• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Pemeriksaan Calon Terampu Sebelum Adanya Penetapan Pengampuan Oleh Pengadilan ( Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2221 K Pdt 2010)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Pemeriksaan Calon Terampu Sebelum Adanya Penetapan Pengampuan Oleh Pengadilan ( Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2221 K Pdt 2010)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PROSEDUR PEMERIKSAAN CALON TERAMPU SEBELUM ADANYA PENETAPAN PENGAMPUAN OLEH PENGADILAN

A. Pengertian dan Pengaturan Pengampuan di Indonesia

Di Indonesia telah banyak terjadi kasus mengenai pengampuan. Di

latarbelakangi oleh sifat manusia yang selalu berusaha menjalin hubungan dengan

manusia lainnya maka proses mengampu pun terwujud. Setiap terjadinya hubungan

hukum pastilah mempunyai causa . Causa adalah alasan- alasan yang menyebabkan

adanya hubungan hukum, yaitu rangkaian kepentingan yang harus diperhatikan sesuai

yang terrmaktub dalam isi hubungan hukum itu39.

Kembali ke persoalan awal dimana Pengampuan adalah hubungan hukum,

maka sebagai awal kita perlu melihat pada Kitab Undang- Undang Hukum Perdata

(BW) sebagai acuan dalam penyelesaian permasalahan yang berkaitan dengan

Hukum perdata.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak ada pasal yang mengatur

tentang pengertian pengampuan ini. Pengertian pengampuan hanya dari pendapat

para ahli hukum. Dalam hukum perdata dikenal adanya pembagian hukum menurut

ilmu pengetahuan dan menurut Kitab undang-undang Hukum Perdata.

Hukum perdata materiil menurut ilmu pengetahuan dibagi menjadi 4 bagian

yang salah satu diantaranya terdapat pengaturan mengenai pengampuan. Ke empat

bagian tersebut adalah :40

1. Hukum Perorangan (Personenrecht)

39Ridwan Indra,Asas-Asas Hukum Perdata di Indonesia,CV Trisula,Jakarta,1997,hlm 39 40 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perorangan dan Kekeluargaan di Indonesia, cet

(2)

2. Hukum Keluarga (Familierecht)

3. Hukum harta Kekayaan (vermogensrecht) 4. Hukum Waris (Erfrecht)

Pengaturan mengenai pengampuan terdapat dalam bagian Hukum Keluarga.

Timbulnya pengampuan yang bersifat kekeluargaan dikarenakan antara orang yang

diampu dan yang mengampu biasanya memiliki hubungan darah atau hubungan

keluarga. Hukum keluarga diartikan sebagai keseluruhan ketentuan-ketentuan yang

mengatur mengenai hubungan hukum yang bersangkutan dengan keluarga sedarah

dan keluarga karena perkawinan.41yang diatur dalam Hukum keluarga adalah:42

1. Keturunan;

2. Kekuasaan Orartg Tua (Ourderlijkemacht): 3. Perwalian (Voogdij);

4. Pendewasaan (Handelichting); 5. Pengampuan (curatele)

6. Orang yang hilang.

Pada perkembangannya ada beberapa pendapat yang muncul dan

memasukkan pengampuan ke dalarn hukum orang/pribadi.43 Seperti menurut

pendapat P.N.H Simanjuntak dalam bukunya yang berjudul "Pokok- Pokok Hukum

Perdata Indonesia memasukaan pengampuan ini dalam orang yang tidak cakap

bertindak dalam hukum. Ini menjadi sedikit rancu dan membingungkan.

41Sri Soesilawati Mahdi,Surini Ahlan Sjarif, Akhmad Budi Cahyono,Hukum Perdata ( suatu

pengantar),cet 1.Gitamajaya,Jakarta,2005,hlm 41

42

Subekti,Pokok-Pokok Hukum Perdata, cet 31, PT Intermasa,Jakarta,2003,hlm 48

43

(3)

Sedangkan dalam Kitab Undang- undang hukum Perdata, Pengampuan

terdapat dalam buku I (Kesatu) tentang Orang, dan oleh undang- undang ditetapkan

ke dalam salah satu orang-orang yang tidak cakap bertindak seperti :

1. Orang-orang yang belum dewasa, yaitu anak yang belum mencapai umur 18

tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ( pasal 1330 BW jo.

Pasal 47 UU no 1 tahun 1974).

2. Orang-orang yang ditaruh dibawah pengampuan, yaitu orang- orang dewasa

tapi dalam keadaan dungu, gila, mata gelap, dan pemboros ( pasaI 1330 BW

jo pasal 433 BW).

3. Orang-orang yang dilarang undang- undang untuk melakukan

perbuatan-perbuatan hukum tertentu, misalnva orang yang dinyatakan pailit ( pasal 1330

BW jo Undang-undang Kepailitan).

Pengampuan (curatele) diatur dalam pasal 433 s/d 462 KUH Perdata, Seperti yang dijelaskan di dalam KUH Perdata tidak ada pasal khusus yang mengatur

mengenai pengampuan ini. Dalam KUH perdata hanya menerangkan hal- hal yang

menjadi inti dari suatu peristiwa hukum yang dinamakan Pengampuan, sehingga dari

pasal- pasal inilah dapat di mengerti mengenai makna dan hal- hal yang berkaitan

dengan proses pengampuan ini. Sebagai contoh pasal 433 KUH Perdata yang

berbunyi :

"Setiap orang dewasa, yang selalu berada dalam keadaan dungu, sakit otak atau mata

gelap harus ditaruh di bawah pengampuan, pun jika ia kadang- kadang cakap

(4)

Seorang dewasa boleh juga ditaruh di bawah pengampuan karena keborosannya'".

Menurut Subekti, orang yang sudah dewasa, yang menderita sakit ingatan

menurut undang- undang harus ditaruh di bawah pengampuan (curatele). Selanjutnya diterangkan bahwa seorang dewasa juga dapat ditaruh di bawah pengampuan dengan

alasan bahwa ia mengobral kekayaannya.

Pendapat dari sarjana lain yang juga mengemukakan pengertian dari

pengampuan yaitu C.S.T Kansil dalam bukunya yang berisi asas- asas hukum perdata

yang dipelajari dan berlaku di Indonesia memiliki pengertian yang sama dengan Prof.

Subekti tetapi memberikan penjelasan lebih rinci mengenai pengertian pengampuan

ini. Berdasarkan penjelasan mengenai pengampuan dalam pasal 433 KUH Perdata,

pengampuan adalah orang dewasa akan tetapi :

1. Sakit pada ingatannya;

2. Seorang yang pemboros;

3. Lemah daya atau lemah jasmaninya;

4. Tidak sanggup mengurus kepentingan sendiri dengan semestinya, disebabkan

kelakuan buruk diluar batas atau mengganggu keamanan, memerlukan

pengampuan.

“Sesuatu daya upaya hukum untuk menempatkan seorang yang telah sama

seperti orang yang belum dewasa. Orang yang ditaruh dibawah pengampuan disebut

curandus, pengampunya disebut curator dan pengampuannya disebutcuratele.44

44 P.N.H SimanjuntaK, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, Cet3, Djambatan,

(5)

Masih ada pendapat lain mengenai pengertian pengampuan ini yaitu keadaan

dimana seorang yang sudah dewasa yang selalu berada dalam keadaan dungu, sakit

ingatan, atau suka mata gelap dan memboroskan kekayaannya dapat ditaruh dibawah

pengampuan.45

Kesemua pendapat para ahli ini mengambil kesimpulan yang sama mengenai

pengertian pengampuan.

Sedangkan H.F.A Vollmar, seorang berkebangsaan Belanda, juga

memberikan pengertian mengenai pengampuan lebih secara umum yaitu keadaan

yang disitu seseorang ( disebut Curandus) karena sifat- sifat pribadinya dianggap

tidak cakap atau tidak di dalam hal cakap untuk bertindak sendiri ( pribadi) di dalam

lalu lintas hukum. Atas dasar itu orang tcrsebut dengan keputusan hakim lantas

dimasukkan ke dalam golongan orang yang tidak cakap bertindak. Karenanya, orang

tersebut lantas diberi seorang wakil menurut Undang- Undang, yaitu yang disebut

pengampu (curator atau curatrice)46 tetapi tidak menjelaskan lebih rinci orang yang

seperti apa yang dikatakan tidak cakap tersebut.

Pendapat lain juga dikemukakan o1eh P.N.H Simanjuntak dalam bukunya

yang berjudul Pokok-Pokok hukum Perdata Indonesia disebutkan bahwa pengertian

Pengampuan adalah lembaga yang mengatur mengenai orang dewasa yang karena

sesuatu sebab maka dia memerlukan perlindungan, misalnya karena terganggu

45 Sadikin, Pembahasan Perkembangan Pembangunan Hukum Nasional Tentang Hukum

Keluarga dan Waris, cet 1 , Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, 1996, Hlm 20-21

46H.F.A Vollmar,Pengantar Studi hukum Perdata,Cet 1,Raja Grafindo

(6)

kesehatan akal atau pikirannya, orang yang boros, yang tidak dapat mengurus

kepentingan diri sendiri, dan harus diletakan di dalam perlindungan atau pengawasan

yang disebut pengampuan atau curatele.

Dengan berbagai pendapat ahli diatas dapat disimpulkan mengenai pengertian

dari pengampuan. Bahwa pengampuan adalah peletakkan orang dewasa yang selalu

berada dalam keadaan dungu, sakit otak atau mata gelap pun jika kadang- kadang ia

cakap mempergunakan pikirannya dalam keadaan sama seperti anak yang belum

dewasa dan diwakili oleh pengampu bila akan melakukan perbuatan hukum. Tidak

cakap melakukan perbuatan hukum kecuali beberapa hal bagi orang yang diletakkan

di bawah pengampuan karena keborosannva.

Karena dimasukkan ke dalam orang yang tidak cakap bertindak dalam hukum

maka harus ada seseorang yang mewakili segala tindakannya tersebut, yang disebut

sebagai Pengampu. Sedangkan pelaksanaannya harus diawasi oleh pihak yang

berwenang antara lain adalah Balai Harta Peninggalan.

Pengaturan pengampuan ini masih digabung dengan perwalian, sehingga

beberapa pengaturan di perwalian juga berlaku bagi pengampuan. Pengampuan

hakikatnya merupakan bentuk khusus daripada perwalian, yaitu diperuntukkan bagi

orang dewasa tetapi berhubungan dengan sesuatu hal ( keadaan mental atau fisik

tidak atau kurang sempurna) ia tidak dapat bertindak dengan leluasa.47

47 Ali Afandi,Hukum Waris,Hukum Keluarga,Hukum Pembuktian Menurut Kitab

(7)

Karena diatur dalam satu bagian dengan kekuasaan orang tua dan perwalian

maka pengampuan memiliki persamaan dan perbedaaan antara satu dengan yang lain.

Persamaannya ialah bahwa kesemua itu mengawasi dan menyelenggarakan hubungan

hukum orang- orang yang dinyatakan tidak cakap bertindak, sedangkan perbedaannya

adalah pada kekuasaan orang tua, kekuasaan asli dilaksanakan oleh orang tuanya

sendiri yang masih dalam ikatan perkawinan terhadap anak- anaknya yang belum

dewasa; pada perwalian pemeliharaan dan bimbingan dilaksanakan oleh wali, dapat

salah satu ibunya atau bapaknya yang tidak dalam keadaan ikatan perkawinan lagi

atau orang lain terhadap anak- anak yang belum dewasa, sedangkan pada

pengampuan bimbingan dilaksanakan oleh curator ( yaitu keluarga sedarah atau orang

yang ditunjuk) terhadap orang- orang dewasa yang karena sesuatu sebab dinyatakan

tidak cakap bertindak dalam lalu lintas hukum.48

B. Syarat- Syarat Peletakan Seseorang di bawah Pengampuan

Dalam KUH Perdata dijelaskan mengenai pengertian curandus (terampu).

Tapi tidak ada pasal yang jelas- jelas berisi tentang pengertian kurandus. Hanya

menggunakan kata- kata yang mengarah pada pendefenisian tentang apa itu curandus

pada pasal- pasal yang terkait dan juga berdasarkan pada pendapat sarjana dan

ahli-ahli hukum.

Terampu (curandus) adalah orang yang diletakan di bawah pengampuan. Diletakkan dalam kondisi harus diampu tentunya telah memenuhi syarat- syarat yang

48C.S.T Kansil,Modul hukum Perdata I(termasuk Asas-Asas Hukum Perdata),Cet 1, Pradnya

(8)

dikemukakan oleh undang- undang. Curandus adalah orang yang dikondisikan berada

dalam pengampuan karena sifat- sifat pribadinya dianggap tidak cakap atau tidak di

dalam segala hal cakap untuk bertindak sendiri dalam lalu lintas hukum.49

Adapun alasan- alasan atau syarat- syarat orang yang ditaruh di bawah

pengampuan adalah50

a. Terganggunya kesehatan pikiran

Terganggunya kesehatan pikiran (krankzinningheid) ini harus diartikan dalam arti yang luas, yaitu meliputi onnozelheid (sikap dungu, ketololan, sakit otak/ nalar) danrezernij (sikap pemarah, mata gelap), sebagaimana diatur di dalam pasal 434 ayat (1) KUH Perdata. Pasal tersebut menentukan bahwa :

Setiap keluarga sedarah berhak meminta pengampuan seorang keluarga

sedarahnya berdasarkan atas keadaan dungu, sakit otak atau mata gelap. Pembedaan

tersebut berasal dari code civil Prancis, yang sebenarnya apabila dilihat dari segi

medis kurang tepat, karena hanya dilihat dari keadaan seseorang. Keadaan terganggu

kesehatan pikirannya tersebut (kranzinningheid) itu haruslah besifat konstan, artinya terus menerus dan semata- mata tidak dilihat dari aspek medis saja, tetapi harus pula

diperhatikan aspek kemasyarakatan. Dalam hal seseorang tidak dapat bertindak

sendiri, barulah menjadi alasan untuk meletakkan di bawah pengampuan atau

curatele.

b. Lemahnya pikiran.

49H.F.A Vollmar,op.cit,hlm 176

50Wahyono Darmabrata, Hukum Perdata( Asas-Asas Hukum Perdata dan

(9)

Lemahnya pikiran disini dimaksudkan verstandilijlike vermogen (lemahnya

pikiran/ akal). Dalam kaitan dengan hal ini, vermogen, bukan hanya dimaksudkan

dengan berkaitan dengan kemampuan daya berfikir (akal), akan tetapi juga

(lichamelijke vermogen), misalnya usia lanjut, cacat dan sebagainya. KUH Perdata mengartikannya sebagai (verstandijlike vermogen), sehingga orang yang lemah kemampuannya ( vermogen).Pasal 434 ayat (5) KUH Perdata menentukan bahwa :

"Barang siapa karena kelemahannya kekuatan akalnya, merasa tidak cakap

mengurus kepentingan-kepentingan diri sendiri sebaik-baiknya, diperbolehkan

meminta pengampuan bagi dirinya sendiri."

c. Sifat boros yang ada pada seseorang

Dapat terjadi bahwa seseorang bersifat boros, dan tidak kuasa untuk mengatasi

keborosannya, yakni menghamburkan harta kekayaannya. Pemborosan ini tidak

menempatkan seseorang pada ketidakcakapan untuk berbuat (onbekwaam), tetapi dapat dipergunakan sebagai alasan untuk menempatkan seseorang di bawah

pengampuan.

Pasa1434 ayat (2) KUH Perdata menentukan bahwa :

"berdasarkan atas keborosannya, pengampuan hanya boleh diminta oleh para

keluarga sedarahnya, dalam garis lurus dan oleh para keluarga semendanya

dalam garis lurus menyimpang sampai derajat keenam.

Seorang dewasa dapatlah juga ditaruh di bawah pengampuan karena

(10)

dikarenakan permohonannya ke pengadilan untuk diampu karena tidak mampu

berfikir selayaknya anak yang sudah dewasa. Hal ini juga harus melalui pemeriksaan

saksi-saksi, bukti-bukti pemeriksaaan kesehatan dari profesi yang terkait dan

keyakinan hakim bahwa la memang benar-benar bodoh pada sidang pengadilan.

Tidaklah semua orang yang mengalami sakit jiwa, Iemah daya dan boros

harus dimasukkan dalam keadaan diampu. Adanya hal- hal yang terkait dengan harta

bendalah yang harus masuk dalam kasus ampu-mengampu jika diantara pihak yang

terkait memang memerlukannya. Lantas tidaklah langsung bila ada seseorang yang

masuk dalam kategori patut diampu menjadi diampu. Bila tidak ada urusannya

dengan waris mewaris, keuangan yang akan dilakukan perbuatan hukum atasnya

maka tidaklah diperlukan pengampuan.51

Dasar yang digunakan untuk mengucapkan pengampuan itu di dalam banyak

hal adalah penting. Demikian misalnya, pengampuan karena kelemahan akalnya

hanya dapat diminta oleh orang yang harus ditaruh di bawah pengampuanitu sendirl

(pasal 498 KUH Perdata).

“Mengenai dasar- dasarnya sendiri masih dicatat, bahwa "kelemahan kekuatan

akal" terletak di perbatasan antara "dungu" dan "waras" (normal). Pada "keborosan"

orang harus bertanya kepada diri sendiri apakah pengeluaran seseorang dibandingkan

dengan penghasilan dan kekayaannya adalah melampui batas dan.tidak masuk akal,

sifat pcngeluarannya bukannya hal yang menentukan, sebab, juga seorang yang

memberikan suatu bagian.yang tidak seimbang dari persediaan uangnya untuk

(11)

tujuan amal misalnva, dapat dicap sebagai pemboros. Kebiasaan minum-minuman

keras hanya dapat dipergunakan sebagai dasar untuk pengampuan, jika itu disertai

keadaan-keadaan tertentu”.52

C. Kedudukan Orang Yang Diampu dalam Hak Mewaris

Waris mewaris merupakan sebab akibat yang menjadi satu kesatuan. Dimana

bila terjadi peristiwa waris pasti ada pewaris dan ahli waris. Mewaris adalah

menggantikan hak dan kewajiban scseorang yang meninggal. Pada umumnya yang

digantikan adalah hanya hak dan kekayaan di bidang hukum kekayaan saja. Fungsi

dari yang mewariskan yang bersifat pribadi atau yang bersifat hukum keluarga

(misalnya suatu perwalian) tidaklah beralih.

Adapun pengertian Pewaris adalah orang yang meninggal dunia yang

meninggalkan harta kekayaan. Ahli Waris adalah anggota keluarga orang yang

meninggal dunia yang menggantikan kedudukan pewaris dalam bidang hukum

kekayaan karena meninggalnya Pewaris.53 Ahli waris dibagi dalam 4 (empat)

golongan yaitu:

1. Golongan I : terdiri dari suami- isieri dan anak beserta keturunannya.

2. Golongan II : terdiri dari orang tua dan saudara-saudara beserta keturunannya.

3. Golongan III : terdiri dari kakek dan nenek serta seterusnya ke atas.

4. Golongan IV :terdiri dari keluarga dalam garis menyamping yang lebih jauh,

termasuk saudara- saudara Ahli waris golongan III beserta turunannva.54

52H.F.A Vollmar,op.cit,hlm 178 53

H.M Idris Ramulyo,Perbandingan Hukum Kewarisan Islam dngan Kewarisan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,cet 1,Sinar Grafika ,Jakarta,2004,hlm 83

54P.N.H Simanjuntak,Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia,Cet 3

(12)

Harta Warisan adalah kekayaan vang berupa keseluruhan aktiva dan passiva

yang ditinggalkan pewaris dan berpindah kepada para ahli waris. Keseluruhan

kekayaan yang berupa aktiva dan passiva yang menjadi milik bersama ahli waris

disebut boedel.

Menurut peraturan perundang- undangan orang- orang yang tersebut diatas

adalah ahli waris yang sah. Artinya mereka adalah ahli waris yang tidak dapat

terdinding oleh siapapun. Karenanya tidak ada yang dapat menutupi hak- hak mereka

sebagai keturunan pewaris. Seseorang yang sudah dewasa tapi keadaannya

mengharuskan diampu dia tidak kehilangan haknya. Karena walaupun status

hukumnya berubah menjadi anak yang dikembalikan ke keadaan orang yang tidak

dewasa atau di bawah umur, sehingga tidak bisa melakukan perbuatan yang

menimbulkan akibat hukum. Namanya sebagai anak (dalam hal ini berbicara

mengenai anak sebagai ahli waris yang termasuk dalam golongan I) dari pewaris

tidak mungkin dapat dihapuskan hanya karena dia diampu. Penyebutannya pun tetap

sebagai anak bukan menjadi orang yang dimasukkan ke dalam golongan ahli waris

yang lain. Hanya saja pada saat hukum kekayaan ini diberlakukan padanya maka

orang yang diampu itu harus lewat tangan orang lain sebagai pegampunya. Dia tetap

diberikan oleh warisan, tapi untuk menggunakan harta warisan tersebut yang nantinya

juga akan dipergunakan untuk membiayai hidupnya sehari-hari dia harus dibantu oleh

pengampu yang berwenang. Untuk melakukan perbuatan hukum terhadap harta

(13)

dikatakan hak mewaris dimiliki si terampu tapi pelaksanaannya dilakukan oleh

pengampu.

Seorang kurandus tidak cakap untuk bertindak sendiri dan karenanya harus

diwakili oleh wali atau kuratornya. Demi untuk melindungi kepentingan seorang

kurandus, Undang- Undang menentukan bahwa wali ataupun kurator diwajibkan

untuk menerima warisan yang terbuka bagi kurandus secara Beneficiair, yang berarti

menerima dengan hak istimewa untuk mengadakan pendaftaran boedel.55

Hak ahli waris tersebut tetap dijamin oleh Undang- Undang dan pewaris tidak

boleh membatasi hak ahli waris vang bersangkutan untuk itu. Hal ini nampak dari

pasal 1025 jo 1089 KUH Perdata. Ahli waris yang bersangkutan selama waktu

berfikir tidak boleh dipaksa untuk menentukan sikapnya terhadap warisan. Malahan

semua perkara dan pelaksanaan keputusan pengadilan yang mengenai orang dalam

kualitasnya sebagai Ahli waris yang sedang menggunakan haknya untuk berfikir,

harus ditangguhkan dulu ( pasal 1025 KUH Perdata).56

Seperti dalam pasal 1034 KUH Perdata menyatakan bahwa ia dapat menjual

barang-barang warisan, asal dilakukan menurut cara dan dengan perantaraan orang

tertentu.

Selanjutnya dalam pasal 1033 KUH Perdata orang mcnyimpulkan, bahwa ia

pun wajib untuk membereskan tagihan warisan, dan melunasi hutang-hutang warisan,

bahkan kalau perlu ia boleh memakai hartanya sendiri dulu untuk melunasinya.57

55J.Satrio,Hukum Waris,cet 2,Alumni,Bandung,1992,hlm,314 56Ibid,hlm 315

(14)

Sehingga sampai keadaan seseorang yang diampu tersebut belum kembali

nornal maka pengurusan harta warisan tetap dilakukan oleh si pengampu.

D. Prosedur Pemeriksaan Calon Terampu Sebelum Adanya Penetapan Pengampuan Oleh Pengadilan

Pengampuan hanya dapat diadakan oleh hakim. Siapa saja dapat memancing

suatu putusan hakim (untuk pengampuan), hal itu tergantung dari dasar- dasar yang

diperlukan untuk adanya pengampuan.58

Hakim yang wenang ialah hakim pengadilan dari tempat di mana orang yang

dimintakan pengampuan itu bertempat tinggal. Akibat pengaturan kompetensi yang

demikian ialah bahwa jika seseorang memindahkan tempat kediamannya

(domisilinya) ke luar negeri, la dapat meniadakan kemungkinan untuk ditaruh di

bawah pengampuan di Nederland.59

Prosedur permohonan pengampuan ini, oleh undang- undang diberikan

sejumlah ketentuan khusus. Namun demikian, kita tidak dapat mengatakan bahwa di

dalam aturan-aturan itu telah diatur secara lengkap segala sesuatu mengenai prosedur

itu.

Jalanya pemeriksaan Pengadilan terhadap permintaan seseorang untuk

menempatkan orang lain yang sudah dewasa, yang selalu berada dalam keadaan

boros, dungu sakit ingatan (gila) atau mata gelap di bawah pengampuan seperti :

Harus ada pengajuan permohonan pengampuan ke Pengadilan Negeri,

sehingga Pengadilan tidak dapat meletakkan seseorang di bawah pengampuan tanpa

(15)

adanya permohonan dari orang yang ingin menjadi Pengampu atau orang yang ingin

di taruh di bawah pengampuan.

Permohonan penempatan di bawah pengampuan harus jelas menyebutkan

fakta- fakta dan alat-alat buki yang menyatakan keadaan seseorang yang dimintakan

pengampuannya dan disertai dengan daftar nama saksi-saksi yang diperiksa oleh

hakim.

Bi1a pengadilan negeri berpendapat bahwa peristiwa-peristiwa itu cukup

penting guna mendasarkan suatu pengampuan, maka perlu di dengar para keluarga

sedarah atau semenda.60 Hal ini mcnjadi yang terpenting dalam pemeriksaan calon

tcrampu agar tidak terjadinya perkara di kemudian hari.

Pengadilan Negeri setelah mendengar atau memangil dengan sah orang-orang

tersebut dalam pasal yang lalu, harus mendengar pula orang yang dimintakan

pengampuan (calon terampu).

Pemeriksaan calon terampu ini tidak akan berlangsung sebelum kepada yang

dimintakan pengampuan itu diberitahukan isi surat permintaan dan laporan yang

memuat pendapat dari anggota keluarga sedarah. Pemeriksaan juga harus dilengkapi

dengan surat- surat bukti lainnya seperti akta nikah (jika yang diampu telah menikah),

kartu keluarga, kartu tanda penduduk, dan yang paling penting yaitu surat dari rumah

sakit yang menyatakan bahwa calon terampu memang tidak cakap melakukan

60Tan Thong Kie,Studi Notariat dan Serba Serbi Praktek Notaris,PT Ichtiar Baru Van Hoeve,

(16)

perbuatan hukum, misalnya orang yang gila harus ada keterangan dari rumah sakit

jiwa.61

Setelah semua berkas dilengkapi dan permohonan pengampuan tersebut telah

diketahui oleh si calon terampu sendiri maka si calon terampu pun di panggil di

Pengadilan untuk proses tanya jawab secara langsung.

Pemeriksaan calon terampu ini dilakukan apabila terampu tersebut masih

dapat dipanggil atau ditanyakan tentang keadaan dirinya seperti orang yang diletakan

di bawah pengampuan karena keborosari tetapi bagi seorang yang diletakkan di

bawah pengampuan karena keadaan gila sehingga tidak dapat ditanyakan tentang

dirinya maka tidak perlu dilakukannya pemanggilan terhadap calon kurandus, cukup

berdasarkan keterangan dari pihak keluarga atau semenda.62

Selanjutnya jika si calon terampu ini tidak dapat memindahkan dirinya, maka

pemeriksaan itu harus dilangsungkan di rumahnya, oleh seorang hakim atau lebih

yang diangkat untuk itu dan disertai oleh Panitera dan atas semua itu dihadiri juga

oleh Jawatan Kejaksaan.

Bi1a pengadilan negeri, setelah mendengar atau memanggil dengan sah

keluarga sedarah atau semenda, dan setelah mendengar pula orang yang dimintakan

pengampuan, berpendapat bahwa telah cukup keterangan yang diperoleh, maka

pengadilan dapat memberi keputusan tentang surat permintaan itu tanpa tata cara

lebih lanjut, dalam hal yang sebaliknya, Pengadilan Negeri harus memerintahkan

61Ibid

62 Hasil wawancara dengan Bapak Soeharto,Hakim Pengadilan Negeri Medan,tanggal 21

(17)

pemeriksaan saksi-saksi agar peristiwa- peristiwa yang dikemukakannya menjadi

jelas.63

Setelah mengadakan pemeriksaan tersebut, bila ada alasan Pengadilan Negeri

dapat mengangkat seorang pengurus sementara untuk mcngurus pribadi dan

barang-barang orang yang dimintakan pcngampuan. Jadi biasanya pengangkatan pengurus

sementara ini dilakukan apabila ada harta yang harus diurus. Setelah pengadilan

mempunyai keputusan dan keputusan itu telah mempunyai kekuatan hukum yang

tetap, maka ditetapkanlah seorang pengampu/ curator dan tugas pengurus sementara

pun berakhir.

Pengurus sementara wajib menyerahkan perhitungan pertanggung jawaban

atas pengurusannya kepada pcngampu.

Tetapi wewenang dari seorang pengurus sementara tidak diatur di dalam

undang- undang dan oleh karena itu wewenangnya sama sekali adalah tidak pasti.64

Hal yang perlu diperhatikan lagi bahwa kekuasaan pengurus khusus sementara

sangat terbatas. Mengingat bahwa waktu bekerjanya singkat yaitu sampai ada seorang

pengampu, ia hanya menangani hal- hal yang sangat perlu. Jika ada hal yang

mendesak sedangkan pengurus khusus sementara ragu- ragu apakah ia berhak

melakukan suatu tindak hukum, sebaiknya ia bertanya kepada hakim atau mengambil

jalan pintas dengan segera secara tertulis memohon izin dari pengadilan.65

63

Indonesia (1), KitabUndang-UndangHukum Perdata (Burgerlijk Wetboek),diterjemahkan oleh R.Subekti dan R.Tjitrosudibio,cet 31, Pradnya Paramita,Jakarta, 2001,pasal 439

(18)

Putusan atas suatu permintaan akan pengampuan harus diucapkan dalam

sidang terbuka, setelah mendengar atau memanggil dengan sah semua pihak dan

berdasarkan kesimpulam Jaksa.

Semua penetapan dan putusan yang memerintahkan pengampuan, dalam

waktu yang ditetapkan dalam penetapan atau keputusan ini harus diberitahukan oleh

pihak yang memintakan pengampuan kepada pihak lawannya dan diumumkan dengan

menempatkan dalam Berita Negara.

Pengampuan mulai berlaku sejak putusan atau penetapan pengampuan

diucapkan.66

Orang yang ditaruh, dibawah penagampuan itu berhak memintakan banding

(appel) pada Pengadilan Tinggi. Apabila putusan hakim telah memperoleh kekuatan tetap, Pengadilan Negeri akan mengangkat seorang pengampu atau kurator.

E. Akibat Hukum Seseorang yang Ditaruh Dibawah Pcngampuan

Akibat yang terpenting dari penempatan di bawah pengampuan ialah, bahwa

si kurandus beralih kedalam kedudukan seorang belum dewasa. Dalam pengampuan

tersebut, maka orang yang sudah dewasa diletakkan dalam keadaan dimana dia harus

dibantu oleh orang lain, atau bergantung pada orang lain, dan kedudukannya di dalam

banyak hal adalah sama dengan mereka yang belum cukup umur (pasal 452 KUH

Perdata).67 Akibat ini adalah akibat yang terpenting daripada penaruhan dalam

curatele, bahwa kurandus terdapat dalam posisi sebagai mana yang masih di bawah

(19)

umur. Oleh karena itu yang diangkatlah seorang Pengampu dan seorang pengampu

Pengawas untuknya. Kedudukan pengampu dan pengampu pengawas adalah boleh

dikatakan sama dengan kedudukan Wali dan Wali Pengawas untuk seorang yang

belum dewasa.68

Sedangkan mengenai anak yang ditaruh di bawah pengampuan, bukanlah

anak- anak (orang yang belum berumur 21 tahun pasal 330 KUH Perdata). Akan

tetapi adalah orang- orang yang sudah dewasa, dalam arti orang yang telah mencapai

umur 21 tahun atau lebih tapi tidak dapat bertindak mewakili dirinya sendiri dalam

lalu lintas hukum. Akan disini diartikan sebagai orang dewasa yang masih dalam

tanggung jawab orang tuanya. Pengurusan atau kebutuhan hidupnya sehari- hari

masih dibebankan pada orang tuanya yang hidup terlama. Dikatakan hidup terlama

yaitu orang tua yang masih hidup,maka bila terjadi suatu perbuatan hukum atas harta

benda yang merupakan milik calon terampu baik itu atas pencaharian diri sendiri

sebelum dirinya diampu ataupun dari warisan yang menjadi haknya dibebankan

kepada orang tuanya tersebut.69 Disinilah dibutuhkan pemberitahuan kepada

pengadilan untuk status hukumnya. Jika kondisi ini yang terjadi maka orang yang

berhak menggantikan kurator tersebut adalah keluarga sedarah atau semendanya.

Dalam hal ini bisa jadi ibu atau ayah, atau salah satu dari mereka yang mana yang

hidup bersama ataupun saudara laki- laki atau perempuan satu ayah dan ibu dengan si

terampu. Bisa juga paman dan bibi sicalon terampu untuk mewakilinya mengurus

68Titik Triwulan Tutik,Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional,cet 1 ,Kencana,Jakarta

2008, hlm 94

(20)

harta bendanya. Sebagai salah satu contoh diperjualbelikannya harta benda yang

bersangkutan. Maka hal ini haruslah melalui penetapan pengadilan. Dimana

dinyatakan bahwa pengampu berhak menggantikan si terampu dalam jual beli

tersebut.

Akibat-akibat lainnya muncul pada saat penetapan atas anak yang akan

ditaruh dibawah pengampuan tersebut diucapkan oleh hakim. Akibat-akibat ini

seiring sejalan dengan penetapan tadi. Pasal 446 KUH Perdata menentukan bahwa:

"pengampuan mulai berjalan terhitung semenjak putusan atau penetapan diucapkan"

"segala tindak perdata yang dilakukan oleh seorang kurandus setelah permulaan

pengampuan adalah batal demi undang- undang (nietig), namun dalam kenyataan

kebatalan harus dimintakan kepada hakim".

Keputusan hakim mengenai Pengampuan yang telah diucapkan, dengan tidak

mengindahkan akan kemungkinan adanya banding dan berlangsung terus selama

hidup kurandus, sepanjang pengampuan itu tidak dihentikan oleh keputusan hakim.

Perbuatan-perbuatan kurandus adalah batal, bahwa yang dapat

mempergunakan upaya kebatalan itu hanyalah pihak kurandus saja. Di dalam hal

pengampuan itu disehabkan karena sakit jiwa, meluaskan kebatalan itu hingga juga

mencakup perbuatan- perbuatan yang telah dilakukan sebelum penempatan di bawah

pengampuan, yang itu dilakukan dalam keadaan- keadaan tertentu.70

Orang yang diletakan di bawah pengampuan tidak dapat melakukan

kekuasaan orang tua, sehingga kekuasaan orang tua itu menurut pasal 356 ayat

(21)

terakhir lantas hanya dilakukan oleh orang tua yang lainnya. Jika orang tua inipun ada

dalam keadaan tidak mungkin maka diangkatlah seorang wali.

Jika orang yang ditempatkan di bawah pengampuan adalah wali atas

anak-anaknya sendiri atau anak- anak lain, orang itu lantas harus diberhentikan dan ia

harus digantikan oleh orang lain.

Seorang penderita sakit gila tidak dapat menikah karena ia tidak ada kemauan

sadar. Sedangkan pemboros dapat menikah, tetapi dengan izin kurator dan kurator

pengawas / BHP (pasal 452 ayat 2 jo 38 dan perjanjian nikah pasal 151).

Kurandus penderita sakit gila juga tidak dapat membuat wasiat. Kurandus

pemboros dapat membuatnya (pasal 446 ayat 3). Tentang kurandus lemah pikiran

belum ada kesepakatan di antara para ahli hukum, sedangkan undang-undang tidak

memberi ketentuan.

Tindakan hukum yang dibuat oleh kurandus sebelum keputusan pengampuan

karena gila, dungu, atau mata gelap, dapat diputuskan batal oleh hakim jika dapat

dibuktikan bahwa dasar (alasan) untuk pengampuan telah nyata pada saat tindak

hukum ini dilakukan (pasal 447).

Sekalipun terampu tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum, namun

apabila terarnpu melanggar hukum (onrechmatige daad), ia tetap harus bertanggung gugat dengan membayar ganti rugi untuk kerugian yang terjadi karena

kesalahannya.71

71Jurnal Hukum,Pengampuan (Curatelle)

(22)

Tetapi jika seorang kurandus telah meninggal dunia, semua tindakan yang

telah dilakukannya sebelum pengampuan tidak dapat digugat berdasarkan sakit gila,

dungu atau mata gelap dari ketentuan ini dikecualikan:

1. Jika pengampuan sudah diputuskan atau diminta sebelum ia meninggal dunia;

2. Jika bukti tentang adanya penyakit itu ternyata dari tindakan itu sendiri, ini berarti

bahwa orang harus membuktikan bahwa kurandus telah gila pada saat tindakan itu

dilakukan; dan

3. Surat wasiat selalu dapat ditentang berdasarkan penyakit gila ( pasal 448 KUH

Perdata).72

Referensi

Dokumen terkait

Technological advances offer various facilities for humans to obtain information in a short time (Herayanti et al. One of the technological developments used for the

Faktor kompos TKKS pada dosis 75 g/polybag terhadap kedua media tanah menunjukkan pengaruh tidak nyata, sedangkan pada dosis 25 dan 50 g/polybag berpengaruh nyata

prikazan je primjer sklopljenog sporazuma između poslodavca i radničkog vijeća kojima su dodatno uređena pitanja u vezi s izborom i radom povjerenika radnika za

Hasil penelitian Kristanto & Kahija, (2017) menyatakan setelah terkena kanker dapat menimbulkan dampak dalam kehidupan sehari-hari yaitu seperti adanya perasaan putus asa

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada ketua serta para pengurus dan anggota kelompok tani Tunas Harapan di atas, peneliti membuktikan bahwa kelompok tani tunas

Korelasi antara Nilai Parameter Hemostasis terhadap Tumor Marker pada Pasien Kanker Paru Bukan Sel Kecil dengan Kemoterapi. Pada akhirnya dalam menilai adakah korelasi

The result shows that bathymetry at research area can be divided into fi ve classes, these are: (1) 0-2 meter with area of 1.797,61 hectare , (2) 2-5 meter with area of 2.059,06

R Molina et al, 2003, Tumor Markers (CEA, CA 125, CYFRA 21-1,SCC and NSE) in patients with Non-Small Cell Lung Cancer as an Aid in Histological Diagnostic and Prognosis,