• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Implementasi Corporate Social Resposibility PT. Kawasan Industri Medan (Persero) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Pada Kelurahan Tangkahan, Medan Labuhan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Implementasi Corporate Social Resposibility PT. Kawasan Industri Medan (Persero) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Pada Kelurahan Tangkahan, Medan Labuhan)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Corporate Social Responsibility

2.1.1 Pengertian Corporate Social Responsibility

Setiap perusahaan di seluruh dunia akan melakukan berbagai macam

kegiatan yang terencana untuk dapat meningkatkan eksistensi perusahaan dan

menjadi perusahaan yang Good Bussiness. Salah satu kegiatannya adalah

Corporate Sosial Responsibility (CSR). CSR adalah kegiatan - kegiatan sosial yang dilakukan perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap

masyarakat luas dan lingkungan. Usaha sosial perusahaan telah dikonsepkan lebih

luas sebagai tugas manajerial untuk mengambil tindakan melindungi dan

mengembangkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus memberikan

keuntungan bagi perusahaan. Konsep mengenai CSR mulai diperkenalkan oleh

Bowen (Untung, 2014:2), bahwa tanggung jawab sosial pengusaha diartikan

sebagai “acuan terhadap kewajiban pengusaha untuk mengejar tindakan yang

diinginkan dalam jangka waktu tujuan dan nilai-nilai dari masyarakat”.

CSR menurut Sutanto (Mursitama dkk, 201: 26), membagi CSR ke dalam

dua golongan besar tanggungjawab sosial, yaitu tanggungjawab internal dan

tanggungjawab eksternal. Tanggungjawab internal meliputi tanggungjawab

kepada para pemangku kepentingan dalam hal profit dan pertumbuhan, serta

kepada para pekerja dalam hal pekerjaan dan pengembangan karir yang

menguntungkan pekerja dan perusahaan. Sedangkan tanggungjawab eksternal

(2)

bidang bisnis yang sesuai dengan bisnis perusahaan maupun tidak, serta menjaga

lingkungan untuk generasi masa depan

Menurut Untung (2014:1), CSR merupakan bentuk tanggung jawab

perusahaan terhadap lingkungannya bagi kepedulian sosial maupun tanggung

jawab lingkungan dengan tidak mengabaikan kemampuan dari perusahaan.

Pelaksanaan kewajiban ini harus memperhatikan dan menghormati tradisi budaya

masyarakat di sekitar lokasi kegiatan usaha tersebut. Dan CSR merupakan suatu

konsep bahwa perusahaan memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen,

karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek

operasional perusahaan. Pelaksanaan CSR akan berdampak pada kesinambungan

dari perusahaan, suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus

mendasarkan keputusannya tidak hanya berdasarkan faktor keuangan belaka

seperti misalnya keuntungan atau dividen, melainkan juga harus berdasarkan

konsekuensi sosial di lingkungan untuk saat ini maupun jangka panjang.

Menurut The World Bussiness Council for Sustainable Development

(Rahmatullah dan Kurniati, 2011:5), CSR merupakan komitmen bisnis untuk

berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para

karyawan perusahaan, keluarga karyawan, berikut komunitas-komunitas setempat

(lokal), masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkat kualitas

kehidupan. Dan menurut Kotler dan Lee (Situmeang, 2016:xvii), pemikiran

tentang CSR kini didasarkan pada kebijakan perusahaan sebagai komitmen untuk

meningkatkan kualitas hidup komunitas melalui kerjasama antara para pelaku

bisnis dan sumber daya yang ada dalam kehidupan komunitas, jadi kini dunia

(3)

(single bottom line), melainkan sudah meliputi keuntungan, sosial, dan aspek lingkungan yang biasa disebut (triple bottom line).

Pengertian dari Corporate Social Responsibility (CSR) telah dikemukakan oleh banyak pakar.Diantaranya adalah Maigan dan Ferrel (Susanto,

2009:10-11)mendefenisikan CSR sebagai “Sebuah bisnis bertanggungjawab secara sosial

ketika keputusan dan tindakan diperhitungkan untuk menyeimbangkan beragam

kepentingan”. Defenisi inimenekankan perlunya memberikanperhatian secara

seimbang terhadapkepentingan berbagai stakeholder yang beragam dalam setiap keputusandan tindakan yang diambil oleh parapelaku bisnis melalui perilaku

yangsecara sosial bertanggung jawab. Menurut Wibisono (2007:7) Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan

ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersaman dengan

peningkatan taraf hidup pekerja beserta keluarganya.

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa CSR merupakan kumpulan kebijakan dan praktek yang dilakukan perusahaan sesuai dengan kemampuan

perusahaan sebagai bentuk tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan di

sekitar perusahaan berhubungan dengan stakeholders, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, serta komitmen dunia usaha untuk ikut serta dalam

pembangunan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas secara

(4)

2.1.2 Landasan Hukum Corporate Social Responsibility

Landasan hukum yang menyangkut CSR terdapat dalam makalah

mengenai CSR oleh Octafiani, dkk (2011) sebagai berikut:

a. Keputusan Menteri BUMN Tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan

(PKBL) dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) Workshop Kajian Penerapan

Pasal 74 Undang-Undang PT Nomor 40 Tahun 2007, dikemukakan bahwa

peraturan mengenai tanggungjawab sosial perusahaan, pada awalnya hanya

mengikat Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dengan aktivitas sosial yang

lebih dikenal dengan istilah Program Kemitraan dengan Usaha Kecil dan

Program Bina Lingkungan (PKBL). PKBL pada dasarnya terdiri dari dua

jenis, yaitu program penguatan usaha kecil melalui pemberian pinjaman dana

bergulir dan pendampingan (disebut Program Kemitraan) serta program

pemberdayaan (disebut Program Bina Lingkungan).

b. Undang-Undang PT Nomor 40 tahun 2007 yang berisi peraturan mengenai

diwajibkannya melakukan CSR. Direksi yang bertanggung jawab bila ada

permasalahan hukum yang menyangkut perusahaan dan CSR.

c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, tentang Penanaman Modal, baik

penanaman modal dalam negeri, maupun penanaman modal asing. Dalam

penjelasan pasal 15 huruf b menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan

“tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada

setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang

serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya

(5)

d. Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi Nomor 22 Tahun 2001, disebutkan

pada Pasal 13 ayat 3 (p): “Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksudkan

dalam ayat (1) wajib memuat paling sedikt ketentuanketentuan pokok yaitu:

(p) pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat

adat”.

2.1.3 Program Corporate Social Responsibility

Wibisono (2007) menjelaskan bahwa penerapan CSR yang dilakukan

perusahaan dapat dibagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap perencanaan,

implementasi, evaluasi, dan pelaporan. Tanggung jawab sosial yang dilakukan

oleh perusahaan di bagi menjadi 3 model, yaitu keterlibatan langsung, melalui

yayasan atau organisasi sosial perusahaan, dan bermitra dengan pihak lain.

Adapun bentuknya sebagai berikut :

1. Hibah (Grant) : bantuan dana tanpa ikatan yang di berikan oleh perusahaan untuk membangun investasi sosial.

2. Penghargaan (award) : pemberian bantuan oleh perusahaan kepada sasaran yang dianggap berjasa bagi masyarakat banyak dan lingkungan usahanya.

Biasanya penghargaan dalam bentuk sertifikat dan sejumlah uang kepada

perorangan atau institusi atau panti yang diselenggarakan secara berkelanjutan

dan dalam waktu tertentu.

3. Dana Komunikasi Lokal (community Funds) : bantuan dana atau dalam bentuk lain bagi komunitas untuk meningkatkan kualitas di bidangnya secara

(6)

4. Bantuan Subsidi (social subsidies) : bantuan dana atau bentuk lainnya bagi sasaran yang berhak meningkatkan kinerja secara berkelanjutan seperti

pemberian bantuan dana buruh lokal atau modal usaha kecil satu kawasan.

