• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN INTEGRAL PERSPEKTIF MUHAMMAD NATSIR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP PENDIDIKAN INTEGRAL PERSPEKTIF MUHAMMAD NATSIR SKRIPSI"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

i

KONSEP PENDIDIKAN INTEGRAL

PERSPEKTIF MUHAMMAD NATSIR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd)

Disusun Oleh: AGHNIAUS SHOLIKHAH

11112233

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur selalu terpanjatkan ke hadirat Allah SWT beserta Sholawat dan salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada rasullah SAW, ku persembahkan skripsi

ini

Untuk:

1. Orang tuaku tercinta dan terkasih Bapak Dawam S. Ag dan Ibu Sri Asriyah yang telah membesarkan, mendidik dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan tanpa letih maupun pamrih baik secara lahir maupun batin dengan iringan doa restu demi kesuksesan putrinya. Terima kasih atas cinta dan kaish sayang yang telah diberikan selama ini, juga setiap dukungan moral maupun spiritual yang tulus diberikan, semoga selalu dalam limpahan kasih syang Allah SWT dunia dan akhirat.

2. Suamiku tersayang Muhammad Abdurrofiq dan anakku Ahmad Afwan Atma Purnama yang selalu memberi semangat dan dukungan.

3. Kakak-kakakku tersayang Muhammad Nur Roisul Khasan dan Widodo Abdurrohamn yang telah memberikan semangat dan telah membantu saya. 4. Keluarga besarku terimakasih atas doa dan motivasi yang selalu diberikan. 5. Bapak Prof. Dr. Mansur. M. Ag selaku pembimbing yang selalu sabar

membimbing hingga terselesaikannya skripsi ini.

(8)

viii

7. Sahabat-sahabatku Evi Khusnul Khulluq dan Lina Wati Retno Wulan yang selalu menemani dan memberi semangat, serta sahabatku Miftah yang telah membnatu dan memberi semangat dari awal pengerjaan skrispi ini. Terima ksaih persahabatan kalian.

8. Kawan-kawan seperjuangan PAI angkatan 2012 terutama PAI G yang selalu menemani dan memberi kegembiraan, motivasi, serta semangat tanpa kenal lelah.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahi rabbil‟alamin penulis mengucapkan sebagai rasa sykur

kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhitung dan rahmat-Nya yang tiada henti. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Konsep Pendidikan Integral Perspektif Muhammad Natsir”.

Skripdi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SP.I) di Institut Agama Isalm Negeri (IAIN) Salatiga.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

2. Bapak Suwardi, S. Pd.,M. Pd, selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga. 3.

4. Bapak Prof. Dr. Mansur, M. Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(10)
(11)

xi

ABSTRAK

Sholikhah, Aghniaus. 2016. Konsep Pendidikan Integral Perspektif Muhammad Natsir. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Prof. Dr. Mansur, M. Ag.

Penelitian yang berjudul konsep pendidikan Muhammad Natsir, bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep pendidkan integral yang diterapkan Muhammad Natsir di Indonesia ini.

Peneliti menggunakan beberapa metode antara lain: content, historis dan deskriptif. Adapun jenis penelitiannya menggunakan penelitian literatur dengan melalui data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah pemikiran Muhammad Natsir tentang pendidkan integral adalah model pendidkan yang memadukan antara pendidikan umum dan pendidikan agama, kesinambungan ini dibuktikan dengan tidak mempertentangkan antara barat dan timur. Islam hanya mengenal antogonisme antara hak dan bathil. Semua yang hak diterima, biar pun datangnya dari barat, semua iyang bathil akan disingkirkan walaupun datangnya dari timur. Dengan pendidkan integral tercipta anak didik yang mementingkan ruhani dan jasmani.

Untuk mengimplementasikan pendidkan integral Muhammad Natisr kurikulum yang dipakai adalah kurikulum nasional dan kurikulum agama. Serta melaksanakan keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi, keseimbangan antara jasmani dan ruhani. Pada sekolah umum harus memasukkan pendidikan agama Islam secara seimbang. Begitu pula dengan pesantren juga harus memasukkan pendidikan umum secara seimbang pula.

(12)

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL JUDUL... ……. i

LEMBAR BERLOGO... ii

JUDUL... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

PENGESAHAN KELULUSAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR... x

ABSTRAK... xii

DAFTAR ISI... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Penegasan Istilah...7

F. Metode Penelitian...7

1. Pendekatan Penelitian...7

(13)

xiii

3. Metode Pengumpulan Data...8

G. Sistematika Pembahasan...10

BAB II KAJIAN TEORI A. Biografi Muhammad Natsir...12

B. Riwayat Pendidikan M.Natsir...15

C. Karya Ilmiah M. Natsir...20

D. Perjuangan Muhammad Natsir di Indonesia...22

BAB III KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DAN PENDIDIKAN UMUM A. Pengertian Pendidikan...29

B. Konsep Pendidikan Islam...33

1. Pengertian Pendidikan Islam...33

2. Tujuan Pendidikan Islam...35

3. Kurikulum Pendidikan Islam...36

C. Konsep Pendidikan Umum...39

1. Pengertian Pendidikan Umum...39

2. Sasaran Pendidikan Umum...42

3. Fungsi dan Ruang Lingkup ...42

4. Pendidikan Integral...43

BAB IV KONSEP PENDIDIKAN INTEGRAL MUHAMMAD NATSIR A. Pemikiran Muhammad Natsir tentang Pendidikan...47

(14)

xiv

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...61 B. Saran...61 DAFTAR PUSTAKA

(15)

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islammerupakan suatu pimpinan jasmani dan rohani yang menuju kesempurnaan dan perlengkapan sifat kemanusiaan dalam arti kata sebenarnya. Hampir seluruh Indonesia sudah mulai menerapkan sistem pedidikan Islam dalam proses pembelajaran dan pengajaran mereka. Akan tetapi, realitas sosial yang dihadapi saat ini menempatkan pendidikan Islam pada posisi yang dilematis. Seakan-akan posisi pendidikan itu terombang-ambing. Selain pendidikan Islam terpuruk seperti itu, munculah problematika dikotomi pendidikan.

(16)

xvi

Jika kita perhatikan ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yaitu perintah untuk belajar. Allah Berfirman dalam surat Al Alaq ayat 1-5:

Artinya: (1) bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Mulia, (4) yag mengajar (manusia) dengan pena, (5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Selama ini proses pembelajaran yang berlangsung di Madrasah atau Sekolah belum mampu mengintegrasikan antara berbagai konsep atau teori keilmuan sains dan dimensi nilai agama seperti etika, teologis, dan lain-lain. Sedangkan dalam jaran Islam sebenarnya tidak ada dikotomi pendidikan.

(17)

xvii

Lembaga-lembaga pendidikan Islam hanya mengajarkan ilmu agama saja seperti pendidikan pondok atau pesantren, maka ilmu-ilmu yang dikembangkan adalah ilmu-ilmu agama yang dikemas dalam kitab-kitab klasik(kitab-kitab-kitab-kitab kuning). Penguasaan ilmu-ilmu umum ditiadakan dan tidak memiliki posisi dipondok atau pesantren. Dikotomi ini menimbulkan kesan bahwa pendidikan agama berjalan tanpa dukungan iptek. Dilembaga pendidikan pesantren ini orientasi peserta didiknya orientasi ke akhiratan.Sebaliknya di lembaga pendidikan umum dalam hal ini sekolah, ilmu yang diajarkan terfokus pada ilmu pengetahuan umum tanpa ada sentuhan agama seperti mata pelajaran matematika, IPA, IPS, bahasa Indonesia dan sebagainya.Di sini orang-orang akan tumbuh pikiran

yakni menyebut dirinya sebagai”orang umum” untuk tidak

mengikutsertakan antara ilmu pengetahuan dengan ilmu agama. Artinya mereka menginginkan pengetahuan dan kajian murni (pure scienci) yang sama sekali tidak boleh dipengaruhi oleh agama.

Dengan konsep integral ini diharapkan terbentuknya generasi-generasi yang lebih baik. Siswa tidak hanya memiliki kemampuan dalam bidang akademik atau kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik saja, tetapi juga kemampuan psikomotor dan spritualnya. Dan diharapkan menghasilkan siswa yang benar-benar beriman, berilmu, dan beramal. Semua itu bersumber dari ketauhidan.

(18)

xviii

umum. Karena keduanya harus berjalan secara seimbang dalam pendidikan. Sehingga nanti apa yang diharapkan oleh tokoh agama Indonesia yaitu Muhammad Natsir tidak mengenal dikotomi dalam keilmuan benar-benar terwujud.

Ide dan pemikiran pendidikan Islam di Indonesia ini dikemukakan oleh Muhammad Natsir pada tahun 1934, semenjak beliau menggeluti dunia pendidikan. Beliau megutarakan bahwa pendidikan harus berperan sebagai sarana untuk memimpin dan membimbing agar manusia yang di kenakan sarana pendidikan tersebut dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Sebagaimana tertera dalam pasal 3 bab II Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional(UU SPN) yang berbunyi:

Bahwa pendidikan nasiaonal berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangasa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Departemen Agama, 2003:1).

Muhammad Natsir selalu menekankan bahwa sesungguhnya tidak ada dikotomi antara pendidikan agama dengan pendidikan umum. Semua jenis pendidikan menurutnya bertumpu pada dasar maupun tujuan tertentu. Dasar dan tujuan tertentu itu terkandung dalam ajaran tauhid.

Dalam tulisannya yang berjudul Tauhid Sebagai Dasar Didikan (Pedoman Masyarakat) Beliau menceritakan tentang pentingnya tauhid

(19)

xix

Ehrenfest yang mati bunuh diri, setelah membunuh anak satu-satunya yang teramat disayanginya karena kehilangan tempat bergantung (Muhammad Natsir, 1954:139).

Pentingnya tauhid sebagai dasar pendidikan ini menurut Natsir berhubungan erat dengan akhlak yang mulia. Tauhid dapat terlihat manifestasinya pada kepribadian yang mulia seperti yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan yaitu pribadi yang memiliki keikhlasan, kejujuran, keberanian, dan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas atau kewajiban yang diyakini kebenarannya.

Semata ilmu pengetahuan yang begitu dipuja ternyata tidak dapat menyelamatkannya karena ketidaan tempat bergantung yang bersifat spiritual itu. Oleh karena itu diperlukan keseimbangan antara yang intelektual dan yang spiritual, antara jasmani dan rohani. Itu landasan sisitem pendidikan Islam

(20)

xx

dan pendidikan umum tanpa memisahkan keduanya, atau disebut dengan Pendidian Integral (Thohir luth, 1999:9).

Melihat begitu luasnya cakupan pengalaman-pengalaman Muhammad Natsir dan beliau merupakan salah satu pemikir pendidikan di Indonesia yang beranggapan bahwa semua ilmu penting, karena pada hakikatnya semua ilmu itu datang dari Allah, maka tidak berkelebihan jika

penulis mengambil tema “KONSEP PENDIDIKAN INTEGRAL

PERSPEKTIF MUHAMMAD NATSIR”. Semoga memberikan tambah

wawasanya dalam dunia pedidikan di Indonesia ini.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas, penulis membatasi masalah yang akan dikaji, yaitu:

1. Bagaimana pendidikan Integral?

2. Bagaimana konsep Pendidikan Integral Perspektif Muhammad Natsir?

C. TUJUAN PENELITIAN

Pengkajian ini dilakukan dengantujuan:

1. Untuk mengetahui bagaimana Pendidikan Integral

2. Untuk mengetahui bagaimana Konsep Pendidikan Integral perspektif Muhammad Natsir

D. MANFAAT PENELITIAN

(21)

xxi

diperlukan. Sehingga nantinya antara intelektual dan spiritual dapat berjalan dengan seimbang dengan konsep pendidikan integral, universal dan harmonis.

2. Ingin memberikan wawasan terhadap semua masyarakat terutama dalam memperbaiki sistem pendidikan Agama Islam dalam kegiatan belajar mengajar dengan melalui konsep Pendidikan Integral.

3. Ingin memberikan khazanah ilmu pengetahuan tentang biografi Muhammad Natsir, serta dalam dunia pendidikan, bagi generasi Islam berikutnya.

E. PENEGASAN ISTILAH

Untuk mempermudah dalam pembahasan, maka perlu dikemukakan istilah-istilah yang digunakan dalam judul skripsi ini agar dapat dipahami secara konkrit. Adapun batasan istilah tersebut adalah:

1. Konsep

Konsep berarti”rancangan, ide atau pengertian diabstraksikan dari

peristiwa konkrit (Departemen Pendidikan dan kebudayaan, 1998: 208).

2. Pendidikan Integral

(22)

xxii

membina hari esok yang lebih baik, didunia ini dan di akahirat nanti (Anwar Harjono, 2001: 151).

F. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian literatur. Penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data dengan menggunakan sebagian atau seluruh data yang telah ada atau laporan data dari peniliti sebelumnya. Penelitian literatur disebut juga penelitian tidak langsung (Iqbal Hasan, 2004: 24).

2. Analisa data

Data-data yang telah terkumpul tersebut kemudian dianalisa dengan menggunakan metode sebagai berikut:

a. Metode analisa Content atau isi.

Menurut Cartwright, analisa isi merupakan metode penggambaran secara objektif, sistematis dengan menggunakan teknik deskripsi kuantitatif dari setiap perilaku simbolis (Nanang Martono, 2011: 86).

b. Metode Analisa Historis

(23)

xxiii c. Metode Analisa deskriptif

Yaitu suatu metode yang menguraikan secara teratur seluruh konsepsi dari tokoh yang dibahas dengan lengkap tetapi ketat (Sudarto, 1997: 100)

3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dihimpun merupakan sumber tertulis yang secara garis besar ada dua macam sumber:

1) Sumber Primer

Dalam peneliitan ini, penulis sengaja menampilkan sisi yang lain dan beda dari apa yang dikenal dari sosok Muhammad Natsir yang hanya dikenal sebagai tokoh politik Islam, tetapi dibalik pemikiran, perjuangan, dan dakwahnya, beliau sangat fokus untuk dunia pendidikan di Indonesia. Disini pendidikan agama Islam sudah seharusnya diarahkan untuk menjadikan anak didik memiliki sifat-sifat kemanusiaan dengan mencapai akhlakul karimah yang sempurna. Dalam penelitian ini yang menjadi rujukan utama oleh penulis dari karya-karya Muhammad Natsir:

a. Muhammad Natsir, 1954, Capita Selekta jlid I, Jakarta: Bulan Bintang

(24)

xxiv 2) Data Sekunder

Selain data yang ditulis diatas, bersumber pada tulisan, tulisnya orang lain. Data juga berupa buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini, diantaranya:

a. Thohir Luth,.1999, M. Natsir Dakwah dan Pemikirannya, Jakarta: Gemini Insani Press.

b. Abudin Nata. 2005, Tokoh-Tokoh Pembaruan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Grafindo Persada

c. Anwar Harjono. 2001, Pikiran dan Perjuangan Muhammad Natsir, Jakarta: Firdaus

d. Nughoro Dewanto. 2011, Natsir Politik Santun di antara Dua Rezim, Jakarta : KPG( Kepustakaan

Populer Gramedia)

e. 100 Tahun Muhammad Natsir. 2008, Berdamai Dengan Sejarah, Jakarta:Republikan.

f. Putra Daulay, Haidar. 2004, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, Jakarta:

kenacana

g. E S Anshari/ M A Rais/ Muhammad Natsir,(ed). 1988, Pak Natsir 80 Tahun: Pandangan dan Penilaian

Generasi Muda, Jakarta: Media Da‟wah

(25)

xxv

dan lain-lainnya yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini.

G. SISTEMTIKA PENULISAN SKRIPSI

Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi sistematika pembahasan dari bebarapa komponen yang sistematis dalam bentuk bab per bab. Adapun kerangka berpikir yang dapat penulis ajukan adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan mnafaat Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, serta Sistematika Penulisan Skripsi.

BAB II :Biografi Muhammad Natsir

Pada bab ini membahas tentang Silsilah Muhammad Natsir, Riwayat Hidup Muhammad Natsir, Riwayat Pendidikan Muhammad Natsir, Karya Ilmiah Muhammad Natsir, Perjuangan Muhammad Natsir di Indonesia.

BAB III : Pada bab ini membahas yang pertama, pengertian pendidikan, kedua, pendidikan Islam dan Pendidikan Umum. Ketiga, Pendidikan Integral. BAB IV : Pada bab ini membahas Pemikiran Muhammad

(26)

xxvi

Integral menurut Muhammad Natsir,

Implememntasi Pemikiran Muhammad Natsir terhadap pendidikan Islam di Indonesia sekarang.

BAB V :Penutup

(27)

xxvii

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Biografi Muhammad Natsir

Muhammad Natsir lahir di jembatan Berukir Alahan Panjang,

Kabupaten Solok, Sumatra Barat, pada hari Jum‟at tanggal 17 Jumadil

Akhir 1326 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 17 Juli 1908 Masehi. Ibunya bernama Khadijah, sedangkan ayahnya bernama Muhammad Idris Sutan Saripado, seorang pegawai rendah yang pernah menjadi juru tulis pada kantor kontroler di Maninjau. Pada tahun 1918, beliau dipindahkan dari Alahan Panjang ke Ujung Pandang (Sulawesi Selatan) sebagai sipir penjara (Ajib Rosyidi, 1990: 150)

Muhammad Natsir mempunyai tiga orang saudara kandung, yaitu Yukinan, Rubiah, dan Yohanusun (Solichin Salam, 1990: 131). Di tempat kelahirannya itu, beliau melewati masa-masa sosialisasi keagamaan dan intelektualnya yang pertama.

Ketika pindah ke Bekeru, beliau diajak oleh mamaknya Ibrahim pindah ke Padang. Mamaknya bekerja sebagai buruh harian di sebuah pabrik kopi yang hanya memperoleh upah beberapa puluh sen sehari. Sehingga dapat dikatakan bila sejak kecil Natsir sudah belajar hidup sederhana.

(28)

xxviii

Dari pernikahan ini, mereka memperoleh enam orang anak, yaitu Siti Muchlisah (20 Maret 1936), Abu Hanifah (19 April 1937), Asma Farida (17 Maret 1939), Dra. Hasnah Faizah (5 Mei 1941), Dra. Asyatul Asryah (20 Mei 1942), dan Ir. Ahmad Fauzi (26 April 1944) (Solichin salam, 1990: 132)

Sangat disayangkan, dari ke enam putra/putri beliau ini tidak satu pun yang mengikuti jejak sang ayah yang kaliber itu. Ternyata banyak orang justru menyebut Nurcholis Majdid, pembaharu pemikiran Islam pada akhir abad ke 20 ini, sebagai Muhammad Natsir Muda.

Di dunia internasional, Muhammad Natsir dikenal karena dukungannya yang tegas terhadap kemerdekaan bangsa-bangsa Islam di Asia dan Afrika dan usahanya untuk menghimpun kerja sama antara negara-negara muslim yang baru merdeka. Karena itu, tidak berlebihan jika Dr. Inamullah Khan menyebutnya sebagai salah seorang tokoh besar dunai Islam abad ini. Sebagai sesepuh pemimpin politik, Muhammad Natsir sering dimintai nasihat dan pandangannya, bukan saja oleh tokoh-tokoh PLO ( PalestineLiberation Organisation, pen), Mujahidin Afganistan, Moro, Bosnia dan lainnya. Tetapi juga oleh tokoh-tokoh politik di dunia yang bukan muslim seperti Jepang dan Thailand (Yusril Ihza Mahendra, 1994: 65).

(29)

xxix

Saudi (1980). Di dunia akademik, beliau menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Islam Lebanon (1967) dalam bidang sastra, dari Universitas kebangsaan Malaysia dan Universitas Saint Malaysia (1991) dalam bidang pemikiran Islam (Solichin Salam, 1990: 132)

Perjalanan panjang Muhammad Natsir meniti karier perjuangannya yang penuh risiko ini, tidak pernah melunturkan semangatnya terhadap perjuangan Islam melalui gerakan dakwahnya.

Muhammad Natsir wafat pada tanggal 6 Februari 1993, bertepatan

dengan tanggal 14 Sya‟ban 1413 Hijriah, di Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo, Jakarta, dalam usia 85 tahun. Berita wafatnya menjadi berita utama di berbagai media cetak dan elektronik. Berbagai komentar muncul, baik dari kalangan kawan seperjuanagn maupun lawan politiknya. Ada yang bersifat pro terhadap kepemimpinannya dan ada pula yang bersifat kontra. Mantan Perdana Menteri Jepang yang diwakili oleh Nakadjima, menyampaikan ucapan belasungkawa atas kepergian Muhammad Natsir dengan ungkapan, “Berita wafatnya Muhammad Natsir terasa lebih dahsyat dari jatuhnya bom atom di Hirosima (Thohir Luth, 1999: 27).

Rasa duka yang dalam datang dari berbagai pihak, termasuk dari

Pemerintah Indonesia sendiri. Ungakapan “ Indonesia kehilangan seorang tokoh penting” hampir menghiasi berbagai media massa cetak dan

(30)

xxx

B. Riwayat Pendidikan Muhammad Natsir

Muhammad Natsir menempuh pendidikan dasar di sekolah Belanda dan mempelajari agama dengan tekun pada beberapa alim ulama. Pada umurnya yang kedelapan belas tahun (1926), beliau berkeinginan masuk Sekolah Rendah Belanda (HIS). Tetapi keinginan tersebut tidak terlaksana karena beliau anak pegawai rendahan, sedangkan HIS hanya menerima anak pegawai negeri yang berpenghasilan besar atau anak saudagar kaya raya. Akhirnya beliau masuk sekolah partikelir HIS Adabiah di Padang (Thohir Luth, 1999: 22)

(31)

xxxi

pada sore hari di Madrasah Diniyah dan mengaji Al Qur‟an pada malam

harinya (Deliar Noer, 1990: 100).

Karena jauhnya jarak Solok dan tempat Natsir sekolah, maka Natsir dititipkan di rumah Pak Haji Musa, memiliki anak yang sekolah di HIS kelas satu, sedangkan Natsir langsung masuk ke kelas dua, karena lowongan yang ada hanya kelas dua. Akan tetapi Natsir diberi kesempatan untuk mencoba di kelas dua selama beberapa hari. Ternyata natsir berhasil, sehingga diterima di sekolah tersebut secara resmi.

Di samping belajar, ia juga mengajar dan menjadi guru bantu kelas 1 pada sekolah yang sama, dikarenakan kekurangan guru pada saat itu. Sehingga sewaktu melaksanakan tugasnya Muhammad Natsir memperoleh imbalan sebesar sepuluh rupiah perbulan. Pada tahun 1920, beliau pindah ke Padang atas ajakan kakaknya, Rubiah. Beliau menamatkan pendidikan HIS pada tahun 1923. Antara tahun 1916 hingga tahun 1923, beliau belajar di HIS dan madrasah Diniyah di Solok dan di Padang.

(32)

xxxii

diketuai oleh Sanusi Pane. Kemudian beliau bergabung dengan Jong Islamieten Bong (Sarikat Pemuda Islam), disitu pun, Sanusi Pane aktif sebagai ketua dan menjadi anggota Pandu Nationale Islamietische Pavinderij (Nayipji), sejenis pramuka sekarang. Menurut Muhammad Natsir, organisasi merupakan pelengkap untuk membantu dalam belajar selain yang di dapatkannya di sekolah, dan memiliki andil yang cukup besar dalam kehidupan bangsa. Dari kegiatan berbagai organisasi inilah mulai tumbuh bibit-bibit sebagai pemimpin bangsa pada Muhammad Natsir (Abudin Nata, 2005: 75).

Pendidikan Muhammad Natsir tidak berhenti sampai di MULO (Meer Uitgebreid Lager Orderwijs) saja, beliau bertekad untuk tetap belajar. Setelah lulus dari MULO, beliau berkeinginan belajar di pulau Jawa. Dikarenakan Anak-anak lulusan MULO kebanyakan melirik tanah jawa untuk melanjutkan studi. Muhammad Natsir ingin sekali merantau kepulau Jawa seperti anak-anak cerdas lulusan MULO lainnya yang sudah samapi lebih dulu ke tanah seberang. Kepada orang tuanya Muhammad Natsir menceritakan keinginannya untuk bisa melanjutkan studinya ke AMS (Algemere Middlebare School) A II, kalau sekarang tingkat SMA, dengan memilih jurusan Sastra Belanda di Bandung. Akhirnya cita-citanya terkabul bisa masuk ke sekolah AMS di Bandung melalui jalur beasiswa (Hepi Andi Bastoni, dkk, 2008: 4).

(33)

xxxiii

tuan tanah dan Menner belanda berfoya-foya menghabiskan uang. Tempat hiburan, gedung bioskop dan taman-taman bertaburan, tempat muda-mudi untuk menghabiskan malam. Meski gemerlap oleh kehidupan duniawi, bandung saat itu juga menjadi tempat mangkalnya para aktivis.

Walaupun kota bandung di penuhi dengan kenikmatan dunia Muhammad Natsir memilih larut-larut dalam buku-buku pelajaran di tempat kosnya yang sempit di jalan Cihapit, menghabiskan waktunya di perpustakaan dan berdiskusi dengan teman-temannya satu organisasinya di Jong Islamieten Bond (JIB) Bandung. Muhammad Natsir bertemu dengan tokoh radikal Ahmad Hasan, pendiri PERSIS, yang membimbing dirinya melakukan studi tentang Islam.Muhammad Natsir mengakui bahwa Ahmad Hasanlah yang mempengaruhi alam pikirannya dalam bidang agama dan menjadikannya guru yang paling dikenang. Saat Soekarnomabuk kepayang oleh sekularisasi Turki dan menjajakan paham sekularnya ke tengah masyarakat untuk dijadikan landasan negara, Ahmad Hasan dan Muhammad Natsirlah tokoh yang paling bersuara kencang menolak gagasan Soekarno. Masa-masa selanjutnya, Ahmad Hasan dan Muhammad Natsir dikenal sebagai motor penggerak Persatuan Islam (PERSIS), organisasi yang dikenal puritan mendakwahkan pentingya

kembali kepada al Qur‟an dan al Hadist. Dengan ustadz ini ia mengelola

majalah “Pembela Islam” sampai tahun 1932. Pendidikan AMS

(34)

xxxiv

Perhatian Muhammad Natsir kepada dunia sosial dan agama menyebabkan Muhammad Natsir menolak tiga kesempatan yang ditawarkan kepadanya, yaitu melanjutkan studi ke Fakultas Ekonomi di Rotterda atau Fakultas Hukum di Jakarta, menjadi pegawai negeri dengan gaji besar sebagai hadiah atas keberhasilannya menyelesaikan studi di AMS dengan nilai tinggi. Dia tidak melanjutkan studinya dan lebih tertarik pada perjuangan Islam. Minat tersebut direalisasikannya dengan aktif dalam bidang pendidikan secara luas yang dirintisnya dengan melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan studi Islam yang dilaksanakan oleh Persatuan Islam di Bandung. Perhatian Muhammad Natsir pada masa itu mendorongnya untuk mengikuti kursus guru diploma ( Lager Orderwijs) 1931-1932 yang diadakan oleh pemerintah bagi lulusan HBS dan AMS untuk mendapatkan sertifikat mengajar (Media Dakwah, 1993: 25).

(35)

xxxv

akhlakul karimah. Muhammad Natsir diberi amanat menjadi direktur Lembaga Pendidikan Islam (Pendis). Lembaga pendidikan ini membidangi berbagai jenjang pendidikan diantaranya sekolah TK, HIS, MULO dan Kweekschool. Muhammad Natsir ingin siswa yang dibinanya bisa mengembangkan ilmu-ilmu modern dengan dasar pemahaman agama yang kokoh, yang bisa menjadi bekal dimasa depan.

C. Karya Ilmiah Muhmmad Natsir

Yusuf Abdullah Puar menyebutkan ada 52 judul telah ditulis Muhammad Natsir dalam berbagai kesempatan sejak tahun 1930 (Yusuf Abdullah Puar, 1978: 4). Tidak jelas apa yang dimaksud dengan 52 judul tulisan Muhammad Natsir tersebut, apakah itu judul yang telah dihimpun menjadi buku atau judul artikel lepas yang berada di berbagai media masa. Kalau betul ke 52 judul itu berupa buku yang telah dicetak, ini bisa dimengerti karena berbagai buku Muhammad Natsir itu isinya berupa artikel-artikel, seperti Kapita Selekta I dan II dan sebagainya. Akan tetapi, jika judul tersebut juga termasuk tulisan lepas Muhammad Natsir, menurut penulis, lebih dari itu (Thohir Luth, 1999: 28).

Tulisan daalm bahasa Indoneia yang pertama dibukukan adalah cultur Islam, yang ditulisnya berdua dengan almarhum C.P Wolf Kemal

(36)

xxxvi

lebih menguasai dan menghargai tulisan-soekarno mengahrgai usaha Muhammad Natsir dengan pengahargaan yang sangat tinggi.

Buku-buku lain yang penulis temukan diantaranya adalah:

1. Agama dan Negara, Falsafah Perjuangan Islam (Medan: t.p.. 1951. Pokok bahasannya tentang hubungan agama dan negara serta upaya umat Islam dalam memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan bernegara.

2. Dari Masa ke Masa (Jakarta: fajar Shadiq. 1975). Memuat soal pribadi, batu pertama, pembinaan keluargaa, penjajah membwa kesuraman, memupuk kemerdekaan.

3. Islam Sebagai Ideologi (Jakarta: Pustaka ida, 1951), buku ini membicarakan tentang ajaran Islam dalam hubungannya dengan pedoman hidup manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya.

4. Fighud Da’wah (Fikih dakwah) Jakarta, Yayasan Capita

Selekta dan Media Da‟wah, cetakan ke XIII, 2008. Buku ini

menjadi penting bagi para da‟i, lembaga da‟wah dan perguruan

tinggi Islam sebagai panduan dalam menyampaikan pesan

da‟wah intisari dari jejak risalah yang dibawakan Rasulullah,

dengan kata perbuatan, dan dari khittah yang ditempuh oleh

para sahabat dalam menunnaikantugas da‟wah dibawah

(37)

xxxvii

Dan masih banyak lagi karya-karya Muhammad natsir, baik itu yang berbentuk Puisi,Prosa, surat-surat atau jawaban dari kritik orang lain yang tidak bisa semuanya penulis cantumkan dalam skripsi ini.

D. Perjuangan Muhammad Natsir di Indonesia

Pada tahun 1938, Muhammad Natsir mulai aktif di bidang politik dengan mendaftar dirinya menjadi anggota Partai Islam Indonesia (PII) cabang Bandung. Beliau menjabat ketua PII Bandung pada tahun 1940 hingga tahun 1942 dan bekerja di pemerintahan sebagai kepala Biro Pendidikan Kodya Bandung sampai tahun 1945 dan merangkap Sekretaris Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta (Yusril Ihza Mahendra, 1994: 65)

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1942-1945,

Jepang merasa perlu merangkul Islam, maka dibentuk Majelis Islam A‟la

Indonesia (MIAI), suatu badan federasi organisasi sosial dan organisasi politik Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, majelis ini berubah menjadi Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) pada tanggal 7 November 1945 (Yusril Ihza Mahendra, 1994: 65). Dan selanjutnya mengantarkan Muhammad Natsir sebagai salah satu ketuanya hingga partai tersebut dibubarkan.

Pada masa-masa awal kemerdekaan Republik Indonesia, Muhammad Natsir tampil menjadi salah seorang politisi dan pemimpin

negara, sebagaimana diungkapkan Herbert Feith,” Natsir adalah salah

seorang menteri dan perdana menteri yang terkenal sebagai administrator

(38)

xxxviii

Feith, 1964: 146-176). Bahkan, Bung Karno mengakui kemampuan Muhammad Natsir sebagai administrator, demikian juga Bung Hatta.

Tampilnya Muhammad Natsir ke puncak pemerintahan tidak terlepasdari langkah strategisnya dalam mengemukakan mosi pada sidang parlemen Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tanggal 3 April 1950,

yang lebih dikenal dengan sebutan “Mosi Integral Muhammad Natsir”.

Sesudah Indonesia merdeka, beliau di percaya menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Muhammad Natsir saat duduk di pemerintahan era Soekarno, beliau bermaksud untuk menjadikan Islam sebagai dasar Negara.Polemik anatara Muhammad Natsir dengan Soekarno, khusus mengenai soal-soal kebangsaan dan kenegaraan.Dengan argumentasi jujur, tegas dan cerdas, kedua tokoh tersebut bertarung serta mengasah ketajaman pena dan pemikiran, berikut saling merumuskan penjelasan sekitar posisi dan sikap masing-masing. Tentu saja, mereka berangkat serta berada dalam titik tolak berbeda. Akan tetapi dengan perbedaan diantara keduanya tidak dibuktikan dengan kekuatan, namun dengan otak (100 Tahun Muhammad Natsir, 2008: 39).

(39)

xxxix

Persilangan pendapat keduanya itu berlangsung sejak lama, berawal dari kebiasaan Soekarno yang suka mengejek Islam. Muhammad Natsir yang pernah belajar agama pada Ahmad Hasan, Agus Salim dan Ahmad Sukarti, rupanya sangat tersinggung atas tulisan Soekarno yang melecehkan. Muhammad Natsir menanggapi melalui tulisan, tidak hanya dalam bahasa Indonesia, namun juga dalam bahasa Belanda. Untuk membuktikan bahwa Muhammad Natsir adalah seorang intelektual.

Muhammad Natsir dan Soekarno semakin sering bersilang pendapat. Sementara Soekrano semakin di puncak kekuasaan dan akrab dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), Muhammad Natsir kemudian menjaga jarak dengan Soekarno dan kian menyisih sambil tetap memimpin fraksi Masyumi di Parlemen 1950-1958. Perselisihan kian memuncak ketika Soekrano secara sepihak menguburkan semua partai di bawah timbunan demokrasi terpimpin.

(40)

xl

dalam penjara. Muhammad Natsir dikirim ke Batu, Malang (1962-1964), Syafruddin Prawiranegara dikirim ke jawa Tengah, Burhanuddin Harahap dikirim ke Pati, Jawa Tengah, dan Sumitro Djojo Hadikusomo dapat lari keluar negeri. Partai Masyumi dibubarkan pada tanggal 17 Agustus 1960. Muhammad Natsir dibbaskan pada bulan Juli 1966 setelah Pemerintahan Orde Lama digantikan oleh Pemerintahan Orde Baru (Thohir Luth, 1999: 25).

Lebih dari satu dasawarsa berselang, keduanya bertemu lagi dalam keadaan yang sama sekali berbeda. Natsir menjabat menteri penerangan dan Soekarno presiden dari negeri yang tengah dilanda pertikaian partai politik. Puncak kedekatan Soekarno-Natsir terjadi ketika sebagai ketua Fraksi Masyumi menyodorkan jalan keluar buat negeri yang terbelah-belah oleh model federasi. Langkah yang kemudian populer dengan sebutan Mosi Integral, kembali ke bentuk negara kesatuan, itu berguna untuk menghadang politik pecah belah Belanda (Nugroho Dewanto, 2011: 3-4).

Tatkala pemerintahan Orde Baru muncul, Muhammad Natsir tidak mendapat tempat dan kedudukan dalam pemerintahan. Muhammad Natsir tidak diajak oleh Pemerintahan Orde Baru untuk ikut bersama memimpin negara yang baru saja muncul. Padahal, kalau dilihat dari segi kredibilitas dan kemampuannya sebagai seorang birokrat atau negarawan, sebenarnya tidak diragukan lagi.

(41)

xli

Natsir memulai aktivitas perjuangannya dengan memakai format dakwah, bukan politik lagi. Sikap kritis dan korektif Muhammad Natsir pada masa saat itu membuat hubungannya dengan Pemerintahan Orde Baru kurang mesra. Kritiknya yang tajam menyengat dan menunjuk langsung persoalan-persoalan yang mendasar, tetap menjadi aktivitas rutinnya. Keberaniannya mengoreksi Pemerintahan Orde Baru dan ikut menandatangi Petisi 50 pada tanggal 5 Mei 1980, menyebabkan Muhammad Natsir dicekal ke luar negeri tanpa melewati proses pengadilan. Pencekalan ini pun terus berlangsung tanpa ada proses hukum yang jelas dari Pemerintahan Orde Baru. Kegiatan dakwah muhammad Natsir tidak pernah berhenti.

Walaupun Muhammad Natsir dizaman Orde Baru merasa disingkirkan akan tetapi Muhammad Natsir tetap setia terhadap bangsa. Beliau tidak ingin hanya mementingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya sendiri dengan mengorbankan kepentingan bangsa secara keseluruhan. Hal ini diwujudkan ketika Orde Baru mulai berdiri dan siap melancarkan program pembangunan. Dalam konteks ini, peranan Muhammad Natsir sangat besar. Semisal, dalam upaya menciptakan kerukunan dan stabilitas politik di kawasan Asia Tenggara memulai upaya penghapusan konfrontasi dengan Malaysia (Anwar Harjono, 2001: 12).

(42)

xlii

penting dalam upaya menyelamatkan NKRI. Muhammad Natsir telah tercatat dalam sejarah, berhasil mempersatukan negara-negara bagian yang dibentuk Van Mook ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Keberhasilan Natsir dalam menentukan dan menyelamatkan persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui mosi integralnya, telah membawa Muhammad Natsir ke jenjang kedudukan kepala pemerintahan Perdana Menteri pertama Negara Indonesia (1950-1952), ketika beliau berusia 42 tahun. Kepercayaan ini diberikan Soekarno setelah melihat kepiawaian Muhammad Natsir dalam berdiplomasi, selain karena intelektualnya yang tinggi dan aktivitasnya dalam berbagai organisasi.

Keharuman nama Muhammad Natsir juga merebak di luar negeri karena berbagai kegiatan dakwah Islam internasionalnya. Pada tahun 1956,

bersama Syekh Maulana Abdul A‟la al-Maududi (Lahore) dan Abu hasan

an Nadawi (Lucknow), Muhammad Natsir memimpin sidang Muktamar Alam Islamy di Damaskus. Beliau juga menjabat Wakil Presiden Kongres

Islam Sedunia yang berpusat di Pakistan dan Muktamar Alam Islamy di Arab Saudi. Pada tahun yang sama, ia menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah (Solichin Salam, 1990: 132)

Menurut penulis Muhammad Natsir merupakan salah satu tokoh Indonesia yang melegenda, sampai-sampai setelah satu abad dari

kepergiannya, ada sekelompok orang yang menggelar acara “peringatan

(43)

xliii

Sebagai warga negara Indonesia kita bangga telah memiliki tokoh seperti Muhammad Natsir. Karena, Muhammad natsir tidak hanya dikenal di dalam negerinya melainkan di negeri orang pun beliau dikenal. Hal ini pernah dialami oleh Amien Rais saat mendatangi seminar Internasional :

pertama, seminar perdamaian yang diadakan oleh Mu‟tamar Alam Islam di

Islamabad Pakistan. Kedua, seminar antar agama di Casablanca Maroko. Ketika Amien Rais bertemu dengan berbagai delegasi dalam seminar-seminar tersebut, satu hal yang selalu ditanyakan kepada beliau oleh delegasi-delegasi seminar adalah : Bgaimana kabar Muhammad Natsir? Dan biasanya diikuti dengan kata-kata “sampaikan salam saya padanya”.

(44)

xliv

BAB III

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DAN PENDIDIKAN UMUM

A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan tidak terbatas pada pengertian dalam sekolah atau lembaga pendidikan, tetapi terkadang masyarakat mengartikan arti pendidikan itu terlalu sempit, yaitu sebatas duduk di bangku sekolah. Pendidikan adalah problematika yang sangat signifikan dalam suatu Negara, generalisasi Negara secara de facto sebagai negara maju apabila sudah memiliki sumber daya manusia yang tinggi. Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terorganisir untuk mengkonstruk dan membantu perkembangan potensi manusia, agar nanti menjadi spsifikasi individu dan universalnya bagi kehidupan sosial.

Sebagaimana istilah yang sering dipakai dalam “Pendidikan” adalah “Tarbiyah”. Fakultas ilmu pendidikan di perguruan tinggi Islam

disebut Fakultas Tarbiyah. Konsep tarbiyah merupakan salah satu konsep pendidikan Islam yang penting. Perkataan “tarbiyah” berasal dari bahasa

Arab yang diambil dari kata kerja (fi‟il) berikut:Rabba-yarubbu yang

berarti tumbuh, bertambah berkembang, Arba-yarba yang berarti tumbuh menjadi lebih besar, menjadi lebih dewasa, Rabba-yurabbi yang berarti mengatur, mengatur mengurus dan mendidik.

(45)

xlv

yang lebih sempurna. Ia tidak hanya dilihat sebagai proses mendidik saja tetapi meliputi proses mengurus dan mengatur supaya kehidupan berjalan dengan lancar. Termasuk dalam konsep ini tarbiyah dalam bentuk fisik,

spiritual, material dan intelektual (Muhammad Syafi‟i Antoni, 2009: 192).

Ahmad D. Marimba merumuskan pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Ahmad D. Marimba, 1974: 20). Menurut M. J. Langeveld, pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing yang belum kepada kedewasaan.Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan adalah :

“Tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak maksudnya yaitu

menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.

Ilmu pengetahuan menempati posisi signifikan dalam Islam. Melalui ilmu pengetahuan, manusia di bedakan dengna makhluk-makhluk lainnya, termasuk malaikat. Oleh karena itu, ketika Allah menciptakan Adam, ia secara bersamaan membekalinya dengan pengetahuan (Abd A‟la, 2006 : 34).

(46)

xlvi

pengetahuan sebagai upaya pemberian petunjuk dan peringatan, serta sekaligus upaya perolehan pengetahuan untuk mendapatkan ketaqwaan,

bukan menonjolkan diri dan keangkuhan (intelektual) (Abd A‟la, 2006 :

37)

Pendidikan diperlukan bagi manusia adalah sebagai media transformasi pengetahuan manusia, serta usaha mengembangkan pengetahuan terebut. Dalam Muqaddimahnya Ibnu Khaldun mengukapkan sebagaimana dikutip M. Sholehuddin dalam telaahnya terhadap Muqaddimah Ibnu Khaldun bahwa:

Untuk mentarnsformasikan, melestarikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diciptakan dan dirumuskan oleh generasi masa lalu kepada generasi selanjutnya, maka diperlukan penyelenggaraan pendidikan. Alasannya adalah pada asalnya manusia adalah makhluk yang bodoh (tidak memiliki pengetahuan ketika dilahirkan kedunia). Akan tetapi, ia dapat pandai melalui upaya pendidikan. (Mimbar Pembangunan Agama, 2001: 33)

Dengan demikian, menurut Ibnu Khaldun, maka ilmu pengetahuan dan pengajaran merupakan suatu hal yang alami pada diri manusia. Bahkan pendidikan merupakan aspek terpenting dalam melakukan perubahan. Dengan kata lain, pendidikan yang cukup serta kualitas manusia yang memadai, maka akan tercipta produk manusia yang bermutu. Artinya bermutu, terjadi perubahan pada diri seseorang sebelum dan sesudah. Yang awalnya tidak tahu, menjadi tahu setelah memperoleh pendidikan.

(47)

xlvii

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Penulis mengamati maksud dari tujuan pendidikan nasional yaitu belajar tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi orang lain juga harus ikut merasakan atas pendidikan kita. Empat pilar dalam pendidikan ini harus terlaksana baik pada lembaga sekolah atau di dalam kelas. Pertama, belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be), belajar untuk

kebersamaan (learning to live to gether).

(48)

xlviii B. Konsep Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan Islam dalam bahasa arabnya “Tarbiyah Islamiyah”. Kata kerja rabba (mendidik) sudah di gunakan pada zaman nabi Muhammad SAW. Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian

“memberi makan” (opvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga

mendapatkan kerohanian, juga sering diartikan dengan

“menumbuhkan” kemampuan dasar manusia (M. Arifin, 1991: 32).

Jadi, Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Isalm yang telah menjiwai dan mewarnai corak kehidupannya, dengan kata lain pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaiman Islam telah menjaid pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun akhirat.

Zuhairini dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam

mengemukakan bahwa “Pendidikan Islam adalah uasaha yang

diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak sesuai dengan ajaran Islam atau sesuatu uapaya dengan ajaran Islam, memikir, merumuskan dan berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, serta bertanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai Islam” (Zuhairini, 1995: 152).

(49)

xlix

padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam (Achmadi, 1992: 20).

Dari pandangan ini, dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam bukan sekedar transfer knowledge tetapi lebih merupakan suatu sistem yang ditata di atas pondasi keimanan dan kesalehan, yaitu suatu sistem yang terkait secara langsung dengan Tuhan. Di Indonesia pendidikan Islam memiliki banyak model pengajaran, baik yang berupa pendidikan sekolah, untuk institusi pendidikan lembaga formal adalah sekolah dan madrasah. Madrasah adalah salah satu lembaga pendidikan Islam yang ada di Indonesia. Tidak diketahui secara pasti sejak kapan istilah madrasah ini digunakan untuk salah satu jenis pendidikan Islam di Indonesia, meskipun demikian, madrasah sebagai satu sistem pendidikan Islam berkelas dan mengajarkan sekaligus ilmu-ilmu keagamaan dan non keagamaan sudah tampak jelas awal abad 20, walaupun pada saat itu sebagian diantara lembaga-lembaga pendidikan itu masih menggunakan istilah school (sekolah) (Jurnal Al Banjari, 2006: 35).

Dari beberapa pengertian pendidkan Islam diatas, dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan Islam diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya (shohih li nafsihi) dan orang lain (shohih li ghoirihi). Serta membentuk kepribadian seseorang menjadi insan ulul

(50)

l 2. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan Islam harus sikron dengan tujuan agama Islam, yaitu berusaha mendidikan individu mukmin agar tunduk, bertaqwa dan beribadah dengan baik kepada Allah, sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dari Imam Al Ghazali dikutip oleh Hery Noer Aly yang berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah kesempurnaan insan di dunia dan di akhirat. Manusia dapat mencapai kesempurnaan melalui pencarian keutamaan dengan menggunakan ilmu. Keutamaaan itu akan memberinya kebahagiaan di dunia serta mendekatkannya kepada Allah sehingga dia akan mendapatkan pula kebahagiaan di akhirat (Hery Noer Aly, 1999: 77).

Pendidikan Islam diadakan tidak lain untuk menyempurnakan akal dan jasmani. Seseorang akan mengalami perubahan, yang sebelumnya belum pernah merasakannya. Allah memberi kepada manusia sesuatu kelebihan yang tidak diberikan kepada makhluk lain yaitu akal. Manusia mempunyai akal yang dapat digunakan untuk berfikir, bagaimana melestarikan alam dan lingkungan, bagaimana membantu orang tidak mampu dan masih banyak lagi. Allah mengingatkan kepada kita untuk selalu mengingat kepada cipataannya.

(51)

li

tujuan itu akan mewujudkan tujua-tujuan khusus (Ahmad Tafsir, 2008:46).

Dengan demikian, pendidikan yang ideal adalah yang memerhatikan dimensi realitas, kapasitas, potensi fisik, intelektual dan spritual dari peserta didik yang seimbang. Untuk itu diperlukan sebuah perangkat pendidikan yang memenuhi unsur-unsur tersebut. Mulai dari guru, lingkungan sekolah dan kesiapan mental peserta didik, hingga program-program yang akan dijalankan.

3. Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum secara etimologis adalah tempat berlari dengan kata yang berasal dari bahasa latin curir yaitu pelari dan curere yang artinya tempat berlari ( Imas Kurniasih dan berlin Sani, 2014: 3). Selain itu, juga berasal dari katacurriculae artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Maka pada waktu itu pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah (Oemar Hamalik, 1994:16).

(52)

lii

Adapun kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sisitematis yang diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Kurikulum juga merupakan kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan samapai tujuan yang diinginkan. Melalui konsep dasar

kurikulum tersebut dapat disusun “teori kurikulum”.

Model kurikulum pendidikan Islam bercorak lama, berpusat pada pondok pesantren. Secara historis, pesantren telah mendokumentasikan berbagai peristiwa sejarah bangsa Indonesia, baik dalam aspek sosial budaya, ekonomi, maupun politik. Disamping itu pesantren merupakan pusat penyebaran ajaran Islam yang selalu mewarnai perkembangan masyarakatnya dalam bersentuhan dengan dinamika kehidupan.

Menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir mengambil isi kurikulum pendidikan Isalm yang berpijak pada QS. Fushshilat ayat 53:

Artinya: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka

(53)

liii

sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS. Fushshilat (41): 53)

Dalam ayat ini terkandung isi kurikulum pendidikan islam yaitu: 1. Isi kurikulum yang berorintasi pada “ketuhanan” ilmu ini

meliputi ilmu kalam, akhlak/tasawuf, ilmi-ilmu tentang al

qur‟an dan lain-lain.

2. Isi kurikulum yang berorientasi pada “kemanusiaan”, ilmu ini berkantan dengan perilaku manusia , baik sebagai makhluk individu maupun sosial, berbudaya dan berakal. Ilmu ini meliputi ilmu sejarah, politik, bahasa, filsafat dan lain-lain. 3. Isi kurikulum yang berorientasi pada “kealaman” ilmu ini

berkaitan dengan alam semesta, seperti: ilmu fisika, kimia, biologi, pertanian, perikanan, dan lain-lain (Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, 2010: 153).

Adapun ciri-ciri pendidikan tradisonal yang berpusat di pondok pesantren adalah:

a. Menyiapkan calon kyai atau ulama yang hanya menguasai masalah agama semata

b. Kurang diberikan pengetahuan untuk menghadapi perjuangan hidup sehari-hari dan pengetahuan umum sama sekali tidak diberikan.

(54)

liv

karena dihalang-halangi oleh pemerintah Belanda (Muhaimin, 2003: 70).

C. Konsep Pendidikan Umum 1. Pengertian Pendidikan Umum

Indonesia secara umum mengenal dua model sistem pendidikan, pertama model pendidikan nasional dan kedua model pendidikan local. Model pendidikan nasional artinya sistem pendidikan yang kurikulum, penilaian, pengawasan dan untuk mengukur taraf pendidikan bangsa dikelola, diawasi oleh Negara. Sedangkan pendidikan local merupakan pendidikan yang dikembangkan oleh individu-individu masyarakat baik kurikulum, sistem penilaian bahkan evaluasinya.

Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

(55)

lv

Secara umum sistem pendidikan nasional cenderung menempatkan ilmu-ilmu praktis yang berkaitan dengan pengelolaan dunia.

Dalam rumus tujuan pendidikan yang disebutkan diatas dirancang tujuan serta jenjang persekolahan (pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi) jenjang pendidikan dasar sesuai dengan UU Sistem Pendidikan Nasional No II tahun 1989 terdiri dari sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Tujuan setiap jenjang bisa disebut tujuan institusional inilah dikembangkan tujuan kurikulum setiap jenis sekola pada sutau jenjang. 1. Tujuan pendidikan pra sekolah bertujuan untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik

dengan lingkungan dan untuk mempertumbuh serta

memperkembang selanjutnya.

2. Tujuan pendidikan dasar memberikan bekal kemampuan dasar kepaada peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan mnengah.

3. Tujuan pendidikan menengah bertujuan :

(56)

lvi

dengan lingkungan dan untuk mempertumbuh serta memperkembang selanjutnya.

b. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dan alam sekitarnya.

4. Tujuan pendidikan tinggi

a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berkemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan mengembangkan atau menciptakan ilmu penegetahuan dan teknologi serta kesenian.

b. Mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahun, teknologi atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

Dari rumus tujuan pendidikan intitusional diatas dapat disimak bahwa tujuan semua ini merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan intitusional nasional dalam arti dirumuskan lebih khusus, disesuaikan perkembangan peserta didik kepada intitusinya dan lebih operasional.

2. Sasaran pendidikan umum

(57)

lvii

remaja, dewasa dan oarang tua), keberadaan, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan dalam status apapun. Semua warga Indonesia berhak mendapatkan sebuah pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan adanya UUD 1945 bahwa rakyat Indonesi beerhak mendapatkan sebuah pendidikan. Pendidikan umum tidak membedakan Suku, Agama, Ras, dan Adar (SARA). Semua berhak memperoleh pendidikan yang telah diselenggarakan oleh pemerintah.

3. Fungsi dan ruang lingkup pendidikan umum

Dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 dikatakan bahwa pendidikan naasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang martabat dalam rangka menceradskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembnagkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi wraga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(58)

lviii

bangsa artinya pemerintah berupaya untuk menanggulangi banyaknya buta aksara dan buta huruf, sehingga ketika semua rakyat mendapatkan pendidikan kehidupan berbangsa akan berjalan dengan baik.

Adapun ruang lingkup pendidikan umum dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab VI pasal 15 dikatakan bahwa jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vakasi, keagamaan, dan khusus.

D. Pendidikan Integral

Secara bahasa Integral artinya : menyeluruh, lengkap, terpadu, sempurna (M. Dahlan, 1994: 264). Adapun pengertian dari pendidikan integral adalah sistem pendidikan memadukan intelektual, moral dan spritual. Bisa juga pendidikan integral adalah sebuah pendidikan yang mencakup diri manusia antara jasmani dan rohani.

Pendidikan Integral adalah pendidikan yang memadukan anatara potensi-potensi yang terdapat pada diri manusia yaitu potensi jasmani dan potensi rohani dengan lingkungannya (baik lingkungan sosial mapun alam) dengan cara mengharmoniskan kembali relasi antara Tuhan-alam dan wahyu-akal untuk mewujudkan peserta didik yang kaffah (Abdurahmah Saleh Abdullah, 1990: 139).

(59)

lix

yang akan dibawa ke akhirat. Perilaku yang terdidik dan nikmat Tuhan apapun yang didapat dalam kehidupan harus di abadikan untuk mencapai kelayakan itu terutama dengan mematuhi keinginan Tuhan. Allah Swt berfirman:

اَمَك ْنِسْحَأَو اَيْ نُّدلا َنِم َكَبيِصَن َسْنَ ت لاَو َةَرِخلآا َراهدلا ُهللَّا َكَتَآ اَميِف ِغَتْ باَو

َن ِدِسْ ُمْلا ُّ ُِ لا َهللَّا ه ِ ِ ْراا ِ َااَسَ ْلا ِغْبَ ت لاَو َكْيَلِ ُهللَّا َنَسْحَأ

Artinya:

“ Dan kcarilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) kampung akhirat. Dan janganlah kamu melupakan

kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi...”(Q.S. Al Qoshosh:77).

Ayat ini menunjukkan pada prinsip integritas di mana diri dan segala yang ada padanya dikembangkan padastu arah, yakni kebajikan dalam rangka pengabdian kepada Tuhan.

Pendidikan integral dapat dicontohkan, di Pondok Tebuireng yang memaduka antara sistem pesantren dan sistem madrasah merupakan sistem yang sangat bermanfaat da masih relevan dengan kondisi masyarakat Indonesia dewasa ini. Pondok pesantren Tebuireng selain mendidik para santri untuk menjadi orang yang kuat Islamnya, juga mendidk agar mereka meliki pengetahuan keduniawiaan sebagai bekal untuk memperolah profesi dalam sistem kehidupan mdern, sehingga mereka benar-benar tidak gagap yakni siap pakai (Ridwan Nasir, 2005: 4-5).

(60)

lx

pendidkan Islam diartikan hanya sebagai pendidikan agama atau khusus keagamaan. Kedua, pendidikan Islam hanya dibatasi pada lembaga pendidikan yang menggunakan predikat Islam atau pendidikan dikelola oleh sekelompok umat Islam. Implikasi pengertian tersebut dalam ketatanegaraan melahirkan kebijakan adanya dua penyelenggara pendidikan yaitu pendidikan umum dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional, sedangkan pendidikan Islam dalam arti sempit yakni khusus pendidikan keagamaan dikelola oleh Departemen Agama.

(61)

lxi

BAB IV

KONSEP PENDIDKAN INTEGRAL MUHAMMAD NATSIR

A. Pemikiran Muhammad Natsir Tentang Pendidikan

Menurut Muhammad Natsir, tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah merealisasikan idealitas Islam yang pada intinya mengahsilkan manusia yang berperilaku Islami, yakni beriman dan bertqwa kepda Allah SWT (Ajib Rosyidi, 1990: 175). Hal ini sejalan denagn tujuan pendidkan nasional yang terdapat dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidkan Nasional yang menempatkan beriman dan bertaqwa kepada Allah Yang Maha Esa sebagai tujuan sentral.

Menurut Muhammad Natsir, seorang hamba Allah adalah orang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah, sebagai pemimpin manusia. Mereka menjalankan perintah Allah SWT dan berbuat baik kepada sesama manusia, menuanaikan ibadah terhadap Tuhannya (M. Natsir, 1954: 83). sebagaimana yang tercantum dalam AL Qur‟an surat Al Baqarah ayat 77 yang berbunyi:

ِللهِبِ َنَماَء ْنَم َِّبِْلا َّنِكَلَو ِبِرْغَمْلاَو ِقِرْشَمْلا َلَبِق ْمُكَهوُجُو اوُّلَوُ ت ْنَأ َِّبِْلا َسْيَل

َبَْرُقْلا يِوَذ ِهِّبُح ىَلَع َلاَمْلا ىَتاَءَو َينِّيِبَّنلاَو ِباَتِكْلاَو ِةَكِئَلاَمْلاَو ِرِخلآا ِمْوَ يْلاَو

ىَتاَءَو َةَلاَّصلا َماَقَأَو ِباَقِّرلا ِفَِو َينِلِئاَّسلاَو ِليِبَّسلا َنْباَو َينِكاَسَمْلاَو ىَماَتَ يْلاَو

َينِحَو ِءاَّرَّضلاَو ِءاَسْأَبْلا ِفِ َنيِرِباَّصلاَو اوُدَهاَع اَذِإ ْمِهِدْهَعِب َنوُفوُمْلاَو َةاَكَّزلا

َنوُقَّ تُمْلا ُمُه َ ِ َلوُأَو اوُقَدَ َنيِ َّلا َ ِ َلوُأ ِ ْأَبْلا

(

177

(62)

lxii

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,

akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari

kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang

dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir

(yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan

(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan

orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang

sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah

orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang

bertakwa.(177)

Ada enam rumusan yang dimajukan oleh Muhammad Natsir: 1. Pendidikan harus berperan sebagai sarana untuk memimpin dan

membimbing agar manusia yang dikenakan sasaran pendidikan tersebut dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani secara sempurna.

2. Pendidikan harus diarahkan untuk menjadikan anak didik memiliki sifat-sifat kemanusiaan dan mencapai akhlak al karimah yang sempurna.

3. Pendidikan harus berperan sebagai sarana untuk mengahsilkan manusia yang jujur dan benar (bukan pribadi yang hipokrit).

(63)

lxiii

5. Pendidikan harus dapat menjadikan manusia yang dalam segala perilaku atau interaksi vertikal maupun horisontal selalu menjadi rahmat bagi seluruh alam.

6. Pendidikan harus benar-benar mendorong sifat-sifat kesempurnaan dan bukan sebaliknya, yaitu menghilangkan dan menyesatkan sifat-sifat kemanusiaan (Abudin, Nata, 2005: 81).

Muhammad Natsir menginginkan agar pendidikan dapat berfungsi membebaskan, yaitu ikhtiar sadar dan berkesinambungan untuk memanusiakan guna mencapai aktualisasi diri (Thohir Luth, 1999: 96). Dengan demikian, pendidikan dapat membebaskan manusia dari ketergantungan orang lain. Sering kali pendidikan memaksakan kehendak orang lain. Adanya sebuah paksaan dalam diri anak untuk memperoleh pengajaran, seharusnya anak didik terbebaskan dari semua paksaan, sehingga dalam pembelajaran berlangsung anak menjadi senang dan gemar belajar dan tidak merasa tertekan.

Dari uaraian diatas, bahwa pandangan Muhammad Natsir terhadap peran pendidikan, tampak dipengaruhi oleh situasi penjajahan belanda yang cenderung memperbudak rakyat jajahannya. Muhammad Natsir menginginkan agar pendidikan dapat membebaskan manusia dari intimidasi dan perbudakan Belanda.

(64)

lxiv

pidato pada rapat Persatuan Islam (Persis) di Bogor tanggal 17 Juni 1934 yang berisi :

“ kini kami meminta perhatian bapak ibu dan saudara-saudara

kami kaum muslimin yang hadir, terhadap satu masalah, yang mengambil tempat yang sangat penting dalam kehidupan kita sebagai manusia umumnya dan sebagai pengikut junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Masalah didikan anak-anak kita kaum muslimin. Maju dan mundurnya salah satu kaum tergantung sebagian besar kepada pelajaran dan pendidikan yang berlaku

dalam kalangan mereka itu”. (M. Natsir, 1954: 77)

Dari petikan pidato diatas, Muhammad Natsir betapa mementingkan pendidikan dalam masyarakat. Masyarakat tanpa adanya pengajaran dan pendidikan akan menjadi mundur, dan kemunduran rentan dengan kemiskinan, sedangkan kemiskinan dapat mudah di intimidasi dan dibohongi. Namun, ketika masyarakat memerhatikan pendidikan, komunitas tersebut akan menjadi baik kehidupannya. Tidak mudah dibohongi, jauh dari kebodohan, jauh dari kemiskinan.

(65)

lxv

mereka, kalau sekiranya mereka tidak membukakan pintu negerinya yang selama itu tertutup rapat, untuk orang-orang pintar dan para ahli-ahli ilmu negeri lain yang akan memberi pendidikan dan ilmu pengetahuan kepada pemuda-pemuda mereka di samping mengirim pemuda-pemuda mereka keluar negeri mencari ilmu (M. Natsir, 1954: 77).

Jepang merupakan conoh Negara yang mementingkan peranan pendidikan dalam kebangsaan. Muhammad Natsir juga mencontohkan Negara yang awalnya maju menjadi mundur gara-gara tidak memperdulikan pendidikan. Spanyol sebuah negeri di benua barat, yang selama ini masuk golongan bangsa kelas satu, jatuh merosot ke kelas bawah, sesudah hidup dalam kesenangan mereka tidak memperdulikan pendidikan pemuda-pemuda yang akan menggantikan pujangga-pujangga dihari kelak.

Kemajuan dan kemunduran bangsa menurut Muhammad Ntasir tidak tergantung kepada ketimuran dan kebaratan, tidak tergantung pada kuning atau hitamnya warna kulit, tetapi bergantung kepada ada atau tidaknya sifat-sifat dan bibit-bibit kesanggupan dalam menduduki tempat yang mulia di atas dunia ini. Dan ada atau tidaknya sifat-sifat dan kesanggupan (kapasitas) ini bergantung kepada pendidikan ruhani dan jasmani, yang mereka terima untuk mencapai yang demikian.

(66)

lxvi

sifat-sifat kemanusiaan dengan arti yang sesungguhnya. Pimpinan semacam ini sekurangnya perlu kepada dua perkara:

1. Satu tujuan yang tertentu tempat mengarahkan pendidikan. 2. Satu asas tempat mendasarkannya (yakni tauhid) (Anwar

Harjono, 2001: 194).

Akan sia-sialah tiap-tiap pimpinan itu apabila ketinggalan salah

satu dari yang dua ini. Pertanayakan: “apakah yang akan dituju oleh

pendidikan kita?”. Sebenarnya tidak pula dapat dijawab sebelum

menjawab pertanyaan yang lebih tinggi lagi yaitu, “apakah tujuan hidup kita di dnia ini?”. Kedua pertanyaan ini tidak dapat dipisahkan, keduanya

sama. Tujuan pendidikan ialah tujuan hidup itu sendiri. Al Qur,an menjawab pertanyaan ini :

ِ وُدُبْ َ يِل لاِ َسنِلااَو هنِْاا ُ ْ َ َخ اَمَو

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku" (QS. Adz-Adzriyat:56).

Menurut Muhammad Natsir bahwa tujuan hidup diatas dunia ini adalah memperhambakan diri kepada Alah. Dan ini pula tujuan pendidikan yang wajib kita berikan kepada anak-anak kita, yang sedang mengahadapi kehidupan dari tahun ke tahun mengalami perubahan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

(67)

lxvii

herois, pekerjaan pahlawan yang dipuji-puji setiap hari (M. Natsir, 1957: 58). Pandangan Muhammad Natsir ini menandakan bahwa menjadi seorang guru tidak boleh mencari imbalan dan sombong. Karena tugas guru adalah menanamkan agama dikalangan murid. Dan benar mencari ridha Allah dalam menjalankan tugas mengajar.

Pentingnya pendidikan, menurut Muahmmad Natsir, harus di dorong oleh penguasaan bahasa asing sebagai alat pencedasan. Pada bulan November 1940, Muhammad Natsir sudah mengemukakan gagasan pentingnya bahasa asing sebagai alat pencerdasan, yang disebutnya

sebagai “Pembuluh kebudayaan bagi Indonesia”. Bagi muhammad Natsir

bahasa adalah salah satu soal kecerdasan bangsa yang terpenting. Bahasa itu, bahasa kita sendiri, adalah menjadi syarat bagi tegaknya kebudayaan kita sendiri. di samping bahasa ibu kita sendiri, adalah bahasa asing yang lebih luas dan lebih kaya, yang dapat memperhubungkan kita dengan negeri luar, menjadi satu rukun yang tak boleh tidak, bagi kemajuan dan kecerdasan kita (100 Tahun Muhammad Natsir, 2008: 430).

B. Konsep Pendidikan Integral Menurut Muhammad Natsir

Kata integral disini tidak asing lagi bagi kita, sebagaimana

Muhammad Natsir telah kemukakan dalam „mosi integral Muhammad Natsir”, yang mana beliau menginginkan pernyatuan wilayah-wilayah

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kerangka pelaksanaan otonomi daerah, penyediaan infrastruktur dihadapkan pada tantangan untuk mewujudkan suatu keterpaduan antara kebijakan nasional (top down policy)

penelitiannya mengenai pemetaan potensi biogas dan pupuk organik menyebutkan bahwa perlu dikembangkan wisata Jeruk Pamelo serta wisata mandiri energi dan pupuk

Sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat dilihat beberapa hal diantaranya : terdapat hasil uji kompetensi interpersonal mahasiswa Pendidikan Akuntansi FKIP

Di sisi lain dark pools memiliki dampak positif seperti; menjaga nilai saham dan investor dapat melakukan transaksi sesuai dengan jumlah yang akan

Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan baik dan terarah, sesuai dengan latar belakang, dan identifikasi masalah maka menjadi batasan masalah adalah pengaruh

Analisis risiko PT Telkom menunjukkan risiko tingkat paling utama yang dihadapinya, dapat dikelola dengan baik jika pemimpin perusahaan menunjukkan model perilaku yang

Selain korosi pada logam, proses korosi juga terjadi pada pengikisan batu karang oleh ombak dan terbentuknya lubang pada gigi, larutnya material keramik, dan juga

Penelitian Tindakan Kelas ini berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Bahasa Melalui Metode Demonstrai Dengan Media Picture And Picture Pada Siswa Kelompok Bermain Az