• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi Edible Film Dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan, Gliserin, dan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana) Untuk Kemasan Buah Apel Malang (Malus domestica) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakterisasi Edible Film Dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan, Gliserin, dan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana) Untuk Kemasan Buah Apel Malang (Malus domestica) Chapter III V"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1. Alat-alat

- Hotplate Corning

- Oven Hammert

- Neraca analisis Acis

- Gelas beaker Pyres

- Gelas ukur Pyrex

- Labu takar Pyrex

- Blender Philips

- Erlenmeyer 500 ml Pyrex

- Pipet volume Pyrex

- Labu Takar Permacolor

- Termometer 100ᵒC Pyrex

- Labu leher tiga 1000 ml Pyrex

- Spektrofotometer FT-IR - Scanning Electron Microscope

- Spektrofotometer UV-Visible Spectronic 300 - Jangka Sorong

- Karet sumbat - Panci

(2)

- Kertas saring Whattman No. 42

- Kertas saring Biasa

- Corong vakum - Jangka Sorong - Cawan Petri - Tabung Reaksi - Rak Tabung - Plastik

3.2. Bahan-bahan

- Ekstrak Kulit Manggis

- Kitosan % DD 90,2%

- Tepung Tapioka Gunung Agung

- Gliserin PT.SOCI

- CH3COOH(aq) 6%

- Akuades

- Metanol teknis

3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Pengambilan Sampel

Sampel berupa ekstrak kulit manggis yang diperoleh dari pedagang buah Langkat. Buah manggis memiliki nama latin Garciniae Mangostanae L. dan nama latin dari kulit manggis adalah Garciniae Mangostanae Radix.

3.3.2. Pembuatan Larutan Pereaksi

3.3.2.1. Pembuatan Larutan CH3COOH 1% (w/v)

(3)

3.3.2.2. Pembuatan Larutan Kitosan 2% (w/v)

Ditimbang 1 g kitosan kemudian dimasukkan ke dalam gelas beaker. Ditambahkan 50 ml larutan CH3COOH 1% (V/V). Didiamkan selama ± 1 jam hingga seluruh kitosan larut.

3.3.3. Preparasi Sampel

Buah manggis dikupas dan di ambil bagian kulitnya, kemudian dipotong tipis-tipis, dikeringkan dibawah sinar matahari selama ±2 hari, kemudian dimasukkan didalam blender. Setelah halus, dimaserasi selama 7 hari dengan pelarut methanol, disaring vakum, kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator dengan suhu 65ᵒC selama ±10 jam dan didapatkan ekstrak antioksidan kulit manggis.

3.3.4. Pembuatan Edible Film

Sebanyak 3 g tepung tapioca dimasukkan kedalam gelas beaker yang telah diisi dengan 50 ml akuades. Diaduk hingga homogen. Dipanaskan di atas hotplate pada suhu± 650C hingga mengental. Ditambahkan kitosan 2% (w/v) sebanyak 3 ml. Ditambahkan 1 g ekstrak kulit manggis sambil diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan 1 ml gliserin. Diaduk hingga homogen dan dibiarkan mengental. Campuran dituang di plat akrilik dan diratakan. Dikeringkan didalam oven pada suhu ± 300C selama ± 3 hari. Dilakukan prosedur yang sama untuk sampel ektraks kulit manggis dengan variasi 2 g, 3 g, 4 g, 5 g dan akuades dengan variasi 45 ml, 40 ml, 35 ml, 30 ml.

3.3.5. Pengukuran Ketebalan Edible Film

(4)

suatu bahan didefinisikan sebagai besarnya beban maksimum (Fmax) yang digunakan untuk memutuskan spesimennya bahan dibagi dengan luas penampang awal (A0).

Perhitungan Uji Kuat Tarik :

Kekuatan tarik(σ) = Fmaks

�� =

��� ��

Keterangan : Load = Tegangan (KgF) Ao = Luas specimen (mm2)

σ = Kekuatan tarik bahan (KgF/mm2)

Bila suatu bahan dikenakan beban tarik yang disebut tegangan, maka bahan akan mengalami regangan. Kurva tegangan terhadap regangan merupakan karakteristik dari sifat mekanik suatu bahan. Untuk bahan polimer bentuk kurva tegangan regangan terlihat pada gambar 3.1

(5)

Gambar 3.2 Bentuk Spesimen Untuk Analisis Kuat Tarik dan Kemuluran ASTM D-638-72 Tipe IV

Disamping uji sifat mekanik kekuatan tarik (σ), juga diamati kemuluran (ԑ) yang didefinisikan sebagai perubahan panjang specimen (I0) dengan perubahan panjang specimen setelah diberi beban (It) maupun terhadap regangan (stroke). Perhitungan Kemuluran :

Kemuluran(ԑ) = �� − �0

�0 x 100%

Kemuluran(ԑ) = �����

�0 x 100% Keterangan:

ԑ = kemuluran (%)

Stoke = Regangan (mm/menit)

I0= Panjang specimen mula-mula (mm)

It = Panjang specimen setelah diberi beban (mm) (Wirjosentono, 1996).

3.3.7. Uji Ketahanan Air (Water Uptake) Edible Film

(6)

penimbangan. Sampel dimasukkan kembali kedalam wadah yang berisi akuades selama 10 detik. Kemudian sampel diangkat dari wadah dan ditimbang kembali. Prosedur perendaman dan penimbangan dilakukan kembali sampai diperoleh berat akhir sampel konstan (Ban et al. 2005). Selanjutnya air yang diserap oleh sampel dihitung melalui persamaan :

Daya Serap Air (%) = �−��

�� � %

Dimana : W = berat edible film basah Wo = berat edible film kering

3.3.8. Analisa SEM ( Scanning Electron Microscope)

Analisa SEM (Scanning Electron Microscope) merupakan pemeriksaan dan analisa permukaan serta mempelajari sifat morfologi sampel. Dalam hal ini, dilihat dari permukaan edible film hasil campuran tepung tapioka dengan kitosan, ekstrak kulit manggis, dan gliserin berdasarkan sifat mekanik edible film yang optimal.

3.3.9. Analisa FT-IR (Fourier Transform Infra Red)

Analisa FT-IR (Fourier Transform Infra Red) merupakan analisa terhadap interaksi senyawa-senyawa yang terkandung dalam edible film berupa uluran atau lekukan gugus fungsi yang ditampilkan dalam bentuk spectrum gelombang. Dalam hal ini, dilihat dari spectrum interaksi gugus fungsi dari edible film hasil campuran tepung tapioka dengan kitosan, ekstrak kulit manggis, dan gliserin berdasarkan sifat mekanik edible film yang optimal.

3.3.10. Uji Aktivitas Antibakteri

3.3.10.1. Uji Aktivitas dengan Metode Kirby Bauer

(7)

disamakan dengan konsentrasi larutan McFarland (108 CFU/mL). Suspensi bakteri uji tersebut selanjutnya diinokulasikan dengan cara menggoresnya menggunakan

cotton bud steril hingga merata pada media MHA yang telah memadat. Dimasukkan potongan edible film kedalam media uji untuk selanjutnya diinkubasi pada suhu 34 oC. Diamati dan diukur hasil uji antimikroba yang dihasilkan edible film dimulai dari hari pertama, kedua dan ketiga setelah masa inkubasi.

3.3.10.2. Uji Aktivitas dengan Metode Total Plate Count

(8)

3.4. Bagan Penelitian 3.4.1. Preparasi Sampel

Dikupas

Dibersihkan

Diiris tipis-tipis

Dikeringkan dibawah sinar

matahari selama ± 2 hari

Dihaluskan dengan blender

Dimaserasi dengan methanol

selama ± 7 hari

Disaring vakum

Dipekatkan dengan rotary

evaporator pada suhu 65

ᵒC

selama ± 10 jam

Kulit Manggis

(9)

3.4.2. Pembuatan Edible Film

Ditimbang sebanyak 3 g

Dimasukkan ke dalam gelas beaker Ditambahkan 50 ml akuades

Dipanaskan diatas hotplate (± 65oC) Ditambahkan 3ml larutan kitosan 2% Ditambahkan 1 g ekstrak kulit manggis

Ditambahkan 1ml gliserin

Diaduk hingga homogen dan mengental

Dituang di plat akrilik dan diratakan Dikeringkan didalam oven (± 30oC) selama 2 hari

Dilakukan perlakuan yang sama untuk ekstrak kulit manggis dengan variasi 2 g, 3 g, 4 g, 5 g dan akuades dengan variasi 45 ml, 40 ml, 35 ml, dan 30 ml.

Tepung Tapioka

(10)

3.4.3 Karakterisasi dan Pengujian Edible Film

(11)

3.4.4. Pengujian Aktivitas Antibakteri Edible Film

3.4.4.1. Uji Aktivitas Edible Film dengan Metode Kirby Bauer Biakan bakteri Escherichia coli dan

Staphyloccus aureus

disuspensi dalam akuades steril dihomogenkan dengan vortex dibandingkan dengan kekeruhan Suspensi bakteri

diencerkan dengan akuades Steril sampai kekeruhan

6 CFU/ml Media MHA

diinkubasi di atas media

Suspensi Bakteri MHA

di inkubasi di atas media MHA

Media MHA Cakram

Edible Film

diletakkan cakram edible film diatas media MHA diinkubasi secara terbaik dalam inkubator pada suhu 32-34ºC selama 3x24 jam

diukur diameter zona antibakteri

(12)

3.4.4.2 Uji Aktivitas Edible Film dengan Metode Standart Plate Count

(SPC) pada Apel

Apel

dibungkus dengan edible film

diletakkan pada suhu kamar dipotong seberat 1 g

dihaluskan dan dimasukkan dalam tabung reaksi ditambah akuades steril sebanyak 9 ml

Kultur awal pengenceran 10-1

diencerkan hingga 10-5

dimasukkan 0,1 ml ke dalam media PCA padat didalam cawan petri

diratakan dengan hockey stick

Media PCA dan kultur

diinkubasi pada suhu 32-34ºC selama 24 jam dihitung isolate bakteri

Hasil

(13)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Hasil Analisa Karakateristik Meliputi Ketebalan, Kuat Tarik, Kemuluran, Dan Elastisitas Edible Film

Dari hasil penelitian pembuatan dan karakterisasi serta uji aktivitas edible film

dari campuran tepung tapioka, kitosan, gliserin, dan ekstrak kulit manggis

(Garciniae mangostana) untuk kemasan buah apel malang (Malus domestica B.) yang telah dilakukan, diperoleh karakteristik dari edible film sebagai berikut :

Tabel 4.1. Hasil Analisa Karakteristik Edible Film dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan, Gliserin, dan Ekstrak Kulit Manggis (Garciniae mangostana) Untuk Kemasan Buah Apel Malang (Malusdomestica B.)

No. Parameter Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garciniae mangostana)

1 g 2 g 3 g 4 g 5 g

1. Ketebalan (mm) 0,20 0,30 0,30 0,32 0,26

2. Kuat Tarik

(KgF/mm2)

1,730 1,111 0,660 0,502 0,428

(14)

4.1.2. Hasil Analisa Uji Ketahanan Air (Water Uptake) Edible Film dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan, Gliserin, dan Ekstrak Kulit Manggis (Garciniae mangostana) Untuk Kemasan Buah Apel Malang (Malus domestica B.)

Dari hasil penelitian pembuatan dan karakterisasi serta uji aktivitas edible film

dari campuran tepung tapioka, kitosan, gliserin, dan ekstrak kulit manggis

(Garciniae mangostana) untuk kemasan buah apel malang (Malusdomestica B.) yang telah dilakukan, diperoleh % ketahanan air dari edible film sebagai berikut :

Tabel 4.2. Hasil Analisa Uji Ketahanan Air (Water Uptake) Edible Film

Edible Film Ketebalan edible film

(mm)

Daya Serap Air

(Water Uptake) (%)

1 g 0,20 17,766

2 g 0,24 25,378

3 g 0,26 26,638

4 g 0,30 32,175

5 g 0,34 73,529

4.1.3. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Edible Film dengan Metode Kirby Bauer

Pada Edible film dilakukan uji aktivitas antibakteri menggunakan metode Kirby Bauer. Aktivitas Antibakteri pada edible film menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan beberapa bakteri patogen yaitu Escherchia colidan

(15)

Tabel 4.3. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Beberapa Kultur Bakteri oleh Edible Film

No. Spesies Bakteri

Bahan

UjiEdible film

Diameter Zona

Hambat (mm)

Indeks

Antimikrobial

1.

Staphyloccocus aureus

(gram positif)

1 g 3 0,13

2 g 1 0,04

3 g 4 0,18

4 g 5 0,23

5 g 5 0,23

2.

Escherchia coli

(gram negatif)

1 g 3,5 0,16

2 g 0,25 0,01

3 g 3,25 0,15

4 g 1,25 0,05

(16)

4.1.4. Pertumbuhan Koloni Bakteri Pada Apel Malang (Malus dulcus B.) Yang Dibungkus Dengan Edible Film, Yang dibungkus

dengan Edible Film liquid, Yang Dibungkus dengan Plastik Biasa, dan Yang tanpa Pembungkus dengan Metode Standart Plate Count (SPC)

Dengan menggunakan metode Standart Plate Count (SPC) pada media Plate Count Agar (PCA) jumlah koloni yang tumbuh pada apel malang (Malus dulcus B.) yang telah dibungkus edible film dapat dihitung. Perhitungan jumlah koloni dilakukan dengan counter pada hari ke 1, 5, 10, dan 15. Sebagai kontrol perhitungan jumlah koloni juga dilakukan terghadap apel

malang (Malus dulcus B.) tanpa pembungkus. Berikut hasil pengamatan jumlah koloni yang tumbuh pada media PCA ditunjukkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Koloni pada Apel Malang (Malus dulcus B.)

No.

Jumlah Koloni Pada Apel Malang (Malus dulcus B.) selama 14 hari dibungkus dengan :

Tanpa

Pembungkus Plastik Biasa Edible Film

Edible film Liquid

(17)

4.1.5. Hasil Analisa FT-IR (Fourier Transform Infra Red)

Spektroskopi FTIR digunakan untuk karakterisasi interaksi antara campuran

tepung tapioka, kitosan, gliserin, dan ekstrak kulit manggis pada pembuatan

edible film dapat dilihat pada gambar berikut :

a

(18)

Tabel 4.5. Interpretasi Gugus Fungsi Edible Film Hasil Analisis FT-IR Gugus Fungsi Rentang daerah serapan

(cm-1) Daerah serapan (cm

Kulit Manggis Kering; G = Gliserin

4.1.6. Hasil Analisa SEM (Scanning Electrone Microscopy)

Hasil pemeriksaan SEM menunjukkan bentuk permukaan dari Edible film

dari campuran tepung tapioka, kitosan, gliserin, dan ekstrak kulit manggis

(Garciniae mangostana) untuk kemasan buah apel malang (Malus dulcus B.). Dari karakterisasi uji aktivitas antibakteri pada edible film dengan campuran tepung tapioka, kitosan, gliserin, dan 5 g ekstrak kulit manggis (Graciniae mangostana) menunjukkan hasil terbaik, sehingga dilakukan uji fisik SEM (Scanning Electrone Microscopy) pada perbesaran 500 kali yang menunjukkan hasil permukaan yang rata serta kompatibel dengan tipe bentuk

(19)
(20)

4.2. Pembahasan Penelitian 4.2.1. Analisa Ketebalan

Grafik penambahan ekstrak kulit manggis terhadap ketebalan edible film dari campuran tepung tapioka, kitosan 2%, dan gliserin ditampilkan pada gambar 4.3.

Gambar 4.3. Grafik Penambahan Ekstrak Kulit Manggis Terhadap Ketebalan Edible Film dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan 2%, dan Gliserin

Pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa pada penelitian ini formulasi edible film

dari campuran 3 g tepung tapioka, 3 ml kitosan 2%, 1 ml gliserin, dan 4 g ektrak kulit manggis memiliki ketebalan tertinggi dibandingkan dengan yang lainnya yang ditunjukkan dengan nilai ketebalan yang paling besar yaitu sebesar 0,32 mm. Peningkatan ketebalan tersebut dipengaruhi oleh konsentrasi padatan terlarut dalam larutan film dan juga dipengaruhi oleh jumlah volume air dalam bahan, semakin besar volume air dalam bahan, maka akan meningkatkan ketebalan edible film dengan luas pemukaan yang sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketebalan edible film berkaitan erat dengan kadar air pada bahan.

Jenis plastik yang banyak digunakan dalam bahan pangan biasanya memiliki ketebalan antara 0,03-0,06 mm. Ketebalan plastik berhubungan dengan kemudahannya untuk dibentuk. Semakin tebal suatu plastik maka plastik makin kaku dan sulit dibentuk namun akan memberikan perlindungan

0.20

Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (g)

(21)

mekanis yang lebih baik terhadap bahan yang dikemas (Buckle, K.A. 1985). Ketebalan edible film dapat disesuaikan dengan bahan pangan yang akan dikemas.

4.2.2. Analisa Kuat tarik

Grafik penambahan ekstrak kulit manggis terhadap ketebalan edible film dari campuran tepung tapioka, kitosan 2%, dan gliserin ditampilkan pada gambar 4.4.

Gambar 4.4. Grafik Penambahan Ekstrak Kulit Manggis Terhadap Kuat Tarik Edible Film dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan 2%, dan Gliserin

Pada gambar 4.4 menunjukkan bahwa pada penelitian ini formulasi edible film

dari campuran 3g tepung tapioka, 3 ml kitosan 2%, 1 ml gliserin, dan 1 g ektrak kulit manggis memiliki kuat tarik yang terbaik dibandingkan dengan yang lainnya yang ditunjukkan dengan nilai kuat tarik yang paling besar yaitu sebesar 1,730 KgF/mm2. Parameter kuat tarik tersebut dapat menjelaskan bagaimana karakteristik mekanik dari bahan edible film yang berkaitan dengan struktur kimianya. Kuat tarik merupakan gaya maksimum yang dapat ditahan oleh sebuah alat hingga terputus. Parameter ini merupakan salah satu sifat

Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (g)

(22)

tekanan (stress) yang terjadi selama proses pembentukkan.Penurunan kuat tarik tersebut juga dipengaruhi oleh penambahan pemplastis gliserin. Karena adanya gugus –OH dari gliserin dengan gugus –CH dari ekstrak kulit manggis mengakibatkan terjadinya interaksi sehingga molekul-molekul akan terdispersi dan berinteraksi dengan struktur rantai polimer dan menyebabkan rantai polimer sukar bergerak. Hal ini juga yang menyebabkan kekuatan tarik meningkat karena adanya gaya intermolekuler diantara rantai struktur.

4.2.3. Analisa Kemuluran

Grafik penambahan ekstrak kulit manggis terhadap kemuluranedible film dari campuran tepung tapioka, kitosan 2%, dan gliserin ditampilkan pada gambar 4.5.

Gambar 4.5. Grafik Penambahan Ekstrak Kulit Manggis Terhadap Kemuluran Edible Film dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan 2%, dan Gliserin

Pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa pada penelitian ini formulasi edible film

dari campuran 3 g tepung tapioka, 3 ml kitosan 2%, 1 ml gliserin, dan 5 g ektrak kulit manggis memiliki kemuluran yang terbaik dibandingkan dengan yang lainnya yang ditunjukkan dengan nilai kemuluran yang paling besar yaitu sebesar 12,165%. Nilai kemuluran menggambarkan ukuran kemampuan film untuk merenggang atau memanjang. Kemuluran film dinyatakan dalam kemuluran saat putus dengan satuan % yang menunjukkan pertambahan panjang sebelum putus dibandingkan panjang awal. Sifat keregangan atau kemuluran ini sangat berguna mengingat sifat pembungkus harus mampu melindungi makanan yang ada didalam edible film.

2.971 3.006

Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (g)

(23)

4.2.4. Analisa Elastisitas

Grafik penambahan ekstrak kulit manggis terhadap elastisitasedible film dari campuran tepung tapioka, kitosan 2%, dan gliserin ditampilkan pada gambar 4.5.

Gambar 4.5. Kurva Regresi Hubungan Penambahan Ekstrak Kulit Manggis Terhadap Elastisitas Edible Film dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan 2%, dan Gliserin

Pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa pada penelitian ini formulasi edible film

dari campuran 3g tepung tapioka, 3 ml kitosan 2%, 1 ml gliserin, dan 1 g ektrak kulit manggis memiliki elastisitas yang terbaik dibandingkan dengan yang lainnya yang ditunjukkan dengan nilai elastisitas yang paling besar yaitu sebesar 0,5822. Hal ini juga disebabkan oleh adanya penggunaan pemplastis gliserin pada edible film yang akan menurunkan gaya antar molekul sehingga akan meningkatkan mobilitas antar polimer yang akibatnya edible film

menjadi lebih elastis dan fleksibel. Modulus elastisitas merupakan kebalikan dari persentase kemuluran karena akan semakin menurun seiring meningkatnya jumlah pemplastis dalam edible film. Modulus elastisitas menurun berarti fleksibilitas edible film meningkat (Kramer, 2009).

4.2.5. Analisa Ketahanan Air (Water Uptake) 0.5822

Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (g)

(24)

Gambar 4.6. Grafik Penambahan Ekstrak Kulit Manggis Terhadap Daya Serap Air (Water Uptake)Edible Film dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan 2%, dan Gliserin

Sifat ketahanan edible film terhadap air ditentukan dengan analisis water uptake. Gambar 4.6 menunjukkan bahwa pada penelitian ini formulasi edible film dari campuran 3 g tepung tapioka, 3 ml kitosan 2%, 1 ml gliserin, dan 1 g ektrak kulit manggis memiliki ketahanan air yang terbaik dibandingkan dengan yang lainnya yang ditunjukkan dengan nilai water uptake yang paling kecil yaitu sebesar 17,766%. Hal ini disebabkan oleh semakin banyak jumlah ektrak kulit manggis yang ditambahkan berbanding lurus dengan ketebalan

edible film yang dihasilkan. Sedangkan ketebalan edible film tersebut berbanding lurus pula dengan daya serap air (water uptake), yaitu semakin tebal produk maka daya serapnya terhadap air semakin besar (Setiani et al. 2013).

Selain ketebalan, penambahan kitosan yang semakin besar juga cenderung meningkatkan sifat ketahanan airnya dengan menunjukkan water uptake yang semakin kecil. Sedangkan semakin besar konsentrasi pati maka nilai water uptake semakin besar dikarenakan kecenderungan pati yang memiliki lebih banyak gugus hidroksil (OH) sehingga lebih banyak dalam menyerap air (Setiani et al. 2013). Namun dalam penelitian ini jumlah konsentrasi penambahan kitosan dan konsetrasi penambahan pati sama, dengan tujuan bisa diketahui formulasi penambahan ekstrak kulit manggis berapa dihasilkan edible film yang memiliki ketahanan air yang tinggi.

17.766

Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (g)

(25)

4.2.6. Analisa Aktivitas Antibakteri Edible Film Metode Kirby Bauer Grafik penambahan ekstrak kulit manggis terhadap sifat antibakteri (S. Aureus

dan E. Coli)edible film dari campuran tepung tapioka, kitosan 2%, dan gliserin ditampilkan pada gambar 4.7 dan gambar 4.8.

Gambar 4.7. Grafik Penambahan Ekstrak Kulit Manggis Terhadap Sifat Antibakteri (S. Aureus)Edible Film dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan 2%, dan Gliserin

Pada gambar 4.7 menunjukkan bahwa pada penelitian ini formulasi edible film

dari campuran 3 g tepung tapioka, 3 ml kitosan 2%, 1 ml gliserin, dan 4 g ektrak kulit manggis serta formulasi edible film dari campuran 3g tepung tapioka, 6 ml kitosan 2%, 5 tetes gliserin, dan 5 g ektrak kulit manggismemiliki indeks antimikrobial pada bakteri gram positif yaitu S. Aureus yang terbaik dibandingkan dengan yang lainnya yang ditunjukkan dengan nilai indeks antimikrobial yang paling besar yaitu sebesar 0,23. Hal ini disebabkan oleh semakin banyak jumlah ektrak kulit manggis yang ditambahkan berbanding lurus dengan sifat antibakteri edible film yang dihasilkan.

Beberapa zat aktif yang ada didalam kulit buah manggis setelah diekstrak dengan etanol 95% adalah flavonoid, xanton, tannin, terpenoid, dan saponin yang dilakukan dengan metode maserasi (Puspitasari, L. 2013). Hal ini menunjukkan bahwa zat aktif tersebut dapat aktif dan menghasilkan zona

0.13

Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (g)

(26)

Gambar 4.8. Grafik Penambahan Ekstrak Kulit Manggis Terhadap Sifat Antibakteri (E. coli) Edible Film dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan 2%, dan Gliserin

Pada gambar 4.8 menunjukkan bahwa pada penelitian ini formulasi edible film

dari campuran 3 g tepung tapioka, 3 ml kitosan 2%, 1 ml gliserin, dan 1 g ektrak kulit manggismemiliki indeks antimikrobial pada bakteri gram positif yaitu E. coli yang terbaik dibandingkan dengan yang lainnya yang ditunjukkan dengan nilai indeks antimikrobial yang paling besar yaitu sebesar 0,16. Hal ini disebabkan oleh semakin banyak jumlah ektrak kulit manggis yang ditambahkan berbanding terbalik dengan sifat antibakteri edible film yang dihasilkan.

Beberapa zat aktif yang ada didalam kulit buah manggis setelah diekstrak dengan etanol 95% adalah flavonoid, xanton, tannin, terpenoid, dan saponin yang dilakukan dengan metode maserasi (Puspitasari, L. 2013). Hal ini menunjukkan bahwa zat aktif tersebut dapat aktif dan menghasilkan zona radikal terhadap bakteri E. coli seperti yang terlihat pada gambar 4.8. Dinding sel bakteri E. coli dan bakteri gram negatif lainnya, memiliki lapisan peptidoglikan, lopoprotein, dan polisakarida yang kompleks. Pembungkus luar atau selaput dari E. coli memiliki fungsi menolak molekul hidrofobik sekaligus hidrofilik yang baik, dan jika dari molekul zat yang besar tidak akan dapat masuk kedalam bakteri ini, sedangkan zat yang memiliki molekul yang kecil dapat masuk kedalam bakteri E. coli. Perbedaan antara zona radikal menyebablan bateri E. coli lebih resisten (Muhardi, E dkk. 2007).

0.16

Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (g)

(27)

4.2.7. Analisa Aktivitas Antibakteri Edible Film Metode Standart Plate Count (SPC)

Hasil analisa aktivitas antibakteri dari apel yang dibungkus dengan edible film,

edible film liquid, plastik biasa, dan tanpa pembungkus didapatkan hasil terbaik adalah apel yang dibungkus dengan edible film liquid yaitu dengan jumlah koloni sebesar 12 x 105 CFU/ml. Hal ini disebabkan karena edible film

yang digunakan mengandung ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana) dimana ekstrak kulit manggis mengandung senyawa antioksidan yang dapat berfungsi sebagai antibakteri, juga dengan pelapisan menggunakan kitosan (chitosan coating) telah terbukti meminimalisasi oksidasi, ditunjukkan oleh angka peroksida, perubahan warna, dan jumlah mikroba pada sampel (Yingyuad et al., 2016).

4.2.8. Analisa FT-IR (Fourier Transform Infra Red)

Pada spektrum dari edible film yang dibuat dari campuran tepung tapioka, kitosan, gliserin, dan ektrak kulit manggis, menunjukkan bahwa terjadi perubahan karakteristik pada puncak spektrum peregangan OH dan atau NH pada bilangan gelombang 3576,02 cm-1. Juga terjadi perubahan karakteristik pada puncak spektrum CH pada bilangan gelombang 2989,66 cm-1 , juga terdapat puncak yang ditafsikan sebagai inti benzen pada bilangan gelombang 1604,77 cm-1 . Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara tapioka, kitosan, gliserin, dan ektrak kulit manggis. Pada spektra edible film dari campuran tepung tapioka, kitosan, gliserin, dan ektrak kulit manggis (Garcinia mangostana) yang di tampilkan pada lampiran 8.4 menunjukkan bahwa tidak adanya gugus fungsi baru yang muncul. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

edible film dari campuran tepung tapioka, kitosan, gliserin, dan ektrak kulit manggis (Garcinia mangostana) yang terbentuk merupakan hasil pencampuran secara fisik.

4.2.9. Analisa SEM (Scanning Electrone Microscope)

(28)

Analisis SEM edible film dilakukan dari hasil optimal pada uji mekanik yaitu pada edible film dari campuran 3g tepung tapioka, 6 ml kitosan 2%, 5 tetes gliserin, dan 5g ekstrak kulit manggis.Berdasarkan hasil SEM

edible film pada perbesaran 500x seperti yang terlihat pada gambar 4.2 dapat diketahui permukaan edible film menunjukkan permukaan yang kurang rata, hal ini disebabkan oleh pencampuran tepung tapioka, kitosan, gliserin dan ekstrak kulit manggis tidak tercampur secara merata.

(29)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik terbaik dari edible film yang dihasilkan, diperoleh edible

dengan ketebalan 0,20 mm, kuat tarik sebesar 1,730 KgF/mm2, kemuluran

sebesar 12,165 %, dan modulus young sebesar 0,5822. Daya serap air (water uptake) sebesar 17, 766%. Hasil SEM menunjukkan bentuk morfologi permukaan film yang rata, rapat dan berpori kecil. Dari hasil

FT-IR menunjukkan bahwa terjadi perubahan karakteristik pada puncak

spektrum peregangan OH dan atau NH pada bilangan gelombang 3576,02

cm-1. Juga terjadi perubahan karakteristik pada puncak spektrum CH pada

bilangan gelombang 2989,66 cm-1 , juga terdapat puncak yang ditafsikan

sebagai inti benzen pada bilangan gelombang 1604,77 cm-1 . Hal ini

menunjukkan adanya interaksi antara tapioka, kitosan, gliserin, dan ektrak

kulit manggis.

2. Hasil uji aktivitas antibakteri terbaik metode Kirby Bauer dengan

menggunakan bakteri gram positif yaitu S. aureus menghasilkan indeks zona antimikrobial sebesar 0,23. Sedangkan dengan menggunakan bakteri gram

negatif (E. coli) menghasilkan indeks zona antimikrobial sebesar 0,16.

5.2. Saran

Gambar

Gambar 3.1 Kurva Tegangan dan Regangan Bahan Polimer
Gambar 3.2 Bentuk Spesimen Untuk Analisis Kuat Tarik dan Kemuluran ASTM D-638-72 Tipe IV
Tabel 4.1.  Hasil Analisa Karakteristik Edible Film dari Campuran
Tabel 4.2.  Hasil Analisa Uji Ketahanan Air (Water Uptake) Edible Film
+7

Referensi

Dokumen terkait

BIDANG CIPTA KARYA DPU KABUPATEN KLATEN. JL Sulaw

potensi keuntungan atau imbal hasil yang berlipat adalah bahwa nasabah akan ter-.. ekspose secara menyeluruh terhadap downside risk dari produk

Please note that the Student Agreement acknowledges that the University must manage its resources efficiently and may change the content and/or method of delivery of programmes,

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul :” Uji Antioksidan dan Uji Antibakteri pada Ekstrak Etanol buah Mengkudu (Morinda

sama, maka dapat ditetapkan nilai β yang sama untuk input dan output.

Dari hasil analisis dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian pengaruh pencahayaan dan kebisingan tempat kerja terhadap kinerja mekanik pada PT Honda Catur Putra Jaya

 Ceklis siswa yang akan di daftarkan (pastikan siswa tersebut daftar pada madrasah yang bapak/ibu ampu)..  Klik daftarkan pada menu yang

Simulation Based Fuzzy TOPSIS Approach for Group Multicriteria Supplier