BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Corporate Social Responsibility
2.1.1 Pengertian Corporate Social Responsibility
Setiap perusahaan di seluruh dunia akan melakukan berbagai macam
kegiatan yang terencana untuk dapat meningkatkan eksistensi perusahaan dan
menjadi perusahaan yang Good Bussiness. Salah satu kegiatannya adalah
Corporate Sosial Responsibility (CSR). CSR adalah kegiatan - kegiatan sosial yang dilakukan perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap
masyarakat luas dan lingkungan. Usaha sosial perusahaan telah dikonsepkan lebih
luas sebagai tugas manajerial untuk mengambil tindakan melindungi dan
mengembangkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus memberikan
keuntungan bagi perusahaan. Konsep mengenai CSR mulai diperkenalkan oleh
Bowen (Untung, 2014:2), bahwa tanggung jawab sosial pengusaha diartikan
sebagai “acuan terhadap kewajiban pengusaha untuk mengejar tindakan yang
diinginkan dalam jangka waktu tujuan dan nilai-nilai dari masyarakat”.
CSR menurut Sutanto (Mursitama dkk, 201: 26), membagi CSR ke dalam
dua golongan besar tanggungjawab sosial, yaitu tanggungjawab internal dan
tanggungjawab eksternal. Tanggungjawab internal meliputi tanggungjawab
kepada para pemangku kepentingan dalam hal profit dan pertumbuhan, serta
kepada para pekerja dalam hal pekerjaan dan pengembangan karir yang
menguntungkan pekerja dan perusahaan. Sedangkan tanggungjawab eksternal
bidang bisnis yang sesuai dengan bisnis perusahaan maupun tidak, serta menjaga
lingkungan untuk generasi masa depan
Menurut Untung (2014:1), CSR merupakan bentuk tanggung jawab
perusahaan terhadap lingkungannya bagi kepedulian sosial maupun tanggung
jawab lingkungan dengan tidak mengabaikan kemampuan dari perusahaan.
Pelaksanaan kewajiban ini harus memperhatikan dan menghormati tradisi budaya
masyarakat di sekitar lokasi kegiatan usaha tersebut. Dan CSR merupakan suatu
konsep bahwa perusahaan memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen,
karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek
operasional perusahaan. Pelaksanaan CSR akan berdampak pada kesinambungan
dari perusahaan, suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus
mendasarkan keputusannya tidak hanya berdasarkan faktor keuangan belaka
seperti misalnya keuntungan atau dividen, melainkan juga harus berdasarkan
konsekuensi sosial di lingkungan untuk saat ini maupun jangka panjang.
Menurut The World Bussiness Council for Sustainable Development
(Rahmatullah dan Kurniati, 2011:5), CSR merupakan komitmen bisnis untuk
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para
karyawan perusahaan, keluarga karyawan, berikut komunitas-komunitas setempat
(lokal), masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkat kualitas
kehidupan. Dan menurut Kotler dan Lee (Situmeang, 2016:xvii), pemikiran
tentang CSR kini didasarkan pada kebijakan perusahaan sebagai komitmen untuk
meningkatkan kualitas hidup komunitas melalui kerjasama antara para pelaku
bisnis dan sumber daya yang ada dalam kehidupan komunitas, jadi kini dunia
(single bottom line), melainkan sudah meliputi keuntungan, sosial, dan aspek lingkungan yang biasa disebut (triple bottom line).
Pengertian dari Corporate Social Responsibility (CSR) telah dikemukakan oleh banyak pakar.Diantaranya adalah Maigan dan Ferrel (Susanto,
2009:10-11)mendefenisikan CSR sebagai “Sebuah bisnis bertanggungjawab secara sosial
ketika keputusan dan tindakan diperhitungkan untuk menyeimbangkan beragam
kepentingan”. Defenisi inimenekankan perlunya memberikanperhatian secara
seimbang terhadapkepentingan berbagai stakeholder yang beragam dalam setiap keputusandan tindakan yang diambil oleh parapelaku bisnis melalui perilaku
yangsecara sosial bertanggung jawab. Menurut Wibisono (2007:7) Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan
ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersaman dengan
peningkatan taraf hidup pekerja beserta keluarganya.
Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa CSR merupakan kumpulan kebijakan dan praktek yang dilakukan perusahaan sesuai dengan kemampuan
perusahaan sebagai bentuk tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan di
sekitar perusahaan berhubungan dengan stakeholders, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, serta komitmen dunia usaha untuk ikut serta dalam
pembangunan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas secara
2.1.2 Landasan Hukum Corporate Social Responsibility
Landasan hukum yang menyangkut CSR terdapat dalam makalah
mengenai CSR oleh Octafiani, dkk (2011) sebagai berikut:
a. Keputusan Menteri BUMN Tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan
(PKBL) dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) Workshop Kajian Penerapan
Pasal 74 Undang-Undang PT Nomor 40 Tahun 2007, dikemukakan bahwa
peraturan mengenai tanggungjawab sosial perusahaan, pada awalnya hanya
mengikat Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dengan aktivitas sosial yang
lebih dikenal dengan istilah Program Kemitraan dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan (PKBL). PKBL pada dasarnya terdiri dari dua
jenis, yaitu program penguatan usaha kecil melalui pemberian pinjaman dana
bergulir dan pendampingan (disebut Program Kemitraan) serta program
pemberdayaan (disebut Program Bina Lingkungan).
b. Undang-Undang PT Nomor 40 tahun 2007 yang berisi peraturan mengenai
diwajibkannya melakukan CSR. Direksi yang bertanggung jawab bila ada
permasalahan hukum yang menyangkut perusahaan dan CSR.
c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, tentang Penanaman Modal, baik
penanaman modal dalam negeri, maupun penanaman modal asing. Dalam
penjelasan pasal 15 huruf b menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
“tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada
setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang
serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya
d. Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi Nomor 22 Tahun 2001, disebutkan
pada Pasal 13 ayat 3 (p): “Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksudkan
dalam ayat (1) wajib memuat paling sedikt ketentuanketentuan pokok yaitu:
(p) pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat
adat”.
2.1.3 Program Corporate Social Responsibility
Wibisono (2007) menjelaskan bahwa penerapan CSR yang dilakukan
perusahaan dapat dibagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap perencanaan,
implementasi, evaluasi, dan pelaporan. Tanggung jawab sosial yang dilakukan
oleh perusahaan di bagi menjadi 3 model, yaitu keterlibatan langsung, melalui
yayasan atau organisasi sosial perusahaan, dan bermitra dengan pihak lain.
Adapun bentuknya sebagai berikut :
1. Hibah (Grant) : bantuan dana tanpa ikatan yang di berikan oleh perusahaan untuk membangun investasi sosial.
2. Penghargaan (award) : pemberian bantuan oleh perusahaan kepada sasaran yang dianggap berjasa bagi masyarakat banyak dan lingkungan usahanya.
Biasanya penghargaan dalam bentuk sertifikat dan sejumlah uang kepada
perorangan atau institusi atau panti yang diselenggarakan secara berkelanjutan
dan dalam waktu tertentu.
3. Dana Komunikasi Lokal (community Funds) : bantuan dana atau dalam bentuk lain bagi komunitas untuk meningkatkan kualitas di bidangnya secara
4. Bantuan Subsidi (social subsidies) : bantuan dana atau bentuk lainnya bagi sasaran yang berhak meningkatkan kinerja secara berkelanjutan seperti
pemberian bantuan dana buruh lokal atau modal usaha kecil satu kawasan.
5. Bantuan pendanaan jaringan teknis bagi sasaran yang berhak untuk
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan sehingga mampu meningkatkan
produktivitas. Misalnya, bantuan teknis untuk usaha kecil atau mikro.
6. Penyediaan pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan, hukum, taman
bermain, panti asuhan, beasiswa, dan berbagi pelayanan sosial lainnya bagi
masyarakat.
7. Bantuan kredit usaha kecil dengan bunga rendah bagi rumah tangga, baik
masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan maupun masyarakat pada
umumnya.
8. Program bina lingkungan melalui pengembangan masyarakat.
9. Penyediaan kompensasi sosial bagi masyarakat yang menjadi korban polusi
serta kerusakan lingkungan.
Menurut Situmeang (2016: 34), Berbagai bentuk program-program sosial
yang dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan untuk masyarakat sekitar
perusahaan diantaranya dengan melakukan kegiatan:
1. Charity (Perbuatan Amal)
Program Charity merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan bantuan sukarela kepada seseorang atau kelompok masyarakat
yang membutuhkan. Program Charity bertujuan untuk membantu masyarakat dalam mengatasi masalah yang mendesak, dan program ini sangat baik untuk
Terdapat berbagai jenis dari pelaksanaan Charity, diantaranya yaitu:
a. Corporate Philanthropy yaitu pemberian sumbangan kegiatan amal yang sering kali berbentuk hibah, donasi dan atau dalam bentuk barang.
b. Cause Promotions yaitu pengalokasian dana atau bantuan dalam bentuk barang dan sumber daya lain oleh perusahaan untuk meningkatkan
kesadaran dan perhatian tentang masalah sosial atau dalam rangka
rekruitmen sukarelawan. Contohnya seperti Body Shop yang mempromosikan larangan penggunaan hewan untuk uji coba kosmetik.
c. Cause-related Marketing yaitu komitmen perusahaan untuk mendonasikan sejumlah persentase tertentu dari pendapatan untuk hal tertentu yang
terkait dengan penjualan produk
d. Community Volunteering yaitu dukungan dan dorongan perusahaan pada para karyawan, mitra pemasaran dan atau anggota franchise untuk menyediakan dan mengabdikan waktu dan tenaga mereka untuk
membantu kegiatan organisasi tertentu.
e. Social Responsible Business Practice yaitu pengadopsian dan pelaksanaan praktek-praktek bisnis dan investasi yang memberikan dukungan dalam
permasalahan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
untuk melindungi lingkungan. Perusahaan dapat melakukan sendiri atau
bermitra dengan organisasi lain.
2. Community Development (Pembangunan Masyarakat)
Berkembangnya konsep Community Development yang berbasis nilai-nilai pemberdayaan, partisipasi, kemandirian dan kebutuhan masyarakat. Program
masyarakat, sehingga dampak yang dirasakan masyarakat adalah jangka
panjang. Kemajuan pada setiap aspek kehidupan masyarakat baik dibidang
ekonomi, sosial budaya maupun aspek kehidupan lain sehingga tercapai
kesejahteraan. Menurut Budimanta (Situmeang, 2014: 45), menyatakan bahwa
ruang lingkup program Community Development dapat dikelompokkan dalam tiga bidang, yaitu:
a. Community Services, pelayanan korporat untuk memenuhi kepentingan masyarakat ataupun kepentingan umum. Misalnya sarana jalan, sekolah,
kesehatan, ibadah, kelestarian lingkungan.
b. Community Empowering, program-program yang memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk menunjang kemandiriannya, seperti
peningkatan kapasitas usaha masyarakat.
c. Community Relation, kegiatan yang terkait dengan pengembangan pemahaman melalui komunikasi dan informasi kepada pihak terkait.
2.1.4 Tujuan Corporate Social Responsibility
Dalam bisnis apapun, yang diharapkan adalah keberlanjutan dan kestabilan
usaha, karena keberlanjutan akan mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya.
Menurut Rahmatullah dan Kurniati (2011:6-7) setidaknya terdapat tiga alasan
penting mengapa kalangan dunia usaha harus merespon CSR agar sejalan dengan
jaminan keberlanjutan operasional perusahaan, yaitu sebagai berikut:
a. Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila
perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan mesti
menyadari bahwa mereka beroperasi dalam satu tatanan lingkungan
imbal balik atas penguasaan sumber daya alam atau sumber daya ekonomi
oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksploratif, disamping
sebagai kompensasi sosial disamping sebagai kompensasi sosial karena timbul
ketidaknyamanan (discomfort) pada masyarakat.
b. Kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat
simbiosis mutualisme untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Wajar
bila perusahaan dituntut untuk memberikan konstribusi positif kepada
masyarakat, sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan
pendongkrakan citra dan performa perusahaan.
c. Kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan
menghindarkan konflik sosial. Potensi konflik itu bisa berasal akibat dari
dampak operasional perusahaan atau akibat kesenjangan struktural dan
ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan.
2.1.5 Manfaat Corporate Social Responsibility
Menurut Branco dan Rodrigues (Mursitama dkk, 2011:27-31), membagi
dua manfaat CSR bila dikaitkan dengan keunggulan kompetitif (competitive advantage) dari sebuah perusahaan. Yaitu dari sisi internal maupun eksternal. 1. Manfaat Internal CSR, yaitu:
a. Pengembangan aktivitas yang berkaitan dengan sumber daya manusia.
Serangkaian aktivitas pengembangan sumber daya manusia dicapai dengan
menciptakan para karyawan yang memiliki keterampilan tinggi. Karyawan
yang berkualitas akan menyumbang pada sistem manajemen sumber daya
manusia yang lebih efektif. Misalnya, dengan meningkatnya loyalitas dan
b. Adanya pencegahan polusi dan reorganisasi pengelolaan proses produksi
dan aliran bahan baku, serta hubungan dengan supplier yang berjalan
dengan baik. Muaranya adalah peningkatan performa lingkungan
perusahaan.
c. Menciptakan budaya perusahaan, kapasitas sumber daya manusia, dan
organisasi yang baik. Pengintrodusiran CSR diharapkan perusahaan dan
kemauan untuk terus belajar. Integrasi antar fungsi di dalam perusahaan
diharapkan juga akan terjadi. Selain itu, partisipasi para karyawan di
dalam perusahaan dan keterampilan mereka diharapkan meningkat pula.
d. Kinerja keuangan. Dengan dilakukannya CSR, kinerja keuangan
perusahaan menjadi lebih baik. Kualitas lingkungan yang turut
disumbangkan oleh korporasi bukan hanya secara langsung mempengaruhi
kinerja keuangan perusahaan, tetapi juga meningkatkan kepemilikan
pemodal.
2. Manfaat eksternal CSR, yaitu:
a. Penerapan CSR akan meningkatkan reputasi perusahaan sebagai badan
yang mengembang dengan baik pertanggungjawaban secara sosial. Hal ini
menyangkut pemberian pelayanan yang lebih baik kepada pihak eksternal
atau pemangku kepentingan eksternal.
b. CSR merupakan satu bentuk diferensiasi produk yang baik. Artinya,
sebuah produk yang memenuhi persyaratan-persyaratan ramah lingkungan
dan merupakan hasil dari perusahaan yang bertanggungjawab ssecara
sosial. Untuk itu, diperlukan kesesuaian antara berbagai aktivitas sosial
mempengaruhi ekspektasi dari para pemangku kepentingan tentang
bagaimana seharusnya perusahaan bertindak.
c. Melaksanakan CSR dan membuka kegiatan CSR itu secara publik
merupakan instrumen untuk komunikasi yang baik dengan khayalak. Pada
gilirannya semuanya akan membantu menciptakan reputasi dan image
perusahaan yang lebih baik. Dengan demikian, akan membantu
perusahaan dan para karyawannya dalam membangun keterikatan dengan
komunitas secara lebih kohensif dan terintegrasi.
d. Kontribusi CSR terhadap kinerja perusahaan pun dapat terwujud paling
tidak dalam dua bentuk. Pertama, dampak positif yang timbul 18 sebagai
insentif (rewards) atas tingkah laku positif dari perusahaan. Kontribusi ini sering disebut sebagai kesempatan (opportunities). Kedua, kemampuan perusahaan untuk mencegah munculnya konsekuensi dari tindakan yang
buruk atau dikenal sebagai jaring pengaman (safety nets) bagi perusahaan.
2.2 Good Corporate Governance (GCG)
Menurut Untung (2014: 5), Good Corporate Governance adalah rangkaian proses, kebiasaan, aturan dan intuisi yang memengaruhi pengarahan, pengelolaan,
serta pengontrolan suatu perusahaan korporasi. Tata kelola perusahaan juga
mencakup hubungan antara para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat serta tujuan pengelolaan perusahan. Pihak – pihak utama dalam tata kelola
perusahaan adalah pemegang saham, manajemen dan dewan direksi. Pemangku
kepentingan lain yang termasuk di dalamnya antara lain karyawan, pemasok,
Tata kelola perusahaan adalah suatu subjek yang memiliki banyak aspek.
Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan adalah menyangkut masalah
akuntabilitas dan tanggung jawab mandate, khususnya implementasi pedoman
serta mekanisme untuk memastikan perilaku yang baik dan melindungi
kepentingan pemegang saham. Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi yang
menyatakan bahwa sistem tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk
mengoptimalisasi hasil ekonomi, dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para
pemengang saham. Ada pula sisi lain yang merupakan subjek dari tata kelola
perusahaan, seperti sudut pandang pemangku kepentingan yang menuntut
perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak – pihak lain selain pemegang
saham, misalnya karyawan atau lingkungan. Prinsip GCG bersifat universal,
sehingga seluruh perusahaan dapat melaksanakan selaras dengan ketentuan
hokum, aturan atau nilai yang berlaku dengan tujuan agar perusahaan dapat hidup
secara berkelanjutan dan member manfaat bagi para stakeholder-nya.
2.2.1 CSR Diatur dalam GCG
Prinsip – prinsip yang dianut dalam GCG dan CSR ibarat dua sisi mata
uang. Keduanya sama pentingnya dan tidak terpisahkan, hal ini dalam suatu tata
kelola yang baik harus memiliki kepedulian sosial dan lingkungan.
Permasalahannya adalah bagaimana pengaturan CSR dalam prinsip GCG sesuai
dengan ketentuan hokum yang belaku di Indonesia saat ini. Oleh karena itu, GCG
telah diatur sedemikian rupa dalam beberapa peraturan perundang – undangan
seperti dalam ketentuan UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN dalam Pasal 36
perihal Maksud dan Tujuan Perusahaan BUMN dan Pasal 73 perihal
Selain peraturan tersebut, sebelumnya pemerintah juga mensyaratkan
untuk menerapkan prinsip GCG ini dalam BUMN dengan Surat Keputusan
Menteri BUMN No. Kep. 117/M-MBU/2002 tentang Penerapan GCG di BUMN
sebagai pedoman korporasi yang diperlukan dalam sistem pengelolaan BUMN
yang sehat. Untuk perusahan swasta dalam hal penanaman modal juga telah diatur
dalam Pasal 15 UU NO. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dengan
adanya pengaturan GCG dalam hokum positif di Indonesia, tidak dapat dihindari
lagi secara prinsip CSR juga harus ikut serta diterapkan. Hal ini dikarenakan ada
keterkaitan antara kedua prinsip tersebut.
2.2.2 CSR dalam Prinsip GCG
Menurut Budi Untung (2014:7), prinsip – prinsip yang diatur dalam GCG
secara umum terdiri dari 4 prinsip, yaitu:
1. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini mewajibkan direksi perusahaan bertanggung jawab atas
keberhasilan pengelolaan perusahaan untuk mewujudkan tujuan dari
perusahaan tersebut. Komisaris bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas
pengawasan terhadap direksi sehubungan dengan tugasnya. Kedudukan
direksi dan komisaris yang mendapatkan kewajiban dan tanggung jawab
tersebut harus diemban dengan penuh dedikasi yang tinggi dengan
mengutamakan kepentingan perusahaan, hingga seluruhnya dapat
dipertanggungjawabkan kepada para pemegang saham perusahaan tersebut.
2. Keterbukaan (transparency)
Prinsip ini mengenai adanya informasi yang akurat dan dapat diaudit oleh
sehingga pemegang saham dapat mengetahui perkembangan dan kemerosotan
perusahaan. Prinsip ini juga menginginkan adanya laporan yang akurat dan
tepat perihal keuangan, pengelolaan dan perubahan – perubahan pengurus
serta saham yang dapat mengakibatkan terjadinya pergeseran kepemilikan dan
bentuk – bentuk tindakan lainnya yang dilakukan oleh direksi dan komisaris
dalam melaksanakan tugasnya masing – masing secara berkala maupun
berkesinambungan.
