• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Nilai Faal Hemostasis Dan Tumor Marker Pada Pasien Kanker Paru Bukan Sel Kecil Dengan Kemoterapi Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Nilai Faal Hemostasis Dan Tumor Marker Pada Pasien Kanker Paru Bukan Sel Kecil Dengan Kemoterapi Chapter III V"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

70 BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain one group pretest-posttest

untuk mengetahui perbedaan nilai faal pendarahan dan tumor marker pada pasien

kanker paru bukan sel kecil yang menjalani kemoterapi dan menilai ada atau tidaknya

hubungan antara faal pendarahan dan tumor marker pada pasien kanker paru bukan

sel kecil dengan kemoterapi dan seberapa kuat tingkat korelasi keduanya.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi,

RSUP. H. Adam Malik Medan. Penelitian dilakukan selama kurun waktu 17 bulan

dimulai sejak 1 januari 2015 sampai 31 Mei 2016.

3.3. Populasi, Sampel dan Besar Sampel

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang telah terdiagnosa

dengan kanker paru kanker paru bukan sel kecil di RSUP H. Adam

Malik Medan berdasarkan hasil sitologi dan histopatologi jaringan. Tipe

(2)

tumor dibagi kedalam grup berdasarkan sistem TNM edisi ke-7 tahun

2007.

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah pasien yang telah terdiagnosa dengan kanker paru bukan

sel kecil di RSUP H. Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi pada kurun waktu 1 januari 2015 sampai 31 Mei

2016 dan dilakukan kemoterapi, tiap-tiap pasien akan di follow-up

selama selama kemoterapi. Semua pasien yang diikutkan dalam

penelitian wajib membaca dan mengerti serta menandatangai inform consent.

3.3.3. Besar Sampel

Besar sampel

[

α

β

[

]

]

Keterangan :

n : Jumlah sampel yang akan diperiksa

(3)

72

Z α : 1,96

β : Kesalahan tipe II (0,1)

Z β : 1,282

r : Perkiraan koefisien korelasi (0,5)

[

[

]

]

Maka diperoleh besar sampel : 37 orang,

Dari perhitungan sampel diatas jumlah besar sampel adalah 36, dengah

memperhitungkan kasus yang drop outsebesar 10%, maka ditetapkan jumlah sampel adalah :

Ndo= N = 37 = 41

(1-do) (1-0,1)

Berdasarkan perhitungan besar sampel diatas, besar sampel yang dibutuhkan

sebesar 41 pasien

(4)

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1. Kriteria Inklusi:

 Pasien memiliki hasil patologi anatomi berupa sitologi maupun

Histopatologi yang diperoleh dari bronkoskopi, aspirasi jarum halus

transtorakal maupun open biopsy.

 Pasien dengan performa status dibawah 2 kategori WHO dan faal hati

dan faal ginjal yang baik.

 Pasien direncanakan kemoterapi dengan platinum based medicine

3.4.2. Kriteria eksklusi :

 Pasien dengan kelainan hematologi, dan sedang mengunakan obat

antikoagulan oral maupun injeksi.

 Riwayat Operasi.

 Riwayat Radioterapi.

 Riwayat Diabetes dan Hipertensi.

(5)

74 3.5. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Klasifikasi Lampir

an

2 Usia Umur pasien kanker paru saat datang pertama sekali berobat ke IGD

Jenis histologi sel berdasarkan hasil sitologi maupun histopatologi

4 Stage Kanker Tingkat keparahan kanker paru. 1. stage I-II 2. stage III 3. stage IV

I, no 16

5 Riwayat Merokok

Faktor kebiasaan host (pasien) dalam hal merokok. Dinilai saat pasien

Tingkat kebiasaan merokok 1. ringan 2. sedang 3. berat

I, no 9

7 Jenis rokok Jenis rokok dalam kebiasaan host 1. kretek 2. putih 3. campuran

I, no 9

8 Jenis Kemoteapi

Pilihan terapi kombinasi platinum based yang dipakai dalam menangani pasien kanker paru

(6)

5. lainnya 11 Riwayat

penyakit paru sebelumnya

Keluhan pernapasan dan penyakit paru yang pernah diderita pasien sebelum terdiagnosa dengan kanker paru dengan kontras yang telah dilakukan ke pasien dalam hal penegakkan

13 Bronkoskopi Tindakan invasif dalam menilai saluran napas mengunakan alat bronkoskopi serat optik yang diindikasikan dalam menilai diagnostik pasien dengan kanker paru

Marker darah dalam menilai tingkat koagulasi darah

Marker darah dalam,menilai kemajuan dan prognostik pasien kanker paru dengan terapi

1. CEA diperoleh setelah menjalani pemeriksaan penunjang berupa imaging, bronkoskopi dan pemeriksaan sitologi dan histopatologi

(7)

76 3.6. Identifikasi Variabel

a. Jenis kelamin

b. Umur

c. Pekerjaan

d. Pendidikan

e. Status gizi

f. Gejala klinis

g. Foto thoraks dan CT Scan

h. Sitologi dan Histopatologi

i. Darah lengkap

j. Faal Hemostasis dan D-dimer

k. Tumor marker

3.7. Pengolahan Data. 3.7.1. Sumber Data

Data diperoleh melalui pemeriksaan laboratorium terhadap responden atau

sampel penelitian yang telah mendapatkan informasi penelitian dan telah

menandatangani inform consent. Dimana semua informasi yang diberikan ke pasien berupa informasi lisan dan pasien harus betul-betul mengerti

tentang tujuan dari penelitian ini.

(8)

3.7.2. Teknik Pengumpulan Data

 Data pasien yang dikumpulkan berupa data pribadi berupa nama, umur,

pekerjaan,dll.

 Diagosis kanker paru bukan sel kecil ditegakkan berdasarkan keluhan,

pemeriksaan fisik, foto thorak, CT Scan dengan Kontras, Bronkoskopi,

TTNA, Open Biopsy. Kemudian hasil diatas dikonfirmasi dengan hasil sitologi dan histopatologi jaringan.

 Pasien direncanakan mendapatkan kemoterapi lini pertama. Prosedur

pemeriksaan awal seperti perhitugan status performa, faal hati dan faal

ginjal, faal hemostasis dan tumor marker dilakukan setiap 7 hari sebelum

dilakukan kemoterapi dimana 1 siklus kemoterapi dilakukan selama 21

hari.

 Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan setelah 4 siklus kemoterapi

(bulan ke-4) ataupun setelah akhir siklus kemoterapi lini pertama (bulan

ke-6)

 Serum pasien diambil dengan mengunakan spuit 3cc. Sampel darah

disimpan dengan menggunakan tabung berisi antikoagulan Sitras. Dan

dilakukan pemeriksaan faal hemostasis dan tumor marker mengunakan

(9)

78  Hasil pemeriksaan faal hemostasis D-dimer dan Tumor Marker akan

dicatat dan dianalisa berdasarkan diagosa, stadium tumor dan status klinis

pasien.

3.7.3. Analisa Data

 Data yang berhasil dikumpulkan, diolah dan dianalisis dengan

menggunakan program komputer menggunakan perangkat lunak statistik.

Data akan dianalisa secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi

variabel, selanjutnya diilakukan analisa data dengan uji beda untuk

mengalisa variabel faal hemostasis dan tumor marker sebelum dan sesudah

kemoterapi. Untuk menilai hubungan faal hemostasis dengan tumor marker

pada pasien kanker paru bukan sel kecil dengan kemoterapi dan seberapa

kuat tingkat hubungan keduanya diigunakan uji korelasi.

(10)

3.8. Kerangka Operasional

KANKER PARU

DarahRutin

PT

APTT

TT

TUMOR MARKERS SIKLUS 4/6

KEMOTERAPI/TARGET TERAPI

KEMOTERAPI LINI PERTAMA

SEBELUM

KEMOTERAPI/TARGET TERAPI

(11)

80 3.9. Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Bulan

I-III IV-VI VII-X X-VI XVII

1 Persiapan

2 Pengumpulan Data

3 Pengolahan data

4 Penyusunan laporan

5 Seminar hasil

3.10. Biaya Penelitian

a. Pengumpulan data Rp 2.000.000,-

b. Pembuatan proposal Rp 2.000.000,-

c. Seminar proposal Rp 2.500.000,-

d. Pelaksanaan Rp 6.500.000,-

e. Pembuatan laporan penelitian Rp 2.000.000,-

f. Tim pendukung penelitian Rp 2.000.000,-

g. Seminar hasil penelitian Rp 3.000.000,-

Rp 20.000.000,-

(12)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RS Haji Adam Malik Medan dalam kurun waktu 17

bulan dimulai pada tanggal 1 januari 2015 sampai dengan 31 mei 2016. Adapun

subjek penelitian adalah sebanyak 41 orang penderita kanker paru bukan sel kecil

yang ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, gambaran foto toraks dan

pemeriksaan CT scan toraks dengan kontras yang kemudian dilakukan pemeriksaan

sitologi maupun histopatologi melalui tindakan bronkoskopi untuk mendapatkan

sediaan sel yang nantinya akan menentukan jenis kanker paru.

Seluruh sampel akan dilakukan pemeriksaan darah sebelum kemoterapi pertama

sekali (sebelum bulan pertama kemoterapi) dan pada akhir kemoterapi bulan ke-4

atau bulan ke-6, pemeriksaan darah yang akan dilakukan berupa pemeriksaan faal

hemostasis dan tumor marker kanker paru jenis sel kanker bukan sel kecil yaitu PT,

INR, APTT, TT, D-dimer dan NSE, Cyfra 21-1, CEA.

Hasil penelitian dianalisis dengan perangkat lunak, data akan dilakukan uji

normalitas terlebih dahulu kemudian akan dilakukan uji komparatif data sebelum

kemoterapi dan setelah kemoterapi selanjutnya data akan dilakukan uji korelasi.

Dengan uji diatas akan diketahui apakah data-data diatas memiliki asosiasi ataupun

(13)

82 4.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Total jumlah sampel studi pada pasien ini adalah 41 orang, berdasarkan jenis

kelamin, sampel laki-laki lebih banyak dari perempuan yaitu sebanyak 35 orang

(85,4%) laki-laki dibanding dengan 6 orang wanita (14,6%). Usia rata-rata sampel

adalah 56,7 tahun, dimana tidak ada sampel dengan usia dibawah 40 tahun, 29 orang

(70,7%) dengan usia 40 sampai dengan 60 tahun, dan 12 pasien (29,3%) dengan usia

diatas 60 tahun Dari penelitian ini diperoleh 25 % dari seluruh sampel kanker

berjenis sel skuamous dan 75% sisanya adalah adeno karsinoma, dengan stage I-II

berjumlah 3 (7,3%) orang, stage III berjumlah 15 (36,6%) orang, dan stage IV dengan

23 (56,1%) orang.

Terdapat 35 orang (85,5%) sebelumnya pernah merokok dan, 6 orang (14,6%)

tidak pernah merokok, dengan Indeks Brinkman sedang berjumlah 3(7,3%) orang dan

Indeks Brinkman berat berjumlah 32 (78,1%) orang. Jenis rokok yang terbanyak

adalah rokok kretek pada 36 ( 87,8%) orang. Jenis kemoterapi yang dipakai pada

penelitian ini adalah kemoterapi lini pertama dengan platinum based therapy dengan Gembitabin dan Karboplatin pada 27 orang (65,9%) pasien, dengan Paklitaksel dan

Karboplatin pada 10 orang (24,4%) pasien, dan dengan Vinorelbin dan Karboplatin

pada 4 orang (9,8%) pasien.

Setelah kemoterapi pasien dilakukan follow up dalam waktu 1 bulan setelah

kemoterapi dan 12 bulan setelah kemoterapi. Dimana dari follow-up 1 bulan diperoleh 2 (4,9%) pasien tanpa keluhan, 14 (34,1%) pasien dengan keluhan berupa

disabilitas motorik dan sisanya 25 pasien (61,0%) meninggal dunia. Pada follow-up 1

(14)

tahun setelah kemoterapi diperoleh 2 (4,9%) orang tanpa keluhan, 3 orang pasien

(7,3%) dengan disabilitas motorik, dan sisanya 36 (87,8%) pasien meninggal dunia.

Tampak pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi pasien berdasarkan karakteristik

Kategori n %

 Karsinoma sel skuamous

31

 Tidak pernah merokok Jenis Rokok

 Gemsitabin dan Karboplatin

 Paklitaksel dan Karboplatin

 Vinorelbin dan Karboplatin

(15)

84

Follow up pasien 1 bulan post kemoterapi

 Tidak ada keluhan

 Disabilitas Motorik Follow up pasien 12 bulan post

kemoterapi

 Tidak ada keluhan

 Disabilitas Motorik

Dari pemeriksaan parameter hemostasis sebelum kemoterapi diperoleh nilai

rata-rata PT pasien adalah 13.59 (min 10,5:max 19,5), nilai rata-rata INR pasien

adalah 0.98 (min 0,77; max 1,49), nilai rata-rata APTT pasien adalah 30,51 (min

24,70; max 37,50), nilai rata-rata TT pasien adalah 14,55 (min 11.9; max 24,5), nilai

rata-rata D-dimer pasien adalah 714,73 (min 100; max 4995), nilai rata-rata CEA

pasien adalah 42,11 (min 0,84; max 803,9), nilai rata-rata Cifra 21.1 pasien adalah

20,01 (min 1,34; max 150,8), nilai rata-rata NSE pasien adalah 33,96 (min 9,01; max

189,9).

Dari pemeriksaan hemostasis parameter setelah kemoterapi di peroleh nilai

rata-rata PT pasien adalah 16,63 (min 10,0: max 80.0), nilai rata-rata INR pasien

adalah 1,19 (min 0,72; max 6,00), nilai rata-rata APTT pasien adalah 30,98 (min

16.50; max 44,30), nilai rata-rata TT pasien adalah 15,43 (min 12,4; max 29,8), nilai

rata-rata D-dimer pasien adalah 584,82 (min 100; max 2800), nilai rata-rata CEA

pasien adalah 24,83 (min 0,61; max 207,00), nilai rata-rata Cifra21.1 pasien adalah

(16)

19,84 (min 0,50; max 138,73), nilai rata-rata NSE pasien adalah 35,67 (min 6,40;

max 147,50). Tampak pada tabel 4.2

Tabel 4.2. Distribusi Sampel Sebelum dan Sesudah Kemoterapi

Minimum Maximum Mean

PT 10.50 19.50 13.59

INR 0.77 1.49 0.98

APTT 24.70 37.50 30.51

TT 11.90 24.50 14.55

Sebelum D-dimer 100.00 4995.00 714.73

CEA 0.84 802.90 42.11

Cifra21.1 1.34 150.80 20.01

NSE 9.01 189.90 33.96

PT 10.00 80.00 16.63

INR 0.72 6.00 1.19

APTT 16.50 44.30 30.98

TT 12.40 29.80 15.43

Sesudah D-dimer 100.00 2800.00 584.82

CEA 0.61 207.00 24.83

Cifra21.1 0.50 138.73 19.84

NSE 6.40 147.50 35.67

4.1.2 Uji Normalitas

Sebelum dilakukan uji korelasi, sampel harus di uji dengan uji normalitas data.

(17)

86

penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Model regresi

yang baik adalah yang datanya berdistribusi normal atau mendekati normal

Tabel 4.3. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Dari uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh nilai test distribusi

variabel faal hemostasis dan serum tumor marker adalah tidak normal. Dimana pada

test ini diperoleh PT dengan nilai p 0.15, INR dengan nilai p 0.01, APTT dengan nilai

p 0.20 D-dimer dengan Nilai P 0.00, TT dengan Nilai P 0.00, CEA dengan Nilai p

0.00, Cyfra 21-1 dengan Nilai P 0.00, NSE dengan nilai p 0.10 berada pada nilai P <

0.05 yang memberikan kesimpulan bahwa variabel-variabel tersebut tidak

berdistribusi normal. Dari hasil ini maka dapat disimpulkan data pada penelitian ini

tidak berdistribusi normal.

4.1.3. Distribusi Sampel Pre Kemoterapi dan Post Kemoterapi.

Pada penelitian ini diperoleh data dengan dua kali pengambilan sampel darah,

pertama pemeriksaan dilakukan sebelum pasien mendapatkan kemoterapi dan yang

kedua adalah sesudah pasien menjalani 4 siklus atau 6 siklus kemoterapi. Pada

penilaian pada penilaian terhadap parameter hemostasis adalah PT, INR, APTT, TT PT INR APTT D-dimer TT CEA Cyfra

21-1 NSE

Nilai p 0.15 0.01 0.20 0.00 0.00 0.00 0.00 0.10

(18)

dan D-dimer, dan penilaian pada nilai serum marker kanker paru adalah CEA, Cyfra

21-1 dan NSE.

Dari pemeriksaan parameter hemostasis sebelum kemoterapi diperoleh nilai

rata-rata PT pasien adalah 13,3, nilai rata-rata INR pasien adalah 0.96, nilai rata-rata

APTT pasien adalah 30.3, nilai rata-rata TT pasien adalah 14.56, nilai rata-rata

D-dimer pasien adalah 763.6, nilai rata-rata CEA pasien adalah 62.66, nilai rata-rata

Cyfra 21-1 pasien adalah 29.51, nilai rata-rata NSE pasien adalah 27.90.

Gambar 4.1. Perbandingan Nilai Parameter Hemostasis dan Serum Tumor Marker

sebelum dan sesudah kemoterapi.

Dari pemeriksaan hemostasis parameter setelah kemoterapi di peroleh nilai

rata-rata PT pasien adalah 14.9, nilai rata-rata INR pasien adalah 1.06, nilai rata-rata

APTT pasien adalah 30.6, nilai rata-rata TT pasien adalah 15.4, nilai rata-rata

D-dimer pasien adalah 721.6, nilai rata-rata CEA pasien adalah 30.56, nilai rata-rata

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

sebelum kemoterapi

(19)

88

Cyfra 21-1 pasien adalah 19.2, nilai rata-rata NSE pasien adalah 19.84, perbandingan

nilai parameter hemostasis dan serum tumor marker dapat dilihat pada gambar 4.1.

4.1.4. Perbedaan Nilai Parameter Hemostsasis dan Tumor Marker Sebelum dan Sesudah Kemoterapi

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang terjadi pada variabel sebelum

kemoterapi dengan variabel sesudah kemoterapi maka variabel ini dapat dilakukan uji

beda. Dalam penelitian ini dilakukan uji beda yang dilakukan pada faal hemostsasis

dan tumor marker sebagai variabel dependent terhadap kemoterapi sebagai variabel

independent adalah ujimann whitney.

Dari Uji Mann Whitney dibawah diperoleh nilai P pada PT terhadap kemoterapi

adalah 0.019, nilai p pada INR terhadap kemoterapi adalah 0.026, nilai p pada APTT

terhadap kemoterapi adalah 0.827, nilai p pada TT terhadap kemoterapi adalah 0.284,

nilai P pada D-dimer terhadap kemoterapi adalah 0.044, nilai p pada CEA terhadap

kemoterapi adalah 0.853, nilai p pada Cyfra 21.1 terhadap kemoterapi adalah 0.697,

dan nilai p pada NSE terhadap kemoterapi adalah 0.025.

Tabel 4.4. Perbedaan Nilai parameter Hemostsasis dan Tumor Marker Sebelum dan

Sesudah Kemoterapi

PT INR APTT TT D-dimer CEA Cyfra

21-1 NSE

Nilai p 0.019 0.026 0.827 0.284 0.044 0.853 0.697 0.025

Uji Mann Whitney

(20)

Dari hasil diatas diketahui masing-masing variabel dependent PT, INR,

D-dimer dan NSE memiliki nilai p terhadap kemoterapi dibawah 0.05 yang memberikan

informasi bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari nilai masing-masing

variabel dependen sebelum melakukan kemoterapi dengan nilai sesudah melakukan

kemoterapi, variabel dependent APTT. TT, CEA, Cyfra 21-1 memiliki nilai p pada

terhadap kemoterapi diatas 0.05 yang memberikan informasi bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan dari nilai masing-masing variabel dependen sebelum

melakukan kemoterapi dengan nilai sesudah melakukan kemoterapi.

4.1.5. Korelasi antara Nilai Parameter Hemostasis terhadap Tumor Marker pada Pasien Kanker Paru Bukan Sel Kecil dengan Kemoterapi

Pada akhirnya dalam menilai adakah korelasi antara nilai parameter hemostasis

sesudah kemoterapi dan nilai tumor marker sesudah kemoterapi dilakukan Uji

Korelasi Spearman. Uji ini dilakukan dengan cara menguji korelasi 1 (satu) variabel

parameter hemostasis dengan nilai tumor marker satu persatu sampai ditemukan nilai

korelasi pada seluruh sampel yang dinilai.

Dari uji korelasi spearman diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi variabel faal

hemostasis PT terhadap CEA adalah - 0.233 nilai p 0.143. Nilai koefisien korelasi

variabel faal hemostasis PT terhadap NSE adalah -0,298 dengan nilai p 0.059. Nilai

koefisien korelasi variabel faal hemostasis PT terhadap Cyfra 21-1 adalah -0,480

(21)

90

Nilai koefisien korelasi variabel faal hemostasis INR terhadap CEA adalah

-0,237 dengan nilai p 0.136. Nilai koefisien korelasi variabel faal hemostasis INR

terhadap NSE adalah -0,228 dengan nilai p 0.152. Nilai koefisien korelasi variabel

faal hemostasis INR terhadap Cyfra 21-1 adalah 0,010 dengan nilai p 0.951.

Tabel 4.5. Korelasi antara Nilai Parameter Hemostasis terhadap Tumor Marker pada

Pasien Kanker Paru Bukan Sel Kecil dengan Kemoterapi

CEA NSE Cyfra 21-1

Nilai koefisien korelasi variabel faal hemostasis APTT terhadap CEA adalah

-0,195 dengan nilai p 0.221. Nilai koefisien korelasi variabel faal hemostasis APTT

terhadap NSE adalah - 0.135 dengan nilai p 0.401. Nilai koefisien korelasi variabel

faal hemostasis APTT terhadap Cyfra 21-1 adalah 0.138dengan nilai p 0.391.

Nilai koefisien korelasi variabel faal hemostasis TT terhadap CEA adalah

-0,069 dengan nilai p 0.669. Nilai koefisien korelasi variabel faal hemostasis TT

(22)

terhadap NSE adalah -0.027 dengan nilai p 0.865. Nilai koefisien korelasi variabel

faal hemostasis TT terhadap Cyfra 21-1 adalah 0.270dengan nilai p 0.088.

Nilai koefisien korelasi variabel faal hemostasis D-dimer terhadap CEA adalah

-0,178 dengan nilai p 0,264. Nilai koefisien korelasi variabel faal hemostasis

D-dimer terhadap NSE adalah -0.047 dengan nilai p 0.769. Nilai koefisien korelasi

variabel faal hemostasis D-dimer terhadap Cyfra 21-1 adalah -0.048 dengan nilai p

0.766.

4.2. Pembahasan Penelitian

Pada penelitian ini ditemukan dari 41 sampel dengan tumor paru di RSUP

HAM yang menjalani kemoterapi 85 % berjenis kelamin laki-laki dan memiliki usia

rata-rata ± 57 tahun. Hal ini sesuai dengan beberapa literatur dan penelitian

sebelumnya yang menyebutkan prevalensi tumor paru juga lebih tinggi pada laki-laki

dan memiliki rata-rata usia diatas 40 tahun. (Faruk Tas et al, 2012). PDPI

menyebutkan pada pertengahan tahun 1990-an adenokarsinoma menjadi tipe histologi

kanker paru yang paling banyak pada laki-laki di Amerika Serikat. (Pdpi,2011).

Pada penelitian ini diperoleh jenis sel kanker adenokarsinoma mencapai 75%

dari seluruh sampel, dan 25 % lainnya adalah kanker jenis sel skuamous. Hal ini

sesuai dengan beberapa literatur dan penelitian sebelumnya juga melaporkan jenis

kanker paru terbanyak adalah adenokarsinoma. (Berna Komurcuoglu et al, 2011).

PDPI juga menyebutkan prevalensi jenis kanker sel adeno lebih tinggi dari sel

(23)

92

terbanyak yang dihisap pasien adalah kretek dengan isapan dalam, disebutkan bahwa

rokok kretek memiliki kandungan cengkeh, tar dan nikotin yang lebih tinggi dari

rokok putih, dan kebanyakan rokok kretek belum memiliki filter. Dengan kandungan

senyawa yang lebih banyak dan kebiasaan merokok dengan isapan dalam, maka

kecendrungan mendapatkan keganasan paru pada bagian bronkus bagian perifer

seperti adenokarsinoma semakin besar.

Dari follow-up 1 bulan pertama setelah kemoterapi diperoleh 2 (4,9%) pasien tanpa keluhan, 14 (34,1%) pasien dengan keluhan berupa disabilitas motorik dan

sisanya 25 pasien (61,0%) meninggal dunia. Pada follow-up 1 tahun setelah kemoterapi diperoleh 2 (4,9%) orang tanpa keluhan, 3 orang pasien (7,3%) dengan

disabilitas motorik, dan sisanya 36 (87,8%) pasien meninggal dunia. berdasarkan data

diatas diperoleh 1-year survival rate adalah 12,2 % Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Salah Abbasi dan Ahmed Badheed di jordania menyebutkan pasien kanker

paru bukan sel kecilyang tidak diobati memiliki 1-year survival rate sebesar 10%, dengan kemoterapi angka ini meningkat menjadi 19-32%. Hasil yang berbeda ini

disebabkan karena pada penelitian tersebut pasien yang diikutkan pada peneliatian

tersebut datang dengan stage yang lebih rendah dan jenis obat kemoterapi yang digunakan yang terbanyak adalah docetaxel + platinum based dan docetaxel

monoterapi. (Salah Abbasi dan Ahmed Badheed, 2010)

Pada penelitian ini, disebutkan PT, INR, D-dimer dan NSE memiliki perbedaan

yang signifikan antara nilai sebelum kemoterapi dibandingkan dengan nilai variabel

ini setelah kemoterapi (nilai p < 0.05), dan tidak adanya perbedaan nilai yang

(24)

signifikan pada nilai sebelum dan sesudah kemoterapi pada variabel APTT, TT, CEA

dan Cyfra 21-1 (nilai p > 0.05). Sebuah penelitian yang dilakukan di Turki

menyebutkan nilai faal hemostasis PT, INR, APTT meningkat pada pasien kanker

paru yang jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan kelamin wanita, tetapi nilai ini

tidak berlaku pada nilai serum D-dimer. (Faruk Tas et al, 2012)

Pada penelitian ini diperoleh korelasi antara PT dengan tumor marker

memberikan hubungan terbalik yang lemah pada nilai CEA, NSE dan hubungan yang

moderat pada Cyfra 21-1 dengan nilai p yang tidak signifikan, hal ini menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara nilai PT dengan nilai tumor marker

pasien sebelum dan sesudah kemoterapi. Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh

Faruk tas pada pasien dengan kanker yang menjalani kemoterapi menyebutkan PT

akan memanjang pada keadaan stadium lanjut (Faruk Tas et al,2012) dan sebagai

respon kemoterapi serum tumor marker akan menurun.(R Molina et al, 2003)

Korelasi antara INR dengan tumor marker memberikan hubungan terbalik yang

lemah pada nilai CEA, NSE, Cyfra 21-1 dengan nilai p yang tidak signifikan, hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara nilai INR dengan nilai

tumor marker pasien sebelum dan sesudah kemoterapi. Hasil ini sesuai dengan

penelitian oleh Faruk tas pada pasien dengan kanker yang menjalani kemoterapi

menyebutkan INR akan memanjang pada keadaan stadium lanjut dan sebagai respon

kemoterapi serum tumor marker akan menurun. (Faruk Tas et al, 2012), dan

(25)

