• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENGEMBANGAN PROFESI DAN KARIR GURU. langkah-langkah, dan kegiatan-kegiatan pengembangan profesi dan karir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI PENGEMBANGAN PROFESI DAN KARIR GURU. langkah-langkah, dan kegiatan-kegiatan pengembangan profesi dan karir"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

PENGEMBANGAN PROFESI DAN KARIR GURU

A. Kompetensi Dasar

Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami alasan-alasan, langkah-langkah, dan kegiatan-kegiatan pengembangan profesi dan karir guru.

B. Uraian

Berikut ini akan diketengahkan tentang: beberapa alasan pengembangan profesi guru, prinsip-prinsip pengembangan profesi guru, Amanat Undang-Undang 14 Tahun 2005 dan PP 74, isi pengembangan profesi guru, pelaksana pengembangan profesi guru, dan Tahapan-tahapan Penting Pengembangan Profesi Guru.

1. Beberapa Alasan Pengembangan Profesi Guru

Uraian berikut akan memaparkan tentang alasan-alasan mengapa perlu dilakukan pengembangan profesi dan karir guru.

Ada beberapan alasan mengapa guru harus mengembangkan profesinya (kompetensi). Beberapa alasan penting aladah sebagai berikut.

a. Perkembangan Ilmu dan Teknologi (IPTEK). Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), baik sebagai substansi materi ajar maupun piranti penyelenggaraan pembelajaran, terus berkembang. Dinamika ini menuntut guru selalu meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan menggunakan berbagai pendekatan, metoda, dan teknologi pembelajaran

(2)

terkini. Hanya dengan cara itu guru mampu menyelenggarakan pembelajaran yang berhasil mengantarkan peserta didik memasuki dunia kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pada zamannya. Sebaliknya, ketidakmauan dan ketidakmampuan guru menyesuaikan wawasan dan kompetensi dengan tuntutan perkembangan lingkungan profesinya justru akan menjadi salah satu faktor penghambat ketercapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran (Danim, 2012: 16).

Perkembangan IPTEK menjadi salah satu pendorong yang mengharuskan para guru untuk melakukan pengembangan profesinya. Perkembangan IPTEK secara empiris menunjukkan begitu besar dampaknya pada berbagai dimensi pembangunan, khususnya bidang pendidikan. Berkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and Communication Technology (ICT) menjadi tantangan mutakhir bagi dunia pendidikan. E-learning, e-book, mobile learning dan sejenisnya adalah wujud dari perkembangan IPTEK mutakhir. Para guru mau tidak mau, suka tidak suka harus mampu beradaptasi dan/atau menggunakan teknologi tersebut. Jika tidak, maka profesi guru tidak akan eksis.

b. Tuntutan Lembaga Pendidikan. Dengan adanya dampak perkembangan IPTEK maka berbagai institusi pendidikan mempunyai tuntutan baru. Tidak ada satu pun lembaga pendidikan (sekolah atau perguruan tinggi) yang ingin ketinggalan IPTEK karena apabila mengabaikan perkembangan IPTEK berarti lembaga pendidikan tersebut harus siap untuk ditingggalkan oleh stakeholder. Dinamika ini menuntut guru selalu meningkatkan kualitas profesinya dengan

(3)

mengembangkan pengetahuan baru, keterampilan baru, dan sikap baru sesuai dengan tuntutan lembaga pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan harus menerapkan teknologi baru sehingga tidak ketinggalan jaman. Penerapan dan pengembangan teknologi baru di lembaga pendidikan merupakan tanggung jawab utama guru karena gurulah yang bertugas langsung dalam proses pembelajaran. Belakangan ini lembaga-lembaga pendidikan berkompetisi untuk memberikan layanan terbaik dan mengedepankan penerapan teknologi baru dalam manajemen lembaga dan proses pembelajaran, khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), sehingga lembaga pendidikan tersebut tidak kalah dalam pentas persaingan lembaga pendidikan.

c. Tuntutan Dunia Kerja. Tuntutan lapangan kerja yang mengedepankan kualitas sumber daya manusia mendorong berbagai lembaga pendidikan untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan (pembelajaran). Dengan terbatasnya lapangan kerja pada satu sisi, dan tuntutan persyaratan penerimaan tenaga kerja pada sisi lain mengharuskan lembaga-lembaga pendidikan mengadaptasikan kurikulum dengan kebutuhan lapangan kerja. Di sinilah para guru dituntut untuk terus belajar dan mengembangkan kurikulum (materi pelajaran) sehingga para lulusannya nanti mampu bersaing dalam pasar lapangan kerja. Lembaga pendidikan yang tidak mampu mempersiapkan para peserta didiknya dengan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dipersyaratkan lapangan kerja maka cepat atu lambat lembaga pendidikan tersebut akan tersisihkan.

(4)

d. Persaingan global. Lembaga-lembaga pendidikan terus dihadapkan dengan persaingan yang sangat ketat diantara lembaga-lembaga pendidikan (sekolah/perguruan tinggi) yang berkembang secara global. Semua lembaga pendidikan dituntut untuk mampu ikut tampil ambil bagian dalam proses perubahan dan perkembangan serta peningkatan kualitas pendidikan. Untuk dapat ambil bagian dalam kompetisi lembaga pendidikan maka lembaga-lembaga pendidikan harus melakukan berbagai aktivitas untuk peningkatan kualitas dalam seluruh komponennya, khususnya peningkatan kualitas atau profesi guru. Lembaga-lembaga pendidikan (atau guru/dosen) yang tidak sanggung melakukan peningkatan kualitas kompetensinya cepat atau lambat akan ditinggalkan oleh stakeholder.Sekolah atau perguruan tinggi yang tidak mengembangkan media teknologi informasi dan komunikasi dan guru atau dosennya tidak terbiasa menggunakan media tersebut akan dipersepsi negatif oleh parastakeholders.

e. Harga diri (moral). Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh kewibawaan guru. Kewibawaan guru menunjukkan harga diri (moral) guru. Guru yang menunjukkan kinerja yang tinggi, yang ditunjukkan antara lain dalam hal penguasaan materi dan dalam mengelola interaksi pembelajaran, termasuk penggunaan IPTEK (TIK) dalam pembelajaran akan memperoleh penilaian positif dari peserta didik. Sebaliknya, guru yang memiliki kemampuan terbatas dalam penguasaan materi dan mengajar akan kehilangan wibawa di hadapan peserta didik. Oleh sebab itu guru harus senantiasa meng-update keterampilan, pengetahuan, dan sikapnya. Tidak jarang guru

(5)

menyikapi dengan keras pada para peserta didiknya jika banyak bertanya, padahal semestinya guru senang jika para peserta didiknya suka bertanya karena menunjukkan keingintahuan mereka tinggi. Guru yang bersikap demikian biasanya guru yang memang kurang menguasai materi pelajaran, sehingga kalau guru merasa tidak siap menjawab pertanyaan-pertanyaan siswanya tidak dibuka forum tanya jawab, bahkan memarahi siswanya yang suka bertanya, bahkan kadang guru mengambil siasat dengan menyuruh siswanya mencari sendiri jawabannya dengan alasan mengembangkan belajar mandiri atau alasan-alasan lain yang tidak rasional.

f. Rendahnya profesionalisme guru. Ada lima penyebab rendahnya profesionalisme guru: (1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total, (2) rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan, (3) pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan, (4) masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang diberikan kepada calon guru, (5) masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara makssimal meningkatkan profesionalisme anggotanya. Kecenderungan PGRI bersifat politis memang tidak bisa disalahkan, terutama untuk menjadi pressure group agar dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun demikian di masa mendatang PGRI sepantasnya mulai mengupayakan profesionalisme para anggo-tanya. Dengan melihat adanya faktor-faktor yang

(6)

menyebabkan rendahnya profesionalisme guru, pemerintah berupaya untuk mencari alternatif untuk meningkatkan profesi guru (Akadum, 1999:17). Selanjutnya Akadum menegaskan bahwa dunia guru masih terselingkung dua masalah yang memiliki mutual korelasi yang pemecahannya memerlukan kearifan dan kebijaksanaan beberapa pihak terutama pengambil kebijakan; (1) profesi keguruan kurang menjamin kesejahteraan karena rendah gajinya. Rendahnya gaji berimplikasi pada kinerjanya; (2) profesionalisme guru masih rendah (Akadum, 1999:16). Tentang keraguan terhadap kompetensi guru dimuat pula dalam Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru bahwa Hingga kini, baik dalam fakta maupun persepsi, masih banyak kalangan yang meragukan kompetensi guru baik dalam bidang studi yang diajarkan maupun bidang lain yang mendukung terutama bidang didaktik dan metodik pembelajaran. Keraguan ini cukup beralasan karena didukung oleh hasil uji kompetensi yang menunjukkan masih banyak guru yang belum mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Uji kompetensi ini juga menunjukkan bahwa masih banyak guru yang tidak menguasai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Uji-coba studi video terhadap sejumlah guru di beberapa lokasi sampel melengkapi bukti keraguan itu. Kesimpulan lain yang cukup mengejutkan dari studi tersebut di antaranya adalah bahwa pembelajaran di kelas lebih didominasi oleh ceramah satu arah dari guru dan sangat jarang terjadi tanya jawab. Ini mencerminkan betapa masih banyak guru yang tidak berusaha meningkatkan dan memutakhirkan profesionalismenya (Danim, 2012:16).

(7)

Akibat dari masih banyaknya guru yang tidak menguasai kompetensi yang dipersyaratkan ditambah dengan kurangnya kemampuan untuk menggunakan TIK membawa dampak pada siswa paling tidak dalam dua hal.Pertama, siswa hanya terbekali dengan kompetensi yang sudah usang. Akibatnya, produk sistem pendidikan dan pembelajaran tidak siap terjun ke dunia kehidupan nyata yang nyata terus berubah Kedua, pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru juga kurang kondusif bagi tercapainya tujuan secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan karena tidak didukung oleh penggunaan teknologi pembelajaran yang modern dan handal. Hal itu didasarkan pada kenyataan bahwa substansi materi pelajaran yang harus dipelajari oleh anak didik terus berkembang baik volume maupun kompleksitasnya (Danim, 2013:16-17).

Pembinaan dan pengembangan guru diketengahkan dalam beberapa pasal Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bagian Kelima, sebagai berikut:

Pasal 32: (1) Pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan pengembangan profesi dan karier. (2) Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. (3) Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui jabatan fungsional. (4) Pembinaan dan pengembangan karier guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.

(8)

Pasal 33: Kebijakan strategis pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Pasal 34: (1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina dan

mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. (2) Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat wajib membina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru. (3) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan anggaran untuk meningkatkan profesionalitas dan pengabdian guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Pengembangan dan/atau pemberdayaan gru hendaknya dilakukan dengan cara-cara atau strategi yang baik. Sebagaimana diketengahkan dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005, Pasal 7, Ayat 2 pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.

2. Prinsip-prinsip PengembanganProfesi (Kompetensi)

Ada ada dua prinsip utama pengembangan atau peningkatan kompetensi (profesi) dan karir guru, yakni prinsip umum dan khusus.

(9)

Secara umum program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini (Danim, 2012:17-18): 1) Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung

tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

2) Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.

3) Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung sepanjang hayat.

4) Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran.

5) Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

b) Prinsip-pinsip Khusus

Secara khusus program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.

1) Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam kompetensi dan indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

2) Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi guru sebagai tenaga pendidik profesional yakni memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

3) Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

(10)

4) Konsisten, adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara kompetensi dan indikator.

5) Aktual dan kontekstual, yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat mengikuti perkembangan Ipteks.

6) Fleksibel, rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman.

7) Demokratis, setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk diberdayakan melalui proses pembinaan dan pengembangan profesionalitasnya, baik secara individual maupun institusional.

8) Obyektif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya dengan mengacu kepada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikator-indikator terukur dari kompetensi profesinya.

9) Komprehensif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya untuk mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam memberikan layanan pendidikan dalam rangka membangun generasi yang memiliki pengetahuan, kemampuan atau kompetensi, mampu menjadi dirinya sendiri, dan bisa menjalani hidup bersama orang lain.

10) Memandirikan, setiap guru secara terus menerus diberdayakan untuk mampu meningkatkan kompetensinya secara berkesinambungan, sehingga memiliki kemandirian profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsi profesinya. 11) Profesional, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru

(11)

12) Bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan berdasarkan tahapan waktu atau tahapan kualitas kompetensi yang dimiliki oleh guru.

13) Berjenjang, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan secara berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat kesulitan kompetensi yang ada pada standar kompetensi.

14) Berkelanjutan, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan sejalan dengan perkembangan ilmu pentetahuan, teknologi dan seni, serta adanya kebutuhan penyegaran kompetensi guru.

15) Akuntabel, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dapat dipertanggungjawabkan secara transparan kepada public.

16) Efektif, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru harus mampu memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak yang terkait dengan profesi dan karir lebih lanjut dalam upaya peningkatan kompetensi dan kinerja guru.

17) Efisien, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru harus didasari atas pertimbangan penggunaan sumberdaya seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Aktualitas tugas dan fungsi penyandang profesi guru berbasis pada prinsip-prinsip:

(12)

2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.

3) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.

4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. 5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. 6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.

7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

3. Amanat Undang-Undang 14 Tahun 2005 dan PP 74

Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen maupun PP No. 74 tentang Guru telah diamanatkan tentang beberapa hal terkait dengan pengembangan profesi guru, yaitu:

Pertama, calon peserta pendidikan profesi berkualifikasi S1/D-IV.

Kedua, sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, dan ditetapkan oleh pemerintah.

(13)

Ketiga, sertifikasi pendidik bagi calon guru harus dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel.

Keempat, jumlah peserta didik program pendidikan profesi setiap tahun ditetapkan oleh Menteri.

Kelima, program pendidikan profesi diakhiri dengan uji kompetensi pendidik. Keenam, uji kompetensi pendidik dilakukan melalui ujian tertulis dan ujian

kinerja sesuai dengan standar kompetensi.

Ketujuh, ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif yang mencakup penguasaan: (1) wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar; (2) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi mata pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya; dan (3) konsep-konsep disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang secara konseptual menaungi materi pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya.

Kedelapan, ujian kinerja dilaksanakan secara holistik dalam bentuk ujian praktik pembelajaran yang mencerminkan penguasaan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial pada satuan pendidikan yang relevan (Danim, 2012: 6-7).

Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,

(14)

seni, dan budaya dan/atau olah raga. Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional (9). Dengan proses peningkatan kompetensi guru yang berkelanjutan maka guru senantiasa siap untuk menghadapi dan beradaptasi dengan berbagai perubahan dan tuntutan baru yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, termasuk dalam institusi pendidikan dan dunia kerja. Pelatihan secara berkelanjutan harus dilakukan karena perubahan sosial terus berjalan dan tidak pernah berhenti. Setiap perubahan itu akan memunculkan kebutuhan dan tuntutan baru. Di sini guru dituntut untuk mampu berkiprah dalam kancah perubahan dan tuntutan baru itu. Modal utama adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru, yang semuanya hanya dapat diperoleh melalui proses belajar secara terus menerus.

4. Program Pengembangan Profesi Guru

Pengembangan profesi guru pada dasarnya adalah peningkatan kualitas dimensi-dimensi kompetensi guru. Beberapa dimensi utama dalam kompetensi guru adalah: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Sementara itu, pembinaan dan pengembangan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus sejalan dengan jenjang jabatan fungsional mereka (Danim, 2012: 9). Dengan demikian maka kenaikan jenjang jabatan fungsional guru terus mengalami peningkatan secara teratur.

(15)

Dari semua dimensi kompetensi di atas yang harus dikembangkan hendaknya dimulai dari unsur-unsur dimensi yang dipandang paling krusial dan harus ditangani dengan segera. Untuk menetukan unsur-unsur spesifik dalam masing-masing dimensi tersebut hendaknya didasarkan pada hasil penilaian kinerja guru. Idealnya seluruh dimensi pengembangan profesi itu dilakukan secara holistik dan simultan. Namun realita senantiasa menunjukkan gejala adanyakendala-kendala kendala untuk melakukan pengembangan profesi guru secara serempak. Oleh sebab itu maka program pengembangan profesi guru hendaknya dilakukan dengan menentukan prioritas-priositas yang lebih krusial. Pengembangan kreativitas guru merupakan salah satu unsur krusial yang harus dikembangkan. Amabile mengemukakan bahwa dalam mengembangkan kreativitas, guru dapat melatih ketrampilan bidang, dengan pengetahuan dan ketrampilan teknis dalam bidang khusus seperti bahasa, matematika atau seni; mengajarkan ketrampilan kreatif dalam batas tertentu, seperti cara berpikir menghadapi masalah secara kreatif, teknik memunculkan gagasan orisinal, yang diajarkan secara langsung dengan contoh; dan motivasi intrinsik, dengan guru menjadi model dengan mengungkapkan secara bebas minatnya, dan tantangan pribadi untuk memecahkan masalah atau melakukan tugas, dan memungkinakn siswa untuk bisa otonom sampai batas tertentu di kelas (Amabile dalam Munandar, 2002:156).

Menurut Supratno (2006:10), untuk lebih mendukung tercapainya peningkatan kemampuan profesionalisme guru, pemerintah dalam hal ini Depdiknas senantiasa secara periodik memfasilitasi kegiatan melalui:

(16)

a. Peningkatan kualitas guru melalui penyelenggaraan penyetaraan disetiap jenjang pendidikan.

b. Peningkatan kemampuan profesionalisme guru melalui kegiatan penataran/pelatihan bekerja sama dengan lembaga-lembaga penalaran atau diklat.

c. Memotifasi pengembangan kelompok kerja guru melalui PKG, PSB SPKG, PPPG dan sebagainya.

d. Penyesuaian penataan/pemerataan jumlah guru dalam berbagai jumlah studi/mata pelajaran guna memenui kebutuhan kurikulum.

e. Mensubsidi bantuan tenaga guru serta melakukan pembinaan mutu guru pada setiap sekolah khususnya sekolah swasta.

f. Melakukan pembinaan karir guru sesuai jabatan fungsional guru.

g. Secara periodik berusaha meningkatkan guru melalui berbagai cara atau terobosan.

Dalam Materi Pendidikan dan Latihan Guru Profesional 2012 (Danim, 2012: ) dijabarkan program-program kegiatan untuk peningkatan kompetensi dan karir guru sebagai berikut:

a. Inhouse training (IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan secara internal di KKG/MGMP, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karir guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi kepada

(17)

guru lain yang belum memiliki kompetensi. Dengan strategi ini diharapkan dapat lebih menghemat waktu dan biaya.

b. Program magang. Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan di institusi/industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi professional guru. Program magang ini terutama diperuntukkan bagi guru kejuruan dan dapat dilakukan selama priode tertentu, misalnya, magang di industri otomotif dan yang sejenisnya. Program magang dipilih sebagai alternatif pembinaan dengan alasan bahwa keterampilan tertentu khususnya bagi guru-guru sekolah kejuruan memerlukan pengalaman nyata.

c. Kemitraan sekolah. Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan bekerjasama dengan institusi pemerintah atau swasta dalam keahlian tertentu. Pelaksanaannya dapat dilakukan di sekolah atau di tempat mitra sekolah. Pembinaan melalui mitra sekolah diperlukan dengan alasan bahwa beberapa keunikan atau kelebihan yang dimiliki mitra dapat dimanfaatkan oleh guru yang mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya. d. Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan

tanpa menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya. Pembinaan melalui belajar jarak jauh dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di daerah terpencil dapat mengikuti pelatihan di tempat-tempat pembinaan yang ditunjuk seperti di ibu kota kabupaten atau di propinsi.

(18)

e. Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di P4TK dan atau LPMP dan lembaga lain yang diberi wewenang, di mana program pelatihan disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun berdasarkan tingkat kesulitan dan jenis kompetensi. Pelatihan khusus (spesialisasi) disediakan berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan adanya perkembangan baru dalam keilmuan tertentu.

f. Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kompetensi guru dalam beberapa kemampuan seperti melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, dan lain-lain sebagainya. g. Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh

kepala sekolah dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan, diskusi dengan rekan sejawat dan sejenisnya.

h. Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan alternatif bagi pembinaan profesi guru di masa mendatang. Pengikutsertaan guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar, baik di dalam maupun di luar negeri, bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan lanjut ini akan menghasilkan guru-guru pembina yang dapat membantu guru-guru lain dalam upaya pengembangan profesi.

(19)

Kegiatan-kegiatan lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi (profesi) dan karir guru adalah sebagai berikut (Danim, 2012: 20). a. Diskusi masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan secara berkala

dengan topik sesuai dengan masalah yang di alami di sekolah. Melalui diskusi berkala diharapkan para guru dapat memecahkan masalah yang dihadapi berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah ataupun masalah peningkatan kompetensi dan pengembangan karirnya.

b. Seminar. Pengikutsertaan guru di dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan profesi guru dalam meningkatkan kompetensi guru. Melalui kegiatan ini memberikan peluang kepada guru untuk berinteraksi secara ilmiah dengan kolega seprofesinya berkaitan dengan hal-hal terkini dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan.

c. Workshop. Workshop pendidikan adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terdiri dari petugas-petugas pendidikan yang memecahkan problema yang dihadapai melalui percakapan dan bekerja secara kelompok maupun bersifat perorangan (Sahertian, 2000:121). Workshop dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan karirnya. Workshop dapat dilakukan misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum, pengembangan silabus, penulisan RPP, dan sebagainya.

(20)

d. Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen ataupun jenis yang lain dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran.

e. Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk diktat, buku pelajaran ataupun buku dalam bidang pendidikan.

f. Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik (animasi pembelajaran).

g. Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat berupa karya teknologi yang bermanfaat untuk masyarakat dan atau pendidikan dan karya seni yang memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat.

Supervisi merupakan termasuk cara efektif untuk membantu pengembangan profesi guru. Tidak semua guru mampumelaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga mereka perlu bantuan. Untuk memberikan bantuan secara efektif adalah dengan mengadakan supervisi terhadap kinerja guru. Kegiatan supervisi pada dasarnya diarahkan pada hal-hal sebagai berikut:

a. Membangkitkan dan merangsang semangat guru dan pegawai sekolah dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik.

b. Mengembang dan mencari metode-metode belajar mengajar yang baru dalam proses pembelajaran yang lebih baik dan lebih sesuai.

(21)

c. Mengembangkan kerjasama yang baik dan harmonis antara guru dan siswa, guru dengan sesama guru, guru dengan kepala sekolah dan seluruh staf sekolah yang berada dalam lingkungan sekolah yang bersangkutan.

d. Berusaha meningkatkan kualitas wawasan dan pengetahuan guru dan pegawai sekolah dengan cara mengadakan pembinaan secara berkala, baik dalam bentuk work shop, seminar, in service training, up grading, dan sebagainya (Depag, 2004:29).

Ada hal lain yang kurang menjadi perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas guru, yakni memberian hadiah atau penghargaan.Penghargaan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja dan untuk mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan ini, tenaga kependidikan dirangsang untuk meningkatkan kinerja yang positif dan produktif. Penghargaan ini akan bermakna apabila dikaitkan dengan prestasi tenaga kependidikan secara terbuka, sehingga setiap tenaga kependidikan memiliki peluang untuk meraihnya. Penggunaan penghargaan ini perlu dilakukan secara tepat, efektif, dan efisien, agar tidak menimbulkan dampak negative (Mulyasa, 2006:151). Dengan pemberian penghargaan itu akan memotivasi para guru untuk terus berkreasi dan berinovasi. Guru yang kreatif, produktif, dan inovatif akan membuat kualitas kinerjanya semakin meningkat.

5. Pelaksana Pengembangan Profesi Guru

Pengembangan profesi guru dalam dilaksanakan oleh sebuah institusi atau di luar institusi (mandiri-individual). Institusi-institusi yang melakukan pengembangan profesi guru adalah lembaga-lembaga pendidikan

(22)

(sekolah/perguruan tinggi) di mana guru/dosen itu bekerja. Institusi lain termasuk lembaga-lembaga pemerintahan terkait yang memnyediakan pelayanan dalam hal peningkatan kualitas sumber daya manusia, khususnya sumber daya manusia dalam bidang pendidikan (guru/dosen). Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan oleh institusi pemerintah, lembaga pelatihan (training provider) nonpemerintah, penyelenggara, atau satuan pendidikan. Di tingkat satuan pendidikan, program ini dapat dilakukan oleh guru pembina, guru inti, koordinator guru kelas, dan sejenisnya yang ditunjuk dari guru terbaik dan ditugasi oleh kepala sekolah. Analisis kebutuhan, perumusan tujuan dan sasaran, desain program, implementasi dan layanan, serta evaluasi program pelatihan dapat ditentukan secara mandiri oleh penyelenggara atau memodifikasi/mengadopsi program sejenis (Danim, 2012:10). Tetapi yang lebih menentukan peningkatan kualitas guru sangat tergantung pada usaha mandiri (individual) guru bersangkutan karena mereka bisa memilih dan menentukan kegiatan apa yang seyogianya dilakukan untuk meningkatkan kualitas diri. Program pelatihan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau swasta bisa jadi tidak efektif karena umumnya program kegiatannya sudah dirancang secara instan, tidak berdasarkan hasil identifikasi yang obyektif. Apalagi jika pelatihan guru itu lebih didasarkan pada proyek yang semuanya sudah disiapkan dari pemerintah, dan para guru (peserta pelatihan) tinggal mengikuti pelatihan untuk mereka. Selain itu pengembangan profesi secara mandiri sebenarnya merupakan perwujudan dari tanggung jawab atau kewajiban guru untuk meningkatkan kualitas diri tanpa harus menunggu atau bergantung pada bantuan program baik dariminstansi pemerintah

(23)

atau non-pemerintah. Namun dalam kenyataan memang guru dihadapkan dengan berbagai persoalan (kendala) untuk meningkatkan kualitas diri, terutama dengan masih rendahnya gaji guru.

6. Tahapan-tahapan Penting Pengembangan Profesi Guru

Pengembangan profesi guru dilaksanakan dengan melalui beberapa tahapan penting. Untuk menentukan program kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan profesi dan karir guru maka yang dikenali terlebih dahulu adalah tentang kinerja guru waktu itu. Pengembangan keprofesian guru adakalanya diawali dengan penilaian kinerja dan uji kompetensi. Untuk mengetahui kinerja dan kompetensi guru dilakukan penilaian kinerja dan uji kompetensi. Atas dasar itu dapat dirumuskan profil dan peta kinerja dan kompetensinya. Kondisi nyata itulah yang menjadi salah satu dasar peningkatan kompetensi guru. Dengan demikian, hasil penilaian kinerja dan uji kompetensi menjadi salah satu basis utama desain program peningkatan kompetensi guru (Danim, 2012:10). Setelah diketahui kinerja guru maka selanjutnya disusunlah rencana program kegiatan yang kan dilaksanakan dengan mempertimbangkan banyak faktor baik pendukung (potensi) maupun penghambat (kendala) sehingga pelaksanaan kegiatan peningkatan profesi guru menjadi efektif. Untuk meningkatkan keaktifan para guru dalam melakukan kegiatan-kegiatan peningkatan profesinya hendaknya disertai dengan insentif. Insentif ini lebih bersifat sebagai motivator untuk memacu semangat mereka dalam meningkatkan kualitas diri. Tahapan berikutnya adalah bagaimana guru mampu mengimplementasikan pengalaman baru yang diperoleh dari keikutsertaannya

(24)

dalam kegiatan-kegiatan pelatihan dan sejenisnya, atau kemampuan melakukan inovasi dalam bidang pembelajaran. Pada saat guru melakukan inovasi atau mengimplementasikan pengetahuan baru, keterampilan baru, dan sikap-sikap baru hendaknya dilakukan pengawasan untuk diketahui kelancaran dan atau kendala dalam mengimplementasikan pengalamannya. Tahap penting terakhir yang hendaknya dilakukan dalam pengembangan profesi guru adalah pelaksanaan kegiatan lanjutan (follow-up). Tahap ini menekankan pentingnya dilakukan tindakan-tindakan lanjutan yang memungkinkan para guru yang menerapkan pengalaman barunya terus mempertahankan dan meningkatkan lebih jauh kualitas diri yang dimiliki.

C. Rangkuman

Pengembangan profesi dan karir guru merupakan dua kebutuhan dan tuntutan yang harus dipenuhi secara serempak. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, tuntutan dunia pasar, tuntutan lembaga pendidikan (sekolah/madrasah), dan juga tuntutan masyarakat (orangtua peserta didik) merupakan alasan-alasan penting perlunya peningkatan profesi guru. Pengembangan profesi lebih mengarah pada peningkatan kapasitas guru yang berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan pada satu sisi, dan pada sisi lain berkontribusi pada peningkatan karir guru. Dengan peningkatan karir guru maka berarti selain peningkatan kapasitas guru, dan kualitas pendidikan, juga terdapat peningkatan kesejahteraan guru. Pekerjaan profesional adalah pekerjaan yang menuntut peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sekaligus diikuti dengan peningkatan kesejahteraannya. Pengembangan profesi guru dapat

(25)

dilakukan dengan jalur formal, nonformal, maupun informal tergantung pada tujuan dan kemampuan guru yang bersangkutan.

D. Pertanyaan

1. Kemukakan apa yang dimaksud dengan pengembangan profesi guru?

2. Dari beberapa alasan perlunya pengembangan profesi guru sebagaimana dikemukakan di atas, mana diantara alasan-alasan itu yang menurut Anda paling kuat?

3. Pernyataan “Peningkatan profesi guru harus disertai dengan peningkatan kesejahteraan (upah)”. Bagaimana menurut pendapat Anda?

4. Kemukakan kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan profesinya?

5. Kemukakan apa yang seharusnya dilakukan oleh mahasiswa selama di kampus sehingga mereka lebih siap untuk mengemban tugas profesi sebagai guru nanti setelah lulus?

Referensi

Dokumen terkait

Proses 7em%uatan susu %u%u meru7aan sala& satu ;onto& 7engola&an susu /engan tu#uan rnenurunan a/ar air susu /engan ;ara 7engeringan sem7rot (  spray drying 

Kasus bullying pada anak mengalami peningkatan setiap tahun. Bullying pada anak memberikan berbagai dampak negatif yang berbeda-beda dan dapat menjadi sangat

Bangunan gedung kantor dinas yang akan diteliti sebanyak 11 bangunan yaitu pada kantor Dinas Pertanian, kantor Dinas Penduduk dan Catatan Sipil, kantor Dinas

Perhitungan variabel luas bagian dalam separator (Ag) dan dimensi separator yang seharusnya terpasang untuk mencapai nilai target volume produksi Juli sampai

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adnan, Mulyati, & Isworo(2013) di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Tugurejo Semarang menyebutkan bahwa ada

35 Mengambil resiko yang tidak perlu atau berada dalam situasi berbahaya (seperti merokok, minum- minuman keras, pergi ketempat-tempat berbahaya) 36 Teringat akan

perbedaan suhu, maka kalor mengalir dari bagian luar dasar wadah (yang.. bersentuhan dengan nyala api) menuju bagian dalam dasar

Adapun parameter banjir yang akan diteliti adalah berdasar : Jenis tanah, curah hujan, kemiringan lereng, ketinggian, tutupan lahan dan buffer sungai, dengan