• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 6 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 6 BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

dalam Bidang Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam

Oleh

VERA ARIESTA HAJAR NPM. 1311080092

Jurusan : Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

dalam Bidang Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam

Oleh

VERA ARIESTA HAJAR NPM. 1311080092

Jurusan: Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam

Pembimbing I : Busmayaril, S.Ag., M.Ed. Pembimbing II : Drs. Yahya AD, M. Pd.

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

(3)

ii Oleh

VERA ARIESTA HAJAR

Disiplin adalah suatu sikap mengikuti dan menaati semua peraturan dengan tertib dan teratur serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan bertanggung jawab. Siswa yang berdisiplin mempunyai pemahaman yang baik mengenai sistem perilaku, mempunyai sikap mental, menunjukkan sikap kesungguhan hati dalam menaati tata tertib. Fenomena yang ada di SMP Negeri 6 Bandar Lampung masih ada siswa yang memiliki tingkat perilaku disiplin yang rendah, dan layanan yang diberika oleh guru bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Bandar Lampung dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan layanan bimbingan klasikal dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu analisis data yang menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu) serta menggambarkan apa adanya mengenai perilaku obyek yang sedang diteliti. Alat pengumpul data yaitu metode observasi, wawancara dan dokumentasi, sedangkan dalam pengolahan dan analisis data langkah yang digunakan yaitu reduksi data, display data yaitu proses pemilihan dan penyederhanaan data, display daya yaitu penyajian data secara utuh dan verifikasi data yaitu proses penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa layanan bimbingan klasikal dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Bandar Lampung dapat meningkatkan kedisiplinan peserta didik. Layanan bimbingan klasikal tersebut efektif dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik hal itu dilihat dari perilaku peserta didik yang tidak melanggar peraturan sekolah lagi seperti, berangkat sekolah tepat waktu, disiplin dalam berseragam, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran, tidak menyontek, mampu membagi waktu dalam belajar dan mengerjakan tugas PR di rumah tidak di saat jam mata pelajaran berlangsung.

(4)
(5)
(6)

v





























Artinya : “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang

kamu kerjakan.”(Q.S. Huud:112)1

1

(7)

vi

Dengan mengucap Bismillahirrohmanirohim, saya ucapkan banyak terimakasih,

skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Kepada orang tua saya yang tercinta, untuk Ayah Petrus Canicius Suhardi (Alm),

dan ibu Rochayati yang telah menyayangi, mengasihi, dan mendidik saya, serta

senantiasa selalu mendo’akan saya untuk meraih kesuksesan.

2. Kakak-kakak yang saya cintai, Vidher Bambang Suhardi, Yeni Puspita, Yusney

Hardi Fallaw, Virnenda Yesiana Kartini dan Florentina Ningtias yang selalu

menemani dan memberikan semangat dalam kondisi senang maupun susah.

3. Almamaterku UIN Raden Intan Lampung yang telah mengajarkan saya untuk

(8)

vii

Penulis lahir pada tangal 28 Maret 1994 di Panjerejo, Kecamatan Gading

Rejo, Kabupaten Pringsewu. Penulis adalah anak keempat dari 4 bersaudara dari

Bapak Muhammad Basar dan Ibu Barsini.

Penulis mulai menempuh pendidikan formal dari SD Negeri 2 Purajaya Kec.

Mesuji Timur, Kab. Mesuji dari tahun 2001-2007, slanjutnya melanjutkan SMP

Negeri 2 Sumberjaya, Kec. Mesuji Timur, Kab. Mesuji dari tahun 2007-2010,

kemudian melanjutkan SMA PGRI Bukit Kemuning, Kec. Mesuji Timur, Kab.

Mesuji dari tahun 2010-2013. Pada tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung Tahun Ajaran 2013/2014. (Sekarag (UIN)

(9)

viii

Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala

puji bagi Allah SWT yang tak henti-hentinya melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tetap

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang dinantikan syafaatnya di yaumul

akhir nanti.

Terimakasih tiada bertepi penulis ucapkan kepada Ayah dan Ibu yang tida

hentinya mendo’akan, memberikan kasih sayang dan memberi semangat kepada

penulis dan telah banyak berkorban untuk penulis selama penulis menimba ilmu,

terimakasih untuk semuanya.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan, masukan dan

bimbingan dari berbagai prihal, karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung;

2. Andi Thahir, M.A.,Ed.D, selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung;

3. Dr.Ahmad Fauzan, M.Pd., selaku seketaris Program Studi Bimbingan dan

(10)

ix

5. Drs. Yahya AD, M. Pd, selaku Pembimbing II yang telah menyediakan

waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling Universitas Islam Negeri

Raden Intan Lampung. Terimakasih atas bimbingan dan ilmu yang telah

diberikan selama ini.

7. Khaironi, S.Pd., M.M. Pd, selaku Kepala SMP Negeri 6 Bandar Lampung

yang telah memberikan izin kepada Penulis untuk melakukan penelitian

dalam mengumpilkan data skripsi penulis, dan ibu Sona Kurnia Sari, selaku

selaku Guru BK SMP Negeri 6 Bandar Lampung terimakasih atas kerja

sama dan bantuannya selama penulis melakukan penelitian, semoga Allah

membalas jasa baiknya.

8. Sahabat terkasih sekaligus temen seperjuangan selama 4 tahun bersama,

susah senang bersama, My..., terimakasih untuk doa dan motivasinya

selama ini.

9. Sahabat-sahabat saya Venitri Agustina, Fitriana, Denita Ariani, Lidia Wati

(11)

x

11. Almamaterku tercinta.

Semoga Allah SWT membalas amal kebajikan semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga bermanfaat.

Bandar Lampung, 28 Desember 2017

(12)

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 13

C. Rumusan Masalah ... 13

D. Tujuan Penelitian ... 14

E. Manfaat Penelitian ... 14

F. Ruang Lingkup Penelitian... 15

1. Ruang Lingkup Ilmu... 15

2. Ruang Lingkup Objek... 15

3. Ruang Lingkup Subjek ... 15

4. Ruang Lingkup Wilayah dan Waktu ... 15

BAB II LANDASAN TEORI A. Layanan Bimbingan Klasikal ... 16

1. Pengertian Layanan Bimbingan Klasikal... 16

2. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Klasikal ... 17

3. Langkah-langkah Layanan Bimbingan Klasikal... 18

4. Media Layanan Bimbingan Klasikal ... 20

5. Tujuan dan Fungsi Layanan Bimbingan Klasikal... 21

6. Asas-asas Bimbingan dan Konseling... 23

B. Kediplisinan Siswa ... 27

1. Pengertian Kedisiplinan... 27

2. Aspek-aspek Kedisiplinan ... 30

(13)

Kedisiplinan Peserta Didik ... 42

1. Peran Guru BK dalam Menangani Masalah Kedisiplinan Peserta Didik ... 43

D. Penelitan Relevan ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

B. Metode Penelitian... 48

C. Sumber Data ... 48

D. Metode Pengumpulan Data ... 49

E. Metode Analisis Data ... 51

F. Teknik Triangulasi Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian... 55

1. Identifikasi Peserta Didik... 59

2. Gambaran Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Yang Dilakukan Oleh Peserta Sebelum Proses Layanan ... 60

3. Layanan Bimbingan Klasikal... 80

B. Transkrip Wawancara Serta Observasi dan Analisis Hasil Wawancara dan Observasi... 81

1. Hasil Penelitian Wawancara dan Analisis Wawancara... 82

2. Analisis Data Hasil Observasi... 93

3. Hasil Wawancara Dengan Peserta Didik SMP Negeri 6 Bandar Lampung... 98

4. Gambaran Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Yang Dilakukan Oleh Peserta Setelah Proses Layanan ... 101

C. Pembahasan ... 116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 122

B. Saran ... 123

(14)

1. Jenis Pelanggaran Tata Tertib Sekolah di Kelas VIII F

(15)

1. Triangulasi ”teknik pengumpulan data” (bermacam-macam

pada sumber yang sama)... 54

2. Triangulasi “Sumber”pengumpulan data(suatu teknik pengumpulan data pada bermacam-macam sumber data)... 54

3. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan ... 61

4. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan ... 64

5. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan ... 66

6. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan ... 69

7. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan ... 71

8. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan ... 72

9. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan ... 74

10. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan ... 76

11. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan ... 77

12. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan ... 79

13. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Setelah Proses Layanan ... 102

14. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Setelah Proses Layanan ... 105

15. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Setelah Proses Layanan ... 106

16. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Setelah Proses Layanan ... 108

17. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Setelah Proses Layanan ... 109

18. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Setelah Proses Layanan ... 111

19. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Setelah Proses Layanan ... 112

20. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Setelah Proses Layanan ... 114

(16)

2. Surat Balasan Penelitian

(17)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan

kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat

menghasilkan generasi penerus yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk

hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Salah satu misi pendidikan saat ini

adalah mewujudkan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan

bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan,

cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab, berketerampilan, serta menguasai

ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia

Indonesia.

Berdasarkan Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional disebutkan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

(18)

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1

Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu kebutuhan

pokok setiap manusia dan mengembangkan potensi yang dimilinya, karena dengan

pendidikan manusia akan membawa kepada derajat kemanusiaan dan kemuliaan,

seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam QS. Al-Mujadilah: 11

ٱَو ۡﻢُﻜﻨِﻣ ْاﻮُﻨَﻣاَء َﻦﯾِﺬﱠﻟٱ ُ ﱠ ٱ ِﻊَﻓ ۡﺮَﯾ ْاوُﺰُﺸﻧﭑَﻓ ْاوُﺰُﺸﻧٱ َﻞﯿِﻗ اَذِإَو ِﺬﱠﻟ

َﻦﯾ ُﺗوُأ َد َﻢۡﻠِﻌۡﻟٱ ْاﻮ ﻮُﻠَﻤ ۡﻌَﺗ ﺎَﻤِﺑ ُ ﱠ ٱَو ٖۚﺖ َٰﺟَر ٞﺮﯿِﺒَﺧ َن

١١

Artinya : Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang

kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah:11)2

Dalam ayat tersebut menunjukan bahwa dalam pendidikan sangat penting,

baik di dunia maupun untuk bekal di akhirat nanti. Allah SWT telah menjanjikan

orang yang beriman dan berilmu akan mendapatkan kemuliaan di dunia maupun di

akhirat. Dengan demikian dalam bidang pendidikan ayat tersebut mengandung makna

bahwa peserta didik diharapkan dapat menunjukkan perilaku yang baik yaitu perilaku

yang menerapkan ketaatan dan kepatuhan dan tanggung jawab berdasarkan kesadaran

yang ada dalam dirinya.

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal memiliki tujuan yang

sama dengan tujuan pendidikan nasional. Mencapai tujuan tersebut tidak selalu

1

Undang – undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Bandung: Citra Umbara. 2003) hlm. 2.

2Departemen Agama RI, Al Qurandan Terjemahan, (Bogor, PT Sygma Examedia

(19)

berjalan dengan lancar karena penyelenggaraan pendidikan bukan suatu yang

sederhana tetapi bersifat kompleks. Banyak faktor yang memengaruhi tercapainya

tujuan pendidikan baik faktor dari peserta didik maupun dari pihak sekolah. Salah

satu faktor yang berasal dari diri peserta didik yaitu disiplin yang rendah. Oleh karena

itu untuk mencapai tujuan pendidikan salah satunya dengan meningkatkan

kedisiplinan pada peserta didik.

Kedisiplinan merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui

proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,

kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Sikap dan perilaku tersebut tercipta

melalui proses binaan sejak dini, dimulai dari lingkungan keluarga, pendidikan dan

pengalaman atau pengenalan dari keteladanan lingkungannya.3

Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang disiplin dalam surat Al-Ashr ayat 1-3

yang berbunyi:

Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan

3

(20)

nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati

supaya menetapi kesabaran”(Al-Ashr ayat 1-3).4

Surat ini menerangkan bahwa manusia yang tidak dapat menggunakan

masanya dengan sebaik-baiknya termasuk golongan yang merugi. Surat tersebut telah

jelas menunjukkan kepada kita bahwa Allah telah memerintahkan kepada hamba-Nya

untuk selalu hidup disiplin. Karena dengan kedisiplin kita dapat hidup teratur,

sedangkan bila hidup kita sedang disiplin berarti kita tidak bisa hidup teratur dan

hidup kita akan hancur berantakan.

Kedisiplinan peserta didik di sekolah pada dasarnya berfungsi untuk melatih

mengendalikan diri, menghormati dan bertanggung jawab terhadap

peraturan-peraturan. Disiplin apabila dikembangkan dan diterapkan dengan baik, konsisten dan

konsekuen akan berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku peserta didik.

Disiplin dapat mendorong mereka belajar secara konkret dalam praktik hidup di

sekolah tentang cara melakukan hal-hal yang lurus dan benar serta menjauhi hal-hal

negatif. Dengan pemberlakuan disiplin, peserta didik belajar beradaptasi dengan

lingkungan yang baik, sehingga muncul keseimbangan diri dalam hubungan dengan

orang lain.5

Disiplin banyak dikaitkan dengan peraturan-peraturan yang harus ditaati.

Disiplin yang seperti itu bersifat eksternal karena adanya tekanan dari luar. Disiplin

4Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya(Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006) Juz

30, hlm. 601

5Tu’u, Tulus. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Belajar. (Jakarta: Grasindo. 2004)

(21)

yang baik adalah yang bersifat internal yaitu disiplin disertai tanggung jawab dan

kesadaran. Disiplin eksternal disebut sebagai disiplin yang negatif, sedangkan disiplin

internal disebut disiplin yang positif.

Ada dua konsep mengenai disiplin, yaitu disiplin positif dan disiplin negatif.

Disiplin positif sama artinya dengan pendidikan dan bimbingan karena menekankan

pertumbuhan di dalam diri (inner growth) yang mencakup disiplin diri (self

discipline) dan pengendalian diri (self control). Disiplin positif ini mengarahkan

kepada motivasi dari dalam diri sendiri. Adapun disiplin yang negatif artinya

pengendalian dengan kekuasaan luar yang biasanya dilakukan secara terpaksa dan

dengan cara yang kurang menyenangkan atau dilakukan karena takut hukuman

(punishment).6

Menurut Winkel W.S. dan Sri Hastuti, Bentuk- bentuk kedisiplinan adalah a)

Hadir di ruang kelas pada waktunya, b)Menaati tata pergaulan di sekolah,

c)Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, d)Belajar di rumah.7Sedangkan menurut

pendapat Adi Hakim Nasution, dkk, dalam hubungannya dengan pertumbuhan sosial,

siswa yang bermasalah memperlihatkan gejala-gejala perilaku menyimpang atau

pelanggaran atau menunjukkan tindakan-tindakan yang tidak wajar dalam dirinya,

yaitu:

a. Terlambat datang ke sekolah; b. Tidak disiplin dalam berseragam;

c. malas dalam belajar seperti : malas mengerjakan tugas sekolah; menyontek, mengerjakan tugas disekolah tidak bisa membagi waktu;

6Yusuf, Syamsu. Disiplin Diri Dalam Belajar Dihubungkan dengan Penanaman Disiplin yang

Dilakukan Orang tua dan Guru.( Bandung: Tesis. FPS. IKIP. 1989) hlm.22

7Winkel W.S. dan Sri Hastuti. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Insititu Pendidikan. 2004,

(22)

d. Kurang bisa belajar sendiri;

e. Tidak dapat membagi waktu untuk belajar; f. Sering menyontek hasil pekerjaan temannya;

g. Mengerjakan tugas PR saat mengikuti mata pelajaran, terkurangnya kemajuan dalam aktivitas dan sebagainya.8

Sikap disiplin peserta didik juga berhubungan oleh kesadaran diri dalam diri

peserta didik, kesadaran diri (self-awareness) adalah kesadaran mengenai

proses-proses mental sendiri atau mengenai eksistensi sebagai individu yang unik.