3. Kewajaran (fairness)
Prinsip ini memberikan perlindungan terhadap kepentingan minoritas,
khususnya pemegang saham minoritas untuk dapat memiliki perlakuan yang
adil. Hal ini sebenarnya sudah terakomodir dalam ketentuan UU No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan yang Memberikan Satu Saham Satu Hak Suara (Pasal
84) dan Hak Pemegang Saham Minoritas untuk Dapat Mengusulkan
Diadakannya RUPS Melalui Pengadilan Jika Pemegang Saham Mayoritas
Tidak Melaksanakan (Pasal 80). Prinsip ini menginginkan setiap direksi
maupun komisaris agar lebih mementingkan kepentingan perusahaan dari
pada kepentingan pribadi, sehingga semua kegiatan yang berhadapan dengan
konflik kepentingan (conflict of interest) harus secara sukarela melepaskan kepentingan pribadi tersebut.
4. Tanggung jawab (responsibility)
Prinsip ini menegaskan konsep Fiduciary Duty dari para pengurus perseroan untuk lebih mematuhi aturan – aturan yang digariskan dalam
pengelolaan perusahaan. Peraturan ditetapkan oleh pemerintah maupun
perusahaan dan eksistensi perusahaan. Direksi harus tanggap terhadap
kelangsungan perusahaan dengan berbagai upaya untuk meningkatkan
perusahaan tanpa mengabaikan tanggung jawab sosial terhadap para
karyawan, pelanggan, masyarakat dan lingkungan, atau pihak lain yang
menentukan kesinambungan perusahaan.
Berdasarkan prinsip – prinsip tersebut, yang sangat berhubungan dengan
pelaksanaan CSR adalah prinsip tanggung jawab (responsibility). Hal ini dikarenakan prinsip akuntabilitas (accountability), keterbukaan (transparency), dan kewajaran (fairness) hanya mementingkan kelangsungan perusahaan pada kepentingan pemegang saham (shareholders), sedangkan prinsip tanggung jawab (responsibility) mengedepankan kepentingan stakeholders.
2.3 Kesejahteraan Masyarakat
Istilah kesejahteraan bukanlah hal yang baru, baik dalam wacana global
maupun nasional. Menurut UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Masyarakat, Kesejahteraan Masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melakukan fungsi sosialnya. Dari
Undang-undang di atas dapat dicermati bahwa ukuran tingkat kesejahteraan dapat dinilai
dari kemampuan seseorang atau kelompok dalam usaha memenuhi kebutuhan
material dan spritualnya. Kebutuhan material dapat dihubungkan dengan
pendapatan yang nanti akan mewujudkan kebutuhan akan pangan, sandang,
papan, dan kesehatan. Kemudian kebutuhan spiritual dihubungkan dengan
Menurut Badrudin (2012), kesejahteraan masyarakat adalah suatu kondisi
yang memperlihatkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang dapat dilihat
dari stadar kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut Todara dan Smith (2006),
kesejahteraan masyarakat menunjukkan ukuran hasil pembangunan masyarakat
dalam mencapai kehidupan yang lebih baik yang meliputi:
1. Peningkatan kemampuan dan pemerataan distribusi kebutuhan dasar dari
makanan, perumahan, kesehatan, dan perlindungan.
2. Peningkatan tingkat kehidupan, tingkat pendapatan, pendidikan yang lebih
baik, dan peningkatan atensi terhadap budaya dan nilai-nilai kemanusiaan.
3. Memperluas skala ekonomi dan ketersediaan pilihan sosial dari individu dan
bangsa.
Kesejahteraan Masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan dasar
yang tercermin dari rumah yang layak, tercukupi sandang dan pangan, biaya
pendidikan dan kesehatan yang murah dan berkualitas atau kondisi dimana setiap
individu mampu memaksimalkan utilitasnya pada tingkat batas anggaran tertentu
dan kondisi dimana tercukupinya kebutuhan jasmani dan rohani. Menurut
Gregory dan Stuart (1992) mengatakan bahwa pertumbuhan pendapatan per kapita
dari waktu ke waktu umumnya membawa perubahan terhadap kesejahteraan
masyarakat dengan arah yang sama, dan data indikator kesejahteraan masyarakat
lebih kompleks seperti persentase penduduk yang memiliki rumah, menikmati
fasilitas air bersih, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, pemilikan alat hiburan
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan
penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam
mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis
menemukan beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian yang akan penulis
teliti. Berikut merukan penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh penulis:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Fauziyah pada tahun 2008 yang berjudul
“Pengaruh CSR terhadap Kesejahteraan Masyarakat (studi pada PT. Ledo
Lestari)”. Penelitian ini meneliti tentang pengaruh CSR terhadap kesejahteraan
masyarakat dan penelitian dilakukan di PT. Ledo Lestari. Penelitian
menggunakan CSR dan Kesejahteraan masyarakat sebagai variabel penelitian
dan juga menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana maka hasil
penelitian menunjukkan CSR memberikan pengaruh yang positif terhadap
kesejahteraan masyarakat di sekitar PT. Ledo Lestari.
2. Penelitian yang dilakukan Mapisangka pada tahun 2009 yang berjudul “Pengaruh Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat
(Studi pada PT. Batamindo Investment Cakrawala)”. Penelitian ini meneliti
tentang implementasi CSR PT. Batamindo Invesment Cakrawala terhadap
kesejahteraan hidup masyarakat. Variabel-variabel yang digunakan antara lain
Corporate Social Responsibility Goal,Corporate Social Issue,Corporate Relation Program, variabel tersebut secara signifikan memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun diantara
yang memiliki pengaruh terbesar terhadap peningkatan kesejahteraan hidup
masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan PT. Batamindo Invesment
Cakrawala.
3. Penelitian yang dilakukan Daan pada tahun 2010 yang berjudul “Implementasi
Corporate Social Resposibility Pada Perusahaan Manufaktur di Philipina”. Penelitian ini meneliti tentang implementasi CSR di Perusahaan Manufaktur
yang terpilih di Philipina. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner
dan hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur harus selalu
memberikan kontribusi positif kepada masyarakat untuk mempertahankan
perusahaan. Dalam menanggapi masalah sosial yang kompleks yang
mempengaruhi bisnis, perusahaan manufaktur berpartisipasi dalam bermitra
dengan stakeholder.
4. Penelitian yang dilakukan Habibah pada tahun 2015 yang berjudul
“Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)pada PT. Bank Pembangunan Daerah Kalsel Kantor Pusat Banjarmasin”. Penelitian ini
meneliti tentang implementasi CSR pada Bank Pembangunan Daerah.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan
pendekatan penelitian kualitatif sehingga penulis langsung melakukan
penelitian dengan wawancara kepada pihak Divisi Perencanaan dan Strategis
pada PT. Bank Pembangunan Daerah Kalsel Kantor Pusat Banjarmasin
sehingga diperoleh data mengenai implementasi dan dampak lingkungan CSR,
penulis juga menanyakan ke masyarakat untuk meninjau ulang pelaksanaan
2.5 Hipotesis
Hipotesis diturunkan melalui teori, hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap masalah penelitian. Berdasarkan rumusan masalah maka
hipotesis yang dikemukakan penulis adalah sebagai berikut:
Ha
H
: Diduga ada pengaruh positif dan signifikan implementasi Corporate Social Resposibility PT. Kawasan Industri Medan (Persero)terhadap kesejahteraan masyarakat pada wilayah Kelurahan Tangkahan.
0
2.6 Kerangka Konseptual
: Diduga tidak ada pengaruh positif dan signifikan implementasi Corporate Social Resposibility PT. Kawasan Industri Medan (Persero)terhadap kesejahteraan masyarakat pada wilayah Kelurahan Tangkahan.
Berdasarkan pada rumusan masalah dan teori yang telah diuraikan di atas
maka dapat diketahui bahwa Variabel Bebas (X) dalam peneitian ini adalah
Implementasi CSR, Menurut Wibisono (2007:7) Corporate Social Responsibility
(CSR) merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk
bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari
komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersaman dengan peningkatan taraf
hidup pekerja beserta keluarganya.. Variabel Terikat (Y) adalah Kesejahteraan
Masyarakat, menurut Badrudin (2012) Kesejahteraan Masyarakat adalah suatu
kondisi yang memperlihatkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang dapat
dilihat dari stadar kehidupan masyarakat. Berikut adalah gambar dari kerang
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Ha
Sumber: Penulis (2017)