• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rabu 26 September 2012 INOVASI PEMBELAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rabu 26 September 2012 INOVASI PEMBELAJA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Rabu, 26 September 2012

INOVASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

http://sunardins.blogspot.com/2012/09/inovasi-pembelajaran-pendidikan-agama.html

INOVASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

“Pembelajaran PAI Berbasis Inquiri’’

Tugas ini ditulis sebagai tugas UAS mata kuliah Inovasi Pembelajaran Pai Dosen Pengampu : Prof. Dr. Muhaimin M.A

Dr. Hj. Sutiah, M.Pd

Oleh :

Sunardin Syamsuddin 201010290211005

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU AGAMA ISLAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

A. Pendahuluan

Lembaga pendidikan Islam bisa dikategorikan sebagai lembaga industri mulia (noble

industri) karena mengemban misi ganda, yaitu profit sakaligus sosial. Misi profit, yaitu untuk

(2)

sehingga pemasukan (income) lebih besar dari biaya operasional. Misi Sosial bertujuan untuk

mewariskan dan menginternalisasikan nilai luhur. Misi kedua ini dapat dicapai secara

maksimal apabila lembaga pendidikan Islam tersebut memiliki modal human-capital dan

sosial capital yang memadai dan juga memiliki tingkat keefektifan dan efesiensi yang tinggi,

itulah sebabnya mengelola lembaga pendidikan Islam tidak hanya dibutuhkan

profesionalisme yang tinggi, tetapi juga niat-niat suci lainnya1[1], termasuk didalamnya

menginovasi berbagai metode pembelajaran.

Pada dasarnya pendidikan Islam menekankan pada “bimbingan” bukan “pengajaran”

yang mengandung konotasi otoritatif pihak pelaksana pendidikan, katakanlah guru, dengan

bimbingan sesuai dengan ajaran-ajaran Islam, maka anak didik mempunyai ruang gerak yang

cukup luas mengaktualisasikan segala potensi yang di milikinya. Disini guru, berfungsi

sebagai “fasilitator” penunjuk jalan kearah penggalian potensi anak didik, dengan demikian

guru bukanlah segala-galanya, sehingga guru cenderung menganggap anak didik bukan

apa-apa, selain manusia yang kosong yang perlu di isi2[2]. Dengan kerangka dasar pengertian ini,

maka guru menghormati anak didik sebagai individu yang memilliki berbagai potensi, Dari

kerangka pengertian dan hubungan antara peserta didik dengan pendidik, dapat pula sekaligus

1[1] . Sutiah, Dkk. Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta : Pernada Media Group, 2009. Hal.5

(3)

dihindari, apa yang disebut “Bangking concep3[3]” dalam pendidikan yang banyak dikritik

dewasa ini. Penerapan semacam ini yang dicoba inquiri.

Pendidikan Islam dalam era globalisasi ini menghadapi tantangan terutama moral

sosial yaitu kegiatan penataan kehidupan yang paling baik yang seharusnya dialami oleh

generasi muda agar mampu menghadapi masa depan dengan integritas (kesatuan) yang

tangguh. Untuk itu maka Pendidikan Islam diharapkan mampu menyusun polapikir yang

sistematis untuk membina pribadi muslim yang kreatif dan berintegritas tinggi, sehingga

mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian

maka pendidikan Islam dapat mengajarkan moral positif yang berakar pada nilai-nilai Islami,

sebagai pendorong moral reasoning atau penalaran akhlak yang sangat dibutuhkan untuk

menentukan pilihan dan keputusan tentang masalah-masalah baru yang muncul dalam proses

pembangunan ini4[4].

Keberhasilan proses belajar mengajar dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan

sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Baik itu secara teknis maupun nonteknis. Tidak hanya

guru dan murid yang berperan dalam keberhasilan pendidikan akan tetapi lebih dari itu juga

harus ditunjang aspek lain. Salah satu aspek yang sangat penting dalam rangka mencapai

tujuan pendidikan adalah metode.

3[3] . Bangking Concep of Education, (konsep pendidikan anak) adalah satu istilah yang diperkenalkan Paulo Faire, Pedagogy of the opressed, Pinguin Books. 1978. konsep ini merupakan satu gejala dimana guru berlaku sebagai penyimpan yang memperlakukan murid-muridnya sebagai tempat penyimpan semacam Bank, yang kosong dan perlu diisi. Dalam proses semacam ini murid-murid tidak lebih sebagai gudang, yang tidak kreatif sama sekali. Murid dianggap berada dalam kebodohan absolut (absolute ignorance), ini merupakan satu penindasan kesadaran manusia. membangkitkan kesadaran manusia yang tertindas dalam kultur bisu (cultur of silance) ini diperlukan conscientization atau proses penyadaran.

4[4] . Tim Dosen IAIN Sunan Ampel Malang. Dasar-Dasar Kependidikan Islam (Surabaya: P.T

(4)

Seorang guru perlu mengetahui sekaligus mengusai berbagai metode dan strategi

belajar mengajar yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Mengingat posisi guru

yang sangat signifikan dengan pendidikan sebagai fasilitator dan pembimbing, maka dari sini

sesungguhnya guru memiliki tugas yang lebih berat tidak hanya memegang fungsi transfer

pengetahuan akan tetapi lebih dari itu guru harus mampu menfasilitasi siswa dalam

mengembangkan dirinya disertai dengan bimbingan yang intensif. Oleh karena itu guru

dituntut untuk lebih kreatif, selektif dan proaktif dalam mengakomodir kebutuhan siswa guru

juga lebih peka terhadap karakteristik maupun psikis siswa. Beberapa usaha yang dapat

dilakukan guru dalam rangka menciptakan kondisi yang efektif dan kondusif adalah

kecekataan dalam memilih sebuah metode dengan pendekatan emosional dan psikologis

siswa untuk itu seorang guru bukan hanya dituntut untuk bisa menguasai teknik pengelolahan

kelas, keterampilan, mengajar, pemanfaatan sumber belajar, penguasaan emosional siswa,

penguasaan kondisi kelas dan sebagainya.

Dalam pengelolahan kelas dan penguasaan emosional siswa, biasanya sangat

tergantung pada metode pengajaran guru disaat kegiatan pembelajaran berlangsung. Jika guru

kurang jeli dalam memilih metode Mengajar maka akan menimbulkan kondisi jenuh,

membosankan, monoton dan kurang direspon oleh siswa yang berujung pada tidak

maksimalnya pemahaman siswa terhadap materi. Oleh karena itu menghindari keadaan

seperti itu maka harus diambil sebuah kebijakan dengan menerapkan sebuah metode yang

sekiranya dapat mengantisipasi demi tercapainya tujuan belajar. Sebenarnya dari beberapa

metode mengajar tersebut tidak ada satupun yang merupakan metode mengajar yang terbaik.

Karena hal ini tergantung dari kondisi siswa itu sendiri pada hakikatnya sebuah metode

mengajar adalah baik, karena mengandung unsur keaktifan belajar dari semua komponen

maka dari itu dalam penilaian metode hendaknya disesuaikan dengan karakteristik dan

(5)

Selama ini metode yang digunakan oleh guru-guru dalam proses pembelajaran adalah

metode pembelajaran konvensional yang hanya meliputi siswa datang, duduk, menulis materi

yang telah dituliskan oleh guru dipapan tulis, mendengarkan guru menjelaskan materi dan

mengerjakan tugas, dengan menggunakan metode yang masih konvensioanal yaitu metode

ceramah, dengan menggunakan metode ceramah cenderung pasif dalam proses pembelajaran,

dan cepat bosan bila mendengarkan penjelasan dari guru, banyak siswa yang ngantuk ketika

mengikuti pembelajaran.

Dari situasi pembelajaran semacam ini hampir tidak ada kesempatan bagi siswa untuk

menuangkan kreatifitasnya (rasa, cipta, karsa) guna mengaktualisasikan potensi dirinya untuk

berinovasi, ataupun berbagi diri (sharing) untuk sedini mungkin mengoptimalkan

kemampuan, mengidentifikasi, merumuskan, mendiagnosis, dan sedapat mungkin

memecahkan masalah (problem solving).

