• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TEKNIK LINGKUNGAN DAN KESELAMATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH TEKNIK LINGKUNGAN DAN KESELAMATA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH TEKNIK LINGKUNGAN DAN KESELAMATA KERJA PEMBUATAN BIOGAS SEDERHANA

KELOMPOK 1 :

1. BAMBANG SETIAWAN 1408.13251.136

2. DELA SEPTIANA 1408.13251.137

3. EMILIANUS MEO 1408.13251.139

4. IFA ATUS SHALIHAH 1408.13251.142

5. IVAN FADHILLAH SETYO RIZKY 1408.13251.145

6. KARNI SAMAWATI 1408.13251.146

7. MUHAMMAD SHAFLY RABBANI 1408.13251.154

8. NI’MA AJI ANZANI 1408.13251.155

9. RESTIANI RAHALUS 1408.13251.159

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN LINGKUNGAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA MALANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul “PEMBUATAN BIOGAS SECARA SEDERHANA” dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Teknik Lingkungan dan Keselamatan Kerja. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, Juli 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...i

BAB 1 PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan...4

D. Manfaat...4

BAB 2 METODOLOGI...5

A. Alat...5

B. Bahan...5

C. Cara pembuatan biogas...5

D. Time Schedule...7

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN...8

A. Hasil...8

B. Pembahasan...8

BAB 4 PENUTUP...17

A. Kesimpulan...17

B. Saran...17

DAFTAR PUSTAKA...19

DOKUMENTASI PERCOBAAN PERTAMA...20

DOKUMENTASI PERCOBAAN KEDUA...23

(4)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Energi memiliki peranan penting dan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia. Terlebih, saat ini hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada energi. Manusia telah terbiasa menggunakan energi listrik, energi minyak bumi dan gas, serta energi mineral dan batu bara untuk kebutuhan sehari-hari dan industri. Pada dasarnya, pemanfaatan energi tersebut oleh manusia memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi yang tidak dapat diperbaharui secara berlebihan dapat menimbulkan masalah krisis energi. Salah satu gejala krisis energi yang terjadi akhirakhir ini yaitu kelangkaan bahan bakar minyak (BBM), seperti minyak tanah, bensin, dan solar. (Wahyuni, 2011 dalam Putri, 2015).

Kelangkaan bahan bakar minyak, yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang signifikan, telah mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat mengatasi masalah energy bersama-sama. Kebutuhan bahan bakar bagi penduduk berpendapatan rendah maupun miskin, terutama di pedesaan, sebagian besar dipenuhi oleh minyak tanah yang memang dirasakan terjangkau karena disubsidi oleh pemerintah. Namun karena digunakan untuk industri atau usaha lainnya, kadangkadang terjadi kelangkaan persediaan minyak tanah di pasar (Meylinda, 2015

dalam Oktarina, 2017).

(5)

Limbah merupakan bahan organik atau anorganik yang tidak termanfaatkan lagi, sehingga dapat menimbulkan masalah serius bagi lingkungan jika tidak ditangani dengan baik. Limbah dapat berasal dari berbagai sumber hasil buangan dari suatu proses produksi salah satunya limbah peternakan. Limbah tersebut dapat berasal dari rumah potong hewan, pengolahan produksi ternak, dan hasil dari kegiatan usaha ternak. Limbah ini dapat berupa limbah padat, cair, dan gas yang apabila tidak ditangani dengan baik akan berdampak buruk pada lingkungan (Salundik, 2015).

Limbah yang berasal dari peternakan tersebut akan bernilai ekonomi tinggi apabila diolah dengan perlakuan yang tepat. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengolah limbah peternakan tersebut. Salah satunya pengolahan kotoran menjadi pupuk kandang, cara ini merupakan cara yang paling sederhana yang sering kita jumpai yaitu kotoran ternak dibiarkan hingga kering. Namun dengan cara pengolahan kotoran tersebut belum bisa dikatakan ramah lingkungan, karena kotoran ternak yang diolah dengan cara dikeringkan akan menimbulkan pencemaran dalam bentuk gas atau bau. Bau yang menyengat yang ditimbulkan dari kotoran ternak akan mengganggu pernafasan yang menyebabkan gangguan kesehatan (Salundik, 2015).

(6)

pupuk pada ataupun pupuk cair akan menambah nilai ekonomis dari kotoran ternak tersebut (Salundik, 2015).

Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahanbahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob

(bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umum-nya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana (Sugi dkk, 2015 dalam Oktarina, 2017).

Arti lain yaitu Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen biogas yang dihasilkan dari proses fermentasi berupa gas Methan (CH4) sekitar 54-70%, gas karbondioksida (CO2) sekitar 27-45%, nitrogen (N2) 3% - 5%, hidrogen (H2) sebesar 1%, 0,1% karbonmonoksida (CO), 0,1% oksigen (O2), dan sedikit hidrogen sulfida (H2S). Gas methan (CH4) yang merupakan komponen utama biogas merupakan bahan bakar yang berguna karena mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu sekitar 4800 sampai 6700 kkal/m3, sedangkan gas metana murni mengandung energi 8900 Kcal/m3. Karena nilai kalor yang cukup tinggi itulah biogas dapat dipergunakan untuk keperluan penerangan, memasak, menggerakan mesin dan sebagainya (Sunaryo, 2014).

Pengolahan kotoran sapi menjadi energi alternatif biogas yang ramah lingkungan merupakan cara yang sangat menguntungkan, karena mampu memanfaatkan alam tanpa merusaknya sihingga siklus ekologi tetap terjaga. Manfaat lain mengolah kotoran sapi menjadi energi alternatif biogas adalah dihasilkannya pupuk organik untuk tanaman, sehingga keuntungan yang dapat diperoleh adalah:

(7)

2. Menghemat energi, pengurangan biaya energi untuk memasak dan pengurangan konsumsi energi tak terbarukan yaitu BBM.

3. Mampu melakukan pertanian yang berkelanjutan, penggunaan pupuk dan pestisida organik mampu menjaga kemampuan tanah dan keseimbangan ekosistem untuk menjamin kegiatan pertanian berkelanjutan (Putro, 2007).

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah cara pembuatan biogas menggunakan bahan kotoran sapi secara sederhana ?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui cara pembuatan biogas sederhana.

2. Untuk Mengetahui alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan biogas

3. Untuk mengetahui kandungan gas metan dalam kotoran sapi

D. Manfaat

1. Mengetahui bahan bakar alternatif selain minyak dan gas LPG yaitu biogas.

(8)

BAB 2 METODOLOGI A. Alat

1. Galon

2. Selang ukuran 65 cm 3 buah 3. handscoon

4. Cat hitam dan kuas 5. Lem tembak 6. Solder listrik 7. Lem apotec 8. Corong 9. Penggaris 10. Ember

11. Kran besi kecil ukuran ¼ 12. Y valve (sambungan y) 13. Ban dalam

14. Gunting 15. Ring

B. Bahan

1. Kotoran sapi 2. Air

C. Cara pembuatan biogas

1. Cara pembuatan alat

a) Meyiapkan alat dan bahan

b) Melubangi leher gallon menggunakan solder listrik sesuai ukuran selang yang digunakan

c) Merapikan lubang menggunakan gunting d) Mengecat gallon dengan cat warna hitam e) Menjemur gallon selama 10-15 menit

f) Memanaskan ujung selang kemudian pasang selang pertama dileher gallon dan di lem menggunakan lem apotec dan dilapisi dengan lem tembak dan kemudian dipasangkan ring

(9)

h) Memanaskan ujung selang kemudian sambungkan selang yang kedua ke Y valve kemudian di lem menggunakan lem tembak dan kemudian dipasangkan ring

i) Memanaskan ujung selang kemudian sambungkan selang kedua ke ban dalam (tempang penampungan gas) kemudian lem menggunakan lem tembak dan kemudian dipasangkan ring

j) Memanaskan ujung selang kemudian sambungkan selang ketiga ke Y valve kemudian di lem menggunakan lem tembak dan kemudian dipasangkan ring

k) Memanaskan ujung selang kemudian sambungkan selang ketiga ke kran tempat pengeluaran gas, dan dilem menggunakan lem tembak dan kemudian dipasangkan ring

l) Membuat alat sudah selesai 2. Cara pembuatan biogas

a) Menyiapakan alat dan bahan

b) Membersihkan kotoran sapi yang tercampur dengan rumput

c) Memasukkan kotoran sapi ke dalam ember sebanyak 2 kg dan ditambahkan air sebanyak 2 liter

d) Mengaduk kotoran sapi dan air sampai homogen

e) Memasukkan bahan yang sudah jadi (kotoran sapi dan air) ke dalam alat (gallon) menggunakan corong yang terbuat dari botol f) Mengaduk ulang bahan (kotoran sapi dan air) saat di dalam gallon g) Menutup kepala gallon kemudian dilapisi dengan lakban warna

hitam

h) Mendiamkan biogas ditempat yang gelap selama 2 minggu

D. Time Schedule

N o

Hari/tanggal Kegiatan

1 Kamis 8 juni 2017 Beli alat dan cat gallon 2 Jumat 9 juni 2017 Pembuatan alat dan biogas 3 2 minggu kemudian Hasil dan percobaan gas metan 4 Senin 19 juni 2017 Pengecekan biogas

5 Rabu 5 juli 2017 Pengecekan kedua, hasilnya tidak ada api tapi di ban penyimpanan terdapat gas.

(10)

BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil dari biogas sederhana yang telah kelompok kami buat, percobaan pertama, pada minggu pertama ban dalam yang merupakan tempat penampungan gas yang dihasilkan sudah terisi gas dengan indikator ban dalam tersebut mulai mengembang. Lalu pada minggu kedua ban dalam tersebut lebih besar penambahan volume gas yang dihasilkan dapat dilihat dengan bertambah besarnya ban dalam. Kemudian pada saat dilakukan percobaan nyala api terhadap gas yang telah dihasilkan melalui kran yang merupakan tempat pengeluaran gas, api tersebut tetap dan tidak bertambah besar sampai gas yang terdapat dalam ban habis, api yang disulutkan tidak bertambah besar. Setelah didiamkan beberapa saat dengan kran tertutup kemudian ban dalam keadaan mengembang lagi, lalu kami melakukan percobaan nyala api lagi tetapi tetap saja tidak terdapat perubahan nyala api.

Hasil dari percobaan kedua, kelompok kami melakukan penambahan bahan sebanyak 2 kg kotoran sapi dan 2 liter air tanpa membuang atau menguras bahan yang ada dalam galon. Biogas yang kami buat berhasil, dalam waktu 1 minggu tempat penampungan gas sudah terisi gas dengan indikator ban dalam mulai mengembang, pada saat percobaan nyala api yang dikeluarkan berwarna biru dan mengeluarkan banyak gas.

B. Pembahasan

(11)

mengetahui ada atau tidak adanya gas cepat diketahui dengan cara mengembung, untuk menyambungkan hasil gas dari gallon ke ban dalam dan kran menggunakan selang dan Y valve dan bahan yang dipakai dalam proses biogas ini menggunakan kotoran sapi dan air sebagai pengencer, kotoran sapi menjadi bahan utama dalam pembuatan biogas karena kandungan utama biogas adalah gas metan (CH4) dengan konsentrasi sebesar 50 – 80% vol, sedangkan pada kotoran sapi mengandung gas metan 55 – 65 %, gas CO2 sebesar 30 – 35% dan sedikit gas hydrogen (H2), gas nitrogen (N2) dan gas – gas lain (Salundik, 2015).

Proses pembentukan biogas dilakukan secara fermentasi yaitu proses terbentuknya gas metana dalam kondisi anaerob di dalam suatu digester sehingga akan dihasilkan gas Metana (CH4) dan gas Karbon dioksida (CO2) yang volumenya lebih besar dari gas Hidrogen (H2), gas Nitrogen (N2), dan gas Hidrogen Sulfida (H2S). Proses fermentasi memerlukan waktu 7 sampai 10 hari untuk menghasilkan biogas dengan suhu optimum 35 0C dan pH optimum pada range 6,4-7,9. Bakteri pembentuk biogas yang digunakan yaitu bakteri anaerob seperti Methanobacterium, Methanobacillus, Methanococcus, dan Methanosarcina. Reaksi kimia pembentukan biogas (gasmetan) ada 3 tahap, yaitu :

1. Reaksi Hidrolisis/Tahap Pelarutan: Pada tahap ini bahan yang tidak larut seperti selulosa, polisakarida, dan lemak diubah menjadi bahan yang larut dalam air seperti karbonhidrat dan asam lemak.Tahap pelarutan berlangsung pada suhu 25 0C di digester.

2. Reaksi Asidogenik/Tahap Pengasaman: Pada tahap ini, bakteri asam menghasilkan asam asetat dalam suasan anaerob.Tahap ini berlangsung pada suhu 25 0 C di digester.

(12)

Proses anaerob dikendalikan oleh dua golongan mikroorganisme (hidrolitik dan metanogen).Bakteri hidrolitik terdapat dalam jumlah yang besar dalam kotoran karena reproduksinya sangat cepat. Organisme ini memecah senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana.Senyawa sederhana diuraikan oleh bakter penghasil asam (acid-forming bacteria menjadi asam lemak dengan berat molekul rendah seperti asam asetat dan asam butirat. Selanjutnya bakteri metanogenik mengubah asam-asam tersebut menjadi metana. Metanogenesis merupakan tahap terakhir dari keseluruhan proses dalam tahapkonversi anaerobik dari bahan organik menjadi gas metana dan karbondioksida. Mikroba menggunakan substrat sederhanaberupa asetat atau komponen komponen karbon tunggal seperti CO2, H2, asamformat, metanol, metilamin dan CO. Kuranglebih 70 % produksi gas metana dihasilkan oleh spesies bakteri metanogenesis dengan substrat metilasetat (Yulistiawati, 2008).

Faktor yang mempengaruhi pembentukan biogas : 1. Perbandingan C-N Bahan Isian

Karakteristik utama dari bahan baku yang dapat diolah menjadi biogas adalah adanya kandungan rasio C-N. Rasio C-N tersebutlah yang mempengaruhi kualitas dari biogas. Rasio C-N adalah perbandingan kadar karbon (C) dan kadar Nitrogen (N) dalam satuan bahan. Semua mahluk hidup terbuat dari sejumlah besar bahan Karbon (C) dan Nitrogen (N) dalam jumlah kecil. Untuk menjamin semuanya berjalan lancar, unsur-unsur nutrisi yang dibutuhkan mikroba harus tersedia secara seimbang. Syarat ideal untuk proses ini adalah rasio C/N = 25 – 30.

2. Lama fermentasi

(13)

3. Temperatur

Temperatur yang tinggi akan memberikan hasil biogas yang baik. Namun suhu tersebut sebaiknya tidak boleh melebihi suhu kamar. Bakteri ini hanya dapat subur bila suhu disekitarnya berada pada suhu kamar. Suhu yang baik untuk proses pembentukan biogas berkisar antara 20-40 0C dan suhu optimum antara 28-30 0C (Paimin, 2001). Temperatur selama proses berlangsung sangat penting karena hal ini berkaitan dengan kemampuan hidup bakteri pemroses biogas, yaitu berkisar 27 0C-28 0C. Dengan temperatur itu proses pembuatan biogas akan berjalan sesuai dengan waktunya. Tetapi berbeda bila temperatur terlalu rendah (dingin), maka waktu untuk membentuk biogas akan lebih lama (Paimin, 2000).

4. pH

pH harus dijaga pada kondisi optimum yaitu antara 6,5 – 7. pH tidak boleh di bawah 6,2. Hal ini disebabkan apabila pH turun akan menyebabkan pengubahan substrat menjadi biogas terhambat sehingga mengakibatkan penurunan kuantitas biogas. Nilai pH yang terlalu tinggi pun harus dihindari, karena akan menyebabkan produk akhir yang dihasilkan adalah CO2 sebagai produk utama.

5. Kandungan bahan kering

(14)

diencerkan dengan air dengan perbandingan 1 : 1 atau 1 : 1,5 (Paimin, 2000).

Biogas diproduksi oleh bakteri dari bahan organik di dalam kondisi tanpa oksigen (anaerobic process). Proses ini berlangsung selama pengolahan atau fermentasi. Gas yang dihasilkan sebagian besar terdiri atas CH4 dan CO2. Jika kandungan gas CH4 lebih dari 50%, maka campuran gas ini mudah terbakar, kandungan gas CH4 dalam biogas yang berasal dari kotoran ternak sapi kurang lebih 60 %. Temperatur ideal proses fermentasi untuk pembentukan biogas berkisar 30 oC (Sasse, L., 1992, Junaedi, 2002).

Adapun unsur yang terkandung dalam biogas yaitu gas metana (CH4), gas karbon dioksida (CO2), gas oksigen (O2), gas hidrogen sulfda (H2S), gas hidrogen (H2), dan gas karbon monoksida (CO), dari semua unsur tersebut yang berperan dalam menentukan kualitas biogas yaitu gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2). Bila kadar CH4 tinggi maka biogas tersebut akan memiliki nilai kalor yang tinggi. Sebaliknya jika kadar CO2 yang tinggi maka akan mengakibatkan nilai kalor biogas tersebut rendah (Hamidi et al. 2011 dalam Salundik, 2015).

(15)

pembuatan biogas suhu udara maupun suhu di dalam tangki pencerna mempunyai andil besar di dalam memproduksi biogas. Suhu udara secara tidak langsung mempengaruhi suhu di dalam tangki pencerna, artinya penurunan suhu udara akan menurunkan suhu di dalam tangki pencerna. Peranan suhu udara berhubungan dengan proses dekomposisi anaerobic, suhu yang pas dalam pembuatan biogas berkisar antara 35oC. selain dari pengaruh hal tersebut biogas tidak bisa menyala di karenakan kemunginan yang terjadi karena factor Bahan-bahan seperti logam berat, desinfektan, deterjen dan antibiotik dapat menghambat pertumbuhan bakteri dalam digester. Dengan demikian dapat mempengaruhi jumlah biogas yang dihasilkan. Untuk itu, maka perlu diperhatikan agar bahan-bahan ini tidak tercampur dalam bahan. Disamping itu, air yang digunakan sebagai pelarut atau pengencer bahan baku harus dipastikan tidak mengandung bahan-bahan tersebut.

Hasil dari percobaan kedua pembuatan biogas, pada percobaan kedua biogas berhasil mengeluarkan api, karena pada percobaan kedua kami menambahkan bahan kotoran sapi dan air sebanyak 2:2, san tempat penyimpanan ditempatkan ditempat yang gelap, sehingga biogas berhasil.

Untuk memanfaatkan kotoran ternak menjadi biogas, diperlukan beberapa syarat yang terkait dengan aspek teknis, infrastruktur, manajemen dan sumber daya manusia. Bila faktor tersebut dapat dipenuhi, maka pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas sebagai penyediaan energi dipedesaan dapat berjalan dengan optimal.

Terdapat sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi optimasi pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas yaitu : (Dede Sulaeman, 2009).

1. Ketersediaan ternak

(16)

Jenis ternak mempengaruhi jumlah kotoran yang dihasilkannya. Untuk menjalankan biogas skala individual atau rumah tangga diperlukan kotoran ternak dari 3 ekor sapi, atau 7 ekor babi, atau 500 ekor ayam. 2. Kepemilikan Ternak

Jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak menjadi dasar pemilihan jenis dan kapasitas biogas yang dapat digunakan. Saat ini biogas kapasitas rumah tangga terkecil dapat dijalankan dengan kotoran ternak yang berasal dari 3 ekor sapi atau 7 ekor babi atau 500 ekor ayam. Bila ternak yang dimiliki lebih dari jumlah tersebut, maka dapat dipilihkan biogas dengan kapasitas yang lebih besar (berbahan fiber atau semen) atau beberapa biogas skala rumah tangga.

3. Pola Pemeliharaan Ternak

Ketersediaan kotoran ternak perlu dijaga agar biogas dapat berfungsi optimal. Kotoran ternak lebih mudah didapatkan bila ternak dipelihara dengan cara dikandangkan dibandingkan dengan cara digembalakan. 4. Ketersediaan Lahan

Untuk membangun biogas diperlukan lahan disekitar kandang yang luasannya bergantung pada jenis dan kapasitas biogas. Lahan yang dibutuhkan untuk membangun biogas skala terkecil (skala rumah tangga) adalah 14 m2 (7m x 2m). Sedangkan skala komunal terkecil membutuhkan lahan sebesar 40m2 (8m x 5m).

5. Tenaga Kerja

Untuk mengoperasikan biogas diperlukan tenaga kerja yang berasal dari peternak/pengelola itu sendiri. Hal ini penting mengingat biogas dapat berfungsi optimal bila pengisian kotoran ke dalam reaktor dilakukan dengan baik serta dilakukan perawatan peralatannya.

(17)

6. Manajemen Limbah/Kotoran

Manajemen limbah/kotoran terkait dengan penentuan komposisi padat cair kotoran ternak yang sesuai untuk menghasilkan biogas, frekuensi pemasukan kotoran, dan pengangkutan atau pengaliran kotoran ternak ke dalam raktor. Bahan baku (raw material) reaktor biogas adalah kotoran ternak yang komposisi padat cairnya sesuai yaitu 1 berbanding 3. Pada peternakan sapi perah komposisi padat cair kotoran ternak biasanya telah sesuai, namun pada peternakan sapi potong perlu penambahan air agar komposisinya menjadi sesuai. Frekuensi pemasukan kotoran dilakukan secara berkala setiap hari atau setiap 2 hari sekali tergantung dari jumlah kotoran yang tersedia dan sarana penunjang yang dimiliki. Pemasukan kotoran ini dapat dilakukan secara manual dengan cara diangkut atau melalui saluran.

7. Kebutuhan Energi

Pengelolaan kotoran ternak melalui proses reaktor an-aerobik akan menghasilkan gas yang dapat digunakan sebagai energi. Dengan demikian, kebutuhan peternak akan energi dari sumber biogas harus menjadi salah satu faktor yang utama. Hal ini mengingat, bila energi lain berupa listrik, minyak tanah atau kayu bakar mudah, murah dan tersedia dengan cukup di lingkungan peternak, maka energi yang bersumber dari biogas tidak menarik untuk dimanfaatkan. Bila energi dari sumber lain tersedia, peternak dapat diarahkan untuk mengolah kotoran ternaknya menjadi kompos atau kompos cacing (kascing). 8. Jarak (kandang-reaktor biogas-rumah)

Energi yang dihasilkan dari reaktor biogas dapat dimanfaatkan untuk memasak, menyalakan petromak, menjalankan generator listrik, mesin penghangat telur/ungas dll. Selain itu air panas yang dihasilkan dapat digunakan untuk proses sanitasi sapi perah.

(18)

umum pemanfaatan energi biogas dilakukan di rumah peternak baik untuk memasak dan keperluan lainnya.

9. Pengelolaan Hasil Samping Biogas

Pengelolaan hasil samping biogas ditujukan untuk memanfaatkannya menjadi pupuk cair atau pupuk padat (kompos). Pengeolahannya relatif sederhana yaitu untuk pupuk cair dilakukan fermentasi dengan penambahan bioaktivator agar unsur haranya dapat lebih baik, sedangkan untuk membuat pupuk kompos hasil samping biogas perlu dikurangi kandungan airnya dengan cara diendapkan, disaring atau dijemur. Pupuk yang dihasilkan tersebut dapat digunakan sendiri atau dijual kepada kelompok tani setempat dan menjadi sumber tambahan pandapatan bagi peternak.

10. Sarana Pendukung

Sarana pendukung dalam pemanfaatan biogas terdiri dari saluran air/drainase, air dan peralatan kerja. Sarana ini dapat mempermudah operasional dan perawatan instalasi biogas. Saluran air dapat digunakan untuk mengalirkan kotoran ternak dari kandang ke reaktor biogas sehingga kotoran tidak perlu diangkut secara manual. Air digunakan untuk membersihkan kandang ternak dan juga digunakan untuk membuat komposisi padat cair kotoran ternak yang sesuai. Sedangkan peralatan kerja digunakan untuk mempermudah atau meringankan pekerjaan atau perawatan instalasi biogas.

(19)

BAB 4 PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan biogas antara lain : perbandingan C-N bahan isian , lama fermentasi, temperatur, pH kandungan bahan kering.

2. Terdapat sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi optimasi pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas yaitu : ketersediaan ternak, kepemilikan ternak, pola pemeliharaan ternak, ketersediaan lahan, tenaga kerja, manajemen limbah/kotoran, kebutuhan energi, jarak (kandang-reaktor biogas-rumah), pengelolaan hasil samping biogas, sarana pendukung.

3. Hasil biogas yang kelompok kami buat, terdapat gas yang terkumpul pada ban dalam yang merupakan tempat penampungan biogas. Namun, meskipun ban tersebut mengembang tetapi waktu dicoba dengan menyalakan api pada kran api tidak membesar, namun gas yang keluar sedikit berbau khas bahan bakar.

4. Pada percoban kedua dengan adanya penambahan bahan baku yaitu 2 kg kotoran sapi dan 2 liter air, setelah satu minggu sudah menghasilkan gas dan gas tersebut bisa menyala.

5. Volume bahan baku mempengaruhi jumlah gas yang dihasilkan, semakin banyak bahan yang digunakan semakin banyak gas yang dihasilkan.

B. Saran

1. Sebaiknya pencampuran antara bahan baku dengan air lebih diperhatikan lagi agar perbandingannya pas untuk pembentukan biogas. 2. Faktor yang mendukung terbentuknya biogas juga perlu diperhatikan

(20)

kering serta perbandinga C-N bahan, karena faktor – faktor berpengaruh dalam proses pembentukan biogas.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Oktarina, Nita,. Dkk. 2017. Pembuatan Gasbio Sederhana Dari Kotoran Sapi. Jurnal Nasional Ecopedon. JNEP. Vol. 4 No 1.

Priyadi, F. 2016. Studi Potensi Biogas dari Kotoran Ternak Sapi sebagai Energi Alternatif untuk Penerangan. Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945.

Putri Herriyanti Andhina. 2015. Pengelolaan Limbah Ternak Sapi Menjadi Biogas. Majalah Ilmiyah Pawiyatan. Vol 212, No 1.

Putro, Sartono. 2007. Penerapan Instalasi Sederhana Pengolahan Kotoran Sapi Menjadi Energi Biogas di Desa Sugihan Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo.Warta. Vol 10, No 2 Hal 178-188.

Rahayu Sugi, dkk. 2009. Pemanfaatan Kotoran Ternak Sapi Sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan Beserta Aspek Sosial Kulturalnya. Inotek. Vol. 13. No 2.

Salundik, dkk.2015.Pengolahan Limbah Ternak Sapi Secara Sederhana di Desa Pattalassang Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Produksi Teknologi Hasil Peternakan. Vol. 03 No.3. hal 171-177.

Salundik, dkk. 2015. Produksi Gas Metana (CH4) dari Feses Sapi FH Laktasi dengan Pakan Rumput Gajah dan Jerami Padi, Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. Vol.03 No.1 Hal 40-45.

Sasse,L. 1992. Pengembangan Energi Alternatif Biogas dan Pertanian Terpadu di Boyolali Jawa Tengan, Borda-LPTP, Surakarta. Tim Inventarisasi dan Seleksi KRENOVA BAPPEDA.

Sunaryo.2014. Rancang Bangunan Reaktor Biogas Untuk Pemanfaatan Limbah Kotoran Ternak Sapi di Desa Limbangan Kabupaten Banjarnegara. Jurnal PPKM UNSIQ. Vol 1 Hal 21-30.

Sulaeman,D.2008. Sepuluh Faktor Sukses Pemanfaatan Biogas Kotoran Ternak. http/www.agribisnis.deptan.gp.id/layanan.inf.(8juli 2017).

(22)

DOKUMENTASI PERCOBAAN PERTAMA

(23)

gallon yang sudah di cat proses pengambilan kotoran sapi

Membuat lubang pada gallon pemasangan selang dan lem ke lubang galon

(24)

Pemasangan selang dan ring ke kran memanaskan selang agar

melunturkan selang dan bisa masuk ke kran agar tidak tidak terjadi kebocoran

(25)
(26)
(27)

DOKUMENTASI PERCOBAAN KEDUA

a. Proses pengecekan biogas

b. Proses memasukkan kotoran sapi ke dalam tempat penampungan

(28)

LAMPIRAN

Biaya pengeluaran N

o

Nama alat Harga (Rp)

1 Selang 2 m (1 buahnya 65 cm) Rp 14.000

2 Kran Rp 12.000

3 Y valve Rp 15.000

4 Lem tembak Rp 3.000

5 Ban dalam Rp 10.000

6 Ring (5 buah) Rp 7.500

7 Cat Rp 6.000

Referensi

Dokumen terkait

Semakin tinggi nilai ∝ maka dokumen relevan yang sesuai preferensi penggguna dapat ter- retrieve dan berada pada posisi yang lebih atas dibandingkan dengan dokumen lain yang

Pabrik pembuatan biohidrogen ini direncanakan berlokasi di daerah Tebing Tinggi, Provinsi Sumatera Utara dengan alasan bahan baku pabrik merupakan limbah cair proses

11.1 Tertakluk kepada terma dan syarat yang terkandung dalam dokumen ini dan sentiasa dengan syarat bahawa kuantiti Emas yang masih belum dikreditkan ke dalam

LAMPIRAN III TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI HALAMAN III- i DAFTAR ISIA.

Divisi Project Engineering : Adalah unit dari Perusahaan yang bertugas mengawasi dan menilai kinerja Kontraktor dan Konsultan dalam menangani suatu proyek..

107 Instrumennya adalah izin lingkungan sebagaimana ditetapkan Pasal 36 Undang-undang Nomor 32 gtahun 2009 dan dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang izin

Garis yang berwarna Ungu Tebal : List view yang dipilih akan muncul ke halaman resep makanan yang sesuai dengan nama appetizer / makanan pembuka yang dipilih. Garis

Telah dilakukan studi Analisis Kadar Minyak Kelapa Sawit pada Brondolan berdasarkan Lapisannya di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Aek Nabara Selatan.Kadar minyak