Perencanaan Wilayah - 2017 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Ketut Dewi Martha Erli H., ST., MT.selaku dosen pembimbing mata kuliah Perencanaan Wilayah
2. Ibu Velly Kukinul S., ST., MT. selaku dosen pembimbing mata kuliahPerencanaan Wilayah
3. Rekan-rekan di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ITS yang memberikan motivasi demi kelancaran pembuatan makalah ini
Makalah dengan judul ”Strategi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Mempertahankan Produktivitas Padi Sawah di Kabupaten Indramayu” ini disusun sebagai tugas mata kuliah Perencanaan Wilayah dalam Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya untuk memahami faktor penyebab timbulnya persoalan pembangunan wilayah, dampak, dan upaya penangannya.
Dalam proses penyelesaianmakalahini tentunya banyak kekurangan, baik dari pengambilan referensi data maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi sempurnya makalah ini.
Demikianlah makalah ini disusun, semoga bermanfaat bagi berbagai pihak dan dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas pembelajaran mata kuliah Perencanaan Wilayah.
Surabaya, 19 Mei 2017
Perencanaan Wilayah - 2017 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... 1
DAFTAR ISI ... 2
BAB I PENDAHULUAN ... 3
1.1 Latar Belakang ... 3
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan ... 4
1.4 Sistematika Penulisan ... 4
BAB II GAMBARAN UMUM ... 5
2.1 Gambaran Umum Lokasi ... 5
2.2 Pihak yang Telah Berperan dalam Meningkatkan Produktifitas Pertanian Padi di Kabupaten Indramayu. ... 6
2.3 Gambaran Umum Persoalan ... 8
2.4 Identifikasi Persoalan ... 9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ... 10
3.1 Pengertian Perubahan Iklim ... 10
3.2 Penyebab Perubahan Iklim ... 10
3.3 Dampak Perubahan Iklim... 11
3.4 Mitigasi Gas Rumah Kaca ... 13
3.5 Adaptasi Perubahan Iklim ... 14
BAB IV ANALISA ... 15
4.1 Identifikasi SWOT ... 15
4.2 Analisis SWOT ... 16
BAB V KONSEP PENANGANAN ... 18
5.1 Mitigasi ... 18
5.2 Adaptasi ... 19
BAB VI PENUTUP ... 22
6.1 Kesimpulan ... 22
6.2 Lesson Learned ... 23
Perencanaan Wilayah - 2017 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
.Perubahan iklim menjadi isu yang sangat hangat menjadi perdebatan terkait dampak yang ditimbulkannya, terutama di Indonesia. Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim tersebut. Kenaikan muka air laut, gangguan disektor pertanian dan ketahanan pangan jadi ancaman di depan mata. Di tambah lagi dengan resiko kebakaran lahan yang semakin meningkat menjadi tantangan berat untuk Indonesia (Soejachmoen, 2016).
Persepsi masyarakat yang meyakini bahwa masalah perubahan iklim masih jauh dirasakan dampaknya di masa depan, sangat tidak tepat. Kenyataannya dampak dari perubahan iklim sudah dapat dirasakan pada masa sekarang. Sudah terlalu banyak dampak yang dirasakan. Hanya saja, dampak yang timbul selalu terkait dengan berbagai penyebab lain, maka lebih sering permasalahan yang ada dianggap sebagai permasalahan lain, bukan permasalahan karena perubahan iklim. Perlu dilakukan upaya nyata untuk menangani dampak yang muncul dan mengendalikan perubahan iklim supaya tidak semakin parah. Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan adaptasi dan mitigasi. Adaptasi berkaitan dengan menangani dampak sementara mitigasi untuk mengendalikan perubahan iklimnya (Soejachman, 2016)
Pada akhir tahun 2015, Negara-negara di dunia yang diwakili oleh pemerintahnya telah menyepakati bahwa perubahan iklim menjadi isu permasalahan bersama yang harus diselesaikan secara terpadu dan terintegrasi bukan hanya oleh kelompok Negara tertentu dan bukan hanya oleh pemerintahnya saja, namun seluruh elemen di dalamnya. Sudah menjadi kewajiban bagi Indonesia yang turut menyepakati hal tersebut untuk berperan aktif dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
1.2 Rumusan Masalah
Perencanaan Wilayah - 2017 4 1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi faktor penyebab timbulnya perubahan iklim 2. Menyusun upaya dan rekomendasi penanganan perubahan iklim 3. Menyusun lesson learned terkait upaya penanganan
1.4 Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penulisan makalah, maksud dan tujuan penulisan makalah, dan sistematika penulisan makalah.
Bab II Gambaran Umum berisi identifikasi persoalan dan gambaran umum persoalan pembangunan wilayah.
Bab III Tinjauan Pustaka berisi pengertian, penyebab, adaptasi, dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim.
Bab IV Analisa berisi analisis persoalan perubahan iklim.
Bab V Konsep Penanganan berisi strategi adaptasi dan mitigasi persoalan perubahan iklim.
Perencanaan Wilayah - 2017 5
BAB II GAMBARAN UMUM
2.1 Gambaran Umum Lokasi
Kabupaten Indramayu adalah salah satu kabupaten yang merupakan daerah sentra pertanian. Sektor pertanian sendiri menyumbang sebanyak 43% dari total produk domestic bruto (PDRB) Kabupaten Indramayu. Selain itu sebanyak 8,8% penduduk Kabupaten Indramayu juga berprofesi pada bidang pertanian.
Kabupaten Indramayu dikenal sebagai lumbung padi Jawa Barat, hal ini dikarenakan produksi padi pada Kabupaten Indramayu memang terbilang cukup banyak, yakni sebesar 1.299.476, 75 ton pada tahun 2008 dengan luas lahan sebesar 190.090 Ha. Berikut ini adalah data produktifitas produksi Padi per Kecamatan di Kabupaten Indramayu pada tahun 2013.
Tabel. Luas panen, Produktifitas, dan Jumlah Produksi Padi di Kabupaten Indramayu Tahun 2013
Perencanaan Wilayah - 2017 6
Kabupaten Indramayu
240 341
70,10
1 684 752,83
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu
2.2 Pihak yang Telah Berperan dalam Meningkatkan Produktifitas Pertanian Padi di
Kabupaten Indramayu.
Dalam upaya untuk meningkatkan produktifitas pertanian terutama komoditas padi ada beberapa pihak yang telah terlibat, mulai dari Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Pusat, pihak Kementerian Pertanian dan BUMN serta banyak perusahaan lainnya. Pada tahun 2015 tercatat pihak pemerintah Kabupaten Indramayu telah menyiapkan dana mencapai 100 miliar rupiah per tahun untuk meningkatkan produksi pertanian. Dana yang cukup besar ini juga merupakan hasil
sharing yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten Indramayu dari pemerintah yang telah berkomitmen menyediakan dana hingga 9 triliun rupiah selama 5 tahun untuk mendongkrak peningkatan produktifitas pertanian secara keseluruhan.
Perencanaan Wilayah - 2017 7 Bagan. Strategi Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Oleh Kementerian Pertanian
Sumber: Kementerian Pertanian-Ri Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Pada tahun 2016 pihak Kementrian BUMN juga mengeluarkan tiga program utama untuk mendukung peningkatan produktifitas pertanian di Kabupaten Indramayu. Untuk mendukung keberhasilan program ini pihak Kementerian BUMN juga turut menggandeng beberapa BUMN (Badan Usaha Milik Negara) lainnya. Adapun ke tiga program tersebut adalah :
Program Digitalisasi Pertanian
Program ini bertujuan untuk memberikan data terkait dengan semua informasi yang berkaitan dengan pertanian kepada pihak yang terlibat langsung dengan sektor ini. Mulai data musim pratanam, tanam, panen dan pasca panen. Selain itu informasi terkait pemberian pembiayaan, asuransi tani, penyediaan pupuk bersubsidi, bibit dan pengolahan beras telah terintegrasi dalam program ini. Dalam pelaksanaannya program ini sendiri juga melibatkan beberapa BUMN, lain seperti PT Telkom Indonesia Tbk, PT BRI Tbk, PT Jasindo, PT Pupuk Indonesia, PT SHS, PT Pertani, dan Perum Bulog.
Program Pengembangan “Rice Center”
Perencanaan Wilayah - 2017 8 terintegrasi. Rice Center yang dibangun ini merupakan usaha inovasi perseroan untuk bisa menciptakan ketahanan pangan bagi masyarakat. Dengan adanya pengembangan Rice Center ini diharapkan masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai petani akan merasa terbantu. Melalui budidaya padi, dengan memanfaatkan lahan milik petani di area sekitar Rice Center, petani akan mendapatkan bimbingan teknis, memperoleh jaminan saprodi seperti pupuk, benih dan pestisida. Ini untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas panen, memperoleh alsitan untuk menekan biaya budidaya dan mengurangi kehilangan hasil panen. Adapun pihak yang juga terlibat dalam program ini adalah PT Pupuk Indonesia, PT Permodalan Nasional Madani, PT Pertani, Perum Bulog.
Program Budidaya Beras Premium
Program ini diwujudkan dengan memberikan benih beras dengan kualitas premium yang diharapkan akan meningkatkan mutu dari padi. Berbeda dengan beras pada umumnya, jenis beras yang akan dibudidayakan di Kabupaten Indramayu adalah jenis beras premium dengan nilai nutrisi yang lebih tinggi. Dengan demikian produk beras premium memiliki prospek pasar yang lebih baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Adapun beberapa pihak yang turut terlibat adalah PT Pupuk Indonesia, PT Permodalan Nasional Madani, PT SHS, PT Pertani, Perum Bulog, PT Kereta Api Indonesia.
2.3 Gambaran Umum Persoalan
Permasalahan yang diangkat pada makalah ini adalah dampak negatif yang diakibatkan oleh perubahan iklim terhadap sektor pertanian di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat. Seperti yang telah dibahas sebelumnya Kabupaten Indramayu adalah salah satu daerah yang merupakan daerah sentra produksi pangan yang berbasis padi, daerah ini memang memiliki kerentanan terhadap dampak perubahan iklim yang sifatnya dapat berpa kebanjiran maupun kekeringan. Secara umum terjadinya perubahan cuaca dan pemanasan global dapat menurunkan produksi pertanian sebesar 5 – 20%.Hal ini secara tidak langsung mengakibatkan penurunan pangsa GDP sektor pertanian, fluktuasi harga produk pertanian, serta peningkatan jumlah penduduk yang beresiko kelaparan dan ketidakamanan pangan.
Perencanaan Wilayah - 2017 9 penurunan dari 195.757 Ha pada tahun 2007 menjadi 190.090 Ha pada tahun 2008. Dari nilai produktivitas juga mengalami penurunan dari semula 67,20 Ku/Ha tahun 2007 menjadi 64,68 Ku/Ha pada tahun 2008. Produksi pada sawah mengalami penurunan dikarenakan terjadi kekeringan pada musim tanam gadu seluas 28,425 Ha.
Berdasarkan data Dari Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu tahun 2009 total luas lahan persawahan di Kabupaten Indramayu mencapai 118.663 Hektar. Lahan persawahan ini terdiri atas sawah irigasi teknis seluas 65.692 hektar, sawah irigasi setengah teknis 24.343 hektar, sawah irigasi sederhana 695 hektar, sawah irigasi non PU 1.703 hektar, sawah tadah hujan 24.680 hektar, sawah pasang surut 159 hektar dan sawah yang tidak diusahakan seluas 1.444 hektar. Luas sawah diatas adalah luasan wilayah yang terdampak oleh perubahan iklim yang terjadi. Pada studi kasus yang diambil ini penelitian dilakukan menggunakan data pada tahun 2009 – 2011 untuk dapat melihat efek yang ditimbulkan perubahan iklim terhadap kawasan pertanian di Kabupaten Indramayu.
2.4 Identifikasi Persoalan
Secara spesifik permasalahan pada sektor produksi pertanian yang disebabkan oleh terjadinya perubahan iklim pada Kabupaten Indramayu adalah sebagai berikut :
Menurunnya presentase luas sawah dengan jenis sawah lahan irigasi setengah teknis sebesar 13,2% dan 5,1% sepanjang tahun 2009 – 2011.
Munculnya kasus kebanjiran pada bulan Oktober – Maret yang mempengaruhi
perkembangan luas lahan sawah.
Naiknya air laut hingga membanjiri sawah. Benih padi yang tidak dapat beradaptasi dengan kondisi ini akhirnya rusak dan menyebabkan gagal panen.
Terjadi kekeringan selama 4 - 6 bulan, yang menyebabkan berkurangnya
pasokan air untuk mengirigasi wilayah pertanian.
Banyak tanaman yang mati dikarenakan munculnya hama tikus yang merusak
batang padi dengan intensitas serangan yang relatif besar.
Naiknya biaya usaha tani untuk memenuhi kebutuhan usaha tani selama
Perencanaan Wilayah - 2017 10
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian Perubahan Iklim
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2011), Perubahan iklim adalah Berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hukan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia.
Sedangkan pengertian perubahan iklim menurut Enviromental Protection Agency (EPA) adalah perubahan iklim secara signifikan yang terjadi pada periode waktu tertentu. Dengan kata lain, perubahan iklim juga bisa diartikan sebagai perubahan suhu yang drastis, curah hujan, pola angin, dan lain sebagainya. Perlu diketahui bahwa suhu bumi perubah satu derajat dalam tempo 100 tahun terakhir.
LAPAN (2002) mendefinisikan perubahan iklim adalah perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu. Sedangkan istilah perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan wilayah bumi secara keseluruhan
Pengukuran perubahan iklim dalam penggunaan International Panel on Climate Change (IPCC) mengacu pada perubahan keadaan iklim yang dapat diidentifikasi, misalnya melalui menggunakan uji statistic, oleh perubahan mean dan atau variabilitas sifat-sifatnya, serta berlangsung selama jangka waktu panjang. Biasanya dalam ukuran decade atau lebih. Ini mengacu pada setiap perubahan iklim dari waktu ke waktu. Dalam Kerangka kerja PBB, perubahan iklim mengacu pada perubahan yang dikaitkan secara langsung atau tidak langsung pada kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer global.
3.2 Penyebab Perubahan Iklim
Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan iklim, antara lain : a. Aktivitas manusia
Kegiatan manusia dibumi ini merupakan penyebab utama terjadinya perubahan iklim, terlebih aktivitas manusia yang mengarah kepada pengrusakan lingkungan seperti penebangan hutan, pembangun pemukiman didaerah resapan air, membuang limbah pabrik sembarangan, dan lain sebagainya. Aktivitas-aktivitas manusia yang tidak memperdulikan lingkungan membuat bumi semakin tidak ramah kepada manusia dan menjadikan bumi semakin tidak nyaman ditempati lagi.
Perencanaan Wilayah - 2017 11 Salah satu penyebab perubahan iklim yang terjadi dibumi ini adalah pemanasan global. Pemanasan global merupakan meningkatnya suhu rata-rata dipermukaan bumi baik itu darat maupun laut. Pengaruh pemanasan global terhadap terjadinya perubahan iklim sangat signifikan, contohnya adalah dari sebuah penelitian mengungkapkan bahwa pemanasan global dapat meningkatkan intensitas terjadinya badai. Hal ini membuktikan bahwa anomali iklim dialam ini seringkali terjadi.
c. Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca merupakan penyebab utama terjadinya pemanasan global yang menjadikan bumi ini mengalami perubahan iklim. Peristiwa efek rumah kaca utamanya disebabkan oleh aktivitas manusia seperti polusi dari pabrik-pabrik, polusi dari kendaraan bermotor dan juga dari sektor pertanian. Peristiwa ini bisa berdampak kepada mencairnya es-es atau salju-salju abadi didaerah kutub yang bisa menyebabkan meningkatkan permukaan air laut disekitar daerah tropis.
d. El Nino dan La Nina
El Nino adalah proses terjadinya peningkatan temperatur atau suhu air laut didaerah Peru dan Ekuador yang dapat berdampak mengganggu iklim secara global. Peristiwa ini umumnya terjadi dalam waktu dua sampai tujuh tahun sekali. Sedangkan La Nina adalah kebalikan dari El Nino, yaitu ketika suhu atau temperatur air laut didaerah Peru dan Ekuador menjadi dingin. Peristiwa La Nina bisa menyebabkan angin kencang, hujan lebat dan juga banjir didaerah-daerah sekitar Indonesia.
e. Menipisnya lapisan Ozon
Perlu diketahui bersama bahwa saat ini lapisan ozon di atmosfer bumi semakin menipis, dan ini merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim secara global. Sinar matahari yang menyinari bumi langsung terpancar ke bumi tanpa terfilter terlebih dahulu dilapisan ozon (karena semakin menipis), ini yang membuat sinar matahari terasa sangat terik. Nah inilah salah satu penyebab kenapa bumi semakin hari semakin panas dan kita merasa tidak nyaman lagi di bumi ini.
3.3 Dampak Perubahan Iklim
Perencanaan Wilayah - 2017 12 a. Sektor Kesehatan
Perubahan iklim dapat mengubah kualitas air, udara, makanan; ekologi vektor; ekosistem, pertanian, industri, dan perumahan. Semua aspek tersebut memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan kualitas hidup manusia. Perubahan iklim telah menciptakan suatu rangkainan kausalitas kompleks yang berujung pada dampak kesehatan.
b. Lingkungan
Perubahan Iklim terjadi karena perubahan keseimbangan lingkungan. Meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (uap air, CO2, NOx, CH4, dan O3) di atmosfer akibat aktifitas pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia menyebabkan terbentuknya semacam selimut tak tampak mata yang mengurung gelombang panas sinar matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Efeknya adalah permukaan bumi semakin memanas dan pada akhirnya memicu perubahan iklim. Efek yang paling terlihat dari kondisi ini adalah perubahan cuaca. Cuaca adalah kondisi atmosfer yang kompleks dan memiliki perilaku berubah yang kontinyu, biasanya terikat oleh skala waktu, dari menit hingga minggu.
c. Dampak terhadap keanekaragaman hayati
Laju perubahan iklim yang cepat melalui pemanasan global merupakan masalah yang cukup serius dihadapi oleh mahluk hidup. Dalam menghadapi hal itu diperlukan adaptasi, antara lain melalui migrasi yang merupakan mekanisme homeostatis mahluk hidup. Migrasi horisontal terhalang oleh berbagai faktor antara lain terdapatnya daerah pemukiman, pertanian, bentangan gunung yang tinggi, dan hamparan lautan.
d. Dampak terhadap lapisan es, permafrost dan sirkulasi hidrologi
Salju es dan permafrost (dataran beku bersuhu 0 derajat C) merupakan sumberdaya air yang meliputi luas 41 juta km persegi. Lapisan salju pada daerah tertentu yang menutupi tanah selama 9 bulan dalam setahun dapat mengurangi panas yang diserap oleh tanah. Akibat perubahan iklim, lapisan salju melebur dan tanah akan lebih banyak menyerap panas matahari.
e. Ekosistem laut dan Pantai
Perencanaan Wilayah - 2017 13 pantai yang kuat. Sedangkan perbedaan temperatur air laut dan di dasar laut akan menimbulkan arus keatas (upwilling). Bila hal ini terjadi dengan intensitas yang tinggi diduga akan menambah frekuensi peristiwa siklon tropis yang disertai perluasan wilayahnya.
Suhu permukaan air laut yang tinggi kemungkinan meningkatkan terjadinya El Nino yang mengakibatkan cuaca buruk dan mengganggu sirkulasi laut. Ekosistem pantai sangat tergantung pada laut. Bila permukaan air laut naik akibat prubahan iklim, maka sedimen yang terjebak dalam hutan mangrove akan terhanyut oleh arus pasang surut. Bila itu terjadi maka berbagai biota laut yang hidup dalam ekosistem pantai tersebut akan terganggu populasinya. Terumbu karang sangat peka terhadap perubahan temperatur dan tingkat sedimentasi. Bila temperatur kurang dari 18 derajat Celcius terumbu karang akan mati sehingga akan berpengaruh terhadap kehidupan biota laut. Juga tingkat sedimentasi y ang tinggi akan memperkeruh air laut sehingga sinar matahari tidak dapat menembus sampai pada dasar laut habitat terumbu karang. Bila itu terjadi maka fotosintesis akan terganggu sehingga pertumbuhan terumbu karang juga akan terganggu
3.4 Mitigasi Gas Rumah Kaca
Mitigasi Gas Rumah Kaca adalah proses mengupayakan tindakan preventif untuk meminmalisir emisi gas rumah kaca. Mitigasi gas rumah kaca diperlukan untuk menjaga keseimbangan alam dan mencegah atau mengurangi pemanasan global. Salah satunya adalah dengan efisiensi energi yang merupakan upoya untuk meningkatkan produktivitas dengan meminimalisir penggunaan energi terutama energi tak terbaharukan. Tindakan Mitigasi ini dibagi menjadi dua, yaitu tindakan pencegahan dan tindakan perbaikan.
a. Tindakan Pencegahan antara lain :
Meminimalisir penggunaan pestisida
Melakukan penanaman tanaman penutup tanah untuk mengembalikan
penyerapan karbon dan mempercepat waktu dekomposisi
Melakukan intentifikasi kebun kelapa sawit
Pentaatan peraturan perundangan yang berlaku
Melakukan instalasi pengolahan limbah minim emisi
Mencari alternatif energi untuk menggantikan bahan bakar fosil
Perencanaan Wilayah - 2017 14 b. Tindakan Perbaikan antara lain :
Menggunakan material yang ramah lingkungan
Melakukan upaya penghematan energi. (Earth Hour)
Meminimalisisr emisi gas methane pada kolam limbah
Menggunakan limbah cari dan padat untuk menggantikan pupuk anorganik
Rehabilitasi daerah sempatan sungai dan area dengan nilai konservasi
tinggi pada tanaman penyerap karbon
Melakukan penghijauan di area pabrik
3.5 Adaptasi Perubahan Iklim
Adaptasiadalah proses memperkuat dan membangun strategi antisipasi dampak perubahan iklimserta melaksanakannya, sehingga mampu mengurangi dampak negative dan mengambil manfaat positifnya atau dengan kata lain menyesuaikan perubahan. Mitigasi dan Adaptasi merupakan strategi yang saling melengkapi untuk mengurangi dan mengelola risiko perubahan iklim. Adapun tujuan dari adaptasi ini adalah :
Mengurangi tingkat kerentanan (vulnerability) dan tingkat keterpaparan
(exposure) dampak perubahan iklim (climate risk)
Terwujudnya pembangunan berkelanjutan yang memiliki ketahanan yang tinggi
terhadap dampak perubahan iklim (Climate Resilience)
Sementara manfaatnya adalah :
Menghindari dampak perubahan iklim yang lebih besar di masa depan
Mengurangi kerugian ekonomi yang akan ditimbulkan akibat perubahan iklim
Menyiapkan ketahanan masyarakat, wilayah dan juga ekosistem dari ancaman perubahan iklim
Membantu perencanaan pembangunan yang tangguh iklim
Membantu mewujudkan tercapainya pembangunan yang berkelanjutan
Perencanaan Wilayah - 2017 15
BAB IV ANALISA
4.1 Identifikasi SWOT
Strength Weakness Opportunity Threat
1. Sektor pertanian penyedia lapangan pekerjaan cukup besar
2. Sektor pertanian menjaga ketahanan pangan
3. Sektor pertanian berbasis padi
4. Total luas lahan sawah meningkat setiap tahunnya
5. Benih varietas Ciheurang lokal paling adaktif terhadap perubahan iklim
1. Musim hujan bertambah panjang menyebabkan air laut naik dan membanjiri sawah
2. Pasokan air untuk irigasi berkurang saat musim kemarau
3. Kekeringan dan kebanjiran menyebabkan gagal panen 4. Luas lahan sawah jenis
irigasi setengah teknis dan tadah hujan menurun
1. Adanya alokasi dana untuk pengembangan sektor pertanian dari pemerintah 2. Adanya dukungan dari
pemerintah (Dinas Kimpraswil) untuk memperkuat sarana dan prasarana
3. Pengembangan teknologi yang spesifik untuk digunakan untuk
Perencanaan Wilayah - 2017 16 4.2 Analisis SWOT
Tabel.Analisis SWOT pada Sektor Pertanian Kabupaten Indramayu
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Strength (S):
1. Sektor pertanian penyedia lapangan pekerjaan cukup besar
2. Sektor pertanian menjaga ketahanan pangan
3. Sektor pertanian berbasis padi 4. Total luas lahan sawah meningkat
setiap tahunnya
5. Benih varietas Ciheurang lokal paling adaktif terhadap perubahan iklim
Weakness (W):
1. Musim hujan bertambah panjang menyebabkan air laut naik dan membanjiri sawah
2. Pasokan air untuk irigasi berkurang saat musim kemarau
3. Kekeringan dan kebanjiran menyebabkan gagal panen 4. Luas lahan sawah jenis irigasi
setengah teknis dan tadah hujan menurun
Opportunity (O):
1. Adanya alokasi dana untuk pengembangan sektor pertanian dari pemerintah
2. Adanya dukungan dari pemerintah (Dinas Kimpraswil) untuk memperkuat sarana dan prasarana
3. Pengembangan teknologi yang spesifik untuk
Pemberian pelatihan dan
pengembangan kualitas sumber daya manusia sektor pertanian (S1 S2 – O1)
Pemantauan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pada lahan sawah untuk mengontrol kuantitas dan kualitas produksi padi (S4 – O2)
Pengembangan teknologi untuk menciptakan rekayasa
sumberdaya genetik agar menghasilkan bibit unggul (W3 – O3)
Bantuan pengembangan sarana
Perencanaan Wilayah - 2017 17 digunakan untuk produksi padi dalam keadaan
banjir atau kekeringan, seperti pembuatan hujan buatan
Pengembangan benih dan varietas
padi adaptif perubahan iklim dengan memanfaatkan dukungan bioteknologi (S5 – O3)
Pengembangan teknik pengelolaan sawah terpadu dan ramah lingkungan (S2 S3 S4 – O3)
irigasi, embung-embung air, dan bendungan (W1 W2 – O1 O2)
Pengembangkan sistem informasi
dan teknologi pemantau iklim (W1 W2 W3 – O3)
Pemanfaatan lahan suboptimal
dan lahan terlantar (W4 – O1) Threats (T):
1. Kontribusi kelembagaan non-pemerintah untuk mengatasi masalah masih kurang
2. Tidak adanya informasi atau sosialisasi dari pemerintah terkait perubahan iklim kepada masyarakat
3. Kurang optimalnya program pemerintah
Penguatan Gabungan Kelompok Tani
untuk mengatasi dampak perubahan iklim bersama-sama (S1 – T1 T2)
Pengadaan program pemuliaan benih
padi kerjasama masyarakat dan pemerintah (S2 S5 – T3)
Pelibatan kelompok tani dalam
merumuskan program
pengembangan lahan sawah (S3 S4 – T3)
Pemberian edukasi bagi para
petani oleh pemerintah dan
komunitas terkait/expert (W1 W2 - T1 T2)
Pemberian bantuan bagi kelompok
tani (W3 – T3)
Diversifikasi hasil pertanian
dengan pengawasan pemerintah (W4 – T3)
Perencanaan Wilayah - 2017 18
BAB V KONSEP PENANGANAN
5.1 Mitigasi
Pemanfaatan lahan suboptimal dan lahan terlantar
Mencegah pembukaan lahan baru, baik melalui penebangan atau pembakaran. Pembakaran hutan menyebabkan lepasnya zat nitrogen oksida, karbon dioksida, dan hidrokarbon ke udara yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan atmosfer yang berdampak pada terjadinya pemanasan global. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produktivitas pertanian, sebaiknya dengan memanfaatkan lahan-lahan yang terlantar dan belum dimanfaatkan dengan baik. Di Kabupaten Indramayu, luas lahan sawah yang tidak diusahakan seluas 1.444 Ha yang berpotensi untuk dikembangkan secara lebih optimal atau dengan memanfaatkan lahan gambut yang telah dibuka dengan izin.
Pemberian pelatihan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia
sektor pertanian
Sektor pertanian menyerap tenaga kerja yang cukup besar, namun terkadang ditemukan permasalahan dimana produktivitas tenaga kerja pertanian masih rendah yang dapat disebabkan oleh tingkat keterampilan dan permodalan yang terbatas. Hal ini akan sangat berdampak terhadap produktivitas hasil pertanian. Oleh karena itu, perlu adanya edukasi untuk sumber daya manusia sektor pertanian tentang bagaimana seharusnya mengelola sektor pertanian, mengingat peran sektor pertanian sangat besar yaitu menjaga ketahanan pangan bangsa.
Pengembangan teknik pengelolaan sawah terpadu dan ramah lingkungan
Perencanaan Wilayah - 2017 19 teknologi dasar yaitu, peningkatakan populasi tanaman dengan sistem tanam jajar legowo dan pemupukan berimbang dan tepat lokasi.
5.2 Adaptasi
Bantuan pengembangan sarana prasarana oleh pemerintah atau instansi terkait berupa jaringan irigasi, embung-embung air, dan bendungan
Pemanasan global menyebabkan terjadinya banjir dan kekeringan pada lahan sawah. Oleh karena itu, pengembangan sarana dan prasarana pertanian diperlukan untuk memperkecil dan menanggulangi dampak negatif, seperti pengembangan embung-embung air yang berperan untuk menampung air hujan dan air permukaan sebelum musim kemarau terjadi, membuat sumur ladang, melakukan pompanisasi dengan sumber air yang berasal dari saluran pembuangan, dan memperbaiki jaringan irigasi. Sedangkan, upaya untuk mencegah terendamnya lahan sawah akibat banjir adalah dengan membuat bendungan yang mampu menahan meluapnya air ke lahan-lahan sawah.
Pengembangaan sistem informasi dan teknologi pemantau iklim
Dibutuhkan informasi yang cepat dan berkala terkait kondisi iklim di Kabupaten Indramayu dan ancaman terjadinya bahaya atau bencana alam. Informasi disebar melalui media komunikasi yang dapat diakses terutama oleh para petani di penjuru Kabupaten Indramayu. Selain itu, dengan memberikan informasi berupa kalender tanam yang memuat waktu musim tanam dan pola tanam dalam periode 1 tahun dalam bentuk peta dan tabel pola tanam dengan empat skenario pola tanam menurut kondisi iklim, yaitu pada tahun basah, kering, normal, dan eksisting. Kalender tanam juga menginfokan mengenai potensi luas tanam pada masing-masing iklim. Selain itu, penerbitan blue book guna memberi informasi terkait wilayah-wilayah yang rawan kekeringan dan banjir beserta penanggulangannya.
Pemberian edukasi bagi para petani oleh pemerintah dan komunitas terkait/expert
Perencanaan Wilayah - 2017 20 melakukan pemetaan komoditas sesuai iklim. Pemberi edukasi adalah pemerintah atau para ahli yang bergerak pada bidang pertanian.
Pemberian bantuan bagi kelompok tani
Memberikan bantuan berupa bibit, alat-alat, modal, asuransi, sarjana membangun desa, program usaha agribisnis pedesaan, unit pengolah pupuk organik, dan lain-lain. Tentunya disertai dengan pengawasan agar bantuan dapat digunakan dengan benar.
Diversifikasi hasil pertanian dengan pengawasan pemerintahInovasi dan penganekaragaman hasil produk pertanian. Hal ini dapat memberikan nilai tambah dan penguatan backward-forward linkage. Diversifikasi hasil pertanian sangat berguna terutama saat terjadi banjir dan kekeringan. Dengan adanya diversifikasi, petani masih bisa bekerja bahkan ketiak banjir dan kekeringan terjadi, sehingga tetap memperoleh penghasilan
Penguatan gabungan kelompok tani untuk mengatasi dampak perubahan
iklim bersama-sama
Sektor pertanian menyerap tenaga kerja yang besar, sehingga banyak sumber daya manusia yang dapat diberdayakan. Kelembagaan pertanian berpotensi untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan pelaku usaha tani. Lembaga masyarakat tani adalah bagian dari kelembagaan pertanian yang merupakan lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk petani. Lembaga ini dapat dibentuk sebagai upaya kurangnya peran lembaga pemerintah dan non-pemerintah, sehingga membentuk masyarakat tani yang lebih mandiri dalam mengatasi dampak perubahan iklim secara bersama-sama. Adapun lembaga yang perlu dilakukan kerjasama adalah Kementrian Pertanian, Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, Badan Meteorologi dan Geofisika Kabupaten Indramayu, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pertanian, LSM, PT Jasindo, PT Pupuk Indonesia, PT SHS, PT Pertani, Perum Bulog, PT Permodalan Nasional Madani, Perum Bulog, dan akademisi.
Pengadaan program pemuliaan benih padi dengan bioteknologi
Perencanaan Wilayah - 2017 21 masyarakat dan pemerintah agar adanya interaksi dan peluang keberhasilan program lebih besar, karena tepat sasaran dengan kebutuhan masyarakat.
Bioteknologi dengan bioferlitizer dan billpeat. Biofertilizer adalah suatu zat yang
digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan menggunakan limbah biologis
yang bermanfaat dalam memperkaya tanah dengan kandungan mikroorganisme yang
Perencanaan Wilayah - 2017 22
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Perubahan iklim merupakan kondisi yang ditandai dengan berubahnya pola iklim dunia yang berdampak pada munculnya fenomena cuaca yang tidak menentu. Faktor faktor seperti perubahan curah hujan dan suhu udara yang tidak menentu secara tidak langsung berdampak pada kondisi sosial perekonomian yang salah satunya adalah sektor pertanian. Penurunan produktivitas, pangsa GDP sektor pertanian, terjadinya fluktuasi harga produk pertanian dan peningkatan jumlah penduduk yang beresiko kelaparan adalah dampak dari perubahan iklim yang terjadi pada sektor pertanian di Kabupaten Indramayu.
Secara umum untuk mengatasi permasalahan perubahan iklim ini dapat dilakukan melalui 2 jenis strategi, yaitu strategi Mitigasi dan strategi Adaptasi. Mitigasi merupakan sebuah strategi yang dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu permasalahan, pada studi kasus ini mitigasi dilakukan untuk mencegah dampak negatif perubahan iklim terhadap sektor pertanian di Kabupaten Indramayu. Sedangkan adaptasi adalah strategi yang dilakukan untuk meminimalisisr dampak negatif perubahan iklim terhadap sektor pertanian setelah permasalahan terjadi. Adapun strategi mitigasi yang dirumuskan oleh penulis adalah sebagai berikut :
Pemanfaatan lahan suboptimal dan lahan terlantar
Pemberian pelatihan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia sektor
pertanian
Pengembangan teknik pengelolaan sawah terpadu dan ramah lingkungan
Sedangkan strategi adaptasi yang dirumuskan oleh penulis adalah sebagai berikut :
Bantuan pengembangan sarana prasarana oleh pemerintah atau instansi
terkait berupa jaringan irigasi, embung-embung air, dan bendungan
Pengembangaan sistem informasi dan teknologi pemantau iklim
Pemberian edukasi bagi para petani oleh pemerintah dan komunitas
terkait/expert
Pemberian bantuan bagi kelompok tani
Perencanaan Wilayah - 2017 23
Penguatan gabungan kelompok tani untuk mengatasi dampak perubahan iklim
bersama-sama
Pengadaan program pemuliaan benih padi dengan bioteknologi
Dengan adanya strategi – strategi yang dirumuskan oleh penulis diharapkan untuk kedepannya permasalahan terkait dengan dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian dapat ditanggulangi dengan baik dan efektif.
6.2 Lesson Learned
Sebagai seorang perencana perubahan iklim merupakan salah satu faktor yang
harus diperhatikan dalam melakukan suatu perencanaan wilayah.
Dampak dari perubahan iklim terhadap sektor pertanian berupa ketidak pastian
musim penghujan dan kemarau yang mengakibatkan turunnya produktivitas pertanian.
Ada dua jenis strategi yang dapat digunakan untuk menanggulangi perubahan
iklim, yaitu strategi mitigasi dan adaptasi
Strategi mitigasi dilakukan untuk mencegah terjadinya permasalahan,
dilaksanakan sebelum permasalahan terjadi dengan metode pencerdasan masyarakat serta memberlakukan batasan – batasan tertentu dalam kegiatan pertanian.
Strategi adaptasi berupa langkah – langkah yang diterapkan untuk mengurangi
Perencanaan Wilayah - 2017 24
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. 2010. Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap Sektor Pertanian.Jakarta
Bening. 2016. Perspektif Adaptasi Perubahan Iklim dalam Penataan Ruang.
Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. 2015. Pendekatan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Konvergensi API_PRB
Haryono dan Irsal Las. 2011. Strategi Mitigasi dan Adaptasi Pertanian Terhadap Perubahan Iklim Global. Badan Litbang Pertanian.
Kementrian LH 2014. IPCC – AR 5
Kementrian LH. 2016. Perubahan Iklim, Perjanjian Paris, dan Nationally Determined Contribution. Jakarta
LP3ES. 2010. Perubahan iklim dan tantangan peradaban. Jakarta: prisma
Soejachmoen, Kuki. 2016. Ancaman Serius Perubahan Iklim di Indonesia. Jakarta : Deutsche
USAID. 2011. Integrasi Adaptasi Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana.