• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan otonomi daerah di Indonesia sampai dengan saat ini telah memasuki tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan otonomi daerah di Indonesia sampai dengan saat ini telah memasuki tahun"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penyelenggaraan otonomi daerah di Indonesia sampai dengan saat ini telah memasuki tahun ke tujuh belas, sejak pertama kali diterapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang dalam perjalanannya mengalami perubahan demi perubahan, dan terakhir adalah Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang ini memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat daerah menurut prakarsa dan aspirasi sendiri yang berdasarkan asas desentralisasi. Dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat daerah tentu diperlukan modal berupa sumber daya manusia, peralatan, organisasi dan manajemen, serta yang tidak kalah pentingnya adalah keuangan. Sebagaimana Riwu Kaho (2001 : 60) menyatakan bahwa berhasil tidaknya otonomi daerah ditentukan oleh empat faktor, yaitu : 1) Manusia pelaksananya harus baik; 2) keuangannya harus cukup baik; 3) peralatannya harus cukup baik; 4) organisasi dan manajemennya harus cukup baik.

Secara khusus menyangkut keuangan, diperlukan model pengelolaan yang sehat dan baik. Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Dalam sistem kepemerintahan yang baik (good governance) saat ini, tata kelola keuangan mendapat perhatian yang serius. Pengelolaan keuangan pemerintah daerah harus dilakukan berdasarkan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu pengelolaan keuangan yang dilakukan secara transparan dan akuntabel, yang memungkinkan

(2)

para pemakai laporan keuangan untuk dapat mengakses informasi tentang hasil yang dicapai dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Anggaran daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah. Anggaran Daerah seharusnya dipergunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, alat bantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, alat otoritas pengeluaran di masa yang akan datang.

Dewasa ini pengelolaan anggaran yang dikemukakan adalah anggaran bebasis kinerja (performance based budget). Berbicara tentang anggaran berbasis kinerja sesungguhnya tidak dapat terlepas dari daya serap anggaran itu sendiri, walaupun lebih menitik beratkan pada kinerja. Akan tetapi daya serap anggaran sesungguhnya turut menentukan model pengelolaan anggaran berbasis kinerja. Hal ini karena fokus perhatian daya serap anggaran terletak pada manfaat belanja. Manfaat belanja akan dirasakan apabila daya serap anggaran itu berjalan sesuai target yang ada dan pada gilirannya berimbas pada kinerja itu sendiri. Kegagalan penyerapan anggaran akan berakibat hilangnya manfaat belanja yang tentunya akan mempengaruhi kinerja itu sendiri.

Bank dunia menyebut negara-negara berkembang termasuk Indonesia mempunyai permasalahan dalam penyerapan anggaran yang disebut dengan istilah “slow back-loaded”, yang artinya penyerapan rendah pada awal sampai pertengahan tahun anggaran, namun melonjak memasuki akhir tahun anggaran. Alasan pentingnya daya serap anggaran karena dalam konsep dasar ilmu ekonomi, masalah mendasar yang dihadapi oleh manusia adalah keterbatasan sumber dana sebagai alat pemenuhan kebutuhan diperhadapkan pada kebutuhan yang jumlahnya tak terbatas. Karena itu apabila dana yang serba terbatas tadi tidak dapat terserap atau termanfaatkan

(3)

dengan baik tentunya menjadi kontra produktif atau tidak efisiendan tidak efektif atau tidak ekonomis.

Anggaran belanja yang terdapat pada Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Provinsi/ Kabupaten/Kota telah disusun sedemikian rupa dan haruslah dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan ketaatan pada asas waktu penggunaannya. Jika ingin menilai penyerapan anggaran, perlu juga dilihat target penyerapan anggaran yang telah disusun sejak awal, baik triwulan I, triwulan II, triwulan III dan triwulan IV apakah telah sesuai dengan target atau tidak. Daya serap anggaran sangat berperan dalam nenentukan kinerja sebuah organisasi pemerintah daerah. Hal ini karena anggaran belanja memiliki fungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Sebagai alat perencanaan maka anggaran dapat digunakan untuk menetapkan target yang harus dicapai oleh organisasi Pemerintah Daerah. Sedangkan fungsi pengendalian dikaitkan dengan penilaian sampai sejauh mana alokasi dana publik yang telah disetujui oleh lembaga legislatif di daerah telah dibelanjakan untuk kemanfaatan masyarakat melalui SKPD.

Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan pada instansi pemerintah, terdapat sejumlah faktor penunjang, baik dalam bentuk perencanaan, faktor administrasi, sampai pada kesiapan sumber daya manusia (SDM) pelaksana. Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah telah diatur mekanisme pengelolaannya. Berdasarkan regulasi ini, maka pengelola keuangan telah diberikan standar atau pedoman dari sisi prosedur administrasi yang harus dilaksanakan oleh sumber daya manusia pelaksana. SDM pengelola anggaran/keuangan terdiri dari Pengguna Anggaran (PA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) sampai pada bendahara penerima penyetor. Peranan SDM pengelola anggaran sangat menentukan, karena setelah tersedia anggaran yang

(4)

telah ditetapkan pada DPA, maka pengelola anggaran harus merencanakan penggunaannya yang dimulai dengan menyiapkan jadwal pelaksanaan, menyiapkan administrasi, melakukan pengontrolaan pelaksanaan anggaran sampai pada evaluasi dan pelaporan. Apabila perencanaan memadai, proses administrasi berjalan baik dan SDM pelaksana dapat melaksanakan fungsinya secara baik, maka daya serap anggaran akan sesuai perencanaannya dan pada gilirannya kinerja anggaran akan baik pula. Sebaliknya apabila salah satu faktor tidak memadai atau berfungsi dengan baik maka akan mempengaruhi daya serap anggaran atau daya serap anggaran menjadi rendah. Akumulasi dari rendahnya daya serap anggaran pada tiap-tiap SKPD pada gilirannya akan mempengaruhi kinerja Pemerintah Daerah itu sendiri. Oleh karena itu setiap SKPD dipacu untuk meningkatkan kinerjanya melalui pelaksanaan program dan kegiatan yang didalamnya faktor penyerapan anggaran turut menentukan.

Persoalan daya serap anggaran sudah menjadi isu utama di kalangan Pemerintah Daerah, termasuk Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua. Masalah penyerapan anggaran terjadi di hampir seluruh perangkat daerah di Kabupaten Sabu Raijua, termasuk Badan Kepegawaian Daerah. Terhadap kenyataan ini Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua mulai tahun anggaran 2015 telah berupaya agar kinerja SKPD dapat ditingkatkan dan daya serap anggaran dengan menerapkan standar target tertentu yang harus dicapai oleh setiap SKPD. Oleh karena itu kepada seluruh pimpinan SKPD/Pengguna Anggaran di lingkup Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua diminta menandatangani Pakta Integritas Tahun Anggaran 2015 yang isinya mewajibkan kinerja anggaran harus mencapai 85% pada akhir tahun anggaran 2015.

Akan tetapi berdasarkan pengamatan sekilas, daya serap anggaran pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sabu Raijua dalam setiap tahun belum mencapai standar minimal 85%

(5)

apalagi standar maksimal 100% walaupun daya serapnya sudah efektif karena dalam tabel menunjukkan angka di atas 50%. Serta dari tahun ke tahun daya serapnya semakin menurun.

Gambaran terhadap penyerapan anggaran pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sabu Raijua dalam 3(tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 1.1

Anggaran dan Realisasi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sabu Raijua Tahun 2013 – 2015 TAHUN ANGGARAN 2013 2014 2015 Jumlah Anggaran(Rp) 3.457.092.200,- 2.914.202.050,- 5.263.581.496,- Realisasi (Rp) 2.817.057.700,- 2.256.653.150,- 3.757.188.999,- Persentase 81,5 % 77,4 % 71,9 %

Sumber : Bagian Perekonomian dan Pembangunan Setda.Kabupaten Sabu Raijua, 2016

Sesuai data tersebut diatas diketahui bahwa dalam tiga tahun terakhir daya serap anggaran Badan Kepegawaian Daerah tidak mencapai target 100%, malah memiliki kencenderungan menurun. Sesuai hasil pengamatan sekilas, patut diduga rendahnya daya serap anggaran pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sabu Raijua dipengaruhi oleh faktor (prosedur) administrasi tidak disiapkan secara baik serta faktor sumber daya manusia pelaksana yang tidak menjalankan tugas fungsinya dengan baik.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Indentifikasi Faktor Penyebab Rendahnya Daya Serap Anggaran Pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sabu Raijua”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Faktor apakah yang menyebabkan rendahnya daya serap anggaran pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sabu Raijua ?

(6)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan latar belakang yang telah di uraikan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui dan mengidentifikasi faktor apa saja yang menyebabkan daya serap anggaran pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sabu Raijua rendah.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan rendahnya daya serap anggaran pada SKPD Pemerintah Daerah.

2. Bagi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sabu Raijua, penelitian ini dapat menjadi informasi dan bahan masukan guna evaluasi serta perbaikan kinerja pengelolaan anggaran ke depan.

3. Bagi Peneliti Lainnya

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, literatur kepustakaan, informasi, dan pengetahuan tentang Daya serap anggaran pada instansi pemerintah daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari prediksi alokasi jumlah produksi minyak sawit yang mengacu pada data tahun 2017 dengan dilakukan sebanyak 350 kali prediksi

keterampilan proses sains yang dapat melibatkan peserta didik. dalam mengembangkan keterampilan yang dimiliki

Sebagai upaya untuk mendorong perekonomian melalui pengaturan suku bunga yang akan berdampak pada kegiatan investasi dan tabungan di Indonesia, maka pada

Dari hasil pengujian ini dapat disimpulkan semakin kuat budaya organisasi dan semakin tinggi komitmen dosen akan meningkatkan kinerja mereka dalam mencapai tujuan PTS

Penyebab berkurangnya produksi cabai di Jawa Timur selain karena semakin sedikitnya petani yang menanam cabai karena beralih menanam komoditas lain yang

Nyeri memiliki beberapa sifat, antara lain (Mahon, 1994; dalam Potter & Perry, 2005) yaitu subjektif, sangat individual, stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

Blok diagram sederhana dari USART ditunjukkan pada Gambar 5.1 dan untuk Register I/O dan pin I/O yang dapat diakses ditampilkan dengan huruf tebal seperti Register UCSRA,