleh, untuk segera ditulis secara kronologis

dalam tahapan historiografi.

Dalam tahapan ini, peneliti membaca dan memperlajari seluruh fakta dan

data yang telah didapatkan. Setelah itu, peneliti menemukan kesamaan fakta,

kontradiksi atau kesesuaian dengan data dari sumber lain. Dengan perlakuan seperti

ini, peneliti mampu membaca dengan baik dan secara kronologis dapat didapatkan

suatu deskripsi yang utuh tentang isi penelitian. Proses interpretasi sejarah, peneliti

harus berusaha mencapai pengertian faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

peristiwa (Abdurrahman, 2007:74).

Dalam penafsirannya, peneliti menggunakan pendekatan interdisipliner.

Fungsi dari pendekatan interdisipliner adalah untuk membantu peneliti mempelajari

fakta secara lebih luas dan mendalam . Pendekatan interdisipliner ini menggunakan

beberapa kajian ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teori gerakan sosial dan tingkah laku massa yang merupakan salah

(22)

Fajar Abdullah Azzam, 2014

PERANAN GERAKAN MAHASISWA BANDUNG TAHUN 1998 DALAM PROSES PERGANTIAN ORDE BARU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.4.4 Historiografi

Dalam tahap ini, laporan hasil penelitian dituangkan ke dalam bentuk karya

ilmiah yang disebut skripsi. Laporan tersebut disusun secara ilmiah, yakni dengan

menggunakan metode-metode yang telah dirumuskan dan teknis penelitian yang

sesuai dengan pedoman penelitian karya ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas

Pendidikan Indonesia 2012. Sistematika laporan penelitian terbagi dalam lima

bagian, yaitu :

Bab I Pendahuluan menjelaskan kerangka pemikiran mengenai pentingnya

penelitian terhadap Peranan Gerakan Mahasiswa Bandung tahun 1998 dalam Proses

Pergantian Orde Baru. Untuk memfokuskan penelitian maka bab ini dilengkapi pula

dengan rumusan masalah dan pembatasan masalah. Bab ini juga memuat tentang

tujuan penelitian, metode penelitian yang digunakan serta dilengkapi dengan uraian

sistematika penelitian.

Bab II Kajian Pustaka, bab ini berisi kajian pustaka yang digunakan dalam

mengkaji permasalahan. Kemudian selain membahas sumber yang digunakan yang

berhubungan dengan permasalahan juga membahas tentang konsep-konsep yang

akan dipakai dalam skripsi ini.

Bab III Metode Penelitian, bab ini berisi tentang metode dan teknik yang

digunakan peneliti dalam mencari sumber. Di dalamnya dipaparkan mengenai

metode historis, sedangkan teknik yang digunakan adalah teknik studi literatur dan

teknik wawancara.

Bab IV Pembahasan Peranan Gerakan Mahasiswa Bandung tahun 1998

dalam Proses Pergantian Orde Baru ini akan mencakup tentang uraian yang berisi

penjelasan-penjelasan terhadap aspek-aspek yang ditanyakan dalam perumusan

masalah sebagai bahan kajian.

Bab V Kesimpulan, pada bab ini akan dikemukakan mengenai jawaban

terhadap masalah-masalah secara keseluruhan setelah pengkajian pada bab

(23)

Selain itu ditambah pula berbagai atribut buku lainnya dari mulai kata

pengantar sampai riwayat hidup peneliti. Semua bagian tersebut termuat ke dalam

bentuk laporan utuh, setelah dilakukan koreksi dan perbaikan diperoleh dari hasil

(24)

Fajar Abdullah Azzam, 2014

PERANAN GERAKAN MAHASISWA BANDUNG TAHUN 1998 DALAM PROSES PERGANTIAN ORDE BARU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bab ini merupakan kesimpulan dari seluruh penelitian yang berjudul

Peranan Gerakan Mahasiswa Bandung pada Pergantian Orde Baru tahun 1998.

Kesimpulan ini berdasarkan pada jawaban atas pertanyaan penelitian yang diajukan

pada bab sebelumnya. Dalam kesimpulan ini peneliti mengemukakan beberapa hal

sebagai berikut:

Pertama, kondisi umum pemerintahan Orde Baru di bawah pimpinan

presiden Soeharto mencerminkan sebuah pemerintahan yang mengandalkan pada

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Hal ini dibuktikan dengan Rencana

Pembangunan Lima Tahun yang berkesinambungan, dan senantiasa dievaluasi

secara periodik. Akan tetapi pada sisi lain, Orde Baru pun memperlihatkan sikap

yang tidak menyukai politik yang terlalu semarak seperti pernah terjadi pada masa

pemerintahan Soekarno.