94

kemoterapi lini pertama pada pasien-pasien kanker payudara. (Anthony Letai and

David J Kuter, 1999)

Pada penelitian ini diperoleh korelasi antara APTT dengan tumor marker

memberikan hubungan terbalik yang lemah pada nilai CEA, dan NSE dengan nilai p

yang tidak signifikan, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata

antara nilai APTT dengan nilai tumor marker pasien sebelum dan sesudah

kemoterapi. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumya pada pasien dengan kanker

yang menjalani kemoterapi menyebutkan APTT akan memanjang pada keadaan

stadium lanjut (Faruk Tas et al, 2012, Slavica kvolik, 2010) dan sebagai respon

kemoterapi serum tumor marker akan menurun.(R Molina et al, 2003)

Korelasi APTT dengan Cyfra 21-1 memberikan hubungan lurus yang lemah

dengan nilai p yang tidak signifikan hal ini dimungkinkan karena diketahui bahwa

Cyfra 21-1 adalah marker yang kuat terhadap kanker paru tetapi marker ini tidak

memiliki nilai korelasi yang kuat pada salah satu jenis histologi kanker paru, tetapi

ada penelitian lain menyebutkan marker ini memiliki korelasi pada jenis histologi

karsinoma sel skuamous. Pada penelitian ini disebutkan bahwa jenis karsinoma

skuamous sel cukup sedikit. (R Molina et al, 2003, P.P. Mumbarkar et al, 2006)

Pada penelitian ini diperoleh korelasi antara TT dengan tumor marker

memberikan hubungan terbalik yang kurang berarti pada nilai CEA, dan NSE, dengan

nilai p yang tidak signifikan, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

nyata antara nilai TT dengan nilai tumor marker pasien sebelum dan sesudah

kemoterapi. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya pada pasien dengan

(26)

kanker yang menjalani kemoterapi menyebutkan TT akan memanjang pada keadaan

stadium lanjut dan sebagai respon kemoterapi serum tumor marker akan menurun.

(Faruk Tas et al, 2012)

Korelasi TT dengan Cyfra 21-1 memberikan hubungan lurus yang lemah

dengan nilai p yang tidak signifikan dimana diketahui bahwa Cyfra 21-1 adalah

marker yang kuat terhadap kanker paru tetapi marker ini tidak memiliki nilai korelasi

yang kuat pada salah satu jenis histologi kanker paru, tetapi ada penelitian lain

menyebutkan marker ini memiliki korelasi pada jenis histologi karsinoma sel

skuamous. Pada penelitian ini disebutkan bahwa jenis karsinoma skuamous sel cukup

sedikit. (R Molina et al, 2003, P.P. Mumbarkar et al, 2006)

Pada penelitian ini diperoleh korelasi antara D-dimer dengan tumor marker

memberikan hubungan terbalik yang lemah pada nilai CEA, dan hubungan yang

kurang berarti dengan NSE, Cyfra 21-1 dengan nilai p yang tidak signifikan, hal ini

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara nilai D-dimer dengan

nilai tumor marker pasien sebelum dan sesudah kemoterapi. Hasil ini sesuai dengan

penelitian di Turki pada pasien dengan kanker yang menjalani kemoterapi

menyebutkan D-dimer akan memanjang pada keadaan stadium lanjut dan bila

ditemukannya adanya tanda-tanda metastasis (Berna Komurcuoglu et al, 2011) dan

sebagai respon kemoterapi serum tumor marker akan menurun. (R Molina et al,

(27)

96

Pasien kanker yang menjalani kemoterapi akan beresiko meningkatnya kejadian

koagulasi  16%,dan komplikasi tromboemboli akan meningkat pada 3 bulan pertama

kemoterapi. (Paolo Prandoni et al, 2005) Beberapa literatur juga menyebutkan bahwa

kemoterapi akan memperpanjang PT, APTT dan meningkatkan D-dimer setelah

kemoterapi dan membaik setelah 7 hari dan kembali seperti sebelum terapi 2 bulan

setelah siklus kemoterapi selesai. Penurunan sintesa antikoagulan oleh hati dan

penurunan fibronolisis oleh beberapa jaringan dapat terjadi selama kemoterapi.

(Slavica kvolik, 2010).

CEA, Cyfra 21-1, NSE telah lama digunakan untuk mengevaluasi terapi pada

kanker paru bukan sel kecil. Sebuah penelitian di china tahun 2011 oleh Hongbing

Liu dan kolega menyebutkan serum CEA akan secara signifikan berkurang setelah

dua siklus kemoterapi pada pasien dengan kanker paru bukan sel kecil. CEA dan NSE

memiliki korelasi yang lemah terhadap jenis kanker adenokarsinoma tetapi tidak

dengan Cyfra 21-1, walau ada beberapa penelitian menyebutkan Cyfra 21-1

berkorelasi lemah dengan karsinoma sel skuamous. (Hobgbing Liu, 2011)

Melihat respon variabel ini terhadap kemoterapi dapat disimpulkan adanya

hubungan terbalik pada kedua variabel ini dan hal ini juga ditemukan pada penelitian

ini. Dapat dimungkinkan nilai salah satu variabel dapat memprediksi nilai dari

variabel lainnya, hal ini dapat membantu para klinisi dalam menangani pasien kanker

paru bukan sel kecil di berbagai rumah sakit termasuk rumah sakit yang belum

memadai pemeriksaan penunjangnya dalam menilai prognostik pasien

(28)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Karakteristik 41 pasien kanker paru bukan sel kecil yang dilakukan kemoterapi

di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

1. Jenis Kelamin terbanyak adalah laki laki sebanyak 35 orang (85,4%)

2. Usia rata-rata sampel adalah 56,7 tahun, dimana 29 orang (70,7%) dengan

usia 40 sampai dengan 60 tahun,

3. Jenis Histologi terbanyak adalah adalah adeno karsinoma dengan 31 orang

(75%).

4. Tiga puluh lima orang (85,5%) adalah perokok.

5. Jenis kemoterapi terbanyak yang digunakan adalah kemoterapi lini pertama

dengan platinum based therapy dengan Gemsitabin dan Karboplatin pada 27 orang (65,9%).

6. Dari follow-up 1 bulan diperoleh 2 (4,9%) pasien tanpa keluhan, 14 (34,1%) pasien dengan keluhan berupa disabilitas motorik dan sisanya 25 pasien

(61,0%) meninggal dunia. Pada follow-up 1 tahun setelah kemoterapi diperoleh 2 (4,9%) orang tanpa keluhan, 3 orang pasien (7,3%) dengan

disabilitas motorik, dan sisanya 36 (87,8%) pasien meninggal dunia.

7. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari nilai parameter hemostasis dan

(29)

98

ada peningkatan nilai PT, INR, APTT, TT, NSE sebelum dan sesudah

kemoterapi siklus 4 atau 6.

8. Terdapat korelasi negatif yang tidak bermakna pada nilai faal hemostasis dan

serum tumor marker.

9. Hasil yang berbeda terlihat antara APTT dengan Cyfra 21-1 dan TT dengan

Cyfra 21-1 dan NSE dimana terdapat korelasi positif yang bermakna.

5.2. Saran.

Masih dibutuhkan penelitian baru yang mampu menjelaskan korelasi parameter

hemostasis terhadap tumor marker berdasarkan jenis kelamin, usia, jenis histologi sel

dan jenis kemoterapi.

Gambar

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi pasien berdasarkan karakteristik
Tabel 4.2. Distribusi Sampel Sebelum dan Sesudah Kemoterapi
Tabel 4.3. Uji Normalitas
Gambar 4.1. Perbandingan Nilai Parameter Hemostasis dan Serum Tumor Marker
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pendidik yang memiliki dan menguasai berbagai keterampilan pendidik dalam mengajar dan dapat menerapkan dalam proses pembelajaran akan dinilai oleh peserta didik

Melakukan Pencairan, meminta dan menerima pencairan Jaminan Penawaran atas nama PEMBERI KUASA sebagaimana tersebut di atas, pada saat jatuh tempo dan atau setiap waktu, dengan beban

Mesin pengendali gulma ini adalah redesain dari hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat (IbM) tahun 2015, perancangan ulang yang dilakukan meliputi membenahan terhadap

Analisis rancangan optimasi produksi pada rantai pasok crude palm oil yang di hasilkan dapat ditinjau dari output model optimasi yang dihasilkan yaitu jumlah TBS yang diperoleh

Jiwo Rogo, dkk., (2013), melakukan penelitian tentang pengaruh variasi temperatur tuang terhadap kekerasan dan struktur mikro pada hasil remelting aluminium tromol

Karir yang bersangkutan berlanjut sebagai Vice President, Head of Planning and Development Department dari September 2008 sampai dengan Agustus 2010.. Berikutnya yang

Hasil analisa data uji HA cepat terhadap cairan alantois dari inokulasi langsung pada perlakuan klorinasi telur bersih dan telur kotor bervirus dengan menggunakan

Sayangnya, jarak jangkau kendaraan tidak diimbangi dengan ketahanan fisik manusia yang mengendarainya. Tingkat kelelahan manusia, disamping juga faktor kerusakan kendaraan,