BAB I PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Pada era globalisasi seakan-akan sudah tidak ada lagi batas-batas yang menghambat
keterhubungan antara satu negara dengan negara yang lain. Pergerakan orang dan barang,
termasuk modal dan jasa dari suatu negara ke negara yang lain dapat dengan mudah terjalin.
Tentu saja hal ini juga didukung oleh perkembangan teknologi komunikasi yang berhasil
menyatukan setiap orang di dunia menjadi satu masyarakat global. Perkembangan yang
terjadi di era globalisasi saat ini tentu tidak hanya berdampak positif, seperti berkembangnya
hubungan kerjasama ekonomi dan perdagangan diantara negara-negara, tetapi juga memiliki
dampak negatif. Dampak negatifnya adalah berupa kejahatan lintas negara atau kejahatan
transnasional (transnational crime). Kejahatan ini terjadi karena adanya kemudahan dalam pergerakan orang maupun barang dan jasa. Hal ini tentu dimanfaatkan oleh sekelompok
oknum-oknum yang dengan sengaja ingin mengembangkan jaringan kriminalnya, pelarian
dari jeratan hukum di negaranya, pencucian uang, perdagangan narkoba, dan lain sebagainya.
Kejahatan ini bisa terjadi apabila suatu negara kurang adanya pengawasan dan pengamanan
di wilayah perbatasan.
Perbatasan adalah salah satu manifestasi yang terpenting dari kedaulatan territorial.
Sejauh perbatasan itu secara tegas diakui dengan traktak atau diakui secara umum tanpa
pernyataan yang tegas, maka perbatasan merupakan bagian dari suatu hak negara terhadap
wilayahnya (Riwanto, 2002). Menurut Guo (dalam Arifin, 2014), perbatasan (border) mengandung pengertian sebagai pembatas suatu wilayah politik dan wilayah pergerakan,
sedangkan wilayah perbatasan mengandung pengertian sebagai suatu area yang memegang
peranan penting dalam kompetisi politik antar dua negara yang berbeda. Menurut Batara1
(2007) Perbatasan (border) mengandung pengertian sebagai batas geografis dari sebuah entitas politik atau yurisdiksi hukum, seperti negara, negara bagian, atau pemerintah daerah.
Perbatasan sendiri dapat dikategorikan dalam tiga bentuk, yakni perbatasan darat, laut, dan
udara. Masalah perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara. Untuk itu setiap
negara mempunyai kewenangan menentukan batas wilayah yurisdiksinya masing-masing
(Darmaputra, 2009).
1
Masalah perbatasan merupakan salah satu isu yang penting bagi suatu negara, karena
perbatasan adalah salah satu manifestasi yang terpenting dari kedaulatan territorial suatu
negara. Apabila perbatasan suatu negara tidak dikelola dengan baik dan kurang adanya
pengawasan dan pengamanan yang baik, maka dapat menjadi sumber masalah diantaranya,
dapat terjadinya kejahatan lintas negara atau kejahatan transnasional.
Menurut Atmasasmita (1997), kejahatan transnasional merupakan bagian dari
kejahatan internasional yang kegiatannya melampaui batas teritorial suatu negara, baik secara
individu dan atau kelompok yang teroganisir; Convention of Transnational Organized 2000 (Konvensi Palermo 2000), bahwa dapat diartikan secara luas sebagai keseluruhan perbuatan
yang di kategorikan sebagai kejahatan yang bersifat lintas negara. Sedangkan menurut
Bassiouni (1986)2, menyebutkan bahwa kejahatan transnasional adalah suatu tindak pidana
internasional yang mengandung tiga unsur yakni unsur internasional, unsur transnasional, dan
unsur kebutuhan (necessity). Unsur internasional meliputi unsur ancaman secara langsung terhadap perdamaian dunia, ancaman secara tidak langsung atas perdamaian dan keamanan di
dunia, dan menggoyahkan perasaan kemanusiaan. Sementara unsur transnasional meliputi
unsur atau tindakan yang memiliki dampak terhadap lebih dari satu negara, tindakan yang
melibatkan atau memberikan dampak terhadap warga negara dari lebih satu negara, dan
sarana prasarana serta metode-metode yang dipergunakan melampaui batas teritorial suatu
negara. Adapun unsur kebutuhan (necessity) termasuk ke dalam unsur kebutuhan akan kerjasama antara negara-negara untuk melakukan penanggulangan.3 Jadi dapat disimpulkan
bahwa, kejahatan transnasional adalah kejahatan yang dilakukan melintasi batas negara yang
mengancam dan sangat merugikan bukannya hanya negara, tetapi juga akan berdampak pada
masyarakat internasional.
Salah satu kejahatan transnasional yang ingin diteliti oleh peneliti adalah kejahatan
narkotika (illicit drug trafficking) melalui jalur perbatasan darat Negara RI-Papua New Guinea. Kejahatan narkotika (illicit drug trafficking) merupakan salah satu dari 18 jenis kejahatan transnasional yang telah diidentifikasi oleh PBB pada tahun 1995.4 Sebelumnya
masyarakat internasional telah memiliki tiga Konvensi anti narkoba yaitu Single Convention on Narcotic Drugs, 1961; Convention on Psychotropic Substances, 1971; dan Convention
2
Diambil dari Transnational Organized Crime, diakses dari http://www.lpsk.go.id/upload/LPSK_Buletin%20K esaksian%20(single)_rev07_13092012.pdf, pada tanggal 19 April 2016
3
Ibid
4
against the Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances, 1988.5 Kejahatan narkotika merupakan salah satu kejahatan kemanusiaan yang sangat membahayakan jutaan
jiwa di dunia, karena memiliki dampak yang sangat buruk terutama bagi para remaja yang
notabanenya adalah sasaran utama sebagai konsumen maupun sebagai pengedarnya.
Menurut Winarto (2014), kejahatan narkotika merupakan salah satu isu global karena
sudah memenuhi empat indikator secara keseluruhan. Indikator pertama adalah isu kejahatan
narkotika telah menjadi perhatian khusus pemerintah-pemerintah serta elite pembuat
kebijakan di seluruh dunia. Indikator kedua adalah kejahatan narkotika telah menjadi liputan
secara terus-menerus oleh pers dunia. Indikator ketiga adalah isu ini telah menjadi subjek
studi dan penelitian-penelitian seccara serius oleh para ahli dan ilmuan di seluruh dunia.
Indikator yang terakhir adalah kejahatan narkotika telah menjadi agenda penting di
organisasi-organisasi internasional.
Provinsi Papua adalah salah satu dari tiga Provinsi di Indonesia yang berbatasan
langsung melalui jalur darat dengan negara lain. Secara administratif, wilayah perbatasan
darat yang berada di Provinsi Papua, terdiri dari lima kabupaten dan satu kota yaitu : (1) Kota
Jayapura, (2) Kabupaten Keerom, (3) Kabupaten Pegunungan Bintang, (4) Kabupaten Boven
Digoel dan (5) Kabupaten Marauke.
Dari kelima daerah di Provinsi Papua yang berbatasan langsung melalui jalur darat
dengan Negara RI-PNG di atas, yang menjadi fokus penelitian peneliti adalah jalur
perbatasan darat Negara RI-PNG di Kota Jayapura. Alasan kuat yang melatarbelakangi
peneliti untuk meneliti kasus illicit drug traffickingdi perbatasan darat Negara RI-PNG di Kota Jayapura adalah, karena jalur perbatasan darat Negara RI-PNG yang berada di Kota
Jayapura merupakan barometer jalur perbatasan darat Negara RI-PNG yang ada di Provinsi
Papua. Hal ini juga diperkuat dengan banyaknya pelanggaran terkait illicit drug trafficking
melalui jalur perbatasan darat Negara RI-PNG di Kota Jayapura yang notabenenya adalah
Ibukota dari Provinsi Papua.
Batas darat RI-PNG sendiri didasarkan pada perjanjian Indonesia dan Australia
mengenai garis-garis batas Indonesia dan Papua New Guinea yang ditandatangani pada
Tanggal 12 Febuari 1973 di Jakarta. Pemerintah Indonesia selanjutnya meratifikasi perjanjian
tersebut dengan membentuk UU No. 6 Tahun 1973. Namun sampai saat ini perjanjian
5“Penanggul
bilateral tersebut belum menjadi landasan legal bagi survei dan demarkasi batas darat antara
kedua negara (Arifin, 2014:14).
Gambar 1
Peta Batas Wilayah Indonesia Bagian Timur
Sumber: Eduspena, “Batas-batas Wilayah Indonesia”6
Kota Jayapura adalah Ibukota Provinsi Papua yang secara administratif berdiri sejak
tanggal 21 September 1993 berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 1993.7 Kota Jayapura
berada di bagian Utara Provinsi Papua dan terletak pada 1028’ 17,26’’-3058’082’’ Lintang
Selatan dan 137034’ 10,6’’-14100’8,22’’ Bujur Timur. Luas wilayah Kota Jayapura adalah
940 Km2 atau 94.000 hektar8 terdiri dari 5 Distrik (Kecamatan), 25 Kelurahan, dan 14
Kampung.Batas administratif Kota Jayapura adalah sebelah Utara berbatasan dengan Lautan
pasifik, sebelah Selatan berbatasan dengan Distrik Arso Kabupaten Keerom, sebelah Timur
berbatasan dengan Negara Papua New Guinea, dan Sebelah Barat Kota Jayapura berbatasan
6“Batas-batas Wilayah Indonesia”. Diakses dari
http://www.eduspensa.com/2016/06/batas-batas-wilayah-negara-indonesia.html, pada tanggal 11 September 2016.
7
SUMBER: Buletin Badan Pengelola Perbatasan Kota Jayapura
8
dengan Distrik Sentani dan Raveni Rara Kabupaten Jayapura. Penduduk asli Kota Jayapura
adalah penduduk Kayubatu, Kayupulo, Tobati, Enggros, Nafri, Waena, Yoka, Skouw Yambe,
Skouw Mabo, dan Skouw Sae.Kota Jayapura adalah Ibukota dari Provinsi Papua dan
merupakan salah satu kota di Papua yang berbatasan langsung dengan Negara Papua New
Guinea malalui jalur darat.
Akses jalur darat yang menghubungkan Negara RI-PNG, sudah tentu akan
menimbulkan dampak positif dan negatif bagi kedua negara.Dampak positifnya yaitu dapat
memudahkan kedua negara dalam pertukaran barang dan jasa yang juga didukung dengan
adanya pasar bebas yang sering dilakukan oleh kedua negara. Selain memiliki dampak positif
yang baik bagi kedua negara, adanya askses keterhubungan jalur darat antara RI-PNG ini
memiliki dampak negatif yang sungguh memperihatinkan. Dampak negatifnya adalah,
kurang adanya pengawasan yang baik oleh pihak yang berwenang yang bertugas di
perbatasan dalam pengawasan keluar masuknya barang yang mengakibatkan terjadinya
kejahatan transnasional (transnational crime) berupa penyelundupan narkoba jenis ganja yang sering diselundupankan oleh oknum-oknum tertentu yang masuk dan diedarkan di
Indonesia, terutama di Jayapura. Kejahatan transnasional (transnational crime) jenis narkoba ini tidak hanya dilakukan oleh warga negara PNG saja, tetapi juga sering dilakukan oleh
warga negara Indonesia yang dengan sengaja menyelundupkan narkoba jenis ganja ini ke
Indonesia, terutama di Jayapura melalui jalur perbatasan.
Tabel 1.1
Data Tangkapan Ganja di Jayapura
No Tanggal Tangkapan Tempat Keterangan
1 29/07/2013 22 paket ganja kering
seberat 500 gram, senilai
22 Juta Rupiah PPLB Skouw
Pasangan mahasiswa WNI
menyelundupkan ganja dari PNG
sebanyak 22 paket ganja kering
yang di sembunyikan di jok
motor.9
9“Pasangan Mahasiswa Penyelundup Ganja Diringkus di Perbatasan Papua-PNG”.Diakses dari
2 Tahun 2013 Dari bulan
Januari-Desember, terdapat 9
kasus dengan total barang
bukti ganja kering
sebanyak 5 kg.
Data ini dikeluarkan oleh Kepala
Satuan Narkoba Polres
Jayapura.10
3 03/05/2014 7,2 kg ganja kering Abepura,
Jayapura
Menurut Direktur Narkoba Polda
Papua, Kombes Pol. Tornagogo
Sihombing, ganja kering yang
berhasil ditangkap berasal dari
Vanimo-PNG11
4 10/12/2014 100 gram lintingan ganja PPLB Skouw Pelakunya adalah WNA yang
berasal dari PNG yang mencoba
menyelundupkan ganja yang
disembunyikan pada kantong
bajunya.12
5 15/09/2015 Amphetamines dan
methaphetamine (berat +/-
4 kg)
PPLB Skouw WNI melintas dari PNG menuju
RI melalui PPLB Skouw. Barang
disembunyikan dalam koper
(false compartment).13
6 21/11/2015 3 Paket ganja (berat 240
gram)
PPLB Skouw WN PNG melintas dari PNG
menuju RI melalui PPLB Skouw.
Barang direkatkan di punggung
pelaku.14
7 01/02/2016 1 kg ganja Pos
Perbatasan
Waris-Keerom
Pelakunya adalah dua orang
warga Negara PNG yang
mencoba menyelundupkan ganja
melalui pos perbatasan
Waris-Keerom.15
10“
Di Tahun 2013, Polres Jayapura Tangani 9 Kasus Narkoba”. Diakses dari http://suluhpapua.co/read/192102/ 2014/01/06/di-tahun-2013-polres-jayapura-tangani-9-kasus-narkoba/, pada tanggal 6 Oktober 2016.
11“Satu Gembong Narkoba Ditangkap”. Diakses dari http://www.cenderawasihpos.com/index.php?mib=berita.d
etail&id=6287, pada tanggal 6 Oktober 2016.
12
Sumber: Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Jayapura. Diakses dari
http://bcjayapura.beacukai.go.id/index.php/author-login/agenda-kegiatan/89-kembali-dilakukan-penegahan-ganja-oleh-kppbc-tmp-c-jayapura, pada tanggal 6 Oktober 2016.
13
Sumber: Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Jayapura
14
ibid
15
Data dari tabel 1.1 diatas belum termasuk hasil tangkapan yang telah berhasil
dilakukan oleh pihak BNN Kota Jayapura. Dari data yang berhasil didapat oleh peneliti inilah
yang membuat peneliti yakin bahwa, Kota Jayapura merupakan Ibukota Provinsi Papua yang
menjadi target utama dalam kasus penyelundupan dan pengedaran narkoba jenis ganja dari
negara PNG melalui jalur perbatasan darat. Hal ini sungguh memperihatinkan karena dengan
adanya penyelundupan narkoba jenis ganja ini, yang menjadi korbannya tentu saja anak muda
generasi bangsa Indonesia terlebih khusus generasi muda masyarakat di Jayapura.16
Pelanggaran kejahatan narkoba atau kejahatan illicit drug trafficking memang dapat terjadi dimana saja. Bisa melalui jalur darat (Perbatasan Negara), jalur laut (Pelabuhan), jalur
udara (Badara Udara), dan lain sebagainya. Namun disini yang menjadi fokus penelitian
peneliti adalah kejahatan illicit drug trafficking yang terjadi melalui jalur perbatasan negara RI-PNG. Perbatasan negara saat ini bukan lagi menjadi halaman belakang dari sebuah negara,
melainkan telah menjadi halaman depan dari sebuah negara (UU Nomor 43 Tahun 2008).17
Oleh sebab itu, wilayah perbatasan negara merupakan wilayah yang sangat vital dan dapat
memicuh rusaknya hubungan baik atau persahabatan kedua negara yang bertetangga ini, dan
juga dapat memicuh terjanya konflik antar kedua negara. Dengan adanya permasalahan
kejahatan illicit drug trafficking di jalur perbatasan darat negara inilah, yang menurut peneliti merupakan salah satu faktor yangnantinya dapat memicuh rusaknya persahabatan atau
hubungan baik yang selama ini sudah berjalan antara kedua negara dan bisa saja memicuh
terjadinya konflik.
Dengan berbagai faktor-faktor permasalahan kejahatan illicit drug trafficking melalui jalur perbatasan darat negara RI-PNG inilah yang menguatkan argumen peneliti selaku
mahasiswa Hubungan Internasional, bahwa permasalahan ini masih relevan dan perlu untuk
diteliti lebih lanjut, dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut.
16“Jayapura Jadi Target Peredaran Ganja Dari Papua New Guenea”, diakses dari http://regional.kompas.com/rea
d/2016/02/13/12061201/Jayapura.Jadi.Target.Peredaran.Ganja.dari.Papua.Niugini, pada tanggal 7 Mei 2016.
17
I. 2. Rumusan Masalah
Bagaimana proses kejahatan illicit drug trafficking berlangsung di perbatasan darat negara RI-PNG
Mengapa kejahatan Illicit Drug Traffickingterjadi di daerah perbatasan Negara RI-PNG di Kota Jayapura
I. 3. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian kejahatan illicit drug trafficking jalur perbatasan darat Negara RI-PNG, tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti yaitu:
1) Mendekripsikan kejahatan illicit drug trafficking yang terjadi di jalur perbatasan darat Negara RI-PNG di Kota Jayapura.
2) Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kejahatan illicit drug trafficking
dapat melewati jalur perbatasan darat Negara RI-PNG di Kota Jayapura.
I. 4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menyumbang literatur tentang kejahatan
transnasional terlebih khusus mengenai kejahatan narkotika (illicit drug trafficking) melalui jalur perbatasan negara yang ada di Indonesia terutama di Kota Jayapura, Provinsi Papua.
Disamping itu juga penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran kepada
pemerintah Indonesia terutama pemerintah daerah Kota Jayapura dalam penanggulangan