BAB VI PENUTUP
V. 1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di bab-bab sebelumnya maka penelitian ini memperoleh temuan-temuan yang mendukung kerangka pikir peneliti bahwa, kejahatan illicit drug trafficking melalui jalur perbatasan darat negara RI-PNG di Jayapura merupakan dampak dari
kurangnya pengawasan dan pengamanan di daerah perbatasan negara. Akibat dari kurangnya pengawasan dan pengamanan yang baik di daerah perbatasan Negara RI-PNG di Jayapura oleh pihak-pihak yang berwenang, berdampak pada maraknya peredaran dan pengguna narkotika jenis ganja di Kota Jayapura.
Kawasan wilayah perbatasan negara Indonesia merupakan salah satu ladang subur bagi para sindikat organisasi transnational crime untuk melakukan aksi kehatannya. Begitu halnya yang terjadi di perbatasan RI-PNG di Kota Jayapura. Perbatasan darat RI-PNG di Kota Jayapura merupakan salah satu perbatasan negara yang berbatasan langsung melalui jalur darat dengan negara PNG. Perbatasan darat ini merupakan salah satu sasaran empuk bagi para sindikat organisasi transnational crime berupa kejahatan illicit drug trafficking jenis ganja dari negara PNG. Menurut UU RI No. 22 Tahun 1997, narkotika didefinikan sebagaizat atau obat yang berasal dari tanaman, baik sintetis maupun semi sintesis, dan ganja tergolong dalam golongan I dengan skala yang sangat tinggi bersama Opium, Koka, dan Heroin. Terhitung sejak tahun 2013-2016, kasus peneyelundupan yang berhasil digagalkan oleh aparan keamanan baik TNI/POLRI adalah berjumlah 7 kasus dengan hasil tangkapan sebanyak 19 Kg ganja dengan berbagai motif penyelundupan.
Dari hasil penelitian peneliti, peneliti berhasil menemukan beberapa faktor-faktor yang menyebabkan kejahatan illicit drug trafficking dapat melewati jalur perbatasan darat RI-PNG. Faktor faktor penyebabnya adalah antara lain;
1. Faktor Globalisasi: selain memberikan dampak positif bagi masyarakat global, globalisasi juga memiliki dampak negatif. Globalisasi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya tindak kejahatan illicit drug trafficking yang sengaja dimanfaatkan oleh para sindikat organisasi transnational crime untuk memperluas kejahatan mereka.
2. Faktor Perdagangan Lintas Batas: selain memberikan damapak yang baik bagi perekonomian penduduk didaerah perbatasan negara RI-PNG, ternyata dengan adanya Perdagangan Lintas Batas ini juga menjadi pintu masuk terciptanya kejahatan illicit drug trafficking.
3. Faktor wilayah perbatasan RI-PNG menjadi objek wisata: karena perbatasan RI-PNG sering dijadikan sebagai objek wisata, hal ini yang membuatnya sebagai sasaran empuk bagi terciptanya kejahatan illicit drug trafficking, karena kurang adanya pengawasan yang baik atau dengan ketat terhadap para pengunjung yang berwisata dari pihak aparat keamanan di wilayah perbatasan sehingga dimanfaatkan oleh para penjahat yang ingin melakukan tindak kejahatan illicit drug trafficking.
4. Minimnya saranan dan prasarana penunjang keamanan di Pos Lintas Batas: minimnya sarana dan prasarana inilah yang mejadi salah satu faktor terjadinya kejahatan illicit drug trafficking.
5. Jalur pelintas batas tidak resmi (jalan tikus): tidak dapat dipungkiri bahwa, wilayah perbatasan RI-PNG masih banyak sekali terdapat jalan tikus yang sering digunakan sebagaiaktivitas transaksi kejahatan illicit drug trafficking. Hal ini disebabkan karena, disepanjang wilayah perbatasan RI-PNG masih banyak diselimuti hutan-hutan yang belum terjamah oleh manusia dan tidak mendapat pengawasan yang baik dari pihak aparat keamanan perbatasan
Dari penelitian peneliti, kelima faktor inilah yang menyebabkan sehingga bisa terjadinya tindak kejahatan illicit drug trafficking melalui jalur perbatasan darat RI-PNG di Kota Jayapura.
VI. 2. Saran
Dari hasil penelitian peneliti, permasalah kejahatan illicit drug trafficking di jalur perbatasan darat RI-PNG di Kota Jayapura, merupakan salah satu dampak dari kurangnya pengawasan atau pengamanan manejemen perbatasan yang belum maksimal. Wilayah perbatasan adalah salah satu manifestasi yang terpenting dari kedaulatan territorial. Sejauh perbatasan itu secara tegas diakui dengan traktak atau diakui secara umum tanpa pernyataan yang tegas, maka perbatasan merupakan bagian dari suatu hak negara terhadap wilayahnya Riwanto (2002). Oleh sebab itu, peneliti memiliki beberapa saran yang sekiranya bisa bermanfaat bagi pananggulangan atau pencegahan terjadinya kejahatan illicit drug trafficking di jalur darat perbatasan RI-PNG.
1. Saran kepada Pemerintah
Pemerintah adalah lebih mencoba untuk memakai pendekatan perdamaian (konsep Perdamaian) dengan cara pembangunan terhadap individu atau masyarakat dan juga Pemerintah harus bekerjasama dengan aparatur keamanan baik TNI/POLRI untuk mencoba memutuskan rantai permintaan terhadapat narkotika jenis ganja yang berasal dari PNG.
2. Saran bagi Penelitian Selanjutnya
