• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya peningkatan keterampilan bersosialisasi dengan menggunakan metode role playing berbasis media audio visual pada siswi kelas X E SMA Stella Duce 2 Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Upaya peningkatan keterampilan bersosialisasi dengan menggunakan metode role playing berbasis media audio visual pada siswi kelas X E SMA Stella Duce 2 Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
237
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERSOSIALISASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING BERBASIS MEDIA AUDIO

VISUAL PADA SISWI KELAS X E SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh Fransiska Dei 091114083

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERSOSIALISASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING BERBASIS MEDIA AUDIO

VISUAL PADA SISWI KELAS X E SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh Fransiska Dei 091114083

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

ii SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERSOSIALISASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING BERBASIS MEDIA AUDIO

VISUAL PADA SISWI KELAS X E SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

Oleh: Fransiska Dei

NIM: 091114083

Telah disetujui oleh:

(4)

iii SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERSOSIALISASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING BERBASIS MEDIA AUDIO

VISUAL PADA SISWI KELAS X E SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Lakukanlah hal-hal yang kecil dan sederhana dengan cinta yang besar

(St.Theresia Lisseux)

Lakukanlah segala sesuatu dengan sebaik-baiknya sejauh kemampuanmu selebihnya

Tuhan akan menyelesaikannya

(Fransiska Dei)

Tiada Kesuksesan Tanpa Perjuangan dan Pengorbanan

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

1. Allah Tritunggal Maha Kudus yang selalu setia membimbing dan menuntunku

2. Konggregasi SSpS Khususnya Provinsi Flores Bahagian Timur, Propinsi Jawa dan

setiap suster dalam Provinsi yang telah setia mendukungku

3. Kedua orangtuaku dan kakak adik tercinta yang telah setia mendukung.

4. Dosen Pembimbing (Dr. Gendon Barus, M.Si)

5. Teman-teman Prodi BK USD angkatan 2009

Terimakasih atas cinta, dukungan, bimbingan, semangat, bantuan dan doa-doa dalam

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya buat ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 April 2014 Penulis

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Fransiska Dei

NIM : 091114083

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERSOSIALISASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING BERBASIS MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWI KELAS XE SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti selama tetap tercantum nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 10 April 2014

Yang menyatakan,

(8)

vii ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERSOSIALISASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING BERBASIS MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWI KELAS X E SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

Fransiska Dei

Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bersosialisasi melalui metode role playing berbasis media audio visual pada siswi kelas X E SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) yang dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Subjek penelitian adalah siswi kelas X E SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dengan jumlah siswi 32 orang. Data hasil penelitian diperoleh dari kuesioner keterampilan bersosialisasi siswi yang terdiri dari 32 butir item, data hasil observasi selama kegiatan bimbingan berlangsung, data hasil wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa keterampilan bersosialisasi siswi dapat ditingkatkan melalui metode role playing berbasis media audio visual pada siswi kelas X E SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dengan perincian sebagai berikut:(1) pra penelitian terdapat 1 siswi (3,12%) yang keterampilan bersosialisasinya rendah, 15 siswi (46,87%) yang keterampilan bersosialisasinya sedang, dan 16 siswi (50%) yang keterampilan bersosialisasinya tinggi. (2) Kemudian pada siklus 1 meningkat menjadi 2 siswi (6,25%) yang memiliki keterampilan bersosialisasi sedang, dan 30 siswi (93,75%) memiliki keterampilan bersosialisasi tinggi. (3) Pada Siklus II ada 2 siswi (6,25%) yang memiliki keterampilan bersosialisasi sedang dan 30 siswi (93,75%) memiliki keterampilan bersosialisasi tinggi. (4) Pada perbaikan siklus 3 menjadi 1 siswi (3,12%) yang memiliki keterampilan bersosialisasi sedang dan 31 siswi (96,87%) yang memiliki keterampilan bersosialisasi tinggi. Hasil uji t, peningkatan keterampilan bersosialisasi siswi dari pra tindakan, siklus I, II dan III menunjukkan signifikasi 0,000<0,05 yang berarti bahwa keterampilan bersosialisasi siswi menggunakan metode role playing berbasis media audio visual mengalami peningkatan secara signifikan.

(9)

viii ABSTRACT

DEVELOPING THE SOCIAL SKILLS TROUGH THE ROLE PLAYING METHODOLOGY BASED ON AUDIO VISUAL MEDIA FOR THE STUDENTS OF GRADE X E SENIOR HIGH SCHOOL OF STELLA DUCE 2

YOGYAKARTA By:

Fransiska Dei

University of Sanata Dharma

2014

The objective of this research is to present the development of the social skills of female students form grade X E of Senior High School (SMA) of Stella Duce 2 Yogyakarta, trough “role playing” methodology, based on audio visual media. The researcher employed the Research Guidance and Counseling Action type, which is known as (PTBK) in Indonesia. Researcher employed this methodology in three cycles, one meeting in each cycle. The subjects of this research are thirty two students of grade X E of SMA of Stella Duce 2 Yogyakarta. The result of this research came from the answers of thirty two items of social skills questionnaire, observation during the guidance process, interview, and documentation.

The result of this research has shows that the social skills of the female students can improve trough the role playing methodology, based on audio visual as shown from the female students of grade X E of SMA of Stella Duce 2, with the specific result; (1) before research taken place, there was 1 student (3, 12%) had low social skill, 15 students (46, 87%) had average social skills, 16 students (50%) had high social skills. (2) When the first cycle had employed there is development of; 2 students (6, 25%) had average social skills, 30 students (93, 75%) had high social skills. (3) In the second cycle the result is the same as in the cycle two; 2 students (6, 25%) had average social skills, 30 students (93, 75%) had high social skills. (4) But the result of cycle three is 1 student (3, 12%) had average social skill and the rest of 31 students (96, 87%) had high social skills. The result of t, the improvement of the social skill of the female students from before employing the test, cycle I, II, and III shows the significant of 0,000<0,05 which means that the social skills of female students had improved significantly by using “role playing” methodology.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Penulis mengucap syukur kepada Allah Tritunggal Maha Kudus atas rahmat kasih dan kesetiana-Nya yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling) ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syaratmenyelesaikan pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Skripsi ini berjudul “Upaya Peningkatan Keterampilan Bersosialisasi Dengan Menggunakan Metode

Role Playing Berbasis Media Audio Visual Pada Siswi Kelas X E SMA Stella Duce 2 Yogyakarta”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik tidak hanya

usaha dan kerja keras penulis sendiri, melainkan berkat adanya cinta, dukungan,

bimbingan, dan doa-doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Konggregasi SSpS Khususnya Provinsi Flores Bagian Timur, Provinsi Jawa dan setiap suster dalam Provinsi yang telah setia mendukung saya

2. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Kepala Prodi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma

4. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah dengan setia dan

sabar membimbing, mendukung dan mendampingi penulis dalam proses

penyusunan skripsi ini.

5. Dra. R. Tuti Ratnaningsih sebagai Kepala Sekolah SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 6. Ax. Eko Suspriyatiningsih, S.Pd, Vinsensia Siwi Sridinarti, S.Pd, Sr. Renata Elis

(11)

x

7. Siswi-siswi kelas X E SMA Stella Duce 2 yang telah bersedia menjadi subjek dan

membantu penulis dalam proses pengumpulan data yang digunakan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

8. Orangtua dan keluarga yang selalu memberikan semangat, motivasi, dorongan

dan doa kepada penulis.

9. Suster pemimpin dan para suster SSpS di Biara Roh Suci Yogyakarta yang telah

dengan setia memberikan cinta dukungan dan doa-doa

10.Stefanus Priatmoko selaku petugas di sekretariat BK yang banyak membantu

peneliti mengurus berbagai administrasi dan persyaratan untuk menyelesaikan

skripsi.

