• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis hasil persilangan Trihibrid (albino, snow, dan eclipse) pada Leopard Gecko (Eublepharis macularius) - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis hasil persilangan Trihibrid (albino, snow, dan eclipse) pada Leopard Gecko (Eublepharis macularius) - USD Repository"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HASIL PERSILANGAN TRIHIBRID (ALBINO, SNOW, DAN ECLIPSE) PADA LEOPARD GECKO (Eublepharis macularius)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Avanda Frido Gyonada NIM : 131434025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

ANALISIS HASIL PERSILANGAN TRIHIBRID (ALBINO, SNOW, DAN ECLIPSE) PADA LEOPARD GECKO (Eublepharis macularius)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Avanda Frido Gyonada NIM : 131434025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang

memberi kekuatan kepadaku.

Filipi 4 : 13

He has made everything beautiful in it’s time.

(Ecclesiastes 3 : 11)

Karyaku ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai perjalanan hidupku

Kedua orang tuaku tercinta, Yason Sugiharto dan Nini Trikarni

Keluarga dan saudaraku

Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan dukungan dan doa

Almamaterku Universitas Sanata Dharma

(6)
(7)
(8)

vii

ANALISIS HASIL PERSILANGAN TRIHIBRID (ALBINO, SNOW, DAN ECLIPSE) PADA LEOPARD GECKO (Eublepharis macularius)

Avanda Frido Gyonada 131434025

Universitas Sanata Dharma ABSTRAK

Leopard gecko (Eublepharis macularius) adalah jenis tokek yang hidup di permukaan tanah dan aktif pada fajar dan senja hari. Saat ini leopard gecko memiliki enam fenotip resesif, yaitu albino tremper, albino rainwater, albino bell, eclipse, patternless, dan blizzard, serta satu fenotip kodominan yaitu snow. Keenam fenotip resesif dan satu fenotip kodominan ini dapat diturunkan menjadi berbagai jenis corak dan warna pada leopard gecko. Proses pengembangbiakkan yang mudah merupakan alasan utama hewan ini menjadi komoditas budidaya. Untuk menghasilkan leopard gecko dengan harga yang lebih tinggi di pasaran dapat dilakukan dengan menyilangkan leopard gecko dengan fenotip yang berbeda untuk mendapatkan individu leopard gecko yang memiliki beberapa sifat beda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil persilangan trihibrid antara strain albino, snow dan eclipse serta mengetahui rasio fenotip yang muncul pada filial.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif dengan model rancangan eksperimental. Penelitian dilakukan dengan menyilangkan 4 ekor indukan leopard gecko (1 ekor jantan dan 3 ekor betina) yang memiliki 3 sifat pembeda (albino, snow dan eclipse). Penelitian dilakukan selama kurang lebih 6 bulan. Data yang diperoleh merupakan diagram hasil persilangan dan dianalisis secara deskriptif.

Hasil persilangan yang didapatkan yaitu 25 ekor filial dan terdapat 13 ekor filial yang memiliki fenotip sama dengan parental serta 12 ekor filial yang memiliki fenotip berbeda dengan parental. Pada persilangan ini muncul 2 ekor leopard gecko dengan kombinasi ketiga gen yang seluruhnya bersifat resesif yaitu albino, snow (homozigot resesif) dan eclipse.

(9)

viii

AN ANALYSIS OF TRIHYBRID RESULTS (ALBINO, SNOW, AND ECLIPSE) ON LEOPARD GECKO (Eublepharis macularius)

Avanda Frido Gyonada

131434025

Sanata Dharma University

ABSTRACT

Leopard gecko (Eublepharis macularius) is a type of gecko that lives on the ground and active at dawn and dusk. Currently leopard gecko has six recessive fenotypes, namely albino tremper, albino rainwater, albino bell, eclipse, patternless, and blizzard, and one codominant fenotype, snow. The six recessive fenotypes and one codominant fenotype, various types of hues and colors were derived from leopard gecko. An easy breeding process is the main reason for this animal to be a cultivation commodity. To produce a leopard gecko with a higher price, the breeders usually crossing leopard geckos with different fenotypes to get offspring leopard gecko which have several different properties. This study aims to determine the results of trihybrid crosses between albino, snow and eclipse strains and find out the phenotypic ratio that appears in the filial.

The type of research conducted was qualitative research with experimental design models. The study was carried out by crossing 4 leopard gecko sires (1 male and 3 females) which had 3 distinguishing features (albino, snow and eclipses). The study was conducted for approximately 6 months. The data obtained is a crossing diagram results and analyzed descriptively.

The results of the crossing there were a total of 25 filials and 13 filials which had the same phenotype as parental and 12 filials which had a different phenotype from parental. In this cross, 2 leopard gecko appeared with a combination of all three genes which are all recessive, namely albino, snow (homozygot recessive) and eclipse.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Hasil Persilangan Trihibrid (Albino, Snow, dan Eclipse) pada Leopard Gecko (Eublepharis macularius)” diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma. Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati dan menuntun penulis dalam penilitian baik perencanaan, proses, hingga akhir penulisan skripsi ini sehingga dapat berjalan dengan baik.

2. Universitas Sanata Dharma sebagai lembaga yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam berkarya menyelesaikan program studi di Pendidikan Biologi.

3. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan FKIP dan Bapak Dr. Marcellinus Andy Ruditho, S.Pd. selaku Ketua Jurusan JPMIPA Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku Kepala Program Studi Pendidikan Biologi serta Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis menyelesaikan pendidikan.

5. Ibu Retno Herrani Setyati, M.Biotech. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Biologi yang selalu mengingatkan akan penyelesaian skripsi dan yang selalu memberikan masukan, saran, semangat serta dukungan. 6. Ibu Y.M Lauda Feroniasanti, M.Si. selaku dosen pembimbing yang selalu

sabar dan tulus dalam membimbing, memberikan solusi, memberikan arahan, saran dan kritik, serta semangat dan dukungan setiap bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(11)

x

7. Bapak Ibu Dosen Pendidikan Biologi yang telah membimbing dan memberikan ilmunya selama penulis mengikuti perkuliahan di Pendidikan Biologi.

8. Mas Arif selaku staff sekretariat JPMIPA yang telah memberikan kemudahan.

9. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Yason Sugiharto dan Ibu Nini Trikarni, Adiku Kelvin yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Segenap keluarga besar, yang selalu memberikan doa, dukungan, dan motivasi.

11.Teman- temanku tersayang, Dila, Hosea, Niken, Karlin, Ira, Val, Alex, Fredy, Gerald, Ko Ronny, Ko Willy, Michael, Jojo, dan Yoyo yang telah memberi dukungan, motivasi kepada peneliti, dan membantu mengatasi kesulitan dalam melakukan penelitian.

12.Teman- teman Pendidikan Biologi 2013 tercinta, terimakasih atas kebersamaan kita selama empat tahun ini, terimakasih untuk semua keakraban, dukungan dan kerjasamanya.

13.Kepada semua pihak, semua orang dan instansi yang tidak sempat penulis sebutkan yang telah memberikan doa, bantuan, dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan sumbangan dalam ilmu pengetahuan.