Demikian juga para guru kurang atau hampir tidak di bekali dengan metodologi yang

variatif untuk membelajarkan materi pelajaran secara inovatif dan pembelajaran yang aktif

(active learning). Pikiran para guru selalu dipenuhi dengan upaya mengajarkan apa yang ada

dalam kurikulum dan sedapat mungkin mengejar target mata pelajaran yang telah dirumuskan

dalam kurikulum, mereka hampir tidak perpikir akan upaya meyakinkan siswa untuk belajar

dikelas maupun di luar kelas yang memiliki relevansi dan kondisi perubahan sosial

masyarakat yang ada disekitar kehidupannya. Suatu kondisi yang akan segera mereka temui

setelah menyelesaikan studinya, lebih-lebih sekolah yang memiliki misi yang menyiapkan

calon pelajar pada jenjang yang lebih tinggi. Seyogyanya sudah harus dibiasakan akan model

pembelajaran aktif, sebab tanpa dasar pengalaman belajar aktif akan sangat sulit bagi mereka

untuk menerapkan strategi pembelajaran aktif dikelas–kelas yang mereka hadapi.

Model pembelajaran aktif nampaknya merupakan jawaban atas permasalahan tentang

(6)

pembelajaran ini keaktifan siswa atau peserta didik lebih diutamakan. Dengan pelibatan

mereka secara aktif dalam proses pembelajaran, maka mereka mengalami atau bahkan

menemukan ilmu yang akan menjadi pengetahuan yang mempribadi. Untuk mencapai

kualitas pembelajaran itulah, maka keterampilan guru dalam proses pembelajaran antara lain

mencakup; keterampilan merencanakan pembelajaran, keterampilan melaksanakan

pembelajaran dan keterampilan mengevaluasi proses pembelajaran baik yang akan

dilaksanakan mupun yang sudah dilaksanakan.

Pendekatan pembelajaranpun seharusnya juga diubah, pendekatan pembelajaran yang

berorentasi pada guru (teacher oriented) harus diubah menjadi pendekatan pembelajaran

yang berorientasi pada siswa (student oriented) Pentingnya perubahan pendekatan

pembelajaran ini dapat kita kaitkan dengan ungkapan filosofis besar cina Konfusius yakni

“apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; apa yang saya lakukan,

saya paham”. Ungkapan Konfisius tersebut memberikan inspirasi terhadap pendekatan

pembelajaran dikelas yang sering dikenal dengan istilah (active learning). Dalam model ini,

pengetahuan, pengalaman dan keterampilan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh

siswa sendiri5[5].

Berangkat dari inovasi pembelajaran dan pentingnya perubahan pendekatan

pembelajaran yang juga karena tuntutan perubahan kurikulum dan demi peningkatan kualitas

out put pendidikan, maka tulisan fokuskan pada pembahasan ini pada metode pembelajaran

inquiry.

B. Pembelajaran berbasis inquiri

Inquiry berasal dari bahasa inggris “inquiry”, yang secara harfiah berarti penyelidikan.

Carin dan Sund (1975) mengemukakan bahwa inquiry adalah the process of investigation a

(7)

problem. Adapun Piaget mengemukakan bahwa metode inquiry merupakan metode yang

mempersiapkan peserta didik untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat

apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari

jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,

membandingkan apa yang ditemukan peserta didik lain.6[6]

Inquiry adalah yaitu menemukan. Metode inquiry adalah suatu teknik atau cara yang

digunakan guru untuk mengajar kedepan kelas, adapun pelaksanaannya sebagai berikut: guru

membagi tugas meneliti sesuatu masalah, siswa dibagi beberapa kelompok, dan

masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu. Kemudian mereka mempelajari, meneliti dan

membahas tugasnya didalam kelompok. Setelah hasil kerja kelompok mereka mendiskusikan,

kemudian baru didiskusikan dalam forum7[7].

Metode inquiry adalah cara penyampaian bahan pengajaran dengan memberi kesempatan

kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan

yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu sebagai jawaban yang meyakinkan

terhadap permasalahan yang dihadapkan kepadanya melalui proses pelacakan data dan

informasi serta pemikiran yang logis, kritis (teliti dalam menghadapi sesuatu) dan sistematis

(teratur).8[8]

Pembelajaran dengan metode inquiry merupakan satu komponen penting dalam

pembaruan pendidikan. Karena dalam pembelajaran dengan metode ini siswa di dorong untuk

belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri. dengan konsep-konsep dan

6[6] Mulyasa. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. 2008., hal. 108

7[7] . Rostiyah. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991) hlm 75.

8[8] . Slameto. Proses Belajar Mengajar Dalam Proses Kredit Semester SKS. (Jakarta: Bumi

(8)

prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan

percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka

sendiri9[9].

Jadi inquiry memberikan kepada siswa pengalaman-pengalaman belajar yang nyata

dan kreatif. Siswa diharapkan mengambil inisiatif, mereka dilatih bagaimana memecahkan

masalah, membuat keputusan, dan memperoleh keterampilan. inquiry memungkinkan siswa

dalam berbagai tahap perkembangannya bekerja dengan masalah-masalah yang sama dan

bahkan mereka bekerja sama mencari solusi terhadap masalah-masalah yang sedang

dihadapi.

Melakukan inquiry berarti melibatkan diri dalam tanya jawab, mencari informasi dan

melakukan penyelidikan. Karena itu metode inquiry dalam proses belajar mengajar adalah

strategi yang melibatkan siswa dalam tanya jawab, mencari informasi, dan melakukan

penyelidikan. Dalam pelaksanaan siswa bertanggung jawab untuk memberi ide atau

pemikiran dan pertanyaan untuk dieksplorasi (diselidiki), mengajukan hipotesa untuk diuji,

mengumpulkan dan mengorganisir data yang dipakai untuk menguji hipotesa dan sampai

pada pengambilan kesimpulan yang masih tentative (sebagai percobaan)10[10].

Juga pembelajaran inquiri merupakan pembelajaran yang menyenangkan/gembira,

dimana dalam prakteknya langsung pada lapangan dan bukan hanya teori, hal ini

sebagaimana pendapat (Darmansyah :2010) Hasil penelitian dalam dekade terakhir

mengungkapkan belajar yang efektif, jika peserta didik dalam keadaan gembira.

Kegembiraan dalam belajar telah terbukti memberikan efek yang luar biasa terhadap

pencapaian hasil belajar peserta didik. Bahkan potensi kecerdasan intelektual yang selama ini

menjadi “Primadona” sebagai penentu keberhasilan belajar, ternyata tidak sepenuhnya benar,

9 [9]. Nurhadi & A. G Senduk. Pembelajaran kontekstual (CTL) Dan Penerapannya dalam KBK. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2004)

(9)

kecerdasan emosional telah memberikan kontibusi yang signifikan terhadap efektivitas

pembelajaran disamping kecerdasan intelektual11[11].

Ketika peserta didik mendapat rangsangan menyenangkan dari lingkungannya, akan

terjadi berbagai”sentuhan tingkat tinggi” pada diri peserta yang membuat mereka lebih aktif

dan kreatif secara mental dan fisik, inilah pembelajaran inquiri mental dan fisik diutamakan,

ketika tersenyum atau tertawa aliran darahnya akan semakin lancar”menjalar” ke seluruh

anggota tubuh yang membuatnya semakin aktif. Otak mereka menerima suplai darah yang

memadai (ketika bahagia/tersenyum) akan mempermudahkan mereka berpikir dan

memproses informasi, baik dalam memori jangka pendek dan jangka panjang, informasi yang

masuk kedalam otak memori yang melibatkan emosi secara mendalam, akan memudahkan

siswa mengingat pelajaran saat mereka perlukan, Artinya kenyamanan dan kesenangan yang

dinikmati oleh peserta didik itu sangat membantu mereka mencapai hasil belajar secara

optimal.

Metode inquiry ini berasal dari John Dewey. Maksud utama metode ini adalah

memberikan latihan kepada murid dalam berfikir. Metode ini dapat menghindarkan untuk

membuat kesimpulan tergesa-gesa, menimbang-nimbang kemungkinan pemecahan dan

menangguhkan pengambilan keputusan sampai terdapat bukti-bukti yang cukup12[12].

Metode inquiry juga dikembangkan oleh Suchman untuk mengajar siswa memahami

proses penelitian. Metode inquiry menurut Suchman adalah suatu metode yang merangsang

murid untuk berfikir, menganalisa suatu persoalan sehingga menemukan pemecahannya.

Suchman tertarik untuk membantu siswa melakukan penelitian secara mandiri dan disiplin.

Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa anak-anak selalu memiliki rasa ingin tahu.

Suchman menginginkan siswa mempertanyakan mengapa suatu peristiwa terjadi dan

11[11] . Darmansyah. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta Bumi Aksara. 2010.hal 3-4

(10)

menelitinya dengan cara mengumpulkan data dan mengolah data secara logis. Dengan

demikian maka metode inquiry akan memperkuat dorongan alami untuk melakukan

eksplorasi dengan semangat besar dan dengan penuh kesungguhan.

Metode ini mengembangkan kemampuan berfikir yang dipupuk dengan adanya

kesempatan untuk mengobservasi problema mengumpulkan data, menganalisa data,

menyusun suatu hipotesa, mencari hubungan data yang hilang dari data yang telah terkumpul

untuk kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan masalah tersebut.

Cara berfikir yang menghasilkan suatu kesimpulan atau keputusan yang diyakini

kebenarannya karena seluruh proses pemecahan masalah itu telah diikuti dan di kontrol dari

data yang pertama dan yang berhasil dikumpulkan dan di analisa sampai kepada kesimpulan

yang ditarik atau ditetapkan. Cara berfikir semacam itu benar-benar dapat dikembangkan

dengan menggunakan metode pemecahan masalah.

Inquiry merupakan teknik yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk

melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan

sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, serta

-menghubungkan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang

ditemukan peserta didik lainnya. inquiry sebagai teknik pengajaran mengandung arti bahwa

dalam proses kegiatan mengajar berlangsung harus dapat mendorong dan dapat memberi

kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode inquiry adalah suatu metode

pengajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan

yang sebelumnya belum mereka ketahui.

C. Landasan Filosifis Kontruktivistik Dalam Metode Inquiry

Teori pembelajaran kontruktivistik merupakan teori pembelajaran inquiry, merupakan teori

(11)

menemukan sendiri dan menstransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru

dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi

siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapakan pengetahuan, mereka harus

bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susuh

payah dengan ide-ide13[13]. Konstruktivistik juga merupakan landasan berfikir pembelajaran

kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang

hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.

Pengetahuaan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil

dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuaan itu dan memberi makna melalui

pengalaman nyata14[14].

Menurut teori ini, satu prinsip paling penting dalam psikologi pendidikan adalah

bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus

membangun sendiri pengetahuan dibenaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk

proses ini, dengan memberikan siswa kesempatan untuk menemukan dan menerapkan ide-ide

mereka sendiri, dan membelajarkan siswa dengan cara sadar menggunakan strategi mereka

sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa

kepemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjatnya.

Esensi dari teory kontrutivistik dan metode inquiry adalah ide bahwa harus siswa sendiri

yang menemukan dan menstransformasikan sendiri suatu informasi kompleks apabila mereka

menginginkan informasi itu menjadi miliknya. Kontrutivisme adalah suatu pendapat yang

menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana anak secara aktif

13[13] . Trianto. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek. (Jakarta : Prestasi

Pustaka, 2007) hlm 26

14[14] . Nurhadi & A. G Senduk. Pembelajaran kontekstual (CTL) Dan Penerapannya dalam KBK.

(12)

membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi

mereka.

Menurut pandangan kontrutivisme anak secara aktif membangun pengetahuan dengan

cara terus menerus mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru, dengan kata lain

kontrutivisme adalah teori perkembangan kognitif yang menekankan peran aktif siswa dalam

membangun pemahaman mereka tentang realita. Pendekatan kontruktivis dalam pengajaran

menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih

mudah menemukan dan memahami kosep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling

mediskusikan masalah-masalah itu dengan temannya. Dan pada dasarnya aliran

kontrutuvistik menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan

pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna. Belajar bermakna tidak akan

terwujud hanya dengan mendengarkan ceramah atau membaca buku tentang pengalaman

orang lain. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang

berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan

semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak

mereka sendiri. Esensi dari teori kontruktivistik adalah ide bahwa siswa harus menemukan

dan mentrasformasikan suatu informasi kompleks kesituasi lai, dan apabila dikehendaki,

informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun

sendiri pengetahuaan mereka melalui

D. Penggunaan Metode Inquiry

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL.

Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat

seperangkat fakta-fakta, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu

merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Siklus Inquiry antara lain:

(13)

b. Bertanya (questioning)

c. Mengajukan dugaan (Hypothesis)

d. Pengumpulan data (Data Gathering)

e. Penyimpulan (Conclusion)

Langkah-langkah kegiatan menemukan (Inquiry), yaitu:

a. Merumuskan masalah

b. Mengamati atau melakukan observasi

c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, bagan, table,

dan lainnya.

d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada teman sekelas,

guru atau audien yang lain15[15].

E. Tingkatan-tingkatan Inquiry

Berdasarkan komponen-komponen dalam proses Inquiry yang meliputi topik masalah,

sumber masalah atau pertanyaan, bahan, prosedur atau rancangan kegiatan, pengumpulan dan

analisis data serta pengambilan kesimpulan Bonnstetter (2000) membedakan Inquiry menjadi

lima tingkat yaitu praktikum (tradisional hands-on), pengalaman sains terstruktur (structured

science experiences), Inquiry terbimbing (guided inquiry), Inquiry siswa mandiri (student

directed inquiry), dan Penelitian siswa (student research). Klasifikasi Inquiry menurut

Bonnstetter (2000) didasarkan pada tingkat kesederhanaan kegiatan siswa dan dinyatakan

sebaiknya penerapan Inquiry merupakan suatu kontinum yaitu dimulai dari yang paling

sederhana terlebih dahulu.

(14)

a. Traditional hands-on Praktikum (tradisional hands-on) adalah tipe Inquiry yang paling

sederhana. Dalam praktikum guru menyediakan seluruh keperluan mulai dari topik sampai

kesimpulan yang harus ditemukan siswa dalam bentuk buku petunjuk yang lengkap. Pada

tingkat ini komponen esensial dari Inquiry yakni pertanyaan atau masalah tidak muncul,

b. Pengalaman sains terstruktur (structured science experiences), yaitu kegiatan Inquiry di

mana guru menentukan topik, pertanyaan, bahan dan prosedur sedangkan analisis hasil dan

kesimpulan dilakukan oleh siswa.

c. Jenis yang ketiga ialah Inquiry terbimbing ( guided inquiry ), di mana siswa diberikan

kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil

kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan

penunjang, guru hanya berperan sebagai fasilitator.

d. Inquiry Siswa Mandiri (student directed inquiry), dapat dikatakan sebagai Inquiry penuh

(Martin-Hansen, 2002) karena pada tingkatan ini siswa bertanggung jawab secara penuh

terhadap proses belajarnya, dan guru hanya memberikan bimbingan terbatas pada pemilihan

topik dan pengembangan pertanyaan.

e. Tipe Inquiry yang paling kompleks ialah penelitian siswa ( student research ). Dalam

Inquiry tipe ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing sedangkan

penentuan atau pemilihan dan pelaksanaan proses dari seluruh komponen Inquiry menjadi

tangung jawab siswa.

F. Tujuan Metode Inquiry

Tujuan metode inquiry adalah agar siswa terangsang oleh tugas, dan kreatif mencari serta

meneliti sendiri pemecahan masalah itu, mencari sumber, dan mereka belajar bersama dalam

kelompok. Tujuan utama dari pada penggunaan metode inquiry adalah untuk

(15)

suatu masalah. Metode ini melatih murid-murid dalam cara-cara mendekati dan cara-cara

mengambil langkah-langkah bila akan memecahkan suatu masalah yaitu dengan memberikan

kepada murid pengetahuan kecakapan praktis yang bernilai bagi keperluan hidup sehari-hari.

Metode ini memberikan dasar-dasar pengalaman yang praktis mengenai bagaimana

cara-cara memecahkan suatu masalah dan kecakapan ini dapat diterapkan bagi keperluan

menghadapi masalah-masalah lainnya di dalam masyarakat.

Sedangkan menurut Roestiyah tujuan metode inquiry adalah agar siswa terangsang

oleh tugas, dan kreatif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu, mencari sumber

sendiri dan mereka belajar sendiri dalam kelompok. Mengingat tujuan tersebut di atas maka

pemecahan suatu masalah jangan di ajarkan sebagai pengetahuan saja, melainkan harus

menjadi alat bagi murid untuk selanjutnya dapat memecahkan masalah sendiri dari segala

macam masalah yang mungkin akan dijumpainya, sekarang maupun kelak, di sekolah, di

rumah maupun di masyarakat. Tujuan-tujuan lainnya selain dari tujuan utama yang telah

disebutkan di atas adalah:

1. Belajar bagaimana bertindak di dalam suatu situasi baru.

2. Belajar bagaimana caranya keluar dari situasi yag sulit.

3. Belajar bagaimana caranya mempertimbangkan suatu keputusan.

4. Belajar bagaimana caranya membatasi suatu persoalan.

5. Belajar bagaimana caranya menemukan pemecahan-pemecahan.

6. Belajar menyadari bahwa setiap masalah pasti ada cara tertentu untuk memecahkannya.

7. Belajar meneliti suatu masalah dari semua sudut pemecahan.

8. Belajar bekerja secara sistematis di waktu memecahkan suatu masalah.

9. Belajar menguji kebenaran suatu keputusan yang telah ditetapkan.

Selain itu juga disebutkan tujuan umum dari latihan inquiry adalah menolong siswa

(16)

pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu. Dapat disimpulkan tujuan

dari metode inquiry ini adalah untuk membantu siswa dalam mengembangkan intelektual dan

ketrampilannya yang timbul dari pertanyaan-pertanyaan dan menyelidikinya untuk

mendapatkan jawaban sesuai dengan keingintahuan mereka.

G. Model Penerapan Inquiry

Contoh sederhana tentang pembelajaran AL-Qur’an berbasis inquiri adalah sebagai

berikut: Pembelajaran AL Qur’an tentang kandungan ayat “wa’fu anna wagfir lana

warhamna” menurut Ath- Thabathaba’i (1983), bahwa “al-al afwu hiya idzhabu atsar

adz-dzanbi wal maghfirah satruhu” ayat ini berkaitan dengan QS AL Zalzalah ayat 7-8” Faman

ya’mal mistqala zarrah khairan yarah waman ya’mal zarrah syarran yarah”, kemudian

dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari menyangkut profil manusia yang hidupnya

diwarnai oleh nilai-nilai kebaikan dan keburukan16[16].

Contoh lainnya mengenai pembelajaran AL Qur’an dan Hadis yang kandungannya

menyangkut aspek keimanan, sebagaimana diketahui bahwa masalah keimanan/aqidah

banyak menyentuh aspek metafisika abstrak atau supra-rasional. seorang yang banyak terlatih

dengan hal-hal yang bersifat rasional mungkin sulit mencerna dan menghayati hal-hal yang

supra-rasional tersebut. Untuk mengatasi kesulitan ini dapat diketahui dengan jalan

mengembangkan keimanan berbasis inquiri berbasis kontestual. Melalui pendekatan ini,

peserta didik diajak untuk mengamati dan mengkaji peristiwa-peristiwa kehidupan sebagai

laboratorium (pendidikan agama islam), baik yang terkait dengan fenomena alam (komologi,

flora,fauna, astronomi, geografi, metereologi, oceanografi, kimia, dll), fenomenal sosial,

psikologis, budaya, maupun fenomena seseorang yang memiliki komitmen adan loyalitas

16[16] . Muhaimin. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta : Raja Grafindo.2009.

(17)

serta dedikasi yang tinggi terhadap ajaran, nilai-nilai dan petunjuk Tuhan, ataupun sebaliknya

seseorang yang kafir. Dari hasil pengamatan dan kajian peristiwa-peristiwa kehidupan

(sabagai laboratorium pendidikan agama islam).

Misalnya pembelajran tentang keimanan akan adanya Allah, takdir dan siksa neraka.

Dalam hal ini terdapat kisah yang menarik sebagai berikut:

Ada seorang pemuda lulusan dari negeri Paman Sam, kembal ke tanah air,

sesampainya dirumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seoarng guru agama,

kiai, atau siapapun yang bisa menjawab tiga pertanyaannya, Akhirnya orang tua pemud itu

mendapatkan orang guru tersebut.

3. Kalau setan diciptkan dari api kenapa dimasukkan ke neraka yang dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat setan, sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berpikir sajauh itu.

Tiba-tiba kiai tersebut menampar pipi si pemuda dengan keras

(18)

Kiai : Itulah jawaban pertanyaan pertama : kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa

H. Keunggulan dan Kelamahan Model Inquiry

Model Inquiry ini memiliki keunggulan yaitu :

a) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik.

b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. c) Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif,

dan terbuka.

d) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri. e) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.

f) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan.

g) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. h) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

(19)

Kelemahan model Inquiry :

a) Memerlukan waktu yang cukup lama.

b) Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah c) Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang d) Tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif.

e) Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.

f) Keadaan kelas di Indonesia yang pada kenyataannya memiliki jumlah yang tidak ideal per kelasnya membuat pembelajaran inquiry ini kemungkinan besar tidak mencapai hasil yang memuaskan.

(20)

I. Penutup

Dari pemaparan-pemaparan di atas, dapat penulis memberikan kesimpulan bahwa untuk memahami pendidikan secara komprehensif menyeluruh maka kita menggunakan berbagai macam metode, diantarannya adalah Inquiry berasal dari bahasa inggris “inquiry”, yang secara harfiah berarti penyelidikan. Pembelajaran dengan metode inquiry merupakan satu komponen penting dalam pembaruan pendidikan. Karena dalam pembelajaran dengan metode ini siswa di dorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri. dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Diantara metodenya adalah: Observasi (observation), Bertanya (questioning), Mengajukan dugaan (Hypothesis), Pengumpulan data (Data Gathering), Penyimpulan (Conclusion).

Tujuan utama dari pada penggunaan metode inquiry adalah untuk mengembangkan kemampuan berfikir, terutama di dalam mencari sebab akibat dan tujuan suatu masalah. Metode ini melatih murid-murid dalam cara-cara mendekati dan cara-cara mengambil langkah-langkah bila akan memecahkan suatu masalah yaitu dengan memberikan kepada murid pengetahuan kecakapan praktis yang bernilai bagi keperluan hidup sehari-hari. Waallahu a’lam bisshowab.

Saran-saran :

“Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran dan harapan

bahwa metode pembelajaran PAI berbasis inquiry, sudah seharusnya guru guru

mempelajari, mendalami dan mempraktikkan dalam proses belajar mengajarnya terutama

(21)

Daftar Pustaka

Sutiah, Dkk. 2009.. Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta : Pernada Media Group,

Silberman & Fatah Yasin, 2008, Dimensi – Dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN – Malang Pres).

Mulyasa, 2008.. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Darmansyah. 2010. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta Bumi Aksara.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta : Prestasi Pustaka,

Slameto. 1993. Proses Belajar Mengajar Dalam Proses Kredit Semester SKS. (Jakarta: Bumi Aksara,

Nurhadi & A. G Senduk. 2004. Pembelajaran kontekstual (CTL) Dan Penerapannya dalam KBK. (Malang: Universitas Negeri Malang,)

Rostiyah, 1991. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : PT. Rineka Cipta,) ________, 1989. Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Bima Aksara,)

Sunaryo. 1989. Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (Malang: IKIP Malang,)

Muhaimin, 1996. Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: CV Citra media,) ___________. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta : Raja Grafindo

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu cara untuk mempertahankan mutu genetik ternak sapi bali dan berbagai bangsa sapi lain di daerah sumber bibit adalah menghitung dengan tepat jumlah sapi dari berbagai

Disiplin uji menggambarkan kegiatan yang dilakukan untuk menguji perangkat lunak untuk memastikan bahwa (perangkat lunak yang dibangun) memenuhi kebutuhan user,

Bayangkan apabila variable array yang biasa Anda gunakan, diperlakukan seperti halnya tabel pada database, pengambilan data dapat dilakukan menggunakan query yang dapat

Faktor dominan yang diakibatkan dari beban kerja yang tinggi pada operator 1 adalah faktor kekuatan fisik, dimana dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa salah

Oleh karena itu, pelaksanaan program yang baik sangat diperlukan untuk merealisasikan tujuan yang diinginkan, baik dengan komitmen yang dimiliki badan pelaksananya

Dengan tujuan penelitian mendeskripsikan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa, keterlaksanaan, dan respon siswa setelah diterapkan model pembelajaran inkuiri

Catatan lapangan yang diperoleh dari uji coba lapangan adalah bahwa sistem pembelajaran sudah baik, tinggal mempertimbangkan durasi waktu pada setiap sesi pembelajaran

Hal ini bisa dimaknai bahwa kepemimpinan, kompensasi dan iklim organisasi memberikan pengaruh yang besar terhadap pencapaian kepuasan kerja pegawai pada BPBD Kota Padang