BAHAN UNTUK BELAJAR SKRIPSI
Risiko dan ketidakpastian merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pengambilan keputusan pada bidang agribisnis. Hal ini disebabkan usaha pada bidang agribisnis memiliki tingkat risiko dan ketidakpastian yang tinggi, sehingga kesalahan dalam memperhitungkan risiko dan ketidakpastian dapat memberikan dampak kerugian yang sangat besar baik ditinjau dari segi finansial maupun non-finansial. Pemahaman yang baik dari konsep risiko dan ketidakpastian perlu diperhatikan oleh para wirausahawan guna menghindari risiko dan ketidakpastian yang terjadi di kemudian hari.
Kesimpulan saya setelah membaca beberapa pengertian risiko dan ketidakpastian dari berbagai literatur, risiko adalah peluang atau kemungkinan yang mengakibatkan kerugian akibat dari munculnya fenomena ketidakpastian (uncertainty) sehingga diperlukan suatu tindakan manajemen khusus untuk menghitung, mengatur dan menghindari risiko yang ada. Sedangkan, ketidakpastian adalah suatu kondisi dimana peluang dari munculnya kejadian tertentu sulit untuk dihitung atau diprediksi dimana kondisi yang muncul tersebut berpotensi mengakibatkan kerugian dalam bisnis yang dijalankan.
Ada lima macam risiko yang dihadapi oleh manajer agribisnis, meliputi risiko produksi (production risk), risiko pemasaran (marketing risk), risiko keuangan (financial risk ), risiko hukum (legal risk), dan risiko sumber daya manusia (human resources risk). Untuk menghadapi kelima risiko tersebut terdapat lima cara yang dapat ditempuh, yaitu dipertahankan (retain), digeser (shift), dikurangi (reduce), diasuransikan (insure), dan dihindari (avoid) (Sutawi, 1999).
Berbicara Investasi tentu kita juga harus berbicara Risiko dong… ada beberapa tingkatan risiko yang berkaitan dengan karakteristik seseorang. Berdasarkan sifatnya, investor juga dapat di kategorikan dalam 3 (tiga) karakteristik:
1. Risk Averse (Menolak Risiko), Tipe ini adalah tipe orang yang cenderung menghindari risiko investasi tetapi mengharapkan imbal hasil yang lebih tinggi dari besarnya risiko investasi yang dihadapi.
2. Risk Neutral (Netral Risiko), tipe ini menginginkan hasil investasi yang lebih tinggi dibandingkan tipe risk averse tetapi dengan tingkat risiko yang sedang.
3. Risk Taker (Pengambil Risiko), tipe ini sangat memahami bahwa untuk mengharapkan hasil investasi yang tinggi, ia juga harus menghadapi risiko yang tinggi pula.
Dalam berinvestasi dikenal hukum “High risk high return, low risk low return” yang secara umum diartikan bahwa semakin besar keuntungan yang kita inginkan semakin besar pula risiko yang akan ditanggung. dan sebaliknya semakin rendah keuntungan yang diperoleh, semakin rendah pula risiko yang ditanggung investor.
Kalau kita ingin berinvestasi, maka kita disebut sebagai investor atau orang yang melakukan investasi. Pada dasarnya ada tiga jenis investor bila dihubungkan dengan tingkat risiko yang dapat mereka terima, yaitu (1) Tidak senang risiko, (2) Netral terhadap risiko, (3) Menyukai risiko. Mari kita coba bahas satu per satu.
1. Tidak senang risiko (risk averse).
Investor jenis ini adalah investor yang tidak senang terhadap risiko. Tentunya, ia memiliki konsekuensi tidak dapat mengharapkan tingkat return yang terlalu tinggi juga. Investor jenis ini biasanya sangat mengutamakan tingkat keamanan investasinya dibandingkan dengan tingkat return yang ditawarkan oleh suatu produk investasi.
Biasanya investor ini masih nienggunakan perbankan sebagai sarana investasi mereka atau investasi di SBI atau obligasi pemerintah.
2. Netral terhadap risiko (risk neutral).
Biasanya, investor ini selain di perbankan juga sudah berani bermain di jenis investasi reksadana; pasar uang; jenis asuransi yang aman, seperti asuransi jiwa, kesehatan, dan umum; maupun obligasi perusahaan pemerintah.
3. Menyukai risiko (risk seeker).
Investor jenis ini biasanya telah mengerti bahwa return yang tinggi akan diikuti dengan tingkat risiko yang tinggi pula. Mereka sudah berani mencoba mengambil kesempatan dan juga berinvestasi pada produk investasi yang memiliki tingkat risiko yang relatif tinggi.
Biasanya, investor ini sudah sangat sedikit menginvestasikan dananya ke perbankan. Umumnya, mereka telah membagi investasinya ke reksadana, asuransi, dan juga sudah mulai berani memulai berinvestasi langsung di saham, bursa komoditi, maupun valas.
Tulisan ini dimuat di Majalah Intisari Edisi "Family Financial Planning" tahun 2005 yang ditulis oleh Eko Endarto, R.F.A, staf perencanaan keuangan, di jakarta. Judul asli tulisan ini adalah "Takut Berinvestasi? Enggak Lagi!".
Hubungan antara NPV-PI-IRR