• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sinergi Antar Komunitas Dalam Melestarikan Sungai Deli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sinergi Antar Komunitas Dalam Melestarikan Sungai Deli"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 2 lokasi penelitian yaitu Kampung Badur, Kelurahan Hamdan dan Avros, Kelurahan Kampung Baru. Lokasi penelitian ini berada dalam Kecamatan yang sama yaitu Kecamatan Maimun. Kecamatan Medan Maimun memiliki luas wilayah sekitar 3.345 Km² dengan 27 meter diatas permukaan laut, terletak diantara 3º – 32º LU dan 98º- 39º BT. Secara administratif Kecamatan Medan Maimun berbatasan dengan :

- Di sebelah Timur dengan Kecamatan Medan Barat - Di sebelah Barat dengan Kecamatan Medan Polonia - Di sebelah Selatan dengan Kecamatan Medan Johor - Di sebelah Utara dengan Kecamatan Medan Kota.

2.2. Gambaran Umum Lingkungan X Kampung Badur, Kelurahan Hamdan Dan Lingkungan XIV Avros, Kelurahan Kampung Baru 2.2.1. Deskripsi Lokasi Kampung Badur

Penelitian ini dilakukan di Kampung Badur lingkungan X Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun. Kampung Badur memiliki luas wilayah 4 Km². Kampung Badur secara administratif memiliki batas wilayah sebagai berikut

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Madra Hulu  Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Aur

(2)

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Petisah Tengah

2.2.2. Deskripsi Lokasi Jalan Avros

Penelitian ini dilakukan di Jalan Avros Lingkungan XIV Kelurahan Kampung Baru. Penelitian ini dilakukan tepatnya di Taman Edukasi Avros. Avros secara administratif memiliki batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Polonia

 Sebelah Timur berbatasan dengan Lingkungan XV  Sebelah Selatan berbatasan dengan Lingkungan XIII

 Sebelah Utara berbatasan dengan Lingkungan XVI

(3)

terkadang tempat ini digunakan untuk kegiatan ngecamp yang biasanya dilaksanakan saat weekend.

2.2.3. Pemerintahan Lingkungan X Kampung Badur

Pemerintahan lingkungan X Kampung Badur dipimpin oleh Kepala Lingkungan (Kepling). Proses pemilihan Kepala Lingkungan, warga mencalonkan diri ke Kelurahan kemudian Lurah yang memilih. Masa jabatan Kepala Lingkungan tidak ada batasan sesampai ia mampu memimpin masyarakatnya. Adapun Kepala Lingkungan yang pernah menjabat, yaitu :

Tabel 2.1

Daftar Nama Kepala Lingkungan dan Masa Jabatan di Lingkungan X Kampung Badur

NO Nama Kepala Lingkungan Masa Jabatan

1 Abdul Rauf 1990-2000

2 Amir 2000-2007

3 Dt.Muas 2007-2014

4 Emil 2014-sekarang

Sumber : Data Kepala Lingkungan X Kampung Badur

2.2.4. Pemerintahan Lingkungan XIV Jalan Avros

Pemerintahan lingkungan XIV Avros dipimpin oleh Kepala Lingkungan (Kepling). Proses pemilihan Kepala Lingkungan dicalonkan oleh lurah kemudia dipilih oleh warga lingkungan tersebut.mMasa jabatan Kepala Lingkungan tidak ada batasan sesampai ia mampu memimpin masyarakatnya. Adapun Kepala Lingkungan yang pernah menjabat, yaitu :

(4)

Daftar Nama Kepala Lingkungan dan Masa Jabatan di Lingkungan XIV Jalan Avros

No Nama Kepala Lingkungan Masa Jabatan

1 M. Tohir 1986-1998

2 Suyadi 1998-2008

3 M. Sofian 2008-2017

Sumber : Data Kepala Lingkungan XIV Avros

2.3. Kependudukan

2.3.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kampung Badur dan Jalan Avros

No Nama Lokasi Penelitian

Jenis Kelamin Jumlah

(Jiwa) Laki-Laki Perempuan

1 Kampung Badur 451 632 1.083

2 Jalan Avros 571 611 1.182

Sumber : Data Kepala Lingkungan X Kampung Badur dan XIV Jalan Avros

(5)

2.3.2. Jumlah Penduduk Menurut Agama

Setiap orang memiliki kebebasan dan hak untuk memeluk agama dan kepercayaan menurut dirinya sendiri. Kebebasan untuk memeluk agama dan kepercayaan telah dijamin oleh negara sehingga setiap orang bebas untuk menentukan agama yang akan dianutnya. Hal ini juga yang dirasakan oleh masyarakat yang berada di Kampung Badur dan Jalan Avros.

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kampung Badur dan Jalan Avros (Dalam Satuan Jiwa)

No Agama Kampung Badur Jalan Avros

1 Islam 567 997

2 Kristen Protestan 89 116

3 Kristen Katolik 52 53

4 Budha 367 16

5 Hindu 8 -

Jumlah 1.083 1.182

Sumber : Data Kepala Lingkungan XIV Kampung Badur dan Lingkungan X Avros

(6)

Budha sebesar 16 jiwa. Terlihat pada tabel diatas mayoritas penduduk di Kampung Badur dan Jalan Avros memeluk agama Islam.

2.3.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis dan Suku Bangsa Tabel 2.5

Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis dan Suku Bangsa di Kampung Badur dan Jalan Avros

(Dalam Satuan Jiwa)

No Etnis dan Suku Bangsa Kampung Badur Jalan Avros

1 Minang 443 453

2 Jawa 282 554

3 Melayu 66 91

4 Batak 99 68

5 Nias 13 -

6 Tionghoa - 16

7 Lain-lain 180 -

Jumlah 1.083 1.182

Sumber : Data Kepala Lingkungan X Kampung Badur dan Lingkungan XIV Avros

(7)

Jalan Avros mayoritas suku Jawa sebanyak 554 jiwa, kemudian disusul oleh suku minang sebanyak 453 jiwa, kemudian diurutan ketiga dan urutan keemapat yaitu suku melayu sebesar 91 jiwa dan batak sebanyak 68 jiwa dan yang terendah etnis tionghoa sebanyak 16 orang.

2.3.4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan sumber dasar dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat yang tinggal di Kampung Badur dan Jalan Avros memiliki sumber mata pencaharian yang beragam dari berbagai sektor. Adapun data yang diperoleh mengenai mata pencaharian Lingkungan X Kampung Badur dan Lingkungan XIV Jalan Avros sebagai berikut :

Tabel 2.6

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kampung Badur dan Jalan Avros

(Dalam Satuan Jiwa)

No Mata Pencaharian Kampung Badur Jalan Avros

1 PNS/POLRI/TNI 2 55

2 Wiraswasta 224 120

3 Pedagang 315 85

4 Buruh 367 65

Jumlah 908 325

Sumber : Data Kepala Lingkungan X Kampung Badur dan Lingkungan XIV Avros

(8)

Avros kebanyakan bermata pencaharian sebagai wiraswasta yang berjumlah 120 jiwa, kemudian disusul bermata pencaharian sebagai pedagang 85 jiwa. Kemudian buruh sebanyak 62 orang dan yang paling terendah yang bekerja sebagai PNS/Polri/TNI sebanyak 55 jiwa.

2.3.5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu ukuran untuk kualitas penduduk. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin baik kualitas SDM yang dihasilakan. Masyarakat Lingkungan X Kampung Badur dan Lingkungan XIV Jalan Avros tergolong dari berbagai kelompok dari yang belum sekolah sampai yang tidak sekolah terdapat pada Lingkungan X Kampung Badur dan Lingkungan XIV Jalan Avros. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.7

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kampung Badur dan Jalan Avros

(Dalam Satuan Jiwa)

No Tingkat Pendidikan Kampung Badur Jalan Avros

1 Belum Sekolah 30 -

2 TK/PAUD 35 -

3 SD 235 236

4 SMP 253 636

5 SMA 478 188

6 D3 23 52

7 S1 29 48

(9)

Jumlah 1.083 1.182

Sumber : Data Kepala Lingkungan X Kampung Badur dan Lingkungan XIV Avros

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan tertinggi masyarakat di Kampung Badur adalah tamatan SMA sebanyak 478 Jiwa, kemudian disusul oleh tamatan SMP sebanyak 253 jiwa, tamatan SD 235 jiwa dan TK/PAUD sebanyak 35 Jiwa. Masyarakat di Kampung Badur ada juga yang berpendidikan sampai taraf Mahasiswa yang terdiri dari tamatan D3 sebanyak 23 jiwa dan tamatan S1 sebanyak 29 jiwa dan yang belum sekolah sebanyak 30 jiwa. Tingkat pendidikan tertinggi masyarakat di Jalan Avros adalah tamatan SMP sebesar 636 Jiwa, kemudian disusul oleh tamatan SD sebesar 236 jiwa, tamatan SMA 188 jiwa . Masyarakat di Avros Lingkungan XIV ada juga yang berpendidikan sampai taraf Mahasiswa yang terdiri dari tamatan D3 sebanyak 52 jiwa, tamatan S1 sebanyak 248 jiwa dan tamatan S2 sebanyak 22 jiwa.

2.4. Sarana dan Prasarana 2.4.1. Sarana Pendidikan

(10)

SDN 060904. Untuk yang bersekolah di tingkat SMP dan SMA biasanya mereka bersekolah ke daerah Kelurahan Jati, Kampung Baru dan Suka Raja.

Sarana pendidikan juga tidak terdapat di daerah Lingkungan XIV Jalan Avros. Biasanya mereka akan bersekolah di daerah Jl.Brigend Katamso. Biasanya untuk anak-anak yang menempuh SMP biasanya mereka bersekolah di SMP N 2 Medan dan untuk jenjang SMA mereka bisa bersekolah di SMA N 2 Medan yang tidak terlalu jauh dari Jalan Avros.

2.4.2. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan merupakan satu hal yang wajib ada di setiap wilayah. Di Kampung Badur terdapat Klinik Bidan yang berizin dan biasanya untuk mendapatkan penanganan yang lebih intensive mereka langsung berobat ke Puskesmas Kampung Baru yang letaknya lumayan jauh dari Kampung Badur. Tidak hanya klinik bidan yang terdapat di Kampung Badur tetapi terdapat Posyandu yang terdiri dari Posyandu anak-anak dan Posyandu Lansia yang berjumlah satu.

Masyarakat di Jalan Avros untuk berobat biasanya langsung mendatangi Puskesmas Kampung Baru karena pelayanan di Puskesmas ini sudah bisa dikatakan baik. Jika penyakit-penyakit ringan masih bisa ditangani tetapi kalau sudah berat biasanya puskesmas ini akan merujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan lebih intensive.

(11)

Setiap agama memiliki sarana ibadah masing-masing untuk melayani Tuhannya, tetapi tidak setiap agama di Kampung Badur dan Jalan Avros memiliki rumah ibadah. Di Kampung Badur sendiri terdapat Mesjid dan Musholah sedangkan di Jalan Avros terdapat Mesjid Ah-Rahman dan Vihara Mahastri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.8

Sarana Ibadah di Kampung Badur dan Jalan Avros (Dalam Satuan Unit)

No Sarana Ibadah Kampung Badur Jalan Avros

1 Mesjid 1 1

2 Mushola 1 -

3 Vihara - 1

Jumlah 2 2

Sumber : Data Kepala Lingkungan X Kampung Badur dan Lingkungan XIV Avros

2.4.4. Sarana Air Bersih

(12)

Masyarakat Lingkungan XIV Jalan Avros dalam hal sarana air bersih sudah memadai dikarenakan wilayah ini sudah berada di tengah-tengah kota. Masyarakat di Avros Lingkungan XIV sebagian sudah menggunakan air PDAM di rumah mereka dan masih ada menggunakan air sumur atau sumur bor dikarenakan air di daerah ini sering mati. Bukan karena masalah itu juga tetapi sebagian masyarakat ingin menghemat tidak menggunakan air dari PAM. Terkadang kualitas air sumur lebih bersih asalkan dilakukan penyaringan terlebih dahulu.

2.4.5. Pola Pemukiman

Pola pemukiman penduduk di Kampung Badur dan Jalan Avros mengelompok. Rumah penduduk setempat memiliki pintu depan yang saling berhadapan dengan rumah penduduk setempat lainnya. Tak hanya itu biasanya mereka tinggal mengelompok dekat dengan saudara atau keluarga

Jika dilihat dari bentuk rumah, pola pemukiman di Lingkungan X Kampung Badur dan Lingkungan XIV Jalan Avros dapat dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu tipe rumah permanen, tipe rumah semi permanen dan tipe rumah kumuh.

(13)

terbuat dari bahan semen dan dua pertiga badan rumah bagian atas terbuat dari bahan papan yang baik, sedangkan atap rumah pada umumnya telah memakan bahan dari seng. Rumah tipe kumuh, ditandai dengan rumah yang terbuat dari bahan-bahan bekas dan tidak layak yang merupakan rumah darurat serta di tempati secara ilegal atau status hukum tanah yang tidak jelas.

Pada lingkungan X Kampung Badur ketiga bentuk rumah ini ditemukan. Pada wilayah lingkungan Badur atas maka ditemukan rumah dengan tipe permanen dan tipe semi permanen dimana pada wilayah ini berada di tengah-tengah kota dan bisa dikatakan orang yang menepatinya orang menengah ke atas. Pada wilayah Badur bagian bawah maka ditemukan bentuk rumah tipe kumuh dimana wilayah ini berada di pinggiran Sungai Deli. Bisa dikatakan rumah-rumah mereka rumah-rumah yang darurat dan tidak laya huni sebenarnya. Rumah mereka terbuat dari papan-papan dan dibuat seperti rumah panggung yang tinggi karena mencegah kalau banjir naik tidak mengenai rumah mereka.

Pada lingkungan XIV Jalan Avros ketiga tipe rumah ini ditemukan tetapi kebanyakan rumah di daerah ini tipe rumah permanen dan semi permanen dikarenakan lokasi dari Jalan Avros ini di tengah-tengah kota. Tetapi masih ada ditemukan bebarapa rumah yang kondisinya yang tidak layak huni, yang rumahnya terbuat dari papan yang rumahnya ini berada di belakang aliran Sungai Deli.

(14)

Sejarah mengenai berdirinya Kampung Badur sampai saat ini belum ada secara tertulis, hanya saja berdasarkan informasi yang didaptakan oleh penulis melalui wawancara dengan masyarakat sekitar yaitu Bang Hendra, yang merupakan masyarakat yang sudah lama tinggal di Kampung Badur dan merupakan pengurus Sanggar Pendidikan Silaturahmi. Beliau mengatakan bahwa kampung ini dulunya sebuah lahan kosong yang tidak terpakai sehingga mereka membuka lahan menjadi pemukiman sampai saat ini dikenanl dengan Kampung Badur. Masyarakat badur dibedakan menjadi dua golongan yang dikenal dengan masyarakat Badur bawah dan masyarakat Badur atas. Masyarakat Badur atas dikenal dengan masyarakat-masyarakat elite yang rumahnya berbahan dasar batu, berdinding tembok serta berpagar sedangkan masyarakat Badur bawah mereka yang mendirikan rumah di tepi atau pinggiran sungai yang berbahan dasar kayu, papan dan setengah batu, serta memilih tangga. .

Mayoritas etnis yang menempati kawasan bawah kebanyakan terdiri dari suku minang, jawa, batak dan campuran sedangkan masyarakat atas terdiri dari etnis Tionghoa, india dan beberapa suku minang, jawa dan lainnya. Tetapi kebanyakan yang menempati kampung badur masyarakat minang. Perbedaan suku atau etnis menciptakan adanya keberagaman kebudayaan di Kampung Badur, masing-masing anggota masyarakat harus memahami akan perbedaan nilai dan kebudayaan yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat yang ada di Badur agar terbentuk kesatuan dalam keberagaman di Kampung Badur.

(15)

Jalan Avros berada di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Medan Maimun. Jalan Avros berada ditengah-ditengah kota. Kondisi geografis Avros dapat dikatakan cukup baik terletak diantara 9º-27º LU dan 98º-25º BT dengan kisaran 27 m diatas permukaan laut. Jalan Avros memiliki tanah dengan kualitas yang cukup baik dengan terdiri dari banyak bebatuan. Disamping itu terdapat sungai yang melintas yakni bagian dari Sungai Deli. Suhu terendah adalah 23ºC dan suhu tertinggi adalah 28ºC.

Jalan ini terkenal dengan peninggalan perusahan Kelapa Sawit dan bangunan-bangunan tua bersejarah dari peninggalan Belanda. Keberadaan jalan Avros yang ditengah-tengah kota tetapi masih saja ada pemukiman kumuh yaitu masih ada masyarakat yang tinggal di sekitaran pinggiran Sungai. Masyarakat yang berada dikampung baru rata-rata suku Jawa dan orang-orang Tionghoa. Hal ini nampak dari kegiatan mereka yaitu berdagang dan bentuk-bentu rumah di sekitaran Avros ini berbentuk ruko karena penduduknya mayorita Tionghoa yang pekerjaannya sebagai pedagang. Meskipun etnis di daerah ini banyak tetapi mereka saling akur tidak pernah percecokan terjadi diantara mereka.

(16)

menjadikan tempat ini sebagai taman edukasi dan areal terbuka hijau dimana seluruh masyarakat bebas untuk masuk ke tempat ini.

2.7. Kawasan Daerah Aliran Sungai Deli

Sungai Deli merupakan salah satu induk sungai pada Satuan Wilayah Sungai (SWS) Belawan/Belumai Ular dengan lima anak sungai. Panjang sungai sekitar 73 km dengan luas basin 402 km². Sungai Deli beserta anak dan ranting sungainya mengalir dari Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang dan melintasi Kota Medan sebelum bermuara ke Selat Malaka. Bagian hulu sungai pada umumnya berada di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang, sedangkan bagiam tengah berada di Kota Medan.

Tabel 2.9

Anak dan Ranting Sungai Deli Induk Sungai Anak sungai Daerah

Pengaliran

Sei Sikambing Kota Medan Sei Putih Sei Selayang Sei Batua

(17)

I

Empat**

Sei Simai-mai Namorambe* Lau Bewaci Lau Simantri Lau Bekusah

Namorambe* Sibiru-biru* Sibiru-biru* Sumber : Dokumen laporan pemantauan kualitas Sungai Deli, Bapedalda Sumut Keterangan : *Kecamatan pada Kabupaten Deli Serdang

**Kecamatan pada Kabupaten Karo

Sungai Deli dapat digolongkan atas tiga bagian yakni, daerah hulu, tengah dan daerah hilir.

Sumber: Dokumen laporan kualitas Sungai Deli Bapedalda

Daerah pengaliran sungai di Kabupaten Karo terdapat di Kecamatam Simpang Empat Desa Semangat Gunung dan Desa Doulu sedangkan di Kabupaten Deli Serdang meliputi lima kecamatan yaitu :

(18)

Sedangkan di Kota Medan meliputi 14 kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Medan Tuntungan 8. Kecamatan Medan Sunggal 2. Kecamatan Johor 9. Kecamatan Medan Petisah 3. Kecamatan Selayang 10. Kecamatan Medan Barat 4. Kecamatan Polonia 11. Kecamatan Medan Deli 5. Kecamatan Medan Maimun 12. Kecamatan Medan Labuhan 6. Kecamatan Medan Kota 13. Kecamatan Medan Marelan 7. Kecamatan Medan Baru 14. Kecamatan Medan Belawan

Pada beberapa kecamatan sungai ini menjadi bagian batas administrasi. a. Daerah Hulu

Pada daerah hulu, Sungai Deli mengalir melalui daerah perbukitan dengan topografi yang beragam, antara landai, terjal dan curam sehingga terdapat beberapa terjunan. Pemanfaatan lahan daerah pengaliran sungai di hulu antara lain sebagai daerah pertanian, perikanan dan pemukiman serta hutan. Air sungai dimanfaatkan untuk irigasi, rekreasi air serta air minum.

Kegiatan yang berpotensi menurunkan kualitas air sungai dan lingkungan sekitarnya antara lain, penambangan pasir dan batu dari badan air, pengunungan pestisida dan pupuk di daerah pertanian, pengambilan humus serta konservasi hutan menjadi pemukiman dan lahan pertanian.

b. Deaerah Pertengahan

(19)

lebih lambat dibandingkan daerah hulu. Pada laju air yang lebih lambat, proses aerasi juga berkurang dengan demikian self purification juga menurun.

Di daerah pertengahan pemanfaatan lahan di sekitar daerah pengaliran sungai adalah untuk pemukiman, perkantoran dan industri. Daerah pertengahan merupakan pusat kota, sentral jasa dan perdagangan. Terdapat banyak kegiatan yang menimbulkan pemukiman kumuh pada bantaran sungai, pembuangan limbah domestik dan industri, pembuangan sampah, pengubahan alur sungai, pengerasan benteng sungai dengan beton dan lainnya.

c. Daerah Hilir

Topografi daerah hilir Sungai Deli semakin landai dengan kemiringan 0,2% laju air pada daerah ini semakin lambat, terutama kearah muara. Daerah hilir merupakan sentral industri, terdapat lebih dari 54 kegiatan/industri di sepanjang Sungai Deli, termasuk hotel dan rumah sakit, banyak diantara industri ini yang membuang limbahnya ke Sungai Deli tangapa pengolahan terlebih dahulu7.

Iklim

Iklim di daerah air Sungai Deli menunjukkan sedikit perbedaan antara musim kemarau dan musim hujan. Suhu udara antara 21ºC-33ºC dan suhu rata-rata tahunan adalah 26ºC.

a. Curah Hujan

Curah hujan disebelah selatan daerah pegunungan dan sebelah utara daerah pantai diperkirakan masing-masing berkisar 2.800 mm/tahun dan 1.700

7

(20)

mm/tahun. Dari catatan hujan sepanjang tahun, diketahui bahwa curah hujan terendah pada bulan Februari dan tertinggi pada bulan September. Pada daerah yang lebih tinggi, curah hujan juga lebih tinggi.

Rata-rata curah hujan tahunan diperkirakan 2.337 mm/tahun. Musim hujan mulai bulan Januari sampai bulan Juli sedangkan musim kemarau mulai bulan Juli sampai Desember. Namun demikian, hujan dapat terjadi set iap bulan, sehingga perbedaan antara musim hujan dan kemarau kurag jelas.

b. Panjang dan Kemiringan DAS Deli

Debit air sungai dan kemiringan pada DAS Deli seluas 32,581 ha dengan kemiringan lereng <5%, 7,445 ha dengan kemiringan lereng antara 5-15%, 6,273 ha dengan kemiringan lereng 15-35%, 1,521 ha dengan kemiringan lereng 35-50% dan 342 ha dengan kemiringan > 35-50%.

c. Debit Air Sungai Deli

Debit air Sungai Deli dari tahun ke tahun mengalami penurunan, hal ini terutama karena konservasi hutan yang terjadi pada daerah hulu sungai. Pada saat ini terdapat dua stasiun pengukuran debit air Sungai Deli yakni di Helvetia pada koordinat 03º37’39.1’’ LU, 098º39’53.6” m dpl serta di Simei-mei pada koordinat 03º28’33.6”LU. 098º.40’36.0” BT dan 59 m dpl.

2.7.1 Sungai Deli Dalam Perspektif Sejarah

Dalam buku The History of Medan tulisan Tengku Luckman Sinar (1991), dituliskan bahwa menurut “Hikayat Aceh”, Medan sebagai pelabuhan telah ada

(21)

Saidi Mukammil kepada Raja Haru yang berkuasa di situ. Serangan serupa dilakukan Sultan Iskandar Muda tahun 1613, terhadap Kesultanan deli. Sejak akhir abad ke-16, nama Haru berubah menjadi Ghuri, dan akhirnya pada awal abad ke-17 menjadi Deli. Pertempuran terus-menerus antara Haru dengan Aceh mengakibatkan jumlah penduduk Haru jauh berkurang, sebagai daerah taklukan, banyak warganya yang dipindahkan ke Aceh untuk dijadikan pekerja kasar.

Nama Deli mulanya berasal dari nama seorang anak raja satu kerajaan di India yang bernama Muhammad Dalik, perahunya tenggelam di dekat Kuala Pasai sehingga ia terdampar di Pasai, daerah Aceh sekarang. Tidak lama sesudah ia datang di Aceh, Sultan Aceh mengalami kesulitan untuk menaklukkan tujuh laki-laki dari Kekaisaran Romawi Timur yang membuat kekacauan. Dalik berhasil membunuh para pengacau tersebut satu persatu. Penghargaan atas keberhasilannya membunuh para pengacau tersebut, Sultan memberinya gelar Laksamana Kud Bintan dan menunjuknya sebagai Laksamana Aceh. Atas berbagai keberhasilannya dalam pertempuran akhirnya ia diangkat sebagai Gocah Pahlawan, pemimpin para pemuka Aceh dan raja-raja taklukkan Aceh.

(22)

Berdirinya kesultanan Deli ini juga salah satu cikal berdirinya Kota Medan. Nama Deli sesungguhnya muncul dalam “Daghregister” VOC di Malaka sejak April 1641, yang dituliskan sebagai Dilley, Dilly, Delli atau Delhi. Mengingat asal Gocah Pahlawan dari India, ada kemungkinan nama Deli itu berasal dari Delhi, nama kota di India. Belanda tercatat pertama kali masuk di Deli tahun 1641, ketika sebuah kapal yang dipimpin Arent Patter merapat untuk mengambil budak. Selanjutnya, hubungan Deli dengan Belanda semakin mulus. Tahun 1863 Kapal Josephine yang membawa orang perkebunan tembakau dari Jawa Timur, salah satunya Jacobus Nienhujis, dari Firma Van Den Arend Surabaya mendarat di Kesultanan Deli.

Menurut bahasa Melayu, Medan berarti tempat berkumpul, karena sejak zaman kuno di situ sudah merupakan tempat bertemunya masyarakat dari hamparan Perak, Sukapiring, dan lainnya untuk berdagang, berjudi, dan sebagainya. Desa Medan dikelilingi berbagai desa lain seperti Kesawan, Binuang, Tebing Tinggi dan Merbau. Medan sebagai embrio sebuah kota secara kronologis berawal dari peristiwa penting tahun 1918, yaitu saat Medan menjadi Gemeente (Kota Administratif), tetapi tanpa memiliki wali kota sehingga wilayah tersebut tetap di bawah kewenangan penguasa Hindia Belanda.

(23)

pusat perdagangan bagi pedagang dari Cina ke India. Labuhan Deli telah menjadi mutiara Tanah Deli sejak wilayah ini menjadi tujuan investasi di bidang perkebunan oleh bangsa Eropa dan dijadikan pelabuhan ekspor untuk melayani arus perdagangan dan pengiriman hasil-hasil perkebunan. Pelabuhan Belawan yang pada masa itu masih berupa pelabuhan kecil sudah mulai menyainginya. Kota Medan yang pada awalnya merupakan sebuah kampung belantara yang dikenal sebagai Kampung Medan Puteri telah memperoleh imbas dari posisi strategisnya di Tanah Deli dan telah menjadi pusat pertumbuhan ekonomi kawasan yang secara perlahan-lahan mulai menyaingi Labuhan Deli.

(24)

Pada dasarnya Tanah Deli pada masa itu adalah kawasan yang terisolir dari dunia luar, kecuali melalui Sungai Deli. Memilik masa lalunya, kini Labuhan Deli bernasib tragis. Perannya sebagai pelabuhan telah lama disingkirkan oleh Belawan. Pusat kehidupan ekonomi dan pusat pemerintahan Kesultanan Deli, Medan telah mengambil alihnya. Perkembangan Belawan menjadi pelabuhan yang makin sibuk dan modern serta pertumbuhan Medan yang menggebu- gebu menuju metropolitan makin menenggelamkan Labuhan Deli, sekaligus menjatuhkannya dari hiruk pikuk pembangunan.

2.7.2 Perilaku Masyarakat Dalam Pemanfaaan Sungai Deli.

Sungai sebagai sumber daya alam merupakan ekosistem perairan yang sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Sungai pada umumnya merupakan sumber daya penting bagi masyarakat Indonesia, sungai biasanya digunakan untuk keperluan aktivitas rumah tangga seperti mandi, mencuci, kakus, bahan baku air minum, rekreasi, pertanian, perikanan, penambangan pasir, transportasi bahkan untuk perindustrian dalam skla kecil maupun besar. Selain itu, sungai menjadi media tempat hidup berbagai jenis tumbuhan, air, ikan, plankton dan invertebrata yang melekat di dasar sungai (Soemarwoto,2001).

(25)

lahan untuk tempat tinggal semakin sempit mengharuskan masyarakat yang melakukan urbanisasi mendirikan tempat tinggal di pinggiran sungai.

Telaah tentang pemukiman kumuh, pada umumnya mencakup tiga hal, pertama kondisi fisik, kedua kondisi sosial ekonomi budaya komunitas yang bermukim di pemukiman tersebut, ketiga dampak oleh kedua kondisi tersebut. Kondisi fisik bisa dilihat dari segi bangunan yang sangat rapat dengan kualitas konstruksi rendah, jaringan jalan tidak berpola dan tidak diperkeras, sanitasi umum dan drainase tidak berfungsi serta sampah yang belum dikelola dengan baik. Kondisi sosial ekonomi yang berada di kawasan kumuh mencakup tingkat pendapatan rendah, norma sosial yang longgar, budaya kemiskinan yang mewarnai kehidupannya yang tampak dari sikap dan perilaku yang apatis. Kondisi tersebut sering mengakibatkan kondisi kesehatah yang buruk, sumber pencemaran, sumber penyebaran penyakit, perilaku menyimpang dan terjadi bencana alam seperti banjir. Secara sederhana pemukiman kumuh lebih mengarah kepada aspek lingkungan suatu komunitas tersebut tinggal yang tidak layak. Secara keruangan, pemukiman kumuh berada di pusat kota yang dekat dengan daerah pusat usaha dan merupakan pemukiman penduduk pribumi pada masa kolonial, daerah bantaran sungai, sepanjang rel kereta api, daerah sekitar industri dan pergudangan (Arsalan, 2006).

(26)

(Wignyosukarto,2009). Keretanan sosial berkaitan erat dengan pendidikan, dimana tingkat pendidikan akan berhubungan dengan jenis pekerjaan dan pendapatan. Ikatan sosial berkaitan dengan hubungan kekerabatan yang dimiliki seseorang yang masih dalam satu wilayah dan interaksi sosial berkaitan dengan hubungan kemasyarakatan yang ada di dalam masyarakat tersebut, hubungan kemasyarakatan dapat dilihat dengan banyaknya perkumpulan atau organisasi kemasyarakatan yang diikuti oleh masyarakat tersebut. Ketidakadaan kerentanan dalam hal ikatan sosial dan interaksi sosial juga dapat mempengaruhi seseorang untuk tetap bermukim di daerah rawan bencana, seperti di daerah aliran sungai yang rawan dengan bencana banjir. Kerentanan ekonomi berkaitan dengan mata pencahrian dan tingkat pendapatan seseorang juga menjadi alasan mayarakat bermukim dipinggaran sungai.

(27)

di pinggiran Sungai Deli. Seperti pernyataan salah satu informan yang peneliti temui di Kampung Badur yaitu ibu Saida, 24 tahun :

“Kalau bagi kami Sungai Deli sebagai kehidupan kami. Di Sungai Deli ini

kami mandi, mencuci baju, nyuci piring bahkan untuk buang hajat kami lakukan di sungai ini. Kami tidak merasa jijik karena sudah terbiasa bagi kami karena dari kecil kami tinggal di daerah Sungai Deli ini. Saya setiap harinya nyuci baju disini sama ibu-ibu lainnya, kami sambil

bercerita-cerita biasanya disini”

Pernyataan seperti diatas diperjelas juga oleh kak sri , warga yang tinggal di Sukaraja yang memanfaatkan Sungai Deli untuk kesehariannya seperti di bawah ini :

“Kakak setiap harinya mencuci baju disini karena kamar mandi kakak

kecil jadi kakak ngak puas kalau nuci baju disana, air di rumah kakak juga kecil terkadang mati kalau mencuci di sungai ini kan air melimpah. Biasanya kakak siap mencuci dari sungai kalau tidak malas kakak bersihin lagi di rumah karena kami dari kecil memang kayak gini melakukan aktivitas mencuci baju, piring, mandi, buang hajat disini karena lebih enak aja bisa sambil cerita-cerita sama ibu-ibu yang lain.”

(28)

Sungai bagi masyarakat yang berada di pinggiran sungai tidak hanya sebagai aktivitas mereka saja tetapi sungai bagi mereka sebagai tempat mereka bertemu dan kejenuhan aktivitas yang mereka lakukan dalam satu hari. Bagi ibu-ibu sungai dijadikan mereka untuk mencuci baju dan disana mereka saling bercerita dengan ibu-ibu lainnya. Bagi kaum bapak-bapak, anak-anak sungai dijadikan mereka untuk aktivitas berenang, memancing . Di sekitar sungai setiap sorenya bisa kita lihat banyak bapak-bapak, anak remaja laki-laki sedang memancing ikan di sungai. Ada beberapa jenis ikan di sungai ini, seperti ikan sapu kaca, udang lobster, ikan mujair dan ikan nila walaupun tidak banyak. Diantara kesemua jenis ikan yang ada, jenis ikan yang paling banyak dan mudah didapatkan adalah ikan sapu kaca. Ikan yang sudah didapat biasanya dibawa ke rumah dan dimasak di rumah untuk makan malam. Kegiatan mancing setiap sore sudah menjadi hobi dan kesenangan bagi masyarakat sekitar Sungai Deli. Hal ini disampaikan oleh salah satu informan yaitu Bapak Sukiman yang setiap sore memancing ikan di sungai.

“Saya memancing ikan setiap sore sampai menjelang maghrib sepulang

Gambar

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kampung Badur dan Jalan Avros
Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis dan Suku Bangsa di Kampung Badur
Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan  Mata Pencaharian di Kampung Badur dan
Tabel 2.8 Sarana Ibadah di Kampung Badur dan Jalan Avros
+2

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu kemajuan teknologi di bidang komputer adalah munculnya bahasa pemprograman yang disebut dengan Visual Basic. Microsoft Visual Basic adalah bahasa pemprograman yang

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Penetapan Hasil Data Keluarga Miskin

[r]

bahwa berdasarkan Keputusan Bupati Bantul Nomor 167 Tahun 2006 tentang Pengangkatan Dewan Pengawas Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Pasar Kabupaten

[r]

2 Kevin Hervianti Jurnalistik Sekolah 80 Jam (3 Hari) Hotel Grand Duta Palembang Disdik Propinsi Sumatera Selatan. 22 - 24 Agustus

Kajian Teori Tentang Ibu yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus.. Kelompok-

• Pada tab Page Layout, dibagian Page Setup group, klik Margins. • Di bagian bawah drop down menu galeri Margins,