5. Bantuan pendanaan jaringan teknis bagi sasaran yang berhak untuk

memperoleh pengetahuan dan ketrampilan sehingga mampu meningkatkan

produktivitas. Misalnya, bantuan teknis untuk usaha kecil atau mikro.

6. Penyediaan pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan, hukum, taman

bermain, panti asuhan, beasiswa, dan berbagi pelayanan sosial lainnya bagi

masyarakat.

7. Bantuan kredit usaha kecil dengan bunga rendah bagi rumah tangga, baik

masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan maupun masyarakat pada

umumnya.

8. Program bina lingkungan melalui pengembangan masyarakat.

9. Penyediaan kompensasi sosial bagi masyarakat yang menjadi korban polusi

serta kerusakan lingkungan.

Menurut Situmeang (2016: 34), Berbagai bentuk program-program sosial

yang dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan untuk masyarakat sekitar

perusahaan diantaranya dengan melakukan kegiatan:

1. Charity (Perbuatan Amal)

Program Charity merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan bantuan sukarela kepada seseorang atau kelompok masyarakat

yang membutuhkan. Program Charity bertujuan untuk membantu masyarakat dalam mengatasi masalah yang mendesak, dan program ini sangat baik untuk

(7)

Terdapat berbagai jenis dari pelaksanaan Charity, diantaranya yaitu:

a. Corporate Philanthropy yaitu pemberian sumbangan kegiatan amal yang sering kali berbentuk hibah, donasi dan atau dalam bentuk barang.

b. Cause Promotions yaitu pengalokasian dana atau bantuan dalam bentuk barang dan sumber daya lain oleh perusahaan untuk meningkatkan

kesadaran dan perhatian tentang masalah sosial atau dalam rangka

rekruitmen sukarelawan. Contohnya seperti Body Shop yang mempromosikan larangan penggunaan hewan untuk uji coba kosmetik.

c. Cause-related Marketing yaitu komitmen perusahaan untuk mendonasikan sejumlah persentase tertentu dari pendapatan untuk hal tertentu yang

terkait dengan penjualan produk

d. Community Volunteering yaitu dukungan dan dorongan perusahaan pada para karyawan, mitra pemasaran dan atau anggota franchise untuk menyediakan dan mengabdikan waktu dan tenaga mereka untuk

membantu kegiatan organisasi tertentu.

e. Social Responsible Business Practice yaitu pengadopsian dan pelaksanaan praktek-praktek bisnis dan investasi yang memberikan dukungan dalam

permasalahan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

untuk melindungi lingkungan. Perusahaan dapat melakukan sendiri atau

bermitra dengan organisasi lain.

2. Community Development (Pembangunan Masyarakat)

Berkembangnya konsep Community Development yang berbasis nilai-nilai pemberdayaan, partisipasi, kemandirian dan kebutuhan masyarakat. Program

(8)

masyarakat, sehingga dampak yang dirasakan masyarakat adalah jangka

panjang. Kemajuan pada setiap aspek kehidupan masyarakat baik dibidang

ekonomi, sosial budaya maupun aspek kehidupan lain sehingga tercapai

kesejahteraan. Menurut Budimanta (Situmeang, 2014: 45), menyatakan bahwa

ruang lingkup program Community Development dapat dikelompokkan dalam tiga bidang, yaitu:

a. Community Services, pelayanan korporat untuk memenuhi kepentingan masyarakat ataupun kepentingan umum. Misalnya sarana jalan, sekolah,

kesehatan, ibadah, kelestarian lingkungan.

b. Community Empowering, program-program yang memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk menunjang kemandiriannya, seperti

peningkatan kapasitas usaha masyarakat.

c. Community Relation, kegiatan yang terkait dengan pengembangan pemahaman melalui komunikasi dan informasi kepada pihak terkait.

2.1.4 Tujuan Corporate Social Responsibility

Dalam bisnis apapun, yang diharapkan adalah keberlanjutan dan kestabilan

usaha, karena keberlanjutan akan mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya.

Menurut Rahmatullah dan Kurniati (2011:6-7) setidaknya terdapat tiga alasan

penting mengapa kalangan dunia usaha harus merespon CSR agar sejalan dengan

jaminan keberlanjutan operasional perusahaan, yaitu sebagai berikut:

a. Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila

perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan mesti

menyadari bahwa mereka beroperasi dalam satu tatanan lingkungan

(9)

imbal balik atas penguasaan sumber daya alam atau sumber daya ekonomi

oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksploratif, disamping

sebagai kompensasi sosial disamping sebagai kompensasi sosial karena timbul

ketidaknyamanan (discomfort) pada masyarakat.

b. Kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat

simbiosis mutualisme untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Wajar

bila perusahaan dituntut untuk memberikan konstribusi positif kepada

masyarakat, sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan

pendongkrakan citra dan performa perusahaan.

c. Kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan

menghindarkan konflik sosial. Potensi konflik itu bisa berasal akibat dari

dampak operasional perusahaan atau akibat kesenjangan struktural dan

ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan.

2.1.5 Manfaat Corporate Social Responsibility

Menurut Branco dan Rodrigues (Mursitama dkk, 2011:27-31), membagi

dua manfaat CSR bila dikaitkan dengan keunggulan kompetitif (competitive advantage) dari sebuah perusahaan. Yaitu dari sisi internal maupun eksternal. 1. Manfaat Internal CSR, yaitu:

a. Pengembangan aktivitas yang berkaitan dengan sumber daya manusia.

Serangkaian aktivitas pengembangan sumber daya manusia dicapai dengan

menciptakan para karyawan yang memiliki keterampilan tinggi. Karyawan

yang berkualitas akan menyumbang pada sistem manajemen sumber daya

manusia yang lebih efektif. Misalnya, dengan meningkatnya loyalitas dan

(10)

b. Adanya pencegahan polusi dan reorganisasi pengelolaan proses produksi

dan aliran bahan baku, serta hubungan dengan supplier yang berjalan

dengan baik. Muaranya adalah peningkatan performa lingkungan

perusahaan.

c. Menciptakan budaya perusahaan, kapasitas sumber daya manusia, dan

organisasi yang baik. Pengintrodusiran CSR diharapkan perusahaan dan

kemauan untuk terus belajar. Integrasi antar fungsi di dalam perusahaan

diharapkan juga akan terjadi. Selain itu, partisipasi para karyawan di

dalam perusahaan dan keterampilan mereka diharapkan meningkat pula.

d. Kinerja keuangan. Dengan dilakukannya CSR, kinerja keuangan

perusahaan menjadi lebih baik. Kualitas lingkungan yang turut

disumbangkan oleh korporasi bukan hanya secara langsung mempengaruhi

kinerja keuangan perusahaan, tetapi juga meningkatkan kepemilikan

pemodal.

2. Manfaat eksternal CSR, yaitu:

a. Penerapan CSR akan meningkatkan reputasi perusahaan sebagai badan

yang mengembang dengan baik pertanggungjawaban secara sosial. Hal ini

menyangkut pemberian pelayanan yang lebih baik kepada pihak eksternal

atau pemangku kepentingan eksternal.

b. CSR merupakan satu bentuk diferensiasi produk yang baik. Artinya,

sebuah produk yang memenuhi persyaratan-persyaratan ramah lingkungan

dan merupakan hasil dari perusahaan yang bertanggungjawab ssecara

sosial. Untuk itu, diperlukan kesesuaian antara berbagai aktivitas sosial

(11)

mempengaruhi ekspektasi dari para pemangku kepentingan tentang

bagaimana seharusnya perusahaan bertindak.