11.Semua teman-teman prodi BK USD angkatan 2009 yang telah memberikan

dukungan dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi (Penelitian

Tindakan Bimbingan dan Konseling) ini.Oleh karena itu, sumbang saran dari

pembaca, sangat penulis harapkan.Akhirnya, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi

para pembaca.

Yogyakarta, 10 April 2014

Penulis

(12)
(13)

xii

F. Definisi Operasional………... BAB II LANDASAN TEORI

A. Keterampilan Bersosialisasi

1. Pengertian Keterampilan Bersosialisasi……… 2. Jenis-Jenis Keterampilan Bersosialisasi………... 3. Aspek-Aspek Keterampilan Bersosialisasi……….. 4. Faktor-Faktor Keterampilan Bersosialisasi Remaja……… 5. Karakteristik Perkembangan Keterampilan Bersosialisasi

Remaja……… 6. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Keterampilan Bersosialisasi

Remaja………...

1. Pengertian Metode Role Playing………

2. Prosedur Penggunaan Metode Role Playing………..

3. Kelebihan Penggunaan Metode Role Playing………

4. Kelemahan Penggunaan Metode Role Playing……….

(14)

xiii

6. Prinsip-Prinsip Pemilihan Media……… F. Peran Metode Role Playing Berbasis Media Audio Visual Untuk

Meningkatkan Keterampilan Bersosialisasi……… BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian………... B. Subjek dan Objek Penelitian……….. C. Waktu dan Tempat Penelitian………...

D. Setting Penelitian………

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian………...

(15)

xiv

Daftar Pustaka………

Lampiran………. .

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Matriks Waktu Penelitian………...

Tabel 2. Kisi-Kisi Panduan Observasi Siswa……….

Tabel 3. Panduan Wawancara Tak Berstuktur………

Tabel 4. Kisi-Kisi Kuesioner Keterampilan Bersosialisasi……….

Tabel 5. Norma Penggolongan Kategorisasi Keterampilan Bersosialisasi

Siswi……….

Tabel 6. Kategorisasi Skor Subjek dan Item .………

Tabel 7. Kriteria Kategori Hasil Presentase Skor Observasi

Terhadap Keterampilan Bersosialisasi Siswa………

Tabel 8. Rentang Skor Penilaian Setiap SiklusTerhadapKeterampilan

Bersosialisasi Siswi Menggunakan Metode Role Playing

Berbasis Media Audio Visual………

Tabel 9. Analisis Hasil Observasi Keterampilan Bersosialisasi Siswi

Pra-Tindakan……….

Tabel 10. Penggolongan Keterampilan Bersosialisasi Siswi Pada Saat

Penelitian Pra Tindakan Dalam Tiga Kategori……….

Tabel 11. Analisis Hasil Observasi Keterampilan Bersosialisasi Siswi

(17)

xvi

Tabel 12. Tingkat Keterampilan Bersosialisasi Siswi Kelas X E SMA

Stella Duce2 Yogyakarta Pra-Tindakan dan Siklus …...

Tabel 13. Hasil Analisis Item Instrumen Keterampilan Bersosialisasi

Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Pra-Tindakan

dan Siklus I………...

Tabel 14. Analisis Hasil Observasi Keterampilan Bersosialisasi Siswi

Siklus II……….

Tabel 15. Tingkat Keterampilan Bersosialisasi Siswi Kelas X E SMA

Stella Duce2 Yogyakarta Siklus I dan Siklus II………

Tabel 16. Hasil Analisis Item Instrumen Keterampilan Bersosialisasi

Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Siklus I Dan

Siklus II……….

Tabel 17. Analisis Hasil Observasi Keterampilan Bersosialisasi Siswi

Siklus III………...

Tabel 18. Tingkat Keterampilan Bersosialisasi Siswi Kelas X E SMA

Stella Duce2 Yogyakarta Siklus II dan Siklus III………

Tabel 19. Hasil Analisis Item Instrumen Keterampilan Bersosialisasi

Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta siklus II dan

(18)

xvii

Tabel 20. Perkembangan Tingkat Keterampilan Bersosialisasi Siswi

Kelas X E SMA Stella Dace 2 Yogyakarta ………

Tabel 21. Data Hasil Observasi Keterampilan Bersosialisasi Siswi

Pra-Tindakan, Siklus I, Siklus II, Siklus III………

Tabel 22. Hasil Uji T Keterampilan Bersosialisasi Pre Test Hingga

Siklus III (SPSS 21.0)………...

129

132

(19)

xviii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Tingkat Keterampilan Bersosialisasi Siswi Kelas X E SMA Stella Duce 2 Yogyakarta (PraTindakan)………. Grafik 2. Tingkat Keterampilan Bersosialisasi Siswi Kelas X SMA

Stella Duce 2 Yogyakarta Pra-Tindakan dan Siklus I………….. Grafik 3. Analisis Item Instrumen Keterampilan Bersosialisasi Siswi

Kelas X E SMA Stella Duce 2 YogyakartaPra-Tindakan dan

Siklus I………..

Grafik 4. Tingkat Keterampilan Bersosialisasi Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Siklus I dan Siklus II………. Grafik 5. Analisis Item Instrumen Keterampilan Bersosialisasi Siswi

Kelas X E SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Siklus I dan

Siklus II……….

Grafik 6. Tingkat Keterampilan Bersosialisasi Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Siklus II dan Siklus III……… Grafik 7. Analisis Item Instrumen Keterampilan Bersosialisasi Siswi

Kelas X E SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Siklus II dan Siklus

III………

Grafik 8. Perbandingan Perkembangan Angket Keterampilan

(20)

xix

DAFTAR GAMBAR

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Satuan Layanan Bimbingan………. Lampiran 2 Kisi-Kisi Penelitian……… Lampiran 3 Instrumen Penelitian……….. Lampiran 4 Tabulasi Data Penelitian………. Lampiran 5 Hasil Uji SPSS 21,0………. Lampiran 6 Presensi Siswa……… Lampiran 7 Foto-Foto Penelitian……….

(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan mahluk sosial yang artinya bahwa, sejak dilahirkan manusia membutuhkan interaksi dengan orang-orang yang ada disekitar, guna memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara biologis, psikologis maupun sosial (Gerungan, 2009). Oleh sebab itu manusia dalam mempertahankan hidup perlu bersosialisasi dengan manusia yang lain. Havighurst (Vembriarto, 1982) mengemukakan bahwa bersosialisasi adalah proses belajar di mana individu mengembangkan pola-pola nilai dan tingkah laku yang baru sesuai dengan kebudayaan masyarakat. Proses bersosialisasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena dengan bersosialisasi manusia bisa mengenal cara hidupnya dan proses penyesuaian dirinya, sehingga apa yang dilakukan manusia atau kehadiran manusia tersebut dapat diterima dan bermakna bagi orang lain.

(23)

sesuai dengan tuntutan sosial masyarakat disekitarnya. Manusia dalam melakukan proses bersosialisasi sangat membutuhkan bimbingan ataupun bantuan baik dari orang tua, guru, anggota keluarga, teman sebaya dan lain-lain, sehingga manusia dapat menuju pada kedewasaan (Idi, 2011).

Menurut Santrock, (2003) masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja juga merupakan suatu masa perkembangan yang penuh dengan berbagai tantangan dan masalah, baik itu dari segi fisik, segi psikis, perkembangan bahasa, dan perkembangan sosialnya. Keterampilan bersosialisasi semakin penting manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena remaja harus memasuki lingkungan sosial yang lebih luas di mana pengaruh teman sebaya sangat menentukan ( Hursdarta, 2010).

(24)

Sebagai contoh Hurlock (1973) menjelaskan bahwa remaja yang suka menyendiri dari pergaulan sosial merupakan mereka yang gagal menyesuaikan diri terhadap satu atau lebih aspek sosial yang dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang harapan-harapan sosial. Kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan bersosialisasi akan menyebabkan remaja sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan dan sebagainya. Remaja dalam melakukan keterampilan bersosialisasi tergantung pada usaha penyesuaian dirinya di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.

(25)

remaja tersebut bisa berkembang secara optimal dan bisa memenuhi tugas-tugas perkembangan salah satunya adalah keterampilan bersosialisasi.

Agar siswa memiliki ketrampilan dalam bersosialisasi sangat dibutuhkan bimbingan yang khusus dari guru BK misalnya melalui bimbingan klasikal. SMA Stella Duce 2 Yogyakarta merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas yang memiliki jam khusus untuk melakukan bimbingan klasikal. Setiap kelas dilakukan bimbingan satu kali seminggu dengan alokasi waktu 1x 45 menit dan ini dilakukan pada siswa kelas X sampai kelas XII. Tujuan pemberian layanan BK di SMA ini adalah membantu perkembangan peserta didik secara optimal. Berdasarkan hasil

FGD (Focus Group Discusstion) melalui wawancara, observasi dan angket alat ungkap masalah dipaparkan sebagai berikut pertama dari hasil wawancara dengan guru BK peneliti mendapat informasi bahwa masalah yang dihadapi siswa kelas X E salah satunya terkait dengan masalah keterampilan bersosialisasi, baik dengan guru-guru maupun dengan teman sebaya, hal ini terlihat ketika siswa masih memilih-milih dalam berteman, kurang menghargai dan menghormati teman lain yang sedang berbicara di depan kelas, adanya geng, dan juga siswa masih enggan dalam berelasi dengan guru-guru.

(26)

cenderung mencari teman yang dianggapnya cocok untuk berdiskusi (geng), kurang menghargai siswa lain yang sedang berbicara dengan ribut sendiri, dan mengolok siswa yang melakukan kesalahan.

Setelah melakukan wawancara dengan guru BK dan melakukan observasi peneliti juga menyebarkan alat ungkap masalah siswa berdasarkan aspek keterampilan bersosialisasi siswa, dengan tujuan untuk memperkuat data tentang masalah keterampilan bersosialisasi, dengan indikator yang dipakai oleh peneliti adalah pertama memilih-milih dalam berteman, kedua geng, ketiga rendahnya penghormatan terhadap teman, keempat pertengkaran, dan kelima mengumpat.

(27)

Setelah melakukan wawancara, observasi dan pengolahan data dari alat ungkap masalah siswa yang dibuat sesuai dengan aspek keterampilan bersosialisasi siswa, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada masalah sosial yang sama dari hasil wawancara, observasi dan olah data yaitu yang pertama siswa cenderung memilih-milih dalam berteman, kedua kurangnya penghargaan siswa terhadap orang lain dan yang ketiga adanya geng. Jika perilaku ini dibiarkan akan berdampak pada perilaku prososial dan asosial remaja.

Adapun dampak dari perilaku prososial dan asosial, perilaku prososial adalah perilaku positif yang menguntungkan membuat kondisi fisik atau psikis orang lebih baik dilakukan atas dasar suka rela tanpa mengharapkan imbalan. Misalnya membantu atau menolong, menghargai orang lain, berbagi dan menyubangkan (Desmita, 2009). Pernyataan di atas mau mengatakan bahwa ketika perilaku prososial dikembangkan terus maka akan berdampak positif pada perkembangan sosial remaja dalam bersosialisasi dengan orang lain.

(28)

bimbingan klasikal perlu mempersiapkan diri dengan baik, agar apa yang disampaikan bisa di mengerti oleh siswa dan dapat membantu siswa. Oleh karena itu guru BK perlu kreatif dalam menggunakan metode maupun media.

Menurut Sugihartono dkk (2007) Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran sehingga dapat memperoleh hasil yang semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan pembelajaran. Ketika melakukan proses belajar mengajar guru perlu memperhatikan metode yang digunakan. Harapannya adalah bahwa metode yang digunakan oleh guru dapat sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Metode bermain peran atau role playing merupakan salah satu metode yang bisa digunakan oleh guru dalam melakukan pengajaran ataupun bimbingan. Metode bermain peran atau role playing

adalah metode membelajaran yang mengembangkan imajinasi dan penghayatan siswa dengan cara memerankan tokoh tertentu atau benda mati.

Metode ini dapat mengembangkan penghayatan dan keterampilan siswa untuk mengerti, memahami dan memaknai materi yang dipelajari (dalam Sugihartono dkk 2007). Oleh karena itu sebagai guru pembimbing dalam melakukan bimbingan klasikal, perlu kreatif menggunakan metode bimbingan salah satunya adalah metode

(29)

Media merupakan salah satu komponen komunikasi yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Daryanto, 2010). Media layanan BK adalah segala sesuatu yang dapat digunakan menyalurkan pesan atau informasi dari pembimbing kepada siswa atau individu yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat sehingga individu akan mengalami perubahan perilaku, sikap dan perbuatan ke arah yang lebih baik (Fadhillah, 2011).

Ada berbagai macam media BK yang bisa digunakan guru BK disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah. Media bimbingan sangat bervariasi jenisnya dan kesemuanya mempunyai tujuan untuk mempermudah penyaluran pesan dari guru BK kepada siswa. Pesan tersebut akan merangsang pikiran, perhatian, minat dan motivasi siswa sehingga proses transformasi ilmu pengetahuan dapat terjadi. Pernyataan tersebut jelas bahwa fungsi media sangat penting dalam mendukung proses bimbingan klasikal. Ada beberapa jenis media yang kita ketahui antara lain gambar, foto, suara, audio, visual, permainan, dan masih banyak lagi. Untuk mengadakan bimbingan klasikal dapat digunakan berbagai media misalnya media audio visual yang merupakan salah satu pilihan yang dapat diterapkan di dalam kelas (Fadhillah, 2011)

(30)

bimbingan (Hamdani, 2011). Jenis media inilah yang sering digunakan oleh para guru untuk membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran.

Dale ( Arsyad, 2010) memperkirakan bahwa perolehan hasil belajar melalui indra penglihatan berkisar 75%, melalui indra dengar 13%, dan melalui indra lainnya sekitar 12%. Hal ini dilihat dari penjumlahan antara indra penglihatan dan pendengaran 75% + 13 % = 88%. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa proses bimbingan klasikal dengan bantuan media audio-visual jauh lebih efektif dibandingkan dengan hanya melalui ceramah biasa karena melalui media audio visual diharapkan dapat membantu siswa agar bisa terampil dalam bersosialisasi.

Berdasarkan FGD melalui hasil wawancara dengan guru BK, hasil observasi dan hasil olah data alat ungkap masalah terbukti bahwa adanya masalah keterampilan bersosialisasi maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling dengan judul “Upaya Peningkatan Keterampilan

Bersosialisasi Dengan Menggunakan Metode Role Playing Berbasis Media Audio

Visual Pada Siswi Kelas X E SMA Stella Duce 2 Yogyakarta “.

A. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut dapat diidentifikasi beberapa masalah antara lain :

1. Siswi kurang memiliki keterampilan dalam bersosilaisasi, baik dengan guru maupun siswa lain.

(31)

3. Rendahnya penghormatan terhadap guru maupun teman sebaya 4. Siswi kurang bersikap ramah dengan semua teman

5. Siswi kurang nyaman berteman dengan orang lain yang berbeda pendapat dengannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah penggunaan metode role playing berbasis media audio visual dapat meningkatkan keterampilan bersosialisasi pada siswi kelas X E SMA Stella Duce 2 Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian:

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bersosialisasi siswi melalui metode role playing berbasis media audio visual pada kelas X E SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

D. Manfaat penelitian 1. Secara Teoritis

(32)

2. Secara praktis

a. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan kepada pihak sekolah mengenai pentingnya penggunaan metode role playing berbasis media audio visual untuk membantu meningkatkan keterampilan bersosialisasi siswi.

b. Bagi guru pembimbing

Hasil penelitian ini dipakai sebagai bahan masukan bagi guru BK dalam meningkatkan mutu pelayanan bimbingan klasikal kepada siswa khususnya dalam penggunaan metode role playing berbasis media audio visual.

c. Bagi siswa

Mendapat pengetahuan tentang keterampilan bersosialisasi, dapat meningkatkan keterampilan bersosialisasi.

d. Bagi penulis

(33)

F. Devenisi Operasional

1. Keterampilan bersosialisasi adalah suatu bentuk usaha menggunakan pikiran atau nalar dan perbuatan secara efektif dan efisien dalam suatu proses belajar peran, nilai-nilai dan tuntutan sosial di lingkungan masyarakat atau kelompok tertentu.

2. Metode Role Playing

Merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru dalam melakukan proses pembelajaran dengan melibatkan siswa untuk memainkan peran tertentu agar dapat membantu siswa memahami, melatih keterampilan dan memaknai materi pelajaran yang diberikan oleh guru secara maksimal sesuai dengan tujuan pembelajaran.

3. Media

(34)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini dipaparkan secara singkat kajian teori relevan yang mendasari bangunan konseptual penelitian tindakan ini yang meliputi: Keterampilan Bersosialisasi, Remaja, Bimbingan, Metode Role Playing, Media dalam Layanan BK, dan Peran Media Audio Visual untuk Meningkatkan Keterampilan Bersosialisasi A. Keterampilan Bersosialisasi

1. Pengertian Keterampilan Bersosialisasi

(35)

Loree dalam Hartinah (2011) mengungkapkan bahwa bersosialisasi merupakan suatu proses dimana individu melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kelompoknya. Hal senada juga dijelaskan oleh Horton dalam Damsar (2011) bahwa bersosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati norma-norma kelompok dimana individu berada sehingga terbentuklah diri yang unik. Sanden dalam Damsar, (2011) mengatakan bahwa bersosialisasi sebagai suatu proses belajar peran, status dan nilai yang diperlukan untuk ikut serta dalam suatu lembaga sosial.

Proses membimbing individu kedalam dunia sosial disebut sosialisasi dimana individu dapat belajar tingka laku, kebiasaan dan ketrampilan-keterampilan sosial seperti berbahasa, bergaul, berpakian dan sebagainya (dalam Nasution, 2011). Jadi dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan bersosialisasi adalah suatu proses belajar menggunakan pikiran, atau nalar, secara efisien dan efektif sehingga individu tersebut menjadi peka dan bisa menghayati norma-norma, nilai-nilai, dan tuntutan sosial di mana individu itu berada sehingga terbentuklah pribadi yang unik.

1. Jenis-Jenis Keterampilan Bersosialisasi

a. Keterampilan Bersosialisasi Berdasarkan Kebutuhan

(36)

1) Keterampilan bersosialisasi primer

Keterampilan bersosialisasi primer merupakan suatu proses seseorang mempelajari atau menerima pengetahuan, sikap, nilai, norma, dengan harapan ia mampu berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat. Cirinya adalah dialami individu pada masa kanak-kanak, terjadi dalam lingkungan keluarga, individu tidak dapat menghindar, hanya bisa menerima dan melakukan apa yang dikatakan oleh keluarga. Sebagai contoh anak berinteraksi dengan orang tua dan anggota keluarga yang lain. Anak mulai belajar tentang cara makan, cara berbicara dengan mengunakan kata-kata yang santun, cara berdoa sesuai dengan keyakinan, cara memberi salam, cara menerima tamu dan lain sebagainya.

Pada proses bersosialisasi ini orang tua mempunyai peran yang sangat penting, memberikan teladan yang terbaik bagi anak-anak karena ini merupakan bekal bagi anak selanjutnya, agar anak bisa bersosialisasi secara positif ditengah masyarakat atau kelompok yang lebih luas. Apabila anak tidak dapat memenuhi kebutuhan bersosialisasi primer ini maka anak akan mengalami hambatan dalam perkembangan sosialnya. 2) Keterampilan bersosialisasi sekunder

(37)

Misalnya anak mulai berinteraksi dengan lingkungan sekolah. Disini anak mulai belajar bersosialisasi dengan orang lain dan mulai belajar atauran-aturan baru yang diberikan oleh sekolah.

Proses sosialisasi ini berlangsung seumur hidup dimana ketika individu memasuki lingkungan atau kelompok yang baru.

Sebagai contoh seorang remaja SMA kelas X yang tengah mempelajari aturan-aturan dan nilai-nilai yang ditanamkan oleh sekolah yang baru, melalui ospek siswa mulai mengenal lingkungan sekolah yang baru dan aturan-aturan serta nilai-nilai yang baru sesuai dengan sekolah yang bersangkutan atau seorang karyawan yang mengalami masa uji coba sebelum menjadi karyawan tetap dalam suatu lembaga tertentu dan lain sebagainya.

b. Keterampilan bersosialisasi berdasarkan cara yang dipakai

Menurut Kamanto Sunarto (dalam Damsar, 2011) Keterampilan bersosialisasi ini dibagi dalam dua bentuk:

1) Keterampilan bersosialisasi represif

(38)

memiliki otoritas yang sangat kuat dalam proses bersosialisasi termasuk hal memberi perintah, dan menghukum. Jadi disini remaja tidak memiliki kebebasan untuk kreatif melakukan sesuatu, remaja melakukan sesuatu bukan berdasarkan nilai tertentu tetapi karena takut dihukum oleh orang tua. Sebagai contoh seorang remaja mau belajar bukan karena ingin mendapat nilai yang baik tetapi karena takut dihukum oleh orang tuanya kalau mendapat nilai yang jelek.

2) Keterampilan bersosialisasi partisipasif

Keterampilan bersosialisasi partisipasif adalah sosialisasi yang menekan pada otonomi anak dan memberikan hadiah kepada anak yang memiliki perilaku yang baik. Cirinya adalah memberikan imbalan bagi perilaku yang baik, otonomi pada anak, komunikasi sebagai interaksi, orang tua memperhatikan keperluan anak (dalam Damsar, 2011).

Ketika melakukan proses sosialisasi anak memiliki kebebasan untuk berinteraksi dengan orang tua dan disini terjadi dialog antara anak dan orang tua. Orang tua memiliki kewajiban untuk memperhatikan anak dan memberikan hadiah jika itu dibutukan anak.

(39)

c. Keterampilan bersosialisasi berdasarkan keberadaaan perencanaan (dalam Damsar, 2011)

Keterampilan bersosialisasi ini memiliki dua bentuk yaitu bersosialisasi berdasarkan perencanaan dan tanpa perencanaan.

1) Bersosialisasi berdasarkan perencanaan merupakan sosialisasi yang dilakukan atas dasar perencanaan yang berkelanjutan dan sistematis misalnya dalam dunia pendidikan formal seperti sekolah dan pendidikan non formal seperti kursus dan pelatihan. Proses sosialisasi berdasarkan perencanaan memiliki tujuan pembelajaran, materi, proses dan penilaian telah direncanakan secara matang sehingga bisa dievaluasi dan di monitor.

(40)

Guru BK juga perlu memperhatikan proses kegiatan bimbingan dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan agar hal-hal yang sudah berkembang dalam kegiatan bimbingan dapat ditingkatkan sedangkan hal yang masih kurang perlu diperhatikan dan diusahakan untuk memperbaikinya.

2) Bersosialisasi tanpa perencanaan terjadi dalam interaksi masyarakat misalnya keluarga, kelompok teman sebaya, atau lingkungan tempat tinggal. Proses ini dilakukan melalui perilaku, sikap, dari orang tua atau orang-orang yang ada di lingkungan sekitar dimana individu itu berada. Proses ini dikenal sebagai pendidikan informal. Contohnya lingkungan keluarga merupakan kelompok kecil yang terdiri dari orang tua dan anak-anak yang selalu berinteraksi secara tetap. Ketika berinteraksi dengan orang tua anak pasti akan mengikuti sikap dan perilaku yang ditunjukan oleh orang tua baik itu sikap yang baik maupun sikap yang kurang baik. Sikap yang baik misalnya ramah dengan semua orang santun dalam berbicara, mendengarkan anggota keluarga lain yang sedang berbicara dan sebagainya.

(41)

mengendalikan emosi marah dengan diam sejenak dan menyelesaikan dengan cara yang baik. Dari peristiwa yang sederhana ini anak belajar cara mengelola emosi, apakah anak akan mengikuti hal yang baik atau hal yang kurang baik yang dilakukan orang tua dalam berinteraksi baik dengan anggota keluarga maupun dengan teman sebaya dan masyarakat sekitar.

Seiring berjalannya waktu anak akan memasuki masa remaja, ketika menginjak masa remaja sikap dan perilaku remaja mulai berubah, remaja menganggap perilaku yang diajarkan oleh orang tua kuno dibandingkan dengan perilakunya. Misalnya dalam hal berpakian remaja cenderung mengenakan pakian yang dianggapnya moderen sesuai dengan mode tidak mempedulikan nilai kesopanan. Remaja akan merasa nyaman apabila pakian yang di kenakan bisa diterima oleh teman sebayanya. 3. Aspek-Aspek Keterampilan Bersosialisasi Remaja

(42)

a. Kesadaran Sosial

Seorang individu seharusnya mempunyai kesadaran terhadap kebutuhan orang lain. Kesadaran ini merupakan kemampuan yang ada pada diri individu untuk memperhatikan orang lain yang membutukan bantuan. Artinya seseorang akan memberikan bantuan jika ia memandang bahwa orang tersebut benar-benar membutuhkan bantuan. Bar-Tal ( dalam Desmita 2009) menjelaskan bahwa kesadaran mendorong terjadinya tingkahlaku prososial seseorang. Goleman (2007) menyebutkan bahwa ada dua unsur keterampilan sosial yaitu kesadaran sosial dan fasilitas sosial. Kesadaran sosial adalah kemampuan untuk dapat merasakan dan memahami pikiran dan perasaan seseorang. Kemampuan kesadaran sosial meliputi:

1) Empati dasar yaitu berhubungan dengan perasaan orang lain, yaitu individu mampu merasakan isyarat-isyarat emosi non verbal misalnya terlibat aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai, kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, sentuhan yang sepantasnya.

Misalnya seorang yang mengalami kesedihan karena ayahnya meninggal. Ketika orang itu sedang bercerita kita berusaha untuk mendengarkan sambil menunjukan bahasa non verbal yang dengan sendirinya mengatakan bahwa kita ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

(43)

Ketika kita mendengarkan apa yang disampaikan oleh lawan bicara kita akan mengerti dan berusaha memahami apa yang disampaikan oleh lawan bicara sehingga ia merasa dihargai dan diterima.

Misalnya seorang teman yang sedang berbicara di depan kelas kita berusaha untuk mendengarkan teman tersebut dengan penuh perhatian dan coba memahami apa yang disampaikan dan kalau belum mengerti apa yang disampaikan kita bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bisa memperjelas apa yang disampaikan, sehingga ia merasa dihargai dan diterima. Sementara itu fasilitas sosial adalah kemampuan yang bertumpu pada kesadaran sosial untuk memungkinkan interaksi yang efektif.

Fasilitas sosial meliputi:

(44)

(2) Pengaruh akan membentuk hasil interaksi sosial

Syiarbani dkk (2002) mengungkapkan bahwa Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang menyangkut hubungan antara perorangan maupun antar kelompok. Ada dua syarat terjadinya interaksi sosial yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. Kontak sosial dapat bersifat primer yaitu pertemuan langsung (face to face) sedangkan kontak sosial yang bersifat sekunder dapat berupa surat kabar, TV, radio dan sebagainya. Syiarbani dkk (2002) menjelaskan bahwa Interaksi sosial dilandasi oleh beberapa faktor psikologis yakni:

a) Imitasi merupakan suatu tidakan meniru orang lain seperti meniru gaya bicara, tingkalaku dan kebiasaan. Misalnya seorang remaja yang memakai mode baju sesuai dengan artis favoritnya, atau meniru kebiasaan teman yang sering menyontek saat ujian

b) Sugesti muncul ketika seseorang dalam kondisi tidak seimbang sehingga tidak bisa berpikir rasional

(45)

d) Simpati merupak suatu proses seseorang merasa tertarik dengan orang lain

e) Empati merupakan simpati yang mendalam merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain

3) Kepeduliaan merupakan kemampuan untuk peduli akan kebutuhan orang lain dan melakukan tindakan sesuai dengan apa yang di butuhkan orang yang bersangkutan. Ketika melihat seseorang membutuhkan bantuan kita tergerak hati untuk menolong atau kita selalu peka melihat kebutuhan sesama kita b. Kecakapan ide, efektivitas, pengaruh yang kuat dalam melakukan komunikasi

dengan orang atau kelompok lain.

Melakukan komunikasi dengan orang atau kelompok lain merupakan komunikasi interpersonal. Ketika melakukan komunikasi seseorang dengan bebas mengungkapkan pendapat atau ide-ide secara baik dan benar.

Komunikasi interpersonal yang efektif memenuhi tiga persayaratan utama yaitu:(1) pesan diterima dan dipahami oleh komunikan sebagaimana dimaksud oleh komunikator (2) Ditindak lanjuti dengan perbuatan suka rela. (3) meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi. ( dalam Aw Suranto, 2011)

Fungsi dari komunikasi interpersonal yang efektif adalah menjaga hubungan yang baik antar individu, mengubah sikap dan perilaku, pemecahan masalah hubungan antar individu maupun kelompok (dalam Aw Suranto, 2011).

(46)

masyarakat tertentu. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi interpersonal kita menjadi efektif yaitu adanya penghargaan pada setiap pribadi yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan (dalam Aw Suranto, 2011). Jika kita membangun komunikasi dengan sikap saling menghargai dan menghormati maka kita dapat membangun kerjasama yang meningkatkan hubungan antar pribadi (dalam Aw Suranto, 2011). Selain itu juga sikap yang perlu kita perhatikan adalah kerendahan hati. Sikap rendah hati pada intinya adalah tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, dan lemah lembut. Sikap-sikap inilah yang membantu kita untuk lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang atau kelompok tertentu. Jadi remaja dalam melakukan komunikasi perlu memiliki sikap-sikap yang seperti disebutkan diatas agar komunikasi yang dibangun dengan orang lain semakin efektif dan kehadiran remaja bisa diterima oleh orang lain.

c. Berkembangnya sikap empati.

(47)

Henrry Backrack dalam Devito (2011) mendefenisikan empati sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui dan merasakan apa yang sedang dialami orang lain. Empati yang di lakukan secara baik akan memelihara hubungan sosial. Menurut Goleman (2007) setiap hubungan berasal dari kemampuan untuk berempati. Keterampilan sosial seseorang akan matang apabila memiliki kemampuan berempati dan manajemen diri yang baik. Apabila tidak memiliki ketermpilan sosial akan menyebabkan orang yang pintar dalam bidang akademik dapat gagal dalam membina hubungan sosial. Kemampuan sosial ini memungkinkan seseorang membentuk hubungan, menginspirasi orang lain, meyakinkan dan mempengaruhi serta membuat orang lain merasa nyaman.

d. Terampil berinteraksi

(48)

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Bersosialisasi Pada

Remaja

Menurut Talib (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan bersosialisasi adalah interaksi siswa dengan lingkungan yaitu lingkungan keluarga, likungan sekolah dan teman sebaya.

1) Lingkungan Keluarga

Menurut Thalib (2010) keluarga merupakan tempat pertama dan utama anak memperoleh pendidikan. Kepuasan psikis anak dalam keluarga sangat menentukan bagaimana reaksi anak terhadap lingkunganya. Siswa banyak belajar mengembangkan keterampilan sosial baik dengan proses peniruan terhadap perilaku orang tua.

(49)

yang secara sistematis mempengaruhi anak (Kuczynski, Marshall & Schell, 1997).

2) Lingkungan Sekolah

Keterampilan bersosialisasi siswa SMA sangat penting dan perlu dikembangkan karena mereka masih mencari jati diri. Usaha untuk menemukan jati diri ini membutuhkan bantuan dari berbagai pihak salah satunya adalah dari pihak sekolah sehingga disini perlu adanya bimbingan yang memiliki landasan yang benar dari guru maupun anggota stake holder lainnya). Metode-metode yang dapat digunakan guru untuk dapat mengembangkan keterampilan bersosialisasi siswa menurut Prayitno dalam Thalib, (2010) salah satunya adalah metode role playing atau bermain peran. Seorang siswa dikatakan terampil bersosialisasi apabila siswa tersebut dapat berkomunikasi dengan baik sesuai aturan yang ada di sekolah yang bersangkutan dan dengan sesamanya dalam sebuah kelompok (dalam Thalib, 2010).

3) Teman Sebaya

(50)

positif memiliki ketrampilan bersosialisasi lebih baik dibandingkan siswa yang kurang mampu bersosialisasi.

4. Karakteristik Perkembangan Keterampilan Bersosialisasi Pada Remaja

Ada sejumlah karakteristik menonjol dari perkembangan keterampilan bersosialiisasi pada remaja menurut Ali (2005) yaitu:

a. Berkembangnya kesadaran akan kesunyian dan dorongan akan pergaulan.

Pada masa remaja hubungan sosial remaja semakin jelas dan sangat dominan. Kesadaran kesunyian menyebabkan remaja mencari hubungan dengan orang lain untuk bergaul. Langeveld dalam Ali, (2005) berpendapat bahwa hubungan atau perasaan kesunyian remaja disertai kesadaran sosial psikologis yang mendalam yang kemudian menimbulkan dorongan yang kuat akan pentingnya pergaulan. Ini sering kali menyebabkan remaja memiliki solidaritas yang kuat dengan kelompok sebayanya dibandingkan dengan orang tua atau kelompok yang lain. Untuk itu remaja perlu diberi perhatian yang khusus komunikasi yang terbuka dan hangat dengan mereka.

b. Adanya upaya memilih nilai-nilai sosial

(51)

upaya untuk memilih nilai-nilai sosial yang menyebabkan remaja mencari nilai-nilai yang dapat dijadikan pegangan, ketika remaja tidak menemukan nilai-nilai yang diinginkan maka mereka akan menciptakan nilai-nilai yang khas sesuai dengan kelompok mereka sendiri.

c. Meningkatnya ketertarikan pada lawan jenis

Remaja sangat sadar akan dirinya tentang bagaimana pandangan lawan jenis mengenai dirinya. Hubungan sosial yang sebelumnya yaitu pada masa anak-anak tidak menghiraukan lawan jenis kini menjadi berubah remaja memberikan perhatian khusus pada lawan jenis. Meningkatnya ketertarikan pada lawan jenis menyebabkan pada umumnya remaja memilih untuk berpacaran.

d. Mulai cenderung memilih karier tertentu

Remaja mulai memilih karier tertentu meskipun perkembangan karier masih berada pada taraf pencarian karier.

(52)

a. Keluarga

Peran sosialisasi pada tahap awal yaitu keluarga, sangat penting. Pihak-pihak sosialisasi keluarga terdiri atas orang tua dan saudara kandung. Untuk dapat berinteraksi dengan orang-orang penting dalam keluarga pada tahap ini seseorang belajar berkomunikasi secara verbal dan nonverbal, di mana ia berkomunikasi tidak saja melalui pendengaran dan penglihatan tetapi juga melalui pancaindera lain, terutama sentuhan fisik.

b. Sekolah

Menurut Dreeben (dalam Damsar, 2011) seorang anak belajar lebih intensif di sekolah dibandingkan di tempat lain. Ketika di rumah seorang anak mungkin mendapatkan bantuan dari anggota keluarga untuk melaksanakan tugas-tugasnya tetapi di sekolah anak dilatih untuk menjalankan tugas dan pekerjaannya secara mandiri dan bertanggungjawab.

c. Kelompok Teman Sebaya

(53)

remaja tersebut tidak mengikuti mode busana yang dipakai oleh teman sebaya maka remaja tersebut akan di tolak atau dikucilkan.

d. Media Massa

Media massa terdiri atas media cetak seperti surat kabar, majalah, dan media elektronik seperti radio, dan televisi memiliki peran yang penting dalam proses sosialisasi. Pesan-pesan yang ditayangkan bisa mengarahkan remaja pada perilaku prososial yaitu perilaku yang cenderung ke arah baik, dan perilaku antisosial adalah perilaku yang cenderung ke arah yang kurang baik. Beberapa penayangan adegan kekerasan, pornografi dikhawatirkan bisa meningkatkan perilaku anti sosial seperti kejahatan meningkat, pelanggaran susila dan sebagainya.

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

(54)

Menurut WHO tahun 1974 remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri dan ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Rentang umur remaja perempuan antara 12-22 tahun sedangkan pria 13-22 tahun (dalam Sarwono, 2005).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan antara anak dan dewasa dimana anak mengalami perkembangan menuju kematangan baik secara fisik, emosional, dan mental.

2. Tugas Perkembangan Sosial Remaja

Havighurst ( dalam Hursdarta, 2010) tugas perkembangan sosial remaja sebagai berikut:

(55)

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita

Peran sosial merupakan fungsi atau tingka laku yang diharapkan dari seseorang oleh kelompok atau budaya tertentu (dalam Idi, 2011). Teori kodrat alam memandang bahwa perbedaan jenis kelamin secara biologi antara laki-laki dan perempuan merupakan anugerah yang tidak perlu dipersoalkan (dalam Azis Asmaeny, 2006). Meskipun dalam kehidupan masyarakat ada perbedaan gender sebagai akibat rekayasa system nilai-nilai sosial budaya, namun perempuan telah di kodratkan menjadi individu yang secara biologi berbeda dengan laki-laki. Teori kodrat alam menitikberatkan pada perbedaan jenis kelamin dalam memandang gender,

melahirkan teori besar yaitu “teori nature” dan teori “nature”. Namun,

dalam penulisan ini lebih memfokuskan pada teori nature dimana teori nature beranggapan bahwa perbedaan kodrat alamiah antara laki-laki dan perempuan tidak perlu dipermasalahkan.

(56)

c. Mengharapkan dan pencapaian perilaku sosial yang bertanggungjawab maksudnya bahwa remaja memiliki sikap seperti yang diharapkan masyarakat, dapat berpartisipasi dengan rasa tanggungjawab bagi kemajuan dan kesejateraan masyarakat.

C. Bimbingan

1. Pengertian Bimbingan

Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang

diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”. Walgito (2010) berpendapat

bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu untuk menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam kehidupannya sehingga individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejateraan hidupnya.

(57)

memberikan bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya dan bertindak sewajarnya sesuai dengan tuntutan orang-orang yang ada disekitarnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada setiap individu secara berkelanjutan agar individu tersebut bisa mengenal dirinya, mengembangkan potensi yang ada dalam diri secara maksimal, mampu mengatasi masalahnya sendiri dan hidup sesuai dengan norma dan tuntutan masyarakat pada umumnya. Bimbingan klasikal dapat diartikan sebagai layanan yang di berikan kepada semua siswa di kelas secara terjadwal.

2. Tujuan Bimbingan

Tujuan layanan bimbingan ialah agar siswa dapat :

a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang.

b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik secara optimal.

c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.

(58)

lingkungan kerja.

Mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk :

a) Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya.

b) Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya,

c) Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut

d) Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.

e) Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat.

f) Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya.

g) Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.

3. Jenis-Jenis Bimbingan

Aqib (2012) mengemukakan ada empat jenis bimbingan

(59)

dan kebutuhan dirinya secara realistis. Tujuannya adalah menerima diri apa adanya, memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah, memiliki rasa percaya diri, mampu mengelolah stres dan lain sebagainya. Misalnya seorang siswa yang menerima diri apa adanya ia akan dengan percaya diri mengungkapkan apa yang dimiliki baik kelebihan maupun kekurangannya kepada orang lain

b. Bidang Sosial

Bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, angota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.

c. Bimbingan belajar.

(60)

kebiasaan belajar yang positif, memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, menetapkan tujuan dan perencanaan belajar.

d. Bimbingan karier

Bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi serta memilih dan mengambil keputusan karier. Winkel, W.S & M.M Sri Hastuti (2007) menjelaskan bimbingan karier adalah bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, memilih lapangan pekerjaan serta membekali diri ddan meyesuaikan diri dengan tuntutandari lapangan pekerjaan yang telah dipilihnya. Tujuannya adalah memiliki pemahaman tentang sekolah-sekolah lanjutan, meembangun sikap optimis dalam menghadapi dunia karier, Memiliki kemauan untuk meningkatkan kemampuan bakat dan minat yang terkait dengan pekerjaan, Memiliki pemahaman tentang minat dan kemampuan diri yang terkait dengan pekerjaan.

4. Fungsi Bimbingan

Menurut Prayitno & Erman Amti (1999) Fungsi bimbingan ditinjau dari manfaat dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu

(61)

mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis.

b. Pencegahan (preventif)

Fungsi ini yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.

Misalnya konselor memberikan informasi tentang pemilihan jurusan yang tepat yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa atau memberikan informasi tentang cara berpacran yang sehat dan bertangggung jawab.

c. Pengentasan

(62)

d. Pemeliharaan dan pengembangan

Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik dalam diri individu yang merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini atau terpeliharanya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Misalnya penempatn siswa pada program-program akademik (IPA, IPS, Bahasa) sesuai dengan kemampuan atau pemilihan ekstrakurikuler sesuai dengan bakat dan minat

D. Metode Role Playing

1. PengertianMetode RolePlaying

Menurut A’la Miftahul dalam bukunya Quantum Teaching (2011) metode

pembelajaran bermain peran (Role playing) merupakan cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dimiliki oleh setiap siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankan sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini umumnya dilakukan lebih dari satu orang, itu bergantung kepada apa yang di perankan. Metode bermain peran atau role playing

(63)

Sugihartono dkk, 2007). Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa metode role playing merupakan cara yang dipakai oleh guru dalam membantu siswa untuk memahami materi pelajaran dengan memerankan tokoh tertentu.

2. Prosedur penggunaan metode role playing

Langkah-langkah atau prosedur dalam pelaksanaan model pembelajaran role playing ini adalah :

a. Guru menyusun skenario yang akan ditampilkan

b. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari atau beberapa hari sebelum KBM (kegiatan belajar mengajar) guna mempersiapkan peran yang terdapat dalam skenario tersebut.

c. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang atau sesuai dengan kebutuhan.

d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai dalam materi tersebut.

e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

f. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan.

(64)

menilai peran yang dilakonkan, mencari kelemahan dan kelebihan dari peran tersebut atau pun jalan ceritanya.

h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil dan kesimpulannya. i. Guru memberikan kesimpulan secara umum atau mengevalusi seluruh

kegiatan.

j. Evaluasi/ refleksi. k. Penutup

3. Kelebian pengunakan metode role palying adalah

Menurut Ekawarna (2013), kelebian menggunakan metode role playing

adalah:

a. Mendapat perhatian siswa maksudnya bahwa dengan menggunakan metode ini siswa terlibat aktif untuk memainkan peran sehingga perhatian siswa lebih terfokus pada apa yang akan dilakukan

b. Dipakai pada kelompok yang besar maupun kecil

c. Menambah rasa percaya diri pada siswa maksudnya bahwa dengan melakonkan peran tertentu peserta dapat melatih rasa percaya dirikhususnya bagi mereka yang memiliki rasa kepercayaan diri yang rendah

(65)

4. Kelemahan pengunakan metode role playing

Menurut Ekawarna (2013), kelebihan menggunakan metode role playing

adalah:

a. Banyak siswa kurang berminat untuk memerankan sesuatu b. Adanya kesulitan pada siswa untuk memerankan sesuatu

c. Terbatas pada situasi tertentu misalnya apa yang yang diperankan siswa harus sesuai dengan skenario yang telah dibuat oleh guru d. Membutuhkan seorang pemimpin yang terlatih

e. Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan siswa tidak akan melakukan peran dengan sungguh-sungguh.

E. Media Dalam Layanan BK

1. Pengertian Media

Seiring berjalannya waktu guru perlu kreatif mencari cara untuk menyampaikan materi kepada siswa dalam proses belajar agar apa yang disampaikan bisa diterima dan dipahami oleh siswa. Salah satu cara yang perlu diperhatikan guru dalam melakukan proses belajar adalah penggunaan media. Media ini tidak hanya di gunakan oleh guru mata pelajaran tetapi juga oleh guru BK khususnya dalam melakukan bimbingan klasikal.

(66)

meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Briggs menyatakan bahwa media adalah alat untuk memberikan rangsangan kepada peserta didik supaya terjadi proses belajar (dalam Sanjaya, 2012)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah sesuatu hal berupa alat bahan atau orang yang dapat menyampaikan atau menghantarkan pesan-pesan bimbingan kepada siswa.

Media layanan BK adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pembimbing kepada siswa yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, minat dan motivasi, sehingga individu akan mengalami perubahan perilaku, sikap dan perbuatan ke arah yang lebih baik.

2. Jenis-Jenis Media dalam BK

Menurut Rudy Brets dalam Sanjaya (2012) mengatakan bahwa ada tujuh pengelompokan media yaitu

a. Media audio visual gerak seperti film suara, pita video, film TV b. Media audio visual diam seperti film rangkai suara

(67)

e. Media visual diam seperti halaman cetak, foto, power point f. Media audio seperti radio telepon, pita radio

g. Media cetak seperti buku atau modul

3. Fungsi Media dalam BK

Menurut Fadhillah (2011) mengatakan bahwa media dalam BK memiliki beberapa fungsi:

a. Memperjelas penyajian pesan atau informasi agar tidak verbalistis maksudnya bahwa dengan mengunakan media hal-hal yang bersifat abstrak bisa menjadi konkrit dan nyatasehingga harapannya bisa ditangkap oleh siswa.

b. Mengatasi keterbatasan ruang maksudnya bahwa melalui media bisa menampilkan objek yang terlalu besar untuk dibawa ke dalam kelas.

c. Merubah perilaku dari yang tidak diinginkan menjadi sesuai yang diinginkan. Sebagai contoh ketika memberikan bimbingan dengan topik tentang penyalagunaan Narkoba guru menggunakan media audio visual seperti film pendek tentang orang yang kecanduan narkoba. Setelah menonton tayangan film tersebut siswa diharapkan bisa mengambil makna dari film dan bisa melihat perilaku-perilaku apa yang harus dihindari Karena bisa merugikan diri dan orang lain.

(68)

Ketika menanggapai suatu peristiwa masing-masing pribadi pasti memiliki presepsi yang berbeda, dengan menggunakan media diharapkan guru bisa menjelaskan dan menyamakan presepsinya dengan siswa. Sebagai contoh guru bisa menggunakan media audio visual seperti film pendek untuk menjelaskan tentang persahabatan yang sehat.

4. Manfaat Penggunaan Media BK

Menurut Fadhillah (2011) mengatakan bahwa media dalam BK memiliki beberapa manfaat:

a. Akan meningkatkan kreativitas, meningkatkan keingintahuan dan memberikan variasi bimbingan, sehingga kelas akan menjadi lebih menarik. Dengan menggunakan media yang berfariasi membantu siswa untuk kreatif menciptakan sesuatu dan bisa mengambil makna dari apa yang telah di buat. Misalnya siswa diminta untuk menggambarkan diri mereka dalam bentuk apa saja dengan menggunakan lilin

b. Guru BK akan memiliki pandangan yang baik dan bijaksana terhadap materi yang diberikan

c. Tidak akan memunculkan kebosanan pada siswa

(69)

d. Dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realitas.

Dengan menggunakan media hal-hal yang abstrak dan sulit di mengerti oleh siswa bisa menjadi konkrit dan jelas apabila menggunakan media yang tepat dalam menyampaikan bimbingan misalnya ketika guru ingin menjelaskan tentang aborsi, guru bisa menggunakan media film untuk bisa memperjelas bahan bimbingan serta menjadi nyata dan konkrit apa yang disampaikan.

e. Dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.

Realita yang dialami saat ini ketika guru menyampaikan materi dengan metode cerama tanpa menggunakan media apapun siswa menjadi jenuh bosan dan ngantuk tetapi ketika guru menggunakan media yang kreatif sesuai dengan tema siswa sungguh dilibatkan dan aktif untuk mengikuti kegiatan yang diberikan oleh guru

f. Dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajar.

(70)

5. Kriteria Pemilihan Media

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih media menurut Musfiqon (2011) adalah:

a. Kesesuaian dengan Tujuan

Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai karena maksud dari penggunaaan media adalah untuk mendukung proses penyampaian informasi dan mendukung agar pencapaian tujuan lebih efektif dan efisien.

b. Ketepatgunaan

Pemilihan media harus sesuai dengan kegunaanya karena kalau tidak sesuai dengan kegunaanya maka media yang digunakan tidak mampu untuk menyampaikan sesuatu secara maksimal atau tidak ada gunanya.

c. Keadaan peserta didik

Pemilihan media yang baik harus sesuai dengan keadaan peserta didik baik secara psikologis fisiologis maupun sosiologis karena pemilihan media yang tidak sesuai dengan keadan peserta didik tidak dapat membantu banay dalam memahami apa yang disampaikan oleh guru.

d. Ketersediaan

(71)

maupun untuk peserta didik, atau bisa jadi guru membuat atau menyediakan sendiri media sesuai dengan materi yang ingin dipelajari.

6. Prinsip Pemilihan Media

Musfiqon (2011) mengatakan bahwa pemilihan media yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran tidaklah mudah, dibutuhkan prinsip-prinsip tertentu agar pemilihan media bisah lebih tepat. Ada tiga prinsip dalam memilih media pembelajaran.

a. Prinsip Efektifitas dan Efisien

Dalam konsep pembelajaran efektifitas adalah keberhasilan pembelajaran yang diukur dari tingkat ketercapaian tujuan setelah pembelajaran selesai dilaksanakan. Jika semua tujuan pembelajaran telah tercapai maka pembelajaran disebut efektif. Sedangkan efisien adalah pencapaian tujuan pembelajaran dengan menggunakan biaya waktu dan sumber daya seminimal mungkin.

b. Prinsip Relevansi

(72)

c. Prinsip produktifitas

Produktifitas dalam pembelajaran dapat dipahami sebagai pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal dengan menggunakan sumber daya yang ada , baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam.

F. Peran Metode Role Playing Berbasis Media Audio Visual untuk

Meningkatkan Keterampilan Bersosialisasi

Peneliti memilih penggunaan metode role playing berbasis media audio visual sebagai upaya meningkatkan keterampialn bersosialisasi siswi kelas X E SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Selama ini guru BK dengan berbagai usaha telah menyiapkan metode dan media bimbingan yang inovatif namun dalam kenyataannya belum bisa melatih keterampilan bersosialisasi siswa karena berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan alat ungkap masalah, menyatakan siswi belum bisa bersosialisasi dengan baik. Hal ini ditandai dengan adanya perilaku siswa yang kurang mendengarkan dan menghormati siswa lain, adanya geng dalam kelas, kurang peduli dan kurang menghargai perbedaan.

(73)
(74)

BAB III

METODE PENELITIAN

Di dalam bab ini, diuraikan metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan tentang metode penelitian terdiri dari 9 bagian, yaitu jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, waktu dan tempat penelitian, setting penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, teknik analisis data dan indikator keberhasilan

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). Menurut Bogdan & Biklen dalam Kunandar (2012) penelitian tindakan adalah pengumpulan data yang sistematis yang dibuat untuk menghasilkan perubahan sosial. Penelitian tindakan ini terdiri dari 3 siklus. Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian yang dikembangkan oleh Kurt Levin (dalam Arikunto, 2012).

B. Subjek Dan Objek Penelitian

Gambar

Tabel 13. Hasil Analisis Item Instrumen Keterampilan Bersosialisasi
Tabel 22. Hasil Uji T Keterampilan Bersosialisasi Pre Test Hingga
Grafik 3. Analisis Item Instrumen  Keterampilan Bersosialisasi Siswi
Gambar 1. Bagan Penelitian Tindakan Model Kurt Levin…………………
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 9 di atas, menunjukkan bahwa maka pengurus takmir masjid dari aspek organisasi lokal dalam usaha memberdayakan jamaahnya di Kota Madiun dengan 7 indikator dapat dijelaskan ;

Strategi Standardisasi Nasional 2015-2025 yang berisi visi, misi, dan arah pembangunan standardisasi nasional merupakan acuan bagi seluruh komponen bangsa (Pemerintah,

Untuk mempercepat adopsi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Departemen Pertanian, maka sejak tahun 2009 telah ditandatngani nota kesepahaman antara Badan

Pelaksanaan pengajaran membaca memiliki beberapa prinsip yang terdiri atas: 1) belajar membaca merupakan suatu proses yang sangat rumit dan peka terhadap

Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang yang sudah ditentukan. 2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan

SAMSUNG TIDAK MENJAMIN AKURASI, VALIDITAS, KEBERLANGSUNGAN, LEGALITAS, ATAU KELENGKAPAN ISI ATAU LAYANAN YANG TERSEDIA MELALUI PERANGKAT INI DAN DALAM KEADAAN APAPUN,

Abstrak —Struktur komposit merupakan struktur yang terdiri dari dua atau lebih material berbeda sifat dan karakteristik yang berkerja bersama sama untuk memikul beban yang

[r]