i
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI MASALAH-MASALAH SOSIAL DILINGKUNGAN SETEMPAT MELALUI
PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS IV MI MA’ARIF BANGKOK KECAMATAN KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
ARYFATULIA KHASANAH NIM. 11511016
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
v
cobaan, dan sesungguhnya di sisih Allah lah pahala yang besar”. (Al Anfaal,
28)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Ayahanda tercinta Kusrin dan Ibunda tercinta Siti Muzaimah kalian adalah
malaikatku di dunia, terimakasih atas perjuangannya dengan cucuran keringat, kalimah do’a dan kasih sayangnya.
Kakak-kakak tercinta yang telah memberikan motivasi kepada penulis
dalam menimba ilmu selama dalam perkuliahan maupun dalam penyusunan
skripsi ini.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan judul : “Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Materi
Masalah-Masalah Sosial di lingkungan Setempat Melalui Pendekatan CTL pada
Siswa Kelas IV MI Ma’arif Bangkok Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali
Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal
hidup kita di dunia dan akhirat.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi serta memenuhi syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (S.Pd.I)
IAIN Salatiga. Penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan
motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmad Hariyadi M.Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Peni Susapti M.SI. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
vii
4. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd Selaku dosen pembimbing yang telah tulus ikhlas dan senantiasa berkenan memberikan sumbangsih pikiran serta
waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
5. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staff karyawan IAIN Salatiga.
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta dan adikku tersayang.
7. Kepala MI Ma’arif Bangkok, guru, karyawan serta semua siswa siswi yang
telah berkenan membantu dan memberikan data kepada penulis untuk
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulisan skripsi ini.
Semoga amal baik dan jasa-jasanya diterima oleh Allah SWT dan
mendapatkan imbalan yang layak dari-Nya. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini
masih kurang sempurna, maka dari itu apabila pembaca menemukan kekurangan,
mohon dengan hormat demi kesempurnaannya sudilah memberikan kritik dan
saran yang bersifat membangun.
Dengan harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kami dan
pembaca yang budiman. Semoga kita bersama mendapatkan Rahmad dan
petunjuk dari Allah SWT.
Salatiga, 30 Juni 2016
viii ABSTRAK
Khasanah, Aryfatulia. 2016. Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Materi Masalah-Masalah Sosial di Lingkungan Setempat Melalui Pendekatan CTL pada Siswa Kelas IV MI Ma’arif Bangkok Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Jaka Siswanta, M.Pd
Kata Kunci : Prestasi, lPS dan CTL
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prestasi belajar IPS materi masalah-masalah sosial di lingkungan setempat pada siswa Kelas IV MI Ma’arif Bangkok Karanggede dan untuk mengetahui peningkatan KKM kelas IPS materi masalah-masalah sosial di lingkungan setempat pada siswa kelas IV MI Ma’arif Bangkok Karanggede. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas IV yang berjumlah 14 siswa yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Data diambil dari hasil pos test, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan rumus presentase = frekuensi : jumlah siswa x 100.
ix DAFTAR ISI
JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 5
E. Kegunaan Penelitian... 6
F. Definisi Operasional... 7
G. Metode Penelitian... 9
1. Rancangan Penelitian ... 9
2. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian ... 10
3. Langkah-langkah Penelitian ... 10
4. Instrumen Penelitian... 13
5. Teknik Pengumpulan Data ... 13
6. Analisis Data ... 14
H. Sistematika Penulisan ... 15
x
1. Pengertian Peningkatan Prestasi Belajar ... 17
2. Jenis Prestasi Belajar ... 19
3. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 24
B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)... 29
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan (IPS) ... 29
2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPS) ... 31
3. Ruang Lingkup IPS ... 31
4. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD/MI ... 33
5. IPS Materi Masalah-masalah sosial dilingkungan setempat ... 35
C. Pendekatan CTL ... 43
1. Pengertian Pendekatan CTL ... 43
2. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan CTL ... 49
3. Langkah-langkah pendekatan CTL ... 50
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subyek Penelitian ... 55
1. Gambaran Umum MI Ma’arif Bangkok Karanggede ... 55
2. Visi, Misi dan Tujuan MI Ma’arif Bangkok Karanggede ... 56
3. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 57
4. Keadaan Guru dan Siswa ... 58
5. Sarana-dan Prasarana ... 59
6. Struktur Organisasi ... 61
B. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) ... 62
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 64
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus ... 73
1. Deskripsi Hasil Kondisi Awal (Pra Siklus) ... 73
2. Deskripsi Hasil Siklus I ... 74
3. Deskripsi Hasil Siklus II ... 77
xi BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN ... 82
B. SARAN ... 83
DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 10
xiii
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas IV
SD/MI Semester 2 ... 34
TABEL 3.1 Nama Kepala Sekolah yang Pernah Menjabat ... 57
TABEL 3.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 58
TABEL 3.3 Daftar Guru dan Karyawan MI Ma’arif Bangkok ... 59
TABEL 3.4 Daftar Keadaan Peserta Didik ... 60
TABEL 3.5 Rekapitulasi Prestasi Belajar Siswa Pra Siklus ... 63
TABEL 3.6 Klasifikasi Prestasi Belajar Siswa Pada Pra Siklus ... 64
TABEL 4.1 Nilai Siswa Pra Siklus ... 74
TABEL 4.2 Nilai Siswa Siklus I ... 76
TABEL 4.3 Nilai Siswa Siklus II ... 79
TABEL 4.4 Perbandingan Prestasi Belajar Siswa ... 81
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ... 86
Lampiran 2 Soal-soal ... 110
Lampiran 3 Dokumentasi ... 113
Lampiran 4 Lembar Pengamatan Siswa ... 117
Lampiran 5 Lembar Pengamatan Guru ... 119
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian ... 123
Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian ... 123
Lampiran 8 Nilai SKK ... 124
Lampiran 10 Surat Pembimbing ... 127
Lampiran 11 Lembar Konsultasi... 128
15 BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu yang membahas masalah ilmu
sosial dan kehidupan masyarakat dengan lingkungannya. ilmu pengetahuan sosial adalah
bentuk penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial yang lain yang dipadukan untuk diajarkan
pada sekolah mulai dari jenjang dasar sampai perguruan tinggi.
Ilmu Pengetahuan Sosial juga menjadi penyeimbang dari disiplin ilmu– ilmu
sosial yang lain yang menjadikan ilmu sosial mudah dipahami dan dipelajari oleh semua
kalangan masyarakat. Materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan
penggunaan konsep-konsep dari ilmu sosial yang terintegrasi dalam tema-tema tertentu
yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang rata-rata masih berusia antara
6-12 tahun. Menurut Piaget (1963) anak dalam usia sekolah dasar berada dalam
perkembangan kemampuan intelektual kognitif pada tingkatan kognitif operasional.
Sehingga dalam pembelajaran IPS ditingkat dasar harus menggunakan pola pendekatan
lingkungan yang dimulai dari pengenalan diri, keluarga, masyarakat kemudian kehal yang
lebih jauh atau global.
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai pelajaran yang merupakan fungsi atau paduan
sejumlah mata pelajaran sosial, dinyatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan
bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat
yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi dan
psikologi sosial. Menurut (S. Nasution 1988:75) Ilmu Pengetahuan Sosial
16
usia pada anak di sekolah dasar rata – rata masih 6 – 12 tahun. Dalam usia ini anak masih
berada pada tahap perkembangan kemampuan intelektual kognitif.
Pembelajaran kontekstual merupakan model pembelajaran bermakna bagi pserta
didik. Belajar adalah kegiatan aktif, belajar bukanlah suatu proses menggumpulkan
sesuatu, dan peserta didik mempunyai cara untuk mengerti sendiri. Sedangkan bagi guru
mengajar bukanlah proses memindahkan pengetahuan dari guru ke peserta didik,
mengajar berarti berpartisipasi dengan peserta didik dalam membentuk pengetahuan
membuat makna, mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis, mengadakan justifikasi.
Guru berperan sebagai mediator dan fasilitator (Modul PLPG Kelompok Guru Kelas
Madrasah Ibtidaiyah, 2014:226)
Berdasarkan survey yang dilakukan melalui wawacara dengan guru kelas IV MI
Ma’arif Bangkok Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali ditemukan beberapa
masalah dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, diantaranya kurangnya
pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan oleh guru sehingga perwujudan
nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah belum mampu memberikan solusi terhadap persoalan
dalam kehidupan sehari-hari, keterampilan sosial pada Ilmu Pengetahuan Sosial bagi
pendidikan dasar masih sangat memprihatikan ditambah dengan partisipasi dalam
berbagai kegiatan kemasyarakatan semakin menyusut. Hal tersebut dibuktikan dengan
data yang kurang memuaskan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menunjukkan
dari 14 siswa kelas IV MI Ma’arif Bangkok Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali
yang mencapai ketuntasan terdapat 6 siswa atau 42%. Sedangkan yang tidak tuntas
sebanyak 8 siswa atau 58%.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas IV MI
17
yang mempengaruhi siswa mendapat nilai di bawah standar KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal), seperti siswa kurang memperhatikan saat pembelajaran berlangsung, sibuk
bermain sendiri, mengobrol dengan teman, dan menggambar sehingga menyebabkan
siswa kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru. Kurangnya kreatifitas guru
dalam mengajar menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik minat siswa sehingga
siswa cenderung pasif dan kurang tertarik dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Seorang guru harus memiliki kreatifitas dalam mengajar agar mampu menciptakan proses
pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih pendekatan yang tepat dalam
menyampaikan materi kepada peserta didik agar diperoleh peningkatan prestasi belajar
siswa khususnya IPS. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat
aktif dalam pembelajaran akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat belajar yang tinggi karena
tanpa adanya minat belajar peserta didik tidak akan mau untuk belajar.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu
pendekatan yaitu CTL (Contextual Teaching Learning) Pendekatan yang digunakan
untuk dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam menerima materi yang di
sampaikan oleh guru.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang
penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying),
bekerjasama (cooperating) dan mentransfer (transferring).
Dengan menggunakan pembelajaran kontekstual, materi yang disajikan guru akan
18
pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dan siswa juga lebih
leluasa dan bebas mengekspresikan ide-idenya, sehingga peserta didik lebih dapat
menyatu dengan mata pelajaran yang mereka hadapi.
Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil
judul “PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS
MATERI MASALAH-MASALAH SOSIAL DI LINGKUNGAN SETEMPAT
MELALUI PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS IV MADRASAH
IBTIDAIYAH MA’ARIF BANGKOK KECAMATAN KARANGGEDE KABUPATEN
BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016”
J. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka dapat dirumusan masalah
sebagai berikut : Apakah pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial materi masalah-msalah sosial dilingkungan setempat pada siswa kelas
IV MI Ma’arif Bangkok Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2015/2016?
K. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial Materi Masalah-masalah sosial dilingkungan setempat melalui
pendekatan CTL pada siswa kelas IV MI Ma’arif Bangkok Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016.
19
Hipotesis Tindakan adalah jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi,
sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang
telah dipilih untuk diteliti melalui PTK (Mulyasa, 2011: 63).
Dalam penelitian tindakan kelas ini penulis mengambil hipotesis tindakan yaitu:
“penggunaan pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial materi masalah-masalah sosial di lingkungan setempat pada siswa kelas IV MI
Ma’arif Bangkok Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2015/2016.”
Penerapan pendekatan CTL ini dikatakan efektif apabila indikator yang
diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat dirumuskan penulis sebagai berikut:
1. Ada perubahan hasil belajar secara berkelanjutan dari siklus pertama dan kedua.
2. Nilai siswa kelas IV memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 60 serta
tercapainya ketuntasan klasikal yang besarnya 85 % dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial.
M. Kegunaan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dimaksudkan akan membawa beberapa manfaat
antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan kajian ilmu pendidikan
b. Dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan yang diperoleh melalui penelitian
lapangan.
2. Manfaat Praktis
20
Didapatkannya sebuah pengetahuan baru tentang pembelajaran IPS
melalui pendekatan CTL pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Bangkok
b. Bagi Guru
Memberikan kontribusi perbaikan pembelajaran yang digunakan oleh guru
agar sesuai dengan materi yang disampaikan sehingga hasil belajar dapat tercapai.
c. Bagi Sekolah/Madrasah
Didapatkannya inovasi pembelajaran baru untuk perbaikan proses
pembelajaran menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan kualitas Madrasah
N. Definisi Operasional
Lebih jelasnya akan penulis kutipakan menurut para ahli mengenai istilah-istilah
yang digunakan dalam pembahasan judul dari penelitian tersebut. Adapun istilah yang
terdapat dalam judul penelitian tersebut adalah:
1. Peningkatan
Peningkatan adalah usaha untuk mencapai suatu maksud (Suharso:2005:620)
bahwa upaya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas pembelajaran yang
menekankan pada proses dan hasil belajar siswa dengan menggunakan stategi yang
tepat dan waktu yang efektif. (Sumadayo, 2013 : 98).
2. Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik
secara individu maupun kelompok ( Djamarah, 1994: 19). Belajar adalah suatu proses
yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia
yang melakukan dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa
pengetahuan, keterampilan atau sikap (Suharsimi Arikunto, 1993: 19). Menurut Crow
21
memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan dan berbagai sikap, termasuk penemuan
baru dalam mengerjakan sesuatu, usaha memecahkan rintangan dan menyesuaikan
dengan situasi baru (lilik Sriyati. ddk, 2008: 17). Perwujudan dari belajar adalah
prestasi belajar. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan baik secara individu maupun kelompok ( Djamarah, 1994: 19).
Prestasi belajar adalah hasil suatu proses pembelajaran baik berbentuk nilai
sikap dan prilaku peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
3. Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari. dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri),
belajar kelompok (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian
sebenarnya (AuthenticAssessment).
Pendekatan CTL adalah pembelajaran dengan cara melakukan suatu secara
langsung dengan cara-cara dan etika yang benar dan kemudian bisa diterapkan pada
kehidupan sehari-hari.
O. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian
Rancangan yang ditetapkan adalah penelitian tindakan kelas, pada tahap ini
peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu diperhatikan khusus untuk diamati.
Adapun siklus atau tahap-tahap penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut (
Suyadi, 2011: 50) :
22 2. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bangkok
Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun 2015. Madrasah ini dipilih
menjadi tempat penelitian karena memerlukan pengembangan model
pembelajaran yang akan meningkatkan prestasi siswa. Dengan demikian tujuan
pembelajaran akan tercapai optimal.
b. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dari bulan Oktober sampai dengan
Desember 2015 pada semester ganjil tahun 2015 di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif
Bangkok Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun 2015.
c. Subjek penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru Ilmu
Pengetahuan Sosial dan siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bangkok
Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun 2015 dengan jumlah siswa 14
yaitu 6 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Penelitian ini dikhususkan pada Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pelaksanaan
SIKLUS II
Refleksi
Pengamatan
23
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi Masalah-masalah Sosial di
lingkungan setempat melalui pendektan CTL.
3. Langkah-langkah Penelitian
a. Perencanaan
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan CTL.
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pendekatan CTL.
3) Mempersiapkan lembar observasi guru untuk mengetahui kondisi guru dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL.
4) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan Pendekatan CTL.
5) Melakukan Evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan Pendekatan CTL
6) Membuat konsep pembelajaran yang inovatif dan kreatif dengan
menggunakan pembelajaran menggunakan pedekatan CTL.
b. Pelaksanaan
Guru mengadakan proses pembelajaran menggunakan pendekatan CTL.
Hal-hal yang perlu di lakukan oleh guru adalah sebagai berikut:
1) Guru mengulas pelajaran yang kemarin dengan melontarkan beberapa
pertanyaan kepada siswa.
2) Guru menunjukkan beberapa contoh gambar kegiatan sosial budaya yang ada
di daerahnya.
3) Guru menjelaskan perbedaan kegiatan sosial untuk anak – anak dan orang tua
yang ada di lingkungan sekitar.
4) Guru menceritakan bentuk kegiatan sosial budaya yang ada di lingkungan
sekitar.
5) Guru memancing siswa untuk menjawab pertanyaan yang di lontarkan guru
kepada siswa dengan menunjukkan gambar.
6) Guru menyuruh siswa maju dan menceritakan kegiatan sosial yang ada di
24
7) Guru mengajak siswa untuk melakukan kegiatan sosial secara langsung yang
ada di lingkungan sekolah.
8) Guru menjelaskan makna dengan adanya kegiatan sosial dan perannya di
masyarakat.
9) Guru memberikan apresiasi untuk siswa yang aktif.
10)Guru memberikan latihan soal.
11)Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil kerja kelompok dan soal
yang telah diberikan.
12)Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jawab dan meluruskan pemahaman.
c. Observasi atau Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas merupakan pengamatan yang
dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini
dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan
dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan.
d. Analisis atau Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan eksplanasi terhadap
semua informasi yang diperoleh dari observasi atas pelaksanaan tindakan.
Pada tahap refleksi meliputi: (1) mencatat hasil observasi dan pelaksanaan
pembelajaran, (2) evaluasi hasil observasi, (3) analisis hasil pembelajaran.
Memperbaiki kelemahan pada siklus I, silus II.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Soal tes mata pelajaran IPS Materi masalah-masalah sosial dilingkungan setempat
melalui pendekatan CTL.
25 c. Pedoman Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dapat membantu
peneliti dalam mengumpulkan data penelitian, Instrumen yang akan peneliti
kumpulkan dalam teknik dokumentasi adalah silabus, Rencana pelaksanaan
Pembelajaran, dan nilai sebelum dilakukan pembelajaran menggunakan
pendekatan CTL.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini teknik yang akan digunakan dalam
pengumpulan data adalah:
a. Tes
Peneliti membuat lembar tes tertulis untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa terhadap materi yang telah diberikan oleh guru kepada siswa. Tes ini terdiri
dari tes objektif dan tes subjektif.
b. Observasi
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
melakukan pengamatan secara teliti serta mencatat secara sistematis tentang
sesuatu yang terjadi dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Observasi ini harus selalu diusahakan dalam situasi alami agar dapat memperoleh
data sebenarnya.
c. Dokumentasi
Intrumen yang dapat peneliti kumpulkan dalam teknik dokumentasi adalah
silabus, Rencana pelaksanaan Pembelajaran, dan nilai sebelum dilakukan
pembelajaran menggunakan pendekatan CTL.
Silabus adalah rancangan kegiatan pembelajaran yang digunakan peneliti
sebagai landasan dalam penyusunan RPP, sedangkan RPP digunakan peneliti
sebagai pedoman pembelajaran guru. Nilai siswa sebelum menggunakan
26
sosial dilingkungan setempat untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami
materi yang diajarkan oleh guru.
6. Analisis Data
a. Ketuntasan Belajar Individu
Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individu dengan
patokan pada nilai ketuntasan minimal (KKM) yaitu 60. Untuk menetukan
ketuntasan belalajar individu (siswa) dapat dihitung menggunakan persamaan
(Trianto, 2009: 241) :
KB =
X 100 Keterangan :
KB = ketuntasan Belajar
T = Jumlah Nilai yang diperoleh siswa
Tl = Jumlah Nilai maksimal
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika nilai
perolehan siswa:
0 < KB < 60 = Siswa belum tuntas dalam belajar
60 ≤ KB ≤ 100 = Siswa sudah tuntas dalam belajar.
b. Prosentase Kriteria Ketuntasan Klasikal (KKK)
Prosentase ketuntasan klasikal dapat dihitung menggunakan rumus
(Trianto, 2009: 241) :
P =
X 100 %
Keterangan :
P = Nilai dalam persen
F = Frekuensi (siswa yang tuntas Belajar)
27
Ketuntasan belajar secara klasikal berlaku jika dalam kelas tersebut
terdapat 85% yang telah mencapai kriteria ketuntasan Minimal (60).
P. Sistematika Penulisan
Bagian awal yang meliputi sampul, lembar berlogo judul persetujuan
pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan,
kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
Bab I pendahuluan berisi yang mencakup latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, definisi operasional,
dan sistematika penulisan. Metode penelitian mencakup rancangan penelitian, subjek
penelitian, langkah-langkah penelitian, instrumen penelitian, pengumpulan data, dan
analisis data.
Bab II kajian pustaka mencakup: Peningkatan prestasi belajar, Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS), Pendekatan (Contextual Teaching and Learning) CTL.
Bab III metodologi penelitian berisi tentang deskripsi pelaksanaan pra siklus
meliputi rencana, pelaksanaan, pengamatan/ pengumpulan data dan refleksi. Deskripsi
pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II.
Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan meliputi deskripsi per siklus yang
membahas mengenai data dari hasil pengamatan atau wawancara, refleksi keberhasilan
dan kegagalan dan berisi pembahasan.
28 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Peningkatan Prestasi Belajar
1. Pengertian Peningkatan Prestasi Belajar
Peningkatan adalah pencapaian dalam proses, ukuran, sifat serta hubungan.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne
(1985:40). menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu :
kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan.
Menurut Bloom (1990:110) bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi tiga aspek
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik
Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat
atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini
adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran.
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu,
yakni mengalami (Oemar Hamalik, 2005:27).
Menurut Poerwanto dalam file:///G:/Pengertian%20Prestasi%20 Belajar.htm
mendefinisikan prestasi belajar sebagai berikut: “hasil yang dicapai oleh seseorang
dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.” Selanjutnya Winkel
mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan
bobot yang dicapainya”. Sedangkan menurut S. Nasution, prestasi belajar adalah:
29
belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan
psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum
mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.” Berdasarkan pengertian di atas,
maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat
keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk
nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi
belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur
keberhasilan adalah daya serap. Menurut Trianto (2008: 70) berdasarkan ketentuan
KTSP penentuan keberhasilan belajar di tentukan oleh masing-masing sekolah yang
dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimal (KKM), dengan berpedoman pada
tiga pertimbangan yaitu: kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda, fasilitas
(sarana) setiap sekolah berbeda, dan daya dukung setiap sekolah juga berbeda. Maka
dalam penelitian ini sesuai dengan dengan KKM sekolah tempat penelitian di MI
Ma’arif Bangkok Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali pada mata pelajaran
IPS adalah 60 dan ketuntasan secara klasikal 85%. Jadi setiap siswa dikatakan
berhasil dalam pembelajaran apabila (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban
benar siswa ≥ 60 % dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal)
jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang tuntas belajarnya.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan prestasi belajar
adalah pencapaian hasil dari suatu proses yang terjadi karena adanya usaha yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui daya serap siswa terhadap materi yang
diajarkan guna mencapai tujuan pembelajaran baik secara individu maupun
kelompok.
30
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi
segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses
belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan
perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan
yang terjadi sebagai prestasi belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa
maupun karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data prestasi belajar siswa
adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi belajar)
dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur (Muhibbin Syah, 2002:150).
Maka untuk lebih spesifiknya, penulis akan akan menguraikan ketiga ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai yang terdapat dalam teori Bloom
(http://id.wikipedia.org/wiki) berikut:
a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir.
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri
dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa Pengetahuan (kategori 1) dan
bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).
1) Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan,
definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar dan
sebagainya.
Pengetahuan juga diartikan sebagai kemampuan mengingat akan
hal-hal yang pernah dipelajaridan disimpan dalam ingatan. (WS Winkel,
1996:247)
31
Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap
makna dan arti yang dari bahan yang dipelajari.45 Pemahaman juga dikenali
dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel,
diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi atau penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk
menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem
yang konkret dan baru. Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk
menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di
dalam kondisi kerja (WS Winkel, 1996:247)
4) Analisis (Analysis)
Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu
kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau
organisasinya dapat dipahami dengan baik (WS Winkel, 1996:247) Di
tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk
dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang
lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali
serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang
rumit.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu
kesatuan atau pola baru (WS Winkel, 1996:247) Sintesis satu tingkat di atas
analisa. Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau
32
mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi
yang dibutuhkan.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untik membentuk suatu
pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan
pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu (WS
Winkel, 1996:247) Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan
penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan menggunakan
kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas
atau manfaatnya.
b. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian
diri.
Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hail belajar atau kemampuan
yang berhubungan dengan sikap atau afektif. Taksonomi tujuan pendidikan
ranah afektif terdiri dari aspek:
1) Penerimaan (Receiving/Attending)
Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan
kesediaan untuk memperhatikan rangsangsangan itu, seperti buku pelajaran
atau penjelasan yang diberikan oleg guru. (WS Winkel, 1996:248)
2) Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya.
Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan
tanggapan.
33
Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan
penilaian itu dibentuk suatu sikap menerima, menolak atau mengabaikan,
sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan konsisten
dengan sikap batin. (WS Winkel, 1996:248)
4) Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di
antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk suatu
sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai
yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang
pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting. (WS
Winkel, 1996:248)
5) Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value
Complex)
Karakterisasi berdasarkan nilai-nilai memiliki sistem nilai yang
mengendalikan tingkahlakunya sehingga menjadi karakteristik gaya
hidupnya. Karakterisasinya mencakup kemampuan untuk menghayati
nilai-nilai kehidupan sedemikin rupa, sehingga menjadi milik pribadi
(internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur
kehidupannya sendiri. (WS Winkel, 1996:248)
c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
34
Alisuf Sabri (1996:99-100) dalam buku Psikologi Pendidikan
menjelaskan, bahwa : Keterampilan ini disebut motorik karena keterampilan ini
melibatkan secara langsung otot, urat dan persendian, sehingga keterampilan
benar-benar berakar pada kejasmanian. Orang yang memiliki keterampilan
motorik mampu melakukan serangkaian gerakan tubuh dalam urutan tertentu
dengan mengadakan koordinasi gerakan-gerakan anggota tubuh secara terpadu.
Ciri khas dari keterampilan motorik ini ialah adanya kemampuan automatisme,
yaitu gerakan-gerik yang terjadi berlangsung secara teratur dan berjalan dengan
enak, lancar dan luwes tanpa harus disertai pikiran tentang apa yang harus
dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan.
3. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang berupa indeks prestasi adalah nilai kredit rata-rata yang
merupakan satuan nilai yang menggambarkan mutu prestasi belajar siswa selama satu
semester, dalam rangka menyelesaikan program belajar yang dibebankan kepadanya,
selanjutnya prestasi belajar juga menunjukkan sejauh mana daya serap yang dicapai
siswa dalam belajar.
Daya serap yang tinggi akan digambarkan pada prestasi belajar yang tinggi.
Daya serap yang rendah akan digambarkan dengan prestasi belajar yang rendah pula.
Maka dalam hal tersebut dimana daya kemampuan seorang siswa yang berbeda-beda
dapat disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Tingkat intelegensi siswa memang salah satu faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar, namun hal itu bukanlah faktor utama, ada faktor-faktor lain yang
mendukung prestasi belajar yang diperoleh siswa. Seperti dinyatakan oleh Slameto
35
kemampuan intelektualnya, tetapi ada faktor-faktor lain, seperti : motivasi, sikap,
kesehatan fisik dan mental, kepribadian, ketekunan dan lain-lain.”
Begitu pula Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:130) berpendapat
bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dilihat dari faktor dalam diri
(faktor internal) dan faktor dari luar diri (faktor eksternal) individu, yang penulis
ringkas penjelasannya sebagai berikut :
a. Faktor internal terdiri dari :
1) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan ataupun yang
diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran,
struktur tubuh dan sebagainya.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang
terdiri atas :
a) Faktor intelektif yang meliputi :
(1) Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat.
(2) Faktor kecakapan yang nyata yaitu prestasi yang dimiliki.
b) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,
minat, kebiasaan, motivasi, emosi, kebutuhan dan penyesuaian diri.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
b. Faktor eksternal terdiri dari :
1) Faktor sosial yang terdiri dari :
a) Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga yang merupakan salah satu lembaga yang
amat menentukan terhadap pembentukan pribadi anak, karena dalam
keluarga inilah anak menerima pendidikan dan bimbingan pertama kali
36
seorang yang masih dalam usia muda diberikan dasar-dasar kepribadian,
karena pada usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh yang datang dari
luar dirinya. Faktor ekonomi keluargapun sangat menentukan, belajar di
sekolah baik di desa apalagi di kota tak akan luput dari unsur biaya.
Keluarga yang memiliki perekonomian yang memadai akan turut
menjamin keberhasilan anak dalam kegiatan belajarnya.
b) Lingkungan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang amat penting bagi
kelangsungan pendidikan anak. Sebab tidak semahal yang dapat diajarkan
di lingkungan keluarga karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki oleh orang tua. Sekolah bertugas sebagai pembantu dalam
memberikan pandidikan dan pengajaran kepada anak-anak mengenai apa
yang tidak didapat atau tidak ada kesempatan orang tua untuk
memberikan penddidikan dan pengajaran di dalam keluarga.
c) Lingkungan masyarakat.
Lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang tidak
sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan
pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari
anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu
berada.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk
kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan
selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya.
37
lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal
tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut
belajar sebagaimana temannya.
2) Faktor budaya, seperti : adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik, seperti : fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklan.
4) Faktor lingkungan spiritual dan keamanan.
Sedangkan Alisuf Sabri (1996:59) menggolongkan faktor internal dan
eksternal yang penulis rangkum sebagai berikut :
a. Faktor internal siswa
1) Faktor sosiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik dan
kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.
2) Faktor psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan siswa adalah minat,
intelegensia, motivasi dan kemampuan kognitif seperti : kemampuan persepsi,
ingatan, berfikir dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan appersepsi) yang
dimiliki siswa.
b. Faktor eksternal siswa
1) Faktor-faktor lingkungan
Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
faktor lingkungan alam atau non-sosial dan faktor lingkungan sosial. Yang
termasuk lingkungan non sosial adalah keadaan suhu, kelembagaan udara,
waktu (pagi, siang, malam), tempat, letak gedung sekolah dan sebagainya.
2) Faktor-faktor instrumental
Faktor ini terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, sarana atau alat
38
strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan
prestasi belajar siswa.
B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu ilmu sosial
humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara
ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan (Sapriya:2008:9).
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan kombinasi atau hasil pemfusian atau
perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi,
politik (Saidiharjo:1996:4) .
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu bidang kajian ilmu pengetahuan
yang dilakukan secara terpadu, dan merupakan hasil dari penyederhaan, adaptasi,
seleksi, dan modifikasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dari
konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi,
antropologi, dan ekonomi serta disiplin ilmu humaniora, pendidikan dan agama
(Rasimin, 2012: 56).
Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan
keterampilan sebagai media pelatihan bagi siswa sebagai warga Negara sedini
mungkin. Karena pendidikan IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata,
tetapi harus berorientasi pada pengembangan keterampilan berfikir kritis, sikap, dan
kecakapan-kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial
kemasyarakatan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sosial siswa
dimasyarakat.
Hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran ynag
39
memberikan pendidikan diharapkan dapat melahirkan warga Negara yang baik dan
bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya. Karena pendidikan IPS
dikembangkan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang
nilai dan sikap, pengetahuan, serta kecakapan dasar siswa yang berpijak pada
kehidupan nyata.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Ilmu
Pengetahuan Sosial adalah suatu bidang kajian ilmu pengetahuan yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan
yang diberikan dari sekolah dasar hingga menengah.
2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPS
Pembelajaran IPS di sekolah dasar berfungsi mengembangkan pengetahuan
dalam kehidupan sehari-hari yang terus berkembang sejalan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih guna menciptakan generasi yang
mandiri dan sejahtera. Sedang pengajaran sejarah berfungsi untuk menumbuhkan rasa
cinta dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia. Dalam struktur
KTSP di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan :
a. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan
kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis.
b. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan
masalah dan keterampilan sosial.
c. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai nilai sosial dan kemanusiaan.
d. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, baik secara lokal, regional, nasional maupun global.
3. Ruang lingkup IPS
Ruang lingkup pembelajaran IPS di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
40 a. Manusia, tempat dan lingkungan
b. Waktu berkelanjutan dan perubahan
c. Sistem sosial dan budaya
d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Jika ditelaah lebih lanjud, ruang lingkup materi IPS di sekolah dasar dan
madrasah ibtidaiyah memiliki karakteristik:
a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah,
ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang
humaniora, pendidikan dan agama.
b. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan
geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi, yang dikemas sedimikian rupa sehingga
menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.
c. Standar kompetensi dan kompetensi IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial
yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
d. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa dan
perubahan kehidupan masyarakat dan dan prinsip sebab akibat, kewilayahan,
adaptasi dan pengolahan lingkungan, struktur, proses, masalah sosial serta
upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan,
keadilan, dan jaminan keamanan.
e. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara
keseluruhan.
4. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS kelas IV SD/MI
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPS kelas IV SD/ MI
41
Tabel 2.1 Standar kompetensi dan kompetensi Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
I Memahami sejarah,
kenampakan alam, dan
keberagaman suku
bangsa di lingkungan
kabupaten dan provinsi
1. Membaca peta lingkungan setempat
(kabupaten/ Kota dan Provinsi)
dengan menggunakan skala
sederhana.
2. Mendiskripsikan kenampakan alam di
lingkungan kabupaten/ kota dan
provinsi serta hubungannya dengan
keberagaman sosial dan budaya.
3. Menunjukkan jenis dan keberagaman
sumber daya alam serta
pemanfaatannya untuk kegiatan
ekonomi di lingkungan setempat.
4. Menghargai keragaman suku bangsa
dan budaya setempat (kabupaten/ kota
dan provinsi).
II Mengenal sumber daya
alam, kegiatan
1. Mengenal aktivitas ekonomi yang
42
Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
ekonomi dan kemajuan
teknologi di
lingkungan kabupaten/
kota dan provinsi.
dan potensi lain di daerahnya.
2. Mengenal pentingnya koperasi dalam
menigkatkan kesejahteraan
masyarakat.
3. Mengenal perkembangan teknologi
produksi, komunikasi dan transportasi
serta pengalaman mengggunakannya.
4. Mengenal permasalahan sosial di
daerahnya.
5. IPS Materi Masalah-Masalah Sosial Dilingkungan Setempat a. Keadaan Penduduk
Indonesia memiliki jumlah penduduk terbanyak nomor 4 di dunia.
Sebelumnya adalah Cina, India, dan Amerika Serikat. Penduduk yang besar
merupakan modal pembangunan bangsa. Peningkatan kualitas penduduk harus
terus dilakukan. Hal tersebut merupakan kewajiban negara. Upaya tersebut di
antaranya melalui peningkatan pendidikan dan kesehatan. Penduduk di Indonesia
dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu
• Kelompok usia belum produktif, berada di rentang usia 0–14 tahun. Pada
kelompok ini penduduk belum dapat bekerja aktif.
• Kelompok usia belum produktif, berada di rentang usia 14–49 tahun. Pada
kelompok ini penduduk dapat bekerja aktif.
• Kelompok usia belum produktif, berada di rentang usia 50 tahun ke atas. Pada
43 1) Persebaran Penduduk
Penduduk di Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain
a. Kesuburan Tanah
Wilayah yang subur akan dipadati oleh penduduk. Pulau Jawa subur
karena terdapat banyak gunung berapi. Hasil letusan gunung berapi sangat
membantu kesuburan tanah.
b. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sekolah dan perguruan tinggi yang berkualitas berada di Pulau Jawa. Hal
ini mendorong penduduk di luar Jawa untuk pindah ke Pulau Jawa.
c. Pembangunan Industri
Industri banyak didirikan di Pulau Jawa. Akibatnya, penduduk luar Jawa
datang mencari pekerjaan. Tidak meratanya penduduk menyebabkan
pembangunan yang tidak merata. Hal ini membuat pulau-pulau di luar
Jawa terhambat pembangunannya. Akibatnya, pembangunan di Indonesia
juga tidak berjalan lancar.
2) Pengangguran
Banyaknya pengangguran merupakan masalah sosial. Semua orang
membutuhkan makan, minum, pakaian serta tempat tinggal. Kebutuhan
tersebut merupakan kebutuhan pokok. Jika tidak mempunyai pekerjaan yang
dapat mencukupi kebutuhan menjadi masalah dalam masyarakat.
Pengangguran menimbulkan masalah baru, yaitu kejahatan. Masyarakat
membutuhkan kehidupan yang aman, tenteram dan tertib. Untuk itulah kalian
harus belajar dengan rajin agar menjadi anak yang cerdas, terampil, dan
44
dapat menciptakan lapangan kerja sendiri. Dengan demikian, dapat mencukupi
kebutuhan hidup serta menolong orang lain.
Pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja. Lapangan kerja yang
tersedia disesuaikan dengan kebutuhan. Uluran tangan wiraswasta untuk
menciptakan lapangan kerja sangat diperlukan.
3) Yatim Piatu atau Jompo
Masalah sosial lainnya adalah anak-anak yatim piatu dan orang tua
renta. Mereka tidak memiliki saudara dan tempat tinggal. Panti asuhan dan
panti jompo berguna untuk meringankan beban mereka. Uluran tangan
orang-orang mampu sangat membantu. Adakah kegiatan sosial di sekolahmu? Apa
bentuknya dan bagaimana caranya?
Orang yang sudah tua usianya, ingatannya sudah menurun. Kebutuhan
dan kesehatannya juga menurun. Orang yang jompo tidak dapat mencari makan
sendiri. Hal itu merupakan masalah sosial yang perlu sangat diperhatikan dan
mendapat pemecahan. Semuanya menyangkut hidup manusia sehingga
penanganannya bersifat kemanusiaan.
4) Sampah
Sampah adalah sisa hasil pemakaian produksi, baik rumah tangga
maupun industri. Masalah sampah dapat menjadi masalah sosial. Coba
bayangkan jika sampah rumah tangga dibiarkan saja tanpa dibersihkan.
Tentunya akan merusak pemandangan kota. Selain itu dapat menimbulkan bau
tidak sedap. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah
pada tempatnya mendorong kondisi tersebut. Jika kalian perhatikan banyak
masyarakat yang membuang sampah sembarangan tanpa rasa bersalah.
45 b. Migrasi Penduduk
Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari tempat yang satu ke
tempat yang lain. Dalam mobilitas penduduk terdapat migrasi internasional yang
merupakan perpindahan penduduk yang melewati batas suatu negara ke negara
lain. Adapun migrasi internal merupakan perpindahan penduduk yang di sekitar
wilayah satu negara saja. Migrasi dapat menimbulkan beragam masalah sosial.
Akan tetapi, jika migrasi dikelola terpadu akan berdampak positif. Faktor
pendorong migrasi bermacam-macam. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut.
1) Faktor-faktor pendorong (push factor) adalah sebagai berikut.
a) Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya
kesuburan tanah.
b) Menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya
makin susah diperoleh. Di antaranya hasil tambang, kayu, atau bahan dari
pertanian.
c) Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah untuk
pertanian di wilayah perdesaan yang makin menyempit).
d) Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama, dan suku, sehingga
mengganggu penduduk di daerah asal.
e) Alasan pendidikan, atau pekerjaan.
f) Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim
kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.
46
a) Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaiki taraf
hidup.
b) Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
c) Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya
iklim, perumahan, sekolah, dan fasilitas-fasilitas publik ainnya.
d) Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat
kebudayaan menjadi daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk
bermukim di kota besar. (Dikutip dari www.datastatistik-indonesia.com).
Migrasi dikelompokan mejadi 2 diantranya adalah :
1) Migrasi Internal
Migrasi internal dapat dikelompokkan ke dalam empat macam. Di
antaranya urbanisasi, reurbanisasi, transmigrasi, dan evakuasi.
a. Urbanisasi
Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota.
Urbanisasi kurang menguntungkan. Bagi desa yang ditinggalkan akan
mengalami kekurangan penduduk.
Tenaga kerja berkurang. Akibatnya, lahan pertanian di desa tidak
tergarap. Sementara di perkotaan yang didatangi penduduknya akan
semakin padat. Kaum urban biasanya tidak dibekali pendidikan yang
memadai. Di kota seringkali mereka menjadi beban pemerintah. Oleh
karena akan menambah jumlah pengangguran di kota. Untuk mengatasi laju
urbanisasi perlu bantuan semua pihak. Di antaranya pemerintah dan
47
Pemerintah harus memerhatikan sarana prasarana di desa. Dengan
demikian, penduduk desa tidak lagi tergiur datang ke kota. Oleh karena
fasilitas di desa telah memadai.
Para pengusaha juga dapat berperan serta. Di desa dapat saja
dibangun industri. Dengan demikian, tenaga kerja di desa dapat
dipekerjakan. Selanjutnya, taraf hidup di desa akan meningkat.
b. Reurbanisasi
Reurbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari kota ke desa.
Hal ini dapat saja terjadi. Umumnya penduduk yang ingin menikmati hari
tua adalah pelaku reurbanisasi.
c. Transmigrasi
Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah yang padat
penduduknya ke wilayah yang penduduknya masih sedikit.
Jenis-jenis/macam-macam Transmigrasi adalah sebagai berikut.
g) Transmigrasi Umum
Transmigrasi umum adalah program transmigrasi yang dibiayai oleh
pemerintah melalui depnakertans (departemen tenaga kerja dan
transmigrasi).
h) Transmigrasi Spontan/Swakarsa
Transmigrasi spontan adalah transmigrasi yang dilakukan atas
keinginan diri sendiri. Namun, masih mendapatkan bimbingan sertqa
fasilitas penunjang dari pemerintah.
48
Transmigrasi bedol desa adalah transmigrasi yang dilakukan secara
masal dan kolektif terhadap satu atau beberapa desa beserta aparatur
desanya. Biasanya transmigrasi bedol desa terjadi karena bencana alam
yang merusak desa tempat asalnya.
d. Evakuasi
Evakuasi dilakukan pada saat terjadi peristiwa berbahaya. Misalnya, saat
terjadi gempa, longsor, banjir atau bencana lainnya. Evakuasi merupakan
perpindahan penduduk ke daerah yang lebih aman.
2) Migrasi Eksternal
Migrasi eksternal dapat dikelompokkan ke dalam empat macam. Di
antaranya imigrasi, emigrasi, repatriasi, dan remigrasi.
a. Imigrasi
Perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara yang lain disebut
imigrasi. Misalnya penduduk Australia datang ke Indonesia untuk bekerja.
b. Emigrasi
Perpindahan penduduk dari dalam negeri ke luar negeri disebut dengan
emigrasi.
c. Repatriasi
Repatriasi merupakan pemulangan penduduk dari suatu negara ke negara
asal. Hal ini dapat saja terjadi. Biasanya terjadi karena suatu negara
mengalami konflik politik berkepanjangan atau karena bencana alam.
d. Remigrasi
Remigrasi merupakan perpindahan penduduk kembali ke negara asalnya.
C. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
49
Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) menurut Nurhadi dalam
Sugiyanto (2010:14) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan
antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa, dan juga mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sendiri-sendiri.
Menurut Johnson dalam Sugiyanto (2010:16) ada tiga pilar dalam sistem CTL
yaitu :
a. CTL mencerminkan prinsip kesaling-bergantungan. Kesaling-tergantungan
mewujudkan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan
masalah dan ketika guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal ini tampak
jelas ketika subyek yang berbeda dihubungkan, dan ketika kemitraan
menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas.
b. CTL mencerminkan prinsip diferensiasi. Diferensiasi menjadi nyata ketika CTL
menantan para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-masing untuk
menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menjadi kreatif, untuk bekerja sama,
untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda, dan untuk menyadari
bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan.
c. CTL mencerminkan prinsip pengeorganisasian diri. Pengorganisasian diri terlihat
ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri
yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik, mengulas usaha-usaha mereka
dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi.
Menurut (Trianto 2007:170) tujuh komponen utama pembelajaran CTL
(Contextual Teaching and Learning) yaitu:
a. Konstruktivisme (Constructivism)
Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun
50
Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered dari pada teacher
centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan
berbasis pada aktivitas siswa. Inquiry-Based Learning dan Problem-Based
Learning yang disebut sebagai strategi CTL menurut University of Washington
(dalam Trianto, 2008:26) diwarnai student centered dan aktivitas siswa.
Menurut Slavin dalam (Trianto 2008:170) ide-ide konstruktivis modern
banyak berlandaskan pada teori Vygotsky yang telah digunakan untuk menunjang
metode pengajaran yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran
berbasis kegiatan, dan penemuan. Salah satu prinsip yang kunci yang diturunkan
dalam teorinya adalah penekanan pada hakikat social dari pembelajaran. Ia
mengemukakan bahwa siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa atau
teman sebaya yang lebih mampu. Landasan berfikir konstruktivisme agak berbeda
dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil
pembelajaran.
Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan
dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.
Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang
semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru.
Menurut peaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti
kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang
berbeda-beda.pengalaman yang sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda
oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda
b. Inkuiri (Inquiry)
Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL.
51
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Siklus
inkuiri terdiri dari :
1) Observasi (Observation)
2) Bertanya (Questioning)
3) Mengajukan dugaan ( Hyphotesis)
4) Pengumpulan data ( Data gathering)
5) Penyimpulan (Conclussion)
Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut :
1) Merumuskan masalah
2) Mengamati atau melakukan observasi
3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,
tabel, dan karya lainnya
4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru, atau audien yang lain.
c. Bertanya (Questioning)
Questioning merupakan strategi utama yang berbasis CTL. Bertanya
dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Dalam sebuah
pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis
2) Mengecek pemahaman siswa
3) Membangkitkan respon kepada siswa
4) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
5) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru