BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kampung Nelayan Belawan merupakan suatu permukiman tidak terencana
yang terletak di Kelurahan Belawan Bahagia, Kecamatan Medan Belawan, Kota
Medan, Sumatera Utara. Hampir sebagian besar penduduk Kampung Nelayan
Belawan berprofesi sebagai nelayan dan juga berdagang. Kampung Nelayan Belawan
Medan merupakan suatu permukiman yang berada di daerah pesisir. Sebagian besar
rumah yang berada di daerah ini menghadap kearah laut lepas. The Federal
Emergency Management Agency menyatakan bahwa area pesisir ialah area yang garis
pantainya berbatasan dengan laut lepas dan memiliki zona-V atau zona kecepatan
dimana zona ini merupakan zona yang rawan terjadinya banjir. Bila diperhatikan
dengan seksama, Kampung Nelayan Belawan sendiri berdiri diatas pantai dan
mengarah ke laut lepas. Selain itu, di beberapa waktu tertentu permukiman ini akan
terendam banjir. Namun, banjir ini tidak memiliki kaitannya dengan hujan, tetapi
berkaitan dengan air pasang laut yang akan surut dalam rentang waktu beberapa jam.
Selain itu, Kampung Nelayan Belawan merupakan salah satu permukiman
informal yang berada di daerah pesisir pantai. Menurut Hurskainen (2004) dikatakan
bahwa permukiman informal ialah permukiman yang menempati suatu tanah
ekploitasi (baik itu tanah milik pemerintah maupun tanah milik orang lain). Selain itu,
menjadi permukiman informal. Misalnya Kampung Nelayan Belawan berdiri diatas
tanah milik PT. Pelindo (PT. Pelabuhan Indonesia), tidak adanya surat tanah yang
sah, hingga rendahnya pendapatan ekonomi masyarakatnya dan sebagainya.
Kehidupan sosial penghuni terus berkembang sehingga mempengaruhi perilaku
mereka dalam menggunakan suatu ruang.
Akibat minimnya keterampilan, fasilitas dan pendidikan yang dimiliki
berdampak pada kehidupan sosial yang dilakukan oleh masyarakatnya, seperti
aktivitas, kegiatan serta perilaku masyarakatnya. Dalam suatu permukiman, kegiatan,
aktivitas dan perilaku masyarakat merupakan bagian dari kehidupan sosial
masyarakat itu sendiri. Kegiatan, aktivitas dan perilaku masyarakat yang beragam
memiliki dampak pada distribusi penggunaan tanah di permukiman nelayan tersebut.
Aktivitas serta interaksi yang dilakukan masyarakat memiliki hubungan dengan
kehidupan sosial. Tidak hanya aktivitas dan interaksi, melainkan juga dengan
perilaku yang dilakukan masyarakat sehari-hari. Kehidupan sosial memiliki unsur
sosial atau kemasyarakatan. Unsur inilah yang menjadikan adanya interaksi yang
terjadi antara satu individu dengan yang lainnya. Terjadinya interaksi yang dilakukan
masyarakat di kawasan ini akan menimbulkan suatu komunikasi. Komunikasi sendiri
dapat dilakukan masyarakat secara langsung maupun dengan adanya perantara (baik
orang lain maupun melalui telepon genggam). Seringkali terjadinya komunikasi
dikarenakan adanya kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat. Kebutuhan inilah
Tidak seorangpun ingin memilih tinggal di permukiman yang terbentuk
dengan tidak terencana. Namun, keterbatasan keterampilan yang dikuasai, rendahnya
pendidikan formal yang dimiliki hingga besarnya biaya kebutuhan sehari-hari
mengakibatkan beberapa masyarakat memilih untuk tinggal dan menetap di
permukiman ini. Selain itu, kondisi ekonomi masyarakat nelayan juga menjadi salah
satu penyebab masyarakat memilih untuk tinggal di permukiman ini. Masyarakat
yang berprofesi sebagai nelayan dinilai lebih terbelakang dalam sistem
perekonomiannya dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan. Hal
ini dikarenakan sumber perekonomian mereka berasal dari hasil tangkapan yang
tergantung pada musim dan cuaca sehingga hasil tangkapan mereka menjadi tidak
menentu. Tentu saja, masyarakat harus mencari dana tambahan untuk mencukupi
kebutuhan primer mereka. Biasanya, membuka warung dapat dijadikan alternatif
dalam memenuhi perekenomian mereka.Selain dijadikan sebagai alternatif dalam
memenuhi kebutuhan ekonomi mereka, beberapa warung menyediakan kursi dan
meja yang terbuat dari kayu dengan desain tradisional yang digunakan masyarakat
untuk duduk, berkumpul dan mengobrol dengan yang masyarakat lainnya.
Secara tak langsung, kehidupan sosial ekonomi masyarakat berdampak pada
distibusi penggunaan tanah pada permukiman tersebut. Munculnya warung sebagai
tempat berinteraksi masyarakat dan juga sebagai penunjang kebutuhan ekonomi
merupakan dampak yang terjadi pada distribusi penggunaan ruang. Fenomena yang
hanya memiliki jarak yang tidak sampai 5 meter. Pemilik warung yang sekaligus
sebagai masyarakat Kampung Nelayan Belawan merasa seperti tidak adanya rasa
persaingan antara pemilik warung satu dengan lainnya, baik dari segi perekonomian
hingga kehidupan sosial.
Permasalahan yang terjadi di permukiman ini memiliki keterkaitan antara
aktivitas sosial-ekonomi yang dilakukan masyarakat dengan distribusi penggunaan
ruang. Tidak tersedianya ruang yang digunakan masyarakat dalam melakukan sebuah
interaksi maupun komunikasi (seperti adanya taman yang dapat dipergunakan
anak-anak maupun orang dewasa). Masyarakat menggunakan ruang yang tersedia untuk
berinteraksi dengan tetangga maupun penghuni lainnya. Sebagian masyarakat
menggunakan jalan (terutama lorong jalan) untuk berinteraksi, bahkan anak-anak di
permukiman inipun cenderung bermain di lorong jalan tersebut. Selain itu,
penggunaan ruang yang tidak sesuai dengan fungsinya juga dilakukan masyarakat di
permukiman ini. Peralihan fungsi ruang umumnya bersifat sementara, seperti
penggunaan ruang terbuka yang difungsikan sebagai area parkir. Namun, terdapat
pula lokasi ruang terbuka yang difungsikan sebagai area berkumpulnya sampah.
Lokasi ini bersifat sementara, namun bila digunakan terus menerus akan
mengakibatkan peralihan fungsi yang bersifat permanen. Hal ini tentu saja
menyebabkan dampak negatif yang merugikan masyarakat di permukiman Kampung
I.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, peneliti dapat merumuskan masalah dengan
batasan menurut pembagian dibawah ini, yaitu:
a. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat permukiman di Kampung Nelayan
Belawan Medan?
b. Bagaimana kehidupan ekonomi masyarakat permukiman di Kampung
Nelayan Belawan Medan?
c. Bagaimana dampak sosial dan ekonomi terhadap penyebaran penggunaan
tanah di Kampung Nelayan Belawan Medan?
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini ialah:
a. Mengidentifikasi kehidupan sosial (dilihat pada aktivitas, kegiatan serta
perilaku) masyarakat permukiman di Kampung Nelayan Belawan Medan
b. Menemukan kehidupan ekonomi masyarakat permukiman di Kampung
Nelayan Belawan Medan
c. Menemukan dampak sosial dan ekonomi terhadap penyebaran penggunaan
tanah di Kampung Nelayan Belawan Medan.
I.4 Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi basis bagi pemerintah dalam
memperbaiki standar kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat yang tinggal
di daerah pesisir, terutama di pesisir Kampung Nelayan Belawan Medan
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi ilmu pengetahuan terkait dengan
perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat pesisir serta
penyebaran penggunaan tanah di pesisir Kampung Nelayan Belawan Medan
c. Penelitian ini diharapkan dapat menambah, memperbaiki serta
memperbaharui penelitian yang sudah ada sebelumnya.
I.5. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir (Gambar 1.1) merupakan pernyataan (proposisi) tentang
kerangka konsep pemecahan masalah yang telah diidentifikasi atau dirumuskan.
Kerangka berpikir sangat menentukan kejelasan dan validitas proses penelitian secara
keseluruhan. Latar belakang merupakan dasar atau basis dilakukannya suatu
penelitian. Latar belakang biasanya mengulas tentang permasalahan yang ada di
lokasi penelitian, tujuan hingga bagaimana peneliti dapat memecahkan masalah yang
ada. Latar belakang dapat diperkuat dengan adanya data. Data merupakan sumber
yang didapat oleh peneliti. Data diperoleh langsung dari lapangan. Data yang ada
didapat dengan cara menyebarkan kuesioner, observasi dan wawancara. Data ini akan
memperkuat latar belakang penelitian. Selain itu, data juga memiliki hubungan
dengan permasalahan yang akan diteliti dan juga memiliki hubungan dengan landasan
Permasalahan yang akan diteliti, diperkuat dengan adanya latar belakang juga
data yang diteliti. Lalu, setelah latar belakang diulas hingga mendapatkan suatu
rumusan masalah, langkah selanjutnya ialah mencari daftar teori (landasan teori) yang
akan dikaji dan memiliki kaitannya dengan hal yang akan diteliti. Biasanya, kajian
teori berasal dari jurnal penelitian sebelumnya. Selain itu, kajian teori harus memiliki
hubungan dengan latar belakang masalah yang menjadi basis penelitian. Kajian teori
yang sudah didapat, kemudian akan diinterpretasi . Interpretasi dilakukan dengan
menghubung-kaitkan teori yang ada dengan permasalahan yang ada di lokasi
penelitian.
Setelah teori diinterpretasi, kemudian digabungkan dengan permasalahan dan
data yang ada sehingga menghasilkan suatu penemuan. Penemuan didapat setelah
adanya permasalahan yang diteliti, adanya data yang didapat dari lapangan, serta
landasan teori yang sudah diinterpretasi. Nantinya penemuan ini akan kembali di
analisa. Proses analisa sendiri merupakan proses yang cukup panjang dalam
melakukan penelitian. Analisa akan dihubung-kaitkan lagi dengan data dan landasan
teori . Dari penemuan yang ada, selanjutnya peneliti akan membuat kesimpulan dari
apa yang telah ditelitinya. Nantinya, kesimpulan ini akan dikaitkan kembali dengan
PENEMUAN
-Variasi kegiatan, aktivitas dan perilaku
-Penyebaran warung,m pasar dan juga profesi masyarakat
-Analisa kegiatan, aktivitas dan perilaku masyarakat di kawasan pesisir
-Analisa penyebaran warung, pasar, dan juga analisa profesi masyarakat
-Analisa fungsi penyebaran serta penggunaan lahan
LANDASAN TEORI
-Kehidupan Sosial Masyarakat di Kawasan Pesisir (Jeyarajah (2015); Setioko, dkk (2011); Boelaars (1984); Portoeus (1993))
-Kehidupan Ekonomi Masyarakat di Kawasan Pesisir (Ahmed, dkk(2013); Setioko (2011))
-Penggunaan Tanah di Kawasan Pesisir
(Garlake (2002); Wright (1993); Yang (2015))
-Dampak Sosial-Ekonomi Terhadap Penyebaran Penggunaan Tanah (Hao (2011); Setioko (2011); Horton (1994))
- Distribusi penyebaran fungsi ruang
DATA
-Kehidupan sosial masyarakat -Kehidupan ekonomi masyarakat -Penggunaan tanah di kawasan pesisir
-Fasilitas yang membuat permukiman padat. Misalnya, adanya pasar.
PERMASALAHAN
-Bagaimana kehidupan sosial masyarakat di kawasan pesisir.
-Bagaimana kehidupan ekonomi masyarakat di kawasan pesisir.
I.6. Sistematika Penelitian
Sistematika penelitian merupakan sistem yang akan membagi penelitian
dalam beberapa bagian. Sistematika dalam melakukan penelitian ini terbagi atas tujuh
bab atau bagian. Setiap bab akan menjelaskan sistematika penelitian yang berbeda.
Adapun ketujuh bab tersebut berisi tentang bab 1 (bab pertama), yang merupakan bab
yang berisi tentang latar belakang terhadap permasalahan penelitian yang akan
diteliti, rumusan masalah yang berisi tentang hal-hal yang akan diteliti, tujuan
penelitian yang berisi tentang tujuan dilakukannya penelitian, manfaat penelitian
yang berisi tentang manfaat dilakukannya penelitian tersebut, kerangka berfikir yang
berisi tentang alur konsep untuk memecahkan permasalahan, serta sistematika
penelitian. Kemudian, dilanjutkan dengan bab 2 (bab kedua), yang berisi tentang
kajian teori yang dipakai dan memiliki keterkaitan dengan dampak sosial ekonomi
dan penggunaan tanah di suatu permukiman. Teori-teori didapat dari jurnal yang telah
diakui oleh masyarakat di dunia.
Selain bab 1 dan bab 2, terdapat pula bab 3 (bab ketiga), yang merupakan bab
yang berisi tentang metode yang digunakan dalam melakukan penelitian tersebut.
Terdapat beberapa judul sub-bab dalam metode penelitian ini, seperti metode
penentuan lokasi penelitian, metode penentuan variabel penelitian, metode
pengumpulan data, metode analisa data serta metode menghasilkan penemuan.
Setelah didapatkan metode penelitian dari bab 3, dilanjukan dengan bab 4 (bab
gambaran langsung dari masyarakat yang berada di lokasi penelitian tersebut yang
berkaitan dengan kehidupan sosial, kehidupan ekonomi dan penggunaan tanah di
permukiman tersebut.
Setelah bab 4, bab selanjutnya ialah bab 5 (bab kelima), ialah bab yang berisi
tentang gambaran umum yang didapat dari masyarakat melalui data kuesioner yang
dibagikan kepada 110 masyarakat. Dari data kuesioner ini, peneliti akan
menghubung-kaitkan dengan teori yang sudah dikaji dan diinterpretasi. Selanjutnya
terdapat bab 6 (bab keenam), yang merupakan bab yang berisi tentang sebuah
penemuan yang terjadi dan didapat dari data dan juga observasi di lapangan yang
memiliki kaitannya dengan kehidupan sosial, kehidupan ekonomi dan penggunaan
tanah di permukiman tersebut. Penemuan tersebut kembali dianalisa dan
dihubung-kaitkan dengan teori yang sudah dikaji dan diinterpretasi. Dan terakhir, dilanjutkan
dengan bab 7 (bab ketujuh), yang berisi tentang kesimpulan dan saran yang
dihasilkan dari analisa terhadap penelitian tersebut. Analisa penelitian ini kemudian