• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan yang timbul dalam kehidupan kota, seperti kesenjangan sosial, kesemrawutan kota, dan tindakan kriminalitas mendorong masyarakat kota untuk mengatasi permasalahan tersebut secara kreatif. Dengan menggunakan pemikiran kreatif, akan lahir ide-ide sebagai solusi alternatif. Solusi-solusi alternatif inilah yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada serta memanfaatkan potensi yang dimiliki.

Pada dasarnya, setiap orang adalah kreatif (Dariyo, 2003), begitu pula dengan penduduk suatu kota. Penduduk yang kreatif tidak hanya berprofesi sebagai seniman atau artis yang berkecimpung dalam dunia seni saja, akan tetapi, ilmuwan, insinyur, dosen, pengusaha juga membutuhkan kreativitas dalam profesinya. Adanya penduduk kreatif didukung dengan lingkungan kreatif akan mengembangkan perekonomian yang disebut ekonomi kreatif. Ketiga hal tersebut oleh Landry dalam Manisyah (2009:14) disebut sebagai parameter kota kreatif.

Menurut Landry (2008), kota kreatif merupakan metode baru mengenai perencanaan kota strategis yang menentukan bagaimana orang berpikir, merencanakan dan bertindak kreatif di kota tersebut. Konsep kota kreatif telah diperkenalkan sejak tahun 1980an sebagai suatu cara untuk mengatasi berbagai permasalahan kota di Eropa. Pada saat itu, kota-kota di Eropa mengalami kebangkrutan dalam sektor industri. Oleh karena itu, terjadi transformasi dari kota-kota industri menjadi kota berbasis kreativitas dalam kehidupan perekonomian.

UNESCO sebagai lembaga PBB bidang sosial memiliki program UNESCO Creative City Network, yaitu suatu program yang menghubungkan kota-kota kreatif di seluruh dunia dengan tujuan bekerja sama menuju misi keragaman budaya dan pembangunan berkelanjutan. Terdapat tujuh kategori

(2)

2 dalam Kota Kreatif UNESCO yang terdiri dari berbagai kota baik kota-kota dari negara maju maupun negara berkembang. Ketujuh kategori tersebut adalah kota literatur, kota film, kota musik, kota kerajinan dan seni rakyat, kota desain, kota media seni dan kota kuliner.

Indonesia sebagai negara berkembang memiliki kota-kota yang berpotensi menjadi kota kreatif. Hal ini dapat dilihat dari rencana pembangunan kota di Indonesia yang tertuang dalam dokumen perencanaan secara substantif mengarah ke kreativitas. Pada tahun 2013, Indonesia melalui Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mendaftarkan empat kota, yaitu Kota Bandung, Kota Yogyakarta, Kota Surakarta, dan Kota Pekalongan untuk menjadi kandidat Kota Kreatif UNESCO. Kota Bandung dan Kota Surakarta didaftarkan menjadi kota desain, sedangkan Kota Yogyakarta dan Kota Pekalongan didaftarkan menjadi kota kerajinan dan seni rakyat. Keempat kota tersebut memiliki potensi wilayah yang berbeda sehingga diajukan sebagai kota kreatif dengan kategori kota yang berbeda.

Pada dasarnya, kota-kota di Indonesia memiliki strategi-strategi tersendiri dalam mengembangkan menjadi kota kreatif. Sebagaimana yang terjadi di Kota Pekalongan, kota ini dikenal sebagai kota batik. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk menggantungkan mata pencaharian hidupnya di bidang pembatikan. Kota Pekalongan memiliki sejarah batik yang cukup panjang, terutama dikarenakan oleh lokasi kota yang sering disinggahi penduduk dari negara lain, seperti Jepang, Belanda, dan Cina. Oleh karena itu, batik Pekalongan banyak dipengaruhi oleh motif-motif dari negara lain. Batik yang diproduksi mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional karena diproduksi oleh pengrajin batik yang kreatif. Selain itu juga terdapat berbagai upaya yang dilaukan Pemkot Pekalongan untuk mendukung aktivitas pembatikan. Melihat potensi-potensi yang ada, Kota Pekalongan didukung oleh Pemerintah Pusat kemudian mendaftarkan diri menjadi salah satu anggota Kota Kreatif UNESCO.

(3)

3 Pada tanggal 1 Desember 2014, UNESCO mengumumkan kota-kota yang masuk ke dalam jejaring Kota Kreatif UNESCO. Salah satu kota tersebut adalah Kota Pekalongan dengan kategori kota kerajinan dan seni rakyat. Kota ini menjadi satu-satunya kota di Indonesia bahkan di Asia Tenggara yang berhasil dinobatkan menjadi Kota Kreatif UNESCO.

Motivasi Kota Pekalongan menjadi Kota Kreatif UNESCO adalah untuk mengoptimalkan strategi dalam melestarikan batik. Batik telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 2009. Hal ini menandakan bahwa dunia internasional juga telah mengakui bahwa batik berasal dari Indonesia dan patut untuk dilestarikan. Oleh karena itu, Kota Pekalongan sebagai kota batik, merasa perlu menjadi anggota Kota Kreatif UNESCO dalam kategori kota kerajinan dan seni rakyat. Selain itu, tujuan utama Kota Pekalongan sebagai Kota Kreatif UNESCO adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dengan menjadi salah satu anggota kota kreatif UNESCO, suatu kota akan lebih mudah untuk memajukan perkembangan budaya dan ekonomi daerah. Dunia internasional akan mengakui bahwa kota tersebut adalah kota kreatif sehingga dapat meningkatkan jumlah wisatawan. Selain itu, untuk kota-kota kreatif di Indonesia, alokasi anggaran dari pemerintah pusat untuk mendorong program-program kreativitas akan dipermudah.

Penelusuran Peneliti terhadap konsep kota kreatif selama ini menunjukkan fakta bahwa kota kreatif semakin berkembang. Akan tetapi, pewujudan dari konsep tersebut belum sepenuhnya dikembangkan di Indonesia. Oleh karena itu, Peneliti melakukan penelitian mengenai proses perwujudan Kota Pekalongan sebagai Kota Kreatif UNESCO dalam kategori kota kerajinan dan seni rakyat. Dengan penelitian ini, diharapkan dapat memberi sumbangan pada pengembangan kota kreatif di Indonesia, terutama agar tergabung dalam Kota Kreatif UNESCO.

(4)

4 1.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pewujudan Kota Pekalongan sebagai Kota Kreatif UNESCO?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pewujudan tersebut? 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan proses pewujudan Kota Pekalongan sebagai Kota Kreatif UNESCO

2. Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pewujudan tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak antara lain:

1. Bagi Pemerintah Kota Pekalongan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan strategi pembangunan kota kreatif

2. Bagi Pemerintah Daerah lainnya dapat menjadi referensi agar menjadi anggota jejaring Kota Kreatif UNESCO terutama dalam kategori kota kerajinan dan seni rakyat

3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dapat memperkaya informasi dan memberikan sumbangan pemikiran konsep kota kreatif di Indonesia. 1.5 Batasan Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas, maka perlu dilakukan pembatasan berupa batasan fokus dan lokus, yaitu sebagai berikut:

1. Fokus

Fokus pembahasan dari penelitian ini adalah merumuskan proses pewujudan Kota Pekalongan sebagai Kota Kreatif UNESCO serta menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pewujudan tersebut. Proses pewujudan Kota Pekalongan sebagai Kota Kreatif UNESCO

(5)

5 dimaksudkan sebagai suatu proses hubungan antara hal-hal yang terjadi dalam mewujudkan Kota Pekalongan sebagai Kota Kreatif UNESCO. Sedangkan untuk pembahasan dilakukan sesuai data dari masa lampau hingga tahun 2014. Akan tetapi, penelitian ini juga membahas sedikit mengenai rencana pengembangan Kota Pekalongan sebagai Kota Kreatif UNESCO di tahun berikutnya.

2. Lokus

Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah wilayah Kota Pekalongan, Jawa Tengah.

1.6 Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai kota kreatif di Indonesia terutama kota yang diajukan menjadi Kota Kreatif UNESCO masih sedikit. Menurut penelusuran Peneliti, belum ada penelitian yang mengangkat topik mengenai pewujudan Kota Pekalongan sebagai Kota Kreatif UNESCO. Akan tetapi, topik tentang kota kreatif telah dilakukan dengan fokus dan lokus yang berbeda. Berdasarkan skripsi dan tesis yang ada, terdapat beberapa judul penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian yang Peneliti lakukan, yaitu:

1. Sunarso, Aris Puji. 2014. Tahapan Kota Bandung Menuju Kota Kreatif. Tesis MPKD UGM

Penelitian ini berfokus pada proses Kota Bandung menuju kota kreatif, aktor-aktor yang berperan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa gagasan kota kreatif tidak hanya berasal dari inisiatif pemerintah, namun juga dapat berasal dari komunitas. Metode yang digunakan adalah metode studi kasus. Penelitian ini memiliki kemiripan dengan penelitian yang dilakukan, akan tetapi, terdapat perbedaan fokus dan lokus.

2. Manisyah, Miranti. 2009. Kota Kreatif (Creative City) Penelusuran terhadap Konsep Kota Kreatif melalui Pengamatan Studi Kasus. Skripsi Arsitektur UI

(6)

6 Penelitian ini membahas pengembangan konsep kota kreatif di Bandung dengan mengambil contoh kota kreatif London. Penelitian ini menyimpulkan tiga aspek penting untuk mewujudkan konsep kota kreatif yaitu pertumbuhan ekonomi kreatif, pemeliharaan Creative Class dan penyediaan lingkungan yang kondusif.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, meliputi kreatif dan kreativitas, kota kreatif, kota kreatif UNESCO, batik, dan proposisi teoritik.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang metode dan langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan penelitian, terdiri dari alasan pemilihan kasus, cara pengumpulan data, cara analisis data, tahapan penelitian, dan cara penulisan laporan.

Bab IV Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai kondisi wilayah penelitian, baik dari kondisi fisik wilayah, kependudukan, perekonomian, sosial budaya, selayang pandang kota serta pemerintahan Kota Pekalongan.

Bab V Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini membahas berbagai temuan dan hasil analisis untuk menghasilkan jawaban atas pertanyaan penelitian.

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi ringkasan temuan, kontribusi teoritik, implikasi kebijakan serta rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka memberikan jaminan mutu atas pelaksanaan abdimas, dilakukan proses monitoring dan evaluasi oleh LPPM melalui staf PPM dan/atau key person dari jurusan yang

pendidikan 37Yo responden menjawab ingin beke{a dan melanjutkan strata dua. Responden kurang berani untuk mengambil resiko memulai sebuah usaha dengan kendala-kendala

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kinerja guru dapat dilakukan dengan meningkatkan komitmen guru pada tugas

Selain aspal polimer untuk campuran, juga dilakukan pengujian terhadap aspal emulsi yang akan dipergunakan untuk bahan lapis pengikat ( tack coat ) antara lapis campuran beraspal

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang

Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi, namun tetap harus dipenuhi, agar kehidupan manusia berjalan dengan baik. Contoh: pariwisata

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI