• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Muara Enim, Juli 2016 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN MUARA ENIM. Dr. Ir. H. ABDUL NADJIB, MM NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Muara Enim, Juli 2016 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN MUARA ENIM. Dr. Ir. H. ABDUL NADJIB, MM NIP"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 i

KATA PENGANTAR

Bangunan Gedung Negara merupakan salah satu aset milik negara yang mempunyai nilai strategis sebagai tempat berlangsungnya proses penyelenggaraan negara yang diatur dan dikelola agar fungsional, andal, efektif, efisien dan diselenggarakan secara tertib. Dimana sumber pembiayaannya berasal dari dana APBN, APBD, dan/atau perolehan lainnya yang sah.

Sebagai tahap awal dalam pembangunan gedung negara, diperlukan suatu rencana yang fungsional, andal, efektif, efisien dan bisa diimplementasikan sehingga proses pembangunan bangunan gedung negara nantinya bisa sesuai dengan yang diharapkan.

Melalui serangkaian proses, Pedoman Umum Rencana Pembangunan Bangunan Gedung Negara di Kabupaten Muara Enim telah disusun dengan ruang lingkup antara lain ketentuan Umum, persyaratan bangunan gedung negara, Tahapan perencanaan pembangunan bangunan gedung negara dan ketentuan penutup.

Diharapkan dengan adanya pedoman umum ini, seluruh penyusunan rencana pembangunan bangunan gedung negara di Kabupaten Muara Enim dapat mengacu pada dokumen ini sehingga Proses pembangunan bangunan gedung Negara yang akan dilaksanakan sesuai dengan fungsinya, memenuhi persyaratan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan, kemudahan, efisien dalam penggunaan sumber daya, serasi dan selaras dengan lingkungannya, dan diselenggarakan secara tertib, efektif dan efisien

Muara Enim, Juli 2016 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN MUARA ENIM

Dr. Ir. H. ABDUL NADJIB, MM NIP. 19600209 198603 1 004

(2)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I KETENTUAN UMUM ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Ruang Lingkup Pedoman ... 1

1.3 Acuan Normatif (Dasar Hukum yang digunakan) ... 1

1.4 Istilah dan Definisi ... 2

1.5 Maksud dan Tujuan ... 3

BAB II PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA ... 4

2.1 Klasifikasi Bangunan Gedung Negara ... 4

2.2 Tipe Bangunan Rumah Negara ... 6

2.3 Standar Luas Bangunan Gedung Negara ... 7

2.4 Persyaratan Administratif ... 10

2.5 Persyaratan Teknis ... 12

BAB III TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA ... 19

3.1 Penyusunan Program dan Pembiayaan ... 19

3.2 Perencanaan Teknis Konstruksi ... 22

(3)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 1

BAB I

KETENTUAN UMUM

1.1 Latar Belakang

Salah Satu upaya dalam mewujudkan visi Bappeda Kabupaten Muara Enim, yaitu ”Terwujudnya Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah yang Kredibel dan Akuntabel”. Diperlukan suatu pedoman dalam penyusunan suatu Rencana Pembangunan, pun juga dalam penyusunan Rencana Pembangunan Bangunan/Gedung Negara. Untuk itu, dalam Rangka pembangunan bangunan gedung negara diperlukan suatu Pedoman Umum yang berfungsi sebagai panduan dalam bagian awal dari proses perencanaan pembangunan bangunan gedung negara yang fungsional, andal, efektif, efisien dan diselenggarakan secara tertib (sesuai prosedur).

1.2 Ruang Lingkup Pedoman

Pedoman Umum ini terdiri dari 4 Bab yaitu: 1. Ketentuan Umum

2. Persyaratan Bangunan Gedung Negara

3. Prosedur Perencanaan Pembangunan Bangunan Gedung Negara

4. Ketentuan Penutup

1.3 Acuan Normatif (Dasar Hukum yang digunakan)

1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang

(4)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 2

2. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang

Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun

2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006

tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah;

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;

7. Peraturan Daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 13

Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Muara Enim Tahun 2012-2032;

8. Peraturan daerah Kabupaten Muara Enim Nomor 5

Tahun 2015 tentang Bangunan Gedung.

1.4 Istilah dan Definisi

1. Bangunan Gedung Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas yang menjadi/akan menjadi kekayaan milik negara seperti: gedung kantor, gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang, dan rumah negara, dan diadakan dengan sumber pembiayaan yang berasal dari dana APBD, APBN, dan/atau perolehan lain yang sah.

2. Pembangunan adalah kegiatan mendirikan bangunan gedung yang diselenggarakan melalui tahap perencanaan

(5)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 3 teknis, pelaksanaan konstruksi dan pengawasan konstruksi/manajemen kontruksi (MK), baik merupakan

pembangunan baru, perbaikan sebagian atau

seluruhnya, maupun perluasan bangunan gedung yang sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan bangunan gedung yang belum selesai, dan/atau perawatan (rehabilitasi, renovasi, restorasi).

3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Muara Enim.

4. Daerah adalah Kabupaten Muara Enim.

1.5 Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan Pedoman Umum ini adalah sebagai petunjuk pelaksana bagi para penyelenggara dalam melaksanakan pembangunan bangunan gedung negara.

Tujuan dari Pedoman umum ini adalah untuk mewujudkan pembangunan bangunan gedung Negara yang

sesuai dengan fungsinya, memenuhi persyaratan,

keselamatan, kesehatan, kenyamanan, kemudahan, efisien

dalam penggunaan sumber daya, serasi dan selaras dengan lingkungannya, dan diselenggarakan secara tertib, efektif dan efisien.

(6)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 4

BAB II

PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

2.1 Klasifikasi Bangunan Gedung Negara

Berdasarkan tingkat kompleksitas, Bangunan Gedung Negara diklasifikasikan menjadi:

1.Bangunan Sederhana

Klasifikasi bangunan sederhana adalah bangunan gedung negara dengan karakter sederhana serta memiliki kompleksitas dan teknologi sederhana. Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama 10 (sepuluh) tahun.

Yang termasuk klasifikasi Bangunan Sederhana, antara lain:

a.gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya, atau

bangunan gedung kantor dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai dengan luas sampai dengan 500 m2;

b.bangunan rumah dinas tipe C, D, dan E yang tidak

bertingkat;

c. gedung pelayanan kesehatan: puskesmas;

d.gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan

dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai.

2.Bangunan Tidak Sederhana

Klasifikasi bangunan tidak sederhana adalah bangunan gedung negara dengan karakter tidak sederhana serta memiliki kompleksitas dan/atau teknologi tidak sederhana. Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama paling singkat 10 (sepuluh) tahun. Yang termasuk klasifikasi Bangunan Tidak Sederhana, antara lain:

(7)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 5

a. gedung kantor yang belum ada disain prototipenya, atau

gedung kantor dengan luas di atas dari 500 m2, atau gedung kantor bertingkat lebih dari 2 lantai;

b.bangunan rumah dinas tipe A dan B; atau rumah dinas C,

D, dan E yang bertingkat lebih dari 2 lantai, rumah negara yang berbentuk rumah susun;

c. gedung Rumah Sakit Klas A, B, C, dan D;

d.gedung pendidikan tinggi universitas/akademi; atau

gedung pendidikan dasar/lanjutan bertingkat lebih dari 2 lantai.

3.Bangunan Khusus

Klasifikasi bangunan khusus adalah bangunan gedung negara yang memiliki penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya

memerlukan penyelesaian/teknologi khusus. Masa

penjaminan kegagalan bangunannya paling singkat 10 (sepuluh) tahun. Yang termasuk klasifikasi Bangunan Khusus, antara lain:

a. Istana negara dan rumah jabatan presiden dan wakil

presiden;

b.wisma negara;

c. gedung instalasi nuklir;

d.gedung instalasi pertahanan, bangunan POLRI dengan

penggunaan dan persyaratan khusus;

e. gedung laboratorium;

f. gedung terminal udara/laut/darat;

g. stasiun kereta api;

h.stadion olah raga;

(8)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 6

j. gudang benda berbahaya;

k.gedung bersifat monumental; dan

l. gedung perwakilan negara R.I. di luar negeri.

2.2 Tipe Bangunan Rumah Negara

Untuk bangunan rumah negara, disamping

klasifikasinya berdasarkan klasifikasi bangunan gedung negara tersebut diatas, juga digolongkan berdasarkan tipe yang didasarkan pada tingkat jabatan penghuninya dan golongan kepangkatan.

Tabel 2.1 Tipe Rumah Negara

Tipe Untuk Kepentingan Pejabat / Golongan

Khusus 1) Bupati

2) Wakil Bupati

3) Ketua DPRD

4) Wakil Ketua DPRD

A 1) Sekretaris Daerah

B 1) Pejabat Eselon II, anggota DPRD

2) Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1)

C 1) Pejabat Eselon III

2) Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1)

3) Pegawai Negeri Sipil golongan IV

D 1) Pejabat Eselon IV

2) Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1)

3) Pegawai Negeri Sipil golongan III

E 1) Pejabat Eselon V

2) Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1)

(9)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 7

2.3 Standar Luas Bangunan Gedung Negara

1. GEDUNG KANTOR

Dalam menghitung luas ruang bangunan gedung kantor yang diperlukan, dihitung berdasarkan ketentuan sebagai berikut: a. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang

termasuk klasifikasi sederhana rata-rata sebesar 9,6 m2 per-personil;

b. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi tidak sederhana rata-rata sebesar 10 m2 per-personil;

c. Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang- ruang khusus atau ruang pelayanan masyarakat,

kebutuhannya dihitung secara tersendiri (studi

kebutuhan ruang) diluar luas ruangan untuk seluruh personil yang akan ditampung.

Kebutuhan total luas gedung kantor dihitung berdasarkan jumlah personil yang akan ditampung dikalikan standar luas sesuai dengan klasifikasi bangunannya. Standar Luas Ruang

Kerja Kantor Pemerintah tercantum pada tabel 2.2.

Tabel 2.2

Standar Luas Ruang Kerja

JABATAN LUAS RUANG (m2) Rg. Kerja Rg. Tamu Rg. Rapat Rg. Rapat utama Rg. Staf/ adc Rg. Tunggu Rg. Simpan Rg. Istirahat Rg. Toilet Jmlh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1. Bupati 40 30 40 80 20 15 14 15 7.5 261.5

(10)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 8 2. Wakil Bupati 30 25 36 0 15 15 5 13 6 145.0 3. Ketua/ Wa.Ketua DPRD 25 15 30 0 9 9 5 6 4 103.0 4. Sekda 30 15 35 0 9 10 3 6 4 112.0 5. Eselon II 25 12 30 0 5 6 3 5 4 90.0 6. Eselon III 12 10 12 0 3 0 3 0 0 40.0 7. Eselon IV 9 10 0 0 0 0 3 0 0 22.0 8. Eselon V 6 0 0 0 0 0 2 0 0 8.0 9. Staf 4 0 0 0 0 0 2 0 0 4.0

Khusus untuk Ruang Penunjang, besarannya yaitu:

a.Ruang Rapat = 40 m2

b.Ruang Studio = 4 m2/orang (pemakai = 10% dari staf)

c. Ruang Arsip = 0,4 m2/ orang (pemakai = staf)

d.WC = 2 m2/ 25 orang

e. Mushola = 0,8 m2/ orang (pemakai 20% dari staf)

1. RUMAH NEGARA

Standar luas Rumah Negara ditentukan sesuai dengan tipe peruntukannya, yang terliat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3

Standar Luas Rumah Negara

Tipe Luas Bangunan Luas Lahan Luas Pendopo Khusus Bupati 500 m2 3.000 m2 250 m2 Wakil Bupati 350 m2 1.500 m2 175 m2 Ketua DPRD 300 m2 750 m2 0 Wakil Ketua DPRD 250 m2 500 m2 0

(11)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 9 A 300 m2 750 m2 0 B 150 m2 350 m2 0 C 70m2 200 m2 0 D 54m2 150 m2 0 E 45m2 120 m2 0

Jenis dan jumlah ruang minimum yang harus ditampung dalam tiap Tipe Rumah Negara, sesuai dengan yang tercantum dalam Tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4

Ketentuan Jenis dan Jumlah Ruang Rumah Negara

NO URAIAN TIPE KETERANGAN Khusus A/250 m2 B/ 120 m2 C/ 70 m2 D/50 m 2 E/ 36 m2

1 Ruang Tamu 1 1 1 1 1 1 Di dalam hasil

rancangan dimungkinkan adanyan penggabungan beberapa fungsi dalam satu ruang, misalnya fungsi ruang duduk dan ruang makan. 2 Ruang Kerja 1 1 1 - - - 3 Ruang Duduk 1 1 1 - - - 4 Ruang Makan 1 1 1 1 1 1 5 Ruang Tidur 4 4 3 3 2 2 6 Kamar Mandi/ WC 2 2 1 1 1 1 7 Dapur 1 1 1 1 1 1 8 Gudang 1 1 1 1 - - 9 Garasi 2 1 1 - - - 10 Ruang Tidur Pembantu 2 2 1 - - -

11 Ruang Cuci 1 1 1 1 1 1 Tidak dihitung

dalam luas bangunan standar

12 KM Pembantu 1 1 1 - - -

(12)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 10 3. STANDAR LUAS GEDUNG NEGARA LAINNYA

Standar luas gedung negara lainnya, seperti: sekolah/ universitas, rumah sakit, dan lainnya mengikuti ketentuan- ketentuan luas ruang yang dikeluarkan oleh instansi yang bersangkutan.

2.4 Persyaratan Administratif

Pada tahap penyusunan rencana pembangunan

bangunan gedung Negara, perlu diperhatikan persyaratan administratif yang harus dimiliki setiap bangunan gedung Negara mulai dari tahapan perencanaan, pembangunan dan juga tahap pemanfaatan tahap pemanfaatan bangunan gedung negara.

Persyaratan administratif bangunan gedung negara meliputi pemenuhan persyaratan:

1. Dokumen Pembiayaan

Setiap kegiatan pembangunan Bangunan Gedung Negara harus disertai/memiliki bukti tersedianya anggaran yang diperuntukkan untuk pembiayaan kegiatan tersebut yang disahkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dapat berupa Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau dokumen

lainnya yang dipersamakan, termasuk surat

penunjukan/penetapan Kuasa Pengguna Anggaran/Kepala Satuan Kerja. Dalam dokumen pembiayaan pembangunan bangunan gedung negara sudah termasuk:

a. biaya perencanaan teknis; b. pelaksanaan konstruksi fisik;

c. biaya manajemen konstruksi/pengawasan konstruksi; d. biaya pengelolaan kegiatan.

(13)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 11 2. Status Hak Atas Tanah

Setiap bangunan gedung negara harus memiliki kejelasan tentang status hak atas tanah di lokasi tempat bangunan gedung negara berdiri. Kejelasan status atas tanah ini dapat berupa hak milik atau hak guna bangunan. Status hak atas tanah ini dapat berupa sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah Instansi/lembaga pemerintah /negara yang bersangkutan.

Dalam hal tanah yang status haknya berupa hak guna usaha dan/atau kepemilikannya dikuasai sementara oleh pihak lain, harus disertai izin pemanfaatan yang dinyatakan dalam perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dengan pemilik bangunan gedung, sebelum mendirikan bangunan gedung di atas tanah tersebut.

3. Status Kepemilikan

Status kepemilikan bangunan gedung negara merupakan surat bukti kepemilikan bangunan gedung sesuai peraturan perundang-undangan. Dalam hal terdapat pengalihan hak kepemilikan bangunan gedung, pemilik yang baru wajib memenuhi ketentuan sesuai peraturan

perundangundangan.

4. Perizinan

Setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan dokumen perizinan yang berupa: Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB).

(14)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 12 5. Dokumen Perencanaan

Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen perencanaan, yang dihasilkan dari proses perencanaan teknis, baik yang dihasilkan oleh Penyedia Jasa Perencana Konstruksi, Tim Swakelola Perencanaan, atau yang berupa Disain Prototipe dari bangunan gedung negara yang bersangkutan. Dimana proses perencanaan teknis ini memuat rencana teknis bangunan gedung dan kelengkapannya yang mengikuti tahapan prarencana, pengembangan rencana dan penyusunan gambar kerja yang terdiri atas; rencana arsitektur, rencana struktur, rencana mekanikal/elektrikal, rencana tata ruang luar, rencana tata ruang dalam/interior serta rencana spesifikasi teknis, rencana anggaran biaya, dan perhitungan teknis pendukung.

2.5 Persyaratan Teknis

Secara garis besar, persyaratan teknis bangunan gedung negara adalah sebagai berikut:

1. Persyaratan Tata Bangunan Dan Lingkungan

Persyaratan tata bangunan dan lingkungan bangunan gedung negara meliputi ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam pembangunan bangunan gedung negara dari segi tata bangunan dan lingkungannya, meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan (RDTRKP) dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kabupaten

(15)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 13 atau Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung Kabupaten Muara Enim, yaitu:

a. Peruntukan lokasi

Setiap bangunan gedung negara harus diselenggara-kan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW, RDTR dan/atau RTBL.

b. Koefisien dasar bangunan

Koefisien dasar bangunan (KDB) adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai dengan rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.

Penetapan besar KDB maksimum didasarkan pada pertimbangan:

a. Tingkat pengisian/peresapan air = KDH minimum b. Besar pengaliran air (kapasitas drainase)

c. Jenis penggunaan lahan, dan harga lahan.

Besarnya KDB Maksimum untuk Bangunan Gedung Kantor adalah sebesar 70 %.

c. Koefisien lantai bangunan

Koefisien lantai bangunan (KLB) adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai dengan rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.

Penetapan besar KLB maksimum didasarkan pada pertimbangan: Harga lahan, ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana (jalan), dampak atau kebutuhan

(16)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 14 terhadap prasarana tambahan, serta ekonomi dan pembiayaan.

Besarnya KLB maksimum untuk Bangunan Gedung Negara adalah sebesar 3,5.

d. Ketinggian bangunan

Ketinggian bangunan gedung negara ditentukan atas dasar pertimbangan lebar jalan, fungsi bangunan, keselamatan bangunan, keserasian dengan lingkungan serta keselamatan lalu lintas penerbangan. Tinggi maksimal dari bangunan gedung negara adalah 5 lantai. Untuk bangunan gedung negara yang akan dibangun lebih dari 5 lantai, harus mendapat persetujuan dari Bupati Muara Enim.

e. Ketinggian langit-langit

Ketinggian langit-langit bangunan gedung kantor

minimum adalah 2,80 meter dihitung dari permukaan lantai. Untuk bangunan gedung olah-raga, ruang pertemuan, dan bangunan lainnya dengan fungsi yang memerlukan ketinggian langit-langit khusus, agar mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dipersyaratkan.

f. Jarak antar blok/massa bangunan

Jarak antar blok/massa bangunan harus

mempertimbangkan hal-hal seperti:

1) Keselamatan terhadap bahaya kebakaran;

2) Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan; 3) Kenyamanan;

(17)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 15 4) Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan. g. Koefisien daerah hijau (KDH)

Koefisien daerah hijau (KDH) adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka diluar

bangunan gedung yang diperuntukan bagi

pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/ daerah perencanaan yang dikuasai sesuai dengan rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. KDH ini ditentukan atas dasar kepentingan daya dukung lingkungan, fungsi peruntukan, fungsi bangunan, kesehatan dan kenyamanan bangunan.

Perbandingan antara luas area hijau dengan luas persil bangunan gedung negara, harus diperhitungkan dengan mempertimbangkan:

1) daerah resapan air;

2) ruang terbuka hijau kabupaten/kota.

Untuk bangunan Gedung Negara KDH minimum adalah 40%.

h. Garis sempadan Bangunan

Garis Sempadan Bangunan (GSB) minimum ditetapkan

dengan mempertimbangkan keselamatan, risiko

kebakaran, kesehatan, kenyamanan dan estetika.

Arahan GSB minimum, sebagai berikut:

 Untuk ruang milik jalan (rumija) < 8 m, GSB minimum

= ½ rumija

 Untuk ruang milik jalan >= 8m, GSB minimum = ½

(18)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 16

 Untuk ruang milik jalan (rumija) < 8 m, GSB minimum

= ½ rumija

 Untuk ruang milik jalan >= 8m, GSB minimum = ½

rumija + 1 i. Wujud arsitektur

Wujud arsitektur bangunan gedung negara harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1)mencerminkan fungsi sebagai bangunan gedung

negara;

2)seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya;

3)Tematik sesuai dengan Icon (ciri khas) SKPD pengguna;

4)efisien dalam penggunaan sumber daya baik dalam

pemanfaatan maupun dalam pemeliharaannya;

5)mempertimbangkan nilai sosial budaya setempat dalam

menerapkan perkembangan arsitektur dan rekayasa; dan

6)mempertimbangkan kaidah pelestarian bangunan baik

dari segi sejarah maupun langgam arsitekturnya. j. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Bangunan

Bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan prasarana dan sarana bangunan yang memadai, dengan biaya pembangunannya diperhitungkan sebagai pekerjaan non-standar. Prasarana dan sarana bangunan yang harus ada pada bangunan gedung negara, seperti:

1) Sarana parkir kendaraan;

2) Sarana untuk penyandang cacat dan lansia;

3) Sarana penyediaan air minum;

(19)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 17

5) Sarana ruang terbuka hijau;

6) Sarana hidran kebakaran halaman;

7) Sarana pencahayaan halaman;

8) Sarana jalan masuk dan keluar;

9) Penyediaan fasilitas ruang ibadah, ruang ganti, ruang

bayi/ibu, toilet, dan fasilitas komunikasi dan informasi.

k. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), serta Asuransi

1) Setiap pembangunan bangunan gedung negara harus

memenuhi persyaratan K3 sesuai yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja

dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:

Kep.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/ 1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Satuan Kerja Konstruksi, dan atau peraturan penggantinya;

2) Ketentuan asuransi pembangunan bangunan gedung

negara sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

2. Persyaratan Bahan Bangunan

Dalam penyusunan Rencana Pembangunan Bangunan Gedung Negara, pemilihan bahan bangunan untuk pembangunan bangunan gedung negara harus memenuhi SNI yang dipersyaratkan, diupayakan menggunakan bahan bangunan setempat/produksi dalam negeri, termasuk bahan bangunan sebagai bagian dari komponen bangunan sistem fabrikasi.

(20)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 18

2. Persyaratan Struktur Bangunan

Khusus untuk struktur bangunan gedung Negara, rencana yang dibuat harus memenuhi persyaratan keselamatan (safety) dan kelayanan (serviceability) serta SNI kontruksi bangunan gedung.

3. Persyaratan Utilitas Bangunan

Didalam dokumen perencanaan pembangunan bangunan gedung Negara, harus sudah mengakomodir rencana penggunaan sarana utilitas, dimana sistem utilitas baik yang berada didalam dan diluar bangunan gedung Negara harus memenuhi SNI yang disyaratkan dan harus memperhatikan system keamanan, keselamatan serta estetika bangunan.

Khusus untuk penerangan/pencahayaan serta

pengkondisian udara (ventilasi) harus mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam (alami).

4. Persyaratan Sarana Penyelamatan

Setiap bangunan gedung Negara harus dilengkapi dengan sarana penyelamatan dari bencana atau keadaan darurat, serta harus memenuhi persyaratan standar sarana

(21)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 19

BAB III

TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

3.1 Penyusunan Program dan Pembiayaan

Penyusunan program dan pembiayaan pembangunan adalah

merupakan tahap awal proses penyelenggaraan

pembangunan bangunan gedung negara, yang merupakan kegiatan untuk menentukan program kebutuhan ruang dan fasilitas bangunan yang diperlukan sesuai dengan tugas

pokok dan fungsi pekerjaan dari instansi yang

bersangkutan, serta penyusunan kebutuhan biaya

pembangunan.

