• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Nilai-nilai yang diperlukan dalam pengembangan profesi pendidik

N/A
N/A
Rahmat Fadhil

Academic year: 2023

Membagikan "Makalah Nilai-nilai yang diperlukan dalam pengembangan profesi pendidik "

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah

Nilai-nilai yang diperlukan dalam pengembangan profesi pendidik

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah etika dan profesi guru

Dosen pembimbing : DR. Muh. Dahlan, S.Pd.I, M.Pd., I.

Oleh : Muh. Padil Rahmat

Jurusan Tarbiyah Islamiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Pare-pare

Tahun Ajaran 2023/2024

kata pengantar

(2)

Assalamualaaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan kekuatan, keteguhan hati, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “nilai-nilai yang diperlukan dalam pengembangan profesi pendidik”.

Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Dan Kepada keluarganya, sahabatnya, dan umatnya hingga saat ini. Aamiin.

Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan yang kami miliki. Namun berkat kesungguhan dalam menyelesaikan makalah ini, maka akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak seberapa yang masih perlu belajar, makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif dari pembaca demi terciptanya makalah yang lebih baik, serta bermanfaat di masa yang akan dan datang.

Besar harapan, mudah-mudahan makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat dan maslahat bagi semua orang.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Siwa, 14 oktober 2033

Penyusun,

penulis

Daftar isi

(3)

COVER JUDUL... 1

KATA PENGANTAR... 2

DAFTAR ISI... 3

BAB 1 PENDAHULUAN ... 4

A. Latar belakang... 4

B. Rumusan masalah... 5

C. Tujuan penulisan... 5

BAB 2 PEMBAHASAN... 6

A. Strategi pengembangan profesi guru... 6

B. Prinsip pengembangan profesi guru... 7

C. Jenis-jenis pengembangan profesi guru... 8

BAB 3 PENUTUP... 14

A. Kesimpulan... 14

B. Saran... 14

DAFTAR PUSTAKA... 15

Bab 1 Pendahuluan

(4)

A. Latar Belakang

Guru memiliki peran yang sangat esensial bagi mutu pendidikan di Indonesia karena guru menjadi salah satu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran disamping kurikulum dan sarana prasarana. Guru memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, dan mengevaluasi peserta didik. Tugas utama tersebut akan menjadi efektif apabila guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang meliputi kompetensi yang harus dimiliki guru disertai dengan kode etik tertentu. Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. keempat kompetensi tersebut dalam praktiknya merupakan satu kesatuan yang utuh. Guru profesional sudah seyogyanya mampu menguasai keempat kompetensi tersebut.

Dalam kaitannya dengan mutu pendidikan, kompetensi guru memiliki hubungan yang positif.

Semakin guru menguasai kompetensi minimal yang harus dimilikinya maka mutu pendidikan di Indonesia juga akan meningkat. Namun melihat fenomena yang ada sekarang, masih banyak ditemukan kasus yang mencerminkan masih rendahnya tingkat profesionalitas guru di Indonesia.

Salah satunya dapat dilihat dari masih banyak guru yang menggunakan metode pembelajaran yang monoton tanpa adanya inovasi dalam pembelajaran, masih benyak guru yang belum mempunyai kualifikasi S1dan masih banyak persolan lainnya. Pengembangan guru di Indonesia juga masih rendah. Banyak guru-guru dalam bidang skill (kemampuan mengajar) masih kurang, kurangnya pengembangan dan peningkatan organisasi serta kurangnya pengembangan dan peningkatan keperibadian (motivasi berprestasi). Padahal peran guru demikian penting dalam peningkatan mutu pendidikan.

Secara kuantitatif jumlah tenaga guru telah cukup memadai, tetapi mutu serta

profesionalismenya belum sesuai dengan harapan. Guru bukan hanya sekedar profesi. Guru bukan hanya mengajarkan materi dan memberikan 2 penilaian. Dalam proses penyampaian materi itu sendiri memerlukan teknik dan seni sebagai hasil dari perpaduan kompetensi yamg dimiliki oleh guru. Sehingga guru menjadi lebih kreatif dalam mengembangkan pembelajaran. Peningkatan kompetensi guru dalam rangka pengembangan profesi guru dinilai sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik dan lebih luas lagi meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Maka dalam makalah ini, penulis tertarik untuk membahas tentang guru berkaitan denganpengembangan profesi guru.

B. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan pengembangan profesi keguruan?

b. Bagaimana sikap professional seorang guru?

c. Bagaimana pengembangan profesi keguruan?

C. Tujuan Penulisan

Penulis menyusun makalah “Pengembangan Profesi Keguruan” dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Etika Profesi Keguruan dan antara lain bertujuan agar dapat:

a. Menjelaskan pengertian pengembangan profesi keguruan.

b. Menjelaskan sikap professional guru.

(5)

c. Menjelaskan pengembangan profesi guru.

Bab 2 Pembahasan

a. strategi pengembangan Profesi Guru

Pengembangan profesionalisme guru selalu mendapatkan perhatian secara global, karenaguru berperan penting dalam mencerdaskan bangsa dan sebagai sentral pendidikan karakter. Tugas mulia yang diemban seorang guru tersebut menjadi berat karena bukan saja guru harus mempersiapkan generasi muda sebagai penerus yang mampu bersaing namun juga unggul dari segi karakter.

Mengembangkan profesi guru bukan sesuatu yang mudah, maka diperlukan strategi yang tepat dalam upaya menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan profesi guru. Situasi kondusif ini jelas amat diperlukan oleh tenaga pendidik untuk dapat mengembangkan diri sendiri ke arah profesionalisme

(6)

guru. Dalam jurnal ekonomi dan pendidikan yang ditulis Mustofa dijelaskan beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi pengembangan profesi guru, yaitu:

a. Strategi perubahan paradigma

Strategi ini dimulai dengan mengubah paradigma birokasi agar menjadimampu mengembangkan diri sendiri sebagai institusi yang berorientasipelayanan, bukan dilayani. Strategi perubahan paradigma dapat dilakukan melalui pembinaan guna menumbuhkan penyadaran akan peran dan fungsi birokrasi dalam kontek pelayanan masyarakat.

b. Strategi debirokratisasi

Strategi ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkatan birokrasi yang dapatmenghambat pada

pengembangan diri guru. Strategi tersebut memerlukan metode operasional agar dapat dilaksanakan.

Sementara strategi debirokratisasi dapat dilakukan dengan cara mengurangi dan menyederhanakan berbagai prosedur yang dapat menjadi hambatan bagi pengembangan diri guru serta menyulitkan pelayanan bagi masyarakat.

Untuk melakukan profesionalisasi ada tiga pengembangan yang ditawarkan oleh R.D. Lansbury (Pahrudin, 2015) yang dapat dijadikan sebagai kerangka dalam merumuskan strategi pengembangan yakni :

Pendekatan karakteristik, berupaya memunculkan karakter yang melekat dalam suatu profesi,

sehingga profesi itu benar-benar dijalankan sesuai dengan tuntunan profesional.

Pendekatan institusional, pendektan yang lebih memandang profesionalitas sebagai suatu proses

konstitusional atau perkembangan asosional

Pendekatan legalistik, merupakan upaya profesionalisasi yang menekankan pada adanya pengakuan

suatu profesi oleh negara.

Dari pendekatan diatas, dapat dirumuskan strategi dalam pengembanganprofesionalitas kedalam tiga level yaitu: pertama, upaya-upaya profesionalisasi yang dilakukan oleh guru secara pribadi agar mereka dapat meningkatkan kualitas keprofesionalan, dengan atau tanpa bantuan pihak lain. Dengan kata lain dapat dikatakan sebagai pelatihan mandiri. Kedua, pengembangan yang dilakukan oleh manajemen lembaga melalui berbagai kebijakan manajerial yang dilakukan. Kedua level ini dapat diaktegorikan dalam strategi mikro pengembangan profesional guru. Sedangkan level ketiga adalah upaya pengembangan pada level makro yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat secara luas dalam kerangka manajemen pendidikan nasional.

Di lihat dari konteks manajemen makro dalam sistem pendidikan nasional, Tilaar (Pahrudin, 2015) menawarkan langkah-langkah yang disebut dengan strategi pengembangan profesionalitas guru yaitu:

1. Mengupayakan terjadinya peningkatan status profesi guru agar dapat sejajar dengan profesi lain.

2. Pengembangan profesionalitas guru harus lebih berorientasi pada peningkatan kualitas, bukan kuantitas. Dalam hal ini maka dperlukan SDM maupun finansial.

3. Profesionalitas guru membutuhkan upaya pendataan kembali terhadap guru agar mereka dapat dikembangkan.

b. Prinsip pengembangan Profesi Guru

Sudarwan Danim (2011 : 92) menyebutkan ada dua prinsip pengembangan profesi guru yaitu prinsip umum dan khusus. Prinsip umum pengembangan profesi guru adalah sebagai berikut:

Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia,

nilai keagamaan, nilai kultural , dan kemajemukan bangsa.

(7)

Satukesatuan yang sitematis dengan sistem yang terbuka dan multimakna.

Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung sepanjang hayat.

Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas guru dalam proses

pembelajaran.

Prinsip khusus atau operasional pengembangan profesi guru meliputi hal-hal sebagai berikut:

Ilmiah, dimana keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam kompetensi dan

indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Relevan, dimana rumusnya berorientasi pada tugas pokok dan fungsi guru sebagai pendidik

profesional.

Sistematis, dimana setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru berhubungan secara fungsional

dalam mencapai kompetensi.

Konsisten, dimana adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antar kompetensi dan indikator.

Aktual dan kontekstual yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat mengikuti perkembangan

 iptek.

Fleksibel, dimana rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan zaman.

Demokratis, dimana setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk diberdayakan melalui

proses pembinaan dan pengembangan keprofesionalitasnya.

Objektif, dimana setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya dengan mengacu pada

hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikator-indikatorterukur dari kompetensi profesinya.

Komprehensif, dimana setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya untuk mencapai

kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam memberikan layanan pendidikan.

Memandirikan, dimana setiap guru secara terus menerus diberdayakan untuk mampu meningkatkan

kompetensinya secara berkesinambungan, sehingga memiliki kemandirian profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsi profesinya.

Profesional, dimana pengembangan profesi dan karier guru dilaksanakan dengan mengedepankan

nilai-nilai profesionalitas.

Bertahap, dimana pengembangan profesi dan karier guru dilaksanakan secara bertahap agar guru

benar-benar mancapai puncak profesionalitas.

Berjenjang, dimana pengembangan profesi guru dilaksanakan secara berjenjang berdasarkan

jenjang kompetensi atau tingkat kesulitan kompetensi yang ada pada standar kompetensi.

(8)

Berkelanjutan, dimana pengembanagn profesi guru dilaksanakan secara berkelanjutan karena

perkembangan ilmu pegetahuan, teknologi dan seni serta adanya kebutuhan penyegaran kompetensi guru.

Accountable, dimana pengembangan profesi guru dipertanggungjawabkan secara transparan kepada publik.

Efektif, dimana pelaksanaan pengembangan profesi guru harus mampu menberikan informasi yang

dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak terkait.

Efesien, dimana pelaksanaan pengembangan profesi guru harus didasari atas pertimbangan

penggunaan sumber daya seminimal mungkin untuk hasil yang optimal.

c. Jenis-jenis Kegiatan Pengembangan Profesi Guru

Inisiatif pengembangan keprofesian guru idealnya banyak berasal dari prakarsa lembaga. Atas dasar ini, diasumsikan munculnya proses pembiasaan, yang kemudian guru dapat tumbuh dengan

sendirinya. Tentu saja, semua itu juga berawal dari prakarsa guru secara individual. Menurut

Sudarwan Danim (2011 : 94) Apabila dilihat dari sisi prakarsa lembaga, pengembangan profesi guru dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) maupun bukan diklat, antara lain:

1. Pendidikan dan Pelatihan a. In-House Training (IHT)

Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan secara internal di kelompok kerja guru, sekolah, atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karier guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi bisa juga secara internal dengan cara dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi yang belum dimiliki guru lain. Program ini diharapkan dapat menghemat waktu dan biaya.

b. Program magang

Program magang merupakan pelatihan yang dilaksanankan di dunia kerja atau industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru. Program magang ini diperuntukkan bagi guru dan dapat dilakukan selama periode tertentu misalnya, magang di sekolah. Program magang ini dipilih dengan alasan bahwa keterampilan tertentu yang memerlukan pengalaman nyata.

c. Kemitraan sekolah

Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan antara sekolah yang baik dan sekolah yang kurang baik, antara sekolah negeri atau sekolah swasta. Pembinaan lewat mitra sekolah diperlukan dengan alasan bahwa agar terjadi transfer nilai-nilai kebaikan dari beberapa keunikan dan kelebihan yang dimiliki mitra kepada mitra lain. Misalnya dalam bidang manajemen sekolah

d. Belajar jarak jauh

Pelatihan melalui belajar jarakjauh dapat dilaksanakan tanpa menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan sistem pelatihan internet dan sejenisnya.

Pelatihan jarak jauh dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di daerah

(9)

terpencil dapat mengikuti pelatihan di tempat-tempat pembinaan yang ditunjuk seperti di ibu kota kabupaten atau provinsi.

e. Pelatihan berjenjang dan khusus

Pelatihan jenis ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pelatihan yang diberi wewenang, dimana program disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut, dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun berdasarkan tingkat kesulitan dan jenis kompetensi. Sedangkan pelatihan khusus (spesialisasi) disediakan berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan adanya perkembangan baru dalam keilmuan tertentu.

f. Kursus singkat di perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya.

Kursus singkat dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kemampuan guru dalam beberapa kemampuan seperti kemampuan melakukan penilitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran.

g. Pembinaan internal oleh sekolah

Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan, dan diskusi dengan rekan sejawat.

h. Pendidikan lanjut

Pembinaan guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan alternatif bagi peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru. Pengikutsertaan guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar baik dalam maupun luar negeri bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan lanjut ini akan menghasilkan guru-guru pembina yang dapat membantu guru-guru lain dalam upaya pengembangan profesi.

2. Non-pendidikan dan pelatihan a. Diskusi masalah pendidikan

Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan topik diskusi sesuai dengan masalah yang dialamai sekolah. melalui diskusi berkala diharapkan para guru dapat memecahkan masalah yang dihadapi berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah ataupun masalah peningkatan kompetensi dan pengembangan kariernya.

b. Seminar

Pengikutsertaan guru dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan bagi peningkatan keprofesian guru. Kegiatan ini memberikan peluang kepada guru untuk berinteraksi secara ilmiah dengan kolega seprofesinya berkaitan dengan hal-hal terkini dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan.

c. Workshop

kegiatan ini dilakukan untuk menghasilkan produk yamng bermanfaat bagi pembelajaran,

peningkatan kompetensi mauapun pengembangan kariernya. Workshop dapat dilakukan,misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum, pengembangan silabus, sertapenulisan rencana pembelajaran.

d. Penelitian

(10)

Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen, ataupun jenis lain dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran.

e. Penulisan buku/ bahan ajar.

Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk diktat, buku pelajaran, ataupun buku dalam bidang pendidikan.

f. Pembuatan media pembelajaran.

Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik atau animasi pembelajaran.

g. Pembuatan karya teknologi/ karya seni.

Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat berupa karya yang bermanfaat untuk masyarakat atau kegiatan pendidikan serta karya seni yang memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat.

Selain kegiatan-kegiatan pengembangan profesi yang dikemukakan Sudarwan Danim, terdapat berbagai model pengembangan profesi guru yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain : Menurut Richard dan Lockhart (2000) (Sobri, 2016) terdapat beberapa model pengembangan profesional guru, meliputi:

1) Keikutsertaan dalam konferensi (conference participation), 2) Workshop dan seminar (workshops and in service seminars), 3) Kelompok membaca (reading groups),

4) Pengamatan kolega (peer observation),

5) Penulisan jurnal/catatan harian guru (writing teaching diaries/journals), 6) Kerjaproyek (project work),

7) Penelitian tindakan kelas (classroom action research), 8) Portofolio mengajar (teaching portfolio),

9) Mentoring (mentoring).

Berbagai model profesionalisme guru yang dikemukakan oleh para ahli ternyata memiliki banyak persamaan. Ahmad Yusuf Sobri menjelaskan dalam jurnalnya pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016 beberapa implementasi model-model profesionalisme guru sehingga memungkinkan guru dapat memilih model tersebut sesuai dengan kebutuhannya masing- masing :

1. Program peningkatan kualifikasi pendidikan guru

Program ini ditujukan bagi guru yang belum memiliki kualifikasi pendidikan minimal sarjana untuk mengikuti pendidikan sarjana bahkanmagister pendidikan keguruan dalam bentuk tugasbelajar.

Namun saat ini, sangat jarang guruberkualifikasi di bawah sarjana.

2. Program penyetaraan dan sertifikasi

Program penyetaraan diberikan kepada guru yang latar belakangpendidikannya tidak sesuai dengan tugas mengajarnya atau bukan dari program pendidikan keguruan. Sedangkan program sertifikasi ditujukan kepada guru yang telah memenuhi syarat (misalnya, minimal telah mengajar lima tahun,

(11)

lulus UKG) agar mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan jugamemperoleh kesejahteraan.

3. Program pelatihan terintegrasi berbasis kompetensi

Program pelatihan ini diberikan kepada guru agar tercapai kompetensi yang diinginkan sehingga materi pelatihan mengacu kepada bahan-bahan yang menunjang kompetensi yang akan dicapai.

4. Program supervisiPendidikan

Program ini ditujukan untuk memberikanbantuan kepada guru dalam menyelesaikan persoalanpembelajaran yang dihadapi guru di kelas dan jugapersoalan yang terkait dengan pendidikan secaraumum.

5. Program pemberdayaan KKG dan MGMP

KKG adalah wadah kegiatan profesional guru, biasanya untuk guru SD (guru kelas), sedangkan MGMP untuk guru SMP dan SMA sesuai dengan bidang studi masing-masing guru. Dengan adanya wadah ini, guru dapat saling memberi masukan tentang materi pembelajaran yang diajarkan dan dapat mencari alternatif pemecahan terhadap persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi di dalam kelas.

6. Simposium guru

Simposium merupakan media guru untuk saling bertukar pikiran dan pengalaman tentang proses pembelajaran dan ajang untuk kompetisi ajang kreativitas diantara guru.

7. Program pelatihan tradisional lainnya

Program pelatihan yang ditujukan kepada guru dengan hanya membahas persoalan aktual dan penting sehingga guru tidak ketinggalan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya pembelajaran kontektual, Kurikulum 2013, blended learning, danpenelitian tindakan kelas.

8. Membaca dan menulis jurnal atau karya ilmiah

Salah satu kelemahan guru adalah kurangnya membaca dan menulis karya ilmiah sehingga karir guru sedikit terhambat karena mereka kekurangan karya ilmiah. Untuk itu gugus sekolah perlu

memprogram pelatihan penulisan karya ilmiahbagi guru sehingga mereka produktif dalam berkarya,serta perlu adanya pendampingan dari pihak kepalasekolah dan pengawas pendidikan.

9. Berpartisipasi dalam pertemuan ilmiah

Pertemuan ilmiah ditujukan kepada guru untuk memberikanpengetahuan mutakhir tentang pendidikan dan pembelajaran. Pemberian informasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan aspek kompetensi dan profesional guru dalam proses pembelajaran.

10. Melakukan penelitian tindakan kelas (PTK)

Penelitian ini sangat dianjurkan kepada guru supaya guru dapat merefleksikan program pembelajaran yang telah dilaksanakan di dalam kelasnya sehingga guru selalu dapat memperbaiki performansi mengajarnya. Namun, karena tugas mengajar yang banyak menyebabkan guru jarang melakukan PTK selain juga disebabkan kemauan dan kemampuan mereka menulis karya ilmiah. Oleh karena itu perlu adanya pendampingan dari kepalasekolah dan pengawas sekolah agar guru menjadi produktif dalam melakukan PTK.

11. Magang

(12)

Kegiatan ini biasanya ditujukan kepada guru pemula. Guru pemula melakukan magang di dalam kelas dengan bimbingan guru senior sesuai dengan bidang studinya. Kegiatan magang biasanya meliputi: pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan kelas dengan tujuan agar guru pemula tersebut dapat mengikuti jejak guru senior yang profesional.

12. Mengikuti berita aktual dari media pemberitaan

Pengetahuan dan pemahaman guru tidak hanya terpacu dengan materi pembelajaran di buku, tetapi juga perlu pengetahuan yang lebih luas melalui media cetak dan eletronik, dan bahkan guru

diharapkan dapat mengikuti pemberitaan melalui internet. Guru profesional akan selalu mengikuti perkembangan pengetahuan dari berbagai sumber media yang tersedia.

13. Berpartisipasi dan aktif dalam organisasi profesi

Organisasi profesi memberikan keuntungan yang besar kepada guru (PGRI) untuk mengembangkan profesionalitasnyadengan membangun sesama komunitas pembelajaran.

14. Menggalang kerjasama dengan teman sejawat

Kerjasama yang erat diantara sejawat guru dapat memberikan peluang pengembangan profesionalnya melalui kegiatan ilmiah dan kegiatan lainnya sehingga profesionalisme guru meningkat.

15. Pengembangan guru yang dipandu secara individual

Program ini bertujuan agar guru dapat menilai kebutuhan belajar mereka sendiri, mampu belajar aktif serta mengarahkan diri mereka sendiri. Oleh karena itu, kepala sekolah dan pengawas sekolah seyogyanya memotivasi guru saat menyeleksi tujuan belajar berdasarkan penilaian personal kebutuhan mereka.

16. Observasi dan Penilaian

Kegiatan ini ditujukan kepada guru agar mereka dapat mengamati dan menilai program pembelajaran yang dilakukansehingga guru memiliki data yang akurat tentang pembelajarannya untuk kemudian mereka dapat melakukan refleksi dan analisis terhadap peningkatan proses pembelajaran di kelasnya.

17. Pemberian penghargaan

Agar guru giat menjalankan profesinya, maka diperlukanpenghargaan terhadap prestasi yang telah ditorehkan,dan bahkan penghargaan perlu juga diberikan kepadaguru tidak tetap sehingga tidak perbedaan perlakukandiantara guru.

18. Model defisit Kepala sekolah dan pengawas sekolah seharusnya mengatasidefisit atau kekurangan dalam kinerja guru yang dikarenakan kelemahan guru secara individual dalam

menjalankan tugas profesinya. Untuk itu, pemimpin sekolah perlu menerapkan manajemen kinerja terhadap guru sehingga apabila guru mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya dapat dibantuoleh kepala sekolah dan pengawas sekolah secara individual.

19. Model cascade atau desiminasi

Karena keterbatasan sumberdaya di sekolah, guru secara individual dikirim untuk mengikuti pelatihan. Setelah selesai mengikuti pelatihan, guru tersebut menyebarkan informasikepada rekan- rekannya agar mereka juga memperolehpengetahuan yang sama.

20. Model berbasis standar

Model pengembangan ini menitikberatkan kepada standar-standar yang harus dipenuhi dalam mengadakan pengembangan profesional guru. Model ini kurang diminati karena lebih

(13)

menitikberatkan pada standar-standar yang harus dipenuhi bukan kepada kompetensi apa yang harus dimiliki guru sehingga pengelolaan program pengembangan profesional guru bersifat seragam tidak berdasarkan kebutuhan.

21. Model mentoring

Model pengembangan ini melibatkan dua guru (guru pemula dan berpengalaman) dan mengandung unsur konseling dan profesional. Guru yang berpengalaman memberikan pelatihan kepada guru pemula agar guru pemula dapat meningkatkanprofesionalnya. Ada pula yang menyatakan model iniadalah model supervisi klinis kepada guru pemula.

(14)

Bab 3 Penutup

Kesimpulan

Pengembangan profesionalitas guru didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan taraf atau derajat profesi seorang guru yang menyangkut kemampuan guru, baik penguasaan materi ajar atau penguasaan metodologi pengajaran, serta sikap keprofesionalan guru menyangkut motivasi dan komitmen guru dalam menjalankan tugas sebagai guru.

Guru profesional adalah guru yang menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam belajar. Sehingga,guru secara terus-menerus perlu mengembangkan pengetahuannya tentang bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar.

Perwujudannya, jika terjadi kegagalan pada peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan akar penyebabnya dan mencari solusi bersama peserta didik, bukan mendiamkannya atau malahan menyalahkannya. Sikap yang harus senantiasa dipupuk adalah kesediaan untuk mengenali diri dan kehendak untuk memurnikan keguruannya serta mau belajar dengan meluangkan waktu untuk menjadi guru.

Strategi dalam pengembanganprofesionalitas dapatdirumuskankedalam tiga level yaitu: pertama upaya-upaya profesionalisasi yang dilakukan oleh guru secara pribadi agar mereka dapat

meningkatkan kualitas keprofesionalan, dengan atau tanpa bantuan pihak lain. Dengan kata lain dapat dikatakan sebagai pelatihan mandiri. Kedua, pengembangan yang dilakukan oleh manajemen lembaga melalui berbagai kebijakan manajerial yang dilakukan. Kedua level ini dapat diaktegorikan dalam strategi mikro pengembangan profesional guru. Sedangkan level ketiga adalah upaya

pengembangan pada level makro yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat secara luas dalam kerangka manajemen pendidikan nasional.

Saran

Diharapkan bagi pembaca khusunya mahasiswa jurusan kependidikan dancalon guru serta para guru supayalebihmeningkatkandanmengembangkanprofesinyasehinggamenjadi guru yang lebih

professional

danberkualitasdalamupayamenambahwawasandanmemperkayapengetahuanpesertadidik.

(15)

Daftar pustaka

Alzano, Alfi. 2015.” Efektivitas Program Sertifikasi Guru Dalam Meningkatkan Mutu Hasil Pendidikan (Studi pada SMK Negeri 2 Batusangkar)”. Skripsi. Bandung. Program Sarjana Unpad.

Chairiah, Siti. 2010. “Efektivitas Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Dalam Menunjang Profesionalisme Guru (Studi Kasus Pada Guru Smp Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang Tangerang – Banten).”. Skripsi Program Studi Ki-Manajemen Pendidikan . Jakarta. Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Uin Syarif Hidayatullah

Danil, Deden. 2009. “Upaya Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Prestasi Siswa di Sekolah (Study Deskriptif Lapangan di Sekolah Madrasah Aliyah Cilawu Garut)”. Garut: Jurnal Pendidikan Universitas Garut. Vol. 3,No. 1.

Danim, Sudarwan. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun 2009:Rambu-rambu Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG).

Drajat, Manpandan Ridwan Effendi. 2014. Etika Profesi Keguruan. Bandung: Alfabeta.

Lilies, Noorjanah. 2014. “Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Guru Profesional di SMA NEGERI 1 KAUMAN KABUPATEN TULUNGAGUNG”.

Tulungagung: Jurnal Humanity. Vol. 10,No. 1.

Mustofa. 2007. “Upaya Pengembangan Profesionalisme Guru di Indonesia”. Yogyakarta: Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. Vol. 4,No. 1.

Pahrudin. 2015. “Peningkatan Kinerja dan Pengembangan Profesionalitas Guru Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia”. Surakarta: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Ekonomi dan Bisnis.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. Nomor 62 Tahun 2013 Tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Dalam Rangka Penataan Dan Pemerataan Guru.

Rohemi. 2013. “Sertifikasi Guru dan Problematikannya”. Semarang: Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Pengembangan kompetensi yang dilakukan PAUD Anak Cerdas untuk meningkatkan kompetensi pedagogik meliputi peningkatan kualifikasi pendidikan, mengikuti berbagai

Pemberdayaan dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru yang telah bersertifikasi dan membantu guru yang belum bersertifikasi dalam meningkatkan kompetensi dan

Sesuai Pasal 28 ayat 3 PP 19 tahun 2005 tentang SNP yang dimaksud dengan kompetensi pedagogic adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi :..

Manajemen berbasis sekolah menuntut perubahan-perubahan tingkah laku kepala sekolah, guru, tenaga administrasi dalam mengoperasikan sekolah. Pelaksanaan MBS berpotensi

a. Faktor internal guru, yaitu kemauan dan kemampuan guru guna meningkatkan kompetensi pedagogiknya. Faktor eksternal guru, adalah keterbatasan waktu karena jadwal

Ada beberapa strategi yang dapat ditempuh dalam meningkatkan kemampuan menulis karya ilmiah di kalangan guru, yaitu: (1) pelatihan menulis karya ilmiah di kalangan guru,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) cara guru meningkatkan profesionalisme pasca bersertifikat pendidik; (2) peran sertifikat pendidik dalam meningkatkan

Secara umum hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa strategi pembinaan profesionalisme guru atau tenaga pendidik untuk meningkatkan mutu lulusan tidak terlepas