• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam upaya pelaksanaan penelitian, maka penelitian dilakukan pada:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Dalam upaya pelaksanaan penelitian, maka penelitian dilakukan pada:"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian

Dalam upaya pelaksanaan penelitian, maka penelitian dilakukan pada: 1. Tempat Penelitian

Guna memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Cash Turnover, Receivable Turnover in Days dan Inventory Turnover in Days Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Sektor Industri Lemari Besi (Brandkast) yang Terdapat Di PT. Titan Sarana Niaga” maka penulis mengadakan penelitian yang terdapat di PT. Titan Sarana Niaga periode 2011 – 2016.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai Oktober 2016 – Juni 2017 menggunakan data saham yang ada di PT. Titan Sarana Niaga

B. Desain Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, jenis penelitian yang di pakai oleh peneliti adalah jenis penelitian kuantitatif dengan unit analisisnya adalah perusahaan manufaktur yang terdapat di PT Titan Sarana Niaga. Penelitian ini menggunakan time horizon yang bersifat panel, dimana variable independen dan variable dependen diuji (diukur) secara bersamaan dan sendiri-sendiri. Desain penelitian ini bertujuan untuk

(2)

menganalisis perputaran kas, periode perputaran piutang dan periode perputaran persediaan terhadap profitabilitas.

Menurut Sugiyono (2011:35) metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menggabungkan antara variabel satu dengan yang lain. Metode deskriptif dapat disimpulkan sebagai sebuah metode yang bertujuan untuk melukiskan atau menggambarkan keadaan di lapangan secara sistematis dengan fakta-fakta dan interpretasi yang tepat dan data yang saling berhubungan, serta bukan hanya untuk mencari kebenaran mutlak tetapi pada hakekatnya mencari pemahaman observasi.

Menurut Sugiyono (2011:56-57) rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu hubungan simetris, hubungan kausal dan hubungan interaktif/timbal balik.

Riset Kausal menurut Sugiyono (2011:37) yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat, sehingga dapat diketahui mana yang menjadi variabel yang mempengaruhi dan variabel yang dipengaruhi.

C. Operasional Variabel

Riset Kausal menurut Sugiyono (2011:37) yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat, sehingga dapat diketahui mana yang menjadi variabel yang mempengaruhi dan variabel yang dipengaruhi.

(3)

1. Variable Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas atau independent merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variable dependen (variable terikat). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini terdapat 3 variable yaitu perputaran kas, periode perputaran piutang dan periode perputaran persediaan.

2. Variabel Terikat ( Dependent Variable)

Variabel terikat atau dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (independent). Dalam penelitian ini yang merupakan variabel terikatnya (Y) adalah profitabilitas yang dihitung dengan menggunakan rasio ROA (Sugiyono,2010).

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel di ukur, sehingga peneliti dapat mengetahui baik buruknya pengukuran tersebut. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Perputaran Kas (Cash Turnover)

Rasio perputaran kas (Cash Turnover Rasio/CTR) adalah alat pengukuran likuiditas suatu perusahaan. Likuiditas yang minimum harus dipelihara oleh setiap perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Likuiditas yang tinggi mengakibatkan kas menganggur yang tinggi, hal tersebut tidak menguntungkan bagi perusahaan dan mengakibatkan profitabilitas perusahaan

(4)

akan rendah. Menurut Kasmir (2013: 134-142), perputaran kas dirumuskan sebagai berikut:

Rasio Kas = ( Kas ÷ Hutang Lancar) x 100%

Perputaran kas merupakan kemampuan kas sebuah perusahaan dalam menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam periode tertentu. Semakin tinggi perputaran kas berarti semakim efisien tingkat penggunaan kasnya.

2. Periode Perputaran Piutang (Receivible Turnover In Day)

Menurut Bambang Hermanto dan Agung Mulya (2015:108) perputaran piutang adalah perputaran piutang-piutang yang ada hubungannya dengan penjualan kredit barang dagangan. Perputaran piutang ini dapat dinilai dengan menghitung tingkat penjualan kredit dalam satu periode dibagi dengan rata- rata piutang (rata-rata piutang diperoleh dari saldo awal piutang ditambahsaldo akhir piutang dibagi dua). Perputaran piutang (Account receivable turnover) dirumuskan :

Penjualan Kredit

Perputaran Piutang = = Kali Rata – Rata Piutang

Jumlah hari penjualan dalam piutang dirumuskan :

Rata – Rata Piutang

Jumlah hari penjualan piutang = = Kali Rata – Rata Penjualan Harian

(5)

Dimana :

Penjualan Bersih

Rata – Rata Penjualan Harian = = Kali 365 Hari

Sumber : Reeve, Warren, Duchac dan Wang (2011)

3. Periode Perputaran Persediaan (Inventory Turnover In Day)

Bambang Hermanto dan Agung Mulyono (2015:110) berpendapat bahwa perputaran persediaan digunakan untuk mengetahui berapa lama perputaran persediaan terhadap jumlah harga pokok penjualan, dapat digunakan rumus yang berlaku dalam mengevaluasi perputaran piutang. Dirumuskan sebagai berikut :

Harga Pokok Penjualan

Perputaran Persediaan = = Kali Rata – Rata Persediaan

Setelah perputaran persediaan diperoleh hasilnya, maka dari hasil perputaran tersebut dapat dicari beberapa hari lamanya tiap hari kali perputaran. Dirumuskan :

Rata – rata Harga Pokok Penjualan

Rata – rata Persediaan Harian =

Rata – rata Persediaan

(6)

Dimana :

Harga Poko Penjualan Rata – rata Harga Pokok Penjualan Harian =

365 Hari Sumber : Bambang Hermanto dan Agus Mulyono (2015)

TABEL 3.1 OPERASIONAL VARIABLE Variabel Singkata

n Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala Perputara n Kas ( Cash Turnover Ratio) CTR Untuk mengukur berapa kali kas berputar melalui penjualan barang Bayaknya perputara n kas Rasio perputara n kas = (Penjuala n bersih / modal kerja bersih) x 100% Rasio Resivable Turnover in Days RTD Untuk mengukur jumlah rata – rata hari piutang yang belum diselesaikan, sebelum diterima pembayaran. Lama Hari Dalam 1 tahun, Piutang dan penjualan. RTD = (Resivabl e x 365) / Sales Rasio

(7)

Inventory Turnover In Days ITD Untuk mengukur seberapa cepat persedian dapat dijual. Lamanya hari dalam 1tahun, persediaan dan harga pokok penjualan. ITD = (Inventory x 365) / Cost of Good Sold Rasio Return On Asset ROA Untuk mengetahui seberapa efektif perusahaan dalam menghasilkan laba dari asset yang tersedia. Laba bersih setelah bunga dan pajak dan jumlah saham beredar ROA = Net Income / Total Asset Rasio

E. Populasi dan Sampel

Harinaldi (2005:2) mengemukakan populasi adalah kumpulan dari keseluruhan pengukuran, objek atau individu yang sedang dikaji.

Sampel adalah sebagian atau subset (himpunan bagian), dari suatu populasi. Populasi dapat berisi data yang besar sekali jumlahnya, yang mengakibatkan tidak mungkin atau sulit dilakukan pengkajian terhadap seluruh data tersebut, sehingga pengkajian dilakukan terhadap sampelnya saja. Populasi penelitian ini adalah perusahaan sektor industry Manufaktur yang terdaftar di PT. Titan Sarana Niaga Periode tahun 2011-2015. Tehnik sampling dilakukan dengan metode Tehnik Non Probability Sampling dengan jenis Purposive Sampling, yaitu metode pengumpulan anggota sampel berdasarkan kriteria tertentu. Metode purposive sampling adalah

(8)

pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan subjektif peneliti, dimana syarat dibuat sebagai kriteria yang harus dipenuhi oleh sampel (Algifari). Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu :

1. Perusahaan sektor industry manufaktur yang terdaftar di PT. Titan Sarana Niaga selama periode 2011-2016.

2. Perusahaan manufaktur yang menyediakan data laporan keuangan dari tahun 2011-2016.

3. Perusahaan yang memiliki data rasio keuangan yang secara resmi disediakan oleh PT. Titan Sarana Niaga selama periode 2011-2016 yang berkaitan dengan pengukuran variable lain yang digunakan dalam penelitian ini. F. Jenis Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data documenter dengan sumber data diambil dari data sekunder. Data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara diperoleh dan dicatat oleh pihak lain (Indriantoro dan Supomo 2002 : 47). Peneliti menggunakan data sekunder yaitu rasio keuangan perusahaan sektor industri manufactur tahun 2011- 2016 yang dihitung secara independen dari PT. Titan Sarana Niaga.

G. Metode Pengumpulan Data

(9)

1. Metode studi pustaka yaitu dengan mengkaji berbagai literature pustaka seperti jurnal, makalah, dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

2. Dokumentasi yaitu dari PT. Titan Saran Niaga untuk mengetahui data yang tergolong dalam sektor industri Manufaktur dan menggunakan data laporan keuangan dari PT. Titan Sarana Niaga untuk periode tahun penlitian 2011- 2016.

H. Pengujian Asumsi – Asumsi Model Regresi 1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal.Model regresi yang baik adalah yang mempunyai distribusi normal atau mendekati normal.Seperti yang diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali,2013). Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis sebagai berikut:

H0 : Data residual berdistribusi normal

H1 : Data residual tidak berdistribusi normal

(10)

a) Jika P ≥ 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal, maka H0 tidak dapat

ditolak.

b) Jika P ≤ 0,05 maka distribusi dari populasi adalah tidak normal, maka H1 tidak

dapat ditolak. 2. Uji Autokorelasi

Menurut Winarno (2009:526) autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu, karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya. Meskipun demikian, tetap dimungkinkan autokorelasi dijumpai pada data yang bersifat antar objek (cross section). Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi maka data tersebut terdapat masalah autokorelasi. Model regresi yang baik tentunya harus terbebas dari masalah autokorelasi. Terdapat beberapa penyebab autokorelasi diantaranya adalah data mengandung pergerakan naik turun secara musiman, kekeliruan memanipulasi data, data runtut waktu, dan data yang dianalisis tidak bersifat stasioner. Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat dilakukan uji statistik melalui uji Durbin-Watson (DW test). Uji Durbin-Watson akan menghasilkan nilai d dimana nilai tersebut menggambarkan koefisien DW. Gujarati (2006:121) menyatakan bahwa koefisien

(11)

autokorelasi berkisar antara -1 = p = 1 sedangkan nilai statistik Durbin Watson yaitu 0 = d = 4, maka dapat diartikan bahwa:

1. Jika statistik DW bernilai 4, maka p akan bernilai -1, yang berarti ada autokorelasi negatif sempurna.

2. Jika statistik DW bernilai 2, maka p akan bernilai 0, yang berarti tidak ada autokorelasi.

3. Jika statistik DW bernilai 0, maka p akan bernilai 1, yang berarti ada autokorelasi positif sempurna.

Dasar pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi menurut Gujarati (2006:122) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Uji d Durbin-Watson: Aturan Keputusan

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dL Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada keputusan dL < d < du Tidak ada autokorelasi

negative Tolak 4-dL < d < 4

Tidak ada autokorelasi

negative Tidak ada keputusan 4-dL < d < 4-dL Tidak ada autokorelasi positif

atau negative Jangan tolak du < d < 4-du Sumber : Winarno (2009)

Berikut adalah table statistik yang Durbin-Watson yang digunakan oleh penulis untuk mengidentifikasi keberadaan autokorelasi :

(12)

Tolak Ho, Tidak Tidak Tidak

dapat Tolak Ho, Bukti ada

autokorelasi positif

dapat

diputuskan menolak Ho, bukti tidak ada

autokorelasi

diputusk

an bukti ada autokorelasi negatif Sumber : Winarno (2009)

3. Uji Heteroskedasitas

Mudjarat Kuncoro (2001:96) berpendapat bahwa uji heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya. Artinya, setiap observasi mempunyai reliabilitas yang berbeda akibat perubahan dalam kondisi yang melatarbelakangi tidak terangkum dalam spesifikasi model. Gejala heterokedisstas lebih sering dijumpai dalam data silang tempat daripada runtut waktu, maupun juga sering muncul dalam analisis yang menggunakan data rata- rata.

Menurut Winarno (2009:58) Suatu model regresi mengandung masalah heteroskedastisitas artinya varian variabel dalam model tersebut tidak konstan. Jika varian dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya masalah heteroskeastisitas. Beberapa metode tersebut adalah metode grafik, Uji Park, Uji Glejser, Uji Korelasi Rank-Spearman, Uji Goldfeld-Quandt Uji Bruesch-

(13)

heteroskedastisitas, peneliti menggunakan Uji White yang termasuk dalam uji formal pada software EViews 9. Suatu model regresi dikatakan bebas dari masalah heteroskedastisitas adalah jika nilai probabilitas dari observasi R-Squared lebih besar dari 0,05. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan Uji White dengan nilai Obs*R-squared statistic dan nilai probabilitasnya dijadikan acuan. Apabila nilai probabilitas Obs*R-squared statistic lebih kecil dari α = 5% maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut bersifat heteroskedastis, Winarno,( 2009:5.15).

4. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas (kolinearitas berganda) adalah kondisi adanya hubungan linear antar variabel independen (Winarno, 2009:5.1). Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mengidentifikasi masalah multikolinearitas pada sebuah model, peneliti menggunakan matriks korelasi antar variabel yang terdapat pada program SPSS 24.

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (bebas) (Ghozali,2013). Uji multikolinieritas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation sector (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap

(14)

variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.

I. Model Analisis Data

Dalam suatu jenis penelitian jenis data dan hipotesis sangat menentukan dalam ketepatan pemilihan statistik alat uji. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan tahapan sebagai berikut :

1. Menghitung besarnya rasio perputaran kas, periode perputaran hutang, periode perputaran piutang, perputaran persediaan dan rasio proftablitas ,perusahaan yang dijadikan sampel.

2. Melakukan uji asumsi klasik, untuk melihat apakah model regresi berganda layak atau tidak digunakan dalam penilitian ini.

3. Melakukan uji hipotesis yaitu analisis regresi linier berganda yang harus memenuhi kriteria, yaitu uji T-test.

1. Pengujian Individual (Uji T)

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variaben independen secara parsial terhadap variabel dependen, degan asumsi variabel lainnya konstan. Jika p-value lebih kecil dari level of significant yang

(15)

ditentukan atau nilai probabilitas dari T-statistic lebih kecil dari 5%, maka variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen.

Uji T Memiliki Hipotesis Sebagai Berikut :

 H0 : Variabel independen (Cash Turnover, Receivable Turnover in Days dan Inventory Turnover in Days) secara parsial tidak berpengaruh secara terhadap Profitabilitas.

 H1 : Variabel indepdenden (Cash Turnover, Receivable Turnover in Days dan Inventory Turnover in Days) secara parsial berpengaruhterhadap Profitabilitas. Pengambilan Keputusan atau Aturan dalam Uji T :

 Jika probabilitas T-statics > 5% = Terima H0 sehingga H1 ditolak (Tidak Berpengaruh).

 Jika probabilitas T-statics < 5% = Tolak H0 sehingga H1 dierima (Berpengaruh).

Gambar

TABEL 3.1 OPERASIONAL VARIABLE  Variabel  Singkata
Tabel 3.2 Uji d Durbin-Watson: Aturan Keputusan

Referensi

Dokumen terkait

escribe –autor real– y el escritor escrito –autor implícito o enunciador: “El primero, todavía no sujeto, o tan sólo sujeto en otros lugares –en otros discursos

Dalam penelitian ini akan menerapkan teori pengembangan sistem menggunakan metode pengembangan dengan sistem model Waterfall , analisis dan perancangan menggunakan

Masalah strategis dari reformasi pembiayaan kesehatan terutama meliputi: (a) Belum seluruh masyarakat terlindungi secara optimal terhadap beban pembiayaan kesehatan;

Suku bunga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap investasi, dimana penurunan tingkat suku bunga di Indonesia dari tahun ketahun makin terbatas, hal ini mengakibatkan

Walaupun kadar kalium dalam serum hanya sebesar 2% dari kalium total tubuh dan pada banyak kasus tidak mencerminkan status kalium tubuh; hipokalemia perlu dipahami karena

Namun beberapa menit kemudian orang tua kita memanggil “JAKKKKA!!!!”, sekalipun tidak ada perubahan/pena mbahan kata lain, namun dari intonasi yang dipergunakan kali ini kita

Hubungan Modal Sosial dan Modal Manusia dengan Tingkat Pendapatan Petani karet di Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir, tujuan dari penelitian ini adalah

Hibridisasi pada umumnya menghasilkan genotipe dan fenotipe yang berada pada pertengahan antara kedua sifat spesies induknya atau bahkan individu hibrida yang