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

A. Klasifikasi Leopard Gecko (Eublepharis macularius) ... 5

B. Habitat Leopard Gecko (Eublepharis macularius) ... 7

C. Variasi Fenotip pada Leopard Gecko (Eublepharis macularius) ... 8

1. Resesif ... 8

2. Dominan ... 14

(13)

xii

D. Perawatan Leopard Gecko (Eublepharis macularius) ... 19

1. Kandang ... 20

2. Pencahayaan dan Suhu ... 20

3. Substrat ... 21

4. Makan ... 21

5. Minum ... 22

E. Reproduksi Leopard Gecko (Eublepharis macularius) ... 22

F. Penelitian yang Relevan ... 24

G. Kerangka Berpikir ... 24

H. Hipotesa ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

C. Batasan Penelitian ... 28

D. Alat dan Bahan ... 28

E. Cara Kerja ... 28

F. Metode Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 31

1. Hasil Persilangan Pejantan M1 dengan Betina P1 ... 32

2. Hasil Persilangan Pejantan M1 dengan Betina P2 ... 36

3. Hasil Persilangan Pejantan M1 dengan Betina P3 ... 39

B. Keterbatasan Penelitian ... 42

BAB V PENUTUP ... 43

A. Kesimpulan ... 43

(14)

xiii

BAB VI IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN

UNTUK PEMBELAJARAN ... 44

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan ... 24

Tabel 4.1 Morfologi Parental (P) ... 32

Tabel 4.2 Hasil Persilangan M1 x P1 ... 33

Tabel 4.3 Hasil Persilangan M1 x P2 ... 36

Tabel 4.4 Hasil Persilangan M1 x P3 ... 39

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Leopard Gecko ... 7

Gambar 2.2 Penyebaran Wilayah Habitat Leopard Gecko ... 7

Gambar 2.3 Tremper Albino (Texas Albino) ... 9

Gambar 2.4 Rainwater Albino (Las Vegas Albino) ... 10

Gambar 2.5 Bell Albino (Florida Albino) ... 11

Gambar 2.6 Eclipse ... 11

Gambar 2.7 Mata Leopard Gecko Eclipse ... 12

Gambar 2.8 Mata snake eye pada Leopard Gecko Eclipse ... 12

Gambar 2.9 Mata Leopard Gecko Marble Eye ... 13

Gambar 2.10 Murphy Patternless ... 13

Gambar 2.11 Blizzard ... 14

Gambar 2.12 Enigma (1) ... 15

Gambar 2.13 Enigma (2) ... 15

Gambar 2.14 White and Yellow ... 16

Gambar 2.15 Gem Snow (1) ... 16

Gambar 2.16 Gem Snow (2) ... 17

Gambar 2.17 TUG Snow ... 17

Gambar 2.18 Mack Snow ... 18

Gambar 2.19 Super Snow ... 19

Gambar 2.20 Giant ... 19

Gambar 2.21 Jenis kelamin Leopard Gecko ... 23

Gambar 2.22 Bagan Kerangka Berpikir ... 26

Gambar 4.1 Diagram Persilangan M1 x P1 ... 34

Gambar 4.2 Diagram Persilangan M1 x P2 ... 38

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian ... 46

Lampiran 2 Silabus ... 47

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 53

Lampiran 4 Materi Pembelajaran ... 61

Lampiran 5 Lembar Kerja Peserta Didik ... 76

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan organisme berkembang biak atau menghasilkan keturunan merupakan salah satu karakteristik kehidupan. Perkembangbiakan dapat terjadi melalui suatu perkawinan, yang akan menghasilkan suatu keturunan. Keturunan mewarisi sifat parental, penerusan sifat dari satu generasi ke generasi berikutnya disebut pewarisan sifat atau hereditas (heredity, dari kata Latin here, pewaris). Bidang sains yang mempelajari hereditas dan variasi dalam penurunan sifat adalah genetika (Campbell, 2008).

Leopard gecko atau Eublepharis macularius adalah jenis tokek yang hidup di permukaan tanah dan aktif pada fajar dan senja hari. (Mirza et al dalam Ramadhani, 2016). Leopard gecko dewasa memiliki panjang tubuh mencapai 18-27 cm. Leopard gecko termasuk insektivora dengan pakan utama serangga. Serangga yang paling umum sebagai pakan adalah jangkrik. Beberapa peternak juga menggunakan ulat hongkong, ulat jerman, cacing lilin, cacing sutra serta anak mencit sebagai variasi pakan untuk leopard gecko.

(19)

Dalam dunia industri reptil peliharaan di Indonesia, leopard gecko merupakan hewan peliharaan yang tergolong baru. Warna tubuh yang unik pada leopard gecko menjadi alasan utama sebagai hewan piara. Warna tubuh yang unik didapat dari perkawinan selektif. Selain itu, perawatan yang mudah dan dapat bertahan dengan pakan terbatas dalam waktu lama juga menjadi alasan hewan ini diminati (Deric, 2012). Bagi para peternak, proses mengembangbiakkan dan menetaskan telur yang mudah pada leopard gecko merupakan alasan utama hewan ini menjadi komoditas budidaya hewan kesayangan.

Saat ini leopard gecko memiliki enam fenotip resesif, yaitu albino tremper, albino rainwater, albino bell, eclipse, patternless, dan blizzard, serta satu fenotip kodominan yaitu snow (Deric, 2012). Keenam fenotip resesif dan satu fenotip kodominan ini diturunkan berbagai jenis corak dan warna pada leopard gecko. Indonesia saat ini memiliki banyak peternak yang berpotensi menghasilkan leopard gecko dengan berbagai keragaman warna serta corak baru.

Untuk menghasilkan leopard gecko dengan harga yang lebih tinggi di pasaran dapat dilakukan dengan menyilangkan leopard gecko dengan fenotip yang berbeda untuk mendapatkan satu individu leopard gecko yang memiliki beberapa sifat beda. Berdasarkan uraian permasalahan di atas,

maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hasil

(20)

3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil persilangan trihibrid antara strain albino, snow dan eclipse?

2. Berapakah rasio fenotip yang muncul pada filial?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui hasil persilangan trihibrid antara strain albino, snow dan eclipse.

2. Mengetahui rasio fenotip yang muncul pada filial.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang pewarisan sifat pada leopard gecko (Eublepharis macularius) serta mendapatkan leopard gecko dengan fenotip trihibrid resesif.

2. Bagi Pendidikan

(21)

rasio fenotip pada filial yang dihasilkan dari persilangan trihibrid serta dapat menjadi sumber referensi ilmiah untuk dijadikan landasan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan masalah penelitian ini. 3. Bagi Masyarakat

(22)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Leopard Gecko (Eublepharis macularius)

Leopard gecko adalah hewan krepuskular, yaitu hewan yang aktif pada waktu fajar dan senja (Mirza et al dalam Ramadhani, 2016). Leopard gecko memiliki tubuh yang panjang dan sempit dengan ekor lebar, pendek dan berlemak. Tubuhnya memiliki warna dasar kuning dan terdapat totol- totol atau bercak hitam. Leopard gecko hasil tangkaran memiliki berbagai macam pola dan warna yang berbeda.

Tidak seperti kebanyakan tokek, leopard gecko memiliki kelopak mata yang dapat bergerak dan jari kaki yang tidak lengket karena leopard gecko memiliki lamellae lebih sedikit pada telapak kaki dibandingkan jenis tokek lain. Umur leopard gecko yang berada di alam liar ialah 15 tahun, sedangkan umur leopard gecko yang berapa dalam penangkaran ialah 20 tahun (catatan Ron Tremper menunjukkan umur tertua 29 tahun). Leopard gecko dewasa memiliki panjang sekitar 18-27 cm dan berat sekitar 45-65g sedangkan anakan yang baru menetas berukuran panjang 6,5-8,4 cm dan berat sekitar 3g (Anonim, 2006). Beberapa jantan yang berasal dari bloodline Super Giant dapat mencapai hampir 30 cm dan memiliki berat

melebihi 160 gram (Anonim, 2011).

(23)

Leopard gecko merupakan pengumpan oportunistik (opportunistic feeders), yang berarti leopard gecko tidak akan pergi mencari mangsa

namun menunggu mangsa lewat di depan mata. Leopard gecko banyak menghabiskan waktunya bersembunyi di kayu atau di bawah batu. Salah satu perilaku leopard gecko adalah sering menjilati bola matanya dengan alasan yang tidak diketahui. Leopard gecko tidak seagresif spesies lain, meskipun pejantannya bersifat teritorial dan bisa agresif pada pejantan lain (Anonim, 2006).

