• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbentuk Perseroan Terbatas. Saham berupa selembar kertas yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbentuk Perseroan Terbatas. Saham berupa selembar kertas yang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Harga Saham

Salah satu sumber dana perusahaan adalah penjualan saham. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas. Saham berupa selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Saham dikeluarkan oleh perusahaan yang telah go public yang kemudian dijual di pasar modal dalam rangka penghimpunan dana untuk perluasan usaha perusahaan tersebut. Nilai pasar saham ditentukan oleh banyak faktor, seperti kondisi pasar, isu dalam pasar modal, persepsi investor terhadap perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan.

Nilai-nilai yang terdapat dalam saham yang dikemukakan oleh Harmono (2011:56) yaitu:

a. Nilai Nominal

Nilai nominal suatu saham adalah nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Kepentingannya berkaitan dengan hukum. Untuk saham yang tidak mempunyai nilai nominal, dewan direksi umumnya menetapkan nilai sendiri per lembar.

b. Nilai Buku

Nilai buku menunjukkan aktiva bersih per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Nilai buku adalah nilai saham menurut pembukuan perusahaan.

(2)

14 c. Nilai Pasar

Nilai pasar adalah harga yang ditentukan oleh pasar pada saat tertentu. Nilai ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa.

d. Nilai Intrinsik

Nilai intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya. Maksudnya adalah harga saham di pasar mencerminkan nilai sebenarnya dari perusahaan.

Keuntungan yang diperoleh dalam investasi saham berasal dari: 1. Dividen

Dividen adalah sebagian laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen merupakan daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang. Besar kecilnya pembagian dividen ditentukan dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai atau dividen saham.

2. Capital Gain

Capital Gain merupakan keuntungan yang diperoleh dari kenaikan harga saham sebagai selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk oleh aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Umumnya pemegang saham dengan orientasi jangka pendek menginginkan capital gain.

Harga saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham dikemudian hari. Harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan penawaran dipasar modal.

(3)

15 Harga saham adalah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh bukti penyertaan atau pemilikan suatu perusahaan (Anoraga, 2006:100). Lubis (2008:60) mengemukakan bahwa harga pasar saham adalah harga jual dari investor satu dengan investor lainnya yang terjadi setelah saham dicatat di Bursa.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah harga saham emiten pada bursa saham yang ditentukan oleh penawaran dan permintaan pelaku pasar yang merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima pemilik saham pada masa yang akan datang. Saham biasanya diperdagangkan di lantai bursa dengan harga pasar yang akan berbeda-beda pada tiap-tiap waktunya, hal ini akan berkaitan dengan nilai dari suatu saham tersebut. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga penutupan saham masing-masing perusahaan manufaktur yaitu tanggal 31 Desember.

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham menurut Weston dan Brigham (2001: 26) yaitu:

1. Laba per lembar saham (EPS)

Semakin tinggi EPS yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi.

2. Tingkat bunga

Tingkat bunga dapat mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi dan mempengaruhi laba perusahaan.

3. Jumlah kas dividen yang diberikan

Peningkatan pembagian dividen merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena

(4)

16 jumlah kas dividen yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik.

4. Jumlah laba yang diperoleh perusahaan

Investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai laba yang cukup baik karena akan menunjukkan prospek yang baik.

5. Tingkat risiko dan pengembalian

Semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.

Analisis yang sering digunakan untuk menilai suatu saham yaitu: a. Analisis fundamental, yaitu analisis yang menggunakan

indikator-indikator perusahaan untuk melakukan analisa harga saham sebuah perusahaan dalam upaya untuk memprediksi gambaran perusahaan di masa depan. Keputusan investasi saham dari seorang pemodal yang rasional didahului oleh suatu proses analisis terhadap variabel yang diperkirakan akan mempengaruhi harga suatu saham. Hal ini disebabkan karena harga saham mewakili nilai perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Shidiq (2012:29) menyatakan bahwa analisis faktor fundamental didasarkan pada analisis keuangan yang tercermin dalam rasio-rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas, manajemen aset, manajemen utang, profitabilitas, dan nilai pasar.

b. Analisis teknikal, yaitu analisis yang menggunakan data-data pasar seperti kondisi perdagangan saham, permintaan dan penawaran harga saham, fluktuasi kurs, dan volume transaksi di masa lalu. Oleh karena itu, para analis teknikal cenderung memperhatikan pergerakan harga saham di bursa dibanding mengamati laporan keuangan. Analis

(5)

17 teknikal mempelajari pola pikir atau perilaku pihak-pihak yang terlibat di bursa dan dari hasil analisa tersebut mereka memprediksi arah pergerakan harga saham tersebut melalui data-data yang tersaji dalam bentuk grafik.

Teori tentang harga saham meliputi:

1. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Besley dan Brigham (2008:517) menyatakan bahwa sinyal adalah sebuah tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Teori sinyal menunjukkan bahwa perusahaan akan memberikan sinyal melalui tindakan dan komunikasi.

Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan memiliki kelebihan informasi dibandingkan dengan pihak luar dan mereka menggunakan ukuran tertentu menyiratkan kualitas perusahaan (Gumanti, 2009). Teori ini mendorong perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal yang disebabkan karena terjadinya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak eksternal.

Teori sinyal menekankan pentingnya informasi yang dikeluarkan perusahaan sebagai alat analisis investor atau pelaku pasar lain dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan investasi. Informasi tersebut dapat berupa informasi akuntansi dan non akuntansi yang terdapat pada laporan keuangan. Rusli (2001:4) mengemukakan bahwa dengan investor menggunakan laporan keuangan menjadi bahan pertimbangan

(6)

18 dalam mengambil keputusan investasi, maka investor akan melakukan analisis laporan keuangan yang berupa rasio likuiditas, aktivitas, leverage, dan profitabilitas. Selain itu pelaku pasar memerlukan informasi tersebut untuk mengevaluasi risiko investasi.

Jika sinyal perusahaan menginformasikan kabar baik (good news) pada pasar, maka hal itu dapat meningkatkan harga saham, dan sebaliknya, jika sinyal perusahaan menginformasikan kabar buruk (bad news) maka harga saham perusahaan akan mengalami penurunan.

2. Teori Efisiensi Pasar

Pasar modal yang efisien adalah pasar yang harga sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan dimana semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Fama (1970) dalam Gumanti dan Utami (2002:59) mengklasifikasikan informasi menjadi tiga tipe, yaitu:

1. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah (Weak Form)

Dalam hipotesis ini harga saham diasumsikan mencerminkan semua informasi yang terkandung dalam sejarah masa lalu tentang harga sekuritas yang bersangkutan. Artinya, harga yang terbentuk atas suatu saham merupakan cermin dari pergerakan harga saham yang bersangkutan di masa lalu.

Jika hipotesis pasar bentuk lemah terpenuhi, maka perubahan harga akan mengikuti kaedah jalan acak (random walk). Strategi perdagangan yang menggunakan data pasar historis (umumnya harga saham) dikenal dengan sebutan analisis teknikal.

2. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Semi-Kuat (Semi-Strong Form)

Menurut hipotesis pasar efisien bentuk semi-kuat, harga mencerminkan semua informasi publik yang relevan. Di samping merupakan cerminan harga saham historis, harga yang tercipta juga terjadi karena informasi yang ada di pasar, termasuk di dalamnya adalah laporan keuangan dan informasi tambahan (pelengkap) sebagaimana diwajibkan oleh peraturan akuntansi. Informasi yang tersedia di publik juga dapat berupa peraturan keuangan lain seperti

(7)

19 pajak bangunan atau suku bunga dan/atau beta saham termasuk rating perusahaan.

Pada pasar efisien bentuk semi-kuat ada banyak investor yang berfikir bahwa mereka dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan pengamatan secara seksama terhadap informasi publik yang tersedia di pasar, khususnya informasi akuntansi. Investor yang melakukan analisis dengan menggunakan data atau informasi akuntansi (dari laporan keuangan) dan dari sumber lain untuk mengidentifikasi saham yang salah harga (mispriced) disebut investor tersebut melakukan analisis fundamental.

3. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Kuat (Strong Form)

Pasar efisien bentuk kuat menyatakan bahwa harga yang terjadi mencerminkan semua informasi yang ada, baik informasi publik (public information) maupun informasi pribadi (private information). Jadi, dalam hal ini, bentuk kuat mencakup semua informasi historis yang relevan dan juga informasi yang ada di publik yang relevan, disamping juga informasi yang hanya diketahui oleh beberapa pihak saja, misalnya manajemen perusahaan, dewan direksi, dan kreditor.

Jadi untuk membentuk pasar yang efisien, salah satu informasi yang diperlukan adalah informasi yang ada di pasar, yaitu informasi yang terdapat pada laporan keuangan. Disini investor melakukan analisis dengan menggunakan data akuntansi (dari laporan keuangan). Analisis itu disebut analisis fundamental. Analisis fundamental didasarkan pada analisis keuangan yang tercermin dalam rasio-rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas, manajemen aset, manajemen utang, profitabilitas, dan nilai pasar.

2.1.2 Earning Per Share (EPS)

Rasio Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham merupakan salah satu ukuran profitabilitas. Rasio profitabilitas menurut Kasmir (2008:196) adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari laba. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas

(8)

20 manajemen suatu perusahaan. Perusahaan yang baik (sehat) mempunyai profitabilitas yang tinggi.

EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. EPS merupakan alat analisis yang dipakai untuk melihat keuntungan dengan dasar saham. EPS dihitung dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham yang beredar (Patriawan, 2011:44). Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal untuk setiap satu lembar saham (Darsono, 2005:57).

Jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat. Begitu juga dengan EPS, jika nilai EPS meningkat, maka harga saham juga akan meningkat. Karena EPS merupakan unit dasar yang digunakan untuk mengukur pendapatan yang dinikmati pemegang saham untuk per lembar saham yang ditanamkan di perusahaan, maka rasio EPS ini dapat menggambarkan perkiraan dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham.

Peningkatan EPS menandai bahwa perusahaan telah berhasil dalam meningkatkan kemakmuran investor. Hal ini akan mendorong pemegang saham untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.

(9)

21

2.1.3 Current Ratio (CR)

Current Ratio (CR) atau rasio lancar adalah salah satu jenis rasio likuiditas. Kasmir (2008:129) mengemukakan bahwa rasio likuiditas menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun di dalam perusahaan.

Harmono (2011:106) menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan melunasi utang jangka pendek semakin tinggi pula. Djarwanto (2004:149) mengemukakan bahwa

analisis dan penafsiran likuiditas penting bagi pihak manajemen maupun pihak-pihak di luar perusahaan seperti kreditur dan pemilik perusahaan. Bank-bank komersial dan kreditur jangka pendek menaruh perhatian pada tingkat keamanan bagi kredit-kredit jangka pendeknya, manajemen berkepentingan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal kerja, dan pemegang saham beserta kreditur jangka panjang berkepentingan untuk mengetahui prospek pembayaran dividen dan bunga.

Current Ratio menunjukkan sampai sejauh mana kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat (Brigham dan Houston, 2010:134). Definisi rasio lancar yang dinyatakan Tunggal (2000:154) adalah alat untuk mengukur likuiditas perusahaan dan petunjuk untuk mengetahui tingkat keamanan perusahaan apabila perusahaan memiliki utang jangka pendek kepada kreditor. Kasmir (2008:134) menyatakan bahwa rasio lancar mengukur seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan terhadap

(10)

22 kreditor jangka pendek. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan aset lancar dengan utang lancar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio lancar adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia.

CR yang tinggi menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya termasuk modal kerja sudah baik. Hal ini akan meningkatkan kinerja perusahaan yang berdampak pada harga saham yang meningkat.

Namun Djarwanto (2004:150) berpendapat bahwa CR yang tinggi baik dari sudut kreditor tetapi kurang baik untuk pemegang saham karena hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan kurang mendayagunakan aset secara efektif.

2.1.4 Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio atau rasio utang terhadap ekuitas merupakan ukuran dari struktur modal. Kasmir (2008:158) menyatakan bahwa DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai total utang dengan total ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan kreditor dengan pemilik perusahaan.

Angka DER yang tinggi menyebabkan peningkatan risiko. Risiko yang tinggi diharapkan akan memberikan laba yang tinggi pula. Hal ini yang menjadi pertimbangan bagi investor dalam membeli atau menjual

(11)

23 saham. Namun dengan tingkat risiko yang semakin tinggi maka investor akan menawar saham tersebut dengan harga yang rendah karena pada umumnya investor menghindari risiko. Selain itu DER yang tinggi menggambarkan bahwa utang perusahaan lebih besar dari modal. Hal ini menjadi sinyal negatif bagi investor potensial dan pemegang saham karena artinya biaya bunga yang dibayarkan untuk membayar utang kepada kreditor akan besar, dan menyebabkan laba bersih perusahaan menurun. Penurunan laba bersih akan menyebabkan penurunan harga saham.

2.1.5 Total Asset Turn Over (TATO)

Total Asset Turn Over (TATO) atau Perputaran Total Aset merupakan ukuran dari manajemen aset. Brigham dan Houston (2010:136) menyatakan bahwa rasio manajemen aset digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola asetnya. Rasio ini akan menjawab pertanyaan apakah jumlah aset yang tercatat di neraca merupakan nilai yang beralasan, terlalu tinggi atau terlalu rendah dari sudut pandang tingkat proyeksi penjualan sekarang (Lubis dan Putra, 2014:111).

TATO mengukur intensitas perusahaan dalam menggunakan asetnya. Sundjaja dan Barlian (2002:115) mengemukakan bahwa TATO menunjukkan efisiensi dimana perusahaan menggunakan seluruh asetnya untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini merupakan ukuran sampai seberapa jauh aset telah dipergunakan dalam kegiatan perusahaan atau menunjukan berapa

(12)

24 dalam menganalisis rasio ini selama beberapa periode menunjukkan suatu tren yang cenderung meningkat, memberikan gambaran bahwa semakin efisiensi penggunaan aset sehingga hasil usaha akan meningkat (Sawir, 2001:56). Untuk mencari rasio ini, penjualan bersih dibandingkan dengan total aset.

TATO yang meningkat menunjukkan jika perusahaan telah menggunakan asetnya secara efektif. Efektivitas tersebut akan menyebabkan operasi perusahaan berjalan dengan baik. Hal tersebut merupakan good news bagi investor seperti yang dinyatakan dalam signaling theory yang artinya akan berpengaruh terhadap harga saham yang menjadi meningkat.

2.2 Penelitian Terdahulu

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk melihat pengaruh antara informasi keuangan terhadap harga saham. Junjie Wang et al. (2013) meneliti tentang informasi akuntansi yang berpengaruh terhadap harga saham. Sampel yang diteliti adalah 60 perusahaan yang listed di Shanghai Stock Exchange pada tahun 2011 yang dipilih secara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EPS (Earning Per Share), ROE (Return on Equity), NPPOR (Income from Main Operation), QR (Quick Ratio), ARR (Receivables Turnover Ratio), IR (Inventory Turnover Ratio) dan CR (Current Ratio) berpengaruh signifikan terhadap harga saham, serta EPS dan ROE adalah variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi harga saham. Perbedaan penelitian Wang et al. (2013) dengan penelitian ini terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian ini tidak

(13)

25 menggunakan variabel ROE, NPPOR, QR, ARR, dan IR namun menambahkan variabel DER dan TATO. Selain itu objek dan periode penelitian juga berbeda. Penelitian ini menggunakan perusahaan pada sektor manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013.

Andri Prasetyo (2013) meneliti tentang pengaruh leverage dan profitabilitas terhadap harga saham. Sampel yang diteliti adalah 51 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011 berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa DAR (Debt to Asset Ratio) berpengaruh negatif terhadap harga saham, DER (Debt to Equity Ratio) dan GPM (Gross Profit Margin) berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham, serta DAR, DER dan GPM secara simultan berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham. Perbedaan penelitian Prasetyo (2013) dengan penelitian saya terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian saya tidak menggunakan variabel DAR dan GPM namun menambahkan variabel EPS, CR, dan TATO. Selain itu periode penelitian juga berbeda. Penelitian saya menggunakan periode 2011-2013.

Penelitian lain dilakukan oleh Aldiansyah Cahya Putra et al. (2013) yang meneliti tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham pada perusahaan BUMN (non-Bank) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diteliti adalah 13 perusahaan BUMN (non-Bank) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CR (Current Ratio) dan ROI (Return on Investment) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, ROE (Return on Equity) dan TATO (Total Asset

(14)

26 Turn Over) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham serta CR, ROI, ROE dan TATO secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Perbedaan penelitian Putra et al. (2013) dengan penelitian ini terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian ini tidak menggunakan variabel ROI dan ROE namun menambahkan variabel EPS dan DER. Selain itu objek penelitian juga berbeda. Penelitian ini menggunakan perusahaan pada sektor manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013.

Penelitian yang dilakukan Reza Azianur dan Abdurrahman (2012) mengenai pengaruh rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan solvabilitas terhadap harga saham pada sektor industri kelapa sawit menunjukkan hasil bahwa CR (Current Ratio), NPM (Net Profit Margin), dan Equity Multiplier secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham, TATO (Total Asset Turn Over) secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham. Selain itu CR, NPM, TATO, dan Equity Multiplier secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham serta NPM memiliki pengaruh yang paling dominan. Sampel yang diteliti adalah 4 perusahaan sektor industri kelapa sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011 berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Perbedaan penelitian Azianur dan Abdurrahman (2012) dengan penelitian saya terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian saya tidak menggunakan variabel NPM dan Equity Multiplier namun menambahkan variabel EPS dan DER. Selain itu objek dan periode penelitian juga berbeda. Penelitian saya

(15)

27 menggunakan perusahaan pada sektor manufaktur yang terdapat dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013.

Penelitian Hadi Sasono (2012) tentang pengaruh beberapa rasio keuangan terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang go public di PT Bursa Efek Indonesia memberikan hasil bahwa CR (Current Ratio), DER (Debt Equity Ratio), NPM (Net Profit Margin), ROE (Return of Equity), dan EPS (Earning per Share) memiliki hubungan cukup berarti atau sedang dengan harga saham; CR, DER, NPM, ROE, dan EPS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham serta CR, DER, NPM, ROE, dan EPS secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Sampel yang diteliti adalah semua perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2011 berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Perbedaan penelitian Sasono (2012) dengan penelitian ini terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian ini tidak menggunakan variabel NPM dan ROE namun menambahkan variabel TATO. Selain itu objek dan periode penelitian juga berbeda. Penelitian ini menggunakan perusahaan pada sektor manufaktur yang terdapat dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013.

Linda Rusli (2011) meneliti tentang pengaruh likuiditas dan profitabilitas terhadap harga saham. Sampel yang diteliti adalah 85 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial, CR (Current Ratio) dan EPS (Earning per Share) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. CR dan EPS secara simultan berpengaruh signifikan

(16)

28 terhadap harga saham. Perbedaan penelitian Rusli (2013) dengan penelitian saya terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian saya menambahkan variabel DER dan TATO.

Berikut ini merupakan ringkasan penelitian terdahulu yang telah diuraikan sebelumnya:

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Peneliti Judul

Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Junjie Wang, Gang Fu, dan Chao Lu (2013) Accounting Information and Stock Price Reaction of Listed Companies — Empirical Evidence from 60 Listed Companies in Shanghai Stock Exchange Variabel Independen: Earning Per Share (EPS), Income from Main Operation (NPPOR), Rate of Return on Common Stockholders’ Equity (ROE), Receivables Turnover Ratio (ARR), Inventory Turnover Ratio (IR), Current Ratio (CR), dan Quick Ratio (QR).

Variabel Dependen:Stock Price

- EPS, ROE, NPPOR

QR, ARR, IR dan CR berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

- EPS dan ROE adalah variabel yang paling dominan mempengaruhi harga saham. 2. Andri Prasetyo (2013) Pengaruh Leverage dan Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011

Variabel Independen: Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Gross Profit Margin (GPM).

Variabel Dependen: Harga Saham - DAR berpengaruh negatif terhadap harga saham. - DER berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham. - GPM berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham.

- DAR, DER dan GPM

secara simultan berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham. 3. Aldiansyah Cahya Putra, Saryadi, dan Wahyu Hidayat (2013) Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan BUMN (Non-Bank) yang Variabel Independen: Current Ratio (CR), Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), dan Total Asset Turn Over (TATO).

Variabel Dependen:Harga Saham

- CR dan ROI secara

parsial tidak

berpengaruh

signifikan terhadap harga saham.

- ROE dan TATO

secara parsial berpengaruh positif dan signifikan

(17)

29 Terdaftar di Bursa Efek Indonesia terhadap harga saham.

- CR, ROI ROE dan

TATO secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. 4. Reza Azianur dan Abdurrahm an (2012) Pengaruh Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Aktivitas, dan Solvabilitas terhadap Harga Saham pada Sektor Industri Kelapa Sawit di Bursa Efek Indonesia (BEI) Variabel Independen: Current Ratio (CR), Net Profit Margin (NPM), Total Asset Turn Over (TATO), dan Equity Multiplier.

Variabel Dependen:Harga Saham - CR secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham. - NPM secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

- TATO secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham. - Equity Multiplier secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham. - CR, NPM, TATO,

dan Equity Multiplier secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap harga saham.

- NPM memiliki

pengaruh yang paling dominan. 5. Hadi Sasono (2012) Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Otomotif yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen: Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS).

Variabel Dependen:Harga Saham

- CR, DER, NPM,

ROE, dan EPS memiliki hubungan cukup berarti atau sedang dengan harga saham.

- CR, DER, NPM,

ROE, dan EPS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

- CR, DER, NPM,

ROE, dan EPS secara

parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham. 6. Linda Rusli (2011) Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Variabel Independen: Current Ratio (CR),

Earnings Per Share (EPS)

- Secara parsial, CR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

(18)

30 Harga Saham (HS) (Y) Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Dependen:Harga Saham

- Secara parsial, EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

- Secara simultan, CR dan EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Sumber: Data Penelitian Terdahulu

2.3 Kerangka Konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian

Dalam menginvestasikan dananya pada pasar modal, investor perlu mempertimbangkan harga saham. Harga saham mengalami perubahan naik atau turun dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut bergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Jika suatu saham mengalami kelebihan permintaan,

H1 EPS (X1) CR (X2) DER (X3) TATO (X4) H2 H3 H4 H5

(19)

31 maka harga saham akan naik. Sebaliknya kalau terjadi kelebihan penawaran, maka harga saham cenderung turun. Perbedaan harga saham perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor:

2.3.1 Pengaruh EPS terhadap Harga Saham

Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Salah satu variabel untuk mengukur rasio ini adalah EPS. EPS suatu perusahaan menunjukkan tingkat pengembalian investasi pemegang saham. Investor membeli saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh dividen atau capital gain, dan laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran dividen. Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan. EPS yang tinggi akan memberikan pengembalian yang baik sehingga mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi (Satrio, 2013). Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Wang, et al. (2013) yang menemukan bahwa EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

2.3.2 Pengaruh CR terhadap Harga Saham

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wang et al. (2013) didapat bahwa Current Ratio (CR) atau Liquidity Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh

(20)

32 penelitian yang dilakukan oleh Azianur dan Abdurrahman (2012) bahwa CR berpengaruh terhadap harga pasar saham.

Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang yang sudah jatuh tempo. Salah satu variabel untuk mengukur rasio ini adalah CR. CR menunjukkan sampai sejauh mana utang lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat (Brigham dan Houston, 2010:134).

Rasio ini menganalisis seberapa jauh perusahaan mampu bertahan hidup sehingga investor dituntut untuk lebih jeli memantau perusahaan. Tidak ada ketentuan mengenai tingkat CR yang baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan karena biasanya tingkat CR ini juga sangat tergantung kepada jenis usaha dari masing-masing perusahaan (Syamsudin, 2007:39).

CR yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan sudah dapat memenuhi utang jangka pendeknya karena CR adalah margin of safety perusahaan. Hal ini akan menaikkan harga saham.

2.3.3 Pengaruh DER terhadap Harga Saham

Leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan utang. Salah satu variabel untuk mengukur rasio ini adalah DER. DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas dan berguna untuk

(21)

33 mengetahui jumlah dana yang disediakan kreditor dengan pemilik perusahaan (Kasmir, 2008:158).

Ini berarti semakin tinggi angka DER maka semakin rendah modal perusahaan yang didanai oleh pemegang saham. Semakin rendah angka DER semakin baik karena hal itu menyebabkan beban bunga menurun, sehingga laba meningkat. Laba yang meningkat akan menarik investor untuk menanamkan saham pada emiten sehingga akan menaikkan harga saham.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2012) menyatakan bahwa DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

2.3.4 Pengaruh TATO terhadap Harga Saham

Rasio manajemen aset mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola asetnya. Salah satu variabel untuk mengukur rasio ini adalah TATO. Total Asset Turnover (TATO) mengukur berapa penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva (Kasmir, 2008:185). Ini artinya semakin tinggi angka TATO maka semakin tinggi efektivitas perusahaan dalam mengelola asetnya. Hal ini akan menjadi good news bagi investor.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Putra, et al. (2013) menjelaskan bahwa TATO secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

(22)

34

2.3.5 Pengaruh EPS, CR, DER dan TATO terhadap Harga Saham

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Azianur (2012) mengenai pengaruh rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan solvabilitas terhadap harga saham menyatakan bahwa CR, NPM, TATO, dan Equity Multiplier yang mewakili rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan solvabilitas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang harus diuji kebenarannya atas penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penellitian ini yaitu:

H1: EPS, CR, DER dan TATO secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap harga saham

Referensi

Dokumen terkait

TK Bina Insan II Barabai Tahun Pelajaran 2016/2017 terlaksana dengan kategori baik; (2) aktivitas anak dalam proses pembelajaran pada asfek motorik halus anak dalam membuat

Penelitian ini penulis melakukan studi langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang konkret tentang penerapan metode resource based learning bagi siswa Slow Learner dalam

Alhamdulillahirobbil ‘alamiin segala puji dan skyukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunianya sehingga penulisa dapat menyelesaikan skripsi ini

Penelitian yang berjudul kajian faktor-faktor penyebab perkawinan usia muda dan dampaknya terhadap kondisi sosial ekonomi di Desa Lebakwangi Kecamatan Pagedongan

Atas hal tersebut perlu adanya suatu penelitian terkait implementasi pendaftaran desain industri bagi pelaku usaha bordir di Kota Tasikmalaya sebagai sarana

Keberatannya adalah akibat hukum pada peristiwa hukum yang berasal dari bukan perbuatan hukum pada dasarnya tidak didasarkan pada kehendak pihak-pihak yang

Hasil analisis kualitatif pada tabel 5 terhadap kandungan flavonoid dalam herbal buah pare untuk jenis pare hijau dan pare putih menunjukkan

iterasi terlihat lebih baik karena nilai settling time dan nilai error ITAE lebih kecil kecuali pada kontroler Fuzzy PID-HSA dengan 100 iterasi yang mana rise time