• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Materi Masalah-Masalah Sosial di Lingkungan Setempat Melalui Pendekatan CTL pada Siswa Kelas IV MI Ma’arif Bangkok Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran2015/2016 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Materi Masalah-Masalah Sosial di Lingkungan Setempat Melalui Pendekatan CTL pada Siswa Kelas IV MI Ma’arif Bangkok Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran2015/2016 - Test Repository"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI MASALAH-MASALAH SOSIAL DILINGKUNGAN SETEMPAT MELALUI

PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS IV MI MA’ARIF BANGKOK KECAMATAN KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

ARYFATULIA KHASANAH NIM. 11511016

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

(2)
(3)
(4)
(5)

v

cobaan, dan sesungguhnya di sisih Allah lah pahala yang besar”. (Al Anfaal,

28)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

 Ayahanda tercinta Kusrin dan Ibunda tercinta Siti Muzaimah kalian adalah

malaikatku di dunia, terimakasih atas perjuangannya dengan cucuran keringat, kalimah do’a dan kasih sayangnya.

 Kakak-kakak tercinta yang telah memberikan motivasi kepada penulis

dalam menimba ilmu selama dalam perkuliahan maupun dalam penyusunan

skripsi ini.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan judul : “Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Materi

Masalah-Masalah Sosial di lingkungan Setempat Melalui Pendekatan CTL pada

Siswa Kelas IV MI Ma’arif Bangkok Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali

Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita,

Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan

ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal

hidup kita di dunia dan akhirat.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi serta memenuhi syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S.Pd.I)

IAIN Salatiga. Penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan

motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti menyampaikan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmad Hariyadi M.Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

3. Ibu Peni Susapti M.SI. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

(7)

vii

4. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd Selaku dosen pembimbing yang telah tulus ikhlas dan senantiasa berkenan memberikan sumbangsih pikiran serta

waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

5. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staff karyawan IAIN Salatiga.

6. Ayahanda dan Ibunda tercinta dan adikku tersayang.

7. Kepala MI Ma’arif Bangkok, guru, karyawan serta semua siswa siswi yang

telah berkenan membantu dan memberikan data kepada penulis untuk

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulisan skripsi ini.

Semoga amal baik dan jasa-jasanya diterima oleh Allah SWT dan

mendapatkan imbalan yang layak dari-Nya. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini

masih kurang sempurna, maka dari itu apabila pembaca menemukan kekurangan,

mohon dengan hormat demi kesempurnaannya sudilah memberikan kritik dan

saran yang bersifat membangun.

Dengan harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kami dan

pembaca yang budiman. Semoga kita bersama mendapatkan Rahmad dan

petunjuk dari Allah SWT.

Salatiga, 30 Juni 2016

(8)

viii ABSTRAK

Khasanah, Aryfatulia. 2016. Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Materi Masalah-Masalah Sosial di Lingkungan Setempat Melalui Pendekatan CTL pada Siswa Kelas IV MI Ma’arif Bangkok Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Jaka Siswanta, M.Pd

Kata Kunci : Prestasi, lPS dan CTL

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prestasi belajar IPS materi masalah-masalah sosial di lingkungan setempat pada siswa Kelas IV MI Ma’arif Bangkok Karanggede dan untuk mengetahui peningkatan KKM kelas IPS materi masalah-masalah sosial di lingkungan setempat pada siswa kelas IV MI Ma’arif Bangkok Karanggede. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas IV yang berjumlah 14 siswa yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Data diambil dari hasil pos test, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan rumus presentase = frekuensi : jumlah siswa x 100.

(9)

ix DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 5

E. Kegunaan Penelitian... 6

F. Definisi Operasional... 7

G. Metode Penelitian... 9

1. Rancangan Penelitian ... 9

2. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian ... 10

3. Langkah-langkah Penelitian ... 10

4. Instrumen Penelitian... 13

5. Teknik Pengumpulan Data ... 13

6. Analisis Data ... 14

H. Sistematika Penulisan ... 15

(10)

x

1. Pengertian Peningkatan Prestasi Belajar ... 17

2. Jenis Prestasi Belajar ... 19

3. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 24

B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)... 29

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan (IPS) ... 29

2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPS) ... 31

3. Ruang Lingkup IPS ... 31

4. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD/MI ... 33

5. IPS Materi Masalah-masalah sosial dilingkungan setempat ... 35

C. Pendekatan CTL ... 43

1. Pengertian Pendekatan CTL ... 43

2. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan CTL ... 49

3. Langkah-langkah pendekatan CTL ... 50

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subyek Penelitian ... 55

1. Gambaran Umum MI Ma’arif Bangkok Karanggede ... 55

2. Visi, Misi dan Tujuan MI Ma’arif Bangkok Karanggede ... 56

3. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 57

4. Keadaan Guru dan Siswa ... 58

5. Sarana-dan Prasarana ... 59

6. Struktur Organisasi ... 61

B. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) ... 62

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 64

D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus ... 73

1. Deskripsi Hasil Kondisi Awal (Pra Siklus) ... 73

2. Deskripsi Hasil Siklus I ... 74

3. Deskripsi Hasil Siklus II ... 77

(11)

xi BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN ... 82

B. SARAN ... 83

DAFTAR PUSTAKA

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 10

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas IV

SD/MI Semester 2 ... 34

TABEL 3.1 Nama Kepala Sekolah yang Pernah Menjabat ... 57

TABEL 3.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 58

TABEL 3.3 Daftar Guru dan Karyawan MI Ma’arif Bangkok ... 59

TABEL 3.4 Daftar Keadaan Peserta Didik ... 60

TABEL 3.5 Rekapitulasi Prestasi Belajar Siswa Pra Siklus ... 63

TABEL 3.6 Klasifikasi Prestasi Belajar Siswa Pada Pra Siklus ... 64

TABEL 4.1 Nilai Siswa Pra Siklus ... 74

TABEL 4.2 Nilai Siswa Siklus I ... 76

TABEL 4.3 Nilai Siswa Siklus II ... 79

TABEL 4.4 Perbandingan Prestasi Belajar Siswa ... 81

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ... 86

Lampiran 2 Soal-soal ... 110

Lampiran 3 Dokumentasi ... 113

Lampiran 4 Lembar Pengamatan Siswa ... 117

Lampiran 5 Lembar Pengamatan Guru ... 119

Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian ... 123

Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian ... 123

Lampiran 8 Nilai SKK ... 124

Lampiran 10 Surat Pembimbing ... 127

Lampiran 11 Lembar Konsultasi... 128

(15)

15 BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu yang membahas masalah ilmu

sosial dan kehidupan masyarakat dengan lingkungannya. ilmu pengetahuan sosial adalah

bentuk penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial yang lain yang dipadukan untuk diajarkan

pada sekolah mulai dari jenjang dasar sampai perguruan tinggi.

Ilmu Pengetahuan Sosial juga menjadi penyeimbang dari disiplin ilmu– ilmu

sosial yang lain yang menjadikan ilmu sosial mudah dipahami dan dipelajari oleh semua

kalangan masyarakat. Materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan

penggunaan konsep-konsep dari ilmu sosial yang terintegrasi dalam tema-tema tertentu

yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang rata-rata masih berusia antara

6-12 tahun. Menurut Piaget (1963) anak dalam usia sekolah dasar berada dalam

perkembangan kemampuan intelektual kognitif pada tingkatan kognitif operasional.

Sehingga dalam pembelajaran IPS ditingkat dasar harus menggunakan pola pendekatan

lingkungan yang dimulai dari pengenalan diri, keluarga, masyarakat kemudian kehal yang

lebih jauh atau global.

Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai pelajaran yang merupakan fungsi atau paduan

sejumlah mata pelajaran sosial, dinyatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan

bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat

yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi dan

psikologi sosial. Menurut (S. Nasution 1988:75) Ilmu Pengetahuan Sosial

(16)

16

usia pada anak di sekolah dasar rata – rata masih 6 – 12 tahun. Dalam usia ini anak masih

berada pada tahap perkembangan kemampuan intelektual kognitif.

Pembelajaran kontekstual merupakan model pembelajaran bermakna bagi pserta

didik. Belajar adalah kegiatan aktif, belajar bukanlah suatu proses menggumpulkan

sesuatu, dan peserta didik mempunyai cara untuk mengerti sendiri. Sedangkan bagi guru

mengajar bukanlah proses memindahkan pengetahuan dari guru ke peserta didik,

mengajar berarti berpartisipasi dengan peserta didik dalam membentuk pengetahuan

membuat makna, mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis, mengadakan justifikasi.

Guru berperan sebagai mediator dan fasilitator (Modul PLPG Kelompok Guru Kelas

Madrasah Ibtidaiyah, 2014:226)

Berdasarkan survey yang dilakukan melalui wawacara dengan guru kelas IV MI

Ma’arif Bangkok Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali ditemukan beberapa

masalah dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, diantaranya kurangnya

pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan oleh guru sehingga perwujudan

nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah belum mampu memberikan solusi terhadap persoalan

dalam kehidupan sehari-hari, keterampilan sosial pada Ilmu Pengetahuan Sosial bagi

pendidikan dasar masih sangat memprihatikan ditambah dengan partisipasi dalam

berbagai kegiatan kemasyarakatan semakin menyusut. Hal tersebut dibuktikan dengan

data yang kurang memuaskan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menunjukkan

dari 14 siswa kelas IV MI Ma’arif Bangkok Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali

yang mencapai ketuntasan terdapat 6 siswa atau 42%. Sedangkan yang tidak tuntas

sebanyak 8 siswa atau 58%.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas IV MI

(17)

17

yang mempengaruhi siswa mendapat nilai di bawah standar KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal), seperti siswa kurang memperhatikan saat pembelajaran berlangsung, sibuk

bermain sendiri, mengobrol dengan teman, dan menggambar sehingga menyebabkan

siswa kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru. Kurangnya kreatifitas guru

dalam mengajar menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik minat siswa sehingga

siswa cenderung pasif dan kurang tertarik dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Seorang guru harus memiliki kreatifitas dalam mengajar agar mampu menciptakan proses

pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan

dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih pendekatan yang tepat dalam

menyampaikan materi kepada peserta didik agar diperoleh peningkatan prestasi belajar

siswa khususnya IPS. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat

aktif dalam pembelajaran akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap

konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat belajar yang tinggi karena

tanpa adanya minat belajar peserta didik tidak akan mau untuk belajar.

Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu

pendekatan yaitu CTL (Contextual Teaching Learning) Pendekatan yang digunakan

untuk dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam menerima materi yang di

sampaikan oleh guru.

Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang

penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying),

bekerjasama (cooperating) dan mentransfer (transferring).

Dengan menggunakan pembelajaran kontekstual, materi yang disajikan guru akan

(18)

18

pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dan siswa juga lebih

leluasa dan bebas mengekspresikan ide-idenya, sehingga peserta didik lebih dapat

menyatu dengan mata pelajaran yang mereka hadapi.

Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil

judul “PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS

MATERI MASALAH-MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SETEMPAT

MELALUI PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS IV MADRASAH

IBTIDAIYAH MA’ARIF BANGKOK KECAMATAN KARANGGEDE KABUPATEN

BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

J. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka dapat dirumusan masalah

sebagai berikut : Apakah pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial materi masalah-msalah sosial dilingkungan setempat pada siswa kelas

IV MI Ma’arif Bangkok Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran

2015/2016?

K. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial Materi Masalah-masalah sosial dilingkungan setempat melalui

pendekatan CTL pada siswa kelas IV MI Ma’arif Bangkok Kecamatan Karanggede

Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016.

(19)

19

Hipotesis Tindakan adalah jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi,

sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang

telah dipilih untuk diteliti melalui PTK (Mulyasa, 2011: 63).

Dalam penelitian tindakan kelas ini penulis mengambil hipotesis tindakan yaitu:

“penggunaan pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan

Sosial materi masalah-masalah sosial di lingkungan setempat pada siswa kelas IV MI

Ma’arif Bangkok Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran

2015/2016.”

Penerapan pendekatan CTL ini dikatakan efektif apabila indikator yang

diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat dirumuskan penulis sebagai berikut:

1. Ada perubahan hasil belajar secara berkelanjutan dari siklus pertama dan kedua.

2. Nilai siswa kelas IV memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 60 serta

tercapainya ketuntasan klasikal yang besarnya 85 % dalam pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial.

M. Kegunaan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dimaksudkan akan membawa beberapa manfaat

antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan kajian ilmu pendidikan

b. Dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan yang diperoleh melalui penelitian

lapangan.

2. Manfaat Praktis

(20)

20

Didapatkannya sebuah pengetahuan baru tentang pembelajaran IPS

melalui pendekatan CTL pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Bangkok

b. Bagi Guru

Memberikan kontribusi perbaikan pembelajaran yang digunakan oleh guru

agar sesuai dengan materi yang disampaikan sehingga hasil belajar dapat tercapai.

c. Bagi Sekolah/Madrasah

Didapatkannya inovasi pembelajaran baru untuk perbaikan proses

pembelajaran menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan kualitas Madrasah

N. Definisi Operasional

Lebih jelasnya akan penulis kutipakan menurut para ahli mengenai istilah-istilah

yang digunakan dalam pembahasan judul dari penelitian tersebut. Adapun istilah yang

terdapat dalam judul penelitian tersebut adalah:

1. Peningkatan

Peningkatan adalah usaha untuk mencapai suatu maksud (Suharso:2005:620)

bahwa upaya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas pembelajaran yang

menekankan pada proses dan hasil belajar siswa dengan menggunakan stategi yang

tepat dan waktu yang efektif. (Sumadayo, 2013 : 98).

2. Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik

secara individu maupun kelompok ( Djamarah, 1994: 19). Belajar adalah suatu proses

yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia

yang melakukan dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa

pengetahuan, keterampilan atau sikap (Suharsimi Arikunto, 1993: 19). Menurut Crow

(21)

21

memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan dan berbagai sikap, termasuk penemuan

baru dalam mengerjakan sesuatu, usaha memecahkan rintangan dan menyesuaikan

dengan situasi baru (lilik Sriyati. ddk, 2008: 17). Perwujudan dari belajar adalah

prestasi belajar. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,

diciptakan baik secara individu maupun kelompok ( Djamarah, 1994: 19).

Prestasi belajar adalah hasil suatu proses pembelajaran baik berbentuk nilai

sikap dan prilaku peserta didik dalam kurun waktu tertentu.

3. Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)

Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sehari-hari. dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:

konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri),

belajar kelompok (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian

sebenarnya (AuthenticAssessment).

Pendekatan CTL adalah pembelajaran dengan cara melakukan suatu secara

langsung dengan cara-cara dan etika yang benar dan kemudian bisa diterapkan pada

kehidupan sehari-hari.

O. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian

Rancangan yang ditetapkan adalah penelitian tindakan kelas, pada tahap ini

peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu diperhatikan khusus untuk diamati.

Adapun siklus atau tahap-tahap penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut (

Suyadi, 2011: 50) :

(22)

22 2. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bangkok

Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun 2015. Madrasah ini dipilih

menjadi tempat penelitian karena memerlukan pengembangan model

pembelajaran yang akan meningkatkan prestasi siswa. Dengan demikian tujuan

pembelajaran akan tercapai optimal.

b. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dari bulan Oktober sampai dengan

Desember 2015 pada semester ganjil tahun 2015 di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif

Bangkok Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun 2015.

c. Subjek penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru Ilmu

Pengetahuan Sosial dan siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bangkok

Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun 2015 dengan jumlah siswa 14

yaitu 6 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Penelitian ini dikhususkan pada Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan

SIKLUS II

Refleksi

Pengamatan

(23)

23

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi Masalah-masalah Sosial di

lingkungan setempat melalui pendektan CTL.

3. Langkah-langkah Penelitian

a. Perencanaan

1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan CTL.

2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat proses

pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pendekatan CTL.

3) Mempersiapkan lembar observasi guru untuk mengetahui kondisi guru dalam

proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL.

4) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan Pendekatan CTL.

5) Melakukan Evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan Pendekatan CTL

6) Membuat konsep pembelajaran yang inovatif dan kreatif dengan

menggunakan pembelajaran menggunakan pedekatan CTL.

b. Pelaksanaan

Guru mengadakan proses pembelajaran menggunakan pendekatan CTL.

Hal-hal yang perlu di lakukan oleh guru adalah sebagai berikut:

1) Guru mengulas pelajaran yang kemarin dengan melontarkan beberapa

pertanyaan kepada siswa.

2) Guru menunjukkan beberapa contoh gambar kegiatan sosial budaya yang ada

di daerahnya.

3) Guru menjelaskan perbedaan kegiatan sosial untuk anak – anak dan orang tua

yang ada di lingkungan sekitar.

4) Guru menceritakan bentuk kegiatan sosial budaya yang ada di lingkungan

sekitar.

5) Guru memancing siswa untuk menjawab pertanyaan yang di lontarkan guru

kepada siswa dengan menunjukkan gambar.

6) Guru menyuruh siswa maju dan menceritakan kegiatan sosial yang ada di

(24)

24

7) Guru mengajak siswa untuk melakukan kegiatan sosial secara langsung yang

ada di lingkungan sekolah.

8) Guru menjelaskan makna dengan adanya kegiatan sosial dan perannya di

masyarakat.

9) Guru memberikan apresiasi untuk siswa yang aktif.

10)Guru memberikan latihan soal.

11)Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil kerja kelompok dan soal

yang telah diberikan.

12)Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jawab dan meluruskan pemahaman.

c. Observasi atau Pengamatan

Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas merupakan pengamatan yang

dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini

dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan

dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan.

d. Analisis atau Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan eksplanasi terhadap

semua informasi yang diperoleh dari observasi atas pelaksanaan tindakan.

Pada tahap refleksi meliputi: (1) mencatat hasil observasi dan pelaksanaan

pembelajaran, (2) evaluasi hasil observasi, (3) analisis hasil pembelajaran.

Memperbaiki kelemahan pada siklus I, silus II.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Soal tes mata pelajaran IPS Materi masalah-masalah sosial dilingkungan setempat

melalui pendekatan CTL.

(25)

25 c. Pedoman Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dapat membantu

peneliti dalam mengumpulkan data penelitian, Instrumen yang akan peneliti

kumpulkan dalam teknik dokumentasi adalah silabus, Rencana pelaksanaan

Pembelajaran, dan nilai sebelum dilakukan pembelajaran menggunakan

pendekatan CTL.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini teknik yang akan digunakan dalam

pengumpulan data adalah:

a. Tes

Peneliti membuat lembar tes tertulis untuk mengetahui tingkat pemahaman

siswa terhadap materi yang telah diberikan oleh guru kepada siswa. Tes ini terdiri

dari tes objektif dan tes subjektif.

b. Observasi

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

melakukan pengamatan secara teliti serta mencatat secara sistematis tentang

sesuatu yang terjadi dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Observasi ini harus selalu diusahakan dalam situasi alami agar dapat memperoleh

data sebenarnya.

c. Dokumentasi

Intrumen yang dapat peneliti kumpulkan dalam teknik dokumentasi adalah

silabus, Rencana pelaksanaan Pembelajaran, dan nilai sebelum dilakukan

pembelajaran menggunakan pendekatan CTL.

Silabus adalah rancangan kegiatan pembelajaran yang digunakan peneliti

sebagai landasan dalam penyusunan RPP, sedangkan RPP digunakan peneliti

sebagai pedoman pembelajaran guru. Nilai siswa sebelum menggunakan

(26)

26

sosial dilingkungan setempat untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami

materi yang diajarkan oleh guru.

6. Analisis Data

a. Ketuntasan Belajar Individu

Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individu dengan

patokan pada nilai ketuntasan minimal (KKM) yaitu 60. Untuk menetukan

ketuntasan belalajar individu (siswa) dapat dihitung menggunakan persamaan

(Trianto, 2009: 241) :

KB =

X 100 Keterangan :

KB = ketuntasan Belajar

T = Jumlah Nilai yang diperoleh siswa

Tl = Jumlah Nilai maksimal

Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika nilai

perolehan siswa:

0 < KB < 60 = Siswa belum tuntas dalam belajar

60 ≤ KB ≤ 100 = Siswa sudah tuntas dalam belajar.

b. Prosentase Kriteria Ketuntasan Klasikal (KKK)

Prosentase ketuntasan klasikal dapat dihitung menggunakan rumus

(Trianto, 2009: 241) :

P =

X 100 %

Keterangan :

P = Nilai dalam persen

F = Frekuensi (siswa yang tuntas Belajar)

(27)

27

Ketuntasan belajar secara klasikal berlaku jika dalam kelas tersebut

terdapat 85% yang telah mencapai kriteria ketuntasan Minimal (60).

P. Sistematika Penulisan

Bagian awal yang meliputi sampul, lembar berlogo judul persetujuan

pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan,

kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

Bab I pendahuluan berisi yang mencakup latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, definisi operasional,

dan sistematika penulisan. Metode penelitian mencakup rancangan penelitian, subjek

penelitian, langkah-langkah penelitian, instrumen penelitian, pengumpulan data, dan

analisis data.

Bab II kajian pustaka mencakup: Peningkatan prestasi belajar, Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS), Pendekatan (Contextual Teaching and Learning) CTL.

Bab III metodologi penelitian berisi tentang deskripsi pelaksanaan pra siklus

meliputi rencana, pelaksanaan, pengamatan/ pengumpulan data dan refleksi. Deskripsi

pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II.

Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan meliputi deskripsi per siklus yang

membahas mengenai data dari hasil pengamatan atau wawancara, refleksi keberhasilan

dan kegagalan dan berisi pembahasan.

(28)

28 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Peningkatan Prestasi Belajar

1. Pengertian Peningkatan Prestasi Belajar

Peningkatan adalah pencapaian dalam proses, ukuran, sifat serta hubungan.

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne

(1985:40). menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu :

kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan.

Menurut Bloom (1990:110) bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi tiga aspek

yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik

Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat

atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini

adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran.

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.

Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan

suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu,

yakni mengalami (Oemar Hamalik, 2005:27).

Menurut Poerwanto dalam file:///G:/Pengertian%20Prestasi%20 Belajar.htm

mendefinisikan prestasi belajar sebagai berikut: “hasil yang dicapai oleh seseorang

dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.” Selanjutnya Winkel

mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau

kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan

bobot yang dicapainya”. Sedangkan menurut S. Nasution, prestasi belajar adalah:

(29)

29

belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan

psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum

mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.” Berdasarkan pengertian di atas,

maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat

keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk

nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi

belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat

memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur

keberhasilan adalah daya serap. Menurut Trianto (2008: 70) berdasarkan ketentuan

KTSP penentuan keberhasilan belajar di tentukan oleh masing-masing sekolah yang

dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimal (KKM), dengan berpedoman pada

tiga pertimbangan yaitu: kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda, fasilitas

(sarana) setiap sekolah berbeda, dan daya dukung setiap sekolah juga berbeda. Maka

dalam penelitian ini sesuai dengan dengan KKM sekolah tempat penelitian di MI

Ma’arif Bangkok Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali pada mata pelajaran

IPS adalah 60 dan ketuntasan secara klasikal 85%. Jadi setiap siswa dikatakan

berhasil dalam pembelajaran apabila (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban

benar siswa ≥ 60 % dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal)

jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang tuntas belajarnya.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan prestasi belajar

adalah pencapaian hasil dari suatu proses yang terjadi karena adanya usaha yang

dilakukan dengan maksud untuk mengetahui daya serap siswa terhadap materi yang

diajarkan guna mencapai tujuan pembelajaran baik secara individu maupun

kelompok.

(30)

30

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi

segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses

belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan

perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan

yang terjadi sebagai prestasi belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa

maupun karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data prestasi belajar siswa

adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi belajar)

dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur (Muhibbin Syah, 2002:150).

Maka untuk lebih spesifiknya, penulis akan akan menguraikan ketiga ranah

kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai yang terdapat dalam teori Bloom

(http://id.wikipedia.org/wiki) berikut:

a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan

keterampilan berpikir.

Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri

dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa Pengetahuan (kategori 1) dan

bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).

1) Pengetahuan (Knowledge)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan,

definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar dan

sebagainya.

Pengetahuan juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan

hal-hal yang pernah dipelajaridan disimpan dalam ingatan. (WS Winkel,

1996:247)

(31)

31

Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap

makna dan arti yang dari bahan yang dipelajari.45 Pemahaman juga dikenali

dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel,

diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi atau penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk

menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem

yang konkret dan baru. Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk

menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di

dalam kondisi kerja (WS Winkel, 1996:247)

4) Analisis (Analysis)

Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu

kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau

organisasinya dapat dipahami dengan baik (WS Winkel, 1996:247) Di

tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk

dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang

lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali

serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang

rumit.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu

kesatuan atau pola baru (WS Winkel, 1996:247) Sintesis satu tingkat di atas

analisa. Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau

(32)

32

mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi

yang dibutuhkan.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untik membentuk suatu

pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan

pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu (WS

Winkel, 1996:247) Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan

penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan menggunakan

kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas

atau manfaatnya.

b. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan

aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian

diri.

Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hail belajar atau kemampuan

yang berhubungan dengan sikap atau afektif. Taksonomi tujuan pendidikan

ranah afektif terdiri dari aspek:

1) Penerimaan (Receiving/Attending)

Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan

kesediaan untuk memperhatikan rangsangsangan itu, seperti buku pelajaran

atau penjelasan yang diberikan oleg guru. (WS Winkel, 1996:248)

2) Tanggapan (Responding)

Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya.

Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan

tanggapan.

(33)

33

Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk

memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan

penilaian itu dibentuk suatu sikap menerima, menolak atau mengabaikan,

sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan konsisten

dengan sikap batin. (WS Winkel, 1996:248)

4) Pengorganisasian (Organization)

Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di

antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.

Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk suatu

sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai

yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang

pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting. (WS

Winkel, 1996:248)

5) Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value

Complex)

Karakterisasi berdasarkan nilai-nilai memiliki sistem nilai yang

mengendalikan tingkahlakunya sehingga menjadi karakteristik gaya

hidupnya. Karakterisasinya mencakup kemampuan untuk menghayati

nilai-nilai kehidupan sedemikin rupa, sehingga menjadi milik pribadi

(internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur

kehidupannya sendiri. (WS Winkel, 1996:248)

c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,

(34)

34

Alisuf Sabri (1996:99-100) dalam buku Psikologi Pendidikan

menjelaskan, bahwa : Keterampilan ini disebut motorik karena keterampilan ini

melibatkan secara langsung otot, urat dan persendian, sehingga keterampilan

benar-benar berakar pada kejasmanian. Orang yang memiliki keterampilan

motorik mampu melakukan serangkaian gerakan tubuh dalam urutan tertentu

dengan mengadakan koordinasi gerakan-gerakan anggota tubuh secara terpadu.

Ciri khas dari keterampilan motorik ini ialah adanya kemampuan automatisme,

yaitu gerakan-gerik yang terjadi berlangsung secara teratur dan berjalan dengan

enak, lancar dan luwes tanpa harus disertai pikiran tentang apa yang harus

dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan.

3. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang berupa indeks prestasi adalah nilai kredit rata-rata yang

merupakan satuan nilai yang menggambarkan mutu prestasi belajar siswa selama satu

semester, dalam rangka menyelesaikan program belajar yang dibebankan kepadanya,

selanjutnya prestasi belajar juga menunjukkan sejauh mana daya serap yang dicapai

siswa dalam belajar.

Daya serap yang tinggi akan digambarkan pada prestasi belajar yang tinggi.

Daya serap yang rendah akan digambarkan dengan prestasi belajar yang rendah pula.

Maka dalam hal tersebut dimana daya kemampuan seorang siswa yang berbeda-beda

dapat disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Tingkat intelegensi siswa memang salah satu faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar, namun hal itu bukanlah faktor utama, ada faktor-faktor lain yang

mendukung prestasi belajar yang diperoleh siswa. Seperti dinyatakan oleh Slameto

(35)

35

kemampuan intelektualnya, tetapi ada faktor-faktor lain, seperti : motivasi, sikap,

kesehatan fisik dan mental, kepribadian, ketekunan dan lain-lain.”

Begitu pula Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:130) berpendapat

bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dilihat dari faktor dalam diri

(faktor internal) dan faktor dari luar diri (faktor eksternal) individu, yang penulis

ringkas penjelasannya sebagai berikut :

a. Faktor internal terdiri dari :

1) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan ataupun yang

diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran,

struktur tubuh dan sebagainya.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang

terdiri atas :

a) Faktor intelektif yang meliputi :

(1) Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat.

(2) Faktor kecakapan yang nyata yaitu prestasi yang dimiliki.

b) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,

minat, kebiasaan, motivasi, emosi, kebutuhan dan penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

b. Faktor eksternal terdiri dari :

1) Faktor sosial yang terdiri dari :

a) Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga yang merupakan salah satu lembaga yang

amat menentukan terhadap pembentukan pribadi anak, karena dalam

keluarga inilah anak menerima pendidikan dan bimbingan pertama kali

(36)

36

seorang yang masih dalam usia muda diberikan dasar-dasar kepribadian,

karena pada usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh yang datang dari

luar dirinya. Faktor ekonomi keluargapun sangat menentukan, belajar di

sekolah baik di desa apalagi di kota tak akan luput dari unsur biaya.

Keluarga yang memiliki perekonomian yang memadai akan turut

menjamin keberhasilan anak dalam kegiatan belajarnya.

b) Lingkungan sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang amat penting bagi

kelangsungan pendidikan anak. Sebab tidak semahal yang dapat diajarkan

di lingkungan keluarga karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan

yang dimiliki oleh orang tua. Sekolah bertugas sebagai pembantu dalam

memberikan pandidikan dan pengajaran kepada anak-anak mengenai apa

yang tidak didapat atau tidak ada kesempatan orang tua untuk

memberikan penddidikan dan pengajaran di dalam keluarga.

c) Lingkungan masyarakat.

Lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang tidak

sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan

pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya

terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari

anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu

berada.

Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk

kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan

selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya.

(37)

37

lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal

tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut

belajar sebagaimana temannya.

2) Faktor budaya, seperti : adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan

kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik, seperti : fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklan.

4) Faktor lingkungan spiritual dan keamanan.

Sedangkan Alisuf Sabri (1996:59) menggolongkan faktor internal dan

eksternal yang penulis rangkum sebagai berikut :

a. Faktor internal siswa

1) Faktor sosiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik dan

kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.

2) Faktor psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan siswa adalah minat,

intelegensia, motivasi dan kemampuan kognitif seperti : kemampuan persepsi,

ingatan, berfikir dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan appersepsi) yang

dimiliki siswa.

b. Faktor eksternal siswa

1) Faktor-faktor lingkungan

Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu

faktor lingkungan alam atau non-sosial dan faktor lingkungan sosial. Yang

termasuk lingkungan non sosial adalah keadaan suhu, kelembagaan udara,

waktu (pagi, siang, malam), tempat, letak gedung sekolah dan sebagainya.

2) Faktor-faktor instrumental

Faktor ini terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, sarana atau alat

(38)

38

strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan

prestasi belajar siswa.

B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu ilmu sosial

humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara

ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan (Sapriya:2008:9).

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan kombinasi atau hasil pemfusian atau

perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi,

politik (Saidiharjo:1996:4) .

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu bidang kajian ilmu pengetahuan

yang dilakukan secara terpadu, dan merupakan hasil dari penyederhaan, adaptasi,

seleksi, dan modifikasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dari

konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi,

antropologi, dan ekonomi serta disiplin ilmu humaniora, pendidikan dan agama

(Rasimin, 2012: 56).

Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan

keterampilan sebagai media pelatihan bagi siswa sebagai warga Negara sedini

mungkin. Karena pendidikan IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata,

tetapi harus berorientasi pada pengembangan keterampilan berfikir kritis, sikap, dan

kecakapan-kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial

kemasyarakatan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sosial siswa

dimasyarakat.

Hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran ynag

(39)

39

memberikan pendidikan diharapkan dapat melahirkan warga Negara yang baik dan

bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya. Karena pendidikan IPS

dikembangkan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang

nilai dan sikap, pengetahuan, serta kecakapan dasar siswa yang berpijak pada

kehidupan nyata.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Ilmu

Pengetahuan Sosial adalah suatu bidang kajian ilmu pengetahuan yang

diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan

yang diberikan dari sekolah dasar hingga menengah.

2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPS

Pembelajaran IPS di sekolah dasar berfungsi mengembangkan pengetahuan

dalam kehidupan sehari-hari yang terus berkembang sejalan dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih guna menciptakan generasi yang

mandiri dan sejahtera. Sedang pengajaran sejarah berfungsi untuk menumbuhkan rasa

cinta dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia. Dalam struktur

KTSP di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan :

a. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan

kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis.

b. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan

masalah dan keterampilan sosial.

c. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat

yang majemuk, baik secara lokal, regional, nasional maupun global.

3. Ruang lingkup IPS

Ruang lingkup pembelajaran IPS di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah

(40)

40 a. Manusia, tempat dan lingkungan

b. Waktu berkelanjutan dan perubahan

c. Sistem sosial dan budaya

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Jika ditelaah lebih lanjud, ruang lingkup materi IPS di sekolah dasar dan

madrasah ibtidaiyah memiliki karakteristik:

a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah,

ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang

humaniora, pendidikan dan agama.

b. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan

geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi, yang dikemas sedimikian rupa sehingga

menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

c. Standar kompetensi dan kompetensi IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial

yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

d. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa dan

perubahan kehidupan masyarakat dan dan prinsip sebab akibat, kewilayahan,

adaptasi dan pengolahan lingkungan, struktur, proses, masalah sosial serta

upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan,

keadilan, dan jaminan keamanan.

e. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara

keseluruhan.

4. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS kelas IV SD/MI

Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPS kelas IV SD/ MI

(41)

41

Tabel 2.1 Standar kompetensi dan kompetensi Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

I Memahami sejarah,

kenampakan alam, dan

keberagaman suku

bangsa di lingkungan

kabupaten dan provinsi

1. Membaca peta lingkungan setempat

(kabupaten/ Kota dan Provinsi)

dengan menggunakan skala

sederhana.

2. Mendiskripsikan kenampakan alam di

lingkungan kabupaten/ kota dan

provinsi serta hubungannya dengan

keberagaman sosial dan budaya.

3. Menunjukkan jenis dan keberagaman

sumber daya alam serta

pemanfaatannya untuk kegiatan

ekonomi di lingkungan setempat.

4. Menghargai keragaman suku bangsa

dan budaya setempat (kabupaten/ kota

dan provinsi).

II Mengenal sumber daya

alam, kegiatan

1. Mengenal aktivitas ekonomi yang

(42)

42

Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

ekonomi dan kemajuan

teknologi di

lingkungan kabupaten/

kota dan provinsi.

dan potensi lain di daerahnya.

2. Mengenal pentingnya koperasi dalam

menigkatkan kesejahteraan

masyarakat.

3. Mengenal perkembangan teknologi

produksi, komunikasi dan transportasi

serta pengalaman mengggunakannya.

4. Mengenal permasalahan sosial di

daerahnya.

5. IPS Materi Masalah-Masalah Sosial Dilingkungan Setempat a. Keadaan Penduduk

Indonesia memiliki jumlah penduduk terbanyak nomor 4 di dunia.

Sebelumnya adalah Cina, India, dan Amerika Serikat. Penduduk yang besar

merupakan modal pembangunan bangsa. Peningkatan kualitas penduduk harus

terus dilakukan. Hal tersebut merupakan kewajiban negara. Upaya tersebut di

antaranya melalui peningkatan pendidikan dan kesehatan. Penduduk di Indonesia

dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu

• Kelompok usia belum produktif, berada di rentang usia 0–14 tahun. Pada

kelompok ini penduduk belum dapat bekerja aktif.

• Kelompok usia belum produktif, berada di rentang usia 14–49 tahun. Pada

kelompok ini penduduk dapat bekerja aktif.

• Kelompok usia belum produktif, berada di rentang usia 50 tahun ke atas. Pada

(43)

43 1) Persebaran Penduduk

Penduduk di Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa. Hal ini disebabkan oleh

beberapa hal, antara lain

a. Kesuburan Tanah

Wilayah yang subur akan dipadati oleh penduduk. Pulau Jawa subur

karena terdapat banyak gunung berapi. Hasil letusan gunung berapi sangat

membantu kesuburan tanah.

b. Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sekolah dan perguruan tinggi yang berkualitas berada di Pulau Jawa. Hal

ini mendorong penduduk di luar Jawa untuk pindah ke Pulau Jawa.

c. Pembangunan Industri

Industri banyak didirikan di Pulau Jawa. Akibatnya, penduduk luar Jawa

datang mencari pekerjaan. Tidak meratanya penduduk menyebabkan

pembangunan yang tidak merata. Hal ini membuat pulau-pulau di luar

Jawa terhambat pembangunannya. Akibatnya, pembangunan di Indonesia

juga tidak berjalan lancar.

2) Pengangguran

Banyaknya pengangguran merupakan masalah sosial. Semua orang

membutuhkan makan, minum, pakaian serta tempat tinggal. Kebutuhan

tersebut merupakan kebutuhan pokok. Jika tidak mempunyai pekerjaan yang

dapat mencukupi kebutuhan menjadi masalah dalam masyarakat.

Pengangguran menimbulkan masalah baru, yaitu kejahatan. Masyarakat

membutuhkan kehidupan yang aman, tenteram dan tertib. Untuk itulah kalian

harus belajar dengan rajin agar menjadi anak yang cerdas, terampil, dan

(44)

44

dapat menciptakan lapangan kerja sendiri. Dengan demikian, dapat mencukupi

kebutuhan hidup serta menolong orang lain.

Pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja. Lapangan kerja yang

tersedia disesuaikan dengan kebutuhan. Uluran tangan wiraswasta untuk

menciptakan lapangan kerja sangat diperlukan.

3) Yatim Piatu atau Jompo

Masalah sosial lainnya adalah anak-anak yatim piatu dan orang tua

renta. Mereka tidak memiliki saudara dan tempat tinggal. Panti asuhan dan

panti jompo berguna untuk meringankan beban mereka. Uluran tangan

orang-orang mampu sangat membantu. Adakah kegiatan sosial di sekolahmu? Apa

bentuknya dan bagaimana caranya?

Orang yang sudah tua usianya, ingatannya sudah menurun. Kebutuhan

dan kesehatannya juga menurun. Orang yang jompo tidak dapat mencari makan

sendiri. Hal itu merupakan masalah sosial yang perlu sangat diperhatikan dan

mendapat pemecahan. Semuanya menyangkut hidup manusia sehingga

penanganannya bersifat kemanusiaan.

4) Sampah

Sampah adalah sisa hasil pemakaian produksi, baik rumah tangga

maupun industri. Masalah sampah dapat menjadi masalah sosial. Coba

bayangkan jika sampah rumah tangga dibiarkan saja tanpa dibersihkan.

Tentunya akan merusak pemandangan kota. Selain itu dapat menimbulkan bau

tidak sedap. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah

pada tempatnya mendorong kondisi tersebut. Jika kalian perhatikan banyak

masyarakat yang membuang sampah sembarangan tanpa rasa bersalah.

(45)

45 b. Migrasi Penduduk

Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari tempat yang satu ke

tempat yang lain. Dalam mobilitas penduduk terdapat migrasi internasional yang

merupakan perpindahan penduduk yang melewati batas suatu negara ke negara

lain. Adapun migrasi internal merupakan perpindahan penduduk yang di sekitar

wilayah satu negara saja. Migrasi dapat menimbulkan beragam masalah sosial.

Akan tetapi, jika migrasi dikelola terpadu akan berdampak positif. Faktor

pendorong migrasi bermacam-macam. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai

berikut.

1) Faktor-faktor pendorong (push factor) adalah sebagai berikut.

a) Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya

kesuburan tanah.

b) Menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya

makin susah diperoleh. Di antaranya hasil tambang, kayu, atau bahan dari

pertanian.

c) Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah untuk

pertanian di wilayah perdesaan yang makin menyempit).

d) Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama, dan suku, sehingga

mengganggu penduduk di daerah asal.

e) Alasan pendidikan, atau pekerjaan.

f) Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim

kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.

(46)

46

a) Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaiki taraf

hidup.

b) Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.

c) Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya

iklim, perumahan, sekolah, dan fasilitas-fasilitas publik ainnya.

d) Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat

kebudayaan menjadi daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk

bermukim di kota besar. (Dikutip dari www.datastatistik-indonesia.com).

Migrasi dikelompokan mejadi 2 diantranya adalah :

1) Migrasi Internal

Migrasi internal dapat dikelompokkan ke dalam empat macam. Di

antaranya urbanisasi, reurbanisasi, transmigrasi, dan evakuasi.

a. Urbanisasi

Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota.

Urbanisasi kurang menguntungkan. Bagi desa yang ditinggalkan akan

mengalami kekurangan penduduk.

Tenaga kerja berkurang. Akibatnya, lahan pertanian di desa tidak

tergarap. Sementara di perkotaan yang didatangi penduduknya akan

semakin padat. Kaum urban biasanya tidak dibekali pendidikan yang

memadai. Di kota seringkali mereka menjadi beban pemerintah. Oleh

karena akan menambah jumlah pengangguran di kota. Untuk mengatasi laju

urbanisasi perlu bantuan semua pihak. Di antaranya pemerintah dan

(47)

47

Pemerintah harus memerhatikan sarana prasarana di desa. Dengan

demikian, penduduk desa tidak lagi tergiur datang ke kota. Oleh karena

fasilitas di desa telah memadai.

Para pengusaha juga dapat berperan serta. Di desa dapat saja

dibangun industri. Dengan demikian, tenaga kerja di desa dapat

dipekerjakan. Selanjutnya, taraf hidup di desa akan meningkat.

b. Reurbanisasi

Reurbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari kota ke desa.

Hal ini dapat saja terjadi. Umumnya penduduk yang ingin menikmati hari

tua adalah pelaku reurbanisasi.

c. Transmigrasi

Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah yang padat

penduduknya ke wilayah yang penduduknya masih sedikit.

Jenis-jenis/macam-macam Transmigrasi adalah sebagai berikut.

g) Transmigrasi Umum

Transmigrasi umum adalah program transmigrasi yang dibiayai oleh

pemerintah melalui depnakertans (departemen tenaga kerja dan

transmigrasi).

h) Transmigrasi Spontan/Swakarsa

Transmigrasi spontan adalah transmigrasi yang dilakukan atas

keinginan diri sendiri. Namun, masih mendapatkan bimbingan sertqa

fasilitas penunjang dari pemerintah.

(48)

48

Transmigrasi bedol desa adalah transmigrasi yang dilakukan secara

masal dan kolektif terhadap satu atau beberapa desa beserta aparatur

desanya. Biasanya transmigrasi bedol desa terjadi karena bencana alam

yang merusak desa tempat asalnya.

d. Evakuasi

Evakuasi dilakukan pada saat terjadi peristiwa berbahaya. Misalnya, saat

terjadi gempa, longsor, banjir atau bencana lainnya. Evakuasi merupakan

perpindahan penduduk ke daerah yang lebih aman.

2) Migrasi Eksternal

Migrasi eksternal dapat dikelompokkan ke dalam empat macam. Di

antaranya imigrasi, emigrasi, repatriasi, dan remigrasi.

a. Imigrasi

Perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara yang lain disebut

imigrasi. Misalnya penduduk Australia datang ke Indonesia untuk bekerja.

b. Emigrasi

Perpindahan penduduk dari dalam negeri ke luar negeri disebut dengan

emigrasi.

c. Repatriasi

Repatriasi merupakan pemulangan penduduk dari suatu negara ke negara

asal. Hal ini dapat saja terjadi. Biasanya terjadi karena suatu negara

mengalami konflik politik berkepanjangan atau karena bencana alam.

d. Remigrasi

Remigrasi merupakan perpindahan penduduk kembali ke negara asalnya.

C. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

(49)

49

Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) menurut Nurhadi dalam

Sugiyanto (2010:14) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan

antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa, dan juga mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam

kehidupan mereka sendiri-sendiri.

Menurut Johnson dalam Sugiyanto (2010:16) ada tiga pilar dalam sistem CTL

yaitu :

a. CTL mencerminkan prinsip kesaling-bergantungan. Kesaling-tergantungan

mewujudkan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan

masalah dan ketika guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal ini tampak

jelas ketika subyek yang berbeda dihubungkan, dan ketika kemitraan

menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas.

b. CTL mencerminkan prinsip diferensiasi. Diferensiasi menjadi nyata ketika CTL

menantan para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-masing untuk

menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menjadi kreatif, untuk bekerja sama,

untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda, dan untuk menyadari

bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan.

c. CTL mencerminkan prinsip pengeorganisasian diri. Pengorganisasian diri terlihat

ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri

yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik, mengulas usaha-usaha mereka

dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi.

Menurut (Trianto 2007:170) tujuh komponen utama pembelajaran CTL

(Contextual Teaching and Learning) yaitu:

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun

(50)

50

Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered dari pada teacher

centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan

berbasis pada aktivitas siswa. Inquiry-Based Learning dan Problem-Based

Learning yang disebut sebagai strategi CTL menurut University of Washington

(dalam Trianto, 2008:26) diwarnai student centered dan aktivitas siswa.

Menurut Slavin dalam (Trianto 2008:170) ide-ide konstruktivis modern

banyak berlandaskan pada teori Vygotsky yang telah digunakan untuk menunjang

metode pengajaran yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran

berbasis kegiatan, dan penemuan. Salah satu prinsip yang kunci yang diturunkan

dalam teorinya adalah penekanan pada hakikat social dari pembelajaran. Ia

mengemukakan bahwa siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa atau

teman sebaya yang lebih mampu. Landasan berfikir konstruktivisme agak berbeda

dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil

pembelajaran.

Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan

dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.

Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang

semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru.

Menurut peaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti

kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang

berbeda-beda.pengalaman yang sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda

oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda

b. Inkuiri (Inquiry)

Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL.

(51)

51

mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Siklus

inkuiri terdiri dari :

1) Observasi (Observation)

2) Bertanya (Questioning)

3) Mengajukan dugaan ( Hyphotesis)

4) Pengumpulan data ( Data gathering)

5) Penyimpulan (Conclussion)

Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut :

1) Merumuskan masalah

2) Mengamati atau melakukan observasi

3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,

tabel, dan karya lainnya

4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman

sekelas, guru, atau audien yang lain.

c. Bertanya (Questioning)

Questioning merupakan strategi utama yang berbasis CTL. Bertanya

dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,

membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Dalam sebuah

pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :

1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis

2) Mengecek pemahaman siswa

3) Membangkitkan respon kepada siswa

4) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa

5) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru

Gambar

Tabel 2.1 Standar kompetensi dan kompetensi
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 3.3
+6

Referensi

Dokumen terkait

Untuk analisa laporan keuangan penulis membatasi pada kelima indikator yaitu Profit Margin (PM), Assets Utilyzation (AU), Return on Assets (ROA), Equity Multiplier (EM), dan Return

Herewith, we present a case of 50-year-old male patient who developed ABH on right lateral border of the tongue, following prosthodontics impression making for completely

DAMPAK PENERAPAN PELATIHAN TABATA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KECEPATAN ( SPEED ).. (Studi Eksperimen pada Atlet Futsal Puteri Anggota UKM Futsal UPI

Hasil yang dicapai dalam evaluasi sistem informasi persediaan CV Sembilan Gaya Utama adalah menemukan kelemahan- kelemahan yang terdapat dalam pengendalian manajemen

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis dan Perancangan

Tabel 3.11 Persentase Jawaban Persepsi Mahasiswa Terhadap Kualitas Produk Smartphone Android pada Dimensi Kualitas. Kualitas yang Dirasakan (Perceived

hubungan antar dua variabel penelitian, yaitu beban kerja sebagai variabel X. dan kepuasan kerja sebagai variabel Y, konstelasi hubungan antar

TUJUAN JABATAN : Koordinasi penyelenggara sistem akuntansi dan pelaporan keuangan lingkup Kementerian Keuangan yang efektif dan optimal, Pembinaan implementasi sistem