Peserta didik dinilai dalam belajar, apabila mereka melaksanakan secara sadar dan

terus menerus hal-hal yang telah ditetapkan atau telah diprogramkan oleh sekolah.9

Disiplin mengarahkan kegiatan secara teratur, tertib dan rapi, sebab keteraturan ikut

menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan belajar. Akan tetapi, meskipun

peraturan sudah ditulis namun pada kenyataannya kita sering kali menemukan

peserta didik yang masih saja melanggar peraturan yang ada. Masih adanya peserta

didik melanggar tata tertib di sekolah seperti datang ke sekolah terlambat, membolos,

tidak tertib berseragam maupun berpenampilan, sering tidak mengerjakan tugas-tugas

sekolah, tidak tertib mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, kurang bisa mengatur waktu

belajar di rumah.Hal-hal tersebut sangat menghambat pencapaian tujuan belajar secara

maksimal.

Kedisiplinan waktu di sekolah erat kaitannya dengan pelaksanaan tata tertib

sekolah. Tata tertib yang jelas dan tegas serta disertai dengan kerjasama antar personil

8Andi hakim nasution, Pendidikan Agama dan Akhlak bagi Anak dan remaja cet ), (Ciputat:

Logos Wacana Ilmu, 2002) h.135

(23)

di sekolah (guru, karyawan, kepala sekolah, peserta didik) maka akan

mengoptimalkan tujuan belajar peserta didik.Dari beberapa pendapat di atas penulis

menyimpulkan bahwa kedisiplinan adalah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan,

tata tertib, aturan, norma yang berlaku.Banyak hadis Nabi s.a.w. yang memeringatkan

manusia agar mempergunakan waktu sebaik mungkin. Antara lain sabda Nabi,

ُغاَﺮَﻔْﻟاَو ُﺔﱠﺤﱢﺼﻟا ِسﺎﱠﻨﻟا َﻦِﻣ ٌﺮﯿِﺜَﻛ ﺎَﻤِﮭﯿِﻓ ٌنﻮُﺒْﻐَﻣ ِنﺎَﺘَﻤْﻋ Artinya : ”Dua nikmat yang sering disia-siakan oleh banyak orang, yaitu

kesehatan dan waktu luang.”(HR al-Bukhari dari Ibnu ‘Abbas).

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, jajaran pimpinan pada dinas

pendidikan termasuk kepala sekolah memiliki gaya kepemimpinan masing-masing,

yang sangat mempengaruhi kinerja para tenaga kependidikan di lingkungan kerjanya

masing-masing. Kegagalan dan keberhasilan sekolah banyak ditentukan oleh kepala

sekolah, karena kepala sekolah merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak

ditempuh oleh sekolah menuju tujuannya.

Cara untuk dapat mengatasi keadaan kedisiplinan di sekolah, peserta didik

membutuhkan suatu mekanisme yang dapat membantu dalam mengatur dan

mengarahkan perilakunya yaitu dengan memiliki kontrol diri. Kontrol diri pada satu

individu dengan individu yang lain tidaklah sama. Ada individu yang memiliki

kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang memiliki kontrol diri yang rendah.

Sebagai seorang pelajar yang bertugas untuk belajar, jika peserta didik mempunyai

(24)

perilaku. Individu yang kontrol dirinya rendah cenderung tidak mampu mengatur

perilakunya, sehingga akan mengarah kepada tindakan yang menyenangkan dirinya,

salah satunya adalah melanggar kedisiplinan yang diterapkan di sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK di SMP Negeri

6 Bandar Lampung tahun ajaran 2017/2018, bahwasanya sebanyak 40% dari jumlah

seluruh peserta didik ± 450 peserta didik mengalami disiplin belajar yang rendah.

Dari keterangan guru BK, masih banyak peserta didik terkesan kurang serius bahkan

kadang terkesan belajar semaunya sendiri dalam mengikuti pelajaran. Hal ini dapat

diketahui pada saat pelajaran berlangsung banyak peserta didik yang datang terlambat

dalam masuk kelas, tidak pernah mencatat, suka ngobrol dengan teman, peserta didik

tidak mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru karena sibuk mengerjakan

PR bidang studi yang lain, lambat dalam mengumpulkan tugas maupun PR.

Dari beberapa kelas yang ada di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Bandar

Lampung, terdapat kelas yang sangat menonjol mengalami disiplin belajar yang

rendah yaitu kelas VIII F. Di bawah ini data dokumentasi/catatan guru BK di kelas

(25)

Tabel 1

Jenis Pelanggaran Tata Tertib

di Kelas VIII F SMP Negeri 6 Bandar Lampung

No Jenis Pelanggaran Jumlah Siswa

1 Terlambat datang ke sekolah 15

2 Tidak disiplin dalam berseragam 4

3 Malas dalam mengerjakan tugas-tugas 4

4 Kurang bisa belajar sendiri 7

5 Tidak dapat membagi waktu untuk belajar 5

6 Sering menyontek hasil pekerjaan temannya 8

7 Mengerjakan tugas PR saat mengikuti mata pelajaran 2

Jumlah 45

Sumber: Dokumentasi Guru BK di SMP Negeri 6 Bandar lampung

Berdasarkan tabel di atas perilaku tersebutlah yang selama ini terjadi di

lingkungan sekolah belum sesuai dengan yang diharapkan. Dari ketujuh masalah

kedisiplinan belajar pada tabel tersebut, maka terdapat sepuluh peseta didik yang

memiliki ketujuh kriteria permasalahan kedisiplinan.

Hal ini dapat diperkuat dengan hasil wawancara guru bimbingan dan

konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Bandar Lampung yaitu, hal yang

melatar belakangi peserta didik melakukan sikap tidak disiplin diantaranya lemahnya

perhatian orang tua kepada anaknya dikarenakan orang tua selalu sibuk dengan

urusan ekonomi, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, adanya perkembangan

media elektronik (game online), bosan dengan pelajaran, mencari perhatian guru, dan

latar belakang lingkungan sekolah yang berbeda-beda. Kedisiplinan yang sering

(26)

berseragam, malas dalam mengerjakan tugas-tugas, kurang belajar sendiri, tidak

dapat membagi waktu untuk belajar, sering mencontek hasil pekerjaan temennya dan

mengerjakan tugas PR saat jam mata pelajaran.10

Melihat masih adanya peserta didik yang memiliki perilaku tidak disiplin

tentunya hal tersebut tidak boleh dibiarkan. Perilaku tersebut juga tergolong perilaku

yang tidak adaptif sehingga harus ditangani secara serius. Dalam seting sekolah,

konseling kelompok dari guru pembimbing merupakan proses bantuan yang amat

penting dalam menanggulangi masalah kedisiplinan. Sehubungan dengan itu menurut

Prayitno, layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling

perorangan yang dilaksanakan dalam suasana kelompok.11

Bimbingan dan konseling di sekolah sangat diperlukan, tujuannya agar peserta

didik yang dibimbing mampu memahami, melihat, menentukan dan memecahkan

masalah serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan bimbingan

dan konseling maka peserta didik memperoleh wawasan yang lebih segar tentang

berbagai alternatif, pandangan dan pemahaman, serta keterampilan yang baru. Untuk

meningkatkan kedisiplinan, ada beberapa pendekatan dalam bimbingan dan konseling

yang dapat digunakan atau diterapkan untuk mengatasi masalah kedisiplinan di

sekolah salah.

10Sona Kurnia Sari. Guru Bimbingan Konseling SMP Negeri 6 Bandar Lampung. Wawancara

1. 18 Juni 2017 11

(27)

Guru bimbingan dan konseling merupakan orang dewasa yang bertanggung

jawab untuk memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam mengatasi

masalah yang dihadapi para peserta didik dan senantiasa memberikan petuah-petuah

yang bijak untuk menjadikan peserta didik yang lebih baik dari hari sebelunya, selain

itu mampu melaksanakan tugasnya sebagai mahluk sosial dan dan sebagai mahluk

individual dan mandiri. Seperti firman Allah dalam surat AL-Maidah ayat 2 yang

berbunyi:                             

Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan

bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.

Berdasarkan penjelasan ayat tersebut bahwa sebagai mahluk hidup kita harus

saling tolong menolong, apalagi sebagai guru BK di sekolah menolong peserta didik

yang memiliki permasalahan adalah hal yang diharuskan karena bimbingan dari guru

BK sangat dibutuhkan untuk membantu peserta didik dalam penyelesaian

permasalahan peserta didik.

Seorang guru bimbingan dan konseling atau konselor harus mampu

mengetahui kecakapan metode pendekatan yang harus digunakan untuk mengatasi

permasalahn peserta didiknya. Seorang konselor harus memiliki kehalusan perasaan

serta ia harus mempunyai perhatian khusus dalam spesialis. Sebagai konselor yang

(28)

didik dalam proses konseling, baik dalam proses konseling pribadi, kelompok dan

layanan bimbingan klasikal.

Layanan bimbingan klasikal adalah salah satu pelayanan dasar bimbingan

yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para

peserta didik secara terjadwal, berupa kegiatan diskusi kelas, tanya jawab, dan praktik

langsung yang dapat membuat peserta didik aktif dan kreatif dalam mengikuti

kegiatan yang diberikan.12 Menurut Mastur menjelaskan bahwa bimbingan klasikal

merupakan layanan bantuan bagi peserta didik melalui kegiatan secara klasikal yang

disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu peserta didik mengembangkan

potensinya secara optimal.

Bimbingan klasikal dapat membantu peserta didik dalam menyesuaikan diri,

mengambil keputusan untuk hidupnya sendiri, mampu beradaptasi dalam

kelompoknya, mampu meningkatkan harga diri, konsep diri, dan mampu menerima

support dan memberikan support pada temannya. Dari pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa bimbingan klasikal dapat diartikan sebagai layanan yang di

berikan kepada semua peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam dalam proses

bimbingan progam sudah disusun secara baik dan siap untuk diberikan kepada peserta

didik secara terjadwal, kegiatan ini berisikan informasi yang diberikan oleh seorang

pembimbing kepada siswa secara kontak langsung terutama pemahaman peserta didik

terhadap kedisiplinan.

12Ainur Rosidah, Layanan Bimbingan Klasikal Untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa

(29)

Berdasarkan pemikiran di atas, maka diadakan penelitian yang berjudul:

Layanan Bimbingan Klasikal Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Peserta Didik di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat

diindentifikasi masalah penelitisn sebagai berikut:

1. Usaha meningkatkan kedisiplinan merupakan sesuatu yang penting bagi

peserta didik, namun demikian masih banyak peserta didik kelas VIII di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 6 Bandar Lampung yang belum disiplin, hal ini

tampak pada perilaku peserta didik disekolah, yaitu masih adanya peserta

didik yang melanggar kedisiplinan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.

2. Layanan bimbingan klasikal untuk mengatasi masalah kedisiplinan peserta

didik kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Bandar Lampung.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan layanan bimbingan klasikal dalam meningkatkan

kedisiplinan peserta didik kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6

Bandar Lampung?

2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi guru BK dalam memberikan layanan

bimbingan klasikal dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik kelas VIII

(30)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukan adanya suatu

hal yang diperoleh setelah penelitian selesai.13 Maka tujuan utama yang ingin

dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimankah pelaksanaan layanan bimbingan klasikal dalam

meningkatkan kedisiplinan peserta didik kelas VIII di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 6 Bandar Lampung.

2. Untuk mengetahui apa saja kendala-kendala yang dihadapi guru BK dalam

memberikan layanan bimbingan klasikal dalam meningkatkan kedisiplinan

peserta didik kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Bandar

Lampung.

E. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pembuktian

tentang efektif atau tidak nya pelaksanaan layanan bimbingan dalam

meningkatkan kedisiplinan peserta didik kelas VIII di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 6 Bandar Lampung.

2. Secara praktis

penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi guru BK di SMP Negeri 6

Bandar Lampung dapat menemukan cara yang efektif dan efisien untuk

13

(31)

memberikan layanan bimbingan dan konseling dalam mengatasi kedisiplinan

peserta didik.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian

ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan diantaranya

adalah:

1. Ruang lingkup ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan dan konseling

bidang kedisiplinan dan belajar.

2. Ruang lingkup objek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan sikap

disiplin, bertanggung jawab dalam belajar dan berperilaku melalui upaya

yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling.

3. Ruang lingkup subjek

Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 6 Bandar

Lampung.

4. Ruang lingkup wilayah dan waktu

Ruang lingkup wilayah dan penelitian ini adalah SMP Negeri 6 Bandar

(32)

16 A. Layanan Bimbingan Klasikal

1. Pengertian Bimbingan Klasikal

Direktorat jendral peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan

dapertemen pendidikan nasional mengemukakan bahwa Layanan bimbingan klasikal

adalah salah satu pelayanan dasar bimbingan yang dirancang menuntut konselor

untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik secara terjadwal, berupa

kegiatan diskusi kelas, tanya jawab, dan praktik langsung yang dapat membuat

peserta didik aktif dan kreatif dalam mengikuti kegiatan yang diberikan.1 Sedangkan

menurut Mastur menjelaskan bahwa bimbingan klasikal merupakan layanan bantuan

bagi peserta didik melalui kegiatan secara klasikal yang disajikan secara sistematis,

dalam rangka membantu peserta didik mengembangkan potensinya secara optimal.

Bimbingan klasikal dapat membantu peserta didik dalam menyesuaikan diri,

mengambil keputusan untuk hidupnya sendiri, mampu beradaptasi dalam

kelompoknya, mampu meningkatkan harga diri, konsep diri, dan mampu menerima

support dan memberikan support pada temannya. Dari pengertian tersebut dapat

1Ainur Rosidah, Layanan Bimbingan Klasikal Untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa

(33)

disimpulkan bahwa bimbingan klasikal dapat diartikan sebagai layanan yang di

berikan kepada semua peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam dalam proses

bimbingan progam sudah disusun secara baik dan siap untuk diberikan kepada peserta

didik secara terjadwal, kegiatan ini berisikan informasi yang diberikan oleh seorang

pembimbing kepada siswa secara kontak langsung terutama pemahaman peserta didik

terhadap kedisiplinan.

Pada bimbingan klasikal ini menggunakan berbagai macam alat bantu seperti:

media cetak, media panjang, rekaman radio-tape dan lain-lain. Layanan bimbingan

klasikal dapat mempergunakan jam pengembangan diri semua siswa terlayani

kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkan secara pasti untuk semua kelas.

Dalam penelitian ini peneliti memberi layanan bimbingan klasikal khususnya pada

peningkatan pemahaman tentang kedisiplinan pada peserta didik sekolah menengah

pertama.

2. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Klasikal

Layanan bimbingan klasikal merupakan layanan dalam bimbingan dan

konseling. Layanan bimbingan klasikal berbeda dengan mengajar. Layanan ini

juga memiliki beberapa ketentuan dalam pelaksannanya.2 Adapun perbedaannya

antara mengajar dan membimbing :

2

(34)

a. Perbedaan dalam mengajar dan membimbing

1) Layanan bimbingan klasikal bukanlah suatu kegiatan mengajar atau

menyampaikan materi pelajaran sebagaimana mata pelajaran yang dirancang

dalam kurikulum pendidikan disekolah, melainkan menyampaikan informasi

yang dapat berpengaruh terhadap tercapainya perkembangan yang optimal

seluruh aspek perkembangan dan tercapainya kemandirian peserta didik atau

konseli.

2) Materi bimbingan klasikal berkaitan erat dengan domain bimbingan dan

konseling yaitu bimbingan belajar, pribadi, sosial dan karir, serta

aspek-aspek perkembangan peserta didik.

3) Guru mata pelajaran dalam melaksanakan tuganya adalah menyelenggarakan

pembelajaran yang mendidik, dan tugas guru bimbingan dan konseling atau

konselor adalah menyelenggarakan layanan bimbingan konseling yang

memendirikan peserta didik atau konseli.

3. Langkah-langkah Layanan Bimbingan Klasikal

untuk dapat melaksanak leyanan bimbingan klasikal secara baik, dalam

terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

a. Melakukan pemahaman peserta didik (menetukan kelas layanan, menyiapkan

instrument pemahaman peserta didik, pengumpulan data, analisis data, dan

merumuskan pemahaman)

b. Menentukan kecenderungan kebutuhan layanan bimbingan klasikal bagi peserta

(35)

c. Memilih metode dan teknik yang sesui untuk memberian layanan bimbingan

klasikal ( ceramah-diskusi; atau ceramah-simulasi-diskusi, atau

ceramah-tugas-diskusi ).

d. Persiapan pemberian layanan bimbingan klasikal dapat disiapkan secara tertulis

merupakan suatu bukti administrasi kegiatan, dengan demikian materi

layanannya disajikan secara terencana dengan harapan mencapai hasil yang

optimal, sebab disusun atas dasar kebutuhan dan literature yang relevan.

e. Memilih sistematika persiapan yang dapat disusun oleh guru bimbingan dan

konseling atau konselor, dengan catatn telah mencerminkan adanya kesiapan

layanan bimbingan klasikal dan persiapan diketahui oleh koordinator

bimbingan dan konseling dan atau kepala sekolah.

f. Mempersiapkan alat bantu untuk melaksanakan pemberian layanan bimbingan

klasikal sesuai dengan kebutuhan layanan.

g. Evaluasi pemberian layanan bimbingan klasikal perlu dilakukan untuk

mengetahui bagaimana proses, tepat tidaknya layanan yang diberikan atau

perkembangan sikap dan prilaku atau tingkat ketercapaian tugas-tugas

perkembangan. Secara umum aspek yang dievaluasi meliputi : kesesuaian

program dalam pelaksanaan, keterlaksanaan program, hambatan-hambatan yang

dijumpai, dampak terhadap kegiatan belajar mengajar, dan respon peserta didik

personal sekolah, dan orang tua serta perubahan perkembangan peserta didik (

tugas-tugas perkembangan ) atau perkembangan belajar, pribadi, sosial, dan

(36)

h. Tindak lanjut, perlu dilakukan segai upaya peningkatan pemberian layanan

bimbinagn kelas. Kegiatan tindak lanjut senantiasa mendasarkan pada hasil

evaluasi kelgaiatan yang telah dilaksanakan.3

4. Media Layanan Bimbingan Klasikal

Media pembelajaran dalam bimbingan klasikal menurut belawati

dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

a. Media cetak adalah sejumlah media yang disiapkan dalam kertas, yang dapat

berfungsi untuk keperluan pembelajaran dan penyampaian informasi, contoh

media cetak anatara lain : buku teks, majalah, leaflet, modul, handout, dan

lembar kerja siswa.

b. Media non cetak adalah sejumlah media yang disiapkan tidak pada kertas, yang

berfungsi untuk keperluan pembelajaran dan penyampaian informasi, contoh

media non cetak antara lain : oht ( overhead transparancies ), audio ( bersifat

suara atau bunyi, minsalnya : radio, tape ), video ( gambar dan bunyi ,

minsalnya : film ), slide dan komputer.

c. Media display adalah jenis media pembelajaran yang berisi materi tulisan atau

gambaran yang dapat ditampilkan di dalam kelas ataupun di luar kelas, di

kelompok kecil atau besar, perorangan tempa menggunakan alat proyeksi,

contoh media display antara lain : flipchart, adhesive, chart, poster, peta, foto

dan relia berupa gambar yang nyata secara anatomi.4

3

Ibid, hal. 44 4

(37)

5. Tujuan dan Fungsi Layanan Bimbingan Klasikal

Untuk mencapai sebuah hasil dari proses bimbingan yang diharapkan maka

bimbingan klasikal harus memiliki tujuan dan fungsi pendidikan.5

a. Tujuan layanan bimbingan klasikal

Rumusan tentang tujuan dan manfaat bimbingan klasikal dalam kajian

literature belum banyak ditemukan, oleh karena itu untuk merumuskan

tujuan dan manfaat bimbingan klasikal mempergunakan rumusan tujuan

bimbingan dan koseling yang dikaitan dengan kegiatan di kelas. Tujuan yang

ingin dicapai bimbingan dan konseling adalah tercapainya perkembangan

yang optimal, penyesuaian diri yang baik, penyelesaian masalah yang

dihadapi, kemandirian, kesejahteraan dan kebahagian serta kebermaknaan

dalam kehidupannya. Dalam kaitannya dengan domain layanan bimbingan

dan konseling adalah meliputi pendidikan atau belajar, pribadi, sosial dan

karir.

Layanan bimbingan klasikal sangat dibutuhkan peserta didik yang tidak

mempunyai masalah maupun yang mempunyai masalah dapat terbantu,

sehingga mereka dapat belajar dengan baik. Menurut soetjipto tujuan

bimbingan di sekolah adalah membanu peserta didik:

1) Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga memperoleh prestasi

belajar yang tinggi.

(38)

2) Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan

pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan dalam hubungan

sosial.

3) Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan

jasmani.

4) Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi.

5) Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perancanaan

dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka lulus

b. Fungsi bimbingan klasikal

Layanan bimbingan klasikal mempunyai berbagai fungsi, antara lain

sebagai berikut:

1) Dapat terjadinya interaksi sehingga saling mengenal antara guru bimbingan

dan konseling atau konselor dengan peserta didik atau konseli.

2) Terjalinnya hubungan emosional antara guru bimbingan dan konseling dengan

peserta didik sehingga akan terciptanya hubungan – hubungan yang bersifat

mendidik dan membimbing.

3) Terciptanya keteladanan dari guru bimbingan dan konseling bagi peserta didik

yng dapat berpengaruh terhadap perubahan-perubahan sikap dan perilaku

lebih baik pada peserta didik.

4) Sebagai wadah atau adanya media terjadinya komunikasi langsung antara

guru bimbingan konseling dengan peserta didik, khusus bagi peserta didik

(39)

5) Terjadinya kesempatan bagi guru bimbingan konseling melakukan tatap

muka, wawancara dan observasi terhadap kondisi peserta didik dan suasana

belajar di kelas.

6) Sebagai upaya pemahaman terhadap peserta didik dan upaya pencegahan,

penyembuhan, perbaikan, pemeliharaan, dan pengembangan pikiran,

perasaan, dan kehendak serta prilaku peserta didik.

6. Asas-Asas Bimbingan Konseling

Dalam penyelenggaraan layanan Bimbingan Konseling di Sekolah

hendaknya selalu mengacu pada asas-asas Bimbingan Konseling dan diterapkan

sesuai dengan asas-asas Bimbingan Konseling. Asas-asas Bimbingan Konseling

ini dapat diterapkan sebagai berikut: 6

a. Asas kerahasiaan

Secara khusus usaha layanan Bimbingan konseling adalah melayani

individu-individu yang bermasalah. Masih banyak orang yang beranggapan bahwa

mengalami masalah merupakan suatu aib yang harus ditutup-tutupi sehingga

tidak seorangpun (selain diri sendiri) boleh tahu akan adanya masalah itu.

Dalam hal ini masalah yang dihadapi seorang siswa tidak akan diberitahukan

kepada orang lain yang tidak berkepentingan. Segala sesuatu yang

disampaikan oleh siswa kepada konselor misalnya akan dijaga kerahasiaannya

6Dewa Ketut Sukari, Pengantar Pelaksanaan Programm Bimbingan dan Konseling di

(40)

karena asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam upaya Bimbingan

Konseling.

b. Asas kesukarelaan

Jika asas kerahasiaan memang benar-benar telah ditanamkan pada diri (calon)

terbimbing atau siswa atau klien, sangat dapat diharapkan bahwa mereka yang

mengalami masalah akan dengan sukarela membawah masalahnya itu kepada

pembimbing untuk meminta bantuan. Kesukarelaan tidak hanya dituntut pada

diri (calon) terbimbing atau siswa atau klien saja, tetapi hendaknya

berkembang pada diri penyelenggara.

c. Asas keterbukaan

Bimbingan Konseling yang efesien hanya berlangsung pada suasana

keterbukaan. Baik yang dibimbing maupun pembimbing atau Konselor

bersifat terbuka. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar berarti “bersedia

menerima saran-saran dari luar” tetapihal ini lebih penting masing-masing

yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan

masalah yang dimaksud.

d. Asas kekinian

Masalah klien yang berlangsung ditanggulangi melalui upaya Bimbingan

Konseling ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan kini (sekarang),

bukan masalah yang sudah lampau, dan juga masalah yang mungkin akan

dialami dimasa mendatang. Bila ada hal-hal tertentu yang menyangkut masa

(41)

Bimbingan Konseling yang sedang diselenggarakan, membahas hal itu

hanyalah merupakan latar belakang atau latar depan dari masalah yang akan

dihadapi sekarang sehingga masalah yang dihadapi itu teratasi.

e. Asas kemandirian

Seperti dikemukakan terdahulu kemandirian merupakan tujuan dari usaha

layanan Bimbingan Konseling. Dalam pemberian layanan para petugas

hendaknya selalu berusaha menghidupkan kemandirian pada diri orang yang

dibimbing, hendaknya jangan sampai orang yang dibimbing itu menjadi

tergantung pada orang lain, hususnya para pembimbing.

f. Asas kegiatan

Usaha layanan Bimbingan Konseling akan memberi buah yang tidak berarti,

bila individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai

tujuan-tujuan Bimbingan. Hasil usaha Bimbingan tidak tercipta dengan

sendirinya tetapi harus diraih oleh individu yang bersangkutan.

g. Asas kedinamisan

Upaya Bimbingan Konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri

individu yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.

Perubahan tidaklah sekedar mengulang-ulang hal-hal yang lama yang bersifat

monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju kesuatu pembaharuan,

yakni sesuatu yang lebih maju.

(42)

Layanan Bimbingan Konseling memadukan berbagai aspek individu yang

dibimbing, sebagaimana diketahui individu yang dibimbing itu memiliki

berbagai segi kalau keadaanya tidak saling serasi dan terpadu akan justru

menimbulkan masalah. Disamping keterpaduan pada diri individu yang

dibimbing, juga diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang

diberikan.

i. Asas kenormatifan

Sebagaimana dikemukakan terdahulu, usaha layanan Bimbingan Konseling

tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.

j. Asas keahlian

Usaha layanan Bimbingan Koonseling secara teratur, sistematik dan dengan

mempergunakan teknik serta alat yang memadai. Asas keahlian ini akan

menjamin keberhasilan usaha Bimbingan Konseling akan menaikkan

kepercayaan masyarakat pada Bimbingan Konseling.

k. Asas alih tangan

Asas ini mengisyaratkan bahwa bila seorang petugas Bimbingan Konseling

sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk mebantu klien belum

dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka petugas itu mengalih

tangankan klien tersebut kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli.

l. Asas tut wuri handayani

Asas ini menunjukkan pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam

(43)

Lebih-lebih dilingkungan sekolah, asas ini mungkin dirasakan manfaatnya dan

bahkan perlu dilengkapi dengan “ingarso sung tulodho, ing madya

mananggun karso”. Asas ini menuntut agar layanan Bimbingan Konseling

tidak hanya disarankan adanya pada waktu siswa mengalami masalah yang

menghadap pembimbingn saja, namun siswa diluar hubungan kerja

kepemimpinan dan konseling pun hendaknya disarankan adanya dan

manfaatnya.

B. Kedisiplinan Siswa

1. Pengertian Kedisiplinan

Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Kata disiplin yang dalam bahasa

inggris discipline, berasal dari akar kata bahasa latin yang sama (discipulus) yang

dengan kata discipline mempunyai makna yang sama yaitu mengajari atau

mengikuti pemimpin yang dihormati.7 Kedisiplinan merupakan suatu hal yang

sangat mutlak dalam kehidupan manusia, karena seorang manusia tanpa disiplin

yang kuat akan merusak sendi-sendi kehidupannya, yang akan membahayakan

dirinya dan manusia lainnya, bahkan alam sekitarnya.8

Kedisiplinan memiliki pengertian yang berbeda-beda, untuk mendapatkan

gambaran dan pengertian yang jelas tentang kedisiplinan, berikut dikemukakan

pengertian disiplin menurut beberapa ahli yaitu: Pengertian disiplin secara

7C. Laudon, Kenneth & P. Laudon, Jane. Sistem Informasi Manajemen Mengelola Perusahaan

Digital. Edisi 8. (Yogyakarta: Andi Offset. 2005) hlm. 12

8

(44)

konvensional mengajarkan bahwa hadiah adalah pendorong terbaik dalam

membantu individu untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Dan salah satu

prinsip pembentuk disiplin adalah mengajari seseoarang untuk melakukan hal

yang benar agar memperoleh perasaan yang nyaman yang hakiki saat melakukan

sesuatu dan memberikan kontribusi kepada masyarakat.9 Disiplin tidak sama

dengan hukum, karena hukum adalah sesuatu yang menyakitkan atau menghina

yang dilakukan orang yang lebih berkuasa kepada orang yang kurang berkuasa

dengan harapan akan menghasilkan perubahan perilaku.10

Anak yang memiliki kedisiplinan diri memiliki keteraturan diri berdasarkan

nilai agama, nilai budaya, aturan-aturan pergaulan, pandangan hidup dan sikap

hidup yang bermakna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Artinya

tanggung jawab orang tua adalah mengupayakan agar anak berdisiplin diri untuk

melaksanakan hubungan dengan Tuhan yang menciptakannya, dirinya sendiri,

sesama manusia dan lingkungan alam dan makhluk hidup lainnya berdasarkan

nilai moral. Orang tua yang mampu seperti diatas berarti mereka telah

mencerminkan nilai-nilai moral dan bertanggung jawab untuk mengupayakannya.

Pengertian lain menyatakan bahwa kedisiplinan adalah sebagai sikap,

tingkahlaku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan arti lembaga yang tertulis

(45)

maupun tidak.11 Sikap dan perilaku dalam berdisiplin ditandai oleh berbagai

inisiatif, kemauan dan kehendak untuk menaati peraturan seperti disebuah pondok

pesantren. Artinya seorang santri yang dikatakan memiliki kedisiplinan yang

tinggi tidak semata-mata taat dan patuh pada peraturan secara kaku dan mati,

namun juga mempunyai kehendak (niat) untuk menyesuaikan diri dengan

peraturan organisasi.

Dari beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

kedisiplinan bagi siswa merupakan suatu sikap atau perilaku yang menunjukkan

nilai ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan-aturan, tata tertib, norma-norma bagi

siswa yang mampu menyesuaikan prosedur suatu lembaga yang berlaku yang

disebabkan atas dasar kesadaran ataupun kerelaan diri maupun oleh suatu perintah

ataupun juga tuntutan yang lain baik tertulis maupun yang tidak tertulis, yang

tercermin dalam bentuk tingkah laku (perilaku) dan sikap. Dengan adanya

peraturan baik tertulis ataupun tidak tertulis diharapkan agar para siswa memiliki

sikap dan perilaku disiplin yang tinggi dalam menjalankan tata tertib yang ada di

sekolah.

11 Rahman. 2011. Pengertian, Definisi, Metode Pembelajaran Menurut Para Ahli. [Online].

(46)

2. Aspek-Aspek Kedisiplinan

Kedisiplinan memiliki 3 (tiga) aspek. Ketiga aspek tersebut adalah:

a. sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai

hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan

pengendalian watak.

b. pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku, norma, kriteria,

dan standar yang sedemikan rupa, sehingga pemahaman tersebut

menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan

akan aturan. Norma, dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk

mencapai keberhasilan (sukses).

c. sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk

mentaati segala hal secara cermat dan tertib.12

Dalam hal ini berarti kedisiplinan memiliki tiga aspek penting, antara lain

yaitu sikap mental, pemahaman yang baik mengenai aturan perilaku, dan sikap

kelakuan yang menunjukkan kesungguhan hati untuk menataati aturan yang ada.

3. Bentuk-bentuk Kedisiplinan

Menurut Winkel W.S. dan Sri Hastuti, Bentuk- bentuk kedisiplinan adalah

a. Hadir di ruang kelas pada waktunya.

12Soegeng Prijodarminto. Disiplin Kiat Menuju Sukses. (Jakarta: Pradnya Paramita. 2004) hlm.

(47)

Kedisiplinan hadir di ruang kelas pada waktunya akan memacu

kesuksesan dalam belajar. Peserta didik yang sering terlambat hadir di ruang

kelas akan ketinggalan dalam memperoleh pelajaran, tidak akan mencapai

kesuksesan atau keberhasilan dengan baik dalam belajar.

b. Menaati tata pergaulan di sekolah

Sikap untuk disiplin dalam tata pergaulan di sekolah ini bisa diwujudkan

dengan tindakan-tindakan menghormati semua orang yang tergabung dalam

sekolah, menghormati pendapat mereka, menjaga diri dari perbuatan dan

sikap yang bertentangan dengan agama, saling tolong menolong dalam hal

terpuji serta harus selalu bersikap terpuji.

c. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler adalah juga merupakan serentetan program

sekolah, maka peserta didik juga dituntut berdisiplin atau aktif mengikutinya

dengan mencurahkan segala potensi yang mereka miliki baik yang bersifat

fisik, mental, emosional dan intelektual. Kegiatan ekstrakurikuler adalah

kegiatan yang dilakukan di luar jam terjadwal dan bertujuan untuk

memperluaspengetahuan siswa, mendorong pembinaan nilai dan sikap serta

memungkinkan penerapan lebih lanjut pengetahuan yang telah dipelajari

(48)

d. Belajar di rumah

Dengan kedisiplinan belajar di rumah peserta didik menjadi lebih ingat

terhadap pelajaran yang telah dipelajari dan lebih siap untuk menghadapi.13

Sedangkan Menurut SuharsimiArikunto, bentuk-bentuk disiplin meliputi:

a. Disiplin dalam mengikuti pelajaran

Didalam pengelolaan pengajaran, disiplin merupakan suatu masalah

penting. Tanpa adanya kesadaran akan keharusan melaksanakan aturan

yang sudah ditentukan sebelumnya, pengajaran tidak akan mencapai target

maksimal.

b. Disiplin lingkungan

Semua siswa diberi kesempatan untuk melakukan apa yang dikehendaki

dalam lingkungannya dengan memperhatikan peraturan dan manfaat dari

kegiatan yang dilakukan sehingga siswa dapat menentukan suatu perilaku

yang berarti bagi dirinya.14

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bentuk disiplin peserta didik,

adalah disiplin dapat mentaati waktu, disiplin dalam berpakaian dan disiplin dalam

belajar di sekolah, dalam tata pergaulan di sekolah baik sesama peserta didik

maupun dengan guru dan staf yang ada di sekolah

13Winkel W.S. dan Sri Hastuti. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Insititu Pendidikan.

2004, hal. 205

14Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

(49)

4. Indikasi Perilaku Kedisiplinan

Indikasi perilaku kedisiplinan adalah suatu syarat yang harus dipenuhi

seseorang untuk dapat dikategorikan mempunyai perilaku disiplin. Indikasi tersebut

antara lain yaitu:

a. Ketaatan terhadap peraturan

Peraturan merupakan suatu pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola

tersebut dapat ditetapkan oleh orang tua, guru, pengurus atau teman bermain.

Tujuannya adalah untuk membekali anak dengan pedoman perilaku yang

disetujui dalam situasi tertentu. Dalam hal peraturan sekolah misalnya,

peraturan mengatakan pada anak apa yang harus dan apa yang tidak boleh

dilakukan sewaktu berada disekolah seperti memakai seragam sesuai dengan

jadwal yang ditentukan. Peraturan tersebut juga berlaku dilingkungan

pesantren, seperti memakai busana sesuai dengan peraturan yang ditetapkan

pesantren.

b. Kepedulian terhadap lingkungan

Pembinaan dan pembentukan disiplin ditentukan oleh keadaan lingkungannya.

Keadaan suatu lingkungan dalam hal ini adalah ada atau tidaknya

sarana-sarana yang diperlukan bagi kelancaran proses belajar mengajar ditempat

tersebut, dan menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan dimana mereka

berada. Yang termasuk sarana tersebut lain seperti gedung sekolah dengan

(50)

pendidikan lainnya, dalam hal ini seperti juga lingkungan yang berada di

pesantren seperti kamar tidur, mushola dan juga kamar mandi.

c. Partisipasi dalam proses belajar mengajar

Partisipasi disiplin juga bisa berupa perilaku yang ditunjukkan seseorang yang

keterlibatannya pada proses belajar mengajar. Hal ini dapat berupa absen dan

datang dalam setiap kegiatan tepat pada waktunya, bertanya dan menjawab

pertanyaan guru, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan tepat waktu,

serta tidak membuat suasana gaduh dalam setiap kegiatan belajar.

d. Kepatuhan menjauhi larangan

Pada sebuah peraturan juga terdapat larangan-larangan yang harus dipatuhi.

Dalam hal ini larangan yang ditetapkan bertujuan untuk membantu

mengekang perilaku yang tidakdiinginkan. Seperti larangan untuk tidak

membawa benda-benda elektronik seperti handphone, radio, dan kamera, dan

juga larangan untuk tidak terlibat dalam suatu perkelahian antar santri yang

merupakan usatu bentuk perilaku yang tidak diterima dengan baik di

lingkungan pesantran.15

Dapat disimpulkan bahwa indikasi kedisiplinan yaitu ketaatan terhadap

peraturan, kepedulian terhadap lingkungan, partisipasi dalam proses belajar mengajar

dan kepatuhan menjauhi larangan di lingkungan tempat tinggal.

(51)

5. Tujuan Diadakannya Disiplin

Kedisiplinan merupakan sebuah tindakan yang tidak menyimpang dari tata

tertib atau aturan yang berlaku untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan.

Dengan kata lain bahwa kedisiplinan sangat erat sekali hubungannya dengan

peraturan, kepatuhan dan pelanggaran.16 Timbulnya sikap kedisiplinan bukan

merupakan peristiwa yang terjadi seketika. Kedisiplinan pada seseorang tidak dapat

tumbuh tanpa intervensi dari pendidikan, dan itupun dilakukan secara bertahap,

sedikit demi sedikit. Kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tua dan orang-orang

dewasa didalam lingkungan keluarga ini akan merupakan modal besar bagi

pembentukan sikap kedisiplinan dilingkungan sekolah.

Dilembaga pendidikan pada umumnya peraturan-peraturan yang harus ditaati

oleh siswa ataupun santri biasanya ditulis dan diundangkan, disertai dengan sanksi

bagi setiap pelanggarannya. Dengan demikian bila dibandingkan dengan penegakan

kedisiplinan pada lingkungan keluarga dengan lembaga pendidikan, maka penegasan

kedisiplinan dilembaga pendidikan lebih keras dan kaku. Tujuan kedisiplinan ada dua

macam yaitu:

a. Tujuan jangka pendek adalah membuat anak-anak anda terlatih dan terkontrol,

dengan mengajarkan mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan

yang tidak pantas atau yang masih asing bagi mereka.

b. Tujuan jangka panjang adalah perkembangan pengendalian diri sendiri dan

pengaruh diri sendiri (self control dan self direction) yaitu dalam hal mana

(52)

anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari

luar.17

Kedisiplinan mempunyai dua macam tujuan yaitu:

a. Membantu anak menjadi matang pribadinya dan mengembangkan pribadinya

dari sifat ketergantungan menuju tidak ketergantungan, sehingga ia mampu

berdiri sendiri diatas tanggung jawab sendiri.

b. Membantu anak untuk mampu mengatasi, mencegah timbulnya

problem-problem disiplin dan berusaha menciptakan situasi yang favorable bagi

kegiatan belajar mengajar, dimana mereka mentaati segala peraturan yang

telah ditetapkan.

Secara umum tujuan disiplin adalah untuk membentuk perilaku sedemikian

rupa hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya dan

tempat individu itu diidentifikasikan. Karena tidak ada pola budaya tunggal, tidak ada

pula satu falsafah pendidikan anak yang menyeluruh untuk mempengaruhi cara

menanamkan disiplin. Jadi metode spesifik yang digunakan didalam kelompok

budaya sangat beragam, walaupun semuanya mempunyai tujuan yng sama, yaitu

mengajari anak bagamana berperilaku dengan cara yang sesuai dengan standar

kelompok sosial (sekolah), tempat mereka diidentifikasikan.18

17Rahman., Op Cit. hlm. 34

(53)

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Disiplin

Terbentuknya disiplin diri sebagai tingkah laku yang berpola dan teratur

dipengaruhi oleh dua faktor berikut, antara lain:19

a. Faktor-faktor ekstern, yang dimaksu dalam hal ini adalah unsur-unsur yang

berasal dari luar pribadi yang dibina. Faktor-faktor tersebut yaitu:

1) Keadaan keluarga

Keluarga sebagai tempat pertama dan utama dalam pembinaan pribadi dan

merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Keluarga mempengaruhi

dan menentukan perkembangan pribadi seseorangdi kemudian hari.

Keluarga dapat menjadi faktor pendukung atau penghambat usaha

pembinaan perilaku disiplin. Keluarga yang baik adalah keluarga yang

menghayati dan menerapkan norma-norma moral dan agama yang

dianutnya secara baik. Sikap ini antara lain tampak dalam kesadaran akan

penghayatan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Dalam hal ini

orang tua memegang peranan penting bagi perkembangan disiplin dari

anggota-anggota dalam keluarga.

2) Keadaan lingkungan sekolah

Pembinaan dan pendidikan disiplin di sekolah ditentukan oleh keadaan

sekolah tersebut. keadaan sekolah dalam hal ini adalah ada tidaknya

sarana-sarana yang diperlukan bagi kelancaran proses belajar mengajar di

19 Unaradjan, Dolet. Manajemen Disiplin.( Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

(54)

tempat tersebut. dan yang termasuk dalam sarana tersebut antara lain

seperti gedung sekolah dengung sekolah dengan segala perlengkapannya,

pendidikan atau pengajaran, serta sarana-sarana pendidikan lainnya.

3) Keadaan masyarakat

Masyarakat sebagai suatu lingkungan yang lebih luas dari pada keluarga

dan sekolah, yang juga turut menentukan berhasil tidaknya pembinaan dan

pendidikan disiplin diri. suatu keadaan tertentu dalam masyarakat dapat

menghambat atau memperlancar terbentuknya kualitas hidup tersebut.

b. Faktor-faktor intern, yaitu unsur-unsur yang berasal dari dalam diri individu.

Yang dalam hal ini keadaan fisik dan psikis pribadi tersebut mempengaruhi

unsure pembentukan disiplin dalam diri individu.

1) Keadaan fisik

Individu yang sehat secara fisik atau biologis akan dapat menunaikan

tugas-tugas yang ada dengan baik. Dengan penuh vitalis dan ketenangan,

ia mampu mengatur waktu untuk mengikuti berbagai cara atau aktifitas

secara seimbang dan lancer. Dalam situasi semacam ini, kesadaran pribadi

yang bersangkutan tidak akan terganggu, sehingga ia akan menaati

norma-norma atau peraturan yang ada secara bertanggung jawab.

2) Keadaan psikis

Keadaan fisik seseorang mempunyai kaitan erat dengan keadaan batin atau

psikis seseorang tersebut. karena hanya orang-orang yang normal secara

(55)

masyarakat dan keluarga. Disamping itu, terdapat beberapa sifat atau sikap

yang menjadi penghalang usaha pembentukan perilaku disiplin dalam diri

individu. Seperti sifat perfeksionisme, perasaan sedih, perasaan rendah diri

atau inferior.

Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin dalam hal ini yaitu faktor

eksternal yang meliputi keadaan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat, serta

faktor internal antara lain yaitu keadaan fisik dan psikis seseorang.

7. Cara Menanamkan Kedisiplinan

Ada ratusan buku cara terbaik untuk mendisiplinkan anak, namun disiplin

yang efektif dapat disarikan menjadi beberapa prinsip dan strategi sederhana,

diantaranya yaitu:20

a. Buatlah aturan yang bagus yang jelas dan berlakukan dengan tegas. Lebih

baik lagi bila aturan-atura itu ditulis dan ditempelkan.

b. Beri peringatan atau petunjuk apabila anak anda mulai berbuat salah. Ini cara

terbaik untuk mengajari mereka cara mengendalikan diri.

c. Bentuklah perilaku positif dengan mendukung perilaku yang baik melalui

pujian atau perhatian dan mengabaikan perilaku yang sengaja dilakukan untuk

menarik perhatian anda.

20Shapiro. Mengajarkan Emotional Intellegence Pada Anak.(Jakarta: PTGramedia Pustaka

Gambar

Tabel 1Jenis Pelanggaran Tata Tertib
Gambar 1 Triangulasi ”teknik pengumpulan data” (bermacam-macam
gambaran awal pelanggaraan tata tertib sekolah konseli KA sebagai berikut:
Grafik IIGrafik Pelaggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keunggulan pestisida nabati yaitu: 1) teknologi pembuatannya mudah dan murah sehingga dapat dibuat dalam skala rumah tangga, 2) tidak menimbulkan efek negatif

Hal tersebut dikarenakan pada awal-awal komunitas kaskuser ini terbentuk, hanya komunitas kaskuser regional Kalimantan Barat di Yogyakarta lah yang paling aktif dalam mengadakan

Hal ini menunjukkan bahwa vaksin yang diberikan mampu meningkatkan sistem imun pada ikan uji untuk membentuk antibodi Hasil uji statistik menunjukkan nilai

Ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang rokok terhadap keinginan merokok di masa depan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah YAPPI Paliyan Gunungkidul, hal ini

Mahasiswa yang aktif dalam lembaga kemahasiswaan atau biasa yang disebut dengan fungsionaris lembaga kemahasiswaan adalah mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana yang

Untuk itu dengan adanya kegiatan Festival Layang Layang, yang diadakan oleh bagian pemasaran Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Jawa Barat berharap akan dapat meningkatkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Produk Domestik Bruto (PDB) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap arus penanaman modal swasta jangka pendek

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2005 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Perubahan Bentuk Badan Hukum Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut PP