1. Penyusunan program dan pembiayaan pembangunan

bangunan gedung negara disusun oleh instansi Pengguna Anggaran yang memerlukan bangunan gedung negara.

2. Penyusunan kebutuhan program ruang dan bangunan

serta pelaksanaan pembangunan bangunan gedung negara dilakukan dengan:

a. menentukan kebutuhan luas ruang bangunan yang

akan dibangun, antara lain:

1) ruang kerja; 2) ruang sirkulasi; 3) ruang penyimpanan; 4) ruang mekanikal/elektrikal; 5) ruang pertemuan; 6) ruang ibadah;

(22)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 20

8) ruang-ruang lainnya;

Ruangan yang disusun harus sesuai dengan

kebutuhan dan fungsi instansi yang akan

menggunakan bangunan gedung.

b.menentukan kebutuhan prasarana dan sarana

bangunan gedung, antara lain:

1) kebutuhan parkir;

2) sarana penyelamatan;

3) utilitas bangunan;

4) sarana transportasi;

5) fasilitas komunikasi dan informasi;

6) jalan masuk dan keluar;

7) aksesibilitas bagi penyandang cacat;

8) drainase dan pembuangan limbah; serta

9) prasarana dan sarana lainnya sesuai dengan

kebutuhan.

c. menentukan kebutuhan lahan bangunan;

d.menyusun jadwal pelaksanaan pembangunan.

Penyusunan program kebutuhan ruang dan bangunan dilakukan dengan mengikuti pedoman, standar, dan petunjuk teknis pembangunan bangunan gedung negara yang berlaku.

3. Penyusunan program kebutuhan bangunan gedung

negara yang belum ada disain prototipenya dan/atau luas bangunannya lebih dari 1.500 m2, dapat menggunakan jasa konsultan, sebagai pekerjaan non- standar.

4. Berdasarkan program kebutuhan yang telah ditetapkan,

(23)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 21

pembangunan bangunan gedung negara yang

bersangkutan, yang terdiri atas:

a. biaya pelaksanaan konstruksi fisik;

b. biaya perencanaan teknis konstruksi;

c. biaya manajemen konstruksi atau pengawasan

konstruksi; dan

d. biaya pengelolaan kegiatan.

5. Penyusunan pembiayaan bangunan gedung negara didasarkan pada standar harga per-m2 tertinggi bangunan gedung negara yang berlaku. Untuk penyusunan program dan pembiayaan bangunan gedung negara yang belum ada standar harganya atau memerlukan penilaian khusus, harus dikonsultasikan kepada Instansi Teknis.

6. Pembangunan bangunan gedung negara yang

pelaksanaan pembangunannya akan dilaksanakan menerus lebih dari satu tahun anggaran sebagai kontrak tahun jamak (multi-years contract), program dan pembiayaannya harus mendapat persetujuan dari bupati Muara Enim setelah memperoleh pendapat teknis dari Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya.

7. Dokumen program dan pembiayaan pembangunan

bangunan gedung negara merupakan dokumen yang harus diserahkan kepada Kepala Satuan Kerja yang

ditetapkan untuk melaksanakan pembangunan

bangunan gedung negara yang bersangkutan, sebagai bahan acuan.

(24)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 22

3.2 Perencanaan Teknis Konstruksi

1. Perencanaan teknis konstruksi merupakan tahap

penyusunan rencana teknis (disain) bangunan gedung negara, termasuk yang penyusunannya dilakukan dengan menggunakan disain berulang atau dengan disain prototip.

2. Penyusunan rencana teknis bangunan gedung negara

dilakukan dengan cara menggunakan penyedia jasa perencanaan konstruksi, baik perorangan ahli maupun badan hukum yang kompeten, sesuai dengan ketentuan, dan apabila tidak terdapat penyedia jasa perencanaan konstruksi yang bersedia, dapat dilakukan oleh instansi Pekerjaan Umum/instansi teknis setempat.

3. Rencana teknis disusun berdasarkan Kerangka Acuan

Kerja (KAK) yang disusun oleh pengelola kegiatan.

4. Dokumen rencana teknis bangunan gedung negara

secara umum meliputi:

a. Gambar rencana teknis (arsitektur, struktur,

mekanikal dan elektrikal, serta tata lingkungan);

b.Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), yang meliputi

persyaratan umum, administratif, dan teknis

bangunan gedung negara yang direncanakan;

c. Rencana anggaran biaya pembangunan;

d.Laporan akhir tahap perencanaan, meliputi:

1) laporan arsitektur;

2) laporan perhitungan struktur termasuk laporan penyelidikan tanah (soil test);

3) laporan perhitungan mekanikal dan elektrikal; 4) laporan perhitungan IT (Informasi & Teknologi); 5) laporan tata lingkungan.

(25)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 23 e. Keluaran akhir tahap perencanaan, yang meliputi dokumen perencanaan, berupa: Gambar Rencana Teknis, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Rencana Anggaran Biaya (Engineering Estimate), dan Daftar Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) yang disusun sesuai ketentuan;

f. Kontrak kerja perencanaan konstruksi dan berita acara

kemajuan pekerjaan/serah terima pekerjaan

perencana- an, yang disusun dengan mengikuti ketentuan yang tercantum dalam peraturan presiden tentang pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, dan pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah beserta petunjuk teknis pelaksanaannya.

5. Tahap perencanaan teknis konstruksi untuk bangunan gedung negara:

a. yang berlantai diatas 4 lantai; dan/atau

b.dengan luas total diatas 5.000 m2; dan/atau

c. dengan klasifikasi khusus; dan/atau

d.yang melibatkan lebih dari satu konsultan perencana

maupun pemborong; dan/atau;

e. yang dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran

(multiyears project);

diharuskan melibatkan penyedia jasa manajemen konstruksi, sejak awal tahap perencanaan.

(26)

Proyek Perubahan Diklat PIM IV Angkatan V Tahun 2016 24

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP

Pedoman umum rencana pembangunan bangunan gedung negara ini bersifat umum untuk memandu penyusunan Rencana Pembangunan bangunan gedung negara dalam Kabupaten Muara Enim.

Spesifikasi dan persyaratan teknis yang bersifat lebih rinci tentang penyusunan rencana pembangunan bangunan gedung negara mengikuti ketentuan dalam peraturan perundang-undangan, standar dan pedoman teknis yang berlaku.

Gambar

Tabel 2.1  Tipe Rumah Negara

Referensi

Dokumen terkait

suatu teknologi informasi adalah kecepatan pemrosesan data atau transaksi dan penyiapan laporan, dapat menyimpan data dalam jumlah yang besar, meminimalisir

Dari hasil praktikum yang dilakukan menggenai keadaan fisika dan kimia perairan didapatkan hasil sebagai berikut : Kecerahan di peroleh sampai dasar perairan sebesar 23,5 cm,

Untuk memberikan kejelasan mengenai objek yang menjadi fokus penelitian dalam penulisan hukum ini, menghindari masuknya hukum yang tidak berkaitan dengan penelitian

Front Office night report : Laporan rangkuman seluruh transaksi kamar, total tamu yang menginap, total kamar terjual, total tamu checkin, total tamu checkout dan informasi

Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay (CRH) siswa kelas V SD

digunakan untuk penerapan model regresi semiparametrik birespon pada data longitudinal berdasarkan estimator spline truncated adalah data pertumbuhan balita usia

Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan kemampuan pemanfaatan waktu belajar siswa kelas X Akuntansi 2 SMK PGRI 1

Mampu memahami proses kreatif pembuatan Iklan Radio dengan benar dan lengkap serta tepat. Mampu memahami proses kreatif pembuatan Iklan Radio dengan benar