c. Melaksanakan CSR dan membuka kegiatan CSR itu secara publik

merupakan instrumen untuk komunikasi yang baik dengan khayalak. Pada

gilirannya semuanya akan membantu menciptakan reputasi dan image

perusahaan yang lebih baik. Dengan demikian, akan membantu

perusahaan dan para karyawannya dalam membangun keterikatan dengan

komunitas secara lebih kohensif dan terintegrasi.

d. Kontribusi CSR terhadap kinerja perusahaan pun dapat terwujud paling

tidak dalam dua bentuk. Pertama, dampak positif yang timbul 18 sebagai

insentif (rewards) atas tingkah laku positif dari perusahaan. Kontribusi ini sering disebut sebagai kesempatan (opportunities). Kedua, kemampuan perusahaan untuk mencegah munculnya konsekuensi dari tindakan yang

buruk atau dikenal sebagai jaring pengaman (safety nets) bagi perusahaan.

2.2 Good Corporate Governance (GCG)

Menurut Untung (2014: 5), Good Corporate Governance adalah rangkaian proses, kebiasaan, aturan dan intuisi yang memengaruhi pengarahan, pengelolaan,

serta pengontrolan suatu perusahaan korporasi. Tata kelola perusahaan juga

mencakup hubungan antara para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat serta tujuan pengelolaan perusahan. Pihak – pihak utama dalam tata kelola

perusahaan adalah pemegang saham, manajemen dan dewan direksi. Pemangku

kepentingan lain yang termasuk di dalamnya antara lain karyawan, pemasok,

(12)

Tata kelola perusahaan adalah suatu subjek yang memiliki banyak aspek.

Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan adalah menyangkut masalah

akuntabilitas dan tanggung jawab mandate, khususnya implementasi pedoman

serta mekanisme untuk memastikan perilaku yang baik dan melindungi

kepentingan pemegang saham. Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi yang

menyatakan bahwa sistem tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk

mengoptimalisasi hasil ekonomi, dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para

pemengang saham. Ada pula sisi lain yang merupakan subjek dari tata kelola

perusahaan, seperti sudut pandang pemangku kepentingan yang menuntut

perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak – pihak lain selain pemegang

saham, misalnya karyawan atau lingkungan. Prinsip GCG bersifat universal,

sehingga seluruh perusahaan dapat melaksanakan selaras dengan ketentuan

hokum, aturan atau nilai yang berlaku dengan tujuan agar perusahaan dapat hidup

secara berkelanjutan dan member manfaat bagi para stakeholder-nya.

2.2.1 CSR Diatur dalam GCG

Prinsip – prinsip yang dianut dalam GCG dan CSR ibarat dua sisi mata

uang. Keduanya sama pentingnya dan tidak terpisahkan, hal ini dalam suatu tata

kelola yang baik harus memiliki kepedulian sosial dan lingkungan.

Permasalahannya adalah bagaimana pengaturan CSR dalam prinsip GCG sesuai

dengan ketentuan hokum yang belaku di Indonesia saat ini. Oleh karena itu, GCG

telah diatur sedemikian rupa dalam beberapa peraturan perundang – undangan

seperti dalam ketentuan UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN dalam Pasal 36

perihal Maksud dan Tujuan Perusahaan BUMN dan Pasal 73 perihal

(13)

Selain peraturan tersebut, sebelumnya pemerintah juga mensyaratkan

untuk menerapkan prinsip GCG ini dalam BUMN dengan Surat Keputusan

Menteri BUMN No. Kep. 117/M-MBU/2002 tentang Penerapan GCG di BUMN

sebagai pedoman korporasi yang diperlukan dalam sistem pengelolaan BUMN

yang sehat. Untuk perusahan swasta dalam hal penanaman modal juga telah diatur

dalam Pasal 15 UU NO. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dengan

adanya pengaturan GCG dalam hokum positif di Indonesia, tidak dapat dihindari

lagi secara prinsip CSR juga harus ikut serta diterapkan. Hal ini dikarenakan ada

keterkaitan antara kedua prinsip tersebut.

2.2.2 CSR dalam Prinsip GCG

Menurut Budi Untung (2014:7), prinsip – prinsip yang diatur dalam GCG

secara umum terdiri dari 4 prinsip, yaitu:

1. Akuntabilitas (accountability)

Prinsip ini mewajibkan direksi perusahaan bertanggung jawab atas

keberhasilan pengelolaan perusahaan untuk mewujudkan tujuan dari

perusahaan tersebut. Komisaris bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas

pengawasan terhadap direksi sehubungan dengan tugasnya. Kedudukan

direksi dan komisaris yang mendapatkan kewajiban dan tanggung jawab

tersebut harus diemban dengan penuh dedikasi yang tinggi dengan

mengutamakan kepentingan perusahaan, hingga seluruhnya dapat

dipertanggungjawabkan kepada para pemegang saham perusahaan tersebut.

2. Keterbukaan (transparency)

Prinsip ini mengenai adanya informasi yang akurat dan dapat diaudit oleh

(14)

sehingga pemegang saham dapat mengetahui perkembangan dan kemerosotan

perusahaan. Prinsip ini juga menginginkan adanya laporan yang akurat dan

tepat perihal keuangan, pengelolaan dan perubahan – perubahan pengurus

serta saham yang dapat mengakibatkan terjadinya pergeseran kepemilikan dan

bentuk – bentuk tindakan lainnya yang dilakukan oleh direksi dan komisaris

dalam melaksanakan tugasnya masing – masing secara berkala maupun

berkesinambungan.

3. Kewajaran (fairness)

Prinsip ini memberikan perlindungan terhadap kepentingan minoritas,

khususnya pemegang saham minoritas untuk dapat memiliki perlakuan yang

adil. Hal ini sebenarnya sudah terakomodir dalam ketentuan UU No. 40 Tahun

2007 tentang Perseroan yang Memberikan Satu Saham Satu Hak Suara (Pasal

84) dan Hak Pemegang Saham Minoritas untuk Dapat Mengusulkan

Diadakannya RUPS Melalui Pengadilan Jika Pemegang Saham Mayoritas

Tidak Melaksanakan (Pasal 80). Prinsip ini menginginkan setiap direksi

maupun komisaris agar lebih mementingkan kepentingan perusahaan dari

pada kepentingan pribadi, sehingga semua kegiatan yang berhadapan dengan

konflik kepentingan (conflict of interest) harus secara sukarela melepaskan kepentingan pribadi tersebut.

4. Tanggung jawab (responsibility)

Prinsip ini menegaskan konsep Fiduciary Duty dari para pengurus perseroan untuk lebih mematuhi aturan – aturan yang digariskan dalam

pengelolaan perusahaan. Peraturan ditetapkan oleh pemerintah maupun

(15)

perusahaan dan eksistensi perusahaan. Direksi harus tanggap terhadap

kelangsungan perusahaan dengan berbagai upaya untuk meningkatkan

perusahaan tanpa mengabaikan tanggung jawab sosial terhadap para

karyawan, pelanggan, masyarakat dan lingkungan, atau pihak lain yang

menentukan kesinambungan perusahaan.

Berdasarkan prinsip – prinsip tersebut, yang sangat berhubungan dengan

pelaksanaan CSR adalah prinsip tanggung jawab (responsibility). Hal ini dikarenakan prinsip akuntabilitas (accountability), keterbukaan (transparency), dan kewajaran (fairness) hanya mementingkan kelangsungan perusahaan pada kepentingan pemegang saham (shareholders), sedangkan prinsip tanggung jawab (responsibility) mengedepankan kepentingan stakeholders.

2.3 Kesejahteraan Masyarakat

Istilah kesejahteraan bukanlah hal yang baru, baik dalam wacana global

maupun nasional. Menurut UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan

Masyarakat, Kesejahteraan Masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melakukan fungsi sosialnya. Dari

Undang-undang di atas dapat dicermati bahwa ukuran tingkat kesejahteraan dapat dinilai

dari kemampuan seseorang atau kelompok dalam usaha memenuhi kebutuhan

material dan spritualnya. Kebutuhan material dapat dihubungkan dengan

pendapatan yang nanti akan mewujudkan kebutuhan akan pangan, sandang,

papan, dan kesehatan. Kemudian kebutuhan spiritual dihubungkan dengan

(16)

Menurut Badrudin (2012), kesejahteraan masyarakat adalah suatu kondisi

yang memperlihatkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang dapat dilihat

dari stadar kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut Todara dan Smith (2006),

kesejahteraan masyarakat menunjukkan ukuran hasil pembangunan masyarakat

dalam mencapai kehidupan yang lebih baik yang meliputi:

1. Peningkatan kemampuan dan pemerataan distribusi kebutuhan dasar dari

makanan, perumahan, kesehatan, dan perlindungan.

2. Peningkatan tingkat kehidupan, tingkat pendapatan, pendidikan yang lebih

baik, dan peningkatan atensi terhadap budaya dan nilai-nilai kemanusiaan.

3. Memperluas skala ekonomi dan ketersediaan pilihan sosial dari individu dan

bangsa.

Kesejahteraan Masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan dasar

yang tercermin dari rumah yang layak, tercukupi sandang dan pangan, biaya

pendidikan dan kesehatan yang murah dan berkualitas atau kondisi dimana setiap

individu mampu memaksimalkan utilitasnya pada tingkat batas anggaran tertentu

dan kondisi dimana tercukupinya kebutuhan jasmani dan rohani. Menurut

Gregory dan Stuart (1992) mengatakan bahwa pertumbuhan pendapatan per kapita

dari waktu ke waktu umumnya membawa perubahan terhadap kesejahteraan

masyarakat dengan arah yang sama, dan data indikator kesejahteraan masyarakat

lebih kompleks seperti persentase penduduk yang memiliki rumah, menikmati

fasilitas air bersih, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, pemilikan alat hiburan

(17)

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan

penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam

mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis

menemukan beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian yang akan penulis

teliti. Berikut merukan penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang

akan dilakukan oleh penulis:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Fauziyah pada tahun 2008 yang berjudul

“Pengaruh CSR terhadap Kesejahteraan Masyarakat (studi pada PT. Ledo

Lestari)”. Penelitian ini meneliti tentang pengaruh CSR terhadap kesejahteraan

masyarakat dan penelitian dilakukan di PT. Ledo Lestari. Penelitian

menggunakan CSR dan Kesejahteraan masyarakat sebagai variabel penelitian

dan juga menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana maka hasil

penelitian menunjukkan CSR memberikan pengaruh yang positif terhadap

kesejahteraan masyarakat di sekitar PT. Ledo Lestari.

2. Penelitian yang dilakukan Mapisangka pada tahun 2009 yang berjudul “Pengaruh Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat

(Studi pada PT. Batamindo Investment Cakrawala)”. Penelitian ini meneliti

tentang implementasi CSR PT. Batamindo Invesment Cakrawala terhadap

kesejahteraan hidup masyarakat. Variabel-variabel yang digunakan antara lain

Corporate Social Responsibility Goal,Corporate Social Issue,Corporate Relation Program, variabel tersebut secara signifikan memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun diantara

(18)

yang memiliki pengaruh terbesar terhadap peningkatan kesejahteraan hidup

masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan PT. Batamindo Invesment

Cakrawala.

3. Penelitian yang dilakukan Daan pada tahun 2010 yang berjudul “Implementasi

Corporate Social Resposibility Pada Perusahaan Manufaktur di Philipina”. Penelitian ini meneliti tentang implementasi CSR di Perusahaan Manufaktur

yang terpilih di Philipina. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner

dan hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur harus selalu

memberikan kontribusi positif kepada masyarakat untuk mempertahankan

perusahaan. Dalam menanggapi masalah sosial yang kompleks yang

mempengaruhi bisnis, perusahaan manufaktur berpartisipasi dalam bermitra

dengan stakeholder.

4. Penelitian yang dilakukan Habibah pada tahun 2015 yang berjudul

“Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)pada PT. Bank Pembangunan Daerah Kalsel Kantor Pusat Banjarmasin”. Penelitian ini

meneliti tentang implementasi CSR pada Bank Pembangunan Daerah.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan

pendekatan penelitian kualitatif sehingga penulis langsung melakukan

penelitian dengan wawancara kepada pihak Divisi Perencanaan dan Strategis

pada PT. Bank Pembangunan Daerah Kalsel Kantor Pusat Banjarmasin

sehingga diperoleh data mengenai implementasi dan dampak lingkungan CSR,

penulis juga menanyakan ke masyarakat untuk meninjau ulang pelaksanaan

(19)

2.5 Hipotesis

Hipotesis diturunkan melalui teori, hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap masalah penelitian. Berdasarkan rumusan masalah maka

hipotesis yang dikemukakan penulis adalah sebagai berikut:

Ha

H

: Diduga ada pengaruh positif dan signifikan implementasi Corporate Social Resposibility PT. Kawasan Industri Medan (Persero)terhadap kesejahteraan masyarakat pada wilayah Kelurahan Tangkahan.

0

2.6 Kerangka Konseptual

: Diduga tidak ada pengaruh positif dan signifikan implementasi Corporate Social Resposibility PT. Kawasan Industri Medan (Persero)terhadap kesejahteraan masyarakat pada wilayah Kelurahan Tangkahan.

Berdasarkan pada rumusan masalah dan teori yang telah diuraikan di atas

maka dapat diketahui bahwa Variabel Bebas (X) dalam peneitian ini adalah

Implementasi CSR, Menurut Wibisono (2007:7) Corporate Social Responsibility

(CSR) merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk

bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari

komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersaman dengan peningkatan taraf

hidup pekerja beserta keluarganya.. Variabel Terikat (Y) adalah Kesejahteraan

Masyarakat, menurut Badrudin (2012) Kesejahteraan Masyarakat adalah suatu

kondisi yang memperlihatkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang dapat

dilihat dari stadar kehidupan masyarakat. Berikut adalah gambar dari kerang

(20)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Ha

Sumber: Penulis (2017)

Implementasi

CSR

(X)

Kesejahteraan

Masyarakat

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini mendukung hipotesis ke tujuh yaitu terdapat pengaruh mediasi Shopping Emotion pada variabel Store Atmosphere terhadap Impulse Buying sesuai dengan

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI KELAS VII DI SMP MUHAMMADIYAH 6 YOGYAKARTA.. TAHUN

Klenik : merupakan pemahaman terhadap suatu kejadian yang dihubungkan dengan hukum sebab akibat yang berkaitan dengan kekuatan gaib (metafisik) yang tidak lain bersumber dari

Adsorpsi asam humat pada permukaan padatan merupakan proses yang kompleks yang tergantung pada sifat permukaan zeolit alam dan sifat larutan asam humat itu

jaringan wifi pada gedung G terutama lantai 1 memiliki. hasil paling kurang bila dibandingkan dengan

Tujuan: Untuk menentukan korelasi antara kalsium, fosfor dan produk kalsium fosfor dengan skor pruritus pada pasien hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik

pada interface wireshark > pilih menu statistic > pilih summary.. Packet Loss, jumlah paket yang hilang

Mengetahui hubungan antara kadar kalsium, fosfor dan produk kalsium fosfor serum dengan skor pruritus pada pasien yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUP