• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1.2. Morfologi Ikan Lele Dumbo - UJI LAPANG PENGGUNAAN VAKSIN POLIVALEN Aeromonas hydrophila DENGAN PENAMBAHAN ADJUVANT DAN VITAMIN C PADA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI DESA LEMBERANG, BANYUMAS - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2.1.2. Morfologi Ikan Lele Dumbo - UJI LAPANG PENGGUNAAN VAKSIN POLIVALEN Aeromonas hydrophila DENGAN PENAMBAHAN ADJUVANT DAN VITAMIN C PADA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI DESA LEMBERANG, BANYUMAS - repository perpustakaan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1. Sistematika Ikan Lele dumbo

Menurut Saanin (1986), sistematika lele dumbo adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Sub-kingdom : Metazoa Fhyllum : Chordata Class : Pisces Sub class : Teleosteli Ordo : Ostariophysi Sub ordo : Siluroiea Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus

2.1.2. Morfologi Ikan Lele Dumbo

(2)

berfungsi sebagai alat penciuman serta alat peraba saat mencari makanan (Bachtiar, 2006).

Ikan lele dumbo memiliki tiga buah sirip tunggal, yaitu sirip punggung yang berfungsi sebagai alat berenang, sirip dubur dan sirip ekor yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mempercepat dan memperlambat gerakan. Selain itu, lele dumbo juga mempunyai jari-jari yang keras dan runcing yang biasa disebut patil. Alat ini berfungsi sebagai senjata dan juga sebagai alat bantu gerak ke kanan dan ke kiri. Walaupun patil ini berfungsi sebagai senjata, patil ini tidak memiliki racun (Bachtiar, 2006).

Ikan lele dumbo bersifat nokturnal yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari (Pamunjtak, 2010). Lele dumbo memiliki sifat-sifat sebagai berikut (Suyanto, 2010) :

a. apabila terkejut atau menderita stres, warna badannya berubah menjadi bercak-bercak hitam atau putih;

b. gerakannya lebih agrasif;

c. memiliki patil yang tidak beracun.

2.1.3. Habitat

(3)

lingkungan hidup ikan lele (Suyanto, 2007). Air yang baik untuk pertumbuhan lele dumbo adalah air sungai, air sumur, air tanah, dan mata air. Namun, lele dumbo juga dapat hidup dalam lumpur atau air yang memiliki kadar oksigen rendah (Bachtiar, 2006).

Ikan lele dumbo dapat hidup dengan padat penebaran tinggi maupun pada kolam yang kadar oksigennya rendah karena ikan lele dumbo memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut labirin yang memungkinkan lele mengambil oksigen langsung dari udara untuk pernafasannya (Suyanto, 2010).

2.1.4. Pakan

Berdasarkan jenis makanannya ikan dapat dibedakan menjadi empat macam golongan yaitu pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora), pemakan hewan (karnivora), serta pemakan hewan dan tumbuhan (omnivora). Ikan karnivora makanan pokoknya terdiri dari bahan asal hewan. Beberapa contoh ikan omnivora di antaranya ikan mas koki (Carrasius auratus), mujair (Tillapia mossambica), dan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) (Mudjiman, 2007).

(4)

pertumbuhan, proses reproduksi kurang sempurna, dan dapat menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit. Semakin tinggi kandungan protein dalam pakan maka dapat meningkatkan pertumbuhan, efisiensi pakan, dan sintasan ikan (Mudjiman, 2007). Pakan berfungsi sebagai sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan kehidupan ikan.

2.1.5. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat (Fujaya, 2004). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan, yaitu faktor luar dan faktor dalam (Effendi, 1997) :

a. faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol, diantaranya adalah keturunan, sex, umur, parasit, dan penyakit; b. faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan adalah

makanan dan suhu perairan.

(5)

makanan yang dimakan oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi dari makanan digunakan untuk metabolisme basal (pemeliharaan), sisanya digunakan untuk aktivitas, pertumbuhan, dan reproduksi (Fujaya, 2004).

2.2. Penyakit Ikan

Penyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau sebagian alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung (Ghufran & Kordi, 2004). Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya jasad patogen (jasad penyakit). Dengan demikian, timbulnya serangan penyakit merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan jasad/organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stres pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit (Afrianto & Liviawaty, 2011).

(6)

penanganan ikan secara kasar, serta lingkungan perairan yang kurang mendukung yang akan meningkatkan terjadinya stres. Ikan yang menderita stres atau penyakit seringkali dapat dikenal dari perilaku yang tidak normal, seperti sirip rontok, mata menonjol, insang pucat, insang rontok, bintik-bintik putih kemerahan pada insang, bintik-bintik putih pada kulit, luka pada daging, pendarahan dan bengkak pada anus, dan lain-lain (Afrianto & Liviawaty, 2011).

2.3. Bakteri Aeromonas hydrophila

Bakteri A. hydrophila adalah bakteri Gram negatif, berbentuk batang dengan ukuran 0,7-0,8 µm, bersifat fakultatif anaerob, kemoorganotrof, fermentatif, dan bersifat motil (Frerichs & Roberts, 1978). Bakteri ini resisten terhadap penisilin, tumbuh optimum pada suhu 37o C dan dapat tumbuh pada suhu 4-45oC (Farmer et al., 2000). Bakteri A. hydrophila tidak membentuk kapsul maupun spora. Koloni berbentuk bulat, tepi rata, cembung, dan berwarna kuning keputihan (krem) (Post, 1983).

(7)

batang dan dapat hidup dengan dan atau tanpa oksigen. A. hydrophila termasuk bakteri yang bergerak aktif dan memiliki satu flagella yang keluar dari salah satu kutubnya dan lebih suka hidup di lingkungan bersuhu 15-30oC dengan pH 5,5-9 (Irwan, 2002).

Beberapa gejala klinis ikan yang terserang jenis bakteri A. hydrophila mula-mula terlihat pendarahan pada tubuh ikan baik pada pangkal sirip, ekor, dan bagian tubuh yang lain serta kulit luka dan akhirnya menjadi borok. Selanjutnya ikan mati lemas yang sering ditemukan di permukaan maupun pada dasar kolam. Bercak merah sering terjadi pada saat terjadi perubahan musim kemarau ke musim hujan. Faktor pendukung lain adalah kualitas air yang buruk, terutama bahan organik tinggi yang merupakan media pertumbuhan jenis bakteri A. hydrophila (Mulia, 2012).

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas tergolong ganas, mudah menular, dan mengakibatkan ikan mati. Wabah Aeromonas dapat ditularkan melalui air, sentuhan langsung atau dari peralatan yang sudah tercemar. Jenis penyakit ini dapat menyerang benih ikan dan ikan dewasa (Irwan, 2002).

2.4. Vaksinasi Pada Ikan

(8)

penanggulangan penyakit pada hewan (termasuk ikan) dengan cara pemberian vaksin ke dalam tubuh hewan agar memiliki ketahanan terhadap serangan penyakit (Ghufran & Kordi, 2004). Ellis (1988) menyatakan bahwa vaksin dibuat dari antigen yang berasal dari organisme patogen yang dilemahkan sampai tidak patogen.

Menurut (Kamiso, 1990) ada beberapa keuntungan dalam penggunaan vaksin untuk mengendalikan penyakit pada ikan, yaitu:

a. efek samping vaksinasi bagi ikan maupun lingkungan hidupnya sangat kecil atau bahkan tidak ada;

b. tingkat perlindungannya sangat tinggi;

c. perlindungan terhadap ikan cukup lama, sehingga dapat dilakukan hanya dengan satu kali vaksinasi dan dapat melindungi ikan terhadap infeksi selama pemeliharaan kira-kira 3 sampai 4 bulan.

Selain keuntungan ada pula kelemahan dalam vaksinasi. Kelemahan tersebut adalah :

a. diperlukan alat dan cara penyimpanan khusus karena vaksin mudah rusak;

b. tidak semua bakteri patogen dapat dikembangkan menjadi vaksin.

(9)

yang tinggi dan tanpa efek samping yang merugikan. Vaksin juga dibedakan atas vaksin monovalen dan vaksin polivalen. Vaksin monovalen adalah vaksin yang dibuat dari satu strain saja, sedangkan vaksin polivalen adalah vaksin yang dibuat dari dua atau lebih strain (Mulia, 2012).

Vaksinasi pada hewan dilakukan dengan injeksi tetapi cara vaksinasi yang lain juga telah dilakukan. Ada beberapa teknik pemakaian vaksin yang biasa dilakukan pada ikan, antara lain melalui suntikan, melalui makanan atau oral, melalui perendaman, penyemprotan dengan tekanan tinggi (Afrianto & Liviawaty, 2011). Vaksin polivalen A. hydrophila efektif dalam mengendalikan penyakit MAS pada gurami selama uji lapang dan vaksinasi secara rendaman direkomendasikan sebagai suatu cara vaksinasi yang baik dan efektif untuk diterapkan di lapangan (Mulia et al., 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan vaksinasi pada ikan adalah temperatur, umur, berat ikan, faktor pemeliharaan, dan sifat vaksin. Faktor pemeliharaan yang berpengaruh adalah kesehatan ikan, pakan (terutama vitamin C dan vitamin E), adanya polutan, antibiotik, dan lingkungan, sedangkan sifat vaksin yang berpengaruh adalah jenis antigen, dosis antigen, cara vaksinasi, dan pelarut antigen (Ellis, 1988).

2.5. Adjuvant

(10)

pengeluaran antigen ke dalam tubuh (Tizard, 1982). Adjuvant merupakan substansi yang apabila disuntikkan pada suatu organisme bersama-sama dengan antigen maka akan menambah produksi antibodi (Pelczar, 2005).

Sistem kebal adalah antigen terkendali. Sistem itu bereaksi terhadap kehadiran antigen dan segera berhenti setelah antigen disingkirkan. Memperlambat derajat penyingkiran antigen mungkin saja dengan cara pertama-tama mencampurkannya dengan antigen yang tidak terlarut sehingga terbentuk depo. Adjuvant pembentuk depo seharusnya adalah garam aluminium yang tidak larut seperti aluminium hidroksida, aluminium fosfat, dan aluminium kalium sulfat. Jika antigen dicampur dengan salah satu garam ini dan disuntikkan pada hewan, granuloma yang kaya akan makrofag akan terbentuk dalam jaringan. Antigen yang berada pada granuloma perlahan akan ke luar ke dalam tubuh dan dengan demikian akan menyediakan rangsangan antigenik yang lama. Antigen yang biasanya bertahan hanya untuk beberapa hari dapat dipertahankan dalam tubuh untuk beberapa minggu dengan cara teknik ini. Adjuvant tersebut hanya mempengaruhi tanggap kebal primer dan sedikit pengaruhnya terhadap tanggap kebal sekunder (Tizard, 1982).

(11)

beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari penambahan adjuvant di dalam tubuh, yaitu meningkatkan respons imun terhadap imunogen, meningkatkan imunogenisitas substansi yang memiliki berat molekul rendah, memiliki kecenderungan menyeleksi pengaruh salah satu cabang respons imun, dan menonjolkan salah satu kelas dan sub kelas imunoglobulin. Aluminium potassium sulfat dan aluminium hidroksida telah digunakan sebagai adjuvant dalam vaksin sejak tahun 1926. Keduanya merupakan adjuvant yang cukup baik dan telah banyak digunakan pada vaksin hewan maupun manusia (Ellis, 1988). Retmonojati (2007) menyatakan bahwa dosis optimal adjuvant aluminium potassium sulfat pada vaksin polivalen Vibrio adalah 2 ppm, sedangkan dosis optimal adjuvant aluminium hidroksida adalah 6 ppm. Handayani (2011) menyatakan bahwa dosis optimal adjuvant aluminium hidroksida pada vaksin polivalen A. hydrophila adalah 6 ppm.

2.6. Vitamin C

(12)

kelompok hidroksilasi dengan formulasi kolagen yang sangat penting untuk pemeliharaan keseimbangan alami oleh kulit beserta jaringan lainnya. Dalam percobaan di laboratorium, vitamin C memperlihatkan keterlibatannya dalam proses pelepasan zat kebal oleh sel kebal. Pada hewan, vitamin C merupakan suatu kebutuhan yang harus ada untuk produksi interferon dan komponen komplemen. Banyak zat yang penting dikeluarkan atas bantuan vitamin C dalam pertahanan tubuh dari pencegahan infeksi patogen (Sandnes, 1991). Dalam laporan lainnya vitamin C dapat meningkatkan respons imun non-spesifik ikan kerapu lumpur, Epinephelus coloides (Johnny et al., 2005).

Konsentrasi vitamin C yang dibutuhkan untuk meningkatkan potensi adaptif dan ketahanan terhadap penyakit lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan untuk pertumbuhan dan konversi pakan yang optimal. Dengan demikian, konsentrasi vitamin C yang normal pada pakan merupakan faktor pembatas untuk mengoptimalkan tanggap kebal dan mekanisme pertahanan non-spesifik lainnya (Ellis, 1988).

(13)

2.7. Mekanisme Tanggap Kebal

Kekebalan adalah kemampuan organisme untuk melawan semua jenis organisme atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ. Ada dua sistem kekebalan pada organisme, yaitu kekebalan bawaan dan kekebalan dapatan. Kekebalan bawaan adalah kekebalan sebagai akibat proses-proses umum, seperti fagositasi bakteri oleh sel darah putih atau dekstrusi organisme yang tertelan di lambung olah asam yang disekresi lambung dan oleh enzim-enzim pencernaan. Namun, kekebalan spesifik adalah sistem kekebalan khusus yang membentuk antigen dan membuat limfosit peka untuk segera menyerang dan menghancurkan organisme spesifik atau toksin (Fujaya, 2004).

Sistem kekebalan spesifik berfungsi untuk mempertahankan diri terhadap penyakit tertentu dan pembentukannya memerlukan rangsangan terlebih dahulu (Mulia, 2012). Rangsangan dapat terjadi secara alami atau buatan atau dengan vaksinasi (Ellis, 1989 dalam Mulia, 2012). Ada dua jenis kekebalan spesifik, yaitu kekebalan humoral dan kekebalan seluler. Kekebalan humoral adalah kekebalan yang didapat karena tubuh membentuk antibodi yang mampu menyerang penginvasi, sedangkan kekebalan seluler adalah kekebalan yang dicapai melalui pembentukan limfosit dalam jumlah besar yang secara khusus peka terhadap penyerbu (Ellis, 1988).

(14)

pertahanan pertama untuk melawan patogen terdapat pada permukaan tubuh. Secara fisik, daerah permukaan tubuh dapat menghambat masuknya patogen ke dalam tubuh ikan (Atlas, 1997 dalam Mulia, 2012), yang meliputi kulit, mukus, insang, dan saluran gastrointestinal (Ellis, 1988).

Antibodi biasanya hanya berikatan khusus dengan antigen yang merangsang pembentukannya. Antibodi berfungsi menetralisasi toksin (antigen) agar tidak bersifat racun. Dengan proses netralisasi inilah antibodi melindungi hewan dari efek yang mematikan (Tizard, 1982).

2.8. Kualitas Air

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan ikan yaitu kualitas air. Kualitas air yang baik adalah yang dapat diterima ikan dan tidak berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ikan, penetasan telur, dan kehidupan ikan (Zonneveld et al., 1991). Penurunan kualitas air dapat mengakibatkan ikan stres sehingga pertumbuhan menurun dan ikan rentan terhadap kematian (Rosmawati & Muarif, 2010). Faktor yang berhubungan dengan air perlu diperhatikan antara lain oksigen terlarut, suhu, pH, dan lain-lain.

a. Suhu

(15)

dalam pertumbuhan ikan lele dumbo adalah 27oC (Khairuman & Amri, 2008). Hal tersebut terkait dengan laju metabolismenya (Tai et al., 1994). Apabila suhu air rendah ikan akan mengurangi nafsu makannya dan tidak terlalu banyak bergerak. Suhu yang ideal untuk pembenihan ikan secara intensif adalah 25-30oC di luar itu akan mengurangi selera makan. Suhu air yang optimal untuk selera makan adalah 25o-27o C (Effendi, 1997). b. Dissolved Oxygen (DO)

(16)

oksigen dalam air mencapai 3-4 mg/L untuk jangka waktu yang lama, ikan akan berhenti makan dan pertumbuhan berhenti. Untuk jenis-jenis ikan kolam, kandungan oksigen yang diharapkan adalah lebih dari 3 mg/L. Secara umum kadar DO minimum bagi kehidupan ikan adalah 50% dari kejenuhan (Mulyanto, 1992).

Kandungan oksigen terlarut optimal adalah 5 mg/L dan lebih baik jika 7 mg/L. Oksigen terlarut dalam air sebanyak 5-6 mg/L dianggap paling ideal untuk tumbuh dan berkembang biak ikan di kolam (Susanto, 1997 dalam Handayani, 2011). Hardjamulia et al. (1986) dalam Rosmawati & Muarif (2010) menyatakan bahwa kisaran oksigen terlarut yang tidak membahayakan ikan adalah 5,7 – 6,4 mg/L.

c. Derajat keasaman (pH)

Keasaman (pH) yang kurang optimal mengakibatkan ikan stres, mudah terserang penyakit, produktivitas, dan pertumbuhan rendah. Keasaman (pH) memegang peranan penting dalam bidang perikanan karena berhubungan dengan kemampuan untuk tumbuh dan bereproduksi. Untuk mendukung secara baik bagi kehidupan ikan yang dibudidayakan di kolam, nilai pH berkisar antara 6,4-8,5. Pada perairan yang mempunyai nilai pH antara 4-6 atau 9-10, ikan-ikan di dalam kolam masih dapat hidup, tetapi pertumbuhannya sangat lambat sehingga produksinya sangat rendah (Mulyanto, 1992).

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti akan memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan mendalam mengenai terobosan baru dalam dunia perbankan yaitu kegiatan layanan keuangan yang tidak dilakukan di

◦ Larutan tanah (sifatnya tersedia untuk diserap oleh akar tanaman) ◦ Bahan organik (mengalami proses perombakan).. ◦ Organisme tanah (komponen

Proyeksi ketersediaan airtanah dengan Metode CAT (Cekungan Airtanah) akan terjadi titik kritis dengan kebutuhan air industri pada tahun 2033, dimana ketersediaan

Gambar 4.10 Peta depth structure top Satuan batupasir

Ketebalan endapan piroklastika Merapi 2006 adalah antara 2 m hingga 3 m, yaitu di kawasan wisata Kali Adem, Bebeng, serta Kali Opak dan sekitarnya, mengubur

Berdasarkan tabel di bawah ini dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat Desa Maos Kidul beragama Islam, terbukti dari sarana peribadatan yang sangat memadai dan tidak

5 ilmu sekarang ini yang mampu memahami sifat fisika dan kimia nanopartikel telah menarik perhatian peneliti untuk mengguna nanopartikel emas dalam kajian yang lebih luas,

Jika M adalah sebuah bilangan sedemikian sehingga tidak terdapat anggota himpunan yang lebih besar dari M tetapi terdapat sedikitnya satu anggota yang lebih besar daripada