Leopard gecko pertama kali digambarkan sebagai spesies oleh ahli zoologi Edward Blyth pada tahun 1854 sebagai Eublepharis macularius. Nama Eublepharis berasal dari kombinasi kata Yunani Eu (baik) dan blephar (kelopak mata) karena leopard gecko memiliki kelopak mata,

sedangkan macularius berasal dari macula bahasa Latin yang berarti "bintik" atau "noda", mengacu pada hewan ini memiliki bintik atau totol atau noda pada tubuhnya (Abraham dalam Ramadhani, 2016). Taksonomi selengkapnya dari hewan ini ialah:

Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Reptilia Bangsa : Squamata Keluarga : Eublepharidae Marga : Eublepharis

(24)

7

Gambar 2.1 Leopard Gecko

Sumber: K&N Exotics (www.reptilecalculator.com)

B. Habitat Leopard Gecko (Eublepharis macularius)

Habitat leopard gecko adalah di daerah semi-gurun, padang rumput kering, dan daerah berbatu di wilayah selatan Asia seperti Iran, Irak, Afghanistan, Pakistan dan India. Leopard gecko hidup dapat ditemukan pada lantai dasar hutan yang meliputi bagian bawah kayu, bongkahan batu besar, tumpukan daun kering dan lubang dalam tanah (Anonim, 2006)

Gambar 2.2 Penyebaran Wilayah Habitat Leopard Gecko Sumber: Anonim, 2006

(25)

Suhu musim dingin di daerah ini dapat sangat rendah, di bawah 10°C, sehingga memaksa hewan bawah tanah ini melakukan semi-hibernasi yang disebut brumation, yaitu hidup dengan cadangan lemak. Leopard gecko berada pada liang sepanjang hari tapi menjadi aktif saat fajar dan senja apabila suhu menguntungkan (hangat). Hewan ini biasa hidup secara soliter, sehingga dalam penangkaran biasanya satu kandang digunakan untuk satu ekor hewan (McLean and Vickaryous dalam Ramadhani, 2016).

C. Variasi Fenotip pada Leopard Gecko (Eublepharis macularius)

Saat ini leopard gecko memiliki enam fenotip resesif, yaitu albino tremper, albino rainwater, albino bell, eclipse, patternless, dan blizzard,

serta satu fenotip kodominan yaitu snow (Deric, 2012). Keenam fenotip resesif dan satu fenotip kodominan ini diturunkan berbagai jenis corak dan warna pada leopard gecko, selain itu proses persilangan selective breed yang sudah dilakukan oleh banyak peternak sudah menghasilkan fenotip- fenotip baru di antaranya marble eye, enigma, white and yellow (w/y), giant dan masih banyak lagi.

1. Resesif a. Albino

(26)

9

gen yang berbeda untuk mengendalikan sifat unik yang dimiliki oleh masing- masing tipe.

Perkawinan silang antar tipe albino satu dengan yang lain akan menghasilkan keturunan yang normal dengan membawa kedua genetik albino yang berbeda. Menyilangkan leopard gecko antar tipe albino merupakan hal yang sudah dilarang oleh para breeder. Hal ini merupakan kode etik dalam menyilangkan leopard gecko karena akan mengakibatkan kerancuan genetik pada keturunan selanjutnya (Perez, 2011).

(1.) Tremper Albino (Texas Albino)

Tremper Albino atau Texas Albino merupakan strain albino

pertama yang ditemukan pada tahun 1996 oleh Ron Tremper. Tremper albino memiliki warna yang beragam mulai dari cokelat tua hingga kuning muda, oranye dan merah muda. Mata dari strain albino ini cenderung berwarna perak dengan urat merah (Perez, 2011).

(27)

(2.) Rainwater Albino (Las Vegas Albino)

Rainwater Albino atau Las Vegas Albino pertama kali

ditemukan oleh Tim Rainwater pada tahun 1998 (Anonim, 2013).

Gambar 2.4 Rainwater Albino (Las Vegas Albino) Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com) (3.) Bell Albino (Florida Albino)

Bell Albino (dahulu sering disebut Florida Albino) adalah strain

(28)

11

Gambar 2.5 Bell Albino (Florida Albino) Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com) b. Eclipse

Sifat Eclipse adalah mutasi mata yang bersifat resesif, sifat ini menyebabkan pigmen mata menjadi hitam pekat, atau pada banyak kasus hanya mengakibatkan sebagian mata saja yang berwarna

hitam. Istilah dari “snake eye” mengacu pada leopard gecko yang

hanya memiliki setengah mata “eclipse” (Anonim, 2013).

Gambar 2.6 Eclipse

(29)

Gambar 2.7 Mata Leopard Gecko Eclipse Sumber: H&K Geckos (www.reptilecalculator.com)

Gambar 2.8 Mata snake eye pada Leopard Gecko Eclipse Sumber: Steve Sykes Geckos Etc. (www.reptilecalculator.com)

c. Marble Eye

Marble eye adalah sifat pigmen mata resesif yang berbeda dari gen

eclipse. Hal ini telah dibuktikan oleh sendiri oleh penemunya Matt

(30)

13

Gambar 2.9 Mata Leopard Gecko Marble Eye Sumber: Matt Baronak SaSobek Reptiles

(www.reptilecalculator.com) d. Murphy Patternless

Murphy Patternless pertama kali dihasilkan pada tahun 1991 oleh

Pat Murphy. Murphy patternless pada umumnya berwarna abu-abu solid/ perak dengan tanda kuning muda dan tidak memiliki semua pola hitam dan kuning yang umumnya terkait dengan leopard gecko (Anonim, 2013).

Gambar 2.10 Murphy Patternless

(31)

tubuh mereka, tetapi akan hilang seiring mencapai usia dewasa. Saat murphy patternless dewasa, mereka akan mengembangkan sedikit

warna kuning pada tubuhnya (Anonim, 2008). e. Blizzard

Blizzard ditemukan oleh Jay Villa dari Prehistoric Pets pada tahun

1995, gen ini sangatlah mirip dengan murphy patternless. Seperti murphy patternless, blizzard adalah gen resesif yang sangat

sederhana. Saat menetas blizzard tidak memiliki pola dan warnanya bervariasi dari putih, kuning hingga ungu tua. Seiring bertambahnya usia, blizzard akan memiliki warna abu-abu solid (Anonim, 2008).

Gambar 2.11 Blizzard

Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com) 2. Dominan

a. Enigma

Enigma merupakan gen dominan pada leopard gecko, dan dapat

(32)

15

Gambar 2.12 Enigma (1)

Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com) Enigma memiliki totol/ pola yang berbeda dari leopard gecko pada

umumnya. Enigma dewasa terkadang memiliki banyak pola campuran serta cenderung memiliki banyak titik (Anonim, 2008).

Gambar 2.13 Enigma (2)

Sumber: H&K Geckos (www.reptilecalculator.com) b. White and Yellow (W/Y)

White and Yellow merupakan salah satu gen dominan yang terlihat

(33)

yang membedakan ialah White and Yellow memiliki pigmen warna yang lebih cerah (Anonim, 2013).

Gambar 2.14 White and Yellow

Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com) c. Gem Snow

Gem Snow merupakan salah satu gen dominan leopard gecko. Gem

Snow berbeda dengan Mack Snow karena tidak memiliki bentuk homozigot resesif seperti yang terdapat pada Mack Snow (Anonim, 2013).

Gambar 2.15 Gem Snow (1)

(34)

17

Gambar 2.16 Gem Snow (2)

Sumber: Edwin EH-Gekko’s (www.reptilecalculator.com) d. TUG Snow

TUG Snow merupakan gen dominan yang ditemukan dari sekelompok leopard gecko liar yang dibiakkan oleh Craig Stewart di The Urban Gecko. Leopard gecko dengan merek dagang ini memiliki warna putih bersih dan hanya memiliki sedikit totol hitam pada kepala dan tubuhnya (Anonim, 2013).

Gambar 2.17 TUG Snow

(35)

3. Kodominan a. Mack Snow

Mack Snow merupakan salah satu gen kodominan yang ditandai

dengan warna hitam dan putih saat menetas. Seiring bertambahnya usia, mack snow akan menunjukkan warna kuning pada tubuhnya dan pada saat dewasa akan sangat sulit dibedakan dengan leopard gecko normal. Genetik homozigot resesif pada mack snow disebut super snow (Anonim, 2013).

Gambar 2.18 Mack Snow

Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com) Super Snow

Super Snow merupakan versi homozigot resesif dari mack snow.

