• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard – Analytical Network Process (ANP) di PT. Chevron Pacific Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengukuran Kinerja Perusahaan dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard – Analytical Network Process (ANP) di PT. Chevron Pacific Indonesia"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah PT. Chevron Pacific Indonesia

Berdirinya PT. Chevron Pacific Indonesia diawali dari eksplorasi minyak

di Pulau Sumatera, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur pada tahun 1924 yang

dipimpin oleh Emerson M. Butterworth. PT. CPI berawal pada bulan Maret 1924,

saat dilakukannya upaya pencarian minyak oleh tim geologi Chevron Corporation, saat itu bernama Standard Oil Company of California (SOCAL) yang berlokasi di Sumatera Tengah, Kalimantan dan khususnya di daerah Aceh.

Usaha yang dilakukan oleh tim eksplorasi SOCAL tersebut, pernah terhenti

karena Indonesia pada waktu itu masih berada di bawah penjajahan Hindia

Belanda. Namun usaha eksplorasi tersebut tidak berhenti total karena pada bulan

Juni 1930 pemerintah Hindia Belanda memberi izin pengeboran minyak kepada

SOCAL, dengan menunjuk SOCAL sebagai „minority partner‟ dari suatu

perusahaan yang didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda dengan nama „N.V.

Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij‟ (NPPM).

Pada tahun 1935, terjadi suatu perkembangan baru yang sangat penting

dalam sejarah keberadaan PT. Chevron Pacific Indonesia. Pada tahun tersebut,

SOCAL mendapat tawaran dari pemerintah Hindia Belanda untuk mengeksplorasi

minyak di kawasan Sumatera Tengah dengan tanah seluas ± 600.000 hektar.

Tawaran pemerintah Hindia Belanda itu tetap diterima pihak SOCAL walaupun

(2)

masih dianggap kurang memberikan harapan bagi pemerintah Hindia Belanda.

Disamping itu daerah yang ditawarkan merupakan daerah yang sebenarnya tidak

dikehendaki oleh SOCAL, tetapi kegiatan eksplorasi tetap dijalankan pada daerah

tersebut. SOCAL bekerja sama dengan perusahaan minyak Amerika lain yaitu

TEXACO (Texas Oil Company) untuk mengeksplorasi wilayah itu. Pada bulan Juli 1936, SOCAL dan TEXACO mendirikan perusahaan minyak bernama

CALTEX (California Texas Petroleum Corporation), bersamaan dengan ditemukannya cadangan minyak bumi pertama kali di Sebanga.

Hasil penelitian kegiatan geofisika yang dilakukan sekitar tahun 1936 –

1937 mengindikasikan bahwa prospek minyak yang lebih besar terletak di daerah

selatan, sehingga atas permintaan Chevron daerah kerjanya diubah seperti

sekarang yaitu berbentuk Kangguru menghadap ke barat. Pekerjaan eksplorasi

yang pertama mencakup penelitian geologis beserta pengeboran sumur dan

penelitian seismik. Penelitian seismik dilakukan tahun 1937–1941 dengan

melakukan pengeboran pada lokasi–lokasi yang terpencar pada kedalaman 26.208 feet (7.862,4 m). Kegiatan eksplorasi untuk pertama kali dilakukan pada bulan

April 1939 di daerah lapangan Kubu I.

Pada bulan Agustus 1940 ditemukan lapangan minyak bumi di Sebanga

merupakan penemuan pertama di daerah Riau. Pada bulan November 1940

ditemukan lagi lapangan minyak baru di daerah Rantau Bais dan pada bulan

Maret 1941 di daerah Duri. Pada tahun 1942 Mercu Bor siap dipasang di lapangan

(3)

Indonesia maka kegiatan pemasangan Mercu Bor tersebut terhenti. Kegiatan

eksplorasi pada tahun selanjutnya dilakukan oleh Jepang.

Setelah berakhirnya perang, kegiatan eksplorasi dipusatkan bagi

pengembangan lapangan Minas. Pada tahun 1950, Pemerintah Republik Indonesia

mulai mempelajari dan menyusun suatu undang–undang yang berkaitan dengan pertambangan. Dari hasil undang–undang pertambangan yang telah dibentuk, maka pada bulan Januari 1951 Pemerintah Republik Indonesia memberi izin atas

berdirinya ‟Caltex Pacific Oil Company‟ (CPOC) untuk melanjutkan kegiatan

SOCAL.

Setelah setahun CPOC memproduksi minyak bumi di lapangan Minas

maka pada tanggal 20 April 1952 diadakanlah pengapalan pertama Minas ‟Crude‟

dari Perawang menyusuri sungai Siak menuju Pakning di Selat Malaka. Hasil dari

ekspor tersebut antara lain adalah pengembangan lapangan Duri, pembangunan

jalan dan pemasangan ‟shippingline‟ (pipa saluran) yang mempunyai diameter 60

dan 70 cm sepanjang 120 km dari Minas melintasi rawa sampai ke Dumai,

mencakup pula pembangunan ‟gathering station‟ (stasiun pengumpul) dan stasiun

pompa pusat serta kompleks perumahan dan perbengkelan di Duri dan Dumai.

Menjelang tahun 1958, produksi minyak Chevron telah mencapai 200.000

BOPD. Upaya menasionalisasikan perusahaan minyak asing di Indonesia diatur

dalam Undang-Undang No. 44 tahun 1960. Berdasarkan UU tersebut ditetapkan

bahwa semua kegiatan penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia hanya

(4)

1963, Chevron menjadi badan hukum di Indonesia dengan kepemilikan saham

terdiri atas 50% SOCAL dan 50% TEXACO Inc.

Ladang minyak Duri memberikan sumbangan sebesar 8% dan 42% total

produksi minyak Indonesia. PT. CPI pernah mengalami penurunan produksi sejak

tahun 1964. Penurunan produksi dari ladang minyak Duri sangat memprihatinkan,

karena hal ini sangat berpengaruh pada ‟economic life expectancy‟ dari perusahaan. Untuk mengatasi masalah tersebut PT. CPI menciptakan proyek

injeksi uap di ladang minyak Duri. Proyek ini diresmikan oleh Presiden Soeharto

pada bulan Maret 1991. Injeksi uap ini merupakan teknologi perminyakan

generasi ketiga dari PT. CPI yang mutakhir dan dapat mempermudah penyedotan

minyak dari perut bumi. Dengan menerapkan teknologi baru tersebut, PT. CPI

mengharapkan produksi minyak dari ladang minyak Duri dapat dilipatgandakan.

Rancangan injeksi uap ini diterapkan secara efektif pada ladang minyak

dengan pola yang bervariasi, diantaranya pola tujuh titik (‟inverted 7– spot‟),

yaitu satu sumur injeksi untuk enam sumur produksi, pola lima titik (‟inverted 5–

spot‟) dan pola sembilan titik (‟inverted 9-spot‟). Pada tahun 1960, pemerintah

Indonesia memberlakukan undang–undang No. 44 tahun 1960 mengenai pengaturan dana pembagian wilayah kerja CPOC, yaitu seluruh wilayah konsesi

NPPM (Rokan I Block dan Rokan III Block seluas 9.030 km2) dikembalikan oleh

Chevron pada pemerintah RI, tetapi pelaksanaan operasi wilayah tetap dikerjakan

oleh Chevron yang pada tahun 1963 menjadi badan hukum dengan nama PT.

Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI), dimana 100% sahamnya tetap dimiliki

(5)

Pada bulan September 1963, diadakanlah “Perjanjian Karya” yang

ditandatangani antar perusahaan negara dan perusahaan asing yang termasuk

didalamnya PT. CPI dan Pertamina. Isi perjanjian tersebut menyatakan bahwa

wilayah PT. CPI adalah wilayah Kangguru seluas 9.030 km2. Perjanjian yang

diadakan pertama kali yaitu pada tahun 1963 untuk jangka waktu selama 30 tahun

dengan menyatakan wilayah kerja PT. CPI meliputi wilayah Blok A, B, C dan D

seluas 12.328 km2. Setelah memperoleh tambahan daerah seluas 4.300 km2, maka

pada tahun 1968 sebagian wilayah Blok A dan D serta keseluruhan wilayah Blok

C (seluruhnya 32,6% dari daerah asal) diserahkan kembali ke pemerintah

Indonesia, sedangkan pengembalian daerah–daerah berikutnya dilakukan pada tahun 1973 dan 1978.

Penandatanganan dua perjanjian C & T yang berdasarkan kontrak bagi

hasil (CPS) dilakukan pada tanggal 7 Agustus 1971 yaitu ‟Coastal Plain

Pekanbaru Block‟ seluas 21.975 km2 dan pada bulan Januari 1975 yaitu ‟Mount

Front Kuantan Block‟ seluas 6.865 km2. Wilayah kerja sebelumnya yang dikenal

dengan sebutan ”Kanggaroo Block” seluas 9.030 km2 diperpanjang masa operasinya sampai 8 Agustus 2001. Rasio pembagian untuk kontrak bagi hasil

yang disepakati sampai saat ini antara Pertamina dan PT. CPI adalah 88% dan

12% ditambah dengan ketentuan khusus berupa fleksibilitas bagi PT. CPI untuk

hal-hal tertentu.

Dibandingkan dengan 52 kontraktor minyak lainnya, PT. CPI merupakan

kontraktor minyak yang terbesar. Produksi minyak mentah PT. CPI mencapai

(6)

terjadi penurunan produksi PT. CPI tetap menguasai pangsa produksi sebesar

75%, berbeda dengan Pertamina dan Unocal yang mengalami penurunan produksi

besar-besaran.

Setelah dilakukan pengembalian beberapa daerah dari wilayah kerja secara

bertahap, sekarang ‟Coastal Plain Pekanbaru Block‟ hanya seluas 9.996 km2.

Tahun 1979 hingga tahun 1991 dilakukan penambahan kontrak–kontrak baru oleh PT. CPI yaitu sebagai berikut :

1. ‟Joint Venture‟ dengan Pertamina pada tahun 1976 yaitu meliputi daerah

‟Jambi Selatan Block D‟ seluas 5.826 km2 dan dikembalikan keseluruhannya

pada tahun 1988.

2. Kontrak Bagi Hasil (CPS) untuk wilayah ‟Singkarak Block‟ pada tahun 1981 seluas 7.163 km2 di daerah Sumatera Barat dan wilayah pantai Daerah

Istimewa Aceh, yang kemudian dikembalikan pada bulan Mei 1986.

3. Kontrak bagi hasil „Nias Block‟ pada tahun 1981 seluas 16.166 km2.

4. Perpanjangan perjanjian karya menjadi bentuk kontrak bagi hasil (CPS)

untuk wilayah „Siak Block‟ selama 20 tahun terhitung mulai tanggal 28 November 1993 dengan luas wilayah kerja 8.314 km2 .

5. Kontrak Bagi Hasil (CPS) untuk wilayah „Langsa Block‟ pada tahun 1981 seluas 7.080 km2 di Selat Malaka.

Pada tanggal 10 Oktober 2001, dua buah kekuatan besar Chevron dan

Texaco yang selama ini dikenal sebagai pemilik saham yang terpisah bersatu,

maka didirikanlah sebuah perusahaan Chevron Texaco. Sejak saat itu manajemen

(7)

mengakuisisi Unocal pada 10 Agustus 2004, pada tanggal 9 Mei 2005 nama Chevron Texaco Corp. berubah kembali menjadi Chevron Corp. Pada 16

September 2005, PT. Caltex Pacific Indonesia pun mengubah namanya menjadi

PT. Chevron Pacific Indonesia. Baik Chevron Pacific Indonesia maupun Caltex

Pacific Indonesia memiliki singkatan yang sama, yaitu CPI. Digram sejarah PT.

Chevron Pacific Indonesia Dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Sejarah PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI)

Sumber : Data PT. CPI, 2015

2.2. Wilayah Operasi PT.Chevron Pacific Indonesia

Daerah kerja PT. CPI yang memiliki daerah eksplorasi seluas 9.030 km2

dikenal dengan nama “Kanggaroo Block” terletak di Kabupaten Bengkalis. Selain

mengerjakan daerah sendiri, PT. CPI juga bertindak sebagai operator bagi

Calasiatic/Chevron dan Topco/Texaco (C&T) perusahaan dimiliki oleh Chevron

(8)

Area operasi PT. CPI saat ini terdiri dari lapangan Duri yang satu-satunya

wilayah yang memproduksi minyak beart (heavy oil) sebanyak kurang lebih 200.000 BOPD, dan area operasi minyak ringan yang terdiri dari Sumatera bagian

utara yang meliputi Bangko, Balam, Bekasap, Petani, dan sumatera bagian selatan

yang meliputi minas, Libo, Petapahan, yang secara keseluruhan memproduksi

minyak ringan sebanyak kurang lebih 250.000 BOPD. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Peta Daerah Operasi PT. Chevron Pacific Indonesia

Sumber : Data PT. CPI, 2015

Berdasarkan luas operasi dan kondisi geografis yang ada serta

pertimbangan efisiensi dalam pengoperasian, maka PT. CPI membagi lokasi

daerah operasi menjadi 6 distrik yaitu :

Ks

Rokan Block 76 672,407 08 / 2021

Siak Block 4 2,613 11 / 2013

CPP Block 25 70,150 08 / 2001

MFK Block 1 737 01 / 2005

(9)

1. Distrik Jakarta, Merupakan kantor pusat tempat kedudukan President & Chairman of The Managing Board untuk wilayah Indonesia.

2. Distrik Rumbai, Merupakan kantor pusat yang menangani berbagai kegiatan

untuk seluruh wilayah Sumatera.

3. Distrik Minas, merupakan daerah operasi produksi minyak (sekitar 30 km

dari Distrik Rumbai). Daerah eksplorasi ini disebut Sumatera Light South (SLS), yang memiliki 800 well masih aktif, dengan 6 Gathering Station (GS).

4. Distrik Duri, merupakan daerah operasi produksi minyak (sekitar 112 km

(10)

Gambar 2.3. Wilayah Operasi (Sumatera Ligth North) PT.CPI

(11)

5. Distrik Dumai, merupakan pelabuhan tempat pemasaran/pengapalan minyak

mentah untuk diekspor (sekitar 184 km dari distrik Rumbai).

6. Distrik Operasi Bekasap, merupakan daerah eksplorasi minyak.

Saat ini wilayah operasi yang tersisa berdasarkan konsensi terbaru adalah

blok Rokan dan blok Siak. Untuk perluasan ladang minyak Duri dilakukan dalam

13 area yang dimulai dengan membangun konstruksi area pertama pada tahun

1981. Saat ini, PT. CPI telah berhasil mengoperasikan area 1 sampai area 10

sedangkan untuk area 11, 12, dan 13 masih dalam tahap pengembangan.

Pembangunan juga mencakup fasilitas pendukung utama seperti stasiun

pengumpul minyak dan stasiun pembangkit uap, sampai saat ini telah ada 5

stasiun pengumpul (CGS) yaitu CGS 1, 3, 4, 5, dan 10.

2.3. Visi dan Misi, Nilai Dasar dan Strategi PT. Chevron Pacific Indonesia 2.3.1. Visi Misi

Pada bulan Januari 1992, diadakan sarasehan dengan melibatkan semua

jajaran manajemen PT. Chevron Pacific Indonesia yang bertujuan mematangkan

visi, misi dan nilai-nilai yang dirumuskan secara tegas dan tertulis.

Adapun visi PT. CPI, yaitu :

To Be the Indonesian Energy Company most admired for its People,

Partnership, and Performance.

Visi inilah yang menjadi gerak langkah PT. CPI untuk berkiprah dalam

pembangunan nasional di Indonesia. Visi ini tidaklah lengkap tanpa didukung

(12)

1. As a Business Partner with GOI, CPI will add value by Effectively Exploring for and Developing Hydrocarbons for the Benefit of Indonesia and CPI‟s

Shareholders.

2. CPI will Independently Pursue Other Energy Related Business Opportunities by Leveraging its Resources to Assure Continued Value Addition and Growth.

Misi ini merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan yang

diharapkan akan membangun pemahaman yang sama bagi setiap pihak yang

bekerja atau berinteraksi dengannya.

Enam nilai pokok yang harus dijunjung tinggi segenap pimpinan dan

karyawan PT. Chevron Pacific Indonesia adalah :

1. Memenuhi semua perundangan dan peraturan yang berlaku.

2. Menjunjung standar etika yang paling tinggi.

3. Memberlakukan karyawan sebagai sumber daya yang paling berharga.

4. Memelihara lingkungan yang sehat dan aman bagi karyawan, kontraktor dan

keluarganya.

5. Menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung pengembangan

masyarakat.

6. Menjadikan peningkatan mutu yang berkesinambungan sebagai falsafah

(13)

2.3.2. Nilai-Nilai Pokok PT. Chevron Pacific Indonesia

Nilai-nilai yang dianut oleh PT. Chevron Pacific Indonesia antara lain:

1. Integritas

PT. Chevron Pacific Indonesia dalam melaksanakan operasinya bersikap

jujur, dan selalu berusaha konsisten dengan ucapannya.

2. Kepercayaan

PT. Chevron Pacific Indonesia mempunyai prinsip untuk saling

mempercayai, menghormati, mendukung dan berusaha untuk mendapatkan

kepercayaan diri dari rekan sekerja dan mitra usaha.

3. Keragaman

PT. Chevron Pacific Indonesia belajar menjunjung tinggi ideologi dan

budaya dimana PT. Chevron Pacific Indonesia bekerja dan menghormati

perbedaan yang ada.

4. Kemitraan

PT. Chevron Pacific Indonesia memiliki tekad yang konsisten untuk menjadi

mitra usaha yang baik bagi pemerintah, perusahaan lain,

pelanggan-pelanggan PT. CPI, masyarakat dan sesama rekan kerja.

5. Kinerja yang unggul

PT. Chevron Pacific Indonesia memiliki tekad untuk stay ahead (tetap unggul) dalam setiap hal yang dilakukan, dan berupaya keras untuk terus

(14)

6. Tanggung jawab

PT. Chevron Pacific Indonesia bertanggung jawab, baik secara perorangan

maupun sebagai kelompok untuk setiap hal yang dikerjakan maupun untuk

setiap tindakan yang dilakukan.

7. Pertumbuhan

PT. Chevron Pacific Indonesia menyukai perubahan yang mendukung

pembaharuan dan kemajuan, serta berusaha mencari dan mengejar

kesempatan. Seiring berjalannya waktu PT. CPI akan selalu inovatif dalam

bekerja.

8. Perlindungan terhadap manusia dan lingkungan

PT. Chevron Pacific Indonesia memberikan perlindungan keselamatan kerja

dan kesehatan, baik terhadap manusia maupun lingkungan.

2.3.3. Rencana Strategi Perusahaan

Rencana Strategi PT. Chevron Pacific Indonesia menjabarkan visi PT.

Chevron Pacific Indonesia menjadi tindakan. Rencana strategis tersebut

menyelaraskan dan mengintegrasikan organisasi PT. Chevron Pacific Indonesia,

menumbuhkan keyakinan, dan membedakan PT. Chevron Pacific Indonesia dari

para pesaing.

1. Strategi Bisnis Utama

Strategi bisnis utama PT. Chevron Pacific Indonesia adalah

mengembangkan posisi terintegrasi di wilayah-wilayah yang sedang tumbuh

(15)

2. Operasi Hulu Global

Memiliki pertumbuhan yang menguntungkan dalam kegiatan bisnis inti dan

membangun posisi legendaris yang baru.

3. Operasi Gas Global

Mengomersialkan kepemilikan sumber gas PT. Chevron Pacific Indonesia

dan mengembangkan bisnis gas global yang berdampak tinggi.

4. Operasi Hilir Global

Meningkatkan penghasilan dari bisnis inti dan pertumbuhan selektif dengan

fokus pada penciptaan nilai yang terintegrasi.

5. Energi Yang Terbarukan

Berinvestasi pada teknologi bagi energi yang terbarukan dan merebut posisi

menguntungkan pada sumber daya penting energi yang terbarukan.

6. Strategi Keberhasilan

Tiga Strategi Keberhasilan yang diterapkan di semua bidang kegiatan

perusahaan:

a. Berinvestasi pada Sumber Daya Manusia untuk mencapai tujuan

strategis.

b. Meningkatkan Pemanfaatan Teknologi untuk mencapai kinerja yang

unggul dan pertumbuhan yang tinggi.

c. Meningkatkan Kemampuan Organisasi (4+1) untuk menghasilkan

kinerja kelas dunia dalam bidang keunggulan operasi, pengurangan

(16)

Hal-hal pokok yang melandasi dan selaras dengan bisnis utama dan

strategi keberhasilan kami adalah rencana-rencana yang lebih rinci, taktik, dan

ukuran keberhasilan yang membimbing PT. Chevron Pacific Indonesia mencapai

sukses dalam setiap kegiatan bisnis yang jalankan. Rencana-rencana rinci tersebut

secara rutin terus diuji terhadap pesaing lain dan diperbarui agar selalu bisa

mencapai kinerja kompetitif yang berkelanjutan.

2.4. Struktur Organisasi PT. Chevron Pacific Indonesia

Struktur Organisasi perusahaan yang dipakai PT. Chevron Pacific

Indonesia sedikit terlihat unik. Awalnya menggunakan struktur organisasi

perusahaan yang berlaku dikebanyakan perusaan, yaitu Line and Staff Organization. Tetapi selanjutnya pada era globalisasi sekarang, PT. CPI dituntut untuk menyesuaikan diri agar dapat bersaing dengan kompetitif.

Untuk menjawab tantangan tersebut, manejemen PT. CPI mengadakan

restrukturisasi organisasi sehingga mulai tanggal 11 Maret 1995 berubah kesistem

Strategic Business Unit (SBU) yang bersifat team kerja sesuai proses pekerjaan. Dalam SBU ini dibentuk unit-unit yang terdiri dari tenaga kerja yang memiliki

disiplin ilmu dan keahlian tertentu. Dalam unit ini setiap anggota diarahkan pada

kerjasama team sebagai suatu kelompok kerja.

(17)

services, Coorporate Human Resource, Coorporate QI, Planing Budget andInternal Audit.

Dengan Manajeman sistem SBU ini, otonomi tiap unit menjadi semakin

besar (desentralisasi), sehingga diharapkan effektifitas dan effisiensi perusahan

dengan semboyan “Our Journey To World Class Company” ini semakin tinggi.

Hal ini sangat perlu mengingat tingkat persaingan dan biaya produksi yang

semakin tinggi, sementara harga minyak dan cadangan minyak bumi semakin

menurun dan sulit di eksploitasi.

SBU yang terbentuk ada tujuh bagian, empat diantaranya bertanggung

jawab untuk mengembangkan dan mengelola ladang minyak di Riau (unit

produksi), yaitu:

1. SBU Duri, merupakan penghasil minyak terbesar PT. CPI, yang memiliki

sistem injeksi uap terbesar di dunia. Wilayah operasinya meliputi lapangan

minyak Duri dan Kulin.

2. SBU Minas, merupakan daerah lapangan minyak dengan kadar belerang

sangat rendah dan dikenal dengan Minas Crude. Minyak jenis ini sangat digemari negara-negara industri yang mengimpor Sumatera Light Crude. Wilayah operasinya meliputi lapangan Minas.

3. SBU Bekasap (yang mengelola ladang bagian utara), dengan wilayah

operasinya meliputi area Petani, Bekasap, Bangko dan Balam.

4. SBU Rumbai (yang mengelola ladang bagian selatan), dengan wilayah

operasi meliputi area Petapahan, Libo, Zamrud, dan Pedada. Untuk Area

(18)

diserahkan kepada Pemda Propinsi Riau yang dikelola oleh PT. Bumi Siak

Pusako (PT. BSP).

5. SBU Exploration ang IT Support (merupakan SBU pendukung yang bertanggung jawab terhadap eksplorasi di bagian tengah dan lepas pantai

barat Sumatera, operasi pengeboran, kontrak-kontrak jasa berskala besar,

pengembangan teknologi).

6. SBU Support Operation (bertanggung jawab atas transportasi dan pengisian

minyak, pembangkit tenaga listrik, operasi perbaikan, dan jasa-jasa

transportasi angkutan darat dan laut).

7. SBU Public Affairs (bertanggung jawab atas pengadaan barang-barang umum, pembelian berkala tahunan, pengamanan, jasa perjalanan udara dan

kesehatan).

Dengan sistem SBU ini, sistem manajemennya memiliki level-level

tertentu dengan setiap SBU dipimpin oleh seorang Vice President yang dibantu oleh beberapa manager. Manager dibantu oleh beberapa tim manager dan

dibawah tim manager terdapat beberapa orang tim leader.

Pada tahun 2002 yang lalu PT. CPI kembali merubah

struktur manajemennya menjadi IndoAsia Business Unit (IBU) sebagai hasil

merger antara Chevron dan Texaco dimana bentuk strukturnya hampir sama dengan sistem SBU dan perubahan hanya terdapat pada sistem pemegang saham.

(19)

Gambar 2.4. Struktur Organisasi di PT.CPI Khususya F acility Engineering SLN Operation

Sumber : Data PT. CPI, 2015

Chevron di Indonesia berkantor pusat di Senayan, Jakarta. Secara

garis besar struktur organisasi Chevron di Indonesia ini terbagi atas 3, yaitu :

1. Chevron Kalimantan Operation, berlokasi di Kalimantan Timur,

Balikpapan. Produksi berupa minyak dan gas.

2. Chevron Geothermal, berlokasi di Drajad dan Gunung Salak. Produksi

berupa panas bumi sebagai pembangkit listrik.

3. Chevron Pasific Indonesia, berlokasi di Duri, Rumbai, Sumatera,

menghasilkan minyak dan gas.

(20)

Struktur organisasi CiCo Jakarta dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Struktur Organisasi Chevron IBU

Sumber : Data PT. CPI, 2015

Pada struktur organisasi Chevron IndoAsia Business Unit diatas

dipimpin oleh Managing Director, Shellebarger, Jeffreye dan dibantu oleh Executive Assistant, Setiowati K.W Harjadi yang membawahi 10 departemen dan President Director PT. CPI. Departemen tersebut antara lain Law Department, IBU Policy, Government & Public Affair, Planning & Technology, Business Services, Operation East Kalimantan, Commercial, Exploration, Finance, GPO Executive, dan Corporate Internal Audit.

(21)

Gambar 2.6. Struktur Organisasi CCM

Sumber : Data PT. CPI, 2015

Di dalam CCM, terdapat tujuh kategori yang memiliki tanggung jawab

masing-masing, diantaranya yaitu :

1. Capital Project (CPP)

CPP bertanggung jawab untuk mengelola dan memenuhi kebutuhan yang

berhubungan dengan kontrak-kontrak yang besar.

2. Drilling & Completion (D&C)

D&C bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dalam operasi

pengeboran, seperti jasa pembuatan sumur, pompa, proses penyemenan, dll.

3. Business Analyst & Technology Assesment

(22)

manajer CCM dalam pengembangan atau pengelolaan rencana kategori dan

portfolio kontrak.

4. Professional & Suport Service

Professional & Suport Service bertanggung jawab untuk untuk pengadaan

kontrak pekerja pihak ketiga.

5. Quality Assurance/ Supplier Qualification/ Tender Process a. Quality Assurance (QA)

Quality Assurance bertanggung jawab untuk memastikan bahwa barang-barang yang masuk sudah sesuai dengan spesifikasi yang

diinginkan user. Selain itu, tim penjaminan kualitas mempunyai wewenang untuk menerima dan mereject barang yang tidak sesuai

dengan spesifikasi yang diinginkan user.

b. Supplier Qualification (SQ)

Supplier Qualification bertanggung jawab untuk memfasilitasi kualifikasi dari pemasok, seperti kapabilitas teknis dari supplier dan

memenuhi dengan spesifikasi kontrak.

c. Tender Process (TP)

Tender Process bertanggung jawab untuk mengelola dokumen kontrak dan sertifikat penjaminan dan asuransi, mengkoordinasikan semua

proses lelang dan administrasi, mengaudit arsip kontrak untuk

(23)

6. Logistics & Infrastructure

Logistics & Infrastructure bertanggung jawab untuk memenuhi semua kebutuhan dalam operasi atau urusan logistik, seperti jasa akomodasi,

catering, perjalanan, penerbangan, pemeliharaan gedung, dll.

7. Productions Operation & Equipment

Productions Operation & Equipment bertanggung jawab untuk pengadaan barang barang perlengkapan yang dibutuhkan pada saat operasi.

2.5. Kegiatan Operasi PT. Chevron Pacific Indonesia

Kegiatan operasi PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) Duri meliputi 3

tahap kegiatan, antara lain :

1. Kegiatan Eksplorasi, yaitu suatu kegiatan untuk menemukan indikasi adanya

minyak di dalam perut bumi hingga dilakukan pengeboran.

2. Kegiatan Eksploitasi, yaitu suatu kegiatan untuk mengambil minyak di

dalam perut bumi.

3. Kegiatan Produksi, yaitu pengolahan minyak dari perut bumi berawal dari

well production hingga shipping line menuju tangki penyimpanan di Dumai. Minyak mentah yang disalurkan ke Dumai harus memenuhi standar yang

(24)

2.5.1. Eksplorasi

Pekerjaan eksplorasi yang pertama mencakup penelitian geologi beserta

pengeboran sumur dan penelitian seismik. Setelah hak untuk mengeksplorasi

diperoleh dari NPPM pada tahun 1936, aktivitas seismik dilakukan secara intensif

di Riau. Kegiatan eksplorasi ini dimulai dari daerah sepanjang sungai Rokan. Dari

pengamatan tahun 1936 dan1937, diyakini bahwa potensi minyak ditemukan di

daerah yang lebih keselatan. Eksplorasi pertama baru dilakukan pada tahun 1937,

dan pada tahun 1941 sudah mencapai kedalaman total 7.868,4 m.

Pengeboran dilanjutkan pada tahun 1938 didaerah Kubu, tetapi tidak ada

indikasi minyak akan ditemukan. Selang waktu antara tahun 1938 – 1944 ada sembilan sumur yang berhasil ditemukan, yaitu sumur gas di Sebanga dan

sumur-sumur minyak di Duri dan Minas. Penemuan sumur-sumur di Minas ini merupakan batu

loncatan dalam eksplorasi minyak di Sumatera Tengah, yang merangsang orang

untuk berusaha melakukan aktivitas-aktivitas eksplorasi di daerah baru ini.

Sebanga merupakan bukti bahwa Sumatera Tengah bukanlah “daerah kering”,

seperti yang dianggap banyak orang. Daerah Explorasi perusahaan dapat dilihat

(25)

Gambar 2.7. Daerah Explorasi PT. CPI

Sumber : Data PT. CPI, 2015

Setelah Perang Dunia II, PT. CPI kembali melanjutkan program eksplorasi

disamping mengembangkan Minas. Enam sumur pengembangan dapat

diselesaikan pada tahun 1950, dan data juga menunjukkan bahwa Minas juga

merupakan lapangan minyak yang sangat besar. Riset geologis dan pemetaan

permukaan dilakukan diseluruh daerah operasi pada tahun 1951, yang diikuti

dengan pengeboran dan observasi geologis empat tahun kemudian. Pada tahun

1958, PT.CPI mulai menggunakan helikopter untuk membantu bisnis minyaknya

di Indonesia. Penggunaan Helikopter ini menunjang peningkatan suplai dan

transportasi untuk sumber daya manusia yang melakukan observasi-observasi

(26)

penemuan sumur minyak dan gas, untuk produksi minyak telah menghasilkan 7

miliyar barrel.

Masa eksplorasi merupakan suatu masa pencarian minyak mentah

berdasarkan data yang sudah ada. Tahap eksplorasi dibagi atas dua metode, yaitu

metode geologi (geological method) dan metode geofisika (geophysical method) :

1. Metode geologi, terdiri atas :

a. Areal Mapping.

b. Field Geological Method. c. Surface Geological Method. d. Palaentological Method. 2. Metode geofisika, terdiri atas :

a. Magnetic Method. b. Gravity Method. c. Seismic Method.

2.5.2. Eksploitasi

Eksploitasi adalah kegiatan pengambilan minyak dari temuan sumur – sumur hasil kegiatan eksplorasi. Minyak yang dapat diproduksi adalah minyak

(27)

1. Primary recovery

Pada awal produksi suatu reservoir, produksi minyak dan gas bumi terjadi

dengan bantuan energi alamiah (natural flow) yaitu produksi yang terjadi

karena daya dorong tenaga alam dan atau dapat pula karena pengangkatan

buatan (artificial lift) atau dengan bantuan pompa.

a. Flowing production (Produksi normal). b. Artificial lift production.

2. Secondary recovery (EOR)

Tekanan reservoir semakin lama akan semakin berkurang. Apabila tekanan

reservoir sudah tidak efektif lagi untuk mendorong fluida masuk ke dalam sumur produksi, maka saat itu sumur tersebut membutuhkan energi

tambahan. Cara secondary recovery yang digunakan ada 2 macam, yaitu :

a. Injeksi Air / Water injection (water flooding).

b. Injeksi Uap Air / Steam injection (steam flooding).

3. Tertiary recovery (EOR)

Terkadang primary dan secondary recovery tidak efektif lagi, padahal minyak masih cukup banyak terkandung di dalam reservoir dan tersimpan di

celah-celah batuan atau terikat pada batuan. Untuk melarutkan dan

melepaskan hidrokarbon dari ikatannya dengan batuan maka digunakan zat

kimia. Bahan kimia yang biasa digunakan antara lain polimer berat,

surfactant, dan caustic.

(28)

(end of field / abandonment). Untuk pengeboran terdiri dari tiga tahap, yaitu ;

Wildcat well, Development Drilling, Delineation Drilling.

2.5.3. Kegiatan Produksi

Setelah 17 tahun berproduksi, pada tanggal 4 Mei 1969 lapangan Minas

berhasil mencapai jumlah produksi akumulatif satu miliar dan menjadi lapangan

raksasa pertama di Asia sebelah Timur Iran dan ke -22 terbesar di dunia. Kegiatan

produksi adalah kegiatan pengambilan minyak dari temuan sumur-sumur hasil

kegiatan eksplorasi dengan menyalurkan melalui pipa-pipa. Hingga tahun 1990,

produksi akumulatif PT. CPI telah melebihi tujuh milyar barrel yang berasal dari

3237 sumur dan tersebar di sembilan puluh enam lapangan. Lapangan Minas

memberikan sumbangan terbesar. Lapangan minyak Minas menghasilkan Minas Crude yang sangat digemari oleh negara-negara industri karena mengandung kadar belerang yang rendah, sedangkan lapangan Duri menghasilkan minyak yang

dikenal dengan nama Sumatera Light Crude. Sampai tahun 1990, PT. CPI dewasa

ini menggunakan mercu bor untuk pengeboran eksplorasi dan pengembangan.

Untuk meningkatkan dan mempertahankan laju produksi maka tahun 1970

dan 1974 dilakukan program penyuntikan air (water flooding) masing-masing

dilapangan Minas dan lapangan Kota batak yang dilakukan secara peripheral.

Sementara itu dikembangkan pula metoda-metoda lain yang dikenal

dengan nama Enchanced Oil Recovery (EOR) pada tahun 1981, dengan dimulainya menerapkan penyuntikan uap panas (steam flood) di seluruh lapangan

(29)

diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 3 Maret 1990 yang merupakan

proyek sejenis terbesar di dunia dengan menggunakan teknologi maju dan

pertama di Indonesia.

Ladang minyak Duri terletak di kabupaten Bengkalis kurang lebih 120 km

arah utara tahun 1941 dan berproduksi tahun 1958. Area yang produktif dari

ladang ini adalah sepanjang 18 km dan lebar 8 km tak jauh dari kompleks

perumahan CPI Duri. Pengembangan ladang Duri dilakukan dalam 13 area yang

dimulai dengan membangun konstruksi area pertama pada tahun 1981. Dalam

sepuluh tahun belakangan ini sudah dikembangkan delapan area. Pembangunan

juga mencakup fasilitas pendukung utama seperti Stasiun Pengumpul Minyak dan

Stasiun Pembangkit Uap.

Prediksi formasi minyak adalah dari minyak Miocene dan terkumpul dalam tiga zone utama yang diduga berisi minyak komersil yaitu : Rindu, Pertama

dan Kedua. Sebuah area kecil dari ladang di bawah puncak juga berisi pasir yaitu

Baji, Jaga dan Dalam. Ketebalan rata-rata formasi 140 kaki dan kedalamannya

dari 340- 680 kaki. Pasirnya tidak mempunyai konsolidasi yang tinggi dengan

permeabilitas sekitar 2 darcies.

