BAB II
PROSEDUR PEMERIKSAAN CALON TERAMPU SEBELUM ADANYA PENETAPAN PENGAMPUAN OLEH PENGADILAN
A. Pengertian dan Pengaturan Pengampuan di Indonesia
Di Indonesia telah banyak terjadi kasus mengenai pengampuan. Di
latarbelakangi oleh sifat manusia yang selalu berusaha menjalin hubungan dengan
manusia lainnya maka proses mengampu pun terwujud. Setiap terjadinya hubungan
hukum pastilah mempunyai causa . Causa adalah alasan- alasan yang menyebabkan
adanya hubungan hukum, yaitu rangkaian kepentingan yang harus diperhatikan sesuai
yang terrmaktub dalam isi hubungan hukum itu39.
Kembali ke persoalan awal dimana Pengampuan adalah hubungan hukum,
maka sebagai awal kita perlu melihat pada Kitab Undang- Undang Hukum Perdata
(BW) sebagai acuan dalam penyelesaian permasalahan yang berkaitan dengan
Hukum perdata.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak ada pasal yang mengatur
tentang pengertian pengampuan ini. Pengertian pengampuan hanya dari pendapat
para ahli hukum. Dalam hukum perdata dikenal adanya pembagian hukum menurut
ilmu pengetahuan dan menurut Kitab undang-undang Hukum Perdata.
Hukum perdata materiil menurut ilmu pengetahuan dibagi menjadi 4 bagian
yang salah satu diantaranya terdapat pengaturan mengenai pengampuan. Ke empat
bagian tersebut adalah :40
1. Hukum Perorangan (Personenrecht)
39Ridwan Indra,Asas-Asas Hukum Perdata di Indonesia,CV Trisula,Jakarta,1997,hlm 39 40 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perorangan dan Kekeluargaan di Indonesia, cet
2. Hukum Keluarga (Familierecht)
3. Hukum harta Kekayaan (vermogensrecht) 4. Hukum Waris (Erfrecht)
Pengaturan mengenai pengampuan terdapat dalam bagian Hukum Keluarga.
Timbulnya pengampuan yang bersifat kekeluargaan dikarenakan antara orang yang
diampu dan yang mengampu biasanya memiliki hubungan darah atau hubungan
keluarga. Hukum keluarga diartikan sebagai keseluruhan ketentuan-ketentuan yang
mengatur mengenai hubungan hukum yang bersangkutan dengan keluarga sedarah
dan keluarga karena perkawinan.41yang diatur dalam Hukum keluarga adalah:42
1. Keturunan;
2. Kekuasaan Orartg Tua (Ourderlijkemacht): 3. Perwalian (Voogdij);
4. Pendewasaan (Handelichting); 5. Pengampuan (curatele)
6. Orang yang hilang.
Pada perkembangannya ada beberapa pendapat yang muncul dan
memasukkan pengampuan ke dalarn hukum orang/pribadi.43 Seperti menurut
pendapat P.N.H Simanjuntak dalam bukunya yang berjudul "Pokok- Pokok Hukum
Perdata Indonesia memasukaan pengampuan ini dalam orang yang tidak cakap
bertindak dalam hukum. Ini menjadi sedikit rancu dan membingungkan.
41Sri Soesilawati Mahdi,Surini Ahlan Sjarif, Akhmad Budi Cahyono,Hukum Perdata ( suatu
pengantar),cet 1.Gitamajaya,Jakarta,2005,hlm 41
42
Subekti,Pokok-Pokok Hukum Perdata, cet 31, PT Intermasa,Jakarta,2003,hlm 48
43
Sedangkan dalam Kitab Undang- undang hukum Perdata, Pengampuan
terdapat dalam buku I (Kesatu) tentang Orang, dan oleh undang- undang ditetapkan
ke dalam salah satu orang-orang yang tidak cakap bertindak seperti :
1. Orang-orang yang belum dewasa, yaitu anak yang belum mencapai umur 18
tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ( pasal 1330 BW jo.
Pasal 47 UU no 1 tahun 1974).
2. Orang-orang yang ditaruh dibawah pengampuan, yaitu orang- orang dewasa
tapi dalam keadaan dungu, gila, mata gelap, dan pemboros ( pasaI 1330 BW
jo pasal 433 BW).
3. Orang-orang yang dilarang undang- undang untuk melakukan
perbuatan-perbuatan hukum tertentu, misalnva orang yang dinyatakan pailit ( pasal 1330
BW jo Undang-undang Kepailitan).
Pengampuan (curatele) diatur dalam pasal 433 s/d 462 KUH Perdata, Seperti yang dijelaskan di dalam KUH Perdata tidak ada pasal khusus yang mengatur
mengenai pengampuan ini. Dalam KUH perdata hanya menerangkan hal- hal yang
menjadi inti dari suatu peristiwa hukum yang dinamakan Pengampuan, sehingga dari
pasal- pasal inilah dapat di mengerti mengenai makna dan hal- hal yang berkaitan
dengan proses pengampuan ini. Sebagai contoh pasal 433 KUH Perdata yang
berbunyi :
"Setiap orang dewasa, yang selalu berada dalam keadaan dungu, sakit otak atau mata
gelap harus ditaruh di bawah pengampuan, pun jika ia kadang- kadang cakap
Seorang dewasa boleh juga ditaruh di bawah pengampuan karena keborosannya'".
Menurut Subekti, orang yang sudah dewasa, yang menderita sakit ingatan
menurut undang- undang harus ditaruh di bawah pengampuan (curatele). Selanjutnya diterangkan bahwa seorang dewasa juga dapat ditaruh di bawah pengampuan dengan
alasan bahwa ia mengobral kekayaannya.
Pendapat dari sarjana lain yang juga mengemukakan pengertian dari
pengampuan yaitu C.S.T Kansil dalam bukunya yang berisi asas- asas hukum perdata
yang dipelajari dan berlaku di Indonesia memiliki pengertian yang sama dengan Prof.
Subekti tetapi memberikan penjelasan lebih rinci mengenai pengertian pengampuan
ini. Berdasarkan penjelasan mengenai pengampuan dalam pasal 433 KUH Perdata,
pengampuan adalah orang dewasa akan tetapi :
1. Sakit pada ingatannya;
2. Seorang yang pemboros;
3. Lemah daya atau lemah jasmaninya;
4. Tidak sanggup mengurus kepentingan sendiri dengan semestinya, disebabkan
kelakuan buruk diluar batas atau mengganggu keamanan, memerlukan
pengampuan.
“Sesuatu daya upaya hukum untuk menempatkan seorang yang telah sama
seperti orang yang belum dewasa. Orang yang ditaruh dibawah pengampuan disebut
curandus, pengampunya disebut curator dan pengampuannya disebutcuratele.44
44 P.N.H SimanjuntaK, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, Cet3, Djambatan,
Masih ada pendapat lain mengenai pengertian pengampuan ini yaitu keadaan
dimana seorang yang sudah dewasa yang selalu berada dalam keadaan dungu, sakit
ingatan, atau suka mata gelap dan memboroskan kekayaannya dapat ditaruh dibawah
pengampuan.45
Kesemua pendapat para ahli ini mengambil kesimpulan yang sama mengenai
pengertian pengampuan.
Sedangkan H.F.A Vollmar, seorang berkebangsaan Belanda, juga
memberikan pengertian mengenai pengampuan lebih secara umum yaitu keadaan
yang disitu seseorang ( disebut Curandus) karena sifat- sifat pribadinya dianggap
tidak cakap atau tidak di dalam hal cakap untuk bertindak sendiri ( pribadi) di dalam
lalu lintas hukum. Atas dasar itu orang tcrsebut dengan keputusan hakim lantas
dimasukkan ke dalam golongan orang yang tidak cakap bertindak. Karenanya, orang
tersebut lantas diberi seorang wakil menurut Undang- Undang, yaitu yang disebut
pengampu (curator atau curatrice)46 tetapi tidak menjelaskan lebih rinci orang yang
seperti apa yang dikatakan tidak cakap tersebut.
Pendapat lain juga dikemukakan o1eh P.N.H Simanjuntak dalam bukunya
yang berjudul Pokok-Pokok hukum Perdata Indonesia disebutkan bahwa pengertian
Pengampuan adalah lembaga yang mengatur mengenai orang dewasa yang karena
sesuatu sebab maka dia memerlukan perlindungan, misalnya karena terganggu
45 Sadikin, Pembahasan Perkembangan Pembangunan Hukum Nasional Tentang Hukum
Keluarga dan Waris, cet 1 , Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, 1996, Hlm 20-21
46H.F.A Vollmar,Pengantar Studi hukum Perdata,Cet 1,Raja Grafindo
kesehatan akal atau pikirannya, orang yang boros, yang tidak dapat mengurus
kepentingan diri sendiri, dan harus diletakan di dalam perlindungan atau pengawasan
yang disebut pengampuan atau curatele.
Dengan berbagai pendapat ahli diatas dapat disimpulkan mengenai pengertian
dari pengampuan. Bahwa pengampuan adalah peletakkan orang dewasa yang selalu
berada dalam keadaan dungu, sakit otak atau mata gelap pun jika kadang- kadang ia
cakap mempergunakan pikirannya dalam keadaan sama seperti anak yang belum
dewasa dan diwakili oleh pengampu bila akan melakukan perbuatan hukum. Tidak
cakap melakukan perbuatan hukum kecuali beberapa hal bagi orang yang diletakkan
di bawah pengampuan karena keborosannva.
Karena dimasukkan ke dalam orang yang tidak cakap bertindak dalam hukum
maka harus ada seseorang yang mewakili segala tindakannya tersebut, yang disebut
sebagai Pengampu. Sedangkan pelaksanaannya harus diawasi oleh pihak yang
berwenang antara lain adalah Balai Harta Peninggalan.
Pengaturan pengampuan ini masih digabung dengan perwalian, sehingga
beberapa pengaturan di perwalian juga berlaku bagi pengampuan. Pengampuan
hakikatnya merupakan bentuk khusus daripada perwalian, yaitu diperuntukkan bagi
orang dewasa tetapi berhubungan dengan sesuatu hal ( keadaan mental atau fisik
tidak atau kurang sempurna) ia tidak dapat bertindak dengan leluasa.47
47 Ali Afandi,Hukum Waris,Hukum Keluarga,Hukum Pembuktian Menurut Kitab
Karena diatur dalam satu bagian dengan kekuasaan orang tua dan perwalian
maka pengampuan memiliki persamaan dan perbedaaan antara satu dengan yang lain.
Persamaannya ialah bahwa kesemua itu mengawasi dan menyelenggarakan hubungan
hukum orang- orang yang dinyatakan tidak cakap bertindak, sedangkan perbedaannya
adalah pada kekuasaan orang tua, kekuasaan asli dilaksanakan oleh orang tuanya
sendiri yang masih dalam ikatan perkawinan terhadap anak- anaknya yang belum
dewasa; pada perwalian pemeliharaan dan bimbingan dilaksanakan oleh wali, dapat
salah satu ibunya atau bapaknya yang tidak dalam keadaan ikatan perkawinan lagi
atau orang lain terhadap anak- anak yang belum dewasa, sedangkan pada
pengampuan bimbingan dilaksanakan oleh curator ( yaitu keluarga sedarah atau orang
yang ditunjuk) terhadap orang- orang dewasa yang karena sesuatu sebab dinyatakan
tidak cakap bertindak dalam lalu lintas hukum.48
B. Syarat- Syarat Peletakan Seseorang di bawah Pengampuan
Dalam KUH Perdata dijelaskan mengenai pengertian curandus (terampu).
Tapi tidak ada pasal yang jelas- jelas berisi tentang pengertian kurandus. Hanya
menggunakan kata- kata yang mengarah pada pendefenisian tentang apa itu curandus
pada pasal- pasal yang terkait dan juga berdasarkan pada pendapat sarjana dan
ahli-ahli hukum.
Terampu (curandus) adalah orang yang diletakan di bawah pengampuan. Diletakkan dalam kondisi harus diampu tentunya telah memenuhi syarat- syarat yang
48C.S.T Kansil,Modul hukum Perdata I(termasuk Asas-Asas Hukum Perdata),Cet 1, Pradnya
dikemukakan oleh undang- undang. Curandus adalah orang yang dikondisikan berada
dalam pengampuan karena sifat- sifat pribadinya dianggap tidak cakap atau tidak di
dalam segala hal cakap untuk bertindak sendiri dalam lalu lintas hukum.49
Adapun alasan- alasan atau syarat- syarat orang yang ditaruh di bawah
pengampuan adalah50
a. Terganggunya kesehatan pikiran
Terganggunya kesehatan pikiran (krankzinningheid) ini harus diartikan dalam arti yang luas, yaitu meliputi onnozelheid (sikap dungu, ketololan, sakit otak/ nalar) danrezernij (sikap pemarah, mata gelap), sebagaimana diatur di dalam pasal 434 ayat (1) KUH Perdata. Pasal tersebut menentukan bahwa :
Setiap keluarga sedarah berhak meminta pengampuan seorang keluarga
sedarahnya berdasarkan atas keadaan dungu, sakit otak atau mata gelap. Pembedaan
tersebut berasal dari code civil Prancis, yang sebenarnya apabila dilihat dari segi
medis kurang tepat, karena hanya dilihat dari keadaan seseorang. Keadaan terganggu
kesehatan pikirannya tersebut (kranzinningheid) itu haruslah besifat konstan, artinya terus menerus dan semata- mata tidak dilihat dari aspek medis saja, tetapi harus pula
diperhatikan aspek kemasyarakatan. Dalam hal seseorang tidak dapat bertindak
sendiri, barulah menjadi alasan untuk meletakkan di bawah pengampuan atau
curatele.
b. Lemahnya pikiran.
49H.F.A Vollmar,op.cit,hlm 176
50Wahyono Darmabrata, Hukum Perdata( Asas-Asas Hukum Perdata dan
Lemahnya pikiran disini dimaksudkan verstandilijlike vermogen (lemahnya
pikiran/ akal). Dalam kaitan dengan hal ini, vermogen, bukan hanya dimaksudkan
dengan berkaitan dengan kemampuan daya berfikir (akal), akan tetapi juga
(lichamelijke vermogen), misalnya usia lanjut, cacat dan sebagainya. KUH Perdata mengartikannya sebagai (verstandijlike vermogen), sehingga orang yang lemah kemampuannya ( vermogen).Pasal 434 ayat (5) KUH Perdata menentukan bahwa :
"Barang siapa karena kelemahannya kekuatan akalnya, merasa tidak cakap
mengurus kepentingan-kepentingan diri sendiri sebaik-baiknya, diperbolehkan
meminta pengampuan bagi dirinya sendiri."
c. Sifat boros yang ada pada seseorang
Dapat terjadi bahwa seseorang bersifat boros, dan tidak kuasa untuk mengatasi
keborosannya, yakni menghamburkan harta kekayaannya. Pemborosan ini tidak
menempatkan seseorang pada ketidakcakapan untuk berbuat (onbekwaam), tetapi dapat dipergunakan sebagai alasan untuk menempatkan seseorang di bawah
pengampuan.
Pasa1434 ayat (2) KUH Perdata menentukan bahwa :
"berdasarkan atas keborosannya, pengampuan hanya boleh diminta oleh para
keluarga sedarahnya, dalam garis lurus dan oleh para keluarga semendanya
dalam garis lurus menyimpang sampai derajat keenam.
Seorang dewasa dapatlah juga ditaruh di bawah pengampuan karena
dikarenakan permohonannya ke pengadilan untuk diampu karena tidak mampu
berfikir selayaknya anak yang sudah dewasa. Hal ini juga harus melalui pemeriksaan
saksi-saksi, bukti-bukti pemeriksaaan kesehatan dari profesi yang terkait dan
keyakinan hakim bahwa la memang benar-benar bodoh pada sidang pengadilan.
Tidaklah semua orang yang mengalami sakit jiwa, Iemah daya dan boros
harus dimasukkan dalam keadaan diampu. Adanya hal- hal yang terkait dengan harta
bendalah yang harus masuk dalam kasus ampu-mengampu jika diantara pihak yang
terkait memang memerlukannya. Lantas tidaklah langsung bila ada seseorang yang
masuk dalam kategori patut diampu menjadi diampu. Bila tidak ada urusannya
dengan waris mewaris, keuangan yang akan dilakukan perbuatan hukum atasnya
maka tidaklah diperlukan pengampuan.51
Dasar yang digunakan untuk mengucapkan pengampuan itu di dalam banyak
hal adalah penting. Demikian misalnya, pengampuan karena kelemahan akalnya
hanya dapat diminta oleh orang yang harus ditaruh di bawah pengampuanitu sendirl
(pasal 498 KUH Perdata).
“Mengenai dasar- dasarnya sendiri masih dicatat, bahwa "kelemahan kekuatan
akal" terletak di perbatasan antara "dungu" dan "waras" (normal). Pada "keborosan"
orang harus bertanya kepada diri sendiri apakah pengeluaran seseorang dibandingkan
dengan penghasilan dan kekayaannya adalah melampui batas dan.tidak masuk akal,
sifat pcngeluarannya bukannya hal yang menentukan, sebab, juga seorang yang
memberikan suatu bagian.yang tidak seimbang dari persediaan uangnya untuk
tujuan amal misalnva, dapat dicap sebagai pemboros. Kebiasaan minum-minuman
keras hanya dapat dipergunakan sebagai dasar untuk pengampuan, jika itu disertai
keadaan-keadaan tertentu”.52
C. Kedudukan Orang Yang Diampu dalam Hak Mewaris
Waris mewaris merupakan sebab akibat yang menjadi satu kesatuan. Dimana
bila terjadi peristiwa waris pasti ada pewaris dan ahli waris. Mewaris adalah
menggantikan hak dan kewajiban scseorang yang meninggal. Pada umumnya yang
digantikan adalah hanya hak dan kekayaan di bidang hukum kekayaan saja. Fungsi
dari yang mewariskan yang bersifat pribadi atau yang bersifat hukum keluarga
(misalnya suatu perwalian) tidaklah beralih.
Adapun pengertian Pewaris adalah orang yang meninggal dunia yang
meninggalkan harta kekayaan. Ahli Waris adalah anggota keluarga orang yang
meninggal dunia yang menggantikan kedudukan pewaris dalam bidang hukum
kekayaan karena meninggalnya Pewaris.53 Ahli waris dibagi dalam 4 (empat)
golongan yaitu:
1. Golongan I : terdiri dari suami- isieri dan anak beserta keturunannya.
2. Golongan II : terdiri dari orang tua dan saudara-saudara beserta keturunannya.
3. Golongan III : terdiri dari kakek dan nenek serta seterusnya ke atas.
4. Golongan IV :terdiri dari keluarga dalam garis menyamping yang lebih jauh,
termasuk saudara- saudara Ahli waris golongan III beserta turunannva.54
52H.F.A Vollmar,op.cit,hlm 178 53
H.M Idris Ramulyo,Perbandingan Hukum Kewarisan Islam dngan Kewarisan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,cet 1,Sinar Grafika ,Jakarta,2004,hlm 83
54P.N.H Simanjuntak,Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia,Cet 3
Harta Warisan adalah kekayaan vang berupa keseluruhan aktiva dan passiva
yang ditinggalkan pewaris dan berpindah kepada para ahli waris. Keseluruhan
kekayaan yang berupa aktiva dan passiva yang menjadi milik bersama ahli waris
disebut boedel.
Menurut peraturan perundang- undangan orang- orang yang tersebut diatas
adalah ahli waris yang sah. Artinya mereka adalah ahli waris yang tidak dapat
terdinding oleh siapapun. Karenanya tidak ada yang dapat menutupi hak- hak mereka
sebagai keturunan pewaris. Seseorang yang sudah dewasa tapi keadaannya
mengharuskan diampu dia tidak kehilangan haknya. Karena walaupun status
hukumnya berubah menjadi anak yang dikembalikan ke keadaan orang yang tidak
dewasa atau di bawah umur, sehingga tidak bisa melakukan perbuatan yang
menimbulkan akibat hukum. Namanya sebagai anak (dalam hal ini berbicara
mengenai anak sebagai ahli waris yang termasuk dalam golongan I) dari pewaris
tidak mungkin dapat dihapuskan hanya karena dia diampu. Penyebutannya pun tetap
sebagai anak bukan menjadi orang yang dimasukkan ke dalam golongan ahli waris
yang lain. Hanya saja pada saat hukum kekayaan ini diberlakukan padanya maka
orang yang diampu itu harus lewat tangan orang lain sebagai pegampunya. Dia tetap
diberikan oleh warisan, tapi untuk menggunakan harta warisan tersebut yang nantinya
juga akan dipergunakan untuk membiayai hidupnya sehari-hari dia harus dibantu oleh
pengampu yang berwenang. Untuk melakukan perbuatan hukum terhadap harta
dikatakan hak mewaris dimiliki si terampu tapi pelaksanaannya dilakukan oleh
pengampu.
Seorang kurandus tidak cakap untuk bertindak sendiri dan karenanya harus
diwakili oleh wali atau kuratornya. Demi untuk melindungi kepentingan seorang
kurandus, Undang- Undang menentukan bahwa wali ataupun kurator diwajibkan
untuk menerima warisan yang terbuka bagi kurandus secara Beneficiair, yang berarti
menerima dengan hak istimewa untuk mengadakan pendaftaran boedel.55
Hak ahli waris tersebut tetap dijamin oleh Undang- Undang dan pewaris tidak
boleh membatasi hak ahli waris vang bersangkutan untuk itu. Hal ini nampak dari
pasal 1025 jo 1089 KUH Perdata. Ahli waris yang bersangkutan selama waktu
berfikir tidak boleh dipaksa untuk menentukan sikapnya terhadap warisan. Malahan
semua perkara dan pelaksanaan keputusan pengadilan yang mengenai orang dalam
kualitasnya sebagai Ahli waris yang sedang menggunakan haknya untuk berfikir,
harus ditangguhkan dulu ( pasal 1025 KUH Perdata).56
Seperti dalam pasal 1034 KUH Perdata menyatakan bahwa ia dapat menjual
barang-barang warisan, asal dilakukan menurut cara dan dengan perantaraan orang
tertentu.
Selanjutnya dalam pasal 1033 KUH Perdata orang mcnyimpulkan, bahwa ia
pun wajib untuk membereskan tagihan warisan, dan melunasi hutang-hutang warisan,
bahkan kalau perlu ia boleh memakai hartanya sendiri dulu untuk melunasinya.57
55J.Satrio,Hukum Waris,cet 2,Alumni,Bandung,1992,hlm,314 56Ibid,hlm 315
Sehingga sampai keadaan seseorang yang diampu tersebut belum kembali
nornal maka pengurusan harta warisan tetap dilakukan oleh si pengampu.
D. Prosedur Pemeriksaan Calon Terampu Sebelum Adanya Penetapan Pengampuan Oleh Pengadilan
Pengampuan hanya dapat diadakan oleh hakim. Siapa saja dapat memancing
suatu putusan hakim (untuk pengampuan), hal itu tergantung dari dasar- dasar yang
diperlukan untuk adanya pengampuan.58
Hakim yang wenang ialah hakim pengadilan dari tempat di mana orang yang
dimintakan pengampuan itu bertempat tinggal. Akibat pengaturan kompetensi yang
demikian ialah bahwa jika seseorang memindahkan tempat kediamannya
(domisilinya) ke luar negeri, la dapat meniadakan kemungkinan untuk ditaruh di
bawah pengampuan di Nederland.59
Prosedur permohonan pengampuan ini, oleh undang- undang diberikan
sejumlah ketentuan khusus. Namun demikian, kita tidak dapat mengatakan bahwa di
dalam aturan-aturan itu telah diatur secara lengkap segala sesuatu mengenai prosedur
itu.
Jalanya pemeriksaan Pengadilan terhadap permintaan seseorang untuk
menempatkan orang lain yang sudah dewasa, yang selalu berada dalam keadaan
boros, dungu sakit ingatan (gila) atau mata gelap di bawah pengampuan seperti :
Harus ada pengajuan permohonan pengampuan ke Pengadilan Negeri,
sehingga Pengadilan tidak dapat meletakkan seseorang di bawah pengampuan tanpa
adanya permohonan dari orang yang ingin menjadi Pengampu atau orang yang ingin
di taruh di bawah pengampuan.
Permohonan penempatan di bawah pengampuan harus jelas menyebutkan
fakta- fakta dan alat-alat buki yang menyatakan keadaan seseorang yang dimintakan
pengampuannya dan disertai dengan daftar nama saksi-saksi yang diperiksa oleh
hakim.
Bi1a pengadilan negeri berpendapat bahwa peristiwa-peristiwa itu cukup
penting guna mendasarkan suatu pengampuan, maka perlu di dengar para keluarga
sedarah atau semenda.60 Hal ini mcnjadi yang terpenting dalam pemeriksaan calon
tcrampu agar tidak terjadinya perkara di kemudian hari.
Pengadilan Negeri setelah mendengar atau memangil dengan sah orang-orang
tersebut dalam pasal yang lalu, harus mendengar pula orang yang dimintakan
pengampuan (calon terampu).
Pemeriksaan calon terampu ini tidak akan berlangsung sebelum kepada yang
dimintakan pengampuan itu diberitahukan isi surat permintaan dan laporan yang
memuat pendapat dari anggota keluarga sedarah. Pemeriksaan juga harus dilengkapi
dengan surat- surat bukti lainnya seperti akta nikah (jika yang diampu telah menikah),
kartu keluarga, kartu tanda penduduk, dan yang paling penting yaitu surat dari rumah
sakit yang menyatakan bahwa calon terampu memang tidak cakap melakukan
60Tan Thong Kie,Studi Notariat dan Serba Serbi Praktek Notaris,PT Ichtiar Baru Van Hoeve,
perbuatan hukum, misalnya orang yang gila harus ada keterangan dari rumah sakit
jiwa.61
Setelah semua berkas dilengkapi dan permohonan pengampuan tersebut telah
diketahui oleh si calon terampu sendiri maka si calon terampu pun di panggil di
Pengadilan untuk proses tanya jawab secara langsung.
Pemeriksaan calon terampu ini dilakukan apabila terampu tersebut masih
dapat dipanggil atau ditanyakan tentang keadaan dirinya seperti orang yang diletakan
di bawah pengampuan karena keborosari tetapi bagi seorang yang diletakkan di
bawah pengampuan karena keadaan gila sehingga tidak dapat ditanyakan tentang
dirinya maka tidak perlu dilakukannya pemanggilan terhadap calon kurandus, cukup
berdasarkan keterangan dari pihak keluarga atau semenda.62
Selanjutnya jika si calon terampu ini tidak dapat memindahkan dirinya, maka
pemeriksaan itu harus dilangsungkan di rumahnya, oleh seorang hakim atau lebih
yang diangkat untuk itu dan disertai oleh Panitera dan atas semua itu dihadiri juga
oleh Jawatan Kejaksaan.
Bi1a pengadilan negeri, setelah mendengar atau memanggil dengan sah
keluarga sedarah atau semenda, dan setelah mendengar pula orang yang dimintakan
pengampuan, berpendapat bahwa telah cukup keterangan yang diperoleh, maka
pengadilan dapat memberi keputusan tentang surat permintaan itu tanpa tata cara
lebih lanjut, dalam hal yang sebaliknya, Pengadilan Negeri harus memerintahkan
61Ibid
62 Hasil wawancara dengan Bapak Soeharto,Hakim Pengadilan Negeri Medan,tanggal 21
pemeriksaan saksi-saksi agar peristiwa- peristiwa yang dikemukakannya menjadi
jelas.63
Setelah mengadakan pemeriksaan tersebut, bila ada alasan Pengadilan Negeri
dapat mengangkat seorang pengurus sementara untuk mcngurus pribadi dan
barang-barang orang yang dimintakan pcngampuan. Jadi biasanya pengangkatan pengurus
sementara ini dilakukan apabila ada harta yang harus diurus. Setelah pengadilan
mempunyai keputusan dan keputusan itu telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap, maka ditetapkanlah seorang pengampu/ curator dan tugas pengurus sementara
pun berakhir.
Pengurus sementara wajib menyerahkan perhitungan pertanggung jawaban
atas pengurusannya kepada pcngampu.
Tetapi wewenang dari seorang pengurus sementara tidak diatur di dalam
undang- undang dan oleh karena itu wewenangnya sama sekali adalah tidak pasti.64
Hal yang perlu diperhatikan lagi bahwa kekuasaan pengurus khusus sementara
sangat terbatas. Mengingat bahwa waktu bekerjanya singkat yaitu sampai ada seorang
pengampu, ia hanya menangani hal- hal yang sangat perlu. Jika ada hal yang
mendesak sedangkan pengurus khusus sementara ragu- ragu apakah ia berhak
melakukan suatu tindak hukum, sebaiknya ia bertanya kepada hakim atau mengambil
jalan pintas dengan segera secara tertulis memohon izin dari pengadilan.65
63
Indonesia (1), KitabUndang-UndangHukum Perdata (Burgerlijk Wetboek),diterjemahkan oleh R.Subekti dan R.Tjitrosudibio,cet 31, Pradnya Paramita,Jakarta, 2001,pasal 439
Putusan atas suatu permintaan akan pengampuan harus diucapkan dalam
sidang terbuka, setelah mendengar atau memanggil dengan sah semua pihak dan
berdasarkan kesimpulam Jaksa.
Semua penetapan dan putusan yang memerintahkan pengampuan, dalam
waktu yang ditetapkan dalam penetapan atau keputusan ini harus diberitahukan oleh
pihak yang memintakan pengampuan kepada pihak lawannya dan diumumkan dengan
menempatkan dalam Berita Negara.
Pengampuan mulai berlaku sejak putusan atau penetapan pengampuan
diucapkan.66
Orang yang ditaruh, dibawah penagampuan itu berhak memintakan banding
(appel) pada Pengadilan Tinggi. Apabila putusan hakim telah memperoleh kekuatan tetap, Pengadilan Negeri akan mengangkat seorang pengampu atau kurator.
E. Akibat Hukum Seseorang yang Ditaruh Dibawah Pcngampuan
Akibat yang terpenting dari penempatan di bawah pengampuan ialah, bahwa
si kurandus beralih kedalam kedudukan seorang belum dewasa. Dalam pengampuan
tersebut, maka orang yang sudah dewasa diletakkan dalam keadaan dimana dia harus
dibantu oleh orang lain, atau bergantung pada orang lain, dan kedudukannya di dalam
banyak hal adalah sama dengan mereka yang belum cukup umur (pasal 452 KUH
Perdata).67 Akibat ini adalah akibat yang terpenting daripada penaruhan dalam
curatele, bahwa kurandus terdapat dalam posisi sebagai mana yang masih di bawah
umur. Oleh karena itu yang diangkatlah seorang Pengampu dan seorang pengampu
Pengawas untuknya. Kedudukan pengampu dan pengampu pengawas adalah boleh
dikatakan sama dengan kedudukan Wali dan Wali Pengawas untuk seorang yang
belum dewasa.68
Sedangkan mengenai anak yang ditaruh di bawah pengampuan, bukanlah
anak- anak (orang yang belum berumur 21 tahun pasal 330 KUH Perdata). Akan
tetapi adalah orang- orang yang sudah dewasa, dalam arti orang yang telah mencapai
umur 21 tahun atau lebih tapi tidak dapat bertindak mewakili dirinya sendiri dalam
lalu lintas hukum. Akan disini diartikan sebagai orang dewasa yang masih dalam
tanggung jawab orang tuanya. Pengurusan atau kebutuhan hidupnya sehari- hari
masih dibebankan pada orang tuanya yang hidup terlama. Dikatakan hidup terlama
yaitu orang tua yang masih hidup,maka bila terjadi suatu perbuatan hukum atas harta
benda yang merupakan milik calon terampu baik itu atas pencaharian diri sendiri
sebelum dirinya diampu ataupun dari warisan yang menjadi haknya dibebankan
kepada orang tuanya tersebut.69 Disinilah dibutuhkan pemberitahuan kepada
pengadilan untuk status hukumnya. Jika kondisi ini yang terjadi maka orang yang
berhak menggantikan kurator tersebut adalah keluarga sedarah atau semendanya.
Dalam hal ini bisa jadi ibu atau ayah, atau salah satu dari mereka yang mana yang
hidup bersama ataupun saudara laki- laki atau perempuan satu ayah dan ibu dengan si
terampu. Bisa juga paman dan bibi sicalon terampu untuk mewakilinya mengurus
68Titik Triwulan Tutik,Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional,cet 1 ,Kencana,Jakarta
2008, hlm 94
harta bendanya. Sebagai salah satu contoh diperjualbelikannya harta benda yang
bersangkutan. Maka hal ini haruslah melalui penetapan pengadilan. Dimana
dinyatakan bahwa pengampu berhak menggantikan si terampu dalam jual beli
tersebut.
Akibat-akibat lainnya muncul pada saat penetapan atas anak yang akan
ditaruh dibawah pengampuan tersebut diucapkan oleh hakim. Akibat-akibat ini
seiring sejalan dengan penetapan tadi. Pasal 446 KUH Perdata menentukan bahwa:
"pengampuan mulai berjalan terhitung semenjak putusan atau penetapan diucapkan"
"segala tindak perdata yang dilakukan oleh seorang kurandus setelah permulaan
pengampuan adalah batal demi undang- undang (nietig), namun dalam kenyataan
kebatalan harus dimintakan kepada hakim".
Keputusan hakim mengenai Pengampuan yang telah diucapkan, dengan tidak
mengindahkan akan kemungkinan adanya banding dan berlangsung terus selama
hidup kurandus, sepanjang pengampuan itu tidak dihentikan oleh keputusan hakim.
Perbuatan-perbuatan kurandus adalah batal, bahwa yang dapat
mempergunakan upaya kebatalan itu hanyalah pihak kurandus saja. Di dalam hal
pengampuan itu disehabkan karena sakit jiwa, meluaskan kebatalan itu hingga juga
mencakup perbuatan- perbuatan yang telah dilakukan sebelum penempatan di bawah
pengampuan, yang itu dilakukan dalam keadaan- keadaan tertentu.70
Orang yang diletakan di bawah pengampuan tidak dapat melakukan
kekuasaan orang tua, sehingga kekuasaan orang tua itu menurut pasal 356 ayat
terakhir lantas hanya dilakukan oleh orang tua yang lainnya. Jika orang tua inipun ada
dalam keadaan tidak mungkin maka diangkatlah seorang wali.
Jika orang yang ditempatkan di bawah pengampuan adalah wali atas
anak-anaknya sendiri atau anak- anak lain, orang itu lantas harus diberhentikan dan ia
harus digantikan oleh orang lain.
Seorang penderita sakit gila tidak dapat menikah karena ia tidak ada kemauan
sadar. Sedangkan pemboros dapat menikah, tetapi dengan izin kurator dan kurator
pengawas / BHP (pasal 452 ayat 2 jo 38 dan perjanjian nikah pasal 151).
Kurandus penderita sakit gila juga tidak dapat membuat wasiat. Kurandus
pemboros dapat membuatnya (pasal 446 ayat 3). Tentang kurandus lemah pikiran
belum ada kesepakatan di antara para ahli hukum, sedangkan undang-undang tidak
memberi ketentuan.
Tindakan hukum yang dibuat oleh kurandus sebelum keputusan pengampuan
karena gila, dungu, atau mata gelap, dapat diputuskan batal oleh hakim jika dapat
dibuktikan bahwa dasar (alasan) untuk pengampuan telah nyata pada saat tindak
hukum ini dilakukan (pasal 447).
Sekalipun terampu tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum, namun
apabila terarnpu melanggar hukum (onrechmatige daad), ia tetap harus bertanggung gugat dengan membayar ganti rugi untuk kerugian yang terjadi karena
kesalahannya.71
71Jurnal Hukum,Pengampuan (Curatelle)
Tetapi jika seorang kurandus telah meninggal dunia, semua tindakan yang
telah dilakukannya sebelum pengampuan tidak dapat digugat berdasarkan sakit gila,
dungu atau mata gelap dari ketentuan ini dikecualikan:
1. Jika pengampuan sudah diputuskan atau diminta sebelum ia meninggal dunia;
2. Jika bukti tentang adanya penyakit itu ternyata dari tindakan itu sendiri, ini berarti
bahwa orang harus membuktikan bahwa kurandus telah gila pada saat tindakan itu
dilakukan; dan
3. Surat wasiat selalu dapat ditentang berdasarkan penyakit gila ( pasal 448 KUH
Perdata).72