• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBER"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN BANTUAN LKS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI

BANGUN RUANG SISI DATAR BAGI SISWA KELAS VIII-4 MTs AL-WATHONIYYAH SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014

Mohamad Arif Fauzan Tamim

(2)

Latar Belakang Masalah

Proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah pada dasarnya adalah kegiatan belajar mengajar, yang bertujuan agar siswa memiliki hasil yang terbaik sesuai kemampuannya. Salah satu tolak ukur yang menggambarkan tinggi rendahnya keberhasilan siswa dalam belajar adalah hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotor.

Di samping itu, guru berperan sebagai faktor penentu keberhasilan siswa dalam belajar. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatakan bahwa kunci utama dalam memajukan pendidikan adalah guru, karena guru secara langsung mempengaruhi, membimbing dan mengembangkan kemampuan peserta didik (siswa) agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral tinggi.

Tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran matematika di jenjang SMP dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menunjukkan bahwa arah atau orientasi pembelajaran matematika adalah kemampuan pemecahan masalah matematika. Kemampuan ini sangat berguna bagi siswa pada saat mendalami matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari, bukan saja bagi mereka yang mendalami matematika, tetapi juga yang akan menerapkannya baik dalam bidang lain (Ruseffendi, dalam Nurardiyati, 2006:2).

Namun kenyataan di lapangan pada proses kegiatan belajar mengajar di kelas, pembelajaran mata pelajaran eksak tertutama Matematika responnya kurang baik. Seperti yang dikemukakan

Ruseffendi (Yusuf, 2003:2), Matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi kalau bukan pelajaran yang dibenci.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas VIII-4, Ibu Sri Windari, S.Pd mengatakan bahwa hasil belajar matematika siswa MTs Al-Wathoniyyah Semarang belum seperti yang diharapkan. Seperti yang ditunjukkan dengan perolehan nilai siswa kelas VIII-4 yang kesulitan dalam mengerjakan soal-soal bangun ruang sisi datar dengan prosentase 50% dari 32 siswa.

Salah satu kendalanya adalah siswa merasa kesulitan pada aspek pemecahan masalah. Hal ini dikarenakan minat siswa untuk belajar rendah. Mereka terlebih dahulu merasa takut dengan pelajaran matematika karena matematika dianggap sulit. Selain itu juga, proses belajar mengajar siswa cenderung pasif. Salah satu model pembelajaran matematika yang digunakan oleh guru saat mengajar diantaranya metode ceramah. Disini aktivitas siswa selama proses pembelajaran belum memuaskan karena pembelajaran masih didominasi oleh guru. Oleh karena itu, guru harus mampu mengasah potensi diri dan bakat peserta didik sehingga mampu mencari dan menemukan ilmu pengetahuannya sendiri serta terlatih dalam mengembangkan ide-idenya di dalam memecahkan masalah.

(3)

2004:6), Pembelajaran Kooperatif yaitu semua metode pembelajaran yang melibatkan para siswa pembelajar untuk bekerja sama dalam belajar, dimana semua anggota kelompok bertanggung jawab bagi diri pembelajar sendiri. Ada beberapa pembelajaran kooperatif, salah satunya pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Sri Minarsih dan Mathilda Susanti, M.Si bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa. Pembelajaran ini dikembangkan oleh Spenser Kagan (1993). Dengan melibatkan siswa dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka terhadap isi dari pelajaran itu.

Landasan Teori

Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Koffka dan Kohler dari Jerman bahwa belajar adalah “adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh respon yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi”. (Slameto, 2003:9)

Selain itu menurut R. Gagne bahwa belajar adalah “proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan

dan tingkah laku dan penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari instruksi”. (Slameto, 2003:9)

Menurut

Hollands (1995: 81), ”matematika adalah suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang".

The Liang Gie (1999: 23) mengutip pendapat seorang ahli matematika bernama Charles Edwar Jeanneret yang mengatakan: ”Mathematics is the majestic structure by man to grant him comprehension of the universe, yang artinya matematika adalah struktur besar yang dibangun oleh manusia untuk memberikan pemahaman mengenai jagad raya”.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun KBBI, 2007:723) matematika diartikan sebagai: “ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur bilangan operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.