Saat menetas super snow memiliki warna hitam/ abu-abu dengan garis- garis samar pada bagian punggungnya. Super snow juga memiliki warna mata hitam pekat (seperti pada genetik resesif eclipse). Saat dewasa super snow memiliki warna dasar putih

(36)

19

Gambar 2.19 Super Snow

Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com) b. Giant/ Super Giant

Giant merupakan bentuk kodominan yang dikembangkan

oleh Ron Tremper pada tahun 2000, Super Giant merupakan bentuk homozigot resesif dari Giant (Anonim, 2013).

Gambar 2.20 Giant

Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com)

D. Perawatan Leopard Gecko (Eublepharis macularius)

Leopard gecko (Eublepharis macularius) telah ditangkarkan di Amerika Serikat selama lebih dari 40 tahun dan merupakan salah satu kadal

(37)

yang paling sering dipelihara saat ini. Leopard gecko memiliki beragam warna, pola dan ukuran. Leopard gecko merupakan dinosaurus yang hadir dalam ukuran kecil dan merupakan salah satu spesies dari reptil yang cocok dijadikan hewan peliharaan (Anonim, 2011).

1. Kandang

Akuarium 10 - 20 galon dapat menampung satu sampai dua leopard gecko dari menetas hingga dewasa. Tank yang lebih besar cenderung menyebabkan gecko tersesat dari properti penghangat dan kotak persembunyian. Sebagian besar orang menggunakan kotak plastik sebagai kandang leopard gecko, hal ini membuat leopard gecko jarang terlihat jika kotak tertutup. Apapun kandang yang digunakan minimal harus memiliki tinggi 30 cm dan memiliki ventilasi yang baik.

Sebuah kotak persembunyian yang diisi dengan moss basah atau vermikulit sangat diperlukan leopard gecko agar dapat melancarkan proses pergantian kulitnya. Selain itu, peralatan ini juga diperlukan saat leopard gecko akan meletakkan telurnya (Anonim, 2011).

2. Pencahayaan dan Suhu

(38)

21

leopard gecko harus dihindari karena dapat mengakibatkan luka bakar pada leopard gecko itu sendiri.

Untuk display, penggunaan lampu pijar rendah watt dapat diletakkan di atas akuarium dan dibiarkan selama 12 jam sehari. Suhu yang ideal di dalam kotak berlindung adalah 30 - 32°C setiap waktu. Sedangkan suhu udara di sekitar ruangan tempat leopard gecko ditempatkan harus di atas 23°C (Anonim, 2011).

3. Substrat

Koran/ kertas bekas, batuan kecil, kerikil, rumput sintetis, batu datar atau tidak ada alas penutup dapat digunakan pada kandang leopard gecko. Leopard gecko muda atau lemah mungkin mengonsumsi pasir atau partikel halus lain yang terdapat dikandang dapat menyebabkan impaksi pada usus (Castellanos, 2011).

4. Makan

Serangga hidup adalah makanan pokok bagi leopard gecko, serangga yang menjadi pilihan terbaik untuk digunakan adalah mealworms (ulat hongkong) atau jangkrik. Penangkaran di Amerika

Serikat telah menggunakan mealworms (Tenebrio molitor) tanpa masalah kesehatan sejak 1978 (Anonim, 2011).

Semua serangga harus terlebih dahulu diberikan diet bernutrisi setidaknya selama 12 jam sebelum diberikan sebagai makan leopard

gecko. Proses ini disebut “gut loading”, dan itu sangat penting bagi

(39)

dengan sepotong kentang untuk dijadikan sumber air dan nutrisi. Gut loading akan memastikan semua serangga yang akan dijadikan pakan

menjadi lebih sehat dan dalam jangka panjang akan berdampak pada kesehatan leopard gecko (Castellanos, 2011).

Porsi makan yang tepat untuk leopard gecko ialah dua serangga untuk setiap inci panjang leopard gecko setiap dua hari sekali. Oleh karena itu, leopard gecko dengan panjang 4 inci akan menerima delapan mealworms tiga hingga empat kali seminggu (Anonim, 2011).

5. Minum

Pemberian tempat minum dangkal dengan air tawar harus tersedia setiap saat. Pemberian air minum harus diperhatikan agar tidak sampai tumpah. Substrat kandang harus dijaga agar tetap kering. Vitamin tidak boleh ditambahkan pada air minum leopard gecko. (Anonim, 2011)

E. Reproduksi Leopard Gecko (Eublepharis macularius)

(40)

23

Gambar 2.21 Jenis kelamin leopard gecko jantan (kiri) dan betina (kanan)

Sumber: www.geckoboa.com

Leopard gecko mencapai kematangan seksualnya pada usia 1,5 hingga 2 tahun. Musim kawin dari leopard gecko berlangsung pada saat musim panas yaitu januari hingga september. Leopard gecko betina dapat menyimpan spermatozoa di saluran telur mereka selama musim kawin. Setelah perkawinan, betina akan membutuhkan banyak kalsium untuk kesehatan dan produksi telur. Dalam satu musim bertelur, seekor betina dapat bertelur 4 hingga 8 kali, masing- masing dengan selang waktu 1 sampai 4 minggu. Pada satu kali bertelur, betina menghasilkan dua butir telur. Betina memulai masa kehamilan sekitar 21-28 hari. Telur akan menetas setelah 45-105 hari inkubasi (Anonim, 2006).

Penentuan jenis kelamin pada leopard gecko bergantung pada suhu inkubasi. Penentuan jenis kelamin diyakini terjadi selama 2 minggu pertama proses inkubasi telur. Penelitian menunjukkan bahwa telur yang menetas menjadi leopard gecko jantan diinkubasi dalam suhu lebih tinggi sekitar 30- 32,5 °C sedangkan telur yang akan menetas menjadi leopard gecko betina pada suhu lebih rendah sekitar 26- 28 °C. Rata- rata suhu inkubasi untuk leopard gecko jantan berlangsung sekitar 35 hari dan leopard gecko betina

(41)

selama 69 hari. Leopard gecko jantan pada umumnya akan menetas lebih cepat dikarenakan proses inkubasi berlangsung dengan suhu yang lebih tinggi sedangkan proses inkubasi leopard gecko betina akan membutuhkan waktu yang lebih lama karena suhu yang lebih rendah (Castellanos, 2011).

F. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah:

Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan

No. Penelitian Hasil Referensi

2. Pengaruh Persilangan Strain Wild Type (N) dengan White (W)

(42)

25

industri hewan peliharaan di Indonesia, leopard gecko merupakan hewan peliharaan yang tergolong baru. Warna tubuh yang unik pada leopard gecko menjadi alasan utama sebagai hewan peliharaan. Warna tubuh yang unik di dapat dari perkawinan secara selektif. Selain itu, perawatan yang mudah dan dapat bertahan dengan pakan terbatas dalam waktu lama juga menjadi alasan hewan ini diminati. Bagi para peternak, proses mengembangbiakkan dan menetaskan telur yang mudah pada leopard gecko merupakan alasan utama hewan ini menjadi komoditas budidaya hewan kesayangan.

Saat ini leopard gecko memiliki enam fenotip resesif, yaitu albino tremper, albino rainwater, albino bell, eclipse, patternless, dan blizzard,

serta satu fenotip kodominan yaitu snow. Keenam fenotip resesif dan satu fenotip kodominan ini diturunkan berbagai jenis corak dan warna pada leopard gecko. Indonesia saat ini memiliki banyak peternak yang berpotensi dalam menghasilkan leopard gecko dengan berbagai keragaman warna serta corak baru. Untuk menghasilkan leopard gecko dengan harga yang lebih tinggi di pasaran dapat dilakukan dengan menyilangkan leopard gecko dengan fenotip yang berbeda untuk mendapatkan satu individu leopard gecko dengan memiliki beberapa sifat beda.

(43)

Gambar 2.22 Bagan Kerangka Berpikir

H. Hipotesa

Berdasarkan rumusan masalah dan studi pustaka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Hasil persilangan trihibrid antara strain albino, snow dan eclipse akan memiliki persentase yang kecil untuk mendapatkan ketiga genotip resesif tersebut.

(44)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan model rancangan eksperimental. Dalam penelitian ini ada 3 jenis variabel yaitu : 1. Variabel bebas

Pada penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah morfologi parental Leopard Gecko (Eublepharis macularius) yaitu strain Albino, Snow, dan Eclipse.

2. Variabel terikat

Pada penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah morfologi anakan yang dihasilkan dari persilangan.

3. Variabel kontrol

Variabel kontrol yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang, substrat kandang, porsi makan, kotak inkubasi telur, serta media inkubasi telur (perlite).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta. Bertempat di rumah peneliti. Penelitian ini dilaksanakan

(45)

dilaksanakan selama kurang lebih 6 bulan yaitu pada bulan Mei 2016 hingga Oktober 2016.

C. Batasan Penelitian

Adapun dalam penelitian ini memiliki batasan- batasan yakni sebagai berikut:

1. Leopard gecko (Eublepharis macularius) yang digunakan adalah strain Albino, Snow dan Eclipse.

2. Objek penelitian ini terbatas pada turunan F1 leopard gecko

D. Alat dan Bahan 1. Alat

Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kontainer plastik, kotak plastik, media untuk meletakkan telur (spaghnum moss), media untuk inkubasi telur (perlite), ember, kertas bekas, dan alat tulis.

2. Bahan

Kertas label, Air, kapur dolomit, jangkrik, leopard gecko (Eublepharis macularius)

E. Cara Kerja

1. Seleksi Indukan

(46)

29

umur kedua indukan harus sudah lebih dari 7 bulan serta indukan betina yang digunakan harus dalam masa ovulasi. Ovulasi pada leopard gecko betina dapat diketahui dengan melihat tanda berupa lingkaran merah pada bagian bawah tubuhnya. Sedangkan birahi pada leopard gecko jantan ditandai dengan perilaku menggetarkan ekornya.

2. Penyatuan Kedua Indukan

Kedua indukan leopard gecko dipasangkan pada kandang yang sama selama 3 hingga 7 hari, dan setelah terjadi kopulasi (perkawinan) kedua indukan leopard gecko kembali dipisah pada kandang yang berbeda. 3. Kehamilan Leopard Gecko

Tahapan selanjutnya adalah proses kehamilan leopard gecko, proses kehamilan leopard gecko berlangsung selama 2 hingga 4 minggu. Saat leopard gecko hamil, dilakukan penambahan porsi makan dan diberi kalsium tambahan seperti kapur dolomit. Selain itu disediakan tempat dari kotak plastik yang di dalamnya berisi sphagnum moss lembab untuk leopard gecko bertelur.

4. Inkubasi Telur

Proses inkubasi telur leopard gecko, tahap yang dilakukan saat setelah leopard gecko bertelur ialah inkubasi telur. Setelah leopard gecko bertelur, telur harus segera dipindahkan ke tempat inkubasi yang berupa kotak plastik tertutup yang di dalamnya diberi media berupa perlite lembab dan diletakkan di suhu 30 °C. Proses inkubasi telur berlangsung selama 21 hingga 105 hari.

(47)

5. Perlakuan pada Anakan Leopard Gecko

Setelah menetas, leopard gecko dipindahkan ke kandang yang lebih besar dan diberi alas berupa tisu yang dibasahi dan diberi kapur dolomit. Leopard gecko akan mulai makan setelah berumur 3 hari/ setelah melakukan proses pergantian kulit/ shedding yang pertama kalinya.

F. Metode Analisis Data

(48)

31 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Seluruh parental yang digunakan termasuk dalam satu garis keturunan strain albino yang sama yaitu strain Albino Bell, sehingga jika sesama leopard gecko albino disilangkan satu dengan yang lainnya tidak akan menghasilkan keturunan yang normal non-albino dengan kerancuan genetik yaitu membawa dua sifat heterozigot dari strain albino yang berbeda. Alasan peneliti memilih parental ini ialah ketersediaan leopard gecko yang dimiliki oleh peneliti hanya satu garis keturunan strain albino bell saja dikarenakan peneliti tidak ingin mendapatkan leopard gecko yang

memiliki gen yang rancu karena tercampur gen dari strain albino lainnya, selain itu peneliti ingin mendapatkan leopard gecko dengan genetik yang kompleks dan memiliki asal usul yang jelas (satu strain albino saja) karena dengan terciptanya leopard gecko yang memiliki genetik kompleks akan menjadikan leopard gecko itu sendiri semakin menarik dan unik secara morfologinya yang akan meningkatkan harga jualnya. Untuk memperoleh leopard gecko dengan morfologi yang menarik dan memiliki genetik yang kompleks bisa dilakukan persilangan dengan selektif gen.

(49)

Persilangan yang dilakukan dengan memijahkan 1 ekor induk jantan dengan 3 ekor induk betina yang memiliki fenotip/ morfologi yang berbeda. Morfologi parental yang digunakan dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Morfologi Parental (P) Jenis

Kelamin Fenotip

Kode Parental

Jantan Albino + Snow + Eclipse M1

Betina

Albino + Snow + Normal Non-Eclipse P1

Albino + Snow + Eclipse P2

Normal Non-Albino + Snow (homozigot

resesif) + Eclipse (Gen Snow) P3

Persilangan Trihibrid yang peneliti lakukan ialah persilangan yang mengambil fenotip / morfologi dari leopard gecko albino, snow, dan eclipse. Karena peneliti menggunakan strain snow dalam penelitian ini, maka mata eclipse yang terdapat pada strain snow dengan genetik homozigot resesif (super snow) akan dituliskan menjadi eclipse (gen snow) mengingat hal ini merupakan ciri khusus yang dimiliki oleh super snow (genetik homozigot resesif) yaitu memiliki mata yang sama seperti eclipse namun bukanlah sebuah fenotip yang diturunkan seperti yang nampak pada tabel 4.1 morfologi parental betina dengan kode P3.

1. Hasil Persilangan Pejantan M1 dengan Betina P1

(50)

33

dengan P1 dapat dilihat pada tabel 4.2 serta diagram persilangan antara M1 dengan P1 dapat dilihat pada gambar 4.1.

Tabel 4.2 Hasil Persilangan M1 x P1

Tanggal Penetasan Fenotip Kode

Kloter 05 Juli 2016 Albino + Normal Non-Snow + Eclipse A1 i

06 Juli 2016 Albino + Snow + Eclipse A1 ii

22 Juli 2016 Albino + Snow + Eclipse A2 i

23 Juli 2016 Albino + Snow + Normal Non-Eclipse A2 ii 11 Agustus 2016 Albino + Snow + Normal Non-Eclipse A3 i 12 Agustus 2016 Albino + Normal Non-Snow + Eclipse A3 ii 22 Agustus 2016 Albino + Snow (homozigot resesif) +

Eclipse (Gen Snow) A5 i

23 Agustus 2016 Albino + Normal Non-Snow + Eclipse A5 ii 31 Agustus 2016 Albino + Normal Non-Snow + Normal

Non-Eclipse A4 i

31 Agustus 2016 Albino + Normal Non-Snow + Normal

Non-Eclipse A4 ii

Keterangan : A = Hasil persilangan M1 x P1 ; 1-5 = Kode kloter anakan ke-… ; i-ii = Kode anakan pada kloter yang sama

(51)

kodominan dimana jika terdapat leopard gecko dengan genotip heterozigot akan menjadi snow sedangkan bentuk dari genotip homozigot dominan akan menjadi normal non-snow dan untuk genotip homozigot resesif akan menjadi super snow dengan morfologi yang berbeda dengan snow genotip heterozigot yaitu tidak dijumpainya pigmen kuning dan memiliki mata yang nampak seperti eclipse seperti yang terlihat pada gambar 4.1 dengan kode anakan A5i.

Gambar 4.1 Diagram Persilangan M1 x P1

(52)

35

merupakan suatu fenomena dimana setiap leopard gecko dengan genotip ini akan memiliki mata yang nampak seperti gen eclipse maka akan ditulis dengan eclipse (gen snow) mengingat parental betina P1 memiliki mata normal non-eclipse yang membawa/ karier gen eclipse.

Pada persilangan M1 x P1 jarak menetasnya leopard gecko dalam kloter yang sama sangatlah dekat bahkan pada kloter keempat dengan kode A4 kedua anakan menetas pada hari yang sama hal ini dipengaruhi oleh suhu yang seimbang pada kotak inkubasi tiap- tiap kloter. Namun terdapat suatu keanehan yang terlihat pada tabel 4.2 dimana kloter kelima dengan kode A5 menetas lebih dulu daripada kloter sebelumnya (A4) dimana jarak antar kloter telur antara 2 hingga 4 minggu. Hal ini dapat dipengaruhi perbedaan suhu inkubasi antara kloter keempat (A4) dan kloter kelima (A5). Mengingat peneliti menginkubasi di wadah yang berbeda dan sering membasahi media penetasan yang dapat mengakibatkan perbedaan suhu dan kelembaban udara pada tiap kloter telur yang di inkubasi.

(53)

yang diinkubasi pada suhu jantan (30 – 32,5°C) memiliki kecenderungan lebih cepat dibandingkan dengan embrio yang diinkubasi pada suhu betina (26 - 28°C).

Pada gambar 4.1 merupakan diagram persilangan antara M1 dengan P1, pada gambar tersebut hanya dicantumkan tiga ekor anakan hasil persilangan yaitu A1 i , A1 ii serta A5 i Ketiganya merupakan perwakilan fenotip trihibrid yang berbeda.

2. Hasil Persilangan Pejantan M1 dengan Betina P2

Dari hasil persilangan antara pejantan M1 dengan betina P2 menghasilkan 11 ekor anakan. Fenotip anakan hasil persilangan M1 dengan P2 dapat dilihat pada tabel 4.3 serta diagram persilangan antara M1 dengan P2 dapat dilihat pada gambar 4.2.

Tabel 4.3 Hasil Persilangan M1 x P2

Tanggal Penetasan Fenotip Kode

Kloter 09 Juli 2016 Albino + Normal Non-Snow + Eclipse B1 i 10 Juli 2016 Albino + Snow (homozigot resesif) +

Eclipse B1 ii

26 Juli 2016 Albino + Snow + Eclipse B2 i

27 Juli 2016 Albino + Snow + Eclipse B2 ii

10 Agustus 2016 Albino + Snow + Eclipse B3 i 11 Agustus 2016 Albino + Normal Non-Snow + Eclipse B3 ii 26 Agustus 2016 Albino + Snow + Eclipse B4 i 26 Agustus 2016 Albino + Snow (homozigot resesif) +

Eclipse B4 ii

(54)

37

11 September 2016 Albino + Snow + Eclipse B5 ii 27 September 2016 Albino + Snow + Eclipse B6 i Keterangan : B = Hasil persilangan M1 x P2 ; 1-6 = Kode kloter anakan ke-… ;

i-ii = Kode anakan pada kloter yang sama

Hasil persilangan M1 x P2 menghasilkan 11 ekor anakan yang seluruhnya membawa sifat albino, sifat albino tersebut diperoleh dari kedua induknya yang juga albino. Pada gen snow terdapat 7 ekor anakan yang membawa sifat kodominan snow dan muncul 2 ekor anakan yang menjadi super snow (snow dengan genotip homozigot resesif) sementara 5 ekor tidak

membawa gen snow dan menjadi normal non-snow. Persilangan M1 x P2 ini menghasilkan 2 anakan super snow/ snow dengan genotip homozigot resesif dengan mata eclipse yang merupakan gen eclipse itu sendiri karena kedua induknya membawa gen resesif eclipse, berbeda dengan persilangan M1 x P1 yang terdapat pada tabel 4.2 dimana gen eclipse yang muncul pada fenotip mata anakan super snow tersebut masih belum pasti karena salah satu induknya memiliki mata yang normal non-eclipse.

Pada persilangan kali ini jumlah anakan yang dihasilkan di kloter ke-6 dengan kode B6 hanya 1 ekor diakibatkan karena salah satu telur yang dihasilkan oleh induk betina mengalami kegagalan saat proses inkubasi sehingga hanya 1 ekor yang berhasil menetas. Kegagalan telur saat diinkubasi dapat terjadi karena faktor internal dan eksternal. Faktor internal ialah telur tersebut slug atau tidak memiliki embrio, kebanyakan kasus seperti ini terjadi jika induk betina yang digunakan memiliki umur yang terlalu muda dan kekurangan asupan nutrisi sehingga telur yang dihasilkan

(55)

bersifat infertil. Selain itu asupan kalsium juga sangat penting bagi induk yang sedang hamil karena, jika terjadi kekurangan asupan kalsium telur yang dihasilkan memiliki morfologi yang buruk dengan kebanyakan kasus memiliki cangkang yang lembek. Pada saat leopard gecko meletakkan telurnya, telur yang dihasilkan mempunyai cangkang yang lembek namun beberapa saat kemudian telur akan mengeras. Leopard gecko hamil yang kekurangan asupan kalsium biasanya akan menghasilkan telur dengan cangkang yang lembek sehingga pada saat inkubasi telur akan mudah terkena jamur. Faktor eksternal yang memengaruhi kegagalan telur saat diinkubasi adalah kelembaban, jika jumlah uap air terlalu tinggi akan mengakibatkan munculnya jamur pada cangkang telur sehingga telur dapat tidak menetas.

(56)

39

3. Hasil Persilangan Pejantan M1 dengan Betina P3

Dari hasil persilangan antara pejantan M1 dengan betina P3 menghasilkan 4 ekor anakan. Fenotip anakan hasil persilangan M1 dengan P3 dapat dilihat pada tabel 4.4 serta diagram persilangan antara M1 dengan P3 dapat dilihat pada gambar 4.3.

Tabel 4.4 Hasil Persilangan M1 x P3

Tanggal Penetasan Fenotip Kode

Kloter 07 September 2016 Albino + Snow + Normal Non-Eclipse C1 i 08 September 2016 Normal Non-Albino + Snow + Eclipse C1 ii 01 Oktober 2016 Normal Non-Albino + Snow + Normal

Non-Eclipse C2 i

01 Oktober 2016 Normal Non-Albino + Snow (homozigot

resesif) + Eclipse (Gen Snow) C2 ii Keterangan : C = Hasil persilangan M1 x P3 ; 1-2 = Kode kloter anakan ke-… ;

i-ii = Kode anakan pada kloter yang sama

(57)

menghasilkan 50% snow dan 50% super snow. Fenotip parental P3 pada bagian mata ialah 100% mata normal yang nampak seperti mata dari gen eclipse karena fenomena super snow, namun membawa/ karier gen

eclipse. Hal ini dibuktikan dengan adanya anakan dengan gen eclipse

dan normal non-eclipse yang keluar.

Gambar 4.3 Diagram Persilangan M1 x P3

(58)

41

dari kuantitas anakan yang berhasil menetas maka kemungkinan untuk mendapatkan anakan dengan sifat trihibrid cukuplah sulit. Sifat trihibrid yang dihasilkan dari filial dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Kumpulan Filial yang dihasilkan Filial yang Normal Non-Albino – Snow (homozigot

resesif) – Eclipse (Gen Snow) 1 4 %

Tujuan penulis dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan leopard gecko dengan kombinasi ketiga gen yaitu albino, snow (homozigot resesif) dan eclipse, dari persilangan yang telah dilakukan peneliti mendapatkan 2 ekor filial yang memiliki fenotip tersebut. Leopard gecko dengan fenotip trihibrid seperti itu memiliki harga pasaran yang lebih tinggi daripada leopard gecko lain yang dihasilkan dari penelitian ini. Selain itu peneliti juga ingin melakukan persilangan lebih lanjut dengan leopard gecko yang diinginkan tersebut untuk mendapatkan motif pied pada leopard gecko

(59)

dengan fenotip ini. Leopard gecko dengan motif pied merupakan leopard gecko snow homozigot resesif dan eclipse yang memiliki warna belang putih yang lebih banyak dari leopard gecko biasanya. Warna putih tersebut dapat timbul dari persilangan antar fenotip ini.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu:

1. Jumlah keturunan yang dihasilkan oleh leopard gecko dalam sekali perkawinan cukup sedikit sehingga cukup sulit untuk mendapatkan variasi fenotip.

(60)

43 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil persilangan trihibrid antara strain albino, snow dan eclipse ialah: (Albino – Snow – Eclipse) (Albino – Snow – Normal Non-Eclipse) (Normal Non-Albino – Snow *homozigot resesif* Eclipse *Gen Snow*) (Albino – Normal Non-Snow – Eclipse) (Albino – Normal Non-Snow – Normal Non-Eclipse) (Albino – Snow *homozigot resesif* Eclipse) (Albino – Snow *homozigot resesif* – Eclipse *Gen Snow*) (Normal Non-Albino – Snow – Eclipse) (Normal Non-Albino – Snow – Normal Non-Eclipse)

2. Rasio fenotip yang muncul pada filial ialah 9 : 3 : 1 : 5 : 2 : 2 : 1 : 1 : 1 B. Saran

1. Dalam persilangan perlu menggunaan jumlah parental dengan jumlah yang banyak untuk mendapatkan variasi fenotip pada filial yang dihasilkan.

2. Perlu adanya penelitian lanjutan dalam persilangan trihibrid leopard gecko dengan fenotip lain.

(61)

44 BAB VI

IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN

Hasil penelitian mengenai analisis hasil persilangan trihibrid (albino, snow, dan eclipse) pada leopard gecko (Eublepharis macularius) yang telah dilakukan ini dapat diimplementasikan dalam pembelajaran di sekolah khususnya untuk SMA kelas XII pada materi pokok Genetika. Hasil dari penelitian ini dapat diterapkan pada materi mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi rasio fenotip yang muncul pada filial. Kompetensi Dasar dalam materi ini yaitu:

KD 3.5 Memahami pola- pola Hukum Mendel

KD 4.5 Mengaitkan pola- pola Hukum Mendel dengan peristiwa yang ditemukan sehari- hari

Hasil dari penelitian tentang analisis hasil persilangan trihibrid (albino, snow, dan eclipse) pada leopard gecko (Eublepharis macularius) menghasilkan 2

ekor filial yang memiliki fenotip trihibrid resesif yang artinya ketiga sifat (albino, snow, dan eclipse) tersebut muncul pada satu individu. Atas dasar ini, penelitian

(62)

45

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, 2016, Implementasi Diagonalisasi Matriks untuk menyelidiki pewarisan autusomal pada generasi ke-n, Skripsi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Makassar.

Anonim, 2006, Leopard Gecko,

http://www.rosamondgiffordzoo.org/assets/uploads/animals/pdf/LeopardG ecko.pdf, diakses pada tanggal 20 Agustus 2018.

Anonim, 2008, Leopard Gecko Geneticts, https://www.geckoboa.com/leopard-gecko-genetics.html, diakses pada tanggal 04 Februari 2018.

Anonim, 2011, Leopard Gecko Care – Basic,

http://www.leopardgecko.com/leopardgeckocare101.html, diakses pada tanggal 04 Februari 2018.

Anonim, 2013, Leopard Gecko Morphs – Eublepharis macularius, http://www.reptilecalculator.com/leopard-gecko-morphs/, diakses pada tanggal 03 Februari 2018.

Amelia, Rumi, 2016, Pengaruh Persilangan Strain Wild Type (N) dengan White (W) terhadap Jumlah Keturunan F2 Lalat Buat (Drosphila sp.), Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Palangkaraya, Palangkaraya.

Campbell, N.A., 2008. Biologi Jilid 1 Edisi 8. Erlangga. Jakarta.

Castellanos, Cody, 2011, Leopard Gecko Eublepharis macularius, https://www.professionalreptiles.com/caresheets/leos.pdf, diakses pada tanggal 13 September 2018.

Deric. 2012. Memilih dan Memelihara 35 Jenis Reptil dan Amfibi yang digemari. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka.

Perez, Donna J., 2011, Facts on the Albino Leopard Gecko, Pets: Reptiles Amphibians, http://ezinearticles.com/?Facts-on-the-Albino-Leopard-Gecko&id=5715062, diakses pada tanggal 24 Agustus 2018.

Ramadhani, Muhammad Reza, 2016, Berat Badan dan Morfometrik Leopard Gecko (Eublepharis macularius) Pada Berbagai Umur, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(63)

Lampiran 1 Dokumentasi Penelitian

Keterangan :

A. Leopard gecko saat menetas di dalam kotak yang berisi media perlite. B. Pemindahan leopard gecko ke kandang yang lebih besar.

C. Kandang pembesaran leopard gecko.

A

B

(64)

47

Lampiran 2

SILABUS SMA IPA

Satuan Pendidikan : SMA Budya Wacana Yogyakarta Matapelajaran : Biologi Peminatan

Kelas/Semester : XII/1

Materi Pokok : Pola Pewarisan Sifat pada Hukum Mendel Alokasi Waktu : 9 JP (3 x 3 JP)

Kompetensi Inti (KI) :

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta

(65)

menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu

Media, Alat dan Bahan

5. Pola Pewarisan Sifat pada Hukum Mendel

3.5 Memahami pola- gen, dan jenis pada

lingkungan sekitar (keluarga, teman sekolah, tetangga, dll).

• Mengkaji literatur tentang istilah- istilah: alel, genotip, dan fenotip.

• Pewarisan sifat menurut Mendel.

• Pemahaman konsep pola- pola pewarisan sifat dan penerapannya dalam kehidupan sehari- hari

• Pemahaman perhitungan 4.5 Mengaitkan pola-

(66)

49

Menanya

Siswa dimotivasi untuk bertanya tentang:

• Variasi mahluk hidup

• Ciri- ciri mahluk hidup yang diwariskan (misalnya ciri- ciri tubuh dalam anggota keluarga siswa)

• Bagaimana pewarisan sifat itu terjadi

• Hukum Mendel

Eksplorasi / Eksperiment:

• Melakukan simulasi

persilangan monohibrid dan dihibrid menggunakan kancing genetika.

• Mengkaitkan hasil demonstrasi dan simulasi dengan kajian literatur tentang pola penurunan sifat menurut Mendel (Hukum Mendel I dan II).

• Membuat bagan persilangan monohibrid dan dihibrid mulai dari membuat simbul gen,

(67)

gamet, genotip dan

menentukan fenotip induk dan menentukan ratio genotip dan fenotip F1 dan F2 nya

menggunakan sistem papan catur atau sistem garpu.

Mengasosiasikan

• Latihan soal persilangan monohibrid dan dihibrid pada berbagai organisme

(tumbuhan, hewan dan manusia).

• Membuat kesimpulan tentang persilangan menurut pola Mendel.

Mengkomunikasikan

(68)

51

• Pewarisan sifat menurut penyimpangan semu Hukum

• Epistasis dan hipostasis

• Komplementer

• Melakukan analisis pewarisan sifat menurut penyimpangan

Observasi

(69)

Hukum Mendel dari hasil percobaan.

Mengasosiasikan

• Latihan soal persilangan : Interaksi, Kriptomeri, Polimeri, Komplementer, Epistasis dan Hipostasis.

• Membuat kesimpulan tentang persilangan menurut pola Mendel dan penyimpangan Hukum Mendel.

Mengkomunikasikan

(70)

53

Lampiran 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SMA Budya Wacana Matapelajaran : Biologi Peminatan Kelas/Semester : XII/1

Materi Pokok : Pola Pewarisan Sifat pada Hukum Mendel Alokasi Waktu : 9 JP (3 x 3 JP)

A. Kompetensi Inti (KI) :

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

No Kompetensi Dasar No Kompetensi Dasar

3.5 Memahami pola- pola

Hukum Mendel (C2) 4.5

Mengaitkan pola- pola Hukum Mendel dengan peristiwa yang ditemukan sehari- hari.

No Indikator Penyampaian

Kompetensi (IPK) No

(71)

3.5.1

Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik menggunakan model pembelajaran Kooperatif (Cooperative learning), peserta didik kelas XII dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dalam mempelajari pola pewarisan sifat pada Hukum Mendel dan mengaitkannya dengan peristiwa yang ditemukan sehari- hari dengan menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, kerjasama, dan santun.

D. Materi Pembelajaran Konsep:

Pengertian pewarisan sifat, genotip, fenotip monohibrid, dihibrid, atavisme, kriptomeri, polimeri, komplementer, epistasis dan hipostasis.

Prosedur:

Langkah- langkah membuat bagan persilangan monohibrid, dihibrid, atavisme, kriptomeri, polimeri, komplementer, epistasis dan hipostasis.

E. Metode Pembelajaran Pendekatan : Saintifik

Model : Pembelajaran Kooperatif (Cooperative learning) Metode : Discovery learning

F. Alat/ Media Pembelajaran dan Sumber Belajar 1. Alat : LCD, Laptop

2. Media : Kancing genetika, baling- baling genetika 3. Sumber Belajar

• Power point tentang Pola Pewarisan Sifat pada Hukum Mendel

• Buku Paket:

(72)

55

- Pratiwi D.A. dan Hinrina Perdhana Sari. 2015. Biologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)- Madrasah Aliyah (MA) Kelas XII. Jakarta: Erlangga

G. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Pertama: 3 JP (3 x 45 menit)

Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Pendahuluan 15’

1. a. Guru memberikan salam, meminta salah satu siswa memimpin doa.

b. Guru melakukan presensi untuk mengecek kehadiran siswa serta meminta siswa membuang sampah yang ada di sekitar tempat duduknya dan membuang pada tempat sampah yang telah disediakan di depan kelas. c. Guru memberikan apersepsi dengan mengajak siswa mengamati teman sebelahnya. Kemudian mengajukan pertanyaan, yaitu:

- Apakah yang menyebabkan dalam satu buah jagung terdapat ragam warna yang bervariasi? d. Guru mengecek kesiapan mental siswa dan memberikan

motivasi dengan bertanya:

- Perbedaan dan persamaan apa saja yang kalian dan teman kalian miliki?

- Termasuk ke dalam apakah fenomena tersebut? - Apa saja yang menyebabkan terjadinya fenomena

tersebut?

e. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran yaitu memahami prinsip dan dasar pola pewarisan sifat. f. Guru menyampaikan garis besar materi ringkas yang

akan dipelajari tentang pola pewarisan sifat.

g. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat hingga lima orang.

Kegiatan Inti 105’

1. Stimulation (Pemberian Stimulus)

a. Guru memberikan kasus tentang ciri- ciri makhluk hidup yang diwariskan misalnya ciri- ciri tubuh dalam anggota keluarga, siswa mengamati bagaimana proses dari pewarisan sifat tersebut.

b. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil pengamatannya di depan kelas.

c. Guru memberikan klarifikasi di depan kelas. 2. Problem Statement (Identifikasi Masalah)

a. Setiap kelompok diberikan soal tentang pewarisan sifat, persilangan monohibrid dan dihibrid.

(73)

b. Peserta didik mengerjakan soal- soal yang telah diberikan oleh guru dengan menggunakan kancing genetika.

3. Data Collection (Pengumpulan Data)

a. Peserta didik mencari dan membaca berbagai referensi dari berbagai sumber guna melengkapi jawaban dari lembar kerja tersebut.

4. Data Processing (Pengolahan Data)

a. Setiap kelompok diberikan waktu untuk mengerjakan soal persilangan monohibrid dan dihibrid pada lembar kerja yang didapatkan.

5. Verification (Verifikasi)

a. Setiap peserta didik melakukan verifikasi data dengan santun melalui pendapat dengan teman kelompok lain yang mempresentasikan hasil olahan datanya. 6. Generalization (Menarik Kesimpulan)

a. Peserta didik berdiskusi kembali untuk menyimpulkan hasil dari diskusi bersama guru secara tertulis dalam lembar kerja.

b. Setiap kelompok menyampaikan kesimpulannya secara lisan.

c. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menanyakan mengenai materi tentang hukum Mendel: genotip, fenotip, monohibrid, dan dihibrid. d. Guru menampilkan hasil presentasi siswa di depan

kelas.

e. Guru memberikan klarifikasi terkait dengan materi yang telah dipresentasikan peserta didik.

Kegiatan Penutup 15’

1. a. Guru mengecek kelengkapan data yang dikerjakan siswa. b. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan informasi mengenai penyimpangan semu hukum Mendel sebagai tindak lanjut

Pertemuan Kedua: 3 JP (3 x 45 menit)

Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Pendahuluan 15’

1. a. Guru memberikan salam, meminta salah satu siswa memimpin doa.

(74)

57

c. Guru memberikan apersepsi dengan bertanya tentang tugas yang diberikan yaitu mengumpulkan informasi mengenai penyimpangan semu hukum Mendel.

d. Guru menayangkan gambar ayam yang memiliki bentuk jengger yang berbeda. Kemudian mengajukan pertanyaan, yaitu:

- Apakah ada perbedaan antara variasi jengger ayam dengan variasi rambut yang kita miliki? e. Guru mengecek kesiapan mental siswa dan memberikan

motivasi dengan bertanya:

- Apakah fenomena tersebut sesuai dengan hukum Mendel?

f. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran yaitu memahami prinsip penyimpangan semu hukum Mendel: atavisme, kriptomeri, polimeri.

g. Guru menyampaikan garis besar materi ringkas yang akan dipelajari tentang pola penyimpangan semu hukum Mendel.

h. Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat hingga lima orang.

Kegiatan Inti 105’

1. Stimulation (Pemberian Stimulus)

a. Guru memberikan berbagai kasus tentang penyimpangan semu hukum Mendel misalnya persilangan pada variasi bentuk jengger ayam, siswa mengamati bagaimana proses dari persilangan tersebut.

b. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil pengamatannya di depan kelas.

c. Guru menayangkan jawaban yang tepat di depan kelas.

2. Problem Statement (Identifikasi Masalah)

a. Setiap kelompok diberikan soal tentang persilangan penyimpangan semu hukum Mendel serta baling- baling genetika.

b. Peserta didik memecahkan permasalahan soal- soal yang telah diberikan oleh guru menggunakan baling- baling genetika.

3. Data Collection (Pengumpulan Data)

a. Peserta didik mencari dan membaca berbagai referensi dari berbagai sumber guna melengkapi jawaban dari lembar kerja tersebut.

4. Data Processing (Pengolahan Data)

Gambar

Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan  .......................................................
Gambar 2.1 Leopard Gecko
Gambar 2.3 Tremper Albino (Texas Albino) Sumber: The Urban Reptil (www.reptilecalculator.com)
Gambar 2.4 Rainwater Albino (Las Vegas Albino)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan metode efficient frontier Markowitz, untuk mendapatkan portofolio optimal, yaitu portofolio yang menghasilkan return yang lebih tinggi pada tingkat risiko yang sama

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan area optimum dari formula gel UV protection filtrat wortel dengan komposisi humektan propilenglikol dan sorbitol yang sesuai

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1). Hubungan secara parsial antara harga dan pelayanan dengan kepuasan konsumen.2). Hubungan secara simultan antara harga

Biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut tentu saja akan menjadi pertimbangan utama bagi pengusaha dalam memnentukan harga jual produknya itu. Harga

Hal ini berbeda dengan injection molding di mana biaya awal membuat cetakan logam yang lebih tinggi, tapi cetakan dapat digunakan untuk menghasilkan produk

Penambahan tepung jagung Srikandi Kuning-1 15% menghasilkan bobot segar dan frekuensi panen jamur tiram putih lebih tinggi tidak berbeda nyata dengan penambahan tepung

Dua puluh lima progeni hasil persilangan klon karet antara RRIM 600 dan PN 1546 menghasilkan keragaman genetik dengan tingkat segregasi yang tinggi terlihat dari

Sebuah sistem yang baik tentunya tidak dengan harga yang murah. Ada harga yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan sistem yang ramah lingkungan dan mudah dalam