Dalam perjalanannya, Orde Baru mengeluarkan kebijakan yang berkaitan

dengan peran politik masyarakat, di mana kebijakan-kebijakan tersebut sangat

membatasi peran masyarakat dalam berpolitik. Untuk meminimalisir perdebatan di

parlemen, Orde Baru mengeluarkan peraturan tentang penyederhanaan partai

politik. Pemerintah Orde Baru pun menghadapi kelompok-kelompok masyarakat

yang saat itu dianggap memiliki ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.

Maka, Orde Baru mengeluarkan pula peraturan tentang Asas Tunggal di mana

seluruh kelompok masyarakat hanya boleh mencantumkan Pancasila sebagai

ideologi organisasinya. Selain itu, Orde Baru juga nampak trauma dengan Peristiwa

Lima Belas Januari, di mana mahasiswa tampil sebagai kelompok yang berlawanan

dengan kebijakan pemerintah. Untuk mencegah terjadinya perlawanan dari

kelompok mahasiswa, Orde Baru mengeluarkan peratiran tentang Normalisasi

Kehidupan Kampus dan Badan Koordinasi Kemahasiswaan yang tidak

(25)

Kebijakan ekonomi Orde Baru menghadapi kesulitan ketika krisis melanda

wilayah Asia Tenggara pada tahun 1997, di mana Indonesia pun terkena

dampaknya. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mencapai Rp 10.000

per dolar. Bahkan di awal 1998, nilai tukarnya meninggi hingga Rp. 15.000 per

dolar. Dampak lain berupa PHK terjadi di berbagai perusahaan yang

mengakibatkan banyak keluarga kehilangan sumber penghasilan.

Pemerintah segera merespon krisis ekonomi salah satunya dengan

menandatangani perjanjian dengan IMF. Selain itu, Kabinet Pembangunan VII juga

memfokuskan diri pada program program yang bertujuan mengurangi krisis seperti

Gerakan Cinta Rupiah. Akan tetapi perjanjian dengan IMF dan program-program

Kabinet Pembangunan VII tidak segera mampu menuntaskan krisis yang semakin

parah.

Kondisi ekonomi yang tidak terkendali ini memunculkan ketidakpercayaan

di mata publik. Terlebih sebagai dampak dari pembatasan peran politik Orde Baru

yang terlalu lama, krisis ekonomi merupakan momentum bagi berbagai kelompok

masyarakat seperti aktivis HAM, LSM, dan juga gerakan mahasiswa untuk

menyampaikan aspirasi dan tuntutannya akan reformasi. Dalam konteks ini,

keinginan reformasi didefinisikan sebagai tuntutan Soeharto agar segera turun dari

kursi kepresidenan.

Kedua, perpaduan antara krisis ekonomi dan politik memberikan

kesempatan bagi gerakan mahasiswa untuk menyuarakan aspirasinya terhadap

pemerintah Orde Baru. Gerakan mahasiswa yang selama masa pemerintahan Orde

Baru, dibatasi aktivitasnya melalui NKK/BKK tampil sebagai salah satu kekuatan

yang cukup signifikan dalam menuntut reformasi.

Gerakan mahasiswa di kota Bandung tak melewatkan momentum ini.

Mereka melakukan semua kesempatan yang ada untuk menyuarakan aspirasi.

Sebagai sebuah gerakan sosial, berbagai gerakan mahasiswa di Kota Bandung, baik

intra maupun ekstra universiter menggunakan strategi yang cukup baik. Mereka

melakukan tahap konsolidasi internal kampus pada bulan Januari dengan

menggunakan krisis ekonomi sebagai isu utama. Di tahap konsolidasi internal ini,

(26)

-Fajar Abdullah Azzam, 2014

PERANAN GERAKAN MAHASISWA BANDUNG TAHUN 1998 DALAM PROSES PERGANTIAN ORDE BARU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mahasiswa lain berani bergabung pada aksi-aksi. Di tahap ini, mereka sering

menggunakan mimbar bebas, penempelan poster atau spanduk sebagai metode aksi.

Selain itu, beberapa gerakan mahasiswa juga mengadakan pasar murah sebagai

program advokasi kepada masyarakat.

Memasuki bulan Februari di mana terjadi Sidang Umum MPR dan

pelantikan Kabinet Pembangunan VII, gerakan mahasiswa di kota Bandung mulai

menggunakan momen tersebut sebagai isu. Berbeda dengan tahap sebelumnya, kali

ini gerakan mahasiswa Bandung mulai berani melakukan aksi turun ke jalan. Selain

melakukan mimbar bebas di jalanan, gerakan mahasiswa juga berkesempatan untuk

melakukan audiensi dengan otoritas setempat seperti pihak kampus maupun

anggota dewan.

Ketiga, seluruh strategi yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa kota

Bandung menampakkan hasilnya. Gerakan mahasiswa kota Bandung berhasil

membentuk opini publik, di mana berbagai pihak yang sebelumnya takut

menyuarakan pendapatnya, mulai berani untuk berpendapat. Bahkan beberapa

dosen ikut bergabung dalam demonstrasi mahasiswa dan melakukan orasi di

hadapan massa aksi. Aksi mahasiswa juga mendapatkan respon dari pemerintah

pusat, di mana pemerintah mulai gerah dengan berbagai demonstrasi yang

dilakukan oleh mahasiswa, dan meminta mahasiswa segera kembali ke kampus

untuk berkuliah.

Demonstrasi di berbagai daerah semakin ramai setelah terjadi peristiwa

penembakan mahasiswa Trisakti di Jakarta. Kejadian tersebut merupakan momen

puncak bagi gerakan mahasiswa di Bandung untuk mengerahkan massa hingga

50.000 orang. Massa ini tak hanya terdiri dari mahasiswa, akan tetapi merupakan

gabungan dari para seniman, pedagang hingga ibu ibu rumah tangga. Gedung Sate

dan gedung DPRD disesaki oleh massa. Ini merupakan cermin keberhasilan

perjuangan yang cukup panjang dari gerakan mahasiswa untuk membentuk opini

(27)

Pada akhirnya, dengan kondisi yang semakin memburuk dan tekanan dari

berbagai pihak, Soeharto berhenti dari jabatannya sebagai presiden dan

menyerahkan mandatnya kepada BJ. Habibie. Berhentinya Soeharto setelah 32

tahun berkuasa, merupakan buah bagi para aktivis terutama gerakan mahasiswa,

sekaligus menandakan bermulanya masa reformasi di Indonesia.

5.2 Saran

Pada konteks pembelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA) mata

pelajaran sejarah, penelitian skripsi ini dapat digunakan sebagai salah satu

pembahasan materi. Jika mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

materi tentang gerakan mahasiswa kota Bandung dapat diajarkan di kelas XII

program Ilmu Pengetahuan Sosial dengan Standar Kompetensi (SK) Menganalisis

Perjuangan Sejak Orde Baru sampai dengan masa Reformasi, dengan Kompetensi

Dasar (KD) Menganalisis Proses Berakhirnya Pemerintah Orde Baru dan terjadinya

Reformasi. Materi ini juga dapat disampaikan di kelas XII program Ilmu

Pengetahuan Alam dengan SK Merekonstruksi Perjuangan Bangsa Indonesia sejak

masa Proklamasi sampai masa Reformasi, dengan KD Merekonstruksi

Perkembangan Masyarakat Indonesia pada masa Reformasi. Dan di kelas XII

program Bahasa dengan SK Merekonstruksi Perjuangan Bangsa sejak masa Orde

Baru sampai dengan Reformasi, dengan KD Merekonstruksi Perkembangan

Masyarakat Indonesia sejak Pemerintahan Orde Baru sampai dengan masa

Reformasi. Dan materi ini akan menarik bagi para siswa khususnya di wilayah Kota

Bandung.

Dalam konteks penelitian yang lebih umum, penelitian ini masih sebatas

gambaran umum peranan dan strategi gerakan mahasiswa kota Bandung sebagai

sebuah gerakan sosial. Diharapkan dalam perkembangan selanjutnya, akan hadir

penelitian yang membahas secara khusus masing-masing organisasi mahasiswa di

Referensi

Dokumen terkait

Figure 14 shows the Bode diagram of the reference signal to the grid current transfer function. A flat unity gain and zero phase are observed within the frequency range of interest.

Pernyataan ini didukung oleh sejumlah bukti empiris, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan Cooper (1997) menyebutkan bahwa orang dengan tingkat kecerdasan

Teman-teman Akademi Kebidanan Muslimat NU Kudus yang telah mendukung penulis selama menjalani pendidikan di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

A Unsur-unsur Yang Dilarang menurut perbandingan Undang- Undang Kesehatan

(Sutradara). FairyTail [Gambar Hidup].. Reading for Information in Elementary School: Content Literacy Strategies to build Comprehension. New Jersey: Pearson Edu,

Sementara data-data observasi di SMPN 3 Depok pada hari Kamis, 11 Juni 2015 meliputi: terdapat beberapa permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan karir seperti

Peribahasa-peribahasa tersebut dapat diamati dari paralelisme antonimi (bentuk peribahasa di mana terdapat pertentangan antara klausa pertama dengan klausa kedua), paralelisme

ملعتي متهي ا بلاطلا ببسي اذ و رعلا ةغللا رمني و .ةيب .طقف ةباتكلا و ةءارقلا ةراهم ةدام ىلع زكري باتكلا اذ نا ثحابلا تل ثحابلا ديري تامولعما ذ نم ميمص