James (dalam Suherman 2001: 16) menyatakan bahwa: “Matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan geometri”.

(4)

yang lainnya yang terbagi dalam tiga bidang yaitu: aljabar, analisis, dan geometri.

Menurut Gagne (dalam Abidin, 8:2011) bahwa: Hasil belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar matematikanya atau dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika adalah perubahan tingkah laku dalam diri siswa, yang diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, tingkah laku, sikap dan keterampilan setelah mempelajari matematika. Perubahan tersebut diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.

Dari definisi di atas, serta definisi-definisi tentang belajar, hasil belajar, dan matematika, maka dapat dirangkai sebuah kesimpulan bahwa hasil belajar matematika adalah merupakan tolak ukur atau patokan yang menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran matematika setelah mengalami pengalaman belajar yang dapat diukur melalui tes.

Ada beberapa macam pembelajaran kooperatif, salah satunya pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Number Heads Together (NHT) adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993).

Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang

menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mengacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).

Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.

Menurut Ibrahim (2002) ada empat dalam pelaksanaan NHT yaitu :

a. Penomoran

Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.

b. Pengajuan Pertanyaan

(5)

dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang dipelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula. c. Berpikir Bersama

Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan. d. Pemberian Jawaban

Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran. Secara umum LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan) yang harus dijawab oleh peserta didik. LKS ini sangat baik digunakan untuk menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam

penerapan metode terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan. Dalam proses pembelajaran matematika, LKS bertujuan untuk menemukan konsep atau prinsip dan aplikasi konsep atau prinsip.

LKS merupakan stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan disajikan secara tertulis sehingga dalam penulisannya perlu memperhatikan kriteria media grafis sebagai media visual untuk menarik perhatian peserta didik. Paling tidak LKS sebagai media kartu. Sedangkan isi pesan LKS harus memperhatikan unsur-unsur penulisan media grafis, hirarki materi dan pemilihan pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus yang efisien dan efektif. (Hidayah, 2007:8). Melalui LKS guru menyuruh siswa untuk menjawab soal-soal yang telah tersedia setelah menaikkan materi pokok tertentu. Baik secara personal maupun kelompok.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian terjadi peningkatan kemampuan kognitif siswa dalam memecahkan masalah. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes akhir yang semula dengan rata-rata mencapai 68,5 dengan ketuntasan belajar klasikal 53,13% meningkat rata-ratanya menjadi 73,5 dengan ketuntasan belajar klasikal 87,5%. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya motivasi siswa dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menjawab pertanyaan dari guru, siswa lebih aktif dan kreatif serta lebih mudah menerima materi yang diajarkan.

(6)

semula hanya 12 atau prosentasenya 75% menjadi 15 atau prosentasenya 93,75% di atas indikator keberhasilan. Hal ini disebabkan karena siswa lebih berani bertanya, siswa menghargai pendapat orang lain, siswa mengambil giliran dan berbagi tugas.

Penampilan guru dalam pembelajaran kooperatif NHT pada siklus I memperoleh skor 33 atau prosentasenya 82,5% meningkat menjadi skor 36 atau prosentasenya 90%. Hal ini disebabkan karena guru dapat menguasai kelas dengan baik, membimbing siswa dalam KBM, lebih menumbuhkan interaksi kepada siswa dan membimbing siswa dalam mempresentasikan dalam kegiatan siswa serta guru mampu menguasai model / strategi pembelajaran dengan baik.

Berdasarkan pembahasan di atas, penelitan tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif NHT dengan bantuan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa, keaktifan siswa, dan kinerja guru di kelas VIII-4 semester II pada materi bangun ruang sisi datar di MTs Al-Wathoniyyah Semarang tahun pelajaran 2013/2014.

Simpulan dan Saran Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif NHT dengan bantuan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa, keaktifan siswa, dan kinerja guru pada kelas VIII-4 MTs Al-Wathoniyyah Semarang tahun pelajaran 2013-2014 dalam pokok bahasan bangun ruang sisi datar. Hal ini ditunjukkan oleh:

1. Hasil belajar siswa pada aspek kognitif mengalami peningkatan. Nilai rata-rata siklus I yaitu 68,5 dan pada siklus II nilai rata-ratanya meningkat menjadi 73,5. Pada siklus I siswa yang tuntas belajar 17 siswa dan yang tidak tuntas 15 siswa. Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas belajar sebanyak 28 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 4 siswa. 2. Ketuntasan belajar klasikal pada

siklus I yaitu 53,13% , sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil tes akhir pada siklus II lebih baik bila dibandingkan dengan siklus I yaitu mencapai ketuntasan belajar klasikal 87,5%.

3. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar mengalami peningkatan dari skor yang diperoleh semula hanya 12 atau dengan prosentasenya 75% menjadi 15 atau dengan prosentasenya 93,75% diatas indikator keberhasilan.

4. Penampilan guru dalam mengajar juga mengalami peningkatan dari skor yang diperoleh siklus I yaitu 33 meningkat menjadi 36 hal ini telah memenuhi indikator keberhasilan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas VIII-4 MTs Al-Wathoniyyah Semarang tahun pelajaran 2013/2014, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:

(7)

dapat digunakan sebagai pembelajaran alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada kemampuan kognitif dalam memecahkan masalah dan aktivitas siswa dalam belajar.

2. Penerapan pembelajaran NHT dengan bantuan LKS ini dapat melatih siswa agar mampu menganalisa masalah matematika

sehingga memotivasi siswa terbiasa berfikir kritis dan kreatif. Oleh karena itu sebaiknya diterapkan di dalam pembelajaran.

3. Dalam strategi pembelajaran NHT dengan bantuan LKS, guru sebagai fasilitator hendaknya mendorong siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran.

Daftar Pustaka

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsini. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Crocker, L. & Algina, J. (1986). Introduction to Classical and Modern Test, Theory_.

New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Depdikbud. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, Jakarta : Balai Pustaka Gie, The Liang. 1999. Filsafat Matematika. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna. Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Asara.

Hollands, Roy. 1995. Kamus Matematika. Jakarta: Erlanga.

Hudojo, H. 1988. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Depdikbud

Ibrahim, dan Sudjana. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Kagan. 2007. Numbered Heads Together, (Online), http://www.eazhull.org.uk/ nlc/numbered_heads.htm, (5 April 2014).

Lamadi, Ardi, (Online), http://ardi-lamadi.blogspot.com/2010/02/kerangka-teori-dan-hipotesis-tindakan.html (5 April 2014)

Mulyasa, E. 2007. Implementasi Kurikulum 2004: Perpaduan Pembelajaran KBK. Bandung: Rosda

Munjiali, (2004). Kelompok Kerja Guru. Makalah pada Pelatihan Guru Sekolah Dasar Nana Sudjana. 2013. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

(8)

Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slameto. 1995. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Sudijono, H. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada

Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. Suherman, Eman dan Winataputra. 2001. Strategi Belajar Mengajar Matematika.

Jakarta: Depdikbud.

Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika I. Tidak diterbitkan.

Referensi

Dokumen terkait

Purse Seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” di lalukan di dalamnya.

The objective of this research is to find out if there is any significant difference of English speaking ability between boarding and non-boarding school of the

Bila terjadi penyimpangan dalam ketentuan pelayanan kesehatan, pasien dapat menuntut haknya yang dilanggar oleh pihak penyedia jasa kesehatan dalam hal ini rumah

Disamping itu juga dibutuhkan kerjasama antara guru, orang tua, masyarakat sekolah, dan siswa agar saling membantu dalam proses pembelajaran, agar setiap individu dapat diterima

Hasil penelitian menunjukan bahwa kandungan sukrosa tembakau transgenik yang membawa gen SPS tebu lebih tinggi dibandingkan tanaman kontrol, seperti tampak pada Gambar

Berlawanan dengan pengertian dari pengajaran yang dilaksanakan oleh guru dam proses berjalannya suatu kegiatan belajar yakni satu perangkat peristiwa yang dapat

1. The speaking ability of the second year students of MA Boarding School of DDI Mattoanging Bantaeng was still low before using the Telephone Conversation method. It

Audit Report Lag (Audit Delay) adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, yang diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan