• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi Protista semester gasal di Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 2 Ngaglik Yogyakarta tahun ajaran 2018/2019 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi Protista semester gasal di Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 2 Ngaglik Yogyakarta tahun ajaran 2018/2019 - USD Repository"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI PROTISTA SEMESTER GASAL DI KELAS X MIPA 1

SMA NEGERI 2 NGAGLIK YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2018/2019

HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Bethista Sukma Cahyaningtyas 141434018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN,

yang menaruh

harapannya pada TUHAN.”

(Yeremia 17:7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk:

(5)
(6)

vi

EMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

(7)

vii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

(PBL) PADA MATERI PROTISTA SEMESTER GASAL DI KELAS X MIPA 1 SMA NEGERI 2 NGAGLIK YOGYAKARTA TAHUN AJARAN

2018/2019

Bethista Sukma Cahyaningtyas Universitas Sanata Dharma

2019 ABSTRAK

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru Biologi SMA Negeri 2 Ngaglik , rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa pada materi Protista disebabkan karena pembelajaran masih didominasi oleh guru dengan ceramah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi Protista di kelas X MIPA 1 SMA Negeri 2 Ngaglik Yogyakarta.

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 dengan subyek penelitian sebanyak 29 siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 2 Ngaglik Yogyakarta. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah soal tes, lembar observasi, dan kuesioner. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model PBL belum meningkatkan hasil belajar kognitif siswa di mana rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 40,2 dan siklus II sebesar 39,0 dengan skor n-gain = -1,8. Model ini belum meningkatkan hasil belajar afektif siswa juga di mana siklus I 75% termasuk kategori sedang dan 25% termasuk kategori rendah dan pada siklus II 25% termasuk kategori sedang, 63% termasuk kategori rendah, dan 13% termasuk kategori tinggi. Model ini juga belum meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu pada siklus I sebesar 55% termasuk kategori tinggi dan 45% termasuk kategori sedang dan pada siklus II 31% termasuk kategori tinggi dan 69% termasuk kategori sedang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran Problem Based Learning pada pada materi Protista belum meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 2 Ngaglik Yogyakarta. Kata kunci: problem based learning, hasil belajar kognitif, hasil belajar kognitif, motivasi belajar, materi Protista.

(8)

viii

APPLICATION OF PROBLEM BASED LEARNING (PBL) LEARNING MODEL IN THE ODD SEMESTER PROTISTA MATERIAL IN CLASS X

MIPA 1 IN SENIOR HIGH SCHOOL 2 NGAGLIK YOGYAKARTA IN THE ACADEMIC YEAR 2018/2019

Bethista Sukma Cahyaningtyas Sanata Dharma University

2019

ABSTRACT

Based on the observations and interviews conducted with Biology teachers at SMA Negeri 2 Ngaglik, the low motivation and student learning outcomes in Protista material were caused because learning was still dominated by teachers with lectures. This study aims to improve student motivation and learning outcomes by applying the Problem Based Learning learning model in Protista material in class X MIPA 1 Ngaglik 2 Public High School Yogyakarta.

This type of research is Classroom Action Research conducted in two cycles. The study was conducted in November 2018 with the subjects of the study were 29 students of class X MIPA 1 Ngaglik 2 Public High School Yogyakarta. The data collection instruments used were test questions, observation sheets, and questionnaires. Data are analyzed qualitatively and quantitatively.

The results showed that the application of the PBL model did not improve students' cognitive learning outcomes where the average learning outcomes in the first cycle were 40.2 and the second cycle was 39.0 with the score n-gain = -1.8. This model has not improved the affective learning outcomes of students also where the first cycle of 75% is in the medium category and 25% is in the low category and in the second cycle 25% is in the moderate category, 63% is in the low category and 13% is in the high category. This model also has not increased student learning motivation, namely in the first cycle of 55% including the high category and 45% including the medium category and in the second cycle 31% including the high category and 69% including the medium category. The conclusion of this study is the Problem Based Learning learning model in the Protista material has not increased the motivation and learning outcomes of students of class X MIPA 1 in Senior High School 2 Ngaglik Yogyakarta.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, kasih, dan, karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Materi Protista Semester Gasal di Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 2 Ngaglik Yogyakarta Tahun Ajaran 2018/2019”.

Skripsi ini diajukan dan disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan memberikan kekuatan kepadaku untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orangtuaku alm. Sukarman dan Magdalena Kusuma Wardani dan segenap keluarga yang selalu memberikan semangat, doa, bahkan support yang terbaik untukku baik secara moril maupun materiil.

3. Ika Yuli Listyarini, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan sabar membimbing dan membantu dalam penyusunan serta penyelesaian skripsi ini.

4. Kuswantini, S.Pd, selaku guru Biologi kelas X MIPA 1 SMA Negeri 2 Ngaglik yang telah membantu dalam mewujudkan penelitian ini sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik.

5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Biologi, PakTri, Pak Sulis, Pak Kris, Romo Wir, Pak Tardhi, Bu Ika, Bu Nia, Bu Luisa, Bu Wiwid, Bu Nana, dan Bu Ratna yang sudah mendidik dan membimbing penulis untuk belajar dengan baik selama mengenyam pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

6. Segenap staf Sekretariat JPMIPA yang telah membantu dalam segala proses. 7. Agustian Bandaso beserta keluarga yang selalu memberikan support, doa,

(10)

x

8. Sahabat-sahabatku, Biogaul (Karisma, Cephin, Agata, Ebi, Erna, Viany, Estin, Merry, dan Jeane), komunitas Siap Tempur II, Septa, kak Kristin, Jill, DFJ, Tim Doa Pemuda GKI Gejayan, serta keluarga besar GKI Gejayan yang tidak henti-hentinya membantu, mendoakan, dan menyemangati saya.

9. Seluruh teman-teman Pendidikan Biologi 2014 atas dinamika dan semangatnya.

10. Siswa-siswi kelas X MIPA 1 SMA Negeri 2 Ngaglik yang telah membantu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

11.Semua pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu, penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap skripsi ini dapat menjadi inspirasi maupun alat bantu bagi seluruh pendidik agar dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan metode atau model pembelajaran di dalam kelas.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 6

B. Motivasi Belajar ... 8

C. Hasil Belajar ... 15

D. Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 16

E. Materi Protista ... 19

F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 19

G. Kerangka Berpikir ... 21

H. Hipotesis ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Jenis Penelitian ... 24

(12)

xii

C. Rancangan Penelitian ... 25

D. Instrumen Penelitian ... 29

E. Analisis Data ... 33

F. Indikator Keberhasilan ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Deskripsi Penelitian ... 40

B. Analisis Data ... 60

C. Pembahasan ... 63

D. Keterbatasan Penelitian ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 18

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Hasil Belajar Aspek Afektif ... 31

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Awal ... 32

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Akhir ... 32

Tabel 3.4 Kriteria Gain Ternormalisasi menurut Hake (1999) ... 35

Tabel 3.5 Penetapan Skor Ranah Afektif ... 36

Tabel 3.6 Kriteria Hasil Presentase Observasi Aspek Afektif ... 36

Tabel 3.7 Penetapan Skor Kuisioner ... 37

Tabel 3.8 Pedoman Skor Motivasi Siswa ... 38

Tabel 3.9 Indikator Keberhasilan ... 39

Tabel 4.1 Hasil Observasi Siklus I ... 47

Tabel 4.2 Hasil Post Test Siswa Siklus I ... 48

Tabel 4.3 Hasil Motivasi Belajar Siswa pada Siklus I ... 49

Tabel 4.4 Hasil Motivasi Belajar Siswa pada Siklus I terhadap Aspek ARCS .... 49

Tabel 4.5 Hasil Observasi Siklus II ... 56

Tabel 4.6 Hasil Post Test Siswa Siklus II ... 57

Tabel 4.7 Hasil Motivasi Belajar Siswa pada Siklus II ... 57

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 22 Gambar 3.1 Skema Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart ... 25 Gambar 4.1 Gambar yang ditampilkan pada kegiatan apersepsi pertemuan

pertama ... 44 Gambar 4.2 Gambar yang ditampilkan untuk menarik perhatian siswa dalam

belajar ... 45 Gambar 4.3 Beberapa perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya45 Gambar 4.4 Gambar yang ditampilkan pada kegiatan apersepsi pertemuan kedua

... 53 Gambar 4.5 Gambar yang ditampilkan untuk menarik perhatian siswa dalam

belajar ... 53 Gambar 4.6 Gambar yang ditampilkan untuk mengorientasi siswa pada masalah 54 Gambar 4.7 Suasana kelas saat post test siklus II dan salah satu kelompok yang

kurang tertib dan tenang saat mengerjakan post test ... 55 Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Rata-Rata Kognitif Siswa dan Selisih Skor

N-gain terhadap Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II ... 60 Gambar 4.9 Diagram Perbandingan Hasil Observasi Kelompok pada Siklus I dan

Siklus II ... 61 Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Motivasi Belajar Siswa pada Siklus I dan

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... 77

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 84

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) 1 ... 96

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) 2 ... 99

Lampiran 5 Kisi-Kisi Soal Post Test Siklus I ... 103

Lampiran 6 Soal Post Test I ... 104

Lampiran 7 Kunci Jawaban dan Panduan Skoring Post Test Siklus I ... 107

Lampiran 8 Kisi-Kisi Soal Post Test II ... 110

Lampiran 9 Soal Post Test II ... 111

Lampiran 10 Kunci Jawaban dan Panduan Skoring Post Test Siklus II ... 114

Lampiran 11 Lembar Observasi ... 116

Lampiran 12 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar Awal dan Akhir ... 118

Lampiran 13 Kuesioner Motivasi Awal ... 119

Lampiran 14 Kuesioner Motivasi Akhir ... 122

Lampiran 15 Data Nilai Post Test Siklus I dan Siklus II ... 125

Lampiran 16 Data Hasil Observasi Siswa Siklus I ... 126

Lampiran 17 Data Hasil Observasi Siswa Siklus II ... 127

Lampiran 18 Data Hasil Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 128

Lampiran 19 Data Hasil Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 131

Lampiran 20 Contoh Hasil Pengerjaan LKS 1 oleh Siswa ... 134

Lampiran 21 Contoh Hasil Pengerjaan LKS 2 oleh Siswa ... 137

Lampiran 22 Contoh Hasil Pengerjaan Soal Post Test I oleh Siswa ... 141

Lampiran 23 Contoh Hasil Pengerjaan Soal Post Test II oleh Siswa ... 143

Lampiran 24 Contoh Pengisian Kuesioner Motivasi Awal oleh Siswa ... 146

Lampiran 25 Contoh Pengisian Kuesioner Motivasi Akhir oleh Siswa ... 149

Lampiran 26 Contoh Pengisian Lembar Observasi Siklus I ... 153

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Biologi merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan alam atau sains yang mempelajari tentang makhluk hidup beserta lingkungannya. Selama ini, penerapan pembelajaran Biologi umumnya masih memiliki kendala yaitu kurangnya siswa dalam memahami dan menyerap materi secara optimal. Kendala ini timbul karena pada umumnya proses pembelajaran masih berpusat pada guru. Siswa di kelas hanya menjadi penerima informasi yang disampaikan oleh guru tetapi siswa sendiri seringkali masih belum benar-benar memahami apa yang disampaikan oleh gurunya tersebut. Sebab, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru masih kurang efektif. Guru kurang mengaitkan permasalahan yang ada di lingkungan sekitar dengan pembelajaran di sekolah. Akibatnya siswa menjadi kurang termotivasi untuk belajar, cenderung pasif di kelas, mudah bosan, kurang berpikir kreatif, dan bagi mereka kegiatan pembelajaran pun terlihat kurang menarik untuk mereka pelajari. Hal ini pun menyebabkan hasil belajar siswa pun menurun.

(17)

belajar mereka. Hal lainnya disebabkan oleh karena dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode pembelajaran berupa ceramah. Dari hasil wawancara guru pada pra penelitian, perolehan nilai untuk materi Protista pada tahun ajaran sebelumnya hanya 40% siswa yang dapat dikatakan tuntas. Adapun KKM SMA Negeri 2 Ngaglik untuk mata pelajaran Biologi kelas X adalah 65.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 26 Oktober 2019 siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 2 Ngaglik diketahui selama proses pembelajaran Biologi berlangsung terlihat pembelajaran didominasi oleh guru dengan penyampaian materi berupa ceramah. Dalam proses pembelajaran tersebut juga terlihat masih banyak siswa yang ramai, berjalan-jalan di dalam kelas, kurang aktif, dan hanya beberapa siswa saja yang memperhatikan penjelasan guru di depan kelas. Siswa juga terlihat jarang melakukan tanya jawab dengan guru meskipun guru beberapa kali memberikan kesempatan untuk tanya jawab.

Guru juga selama ini dalam menyampaikan materi kurang memberikan contoh-contoh kontekstual yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang diberikan saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan pemberian contoh-contoh kontekstual tersebut, siswa akan lebih terbantu dalam memahami dan menyerap materi secara optimal. Apalagi jika contoh-contoh kontekstual tersebut berkaitan dengan fenomena atau permasalahan-permasalahan yang biasa terjadi di lingkungan sekitar siswa atau lingkungan yang lebih luas.

(18)

Dengan adanya bentuk penyajian materi tersebut, siswa akan lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan rasa ingin tahu siswa juga akan meningkat. Hal ini juga akan mengurangi siswa melakukan kegiatan yang tidak perlu selama proses pembelajaran berlangsung. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme yang di mana dalam fokus pembelajarannya adalah pada masalah yang dipilih (Suyitno, 2014). Melalui penggunaan model pembelajaran ini siswa akan menjadi lebih mudah dalam belajar apabila dihadapkan pada berbagai macam masalah yang ada di dalam kehidupan sehari-harinya lalu mengaitkannya dengan pembelajaran yang sudah diterima di kelas. Materi protista sendiri adalah materi yang meliputi tentang organisme mirip hewan, tumbuhan serta jamur. Karena materi ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa, maka dengan adanya model pembelajaran yang demikian diharapkan siswa bisa menjadi lebih optimal dalam memahami materi, aktif, tidak merasa bosan saat mengikuti pembelajaran Biologi di kelas, dan hasil belajar siswa pun menjadi meningkat.

Sehubungan dengan uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Materi Protista Semester Gasal di Kelas X MIPA 1 SMA Negeri 2 Ngaglik Yogyakarta Tahun Ajaran 2018/2019”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah:

(19)

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 2 Ngaglik Yogyakarta tahun ajaran 2018/2019.

2. Motivasi Belajar

Motivasi belajar berkaitan dengan hal-hal yang menggerakkan siswa untuk mau belajar. Dalam penelitian ini kuesioner pembelajaran digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa. Kemudian, model pengukuran yang akan digunakan adalah model ARCS. Model ARCS adalah suatu strategi yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa dalam belajar. Model ini terdiri dari empat komponen yang akan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung yaitu dari awal hingga akhir pembelajaran. Keempat komponen tersebut ialah Attention (perhatian), Relevamce (kegunaan), Confidance (kepercayaan diri), dan Satisfaction (kepuasan). Di dalam penelitian ini motivasi belajar siswa yang akan diteliti berkaitan dengan kesiapan siswa dalam pembelajaran, keseriusan siswa, dan partisipasi siswa dalam pembelajaran (Fatimah dan Aziz A, 2013).

3. Hasil Belajar

Penilaian/evaluasi hasil belajar yang dilakukan terbatas pada penilaian kognitif dan afektif saja, sebab dalam penelitian ini tidak dilakukan praktikum sehingga penilaian secara psikomotorik tidak dilakukan. 4. Materi Pembelajaran

(20)

5. Model Pembelajaran Problem Based Learning

Kegiatan yang akan dilakukan adalah siswa belajar dengan diperhadapkan pada berbagai macam permasalahan tentang Protista yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan mengaitkannya dengan pembelajaran yang sudah diterima di kelas.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

“Mengetahui hasil penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi Protista semester gasal di kelas X MIPA 1 SMA Negeri 2 Ngaglik Yogyakarta tahun ajaran 2018/2019.”

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat: 1. Bagi Peneliti

Dapat menjadikan penelitian ini sebagai suatu pengalaman untuk bekal di masa yang akan datang terutama dalam menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning.

2. Bagi Guru

Dapat menambah pengetahuan serta informasi mengenai model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

3. Bagi Siswa

Membantu siswa dalam memahami dan mempelajari materi Protista secara menyenangkan dan tidak membosankan sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

4. Bagi Sekolah

(21)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Arikunto (2002) melalui papapan penggabungan definisi dari tiga kata yakni, Penelitian + Tindakan + Kelas menjelaskan PTK sebagai berikut.

1. Penelitian dijelaskan sebagai kegiatan dalam mencermati objek menggunakan aturan metodologi tertentu yang bertujuan untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan dijelaskan sebagai suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang mana di dalam penelitian berupa rangkain siklus kegiatan.

3. Kelas dijelaskan sebagai sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Berdasarkan penggabungan pengertian ketiga kata tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkandan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

(22)

kelas pada saat berlangsungnya suatu kegiatan belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasa tertentu pada suatu mata pelajaran.

Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan. Dengan demikian, PTK merupakan tugas dan tanggungjawab guru terhadap kelasnya sehingga ketika guru mau dan mampu melaksanakan PTK terdapat manfaat yang dapat dipetik oleh guru terkait dengan komponen pembelajaran. Manfaat tersebut antara lain adalah:

1. Sebagai inovasi dalam pembelajaran

2. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas 3. Sebagai peningkatan profesionalisme guru

Ditinjau dari karakteristiknya, PTK memiliki karakteristik antara lain: 1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional

2. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya

3. Peneliti sekaligus sebagai praktisi dalam melakukan refleksi

4. Memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas instruksional

5. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah beberapa siklus

(23)

yang dilakukan pada siklus tersendiri. Demikian seterusnya, atau dengan beberapa kali siklus (Aqib, 2006).

.

B. Motivasi Belajar

Pada umumnya, seseorang seringkali mengaitkan kata “motif” dengan kata “motivasi” untuk menjelaskan alasan seseorang melakukan sesuatu. Kata “motif” ini, biasanya diartikan sebagai upaya untuk mendorong seseorang melakukan sesuatu. Selain itu, motif juga diartikan sebagai penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga motivasi dapat disimpulkan sebagai daya penggerak yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu agar dapat mencapai tujuannya (Sardiman, 2008). Motivasi sendiri sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran siswa di dalam kelas terutama untuk mencapai tujuan belajar siswa.

Menurut Kurniasih (2012) dalam jurnalnya, motivasi belajar diartikan sebagai alat penguat atau daya pendorong seseorang/siswa untuk membangun keinginan kuat di dalam dirinya agar dapat belajar aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka merubah perilakunya baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dengan demikian, motivasi belajar menjadi salah satu faktor terpenting bagi berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif di dalam kelas, sebab dengan adanya motivasi belajar siswa menjadi tergerak untuk melakukan kegiatan belajar. Selain itu, motivasi juga menjamin siswa untuk tetap belajar untuk mencapai tujuan atau cita-citanya (Sardiman, 2008).

(24)

akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar para siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, motivasi memiliki tiga fungsi yaitu:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi berfungsi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut (Sardiman, 2008).

Setiap siswa memiliki dorongan tersendiri untuk mau belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari motivasi yang dimiliki oleh setiap individunya. Berikut merupakan ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi dalam belajar, menurut Revianandha (2013) dalam jurnalnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

1. Adanya hasrat serta keinginan untuk berhasil. 2. Adanya semangat dan kebutuhan dalam belajar. 3. Adanya harapan dan cita-cita di masa depan.

4. Adanya pemberian penghargaan dalam proses belajar. 5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

6. Adanya lingkungan yang kondusif yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan baik.

Apabila seorang siswa memiliki ciri-ciri seperti di atas maka, dapat dikatakan bahwa siswa tersebut memiliki motivasi yang cukup kuat. Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda dengan seorang siswa yang memiliki motivasi yang rendah.

(25)

motivasi ekstrinsik adalah dorongan untuk mencapai sesuatu yang diberikan oleh orang lain. Dengan demikian peran guru dan orang tua sangat dibutuhkan untuk mendorong siswa agar tetap memiliki motivasi belajar dengan memberikan semangat dan sikap positif.

Motivasi belajar seorang siswa juga tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Revianandha (2013) dalam jurnalnya, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berikut penjelasannya:

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang dipengaruhi dari dalam diri seseorang. Faktor internal ini meliputi faktor fisik (nutrisi (gizi), kesehatan, dan fungsi-fungsi fisik (terutama panca indera)) dan faktor psikologis (berhubungan dengan aspek-aspek yang mendorong atau pun yang menghambat aktivitas belajar pada siswa). Faktor internal yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah faktor psikologis.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari lingkungan. Faktor eksternal ini meliputi faktor non-sosial (meliputi keadaan udara (cuaca panas atau dingin), waktu (pagi, siang, malam), tempat (sepi, bising, atau kualitas sekolah tempat belajar), sarana dan prasarana atau fasilitas belajar) dan faktor sosial (meliputi faktor manusia (guru, konselor, dan orang tua), baik yang hadir secara langsung maupun tidak langsung (foto atau suara)). Faktor eskternal yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah faktor sarana dan prasarana, faktor sosial, dan faktor baik yang hadir secara langsung maupun tidak langsung

(26)

Dari penjelasan di atas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar sangat besar pengaruhnya terhadap hasil usaha seseorang. Apabila usaha yang dilakukan siswa bersifat positif, menunjang serta berorientasi pada kegiatan belajar, maka motivasi belajar tersebut akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

Dibutuhkan beberapa hal yang dapat digunakan sebagai cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa yang di antaranya adalah sebagai berikut (Sardiman, 2008) :

1. Memberi Angka

Siswa pada umumnya mengetahui hasil belajarnya melalui nilai yang diperolehnya berupa angka yang diberikan oleh gurunya. Siswa yang mendapatkan nilai yang baik akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi sedangkan siswa yang nilainya masih kurang baik mungkin akan frustasi atau malah menjadikannya sebagai pendorong motivasi untuk belajar lebih giat lagi. Dengan begitu pemberian nilai yang baik bagi siswa berpengaruh terhadap motivasi siswa yang bersangkutan untuk belajar.

2. Hadiah

Hadiah yang dimaksud dalam hal ini adalah pemberian hadiah kepada siswa yang mendapatkan atau menunjukkan prestasi belajar yang baik. Hadiah ini dapat dikatakan sebagai motivasi bagi siswa yang berprestasi. Namun, hadiah tidak selalu demikian untuk siswa yang masih kurang prestasinya. Justru mereka akan merasa tidak senang sehingga pemberian hadiah ini pun tidak selalu bisa menimbulkan motivasi bagi siswa. 3. Saingan/Kompetisi

(27)

hubungan persahabatan, perkelahian, pertentangan, atau persaingan antar kelompok belajar.

4. Ego-involvement

Ego-involvement adalah salah satu bentuk motivasi yang cukup penting bagi siswa karena dapat menumbuhkan kesadaran siswa betapa pentingnya tugas-tugas di sekolah dan mampu menerimanya sebagai tantangan sehingga dengan demikian mereka akan berusaha keras untuk menjaga harga dirinya agar dapat mencapai prestasi yang baik sebab, tugas yang diselesaikan dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri.

5. Memberi Ulangan

Siswa seringkali akan menjadi lebih giat belajar apabila mengetahui akan ada ulangan. Pemberian ulangan merupakan salah satu sarana yang bertujuan untuk memotivasi siswa dalam belajar. Namun, harus diketahui oleh guru juga bahwa pemberian ulangan yang terlalu sering dapat mengakibatkan siswa mudah bosan karena terlalu seringnya pemberian ulangan tersebut dan bersifat rutinitas. Untuk itu, guru harus terbuka kepada siswanya apabila akan diadakan ulangan.

6. Mengetahui Hasil

Ketika siswa mengetahui bahwa hasil belajar yang didapatkan mengalami peningkatan/kemajuan, hal ini akan mendorong siswa untuk terus belajar lebih giat lagi. Dengan begitu, siswa memiliki harapan bahwa hasilnya akan selalu meningkat.

7. Pujian

Pujian yang diberikan kepada siswa terhadap hal-hal yang telah dilakukannya dengan berhasil akan besar manfaatnya bagi siswa karena sebagai pendorong belajar baginya. Pemberian pujian ini pun akan menimbulkan perasaan senang dan puas bagi siswa yang bersangkutan. 8. Hukuman

(28)

adalah sebagai reinforcement yang negatif apabila hukuman diberikan secara tepat dan bijak sehingga dapat menjadi alat motivasi bagi siswa. Oleh karena itu, guru harus benar-benar memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

9. Hasrat untuk Belajar

Hasrat untuk belajar berarti adanya unsur kesengajaan untuk belajar atau ada maksud untuk belajar. Apabila dalam diri siswa terdapat hasrat untuk belajar, itu artinya dalam dirinya terdapat motivasi untuk belajar sehingga apabila hal tersebut ada dalam diri siswa tersebut maka hasil belajarnya akan lebih baik.

10.Minat

Minat sangat erat hubungannya dengan motivasi. Motivasi ini akan muncul karena ada kebutuhan, begitu pun dengan minat sehingga tepatlah apabila minat merupakan alat motivasi yang pokok.

11.Tujuan yang Diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima dengan baik oleh siswa adalah alat motivasi yang sangat penting. Karena dengan memahami tujuan tersebut akan timbullah gairah untuk terus belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas, hal-hal yang akan digunakan untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam penelitian ini antara lain lebih difokuskan pada pemberian angka, hadiah, memberikan ulangan, mengetahui hasil, pujian, hasrat untuk belajar, dan minat.

(29)

1. Attention (perhatian)

Perhatian merupakan dorongan rasa ingin tahu siswa yang disebabkan karena adanya rangsangan dari elemen-elemen yang baru/unik/lain dengan yang sudah ada. Pencapaian untuk komponen ini dapat dilihat dalam indikator seperti perhatian siswa saat pembelajaran sedang berlangsung, adanya ketertarikan siswa terhadap tujuan dan isi dari pelajaran yang akan dipelajari, dan kemauan untuk mempelajari materi pelajaran.

2. Relevance (relevansi)

Relevansi merupakan adanya suatu hubungan yang ditunjukkan antara materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Indikator pencapaian pada komponen ini meliputi adanya kesadaran siswa terhadap manfaat mempelajari materi dan siswa mampu menghubungkan materi dengan keadaan nyata.

3. Confidance (kepercayaan diri)

Kepercayaan diri adalah keadaan di mana siswa merasa mampu berinteraksi dengan lingkungan. Indikator pencapaiannya meliputi kemauan siswa dalam mempelajari isi materi pelajaran, kemauan siswa berlatih dan bekerja keras, memiliki usaha untuk menyelesaikan masalah dengan kemampuan sendiri, dan kesadaran siswa untuk tidak mencontek. 4. Satisfaction (kepuasan)

Keberhasilan siswa dalam mencapai suatu tujuan yang akan menghasilkan kepuasan. Dengan keberhasilan tersebut siswa akan termotivasi untuk mencapai tujuan tersebut. Indikator pencapaiannya meliputi kepuasan siswa dalam memecahkan masalah, kepuasan siswa dalam keberhasilan menemukan solusi, serta kepuasan peserta didik memperoleh nilai baik.

(30)

C. Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu interaksi seseorang terhadap lingkungannya yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai aspek yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan tersebut diartikan sebagai terjadinya peningkatan atau pengembangan diri menjadi lebih baik dari sebelumnya yang berawal dari tidak tahu menjadi tahu (Hamalik, 2007). Untuk mengetahui hal tersebut maka dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan proses tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hasil dari evaluasi atau penilaian ini disebut dengan hasil belajar. Dengan demikian, guru dapat mengetahui seberapa jauh siswa memahami dan menangkap materi yang telah diberikan sehingga guru pun dapat menentukan strategi pembelajaran yang lebih baik.

Menurut Bejamin S. Bloom, hasil belajar meliputi tiga aspek di antaranya adalah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Jihad dan Haris, 2013). Ranah kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berpikir. Lalu ranah afektif mencakup watak perilaku, seperti sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Sedangkan ranah psikomotorik berhubungan dengan aktivitas fisik seperti halnya menulis, melompat, dan sebagainya (Ratnawulan, 2015). Dalam penelitian ini aspek yang akan dinilai adalah pada aspek kognitif dan afektif saja karena mengingat dalam penelitian ini tidak dilakukan praktikum sehingga penilaian psikomotorik tidak dilakukan.

(31)

sikap dan kebiasaan belajar, serta masih banyak faktor lainnya. Adanya pengaruh dari dalam diri siswa ini merupakan hal yang wajar dan logis sebab siswa juga harus merasakan kebutuhan untuk belajar dan berprestasi (Sudjana, 2000). Berdasarkan penjelasan tersebut, kedua faktor digunakan dalam penelitian ini.

D. Model Pembelajaran Problem Based Learning

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme yang di mana dalam fokus pembelajarannya adalah pada masalah yang dipilih. Sehingga siswa tidak hanya mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah saja tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut (Suyitno, 2014). Karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning menurut Hamdayama (2014) adalah:

1. Belajar dimulai dengan satu masalah.

2. Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa.

3. Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu.

4. Memberikan tanggungjawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri.

5. Menggunakan kelompok kecil.

6. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL dimulai dengan adanya masalah yang nyata dalam kehidupan siswa yang kemudian siswa memperdalamnya untuk memecahkan masalah tersebut.

(32)

1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.

2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah dari berbagai sudut pandang.

3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengajuan hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Model pembelajaran PBL ini dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikirnya, pemecahan masalah, keterampilan intelektual, belajar berperan berbagai orang dewasa melalui simulasi dan menjadi self-regulated learner. Di bawah ini merupakan sintaks dari model pembelajaran Problem Based Learning menurut Hamdayama (2014).

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menurut Hamdayama (2014)

Fase Peran Guru

1. Orientasi siswa kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan segala hal yang akan dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar

(33)

Fase Peran Guru

penyelidikan individual mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan, eksperimen atau pengamatan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, melaksanakan eksperimen atau pengamatan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah 5. Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

Tabel 1

Setiap model pembelajaran tentunya terdapat kelebihan dan kelemahan yang perlu dicermati untuk keberhasilan penggunaannya. Demikian juga pada model pembelajaran Problem Based Learning. Berikut merupakan kelebihan dan kelemahan dari PBL menurut Warsono dan Hariyanto (2012).

Kelebihan dari PBL antara lain:

1. Siswa akan terbiasa menghadapi masalah (problem posing) dan tertantang untuk menyelesaikan masalah tidak hanya terkait dengan pembelajaran di kelas tetapi juga menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari (real world).

2. Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-teman.

3. Makin mengakrabkan guru dengan siswa. 4. Membiasakan siswa melakukan eskperimen. Kelemahan dari PBL antara lain:

(34)

2. Seringkali memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang panjang. 3. Aktivitas siswa di luar sekolah sulit dipantau.

E. Materi Protista

Protista merupakan organisme eukariotik pertama atau yang paling sederhana. Sebagai organisme eukariotik, Protista memiliki membran inti sel. Kajian evolusi menyatakan bahwa Protista juga merupakan organisme eukariotik yang paling awal (tertua). Protista meliputi organisme yang mirip dengan hewan, tumbuhan, dan jamur. Tubuhnya sebagian besar bersifat uniseluler dan ada pula yang bersifat multiseluler (Irnaningtyas, 2016).

Materi Protista merupakan materi yang diajarkan di kelas X pada semester ganjil. Pembelajaran tentang Protista ini didasarkan pada kompetensi dasar 3.6 mengelompokkan Protista berdasarkan ciri-ciri umum kelas dan mengaitkan peranannya dalam kehidupan dan 4.6 menyajikan laporan hasil investigasi tentang berbagai peran Protista dalam kehidupan. Materi yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi:

1. Klasifikasi Protista yang meliputi: a. Protista Mirip Hewan

b. Protista Mirip Tumbuhan c. Protista Mirip Jamur

2. Peranan Protista bagi Kehidupan Sehari-Hari yang meliputi: a. Protista yang menguntungkan

b. Protista yang merugikan

F. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam pembuatan peneliatan ini, maka peneliti menggunakan beberapa kajian sebagai acuan seperti berikut:

(35)

menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL di kelas XI MIA 1 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta mampu mencapai kategori kemampuan berpikir sangat kritis di mana pada siklus I dan siklus II memperoleh hasil 100%. Hasil belajar ranah kognitif siswa mengalami peningkatan di mana pada siklus I diperoleh rata-rata 60,25 dengan persentase 15% dan pada siklus II diperoleh rata-rata sebesar 69,75 dengan persentase 45%. Selain itu, siswa juga mampu mencapai indikator penilaian hasil belajar ranah psikomotorik yang sangat tinggi di mana pada siklus I dan siklus II mencapai hasil sebesar 100%.

2. Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Sistem Sirkulasi Kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL di kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa yaitu rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 64,76% dan pada siklus II sebesar 78,62%. Model ini juga meningkatkan hasil belajar afektif siswa, yaitu pada siklus I 14,28% siswa termasuk dalam kategori rendah dan 85,75% termasuk dalam kategori sedang. Pada siklus II 42,85% siswa termasuk dalam kategori tinggi dan 57,15% siswa termasuk dalam kategori sedang (Efiskoputra, 2017)

(36)

G. Kerangka Berpikir

Proses belajar mengajar akan menjadi lebih efektif, aktif, kreatif, dan menarik apabila disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dan menyenangkan seperti mengaitkan bahan pembelajaran dengan pengalaman nyata siswa dalam kehidupan sehari-harinya. Berdasarkan latar belakang yang terjadi di SMA Negeri 2 Ngaglik, guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran Biologi sehingga siswa menjadi kurang termotivasi dalam belajar yang hal tersebut berdampak pada hasil belajar mereka. Seperti diketahui bahwa pada proses pembelajaran tahun sebelumnya, hasil belajar siswa kelas X MIPA 1 pada materi protista hanya 40% siswa yang dapat dikatakan tuntas. Adapun KKM untuk mata pelajaran Biologi adalah 65.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang perlu diterapkan dalam permasalahan ini. Sebab, dengan model pembelajaran tersebut siswa dituntut untuk mencari tahu, mengembangkannya, dan mempresentasikan hasil diskusi yang berkaitan dengan materi pembelajaran (Protista) yang sebelumnya mungkin siswa sudah mendapatkannya dalam pengalaman nyata kehidupan sehari-hari mereka sehingga diharapkan kelas akan menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran.

(37)

Berikut adalah bagan dari kerangka berpikir.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Gambar 1 Hasil Observasi

 Kurangnya motivasi belajar siswa

 Metode pembelajaran yang dipakai oleh guru masih berupa ceramah

 Hasil belajar pada materi Protista hanya 40% siswa yang dapat dikatakan tuntas.

 Pencapaian KKM pada materi Protista masih rendah

 Siswa akan terbiasa menghadapi masalah (problem posing) yang ada di dalam kehidupan sehari-hari (real world)

 Memupuk solidaritas sosial siswa dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-teman.

 Makin mengakrabkan guru dengan siswa.

 Membiasakan siswa melakukan eskperimen.

 Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas XI MIA 1 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta pada materi sistem pertahanan tubuh.

 Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar materi sistem sirkulasi kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.

 Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning mampu meningkatkan hasil belajar IPA pada materi adaptasi makhluk hidup di kelas IX 3 MTsN Matangglumpangdua Kabupaten Bireuen (Armisyah, 2017).

Observasi awal Siswa kelas

X MIPA 1

(38)

H. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

(39)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

BAB IIIMETODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu suatu penelitian terhadap kegiatan belajar yang berupa sebuah tindakan yang sengaja dilakukan dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2002). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) juga merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan (Aqib, 2006).

B. Setting Penelitian 1. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa pada materi Protista.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X MIPA 1 SMA Negeri 2 Ngaglik Yogyakarta tahun ajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang.

3. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Ngaglik Yogyakarta yang beralamat di Jl. Besi Jangkang Km. 5, Sukoharjo, Ngaglik, Sukoharjo, Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55581. 4. Waktu Penelitian

(40)

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas Kemmis dan Mc Taggart. Pada setiap siklus model penelitian ini dilakukan beberapa tahapan berulang yang meliputi perencanaan (planning), aksi/tindakan dan observasi (acting and observing), serta refleksi (refleting). Hanya saja setelah suatu siklus selesai diimplementasikan khususnya refleksi, dilakukan perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri demikian seterusnya atau dengan beberapa siklus. Untuk lebih detailnya, berikut adalah skema dari model PTK Kemmis dan Mc Taggart.

Gambar 2

Gambar 3.1 Skema Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart (Aqib, 2006)

Penelitian ini didesain dengan melakukan proses pembelajaran yang dibagi menjadi dua siklus penelitian. Berikut adalah penjabaran dari kegiatan yang akan dilakukan selama penelitian.

1. Siklus I

(41)

memiliki durasi 3 45 menit dan terdiri dari beberapa tahapan. Berikut adalah tahapan-tahapan untuk siklus I.

a. Perencanaan (Planning)

Berikut adalah rencana tindakan yang akan dilakukan pada siklus I.

1) Menyusun perangkat pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, dan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai instrumen pembelajaran.

2) Menyusun instrumen pengumpulan data, seperti:

a) Menyusun soal-soal (pre test dan post test) beserta kunci jawabannya yang berkaitan dengan materi protista untuk mengukur dan mengetahui seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi yang akan dan telah dipelajari secara kognitif.

b) Membuat lembar observasi dan kuesioner untuk mengetahui perkembangan dan peningkatan hasil belajar siswa secara afektif dalam kelompok dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning.

b. Pelaksanaan dan Observasi (Acting and Observing)

Pada tahap ini, kegiatan yang akan dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan oleh peneliti yaitu penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning.

Adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap pelaksanaan ini, antara lain:

1) Guru mengkondisikan kelas dalam suasana belajar.

2) Guru memotivasi siswa dengan memberikan apresepsi menggunakan gambar/video dan beberapa pertanyaan serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

(42)

ini adalah tentang pengertian protista, ciri-ciri umum Protista, Protista mirip hewan (protozoa), dan peranannya baik secara menguntungkan maupun yang merugikan.

4) Guru mengorganisasikan siswa dalam kelompok – kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dan memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS).

5) Guru menjelaskan instruksi kegiatan yang akan dilakukan dan memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang instruksi yang belum jelas.

6) Guru memantau dan membimbing siswa dalam baik secara mandiri maupun dalam kelompok diskusi.

7) Setelah diskusi selesai, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya jika belum jelas.

8) Guru memberikan klarifikasi apabila ada yang belum tepat dan memberi penguatan pada hasil presentasi yang sudah benar. 9) Siswa diminta menyimpulkan pembelajaran yang telah dipelajari. 10)Guru memberikan test akhir (post test).

Tahap observasi pada siklus I ini dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Pada tahap ini, peneliti dibantu oleh observer lain (2 teman mahasiswa) melakukan pengamatan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hasil belajar kognitif diperoleh dari hasil tes tertulis, sedangkan hasil belajar afektif diperoleh menggunakan lembar observasi motivasi belajar dan kuesioner motivasi siswa.

c. Evaluasi (Evaluating)

(43)

d. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini, hasil yang diperoleh selama proses belajar mengajar, hasil tes dan lembar observasi siswa dibahas dan didiskusikan. Lalu, selanjutnya diidentifikasi kekurangan maupun kelebihannya selama proses siklus I dilakukan. Hasil refleksi antara observer dengan peneliti digunakan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I dan menjadi tindak lanjut dalam siklus II.

2. Siklus II

Seperti halnya pada siklus I, aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan dalam siklus II ini juga dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan yang dalam pertemuan tersebut memiliki durasi 3 45 menit dan terdiri dari beberapa tahapan. Berikut adalah tahapan-tahapan untuk siklus II.

a. Perencanaan (Planning)

Sebelum melaksanakan siklus II, peneliti terlebih dahulu merencanakan pelaksanaan berdasarkan refleksi siklus I. Adapun perencanaan untuk siklus II, yaitu:

1) Mengidentifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan pada hasil dan refleksi siklus I.

2) Menyiapkan seluruh instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

b. Pelaksanaan dan Observasi (Acting and Observing)

Adapun tahap pelaksanaan pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Guru memotivasi siswa dengan memberikan apresepsi

menggunakan gambar/video dan beberapa pertanyaan serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

(44)

3) Guru mengorganisasikan siswa dalam kelompok – kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dan memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS).

4) Guru menjelaskan instruksi kegiatan yang akan dilakukan dan memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang instruksi yang belum jelas.

5) Guru memantau dan membimbing siswa dalam baik secara mandiri maupun dalam kelompok diskusi.

6) Setelah diskusi selesai, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya jika belum jelas.

7) Guru memberikan klarifikasi apabila ada yang belum tepat dan memberi penguatan pada hasil presentasi yang sudah benar. 8) Siswa diminta menyimpulkan pembelajaran yang telah dipelajari. 9) Guru memberikan test akhir (post test).

Pada tahapan ini juga dilakukan observasi yang sama seperti pada siklus I.

c. Evaluasi (Evaluating)

Kegiatan evaluasi dilakukan dengan memberikan post test. d. Refleksi (Reflecting)

Hasil yang sudah diperoleh dari tahap observasi hingga evaluasi pada siklus II ini seperti hasil tes evaluasi, kuesioner motivasi siswa dan lembar observasi siswa akan dibahas kemudian dibuat kesimpulan, apakah tindakan yang sudah dilakukan berhasil atau tidak. Diharapkan pada akhir siklus II, motivasi dan hasil belajar siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 2 Ngaglik Yogyakarta akan mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan.

D. Instrumen Penelitian

(45)

1. Instrumen pembelajaran

Instrumen pembelajaran pada penelitian ini terdiri dari silabus, RPP untuk siklus I dan siklus II serta Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk siklus I dan siklus II.

2. Instrumen pengumpulan data a. Soal Tes

Tes adalah suatu cara untuk menilai peserta didik yang dirancang dan dilaksanakan pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu dan jelas (Ratnawulan, 2015). Tes juga merupakan alat evaluasi yang secara umum digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran (Subekti dan Firman, 1989). Tes ini terdiri dari sejumlah soal yang harus dikerjakan oleh siswa. Pada setiap soal yang ada dalam tes menghadapkan siswa pada suatu tugas. Agar hasil yang diperoleh dapat menggambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya, maka tes perlu dilakukan berulang-ulang dan instrumen tes yang digunakan juga harus valid dan reliabel

Untuk menilai keberhasilan siswa dalam ranah kognitif maka akan diberikan tes tertulis berupa post test siklus I dan post test siklus II.

b. Non Tes

(46)

kisi-kisi hasil belajar aspek afektif yang akan digunakan dalam penelitian (Setyaningsih, 2017).

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Hasil Belajar Aspek Afektif

No. Tingkat Kategori Aspek yang diamati

Nomor aspek yang diamati dalam lembar

observasi

1. Receiving (penerimaan)

Perhatian siswa dalam pembelajaran

1,3

2. Responding (jawaban)

Keberanian siswa

5. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai

Kemandirian

siswa 5

Tabel 2

(47)

setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Pernyataan-pernyataan tersebut berisi item positif dan item negatif.

Indikator motivasi belajar untuk kuesioner awal dan akhir siswa terdiri dari Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidance (kepercayaan diri), dan Satisfaction (kepuasan).

Berikut ini adalah kisi-kisi kuesioner motivasi belajar awal dan akhir yang digunakan dalam penelitian (Setyaningsih, 2017).

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Awal

No. Indikator

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Akhir

(48)

No. Indikator

Pengolahan dan analisis data dilakukan selama pelaksanaan penelitian secara terus menerus dari awal hingga akhir pelaksanaan tindakan. Oleh karena itu, data yang diperoleh baik dari hasil tes maupun non-tes perlu diolah dan dianalisis agar data tersebut menjadi bermakna. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis kualitatif

Data atau informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan, dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara mendeskripsikan hasil pengamatan selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

2. Analisis kuantitatif

Selain dianalisis dengan cara kualitatif, data hasil pengamatan juga dianalisis secara kuantitatif. Analisis kuantitatif merupakan analisis menggunakan rumus.

a. Analisis Hasil Belajar

(49)

kemampuan siswa pada ranah kognitif. Berikut adalah teknik perhitungan nilai post test siswa pada ranah kognitif (Zalukhu, 2016).

Setiap siswa akan dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai ≥ 65 berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) di SMA Negeri 2 Ngaglik.

Untuk mengetahui skor rata-rata kelas digunakan rumus sebagai berikut:

Ketuntasan klasikal dikatakan telah tercapai apabila siswa melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan target ideal 70 % dari jumlah siswa dalam kelas. Untuk mengetahui ketuntasan secara klasikal menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

KK = Ketuntasan klasikal

n1 = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 65

n = Jumlah siswa yang ikut tes/ banyaknya siswa

Selain dilakukannya perhitungan di atas, dalam penelitian ini juga dilakukan perhitungan Gain Analysis (N-gain). Gain sendiri merupakan peningkatan kemampuan yang dimiliki siswa setelah pembelajaran. Gain diperoleh dari selisih antara hasil pre test dan post test. Dikarenakan dalam penelitian ini hanya berupa hasil post

(50)

test, maka perhitungan gain dilakukan dengan menghitung selisih rata-rata kelas post test siklus I dan siklus II. N-gain adalah gain yang ternormalisasi. Perhitungan N-gain ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan perolehan gain dari seorang siswa. Selain itu, ini dilakukan untuk membandingkan hasil belajar kognitif siswa pada siklus I dan siklus II. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung N-gain menurut Archambault (2008).

Hasil skor gain ternormalisasi tersebut kemudian dikategorikan menurut tiga kategori di bawah ini:

Tabel 3.4 Kriteria Gain Ternormalisasi menurut Hake (1999)

Batasan Klasifikasi

N-gain > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ N-gain ≤ 0,7 Sedang

N-gain < 0,3 Rendah

Tabel 5

b. Analisis Lembar Observasi

Observasi dilakukan untuk melihat bagaimana sikap siswa di kelas selama mengikuti pembelajaran dengan model Problem Based Learning. Setiap observer menilai kelompok yang sama untuk setiap siklus. Berikut adalah cara untuk menghitung hasil observasi (Efiskoputra, 2017).

Keterangan:

(51)

r = jumlah keseluruhan skor yang diperoleh siswa t = skor maksimal

Penetapan skor untuk menilai hasil belajar siswa dalam ranah afektif ada pada tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.5 Penetapan Skor Ranah Afektif

Alternatif Jawaban Skor

Tinggi 3

Sedang 2

Rendah 1

Tabel 6

Adapun pedoman untuk menilai hasil belajar dalam ranah afektif ada pada tabel 3.5 yaitu:

Tabel 3.6 Kriteria Hasil Presentase Observasi Aspek Afektif Siswa

Presentase yang diperoleh Keterangan 77,79 < q < 100 Tinggi 55,56 < q < 77,78 Sedang 33,33 < q ≤ 55,55 Rendah

Tabel 7

Ta

(%) ∑ %

c. Analisis Motivasi Belajar Siswa

(52)

1) Kuisioner yang telah diisi oleh siswa dikelompokkan dalam pernyataan positif dan negatif.

2) Masing-masing kategori jawaban tersebut diberi skor. Penetapan skor untuk pernyataan positf dan negatif seperti pada tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.7 Penetapan Skor Kuisioner

Pilihan Jawaban

Skor Pernyataan

Positif

Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Tabel 8

3) Selanjutnya hasil skor tersebut dianalisis menggunakan perhitungan motivasi belajar setiap siswa dengan persamaan matematis sebagai berikut.

%

Keterangan:

∑ = skor yang diperoleh = skor maksimal

4) Mengkategorikan motivasi siswa

Setelah skor motivasi diperoleh, dilakukan penggolongan skor motivasi belajar sesuai kategori berdasarkan pedoman skor motivasi siswa pada tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.8 Pedoman Skor Motivasi Siswa Skor Siswa (%) Kategori

(53)

Skor Siswa (%) Kategori

51≤q≤76 Sedang

25≤q≤50 Rendah

Tabel 9

5) Selain itu, melalui data dari kuesioner yang ada, motivasi belajar siswa juga dihitung presentase dari tiap-tiap aspek ARCSnya (Sari, 2007). Cara menghitung presentase tiap aspek ARCS dari kuesioner motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 3.9 Indikator Keberhasilan

Indikator Keberhasilan Instrumen Indikator Ketercapaian Hasil belajar siswa

ranah kognitif

Post test siklus I dan Post test siklus II

(54)

Indikator Keberhasilan Instrumen Indikator Ketercapaian Motivasi belajar siswa Kuesioner motivasi

belajar

Motivasi belajar siswa mencapai 70% yang termasuk dalam kategori tinggi

(55)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 9 November 2018 dan 16 November 2018 bertempat di SMA Negeri 2 Ngaglik di kelas X MIPA 1 dengan subjek penelitian sebanyak 32 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 9 November 2018 hingga 16 November 2018. Dikarenakan Guru Biologi Ibu Kuswantini masih memberikan materi tentang Eubacteria dan setelah peneliti melakukan penelitian guru juga segera melanjutkan materi selanjutnya sebelum UAS, maka peneliti diberi kesempatan untuk mengajar oleh guru hanya dua kali pertemuan saja. Objek pada penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 2 Ngaglik pada materi protista.

(56)

1. Siklus I

a. Perencanaan Siklus I

Sebelum dilakukannya pertemuan siklus I, peneliti terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pertemuan siklus I yakni seperti penyusunan RPP, silabus, LKS, soal post test, lembar observasi, dan kuesioner. Pada perencanaan ini guru ikut memantau perencanaan yang akan dilakukan oleh peneliti sebelum memasuki pertemuan siklus I.

1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Penyusunan RPP ini dilakukan berdasarkan silabus yang digunakan pihak sekolah sehingga Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar diambil berdasarkan silabus yang ada di SMA Negeri 2 Ngaglik. Kompetensi Dasar yang digunakan dalam hal ini adalah KD 3.6 mengelompokkan Protista berdasarkan ciri-ciri umum kelas dan mengaitkan peranannya dalam kehidupan dan KD 4.6 menyajikan laporan hasil investigasi tentang berbagai peran Protista dalam kehidupan. Indikator diturunkan berdasarkan Kompetensi Dasar yang ada yang kemudian dijadikan sebagai tujuan pembelajaran.

Berikut adalah tahapan yang digunakan pada pembelajaran siklus I.

a) Peneliti membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam kemudian mengecek kehadiran siswa di kelas. Selanjutnya, peneliti memperkenalkan diri.

b) Peneliti menjelaskan model pembelajaran Problem Based Learning, aturan, dan hal-hal yang akan dilakukan oleh siswa.

(57)

d) Peneliti memberikan motivasi kepada siswa dengan menayangkan beberapa gambar dan bertanya kembali apakah ada siswa yang pernah mengalami penyakit malaria tersebut dan kira-kira apa penyebab utama dari malaria tersebut

e) Peneliti menyampaikan tujuan/ruang lingkup pembelajaran yang akan dibahas.

f) Peneliti membagikan kuesioner awal

g) Siswa diminta membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa.

h) Peneliti menarik perhatian siswa dengan menampilkan gambar berikut terkait pengertian dan ciri-ciri umum dari kingdom protista dan siswa diberi kesempatan untuk melakukan tanya jawab dengan peneliti terkait gambar yang ditampilkan.

i) Peneliti mengorientasi siswa pada masalah dengan menampilkan video Death by Tsetse Fly

j) Siswa berdiskusi dan mengerjakan LKS telah dibagikan oleh peneliti secara berkelompok.

k) Siswa melaporkan hasil diskusi dengan presentasi

l) Peneliti memberikan klarifikasi bila ada yang belum tepat dan memberi penguatan pada hasil presentasi yang sudah benar.

m) Siswa diminta menyimpulkan apa yang telah dipelajari kemudian siswa melakukan evaluasi dengan mengerjakan post test siklus I.

n) Siswa diminta mengungkapkan manfaat yang diperoleh setelah mempelajari materi yang telah dibahas.

(58)

memberikan penjelasan terkait maksud dan juga tujuan penelitian ini akan dilakukan sekaligus deskripsi perihal kelas yang akan digunakan untuk penelitian. Peneliti juga menanyakan hal-hal apa saja yang sekiranya harus dipersiapkan sebelum proses belajar mengajar dilakukan.

3) Menjelaskan kepada rekan sejawat yang bertugas sebagai observer perihal pengisian lembar observasi yang akan dilakukan di dalam kelas.

4) Mempersiapkan instrumen yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan dan Observasi Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 9 November 2018 dengan alokasi waktu 3 45 menit. Pada pertemuan pertama ini siswa mempelajari tentang protista secara umum dan kelompok protista mirip hewan (Protozoa). Pertemuan pertama dilaksanakan pukul 09:30-11:00 WIB yaitu pada jam pelajaran ke-3 hingga ke-5 dengan diselingi istirahat selama 15 menit setelah jam ke-3.

1) Kegiatan Awal

(59)

mendengar atau mengalami sendiri tentang penyakit malaria tersebut dan apa penyebabnya serta menanyakan apa hubungan malaria dengan materi protista secara umum. Tampak siswa kurang antusias untuk menanggapi sehingga untuk mengatasi hal tersebut peneliti memanggil beberapa nama siswa untuk menjawab pertanyaannya. Setelah itu, peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama ini.

Gambar 3

Gambar 4.1 Gambar yang ditampilkan pada kegiatan apersepsi pertemuan pertama.

Kegiatan berikutnya, peneliti membagikan kuesioner motivasi belajar awal kepada siswa dan meminta siswa untuk mengisinya dengan baik. Setelah selesai pengisian kuesioner, peneliti meminta siswa untuk membentuk 8 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Dalam pembentukan kelompok ini, siswa berkelompok sesuai dengan tempat duduk mereka. Sebab, kegiatan pembelajaran dilakukan di Laboratorium Biologi yang susunan meja dan kursinya sudah mengelompok. Hal ini dikarenakan Guru Biologi Ibu Kuswantini sebelumnya memberikan saran untuk memakai Laboratorium Biologi dalam memudahkan peneliti melakukan penelitian yang mana laboratorium tersebut terdapat fasilitas berupa layar dan proyektor yang memadai untuk membantu proses belajar mengajar.

2) Kegiatan Inti

(60)

kesempatan kepada siswa untuk tanya jawab dengan peneliti terkait gambar tersebut.

Gambar 4.2 Gambar yang ditampilkan untuk menarik perhatian siswa dalam belajar.

Gambar 4

Kegiatan selanjutnya, peneliti mengorientasi siswa pada masalah dengan menampilkan video yang berjudul Death by Tsetse Fly dan memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa terkait video tersebut. Lalu, siswa mendiskusikan pertanyaan tersebut. Setelah itu, peneliti membagikan LKS 1 pada tiap kelompok dan meminta siswa untuk mengerjakannya secara berkelompok. Setelah waktu mengerjakan LKS 1 selesai, setiap kelompok diminta untuk mengumpulkan LKS tersebut kepada peneliti. Kemudian, beberapa perwakilan kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas (Gambar 4.3). Dikarenakan saat itu masih banyak kelompok yang belum selesai melengkapi LKS mereka, maka peneliti meminta saat itu dua perwakilan kelompok yang pengerjaan LKS sudah selesai.

Gambar 4.3 Beberapa perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.

Gambar

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Tabel 1 Setiap model pembelajaran tentunya terdapat kelebihan dan
Gambar 2  Gambar 3.1 Skema Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart
Tabel 2 Sedangkan untuk kuesioner akan digunakan untuk melihat
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH METODE PROCESS GOAL SETTING TERHADAP MOTIVASI OLAHRAGA DAN PENGUASAAN KETERAMPILAN DASAR DROPSHOT CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS PADA ATLET PEMULA PB. 27) menyatakan

Unversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP SANTO ALOYSIUS TURI SLEMAN TAHUN AJARAN 2012/2013 PADA

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian dengan menggunakan uji statistic untuk menguji hipotesis agar bisa dijelaskan hubungan variabel

Pada akhir PLPG dilakukan uji kompetensi yang meliputi uji tulis dan uji kinerja (ujian praktik). Ujian tulis bertujuan untuk mengungkap kompetensi profesional dan

Itu berarti skor ketuntasan siswa kelas IV hanya 34,5% dari batas minimal ketuntasan rata-rata kelas, yaitu 75% sedangkan sesudah diterapkan model Inkuiri Sosial menunjukkan

Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih strategi untuk menyelesaikan masalah, siswa dapat.. memilih satu strategi yang tepat

PENGUMUMAN PEMENANG PELELANGAN UMUM PEKERJAAN PENGADAAN BIBIT TANAMAN PERKEBUNAN DINAS EKHUTANAN DAN PERKEBUNAN TAHUN ANGGARAN 2012.. Nomor : 14/ PBJ-ULP.MRS/ 32.L.14/ DAU/

Dan juga pada kesempatan ini penulis pun menggunakan program aplikasi tersebut untuk membuat sebuah iklan animasi sebuah produk minuman kaleng yang di kemas rapi dan di susun