Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Bidang Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam
Oleh
VERA ARIESTA HAJAR NPM. 1311080092
Jurusan : Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Bidang Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam
Oleh
VERA ARIESTA HAJAR NPM. 1311080092
Jurusan: Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam
Pembimbing I : Busmayaril, S.Ag., M.Ed. Pembimbing II : Drs. Yahya AD, M. Pd.
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
ii Oleh
VERA ARIESTA HAJAR
Disiplin adalah suatu sikap mengikuti dan menaati semua peraturan dengan tertib dan teratur serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan bertanggung jawab. Siswa yang berdisiplin mempunyai pemahaman yang baik mengenai sistem perilaku, mempunyai sikap mental, menunjukkan sikap kesungguhan hati dalam menaati tata tertib. Fenomena yang ada di SMP Negeri 6 Bandar Lampung masih ada siswa yang memiliki tingkat perilaku disiplin yang rendah, dan layanan yang diberika oleh guru bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Bandar Lampung dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan layanan bimbingan klasikal dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu analisis data yang menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu) serta menggambarkan apa adanya mengenai perilaku obyek yang sedang diteliti. Alat pengumpul data yaitu metode observasi, wawancara dan dokumentasi, sedangkan dalam pengolahan dan analisis data langkah yang digunakan yaitu reduksi data, display data yaitu proses pemilihan dan penyederhanaan data, display daya yaitu penyajian data secara utuh dan verifikasi data yaitu proses penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa layanan bimbingan klasikal dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Bandar Lampung dapat meningkatkan kedisiplinan peserta didik. Layanan bimbingan klasikal tersebut efektif dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik hal itu dilihat dari perilaku peserta didik yang tidak melanggar peraturan sekolah lagi seperti, berangkat sekolah tepat waktu, disiplin dalam berseragam, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran, tidak menyontek, mampu membagi waktu dalam belajar dan mengerjakan tugas PR di rumah tidak di saat jam mata pelajaran berlangsung.
v
Artinya : “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang
kamu kerjakan.”(Q.S. Huud:112)1
1
vi
Dengan mengucap Bismillahirrohmanirohim, saya ucapkan banyak terimakasih,
skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Kepada orang tua saya yang tercinta, untuk Ayah Petrus Canicius Suhardi (Alm),
dan ibu Rochayati yang telah menyayangi, mengasihi, dan mendidik saya, serta
senantiasa selalu mendo’akan saya untuk meraih kesuksesan.
2. Kakak-kakak yang saya cintai, Vidher Bambang Suhardi, Yeni Puspita, Yusney
Hardi Fallaw, Virnenda Yesiana Kartini dan Florentina Ningtias yang selalu
menemani dan memberikan semangat dalam kondisi senang maupun susah.
3. Almamaterku UIN Raden Intan Lampung yang telah mengajarkan saya untuk
vii
Penulis lahir pada tangal 28 Maret 1994 di Panjerejo, Kecamatan Gading
Rejo, Kabupaten Pringsewu. Penulis adalah anak keempat dari 4 bersaudara dari
Bapak Muhammad Basar dan Ibu Barsini.
Penulis mulai menempuh pendidikan formal dari SD Negeri 2 Purajaya Kec.
Mesuji Timur, Kab. Mesuji dari tahun 2001-2007, slanjutnya melanjutkan SMP
Negeri 2 Sumberjaya, Kec. Mesuji Timur, Kab. Mesuji dari tahun 2007-2010,
kemudian melanjutkan SMA PGRI Bukit Kemuning, Kec. Mesuji Timur, Kab.
Mesuji dari tahun 2010-2013. Pada tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa
Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung Tahun Ajaran 2013/2014. (Sekarag (UIN)
viii
Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala
puji bagi Allah SWT yang tak henti-hentinya melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang dinantikan syafaatnya di yaumul
akhir nanti.
Terimakasih tiada bertepi penulis ucapkan kepada Ayah dan Ibu yang tida
hentinya mendo’akan, memberikan kasih sayang dan memberi semangat kepada
penulis dan telah banyak berkorban untuk penulis selama penulis menimba ilmu,
terimakasih untuk semuanya.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan, masukan dan
bimbingan dari berbagai prihal, karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung;
2. Andi Thahir, M.A.,Ed.D, selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung;
3. Dr.Ahmad Fauzan, M.Pd., selaku seketaris Program Studi Bimbingan dan
ix
5. Drs. Yahya AD, M. Pd, selaku Pembimbing II yang telah menyediakan
waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung. Terimakasih atas bimbingan dan ilmu yang telah
diberikan selama ini.
7. Khaironi, S.Pd., M.M. Pd, selaku Kepala SMP Negeri 6 Bandar Lampung
yang telah memberikan izin kepada Penulis untuk melakukan penelitian
dalam mengumpilkan data skripsi penulis, dan ibu Sona Kurnia Sari, selaku
selaku Guru BK SMP Negeri 6 Bandar Lampung terimakasih atas kerja
sama dan bantuannya selama penulis melakukan penelitian, semoga Allah
membalas jasa baiknya.
8. Sahabat terkasih sekaligus temen seperjuangan selama 4 tahun bersama,
susah senang bersama, My..., terimakasih untuk doa dan motivasinya
selama ini.
9. Sahabat-sahabat saya Venitri Agustina, Fitriana, Denita Ariani, Lidia Wati
x
11. Almamaterku tercinta.
Semoga Allah SWT membalas amal kebajikan semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga bermanfaat.
Bandar Lampung, 28 Desember 2017
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
PERSETUJUAN ... iii
PENGESAHAN... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah... 13
C. Rumusan Masalah ... 13
D. Tujuan Penelitian ... 14
E. Manfaat Penelitian ... 14
F. Ruang Lingkup Penelitian... 15
1. Ruang Lingkup Ilmu... 15
2. Ruang Lingkup Objek... 15
3. Ruang Lingkup Subjek ... 15
4. Ruang Lingkup Wilayah dan Waktu ... 15
BAB II LANDASAN TEORI A. Layanan Bimbingan Klasikal ... 16
1. Pengertian Layanan Bimbingan Klasikal... 16
2. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Klasikal ... 17
3. Langkah-langkah Layanan Bimbingan Klasikal... 18
4. Media Layanan Bimbingan Klasikal ... 20
5. Tujuan dan Fungsi Layanan Bimbingan Klasikal... 21
6. Asas-asas Bimbingan dan Konseling... 23
B. Kediplisinan Siswa ... 27
1. Pengertian Kedisiplinan... 27
2. Aspek-aspek Kedisiplinan ... 30
Kedisiplinan Peserta Didik ... 42
1. Peran Guru BK dalam Menangani Masalah Kedisiplinan Peserta Didik ... 43
D. Penelitan Relevan ... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48
B. Metode Penelitian... 48
C. Sumber Data ... 48
D. Metode Pengumpulan Data ... 49
E. Metode Analisis Data ... 51
F. Teknik Triangulasi Data ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian... 55
1. Identifikasi Peserta Didik... 59
2. Gambaran Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Yang Dilakukan Oleh Peserta Sebelum Proses Layanan ... 60
3. Layanan Bimbingan Klasikal... 80
B. Transkrip Wawancara Serta Observasi dan Analisis Hasil Wawancara dan Observasi... 81
1. Hasil Penelitian Wawancara dan Analisis Wawancara... 82
2. Analisis Data Hasil Observasi... 93
3. Hasil Wawancara Dengan Peserta Didik SMP Negeri 6 Bandar Lampung... 98
4. Gambaran Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Yang Dilakukan Oleh Peserta Setelah Proses Layanan ... 101
C. Pembahasan ... 116
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 122
B. Saran ... 123
1. Jenis Pelanggaran Tata Tertib Sekolah di Kelas VIII F
1. Triangulasi ”teknik pengumpulan data” (bermacam-macam
pada sumber yang sama)... 54
2. Triangulasi “Sumber”pengumpulan data(suatu teknik pengumpulan data pada bermacam-macam sumber data)... 54
3. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan ... 61
4. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan ... 64
5. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan ... 66
6. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan ... 69
7. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan ... 71
8. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan ... 72
9. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan ... 74
10. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan ... 76
11. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan ... 77
12. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Sebelum Proses Layanan ... 79
13. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Setelah Proses Layanan ... 102
14. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Setelah Proses Layanan ... 105
15. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Setelah Proses Layanan ... 106
16. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Setelah Proses Layanan ... 108
17. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Setelah Proses Layanan ... 109
18. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Setelah Proses Layanan ... 111
19. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Setelah Proses Layanan ... 112
20. Grafik Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Setelah Proses Layanan ... 114
2. Surat Balasan Penelitian
1 A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat
menghasilkan generasi penerus yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Salah satu misi pendidikan saat ini
adalah mewujudkan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan
bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan,
cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab, berketerampilan, serta menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia
Indonesia.
Berdasarkan Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1
Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu kebutuhan
pokok setiap manusia dan mengembangkan potensi yang dimilinya, karena dengan
pendidikan manusia akan membawa kepada derajat kemanusiaan dan kemuliaan,
seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam QS. Al-Mujadilah: 11
ٱَو ۡﻢُﻜﻨِﻣ ْاﻮُﻨَﻣاَء َﻦﯾِﺬﱠﻟٱ ُ ﱠ ٱ ِﻊَﻓ ۡﺮَﯾ ْاوُﺰُﺸﻧﭑَﻓ ْاوُﺰُﺸﻧٱ َﻞﯿِﻗ اَذِإَو ِﺬﱠﻟ
َﻦﯾ ُﺗوُأ َد َﻢۡﻠِﻌۡﻟٱ ْاﻮ ﻮُﻠَﻤ ۡﻌَﺗ ﺎَﻤِﺑ ُ ﱠ ٱَو ٖۚﺖ َٰﺟَر ٞﺮﯿِﺒَﺧ َن
١١
Artinya : Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah:11)2
Dalam ayat tersebut menunjukan bahwa dalam pendidikan sangat penting,
baik di dunia maupun untuk bekal di akhirat nanti. Allah SWT telah menjanjikan
orang yang beriman dan berilmu akan mendapatkan kemuliaan di dunia maupun di
akhirat. Dengan demikian dalam bidang pendidikan ayat tersebut mengandung makna
bahwa peserta didik diharapkan dapat menunjukkan perilaku yang baik yaitu perilaku
yang menerapkan ketaatan dan kepatuhan dan tanggung jawab berdasarkan kesadaran
yang ada dalam dirinya.
Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal memiliki tujuan yang
sama dengan tujuan pendidikan nasional. Mencapai tujuan tersebut tidak selalu
1
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Bandung: Citra Umbara. 2003) hlm. 2.
2Departemen Agama RI, Al Qurandan Terjemahan, (Bogor, PT Sygma Examedia
berjalan dengan lancar karena penyelenggaraan pendidikan bukan suatu yang
sederhana tetapi bersifat kompleks. Banyak faktor yang memengaruhi tercapainya
tujuan pendidikan baik faktor dari peserta didik maupun dari pihak sekolah. Salah
satu faktor yang berasal dari diri peserta didik yaitu disiplin yang rendah. Oleh karena
itu untuk mencapai tujuan pendidikan salah satunya dengan meningkatkan
kedisiplinan pada peserta didik.
Kedisiplinan merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Sikap dan perilaku tersebut tercipta
melalui proses binaan sejak dini, dimulai dari lingkungan keluarga, pendidikan dan
pengalaman atau pengenalan dari keteladanan lingkungannya.3
Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang disiplin dalam surat Al-Ashr ayat 1-3
yang berbunyi:
Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
3
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran”(Al-Ashr ayat 1-3).4
Surat ini menerangkan bahwa manusia yang tidak dapat menggunakan
masanya dengan sebaik-baiknya termasuk golongan yang merugi. Surat tersebut telah
jelas menunjukkan kepada kita bahwa Allah telah memerintahkan kepada hamba-Nya
untuk selalu hidup disiplin. Karena dengan kedisiplin kita dapat hidup teratur,
sedangkan bila hidup kita sedang disiplin berarti kita tidak bisa hidup teratur dan
hidup kita akan hancur berantakan.
Kedisiplinan peserta didik di sekolah pada dasarnya berfungsi untuk melatih
mengendalikan diri, menghormati dan bertanggung jawab terhadap
peraturan-peraturan. Disiplin apabila dikembangkan dan diterapkan dengan baik, konsisten dan
konsekuen akan berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku peserta didik.
Disiplin dapat mendorong mereka belajar secara konkret dalam praktik hidup di
sekolah tentang cara melakukan hal-hal yang lurus dan benar serta menjauhi hal-hal
negatif. Dengan pemberlakuan disiplin, peserta didik belajar beradaptasi dengan
lingkungan yang baik, sehingga muncul keseimbangan diri dalam hubungan dengan
orang lain.5
Disiplin banyak dikaitkan dengan peraturan-peraturan yang harus ditaati.
Disiplin yang seperti itu bersifat eksternal karena adanya tekanan dari luar. Disiplin
4Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya(Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006) Juz
30, hlm. 601
5Tu’u, Tulus. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Belajar. (Jakarta: Grasindo. 2004)
yang baik adalah yang bersifat internal yaitu disiplin disertai tanggung jawab dan
kesadaran. Disiplin eksternal disebut sebagai disiplin yang negatif, sedangkan disiplin
internal disebut disiplin yang positif.
Ada dua konsep mengenai disiplin, yaitu disiplin positif dan disiplin negatif.
Disiplin positif sama artinya dengan pendidikan dan bimbingan karena menekankan
pertumbuhan di dalam diri (inner growth) yang mencakup disiplin diri (self
discipline) dan pengendalian diri (self control). Disiplin positif ini mengarahkan
kepada motivasi dari dalam diri sendiri. Adapun disiplin yang negatif artinya
pengendalian dengan kekuasaan luar yang biasanya dilakukan secara terpaksa dan
dengan cara yang kurang menyenangkan atau dilakukan karena takut hukuman
(punishment).6
Menurut Winkel W.S. dan Sri Hastuti, Bentuk- bentuk kedisiplinan adalah a)
Hadir di ruang kelas pada waktunya, b)Menaati tata pergaulan di sekolah,
c)Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, d)Belajar di rumah.7Sedangkan menurut
pendapat Adi Hakim Nasution, dkk, dalam hubungannya dengan pertumbuhan sosial,
siswa yang bermasalah memperlihatkan gejala-gejala perilaku menyimpang atau
pelanggaran atau menunjukkan tindakan-tindakan yang tidak wajar dalam dirinya,
yaitu:
a. Terlambat datang ke sekolah; b. Tidak disiplin dalam berseragam;
c. malas dalam belajar seperti : malas mengerjakan tugas sekolah; menyontek, mengerjakan tugas disekolah tidak bisa membagi waktu;
6Yusuf, Syamsu. Disiplin Diri Dalam Belajar Dihubungkan dengan Penanaman Disiplin yang
Dilakukan Orang tua dan Guru.( Bandung: Tesis. FPS. IKIP. 1989) hlm.22
7Winkel W.S. dan Sri Hastuti. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Insititu Pendidikan. 2004,
d. Kurang bisa belajar sendiri;
e. Tidak dapat membagi waktu untuk belajar; f. Sering menyontek hasil pekerjaan temannya;
g. Mengerjakan tugas PR saat mengikuti mata pelajaran, terkurangnya kemajuan dalam aktivitas dan sebagainya.8
Sikap disiplin peserta didik juga berhubungan oleh kesadaran diri dalam diri
peserta didik, kesadaran diri (self-awareness) adalah kesadaran mengenai
proses-proses mental sendiri atau mengenai eksistensi sebagai individu yang unik.
Peserta didik dinilai dalam belajar, apabila mereka melaksanakan secara sadar dan
terus menerus hal-hal yang telah ditetapkan atau telah diprogramkan oleh sekolah.9
Disiplin mengarahkan kegiatan secara teratur, tertib dan rapi, sebab keteraturan ikut
menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan belajar. Akan tetapi, meskipun
peraturan sudah ditulis namun pada kenyataannya kita sering kali menemukan
peserta didik yang masih saja melanggar peraturan yang ada. Masih adanya peserta
didik melanggar tata tertib di sekolah seperti datang ke sekolah terlambat, membolos,
tidak tertib berseragam maupun berpenampilan, sering tidak mengerjakan tugas-tugas
sekolah, tidak tertib mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, kurang bisa mengatur waktu
belajar di rumah.Hal-hal tersebut sangat menghambat pencapaian tujuan belajar secara
maksimal.
Kedisiplinan waktu di sekolah erat kaitannya dengan pelaksanaan tata tertib
sekolah. Tata tertib yang jelas dan tegas serta disertai dengan kerjasama antar personil
8Andi hakim nasution, Pendidikan Agama dan Akhlak bagi Anak dan remaja cet ), (Ciputat:
Logos Wacana Ilmu, 2002) h.135
di sekolah (guru, karyawan, kepala sekolah, peserta didik) maka akan
mengoptimalkan tujuan belajar peserta didik.Dari beberapa pendapat di atas penulis
menyimpulkan bahwa kedisiplinan adalah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan,
tata tertib, aturan, norma yang berlaku.Banyak hadis Nabi s.a.w. yang memeringatkan
manusia agar mempergunakan waktu sebaik mungkin. Antara lain sabda Nabi,
ُغاَﺮَﻔْﻟاَو ُﺔﱠﺤﱢﺼﻟا ِسﺎﱠﻨﻟا َﻦِﻣ ٌﺮﯿِﺜَﻛ ﺎَﻤِﮭﯿِﻓ ٌنﻮُﺒْﻐَﻣ ِنﺎَﺘَﻤْﻋ Artinya : ”Dua nikmat yang sering disia-siakan oleh banyak orang, yaitu
kesehatan dan waktu luang.”(HR al-Bukhari dari Ibnu ‘Abbas).
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, jajaran pimpinan pada dinas
pendidikan termasuk kepala sekolah memiliki gaya kepemimpinan masing-masing,
yang sangat mempengaruhi kinerja para tenaga kependidikan di lingkungan kerjanya
masing-masing. Kegagalan dan keberhasilan sekolah banyak ditentukan oleh kepala
sekolah, karena kepala sekolah merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak
ditempuh oleh sekolah menuju tujuannya.
Cara untuk dapat mengatasi keadaan kedisiplinan di sekolah, peserta didik
membutuhkan suatu mekanisme yang dapat membantu dalam mengatur dan
mengarahkan perilakunya yaitu dengan memiliki kontrol diri. Kontrol diri pada satu
individu dengan individu yang lain tidaklah sama. Ada individu yang memiliki
kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang memiliki kontrol diri yang rendah.
Sebagai seorang pelajar yang bertugas untuk belajar, jika peserta didik mempunyai
perilaku. Individu yang kontrol dirinya rendah cenderung tidak mampu mengatur
perilakunya, sehingga akan mengarah kepada tindakan yang menyenangkan dirinya,
salah satunya adalah melanggar kedisiplinan yang diterapkan di sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK di SMP Negeri
6 Bandar Lampung tahun ajaran 2017/2018, bahwasanya sebanyak 40% dari jumlah
seluruh peserta didik ± 450 peserta didik mengalami disiplin belajar yang rendah.
Dari keterangan guru BK, masih banyak peserta didik terkesan kurang serius bahkan
kadang terkesan belajar semaunya sendiri dalam mengikuti pelajaran. Hal ini dapat
diketahui pada saat pelajaran berlangsung banyak peserta didik yang datang terlambat
dalam masuk kelas, tidak pernah mencatat, suka ngobrol dengan teman, peserta didik
tidak mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru karena sibuk mengerjakan
PR bidang studi yang lain, lambat dalam mengumpulkan tugas maupun PR.
Dari beberapa kelas yang ada di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Bandar
Lampung, terdapat kelas yang sangat menonjol mengalami disiplin belajar yang
rendah yaitu kelas VIII F. Di bawah ini data dokumentasi/catatan guru BK di kelas
Tabel 1
Jenis Pelanggaran Tata Tertib
di Kelas VIII F SMP Negeri 6 Bandar Lampung
No Jenis Pelanggaran Jumlah Siswa
1 Terlambat datang ke sekolah 15
2 Tidak disiplin dalam berseragam 4
3 Malas dalam mengerjakan tugas-tugas 4
4 Kurang bisa belajar sendiri 7
5 Tidak dapat membagi waktu untuk belajar 5
6 Sering menyontek hasil pekerjaan temannya 8
7 Mengerjakan tugas PR saat mengikuti mata pelajaran 2
Jumlah 45
Sumber: Dokumentasi Guru BK di SMP Negeri 6 Bandar lampung
Berdasarkan tabel di atas perilaku tersebutlah yang selama ini terjadi di
lingkungan sekolah belum sesuai dengan yang diharapkan. Dari ketujuh masalah
kedisiplinan belajar pada tabel tersebut, maka terdapat sepuluh peseta didik yang
memiliki ketujuh kriteria permasalahan kedisiplinan.
Hal ini dapat diperkuat dengan hasil wawancara guru bimbingan dan
konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Bandar Lampung yaitu, hal yang
melatar belakangi peserta didik melakukan sikap tidak disiplin diantaranya lemahnya
perhatian orang tua kepada anaknya dikarenakan orang tua selalu sibuk dengan
urusan ekonomi, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, adanya perkembangan
media elektronik (game online), bosan dengan pelajaran, mencari perhatian guru, dan
latar belakang lingkungan sekolah yang berbeda-beda. Kedisiplinan yang sering
berseragam, malas dalam mengerjakan tugas-tugas, kurang belajar sendiri, tidak
dapat membagi waktu untuk belajar, sering mencontek hasil pekerjaan temennya dan
mengerjakan tugas PR saat jam mata pelajaran.10
Melihat masih adanya peserta didik yang memiliki perilaku tidak disiplin
tentunya hal tersebut tidak boleh dibiarkan. Perilaku tersebut juga tergolong perilaku
yang tidak adaptif sehingga harus ditangani secara serius. Dalam seting sekolah,
konseling kelompok dari guru pembimbing merupakan proses bantuan yang amat
penting dalam menanggulangi masalah kedisiplinan. Sehubungan dengan itu menurut
Prayitno, layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling
perorangan yang dilaksanakan dalam suasana kelompok.11
Bimbingan dan konseling di sekolah sangat diperlukan, tujuannya agar peserta
didik yang dibimbing mampu memahami, melihat, menentukan dan memecahkan
masalah serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan bimbingan
dan konseling maka peserta didik memperoleh wawasan yang lebih segar tentang
berbagai alternatif, pandangan dan pemahaman, serta keterampilan yang baru. Untuk
meningkatkan kedisiplinan, ada beberapa pendekatan dalam bimbingan dan konseling
yang dapat digunakan atau diterapkan untuk mengatasi masalah kedisiplinan di
sekolah salah.
10Sona Kurnia Sari. Guru Bimbingan Konseling SMP Negeri 6 Bandar Lampung. Wawancara
1. 18 Juni 2017 11
Guru bimbingan dan konseling merupakan orang dewasa yang bertanggung
jawab untuk memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam mengatasi
masalah yang dihadapi para peserta didik dan senantiasa memberikan petuah-petuah
yang bijak untuk menjadikan peserta didik yang lebih baik dari hari sebelunya, selain
itu mampu melaksanakan tugasnya sebagai mahluk sosial dan dan sebagai mahluk
individual dan mandiri. Seperti firman Allah dalam surat AL-Maidah ayat 2 yang
berbunyi:
Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
Berdasarkan penjelasan ayat tersebut bahwa sebagai mahluk hidup kita harus
saling tolong menolong, apalagi sebagai guru BK di sekolah menolong peserta didik
yang memiliki permasalahan adalah hal yang diharuskan karena bimbingan dari guru
BK sangat dibutuhkan untuk membantu peserta didik dalam penyelesaian
permasalahan peserta didik.
Seorang guru bimbingan dan konseling atau konselor harus mampu
mengetahui kecakapan metode pendekatan yang harus digunakan untuk mengatasi
permasalahn peserta didiknya. Seorang konselor harus memiliki kehalusan perasaan
serta ia harus mempunyai perhatian khusus dalam spesialis. Sebagai konselor yang
didik dalam proses konseling, baik dalam proses konseling pribadi, kelompok dan
layanan bimbingan klasikal.
Layanan bimbingan klasikal adalah salah satu pelayanan dasar bimbingan
yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para
peserta didik secara terjadwal, berupa kegiatan diskusi kelas, tanya jawab, dan praktik
langsung yang dapat membuat peserta didik aktif dan kreatif dalam mengikuti
kegiatan yang diberikan.12 Menurut Mastur menjelaskan bahwa bimbingan klasikal
merupakan layanan bantuan bagi peserta didik melalui kegiatan secara klasikal yang
disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu peserta didik mengembangkan
potensinya secara optimal.
Bimbingan klasikal dapat membantu peserta didik dalam menyesuaikan diri,
mengambil keputusan untuk hidupnya sendiri, mampu beradaptasi dalam
kelompoknya, mampu meningkatkan harga diri, konsep diri, dan mampu menerima
support dan memberikan support pada temannya. Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa bimbingan klasikal dapat diartikan sebagai layanan yang di
berikan kepada semua peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam dalam proses
bimbingan progam sudah disusun secara baik dan siap untuk diberikan kepada peserta
didik secara terjadwal, kegiatan ini berisikan informasi yang diberikan oleh seorang
pembimbing kepada siswa secara kontak langsung terutama pemahaman peserta didik
terhadap kedisiplinan.
12Ainur Rosidah, Layanan Bimbingan Klasikal Untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa
Berdasarkan pemikiran di atas, maka diadakan penelitian yang berjudul:
Layanan Bimbingan Klasikal Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Peserta Didik di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat
diindentifikasi masalah penelitisn sebagai berikut:
1. Usaha meningkatkan kedisiplinan merupakan sesuatu yang penting bagi
peserta didik, namun demikian masih banyak peserta didik kelas VIII di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 6 Bandar Lampung yang belum disiplin, hal ini
tampak pada perilaku peserta didik disekolah, yaitu masih adanya peserta
didik yang melanggar kedisiplinan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.
2. Layanan bimbingan klasikal untuk mengatasi masalah kedisiplinan peserta
didik kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Bandar Lampung.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan layanan bimbingan klasikal dalam meningkatkan
kedisiplinan peserta didik kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6
Bandar Lampung?
2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi guru BK dalam memberikan layanan
bimbingan klasikal dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik kelas VIII
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukan adanya suatu
hal yang diperoleh setelah penelitian selesai.13 Maka tujuan utama yang ingin
dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimankah pelaksanaan layanan bimbingan klasikal dalam
meningkatkan kedisiplinan peserta didik kelas VIII di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 6 Bandar Lampung.
2. Untuk mengetahui apa saja kendala-kendala yang dihadapi guru BK dalam
memberikan layanan bimbingan klasikal dalam meningkatkan kedisiplinan
peserta didik kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Bandar
Lampung.
E. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pembuktian
tentang efektif atau tidak nya pelaksanaan layanan bimbingan dalam
meningkatkan kedisiplinan peserta didik kelas VIII di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 6 Bandar Lampung.
2. Secara praktis
penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi guru BK di SMP Negeri 6
Bandar Lampung dapat menemukan cara yang efektif dan efisien untuk
13
memberikan layanan bimbingan dan konseling dalam mengatasi kedisiplinan
peserta didik.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian
ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan diantaranya
adalah:
1. Ruang lingkup ilmu
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan dan konseling
bidang kedisiplinan dan belajar.
2. Ruang lingkup objek
Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan sikap
disiplin, bertanggung jawab dalam belajar dan berperilaku melalui upaya
yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling.
3. Ruang lingkup subjek
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 6 Bandar
Lampung.
4. Ruang lingkup wilayah dan waktu
Ruang lingkup wilayah dan penelitian ini adalah SMP Negeri 6 Bandar
16 A. Layanan Bimbingan Klasikal
1. Pengertian Bimbingan Klasikal
Direktorat jendral peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan
dapertemen pendidikan nasional mengemukakan bahwa Layanan bimbingan klasikal
adalah salah satu pelayanan dasar bimbingan yang dirancang menuntut konselor
untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik secara terjadwal, berupa
kegiatan diskusi kelas, tanya jawab, dan praktik langsung yang dapat membuat
peserta didik aktif dan kreatif dalam mengikuti kegiatan yang diberikan.1 Sedangkan
menurut Mastur menjelaskan bahwa bimbingan klasikal merupakan layanan bantuan
bagi peserta didik melalui kegiatan secara klasikal yang disajikan secara sistematis,
dalam rangka membantu peserta didik mengembangkan potensinya secara optimal.
Bimbingan klasikal dapat membantu peserta didik dalam menyesuaikan diri,
mengambil keputusan untuk hidupnya sendiri, mampu beradaptasi dalam
kelompoknya, mampu meningkatkan harga diri, konsep diri, dan mampu menerima
support dan memberikan support pada temannya. Dari pengertian tersebut dapat
1Ainur Rosidah, Layanan Bimbingan Klasikal Untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa
disimpulkan bahwa bimbingan klasikal dapat diartikan sebagai layanan yang di
berikan kepada semua peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam dalam proses
bimbingan progam sudah disusun secara baik dan siap untuk diberikan kepada peserta
didik secara terjadwal, kegiatan ini berisikan informasi yang diberikan oleh seorang
pembimbing kepada siswa secara kontak langsung terutama pemahaman peserta didik
terhadap kedisiplinan.
Pada bimbingan klasikal ini menggunakan berbagai macam alat bantu seperti:
media cetak, media panjang, rekaman radio-tape dan lain-lain. Layanan bimbingan
klasikal dapat mempergunakan jam pengembangan diri semua siswa terlayani
kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkan secara pasti untuk semua kelas.
Dalam penelitian ini peneliti memberi layanan bimbingan klasikal khususnya pada
peningkatan pemahaman tentang kedisiplinan pada peserta didik sekolah menengah
pertama.
2. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Klasikal
Layanan bimbingan klasikal merupakan layanan dalam bimbingan dan
konseling. Layanan bimbingan klasikal berbeda dengan mengajar. Layanan ini
juga memiliki beberapa ketentuan dalam pelaksannanya.2 Adapun perbedaannya
antara mengajar dan membimbing :
2
a. Perbedaan dalam mengajar dan membimbing
1) Layanan bimbingan klasikal bukanlah suatu kegiatan mengajar atau
menyampaikan materi pelajaran sebagaimana mata pelajaran yang dirancang
dalam kurikulum pendidikan disekolah, melainkan menyampaikan informasi
yang dapat berpengaruh terhadap tercapainya perkembangan yang optimal
seluruh aspek perkembangan dan tercapainya kemandirian peserta didik atau
konseli.
2) Materi bimbingan klasikal berkaitan erat dengan domain bimbingan dan
konseling yaitu bimbingan belajar, pribadi, sosial dan karir, serta
aspek-aspek perkembangan peserta didik.
3) Guru mata pelajaran dalam melaksanakan tuganya adalah menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik, dan tugas guru bimbingan dan konseling atau
konselor adalah menyelenggarakan layanan bimbingan konseling yang
memendirikan peserta didik atau konseli.
3. Langkah-langkah Layanan Bimbingan Klasikal
untuk dapat melaksanak leyanan bimbingan klasikal secara baik, dalam
terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
a. Melakukan pemahaman peserta didik (menetukan kelas layanan, menyiapkan
instrument pemahaman peserta didik, pengumpulan data, analisis data, dan
merumuskan pemahaman)
b. Menentukan kecenderungan kebutuhan layanan bimbingan klasikal bagi peserta
c. Memilih metode dan teknik yang sesui untuk memberian layanan bimbingan
klasikal ( ceramah-diskusi; atau ceramah-simulasi-diskusi, atau
ceramah-tugas-diskusi ).
d. Persiapan pemberian layanan bimbingan klasikal dapat disiapkan secara tertulis
merupakan suatu bukti administrasi kegiatan, dengan demikian materi
layanannya disajikan secara terencana dengan harapan mencapai hasil yang
optimal, sebab disusun atas dasar kebutuhan dan literature yang relevan.
e. Memilih sistematika persiapan yang dapat disusun oleh guru bimbingan dan
konseling atau konselor, dengan catatn telah mencerminkan adanya kesiapan
layanan bimbingan klasikal dan persiapan diketahui oleh koordinator
bimbingan dan konseling dan atau kepala sekolah.
f. Mempersiapkan alat bantu untuk melaksanakan pemberian layanan bimbingan
klasikal sesuai dengan kebutuhan layanan.
g. Evaluasi pemberian layanan bimbingan klasikal perlu dilakukan untuk
mengetahui bagaimana proses, tepat tidaknya layanan yang diberikan atau
perkembangan sikap dan prilaku atau tingkat ketercapaian tugas-tugas
perkembangan. Secara umum aspek yang dievaluasi meliputi : kesesuaian
program dalam pelaksanaan, keterlaksanaan program, hambatan-hambatan yang
dijumpai, dampak terhadap kegiatan belajar mengajar, dan respon peserta didik
personal sekolah, dan orang tua serta perubahan perkembangan peserta didik (
tugas-tugas perkembangan ) atau perkembangan belajar, pribadi, sosial, dan
h. Tindak lanjut, perlu dilakukan segai upaya peningkatan pemberian layanan
bimbinagn kelas. Kegiatan tindak lanjut senantiasa mendasarkan pada hasil
evaluasi kelgaiatan yang telah dilaksanakan.3
4. Media Layanan Bimbingan Klasikal
Media pembelajaran dalam bimbingan klasikal menurut belawati
dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a. Media cetak adalah sejumlah media yang disiapkan dalam kertas, yang dapat
berfungsi untuk keperluan pembelajaran dan penyampaian informasi, contoh
media cetak anatara lain : buku teks, majalah, leaflet, modul, handout, dan
lembar kerja siswa.
b. Media non cetak adalah sejumlah media yang disiapkan tidak pada kertas, yang
berfungsi untuk keperluan pembelajaran dan penyampaian informasi, contoh
media non cetak antara lain : oht ( overhead transparancies ), audio ( bersifat
suara atau bunyi, minsalnya : radio, tape ), video ( gambar dan bunyi ,
minsalnya : film ), slide dan komputer.
c. Media display adalah jenis media pembelajaran yang berisi materi tulisan atau
gambaran yang dapat ditampilkan di dalam kelas ataupun di luar kelas, di
kelompok kecil atau besar, perorangan tempa menggunakan alat proyeksi,
contoh media display antara lain : flipchart, adhesive, chart, poster, peta, foto
dan relia berupa gambar yang nyata secara anatomi.4
3
Ibid, hal. 44 4
5. Tujuan dan Fungsi Layanan Bimbingan Klasikal
Untuk mencapai sebuah hasil dari proses bimbingan yang diharapkan maka
bimbingan klasikal harus memiliki tujuan dan fungsi pendidikan.5
a. Tujuan layanan bimbingan klasikal
Rumusan tentang tujuan dan manfaat bimbingan klasikal dalam kajian
literature belum banyak ditemukan, oleh karena itu untuk merumuskan
tujuan dan manfaat bimbingan klasikal mempergunakan rumusan tujuan
bimbingan dan koseling yang dikaitan dengan kegiatan di kelas. Tujuan yang
ingin dicapai bimbingan dan konseling adalah tercapainya perkembangan
yang optimal, penyesuaian diri yang baik, penyelesaian masalah yang
dihadapi, kemandirian, kesejahteraan dan kebahagian serta kebermaknaan
dalam kehidupannya. Dalam kaitannya dengan domain layanan bimbingan
dan konseling adalah meliputi pendidikan atau belajar, pribadi, sosial dan
karir.
Layanan bimbingan klasikal sangat dibutuhkan peserta didik yang tidak
mempunyai masalah maupun yang mempunyai masalah dapat terbantu,
sehingga mereka dapat belajar dengan baik. Menurut soetjipto tujuan
bimbingan di sekolah adalah membanu peserta didik:
1) Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga memperoleh prestasi
belajar yang tinggi.
2) Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan
pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan dalam hubungan
sosial.
3) Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan
jasmani.
4) Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi.
5) Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perancanaan
dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka lulus
b. Fungsi bimbingan klasikal
Layanan bimbingan klasikal mempunyai berbagai fungsi, antara lain
sebagai berikut:
1) Dapat terjadinya interaksi sehingga saling mengenal antara guru bimbingan
dan konseling atau konselor dengan peserta didik atau konseli.
2) Terjalinnya hubungan emosional antara guru bimbingan dan konseling dengan
peserta didik sehingga akan terciptanya hubungan – hubungan yang bersifat
mendidik dan membimbing.
3) Terciptanya keteladanan dari guru bimbingan dan konseling bagi peserta didik
yng dapat berpengaruh terhadap perubahan-perubahan sikap dan perilaku
lebih baik pada peserta didik.
4) Sebagai wadah atau adanya media terjadinya komunikasi langsung antara
guru bimbingan konseling dengan peserta didik, khusus bagi peserta didik
5) Terjadinya kesempatan bagi guru bimbingan konseling melakukan tatap
muka, wawancara dan observasi terhadap kondisi peserta didik dan suasana
belajar di kelas.
6) Sebagai upaya pemahaman terhadap peserta didik dan upaya pencegahan,
penyembuhan, perbaikan, pemeliharaan, dan pengembangan pikiran,
perasaan, dan kehendak serta prilaku peserta didik.
6. Asas-Asas Bimbingan Konseling
Dalam penyelenggaraan layanan Bimbingan Konseling di Sekolah
hendaknya selalu mengacu pada asas-asas Bimbingan Konseling dan diterapkan
sesuai dengan asas-asas Bimbingan Konseling. Asas-asas Bimbingan Konseling
ini dapat diterapkan sebagai berikut: 6
a. Asas kerahasiaan
Secara khusus usaha layanan Bimbingan konseling adalah melayani
individu-individu yang bermasalah. Masih banyak orang yang beranggapan bahwa
mengalami masalah merupakan suatu aib yang harus ditutup-tutupi sehingga
tidak seorangpun (selain diri sendiri) boleh tahu akan adanya masalah itu.
Dalam hal ini masalah yang dihadapi seorang siswa tidak akan diberitahukan
kepada orang lain yang tidak berkepentingan. Segala sesuatu yang
disampaikan oleh siswa kepada konselor misalnya akan dijaga kerahasiaannya
6Dewa Ketut Sukari, Pengantar Pelaksanaan Programm Bimbingan dan Konseling di
karena asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam upaya Bimbingan
Konseling.
b. Asas kesukarelaan
Jika asas kerahasiaan memang benar-benar telah ditanamkan pada diri (calon)
terbimbing atau siswa atau klien, sangat dapat diharapkan bahwa mereka yang
mengalami masalah akan dengan sukarela membawah masalahnya itu kepada
pembimbing untuk meminta bantuan. Kesukarelaan tidak hanya dituntut pada
diri (calon) terbimbing atau siswa atau klien saja, tetapi hendaknya
berkembang pada diri penyelenggara.
c. Asas keterbukaan
Bimbingan Konseling yang efesien hanya berlangsung pada suasana
keterbukaan. Baik yang dibimbing maupun pembimbing atau Konselor
bersifat terbuka. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar berarti “bersedia
menerima saran-saran dari luar” tetapihal ini lebih penting masing-masing
yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan
masalah yang dimaksud.
d. Asas kekinian
Masalah klien yang berlangsung ditanggulangi melalui upaya Bimbingan
Konseling ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan kini (sekarang),
bukan masalah yang sudah lampau, dan juga masalah yang mungkin akan
dialami dimasa mendatang. Bila ada hal-hal tertentu yang menyangkut masa
Bimbingan Konseling yang sedang diselenggarakan, membahas hal itu
hanyalah merupakan latar belakang atau latar depan dari masalah yang akan
dihadapi sekarang sehingga masalah yang dihadapi itu teratasi.
e. Asas kemandirian
Seperti dikemukakan terdahulu kemandirian merupakan tujuan dari usaha
layanan Bimbingan Konseling. Dalam pemberian layanan para petugas
hendaknya selalu berusaha menghidupkan kemandirian pada diri orang yang
dibimbing, hendaknya jangan sampai orang yang dibimbing itu menjadi
tergantung pada orang lain, hususnya para pembimbing.
f. Asas kegiatan
Usaha layanan Bimbingan Konseling akan memberi buah yang tidak berarti,
bila individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai
tujuan-tujuan Bimbingan. Hasil usaha Bimbingan tidak tercipta dengan
sendirinya tetapi harus diraih oleh individu yang bersangkutan.
g. Asas kedinamisan
Upaya Bimbingan Konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri
individu yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.
Perubahan tidaklah sekedar mengulang-ulang hal-hal yang lama yang bersifat
monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju kesuatu pembaharuan,
yakni sesuatu yang lebih maju.
Layanan Bimbingan Konseling memadukan berbagai aspek individu yang
dibimbing, sebagaimana diketahui individu yang dibimbing itu memiliki
berbagai segi kalau keadaanya tidak saling serasi dan terpadu akan justru
menimbulkan masalah. Disamping keterpaduan pada diri individu yang
dibimbing, juga diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang
diberikan.
i. Asas kenormatifan
Sebagaimana dikemukakan terdahulu, usaha layanan Bimbingan Konseling
tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
j. Asas keahlian
Usaha layanan Bimbingan Koonseling secara teratur, sistematik dan dengan
mempergunakan teknik serta alat yang memadai. Asas keahlian ini akan
menjamin keberhasilan usaha Bimbingan Konseling akan menaikkan
kepercayaan masyarakat pada Bimbingan Konseling.
k. Asas alih tangan
Asas ini mengisyaratkan bahwa bila seorang petugas Bimbingan Konseling
sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk mebantu klien belum
dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka petugas itu mengalih
tangankan klien tersebut kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli.
l. Asas tut wuri handayani
Asas ini menunjukkan pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam
Lebih-lebih dilingkungan sekolah, asas ini mungkin dirasakan manfaatnya dan
bahkan perlu dilengkapi dengan “ingarso sung tulodho, ing madya
mananggun karso”. Asas ini menuntut agar layanan Bimbingan Konseling
tidak hanya disarankan adanya pada waktu siswa mengalami masalah yang
menghadap pembimbingn saja, namun siswa diluar hubungan kerja
kepemimpinan dan konseling pun hendaknya disarankan adanya dan
manfaatnya.
B. Kedisiplinan Siswa
1. Pengertian Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Kata disiplin yang dalam bahasa
inggris discipline, berasal dari akar kata bahasa latin yang sama (discipulus) yang
dengan kata discipline mempunyai makna yang sama yaitu mengajari atau
mengikuti pemimpin yang dihormati.7 Kedisiplinan merupakan suatu hal yang
sangat mutlak dalam kehidupan manusia, karena seorang manusia tanpa disiplin
yang kuat akan merusak sendi-sendi kehidupannya, yang akan membahayakan
dirinya dan manusia lainnya, bahkan alam sekitarnya.8
Kedisiplinan memiliki pengertian yang berbeda-beda, untuk mendapatkan
gambaran dan pengertian yang jelas tentang kedisiplinan, berikut dikemukakan
pengertian disiplin menurut beberapa ahli yaitu: Pengertian disiplin secara
7C. Laudon, Kenneth & P. Laudon, Jane. Sistem Informasi Manajemen Mengelola Perusahaan
Digital. Edisi 8. (Yogyakarta: Andi Offset. 2005) hlm. 12
8
konvensional mengajarkan bahwa hadiah adalah pendorong terbaik dalam
membantu individu untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Dan salah satu
prinsip pembentuk disiplin adalah mengajari seseoarang untuk melakukan hal
yang benar agar memperoleh perasaan yang nyaman yang hakiki saat melakukan
sesuatu dan memberikan kontribusi kepada masyarakat.9 Disiplin tidak sama
dengan hukum, karena hukum adalah sesuatu yang menyakitkan atau menghina
yang dilakukan orang yang lebih berkuasa kepada orang yang kurang berkuasa
dengan harapan akan menghasilkan perubahan perilaku.10
Anak yang memiliki kedisiplinan diri memiliki keteraturan diri berdasarkan
nilai agama, nilai budaya, aturan-aturan pergaulan, pandangan hidup dan sikap
hidup yang bermakna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Artinya
tanggung jawab orang tua adalah mengupayakan agar anak berdisiplin diri untuk
melaksanakan hubungan dengan Tuhan yang menciptakannya, dirinya sendiri,
sesama manusia dan lingkungan alam dan makhluk hidup lainnya berdasarkan
nilai moral. Orang tua yang mampu seperti diatas berarti mereka telah
mencerminkan nilai-nilai moral dan bertanggung jawab untuk mengupayakannya.
Pengertian lain menyatakan bahwa kedisiplinan adalah sebagai sikap,
tingkahlaku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan arti lembaga yang tertulis
maupun tidak.11 Sikap dan perilaku dalam berdisiplin ditandai oleh berbagai
inisiatif, kemauan dan kehendak untuk menaati peraturan seperti disebuah pondok
pesantren. Artinya seorang santri yang dikatakan memiliki kedisiplinan yang
tinggi tidak semata-mata taat dan patuh pada peraturan secara kaku dan mati,
namun juga mempunyai kehendak (niat) untuk menyesuaikan diri dengan
peraturan organisasi.
Dari beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
kedisiplinan bagi siswa merupakan suatu sikap atau perilaku yang menunjukkan
nilai ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan-aturan, tata tertib, norma-norma bagi
siswa yang mampu menyesuaikan prosedur suatu lembaga yang berlaku yang
disebabkan atas dasar kesadaran ataupun kerelaan diri maupun oleh suatu perintah
ataupun juga tuntutan yang lain baik tertulis maupun yang tidak tertulis, yang
tercermin dalam bentuk tingkah laku (perilaku) dan sikap. Dengan adanya
peraturan baik tertulis ataupun tidak tertulis diharapkan agar para siswa memiliki
sikap dan perilaku disiplin yang tinggi dalam menjalankan tata tertib yang ada di
sekolah.
11 Rahman. 2011. Pengertian, Definisi, Metode Pembelajaran Menurut Para Ahli. [Online].
2. Aspek-Aspek Kedisiplinan
Kedisiplinan memiliki 3 (tiga) aspek. Ketiga aspek tersebut adalah:
a. sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai
hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan
pengendalian watak.
b. pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku, norma, kriteria,
dan standar yang sedemikan rupa, sehingga pemahaman tersebut
menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan
akan aturan. Norma, dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk
mencapai keberhasilan (sukses).
c. sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk
mentaati segala hal secara cermat dan tertib.12
Dalam hal ini berarti kedisiplinan memiliki tiga aspek penting, antara lain
yaitu sikap mental, pemahaman yang baik mengenai aturan perilaku, dan sikap
kelakuan yang menunjukkan kesungguhan hati untuk menataati aturan yang ada.
3. Bentuk-bentuk Kedisiplinan
Menurut Winkel W.S. dan Sri Hastuti, Bentuk- bentuk kedisiplinan adalah
a. Hadir di ruang kelas pada waktunya.
12Soegeng Prijodarminto. Disiplin Kiat Menuju Sukses. (Jakarta: Pradnya Paramita. 2004) hlm.
Kedisiplinan hadir di ruang kelas pada waktunya akan memacu
kesuksesan dalam belajar. Peserta didik yang sering terlambat hadir di ruang
kelas akan ketinggalan dalam memperoleh pelajaran, tidak akan mencapai
kesuksesan atau keberhasilan dengan baik dalam belajar.
b. Menaati tata pergaulan di sekolah
Sikap untuk disiplin dalam tata pergaulan di sekolah ini bisa diwujudkan
dengan tindakan-tindakan menghormati semua orang yang tergabung dalam
sekolah, menghormati pendapat mereka, menjaga diri dari perbuatan dan
sikap yang bertentangan dengan agama, saling tolong menolong dalam hal
terpuji serta harus selalu bersikap terpuji.
c. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah juga merupakan serentetan program
sekolah, maka peserta didik juga dituntut berdisiplin atau aktif mengikutinya
dengan mencurahkan segala potensi yang mereka miliki baik yang bersifat
fisik, mental, emosional dan intelektual. Kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan yang dilakukan di luar jam terjadwal dan bertujuan untuk
memperluaspengetahuan siswa, mendorong pembinaan nilai dan sikap serta
memungkinkan penerapan lebih lanjut pengetahuan yang telah dipelajari
d. Belajar di rumah
Dengan kedisiplinan belajar di rumah peserta didik menjadi lebih ingat
terhadap pelajaran yang telah dipelajari dan lebih siap untuk menghadapi.13
Sedangkan Menurut SuharsimiArikunto, bentuk-bentuk disiplin meliputi:
a. Disiplin dalam mengikuti pelajaran
Didalam pengelolaan pengajaran, disiplin merupakan suatu masalah
penting. Tanpa adanya kesadaran akan keharusan melaksanakan aturan
yang sudah ditentukan sebelumnya, pengajaran tidak akan mencapai target
maksimal.
b. Disiplin lingkungan
Semua siswa diberi kesempatan untuk melakukan apa yang dikehendaki
dalam lingkungannya dengan memperhatikan peraturan dan manfaat dari
kegiatan yang dilakukan sehingga siswa dapat menentukan suatu perilaku
yang berarti bagi dirinya.14
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bentuk disiplin peserta didik,
adalah disiplin dapat mentaati waktu, disiplin dalam berpakaian dan disiplin dalam
belajar di sekolah, dalam tata pergaulan di sekolah baik sesama peserta didik
maupun dengan guru dan staf yang ada di sekolah
13Winkel W.S. dan Sri Hastuti. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Insititu Pendidikan.
2004, hal. 205
14Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
4. Indikasi Perilaku Kedisiplinan
Indikasi perilaku kedisiplinan adalah suatu syarat yang harus dipenuhi
seseorang untuk dapat dikategorikan mempunyai perilaku disiplin. Indikasi tersebut
antara lain yaitu:
a. Ketaatan terhadap peraturan
Peraturan merupakan suatu pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola
tersebut dapat ditetapkan oleh orang tua, guru, pengurus atau teman bermain.
Tujuannya adalah untuk membekali anak dengan pedoman perilaku yang
disetujui dalam situasi tertentu. Dalam hal peraturan sekolah misalnya,
peraturan mengatakan pada anak apa yang harus dan apa yang tidak boleh
dilakukan sewaktu berada disekolah seperti memakai seragam sesuai dengan
jadwal yang ditentukan. Peraturan tersebut juga berlaku dilingkungan
pesantren, seperti memakai busana sesuai dengan peraturan yang ditetapkan
pesantren.
b. Kepedulian terhadap lingkungan
Pembinaan dan pembentukan disiplin ditentukan oleh keadaan lingkungannya.
Keadaan suatu lingkungan dalam hal ini adalah ada atau tidaknya
sarana-sarana yang diperlukan bagi kelancaran proses belajar mengajar ditempat
tersebut, dan menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan dimana mereka
berada. Yang termasuk sarana tersebut lain seperti gedung sekolah dengan
pendidikan lainnya, dalam hal ini seperti juga lingkungan yang berada di
pesantren seperti kamar tidur, mushola dan juga kamar mandi.
c. Partisipasi dalam proses belajar mengajar
Partisipasi disiplin juga bisa berupa perilaku yang ditunjukkan seseorang yang
keterlibatannya pada proses belajar mengajar. Hal ini dapat berupa absen dan
datang dalam setiap kegiatan tepat pada waktunya, bertanya dan menjawab
pertanyaan guru, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan tepat waktu,
serta tidak membuat suasana gaduh dalam setiap kegiatan belajar.
d. Kepatuhan menjauhi larangan
Pada sebuah peraturan juga terdapat larangan-larangan yang harus dipatuhi.
Dalam hal ini larangan yang ditetapkan bertujuan untuk membantu
mengekang perilaku yang tidakdiinginkan. Seperti larangan untuk tidak
membawa benda-benda elektronik seperti handphone, radio, dan kamera, dan
juga larangan untuk tidak terlibat dalam suatu perkelahian antar santri yang
merupakan usatu bentuk perilaku yang tidak diterima dengan baik di
lingkungan pesantran.15
Dapat disimpulkan bahwa indikasi kedisiplinan yaitu ketaatan terhadap
peraturan, kepedulian terhadap lingkungan, partisipasi dalam proses belajar mengajar
dan kepatuhan menjauhi larangan di lingkungan tempat tinggal.
5. Tujuan Diadakannya Disiplin
Kedisiplinan merupakan sebuah tindakan yang tidak menyimpang dari tata
tertib atau aturan yang berlaku untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan.
Dengan kata lain bahwa kedisiplinan sangat erat sekali hubungannya dengan
peraturan, kepatuhan dan pelanggaran.16 Timbulnya sikap kedisiplinan bukan
merupakan peristiwa yang terjadi seketika. Kedisiplinan pada seseorang tidak dapat
tumbuh tanpa intervensi dari pendidikan, dan itupun dilakukan secara bertahap,
sedikit demi sedikit. Kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tua dan orang-orang
dewasa didalam lingkungan keluarga ini akan merupakan modal besar bagi
pembentukan sikap kedisiplinan dilingkungan sekolah.
Dilembaga pendidikan pada umumnya peraturan-peraturan yang harus ditaati
oleh siswa ataupun santri biasanya ditulis dan diundangkan, disertai dengan sanksi
bagi setiap pelanggarannya. Dengan demikian bila dibandingkan dengan penegakan
kedisiplinan pada lingkungan keluarga dengan lembaga pendidikan, maka penegasan
kedisiplinan dilembaga pendidikan lebih keras dan kaku. Tujuan kedisiplinan ada dua
macam yaitu:
a. Tujuan jangka pendek adalah membuat anak-anak anda terlatih dan terkontrol,
dengan mengajarkan mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan
yang tidak pantas atau yang masih asing bagi mereka.
b. Tujuan jangka panjang adalah perkembangan pengendalian diri sendiri dan
pengaruh diri sendiri (self control dan self direction) yaitu dalam hal mana
anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari
luar.17
Kedisiplinan mempunyai dua macam tujuan yaitu:
a. Membantu anak menjadi matang pribadinya dan mengembangkan pribadinya
dari sifat ketergantungan menuju tidak ketergantungan, sehingga ia mampu
berdiri sendiri diatas tanggung jawab sendiri.
b. Membantu anak untuk mampu mengatasi, mencegah timbulnya
problem-problem disiplin dan berusaha menciptakan situasi yang favorable bagi
kegiatan belajar mengajar, dimana mereka mentaati segala peraturan yang
telah ditetapkan.
Secara umum tujuan disiplin adalah untuk membentuk perilaku sedemikian
rupa hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya dan
tempat individu itu diidentifikasikan. Karena tidak ada pola budaya tunggal, tidak ada
pula satu falsafah pendidikan anak yang menyeluruh untuk mempengaruhi cara
menanamkan disiplin. Jadi metode spesifik yang digunakan didalam kelompok
budaya sangat beragam, walaupun semuanya mempunyai tujuan yng sama, yaitu
mengajari anak bagamana berperilaku dengan cara yang sesuai dengan standar
kelompok sosial (sekolah), tempat mereka diidentifikasikan.18
17Rahman., Op Cit. hlm. 34
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Disiplin
Terbentuknya disiplin diri sebagai tingkah laku yang berpola dan teratur
dipengaruhi oleh dua faktor berikut, antara lain:19
a. Faktor-faktor ekstern, yang dimaksu dalam hal ini adalah unsur-unsur yang
berasal dari luar pribadi yang dibina. Faktor-faktor tersebut yaitu:
1) Keadaan keluarga
Keluarga sebagai tempat pertama dan utama dalam pembinaan pribadi dan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Keluarga mempengaruhi
dan menentukan perkembangan pribadi seseorangdi kemudian hari.
Keluarga dapat menjadi faktor pendukung atau penghambat usaha
pembinaan perilaku disiplin. Keluarga yang baik adalah keluarga yang
menghayati dan menerapkan norma-norma moral dan agama yang
dianutnya secara baik. Sikap ini antara lain tampak dalam kesadaran akan
penghayatan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Dalam hal ini
orang tua memegang peranan penting bagi perkembangan disiplin dari
anggota-anggota dalam keluarga.
2) Keadaan lingkungan sekolah
Pembinaan dan pendidikan disiplin di sekolah ditentukan oleh keadaan
sekolah tersebut. keadaan sekolah dalam hal ini adalah ada tidaknya
sarana-sarana yang diperlukan bagi kelancaran proses belajar mengajar di
19 Unaradjan, Dolet. Manajemen Disiplin.( Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
tempat tersebut. dan yang termasuk dalam sarana tersebut antara lain
seperti gedung sekolah dengung sekolah dengan segala perlengkapannya,
pendidikan atau pengajaran, serta sarana-sarana pendidikan lainnya.
3) Keadaan masyarakat
Masyarakat sebagai suatu lingkungan yang lebih luas dari pada keluarga
dan sekolah, yang juga turut menentukan berhasil tidaknya pembinaan dan
pendidikan disiplin diri. suatu keadaan tertentu dalam masyarakat dapat
menghambat atau memperlancar terbentuknya kualitas hidup tersebut.
b. Faktor-faktor intern, yaitu unsur-unsur yang berasal dari dalam diri individu.
Yang dalam hal ini keadaan fisik dan psikis pribadi tersebut mempengaruhi
unsure pembentukan disiplin dalam diri individu.
1) Keadaan fisik
Individu yang sehat secara fisik atau biologis akan dapat menunaikan
tugas-tugas yang ada dengan baik. Dengan penuh vitalis dan ketenangan,
ia mampu mengatur waktu untuk mengikuti berbagai cara atau aktifitas
secara seimbang dan lancer. Dalam situasi semacam ini, kesadaran pribadi
yang bersangkutan tidak akan terganggu, sehingga ia akan menaati
norma-norma atau peraturan yang ada secara bertanggung jawab.
2) Keadaan psikis
Keadaan fisik seseorang mempunyai kaitan erat dengan keadaan batin atau
psikis seseorang tersebut. karena hanya orang-orang yang normal secara
masyarakat dan keluarga. Disamping itu, terdapat beberapa sifat atau sikap
yang menjadi penghalang usaha pembentukan perilaku disiplin dalam diri
individu. Seperti sifat perfeksionisme, perasaan sedih, perasaan rendah diri
atau inferior.
Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin dalam hal ini yaitu faktor
eksternal yang meliputi keadaan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat, serta
faktor internal antara lain yaitu keadaan fisik dan psikis seseorang.
7. Cara Menanamkan Kedisiplinan
Ada ratusan buku cara terbaik untuk mendisiplinkan anak, namun disiplin
yang efektif dapat disarikan menjadi beberapa prinsip dan strategi sederhana,
diantaranya yaitu:20
a. Buatlah aturan yang bagus yang jelas dan berlakukan dengan tegas. Lebih
baik lagi bila aturan-atura itu ditulis dan ditempelkan.
b. Beri peringatan atau petunjuk apabila anak anda mulai berbuat salah. Ini cara
terbaik untuk mengajari mereka cara mengendalikan diri.
c. Bentuklah perilaku positif dengan mendukung perilaku yang baik melalui
pujian atau perhatian dan mengabaikan perilaku yang sengaja dilakukan untuk
menarik perhatian anda.
20Shapiro. Mengajarkan Emotional Intellegence Pada Anak.(Jakarta: PTGramedia Pustaka