Simulasi Huff & Puff steam yang digunakan sejak pertengahan 1960 untuk

mempertinggi produksi minyak dengan mengurangi viskositas (kekentalan

minyak). Di tahun 1989 sebuah penelitian diadakan untuk membuktikan apakah

11 5/8 acre pola 7 titik adalah ukuran geometri pada pola ideal untuk

(30)

dan15 ½ acre menggunakan pola 5 titik yang ideal untuk mengembangkan ladang

dimana ketebalan pasir antara 70 - 100 kaki.

Injeksi uap di area-1 dimulai tahun 1985, area-3 tahun 1988, area-4 tahun

1990 dan area-5 tahun 1992. Area percobaan steam flood adalah area-2 yang zona

pengujian original adalah di Kedua dengan dirubah ke penggenangan air panas

dan injeksi uap air dan dimulai pada lapisan yang paling atas pertama.

Tabel 2.1. Sejarah Proyek Injeksi Steam mulai dari F irst Production

tahun 1958 - 1999.

Kegiatan Tahun

Discovery 1941

First production 1958

Water injection pilot 1960 First cyclic steaming 1967 Steam injection pilot and caustic study 1975 Simulation reservoir study 1981 Steam injection area 01 1985 Steam injection area 02 1986 Steam injection area 03 1988 Steam injection area 04 1990 Steam injection area 05 1992 Steam injection area 06 1994 Steam injection area 07 1996 Steam injection area 08 1997 Steam injection area 09 1999

(31)

Penggenangan air panas (hot water flood) di Kedua diakhiri tahun 1990

dengan reaksi atau respon yang jelek. Diakhir tahun 1990 minyak Duri Steam Flood melebihi produksi minyak dari California Steam Flood field, Kern River dan Belridge yang membuat proyek Duri menjadi ladang dari Steam Flood dunia.

Proyek Duri Steam Flood memiliki tujuan untuk memaksimalkan produksi

minyak mentah di ladang Duri untuk kemudian dijual ke pasaran melalui

pelabuhan yang ada di Dumai. area kota Pekanbaru, ibukota Propinsi Riau.

Ladang Duri ini ditemukan Menurut penelitian, ladang Duri memiliki 6,5 milyar

barrel minyak.

Di ladang minyak Duri ini dengan metode normal dapat diangkat 5-20%

dari total persediaan minyak mentah di Duri, sedangkan metode injeksi uap

(Steam Flood) dapat menghasilkan 50-70% minyak mentah.

2.5.3.1. Operasi Duri Steam F lood

Perjalanan minyak bumi sejak mulai diangkat dari perut bumi hingga

diekspor cukup panjang dan berliku-liku. Dengan sistem injeksi uap, proses

penambangan minyak mentah harus didukung berbagai fasilitas utama, seperti

Unit Stasiun Penguji, Stasiun Pengumpul Minyak, Stasiun Uap Selubung, Stasiun

Pembangkit Uap dan fasilitas pengolahan air. Semua fasilitas ini mempunyai

rangkaian hubungan yang erat antara satu dengan yang lain :

1. Sumur Produksi (Production Well)

Sumur produksi adalah hasil pengeboran yang didalamnya terdapat

(32)

reservoir ke atas permukaan diperlukan pompa-pompa. Di ladang minyak

Duri, semua pompa angguk ini paling ekonomis, pompa angguk ini juga

paling cocok digunakan di ladang minyak Duri mengingat dangkalnya

lapisan reservoir, masalah pasir lepas dan kekentalan minyak mentah yang

dimiliki Duri.

2. Stasiun Penguji Sumur (Well Test Station)

Stasiun ini menguji debit campuran minyak dan air yang keluar dari setiap

sumur produksi. Melalui pengujian ini maka dapat direkam di area mana

yang produksinya mulai melemah sehingga langkah-langkah perbaikan

dapat dilakukan sedini mungkin.

3. Stasiun Pengumpul Uap Selubung (CVC Station)

Terdiri dari bejana untuk memisahkan uap dari cairan serta fasilitas kipas

pendingin, karena uap hasil keluaran proses penambangan masih

mengandung senyawa hidrokarbon (minyak bumi).

4. Stasiun Pengumpul Minyak (Central Gathering Station (CGS)

Setelah diangkat ke permukaan bumi dari sumur-sumur produksi, minyak

bumi belum siap untuk diekspor karena masih mengandung air, gas dan

komponen lain yang terbawa saat produksi. Minyak sebelum dikirim k

Dumai terlebih dahulu disalurkan ke Stasiun Pengumpul. Di tempat ini

ketiga unsur minyak, gas dan air terproduksi dipisahkan dengan proses

(33)

5. Fasilitas Pengolahan Air (Water Treatment Plant)

Air yang berasal dari Stasiun Pengumpul dikirim ke Fasilitas Pengolahan

Air. Tambahan air yang lain didapat dari sungai Rangau. Fasilitas ini

memiliki tujuan untuk memurnikan air, yaitu dengan cara pemberian gas

(aerotion), penyaringan dan ion exchange. Melalui proses aeration pada air

maka minyak yang terdapat pada air akan berbusa di permukaan sehingga

dapat dipindahkan dengan cara skimming. Sedangkan untuk menghilangkan

sisa minyak dan bahan-bahan lainnya (kimia dan pasir) dilakukan

penyaringan. Ion Exchanger adalah proses dimana air itu dilembutkan. Bahan-bahan kimia yang terlarut di air akan membentuk ion yang akan

dipindahkan saat air mengalir melalui ion exchanger (water softener).

Setelah air dilembutkan kemudian dikirim ke Pembangkit Uap untuk

dijadikan uap.

6. Stasiun Pembangkit Uap (Steam Generator)

Berfungsi untuk memanaskan air bersih hasil pengolahan Fasilitas

Pengolahan Air sehingga menjadi uap air (steam). Dalam prosesnya, air

dialirkan ke dalam pipa-pipa terpasang pada tabung-tabung bagian dalam

Unit Pembangkit Uap. Disinilah pipa air dipanaskan dalam suhu tinggi yang

berasal dari semburan api tabung pembangkit uap. Uap yang diproduksi oleh

stasiun bertekanan 800 psi dan suhu 550 derajat Fahrenheit langsung dikirim

ke sumur-sumur injeksi dengan sistem satu sumur injeksi uap dikelilingi

oleh empat, enam atau delapan sumur produksi, tergantung dari kondisi

(34)

turun selama di perjalanan maka pipa sumur injeksi selalu dibalut lapisan

isolasi berwarna perak.

7. Sumur Injeksi (Injection well)

Uap yang dihasilkan oleh stasiun Pembangkit Uap ini dimasukkan kedalam

reservoir. Dengan cara ini uap yang diinjeksikan akan menggiring

butiran-butiran minyak ke dalam sumur produksi. Kalau butiran-butiran minyak berkurang

maka kekentalannya akan berkurang juga, berarti tugas pompa angguk

bertambah ringan.

2.5.3.2. Penyaluran Minyak

Penyaluraan minyak mentah melalui jaringan pipa dari pusat produksi

umumnya bukan merupakan masalah dalam dunia perminyakan. Biasanya minyak

mentah dapat mengalir bebas didalam pipa pada suhu normal. Begitu pula

pengalaman PT.CPI dalam menyalurkan minyak yang telah dikeluarkan dari

sumur-sumur produksi ke stasiun-stasiun pengumpul untuk selanjutnya akan

dialirkan ke tangki-tangki penyimpanan di dermaga sebelum diekspor ke pasar

Internasional.

Tetapi permasalahan baru timbul bila minyak yang disalurkan tersebut

mengandung hidrokarbon berat (minyak kental). Keadaan inilah yang terjadi

ketika PT.CPI menangani penyaluran minyak dari lapangan-lapangan Beruk

Zamrud dan Waduk Libo. Minyak mentah dari Beruk Zamrud bertitik cair 470C

(35)

Minyak yang keluar dari perut bumi tersebut dalam keadaan panas dan

menggelegak, akan tetapi temperatur tersebut akan segera turun setelah tiba

distasiun pengumpul.

2.5.3.3. Produk

Minyak mentah yang diproduksi oleh PT. CPI terdiri atas dua jenis, yaitu:

1. Sumatera Light Crude Oil

Sumatera Light Crude Oil mempunyai kadar belerang yang rendah, API yang tinggi sehingga lebih encer.

2. Heavy Crude Oil atau Duri Crude Oil

Jenis minyak mentah ini hanya terdapat di lapangan minyak Duri yang

memiliki API rendah yaitu < 20.

Adapun produk lain yang dihasilkan, yaitu :

a. Gas

Gas yang dihasilkan tidak untuk dijual, tapi digunakan sebagai bahan

bakar pembangkit listrik (PLTG) untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

b. Air

Air yang dihasilkan diolah dan digunakan untuk dijadikan steam untuk

diinjeksikan pada sumur injeksi, ataupun sebagai umpan dalam proses

pemisahan, dan juga untuk melalukan proses pencucian peralatan atau

(36)

2.5.3.4. Gas Plant System

Gas Plant adalah fasilitas produksi yang digunakan untuk memisahkan gas dari uap air sehingga menghasilkan gas yang kering (dry gas) dan mempunyai

tekanan yang tinggi untuk dikirim ke fasilitas berikutnya (customer). Penggunaan

utama gas alam adalah sebagai bahan bakar seperti bahan bakar pembangkit

listrik. Faktor-faktor seperti spesific gravity (SG), gross heating value (GHV) sangat menentukan nilai jual dari gas alam tersebut. Nilai SG dan GHV sendiri

juga bergantung pada sumbernya (well) Semakin tinggi nilai GHV, maka nilai jual

dari gas jual dari gas alam tersebut akan semakin tinggi. Sementara harga specific

gravity (SG) berbanding lurus dengan nilai gross heating value (GHV), dimana semakin besar SG nya, mutu gas alam tersebut juga akan semakin baik, begitu

pula sebaliknya.

Minyak dan gas dari beberapa sumber juga mengandung hidrogen sulfida

(H2S). Dalam standar kesehatan konsentrasi maksimum yang diizinkan dari

hidrogen sulfida di atmosfer adalah 0,01 mg/L. Produk pembakaran dari hidogen

sulfida yang sangat berbahaya adalah belerang dioksida (SO3), dengan konsentrasi

yang diizinkan dalam udara adalah 0,02 mg/L. Hidrogen sulfida dalam gas dan

dapat menyebabkan korosi pada peralatan, terutama jika gas tersebut juga

mengandung oksigen, karbon dioksida. Gas domestik seharusnya tidak lebih dari

2 gram hidrogen sulfida per 100 m3 gas pada suhu dan tekanan normal. Gas alam

dengan kandungan hidrogen sulfida dalam jumlah yang signifikan dinamakan

(37)

pernafasan bahkan bisa menyebabkan kematian, karena dapat mengurangi

kandungan oksigen di udara dalam jumlah-jumlah tertentu. Gas alam yang telah

diproses dan siap untuk dipasarkan disebut sweet gas yang berarti gas bersih yang

bebas dari gas asam, yang bersifat tidak berasa dan tidak berbau.

Dalam proses pencairan gas alam, natural gas atau associated gas yang diproduksi mengandung H2O, H2S, dan CO2, sebagai impurities dalam pemrosesan gas. Maka kandungan impurities tersebut harus dihilangkan atau minimal dikurangi prosentase kandungannya, sehingga dehydration menjadi tahap

awal proses pengolahan gas.

Proses dehydration secara umum bertujuan:

1. Mencegah terjadinya free-water yang dapat membentuk hidrat pada bagian pendinginan.

2. Mencegah terjadinya korosi, akibat asam yang terbentuk dari free-water dan

H2S.

3. Mencapai suatu kualitas gas yang diinginkan kandungan air pada suatu gas

tergantung dari temperatur, tekanan, komposisi gas, salinitas. Hidrat berfasa

solid terbentuk dari proses pengkristalan terhadap hidrokarbon ringan yang

mengandung air (free-water). Hidrat ini dapat menutupi filter, menyumbat

tube, dan mengakibatkan jatuh tekanan (pressure drop).

Variabel-variabel kecepatan pembentukan hidrat:

1. Tekanan. Makin tinggi tekanan makin cepat terbentuk hidrat.

(38)

3. Derajat agitasi. Adanya proses pengadukan mempercepat pembentukan

hidrat.

4. Adanya tempat untuk terbentuknya kristal (misalnya elbow, bekas las, dll).

Adanya tonjolan akan memicu terbentuknya hidrat pertama kali. Hidrat

pada mulanya terbentuk ditempat yang tidak halus, misalnya pada bekas las pipa,

kemudian hidrat makin menumpuk di tempat tersebut dan akhirnya dapat

menyumbat pipa. Pembentukan hidrat dapat dicegah dengan cara mengurangi

kandungan uap air dalam unit dehidrator atau menginjeksikan glikol atau

methanol untuk mengikat air pada aliran gas.

Ada beberapa teknik dehidrasi antara lain :

1. Absorbsi, menggunakan liquid dessicant, seperti glycol.

2. Adsorpsi, menggunakan solid dessicant, seperti alumina dessicant.

Pemilihan proses dehidrasi adalah berdasarkan dew point yang diharapkan

dari proses tersebut dan nilai ekonomis.

Dew point dari glycol dehydration tergantung laju sirkulasi TEG dan jumlah tahap kesetimbangan. Pada umumnya glycol dehydration dapat mencapai

dew point ±70°F. Glycol yang keluar dari proses dehydration (rich glycol) perlu di regenerasi agar glycol tersebut dapat digunakan kembali (lean glycol). Proses regenerasi glycol dilakukan dengan pemanasan sehingga air yang diikat glycol menguap. Melalui regenerasi, dapat diperoleh glycol dengan kemurnian mencapai

(39)

Untuk Solid Desiccant Dehydration, dehidrasi tipe ini membutuhkan minimum 2 tower, yang digunakan untuk proses adsorpsi dan proses regenerasi. Proses regenerasi terjadi sebelum dessicant jenuh oleh air.

Terdapat 3 jenis solid dessicant yang sering dipakai, yaitu:

1. Silica Gel, dapat mencapai dew point - 70°F s.d. -80°F.

2. Allumina Desiccant, digunakan untuk proses dehidrasi gas mencapai dew point 1000°F. Biasanya digunakan pada plant pengolahan LPG seperti di LEX Plant.

3. Molecular Sieve, merupakan dessicant dengan kemampuan menyerap air terbesar, dew point yang dicapai lebih kecil dari –260°F, lebih mahal dari tipe yang lain. Molecular sieve biasa digunakan pada plant pengolahan LNG.

Proses dehidrasi di LEX Plant dilakukan di dalam unit dehydrator yang terdiri dari 3 buah tower. Feed Gas Dehydrator V-41 A/B/C merupakan unit untuk menghilangkan kandungan uap air dari feed gas menggunakan media

penyerap (adsorbent) alumina desiccant. Dehydrator ini berjalan dengan tiga siklus operasi yaitu Lead, Guard, dan Regeneration yang diatur dengan Program Cycle Controller (PCC) yang menggerakkan posisi buka tutup 34 valve yang mengatur aliran feed gas maupun regeneration gas. Sepuluh valve berkorelasi langsung dengan operasi masing-masing tower V-41 A/B/C, 3 valve (KV 25,26,27) untuk mengendalikan aliran dari regeneration gas pada siklus

(40)

1. Feed Gas Dehydrator (V-41 A/B/C), merupakan tempat terjadinya proses penyerapan moisture yang ada dalam gas umpan. Pada unit ini terdapat alumina desiccant sebagai media penyerap air (adsorbent). Sistem ini dilengkapi dengan 34 valve untuk mengatur siklus operasi dari tower tersebut yang diatur dengan Program Cycle Controller (PCC) yang dapat dioperasikan secara otomatis maupun semi otomatis.

2. Regeneration Gas Heater (E-41), suatu unit Heat Exchanger shell and tube yang digunakan untuk memanaskan regeneration gas (C1) pada saat proses

regeneras alumina desiccant. Media pemanas yang digunakan adalah hot oil.

3. Regeneration Gas Cooler (E-42), merupakan unit Air Cooled Heat Exchanger untuk mendinginkan regeneration gas yang telah digunakan untuk proses regenerasi alumina desiccant setelah keluar dari dehydrator dan sebelum masuk Regeneration Gas KOD (V-42).

4. Regeneration Gas Inlet Cooler (E-43), merupakan unit Heat Exchanger tipe shell and tube untuk mendinginkan regeneration gas yang digunakan untuk proses pendinginan (cooling) pada saat regenerasi alumina desiccant. Media

pendingin yang digunakan adalah Propane Refrigerant.

(41)

2.6. Sumber Daya Manusia

PT. Chevron Pacific Indonesia pada saat ini memiliki sekitar 6200 orang

tenaga kerja yang diantaranya 98 % bangsa Indonesia. Bahkan sejak tahun 1966,

PT. CPI telah dipimpin oleh warga negara Indonesia. Kini PT. CPI tengah

melaksanakan proses alih teknologi dan alih keterampilan, yang pada dasarnya

terdiri dari tiga aspek yaitu pelatihan, pertukaran gagasan, dan proses komunikasi

antara tenaga kerja Indonesia dengan mitranya bangsa asing.

Program pengembangan sumber daya manusia meliputi keahlian dasar,

latihan teknik dan program pengembangan manajemen. Kursus keahlian dasar

meliputi latihan bahasa Inggris dan untuk program latihan teknik, meliputi latihan

kejuruan diadakan di berbagai bidang. Program pengembangan manajemen dan

latihan kursus diadakan untuk karyawan senior. Kesempatan untuk latihan dan

pengembangan karir terus disediakan untuk setiap karyawan. Investasi dalam

sumber daya manusia merupakan inti dalam filsafat PT. Chevron Pacific

Indonesia.

2.7. Sarana Penunjang Operasi

Untuk mencapai rasio sukses yang tinggi, PT.CPI menggunakan teknologi

maju dan peralatan-peralatan serta mesin-mesin yang berteknologi tinggi.

Berbagai cara diterapkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Diantara sarana

penunjang yang ada, antara lain :

(42)

2. Dua jalur pipa saluran, masing-masing bergaris tengah 90 cm dan 75 cm

pada jalur Minas – Dumai dan Bangko - Dumai.

3. Empat buah dermaga khusus di Dumai (diantaranya mampu melayani kapal

tangki berbobot mati 150.000 ton).

4. Pembangkit Tenaga Listrik masing-masing di Duri dan Minas dengan 25

generator turbin gas (PLTG) berkapasitas total rata-rata 488,4 MW.

5. Jaringan Transmisi dan distribusi listrik sepanjang 1.300 Km.

6. Untuk perawatan jaringan transmisi, sejak tahun 1977 PT. CPI

menggunakan sistem Hotline Maintenance yang memungkinkan dilakukan perbaikan pada jaringan-jaringan listrik tanpa memutuskan aliran listrik

sehingga produksi tidak terganggu.

7. Meter Bank dan tempat pengambilan sampling.

8. PT. CPI juga memiliki jaringan Microwave UHF yang menggabungkan

keempat distrik di wilayah kerja PT. CPI.

9. Sistem Telepon dan komunikasi Radio HF/VHF/UHF untuk seluruh

kegiatan lapangan .

10. Komunikasi satelit domestik Palapa, layanan teleteks electronic mail dengan

Palapa dan Intelsat.

11. Jaringan komputer yang terdiri dari PC dengan LAN, yang dimiliki oleh

(43)

2.8. Fasilitas Perusahaan

PT. Chevron Pacific Indonesia menyediakan banyak fasilitas untuk

kesejahteraan karyawan dan keluarganya. Fasilitas yang disediakan oleh PT. CPI

antara lain :

1. Sarana perumahan, baik yang di dalam komplek maupun yang di luar

komplek, dengan program Home Ownership Program (HOP).

2. Sarana Pendidikan berupa taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah

menengah pertama, sekolah menengah atas, perpustakaan disetiap distrik

dan beasiswa bagi putra-putri karyawan. Sarana Peribadatan seperti mesjid

dan gereja.

3. Sarana Kesehatan atau poliklinik dan rumah sakit (Medical Centre), disetiap

distrik.

4. Sarana Olahraga, seperti kolam renang, lapangan sepak bola, lapangan golf,

lapangan tennis, lapangan voley, bowling, billiar dan lapangan bulu tangkis.

5. Sarana rekreasi, berupa taman bermain, auditorium, TV kabel, bioskop,

sanggar karyawan, sanggar seni dan lain-lain.

2.9. Health, Environment and Safety (HES)

Untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan kondusif serta tetap

menjaga lingkungan sekitar agar tidak sampai rusak akibat kegiatan operasional

perusahaan, PT. Chevron Pacific Indonesia mempunyai komitmen untuk selalu

mematuhi peraturan hukum pemerintah, menjaga standar etika, menyadari bahwa

(44)

yang sehat bagi karyawan dan keluarganya, menjaga lingkungan hidup dan

menopang masyarakat sekitar serta menerapkan perbaikan kualitas hidup.

Pada umumnya kegiatan operasional PT. CPI bersifat berat, kotor dan

selalu di lapangan terbuka serta mempunyai resiko yang tinggi. Hal ini

menyebabkan kemungkinan terjadinya kecelakaan (hazard potential) sangat

besar. Untuk itu diperlukan kesadaran dan kewaspadaan terhadap kemungkinan

akan bahaya yang datangnya tidak terduga.

PT. CPI sangat menekankan pentingnya keselamatan kerja bagi setiap

karyawannya dalam tiap pelaksanaan tugas. Salah satu kegiatan perusahaan yaitu

dengan melaksanakan program safety. Pada intinya program safety diarahkan pada

tiga sasaran yaitu human (manusia), equipment (peralatan) dan procedure (tahapan kerja).

Ketiga elemen tersebut mempunyai peranan yang sama pentingnya dan

harus selaras dalam menciptakan suasana kerja yang selamat. Di PT. CPI

keamanan, keselamatan, dan lingkungan berada di bawah Health, Environment, and Safety (HES). HES merupakan salah satu kebijakan yang dibuat oleh PT. CPI untuk menunjang terpenuhinya nilai-nilai dan tujuan perusahaan. PT. CPI sejak

lama telah menerapkan keselamatan kerja dalam strategi bisnisnya namun dengan

adanya isu baru mengenai lingkungan maka perusahaan ini pun turut berperan

aktif dalam menerapkan kebijakan yang menyangkut lingkungan hidup dan

lingkungan kerja. Hal yang menjadi pusat perhatian adalah sebagai berikut :

1. Pengurangan pembuangan air terproduksi tidak melebihi 15 % dari total air

(45)

2. Penanganan bahan beracun dan berbahaya (B3).

3. Pengurangan pemakaian pit/kolam penampungan.

4. Pengurangan limbah minyak.

5. Perbaikan terhadap kerusakan yang terjadi setelah drilling operation.

6. Peningkatan kesadaran akan lingkungan terutama di daerah pemukiman.

7. Pengidentifikasian dan penghilangan dampak-dampak sensitif terhadap

masyarakat, dampak pembebasan tanah, kerusakan pada perkebunan rakyat

akibat drilling operation.

8. Peningkatan kinerja keselamatan kerja baik di lingkungan PT.CPI maupun

rekamannya.

2.9.1. Health (Kesehatan)

Bidang ini bertanggung jawab untuk menjadikan lingkungan fisik yang

baik sehingga tidak berpengaruh buruk pada kesehatan. Bidang-bidang yang

diawasi antara lain, yaitu:

1. Penyediaan air yang dikonsumsi dan air buangan dipantau secara kontinyu

agar aman untuk dikonsumsi atau dibuang.

2. Pengolahan Sampah yang berasal dari bangunan akan dibakar, sampah B3

akan dikirim ke PT. PPLI (Prashada Pemusnah Limbah Indonesia) dan

kotoran manusia akan dialirkan ke saluran air buangan domestik untuk

selanjutnya diolah di kolam pengolahan air buangan domestik (sewage

(46)

3. Pengawasan terhadap makanan dan minuman yang terdapat di Mess Hall, Comissary dan Sanggar Karyawan diperiksa masa kadaluarsanya secara berkala.

4. Pest Control

Pest control adalah pengendalian terhadap hewan penyebar penyakit dan hewan pengganggu. Melakukan penyemprotan berkala untuk pencegahan

malaria dan demam berdarah. Parameter Pengukuran keberhasilan program

HES di Duri IBU adalah sebagai berikut :

a. Tidak ada air terproduksi yang dibuang keluar (zero discharge).

b. Kecilnya volume minyak terbuang.

c. Tidak ada kecelakaan kendaraan bermotor maupun kecelakaan di

lapangan.

d. Tidak ada daerah gundul.

e. Tidak ada minyak mentah yang tumpah.

f. Tidak ada kolam penampungan (pit).

g. Tidak ada penyakit yang diderita penghuni camp.

h. Mematuhi seluruh peraturan pemerintah.

2.9.2. Environment

Yang mendapatkan perhatian adalah pencemaran lingkungan baik dari

proses produksi maupun kehidupan manusia, termasuk pencemaran udara oleh

(47)

2.9.3. Safety

Keunggulan Operasi menyatakan bahwa karyawan perlu melaksanakan

operasi yang selamat, artinya beroperasi dan memelihara fasilitas perusahaan

untuk mencegah cedera, sakit dan kecelakaan. Operasi yang selamat perlu

dilaksanakan pada semua jenis pekerjaan, di semua wilayah operasi perusahaan,

setiap saat, dan oleh semua karyawan dan mitra kerja dengan tujuan agar setiap

karyawan dapat melaksanakan pekerjaan tanpa kecelakaan, baik untuk diri sendiri

maupun orang lain. Kegiatan produksi di PT. CPI mempunyai resiko yang tinggi

karena materi yang diproduksi sangat mudah terbakar sehingga kemungkinan

terjadinya kecelakaan adalah cukup besar.

Untuk mencapai itu semua, PT CPI membuat suatu program yang disebut

Fundamental Safety Work Practices (FSWP). FSWP ini dibuat dalam tujuh elemen penting, yaitu :

1. Access Control

Proses Access Control ditujukan untuk memastikan bahwa hanya orang-orang berwenang yang punya alasan yang absah, terkait dengan operasi dan

bisnis, yang mendapatkan ijin, memahami dan memenuhi persyaratan yang

ditentukan untuk masuk fasilitas operasi yang dapat dimasuki dan bekerja di

dalam fasilitas tersebut. Hal ini dimaksudkan agar keselamatan dan

keamanan operasi fasilitas dan orang-orang yang berada di dalamnya dapat

terjamin. Pos penjagaan akan mencatat identitas, keperluan, jam masuk, dan

keluar bagi setiap pegawai dan pengunjung yang memasuki fasilitas

(48)

2. General Work Permit

General Work Permit (Izin Kerja Umum) merupakan sarana di mana Penanggung Jawab Operasi Fasilitas memberikan izin kepada petugas

(karyawan CPI / Mitra Kerja) untuk melakukan pekerjaan tidak rutin di

suatu tempat kerja untuk mengingatkan pekerja akan bahaya yang mungkin

timbul, dan untuk memastikan bahwa pekerjaan tersebut selamat untuk

dilakukan. Dalam General Work Permit ada bagian-bagian penanggung jawab yang khusus untuk mengawasi pekerja mengenai izin bekerjanya,

antara lain:

a. Penanggung jawab fasilitas (Facility Owner/FO)

b. Petugas fasilitas yang ditunjuk (Facility Owner Designated/FOD)

c. Penanggung jawab pelaksana (Person In Charge)

d. Penanggung jawab Kerja Lapangan (Work Responsible Person/WRP)

3. Personal Protective Equipment (PPE)

Personal Protective Equipment (Alat Pelindung Diri, selanjutnya disebut PPE) di tempat kerja harus dipertimbangkan dalam konteks sebagai metode

pengendalian untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat

kerja. Memakai alat pelindung diri yang tepat saat bekerja harus

dipertimbangkan sebagai usaha terakhir dalam mengurangi atau

menghilangkan resiko di tempat kerja, yang hanya akan digunakan saat

pengendalian teknis yang dapat mengurangi bahaya (seperti isolasi,

ventilasi, penggantian atau perubahan proses) dan kontrol administratif

(49)

yang digunakan untuk mengurangi resiko akibat kecelakaan. PPE mencakup

semua alat pelindung diri seperti: alat pelindung kepala (helmet), alat

pelindung mata (kacamata, lensa pelindung, eye wash), alat pelindung telinga (ear plug), alat pelindung tangan (sarung tangan karet, kulit, dan

katun), alat pelindung kaki (safety shoes, rubber boot), alat bantu pernapasan, dan alat pelindung bekerja di ketinggian. Setiap pekerja dan

pengunjung wajib mengenakan minimal PPE standar yaitu helm, safety goggle, dan safety shoes jika memasuki field atau lapangan kerja. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa:

a. PPE telah dipilih dengan benar sesuai dengan bahaya yang ada dan

mengacu kepada standar.

b. Pegawai dan mitra kerja mendapatkan pelatihan yang sesuai.

c. Pegawai dan mitra kerja memakai PPE yang tepat dengan benar untuk

pekerjaan yang memerlukannya.

4. Standard Operating Procedure (SOP) / Job Safety Analysis (JSA)

SOP adalah langkah-langkah kerja tertulis mengenai pelaksanaan pekerjaan

untuk mengurangi resiko kerugian dan mempertahankan kehandalan

termasuk batasan operasi peralatan dan keselamatan, prosedur

menghidupkan, mengoperasikan, dan mematikan peralatan. JSA adalah

suatu pendekatan struktural untuk mengidentifikasi potensi bahaya dalam

suatu pekerjaan dan memberi langkah-langkah perbaikan sehingga JSA

diperlukan untuk mendukung pelaksanaan SOP, mencegah bahaya yang

(50)

langkah-langkah menanggulanginya. Proses Standard Operating Procedure (SOP) / Job Safety Analysis (JSA) ditujukan untuk memastikan setiap pekerjaan mempunyai SOP dan JSA yang diperlukan, dan pekerja melakukan

pekerjaan dengan mengacu kepada SOP dan JSA yang diperlukan. Dengan

menjalankan proses ini, akan didapat pekerjaan yang handal, memenuhi

standar mutu, dengan tetap memperhatikan keselamatan pekerja.

5. Lock Out Tag Out (LOTO)

Proses Penguncian dan Pelabelan (selanjutnya disebut LOTO) bertujuan

untuk melindungi orang yang sedang bekerja atau berada disekitar mesin,

instalasi listrik atau fasilitas proses produksi yang sedang diperbaiki dan

dalam perawatan. Perlindungan itu dilakukan dengan mengisolasi energi

berbahaya atau penguncian, pemasangan pengaman dan label pada

sumber-sumber energi yang dapat mencederai seseorang. Untuk melakukan LOTO

ini diperlukan:

a. Pengunci (lock)

Alat pengunci harus tidak dapat dibuka. Gembok dan kuncinya harus

dimiliki masing-masing orang dan tidak berfungsi sebagai kunci utama.

Pemasang harus memegang anak kunci. Facility owner perlu memastikan ketersediaan dan kemudahan mendapatkan kunci.

b. Label (tag)

Label harus dibuat berwarna standar untuk menunjukkan siapa yang

memasang. Pemasang harus menandatangani label tersebut.

(51)

Merah muda : Instrumen dan Electrician

Kuning : Operator

Putih : Untuk pekerjaan confined space

6. Material Safety Data Sheet (MSDS)

MSDS merupakan lembaran data mengenai suatu bahan kimia berbahaya

yang memberikan informasi mengenai bahaya potensial dan cara

penanganan yang selamat atas bahan yang digunakan. MSDS menyediakan

keterangan tentang nama bahan, komposisi, pengarah fisik dan keselamatan,

prosedur darurat dan pertolongan pertama, perlindungan khusus dan

masalah-masalah keselamatan dan lingkungan dari bahan tersebut.

Informasi yang didapat di dalamnya:

a. Identifikasi

b. Unsur berbahaya

c. Data bahaya api dan ledakan

d. Data fisik

e. Data bahaya untuk kesehatan

f. Informasi pelindung khusus

g. Prosedur penanganan tumpahan atau kebocoran dan tindakan

pencegahan khusus

Proses Material Safety Data Sheet (MSDS) ditujukan untuk menjamin bahwa bahaya bahan kimia dan fisik yang ada di tempat kerja, dan cara

(52)

kerja sehingga baik pegawai dan mitra kerja dapat bekerja dengan selamat

dalam menggunakan bahan tersebut.

7. House keeping

Proses housekeeping ditujukan untuk memastikan fasilitas operasi berada dalam keadaan bersih, rapi, dan teratur. Keadaan tersebut akan memberikan

manfaat, seperti menghilangkan kemungkinan cedera dan kebakaran,

mencegah pemborosan energi, membantu pengendalian limbah dan

kerusakan, dan mencerminkan tempat kerja yang dikelola dengan baik.

Dalam pelaksanaannya HES mempunyai prinsip: “Do it safety or not at

all. There is always time to make it right”. Jadi apapun pekerjaan yang dilakukan di dalam ligkungan PT CPI, harus dilakukan dengan aman atau tidak sama sekali,

dan selalu ada waktu untuk memperbaikinya. Untuk mengingatkan para pekerja

tentang pentingnya keselamatan, maka diwajibkan untuk memasukkan HES

moment ke dalam setiap agenda rapat dan mengadakan HES meeting minimal satu kali dalam sebulan.

The Chevron Way menyatakan “We place the highest priority on the health and safety of our work force and the protection of our assets and the environment.” PT CPI memasukkan hal tersebut dalam tujuan Keunggulan Kinerja (Operational Excellences / OE), yaitu 0,0,0 yang artinya tidak ada pekerja

yang terluka, tidak ada minyak tumpah yang dapat mencemari lingkungan, dan

tidak ada kecelakaan selama bekerja.

Ada 10 hal yang selalu menjadi acuan setiap karyawan PT. CPI dalam

(53)

1. Operate within design or environmental limits

Bekerja di dalam batas-batas perencanaan dan lingkungan.

2. Operate in a safe and controlled condition Bekerja dalam kondisi selamat dan terkendali.

3. Ensure safety devices are in place and functioning

Memastikan semua peralatan keselamatan berada pada tempatnya dan

berfungsi.

4. Follow safe work practices and procedures

Mengikuti petunjuk dan prosedur pelaksanaan kerja selamat.

5. Meet or exceed customer‟s requirements

Memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

6. Maintain integrity of dedicated systems

Memelihara integritas dari sistem sesuai peruntukannya.

7. Comply with all applicable rules and regulations

Mengacu pada semua peraturan dan perundangan yang berlaku.

8. Address abnormal conditions

Memperhatikan kondisi – kondisi yang tidak normal. 9. Follow written procedure for high-risk or unusual situation

Mengikuti prosedur tertulis untuk mengatasi keadaan yang luar biasa dan

beresiko tinggi.

10. Involve the right people in decisions that affect procedures and equipments Melibatkan orang yang tepat dalam membuat keputusan yang berhubungan

Gambar

Gambar 2.1. Sejarah PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI)
Gambar 2.2. Peta Daerah Operasi PT. Chevron Pacific Indonesia
Gambar 2.3. Wilayah Operasi (Sumatera Ligth North) PT.CPI
Gambar 2.4. Struktur Organisasi di PT.CPI Khususya Facility Engineering
+5

Referensi

Dokumen terkait

PACIFIC 2000 Futures yang telah meluangkan waktu dan memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan wawancara, dan penelitian di dalam PT.. PACIFIC 2000 Futures, dan

Segala puji bagi Allah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir saya yang berjudul “Analisa Kinerja Perusahaan Alat Penetas Telur Dengan Menggunakan Pendekatan

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang diajukan untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) dengan pendekatan balanced scorecard , pada perspektif keuangan (kondisi BMT-UGT Sidogiri adalah baik); prespektif kepuasan (puas dengan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sistem pengukuran kinerja yang dilakukan perusahaan pada saat ini, melakukan pengukuran kinerja dengan

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi peta strategi Balanced Scorecard yang sesuai dengan visi, misi dan strategi serta

JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI UMJ Page 80 pembobotan pada tingkat tujuan strategis perspektif proses bisnis internal dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini: Tabel 4 Hasil

Adapun hasil pembobotan antar perspektif dapat dilihat dalam tabel 1 dibawah ini : Sumber: Olah data dengan Expert Choice Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa perspektif proses bisnis