• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KOMPARATIF TINGKAT SOSIAL EKONOMI PETANI ORGANIK “PERKUMPULAN TANI ORGANIK PURWOREJO” DAMPINGAN KONGREGASI SUSTER CINTA KASIH PUTRI MARIA DAN YOSEF (PMY) DAN PETANI KONVENSIONAL (Studi Kasus Pertanian Padi di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol Kabupa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS KOMPARATIF TINGKAT SOSIAL EKONOMI PETANI ORGANIK “PERKUMPULAN TANI ORGANIK PURWOREJO” DAMPINGAN KONGREGASI SUSTER CINTA KASIH PUTRI MARIA DAN YOSEF (PMY) DAN PETANI KONVENSIONAL (Studi Kasus Pertanian Padi di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol Kabupa"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS KOMPARATIF TINGKAT SOSIAL EKONOMI

PETANI ORGANIK

“PERKUMPULAN TANI ORGANIK

PURWOREJO”

DAMPINGAN KONGREGASI SUSTER CINTA

KASIH PUTRI MARIA DAN YOSEF (PMY) DAN PETANI

KONVENSIONAL

(Studi Kasus Pertanian Padi di Desa Ringgit Kecamatan

Ngombol Kabupaten Purworejo Jawa Tengah)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh

Anastasia Ervin Sri Agustin

NIM : 081324010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk

:

(5)

v

MOTTO

In Omnibus Caritas

Dengan cara sederhana dan penuh kegembiraan mensyukuri

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 November 2012

Penulis

Anastasia Ervin Sri Agustin

(7)

vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Anastasia Ervin Sri Agustin

Nomor Mahasiswa : 081324010

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS KOMPARATIF TINGKAT SOSIAL EKONOMI PETANI

ORGANIK “PERKUMPULAN TANI ORGANIK PURWOREJO”

DAMPINGAN KONGREGASI SUSTER CINTA KASIH PUTRI MARIA

DAN YOSEF (PMY) DAN PETANI KONVENSIONAL

(Studi Kasus Pertanian Padi di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol

Kabupaten Purworejo Jawa Tengah)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari sayamaupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 1 November 2012 Yang menyatakan

(8)

viii

ABSTRAK

ANALISIS KOMPARATIF TINGKAT SOSIAL EKONOMI PETANI

ORGANIK “PERKUMPULAN TANI ORGANIK PURWOREJO”

DAMPINGAN KONGREGASI SUSTER CINTA KASIH PUTRI MARIA DAN YOSEF (PMY)DAN PETANI KONVENSIONAL

(Studi Kasus Pertanian Padi di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo Jawa Tengah)

Anastasia Ervin Sri Agustin

Universitas Sanata Dharma

2012

Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbandingan tingkat sosial ekonomi rumah tangga antara petani organik dan petani konvensional yang dilihat dari pendapatan petani.Penelitian ini lebih mempertegas pada pengujian variabel-variabel independen dan pengaruhnya terhadap tingkat sosial ekonomi keluarga petani, yang meliputi biaya produksi, hasil panen, hasil penjualan dan pendapatan bersih petani.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif. Dengan teknik

simplerandom sampling, dipilih 30 petani konvensional dari 142 petani dan seluruh sampel 20 petani organik anggota perkumpulan tani organik Purworejo yang ada di Desa Ringgit. Pertama dilakukan uji normalitas dan homogenitas data, selanjutnya diujihipotesis komparatif dengan independent-sampleT-test

terhadap variabel-variabel: biaya produksi, hasil panen, hasil penjualan dan pendapatan bersih.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada biaya produksi (Sig (2-tailed) 0,055> α=0.05), hasil panen (Sig (2-tailed)

0,618> α=0.05dan hasil penjualan(sig(2-tailed) 0,066 > α=0.05). Tetapi ada perbedaan yang signifikan terhadap pendapatan bersih (sig(2-tailed) 0,008 <

(9)

ix

ABSTRACT

A COMPARATIVE ANALYSIS OF HAUSEHOLD SOCIAL-ECONOMIC

LEVEL BETWEEN ORGANIC FARMERS GUIDED BY DAUGHTER OF

MARRY AND JOSEPH CONGREGATION (PMY) AND

CONVENTIONAL FARMERS

( A Case Study On Ringgit Village, Kecamatan Ngombol Kabupaten

Purworejo Jawa Tengah)

Anastasia Ervin Sri Agustin

Sanata Dharma University

2012

This research aims to test the comparative of household social-economic levels between organic farmers and conventional farmers perceived from the income of farmers. This research reinforces the testing of the independent variables and effects on social-economic level of families farmers, which include the cost of production, harvest, sales and net income of farmers.

It is a comparative descriptive research. The technique of taking samples is a simple random sampling. The samples are the 30 out of 142 conventional farmers and 20 members of Associations of Organic Farmers Purworejo in the Ringgit village. First the normal test and homogenious test of the data and the hypothesis were tested by analysis comparative independent-sample T-test which its variables: the cost of production, harvest, sales and net income.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti hunjukkan kepada Allah Tritunggal Mahakudus atas rahmat kasih-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik.

Penelitian dan penulisan skripsi ini merupakan pengalaman berharga bagi penulis untuk bisa mengembangkan diri dalam kepedulian dan keterlibatan dalam pendidikan ekonomi masyarakat. Pengalaman survei, observasi dan wawancara pada kehidupan para petani menjadi pembelajaran nyata yang memberi wawasan dan pengembangan diri baik dari segi pedagogi, sosial, kepribadian maupun profesionalitas.

Selesainyapenelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang indah ini, penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada:

1. Rm. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ, selaku Rektor Universitas Sanata Dharma

2. Sr. Antonie Ardatin PMY, selaku Provinsial Kongregasi PMY dan seluruh anggota Kongregasi PMY yang dengan doa serta caranya masing-masing mendukung dan menyemangati penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi. kehidupan keluarga tani di Desa Ringgit.

(11)
(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN………. ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… ... 7

1. Tujuan Penelitian ... ... 7

(13)

xiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… ... 10

A. Pertanian Konvensional Buah dari Revolusi Hijau ……... ... 10

B. Pertanian Organik Menuju Kemandirian Petani ………… ... 12

C. Teori dan Fungsi Produksi ………. ... 16

D. Faktor-Faktor Produksi Pertanian ………. ... 19

E. Biaya Produksi Bidang Pertanian ……….. ... 24

F. Fungsi Penerimaan …………..……… ... 27

G. Pemasaran Hasil Pertanian ……… ... 28

H. Kemandirian Menuju Peningkatan Sosial Ekonomi Petani ... 32

I. Penelitian Sebelumnya ……… .... 35

J. Kerangka Pemikiran ... ... 36

K. Hipotesis Penelitian... ... 39

BAB III. METODE PENELITIAN ………. ... 40

A. Jenis Penelitian ... ... 40

B. Lokasidan Waktu Penelitian... ... 40

1. Lokasi Penelitian ………... 40

2. Waktu Penelitian ……… ... 41

C. Subjek dan Objek Penelitian ……….. ... 41

1. Subjek Penelitian ………. ... 41

2. Objek Penelitian ……….. ... 41

D. Populasi dan Sampel ……….. ... 41

(14)

xiv

2. Sampel... ... 42

E. Variabel Penelitian ………. ... 43

F. Data Penelitian ……… ... 43

G. Teknik Pengumpulan data ………. ... 44

H. Teknik Analisis Data ………..… ... 45

1. Pengujian Prasyarat ………... 45

2. Pengujian Hipotesis ……… ... 46

BAB IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 49

A. Karakteristik Desa ... 49

1. Kondisi Geografis ... 49

2. Kondisi Demografi dan Keadaan Sosial Ekonomi ... 49

B. Karakteristik Petani Responden ... 53

1. Umur Petani ... 53

2. Tingkat Pendidikan ... 54

3. Status Kepemilikan Lahan ... 55

4. Luas Lahan Garapan ... 56

C. Perkumpulan Tani (Peta) Organik Purworejo ... 57

D. Petani Konvensional di Desa Ringgit ... 59

BAB V ANALISIS KOMPARATIF ANTARA PETANI ORGANIK DAN PETANI KONVENSIONAL ... 61

A. Analisis Deskriptif ... 61

(15)

xv

1. Biaya Produksi ... 67

2. Hasil Panen ... 69

3. Hasil Penjualan ... 70

4. Pendapatan Bersih ... 72

C. Uji Prasyarat Analisis Data ... 72

1. Uji Normalitas ... 72

2. Uji Homogenitas ... 77

D. Uji Hipotesis Analisis Komparatif Antara Pertanian Organik dan Pertanian Konvensional ... 82

1. Analisis Komparatif Biaya Produksi ... 83

2. Analisis Komparatif Hasil Panen ... 84

3. Analsis Komparatif Hasil Penjualan ... 85

4. Analisis Komparatif Pendapatan Bersih ... 86

E. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis ... 87

1. Biaya Produksi ... 87

2. Hasil Panen ... 89

3. Hasil Penjualan ... 90

4. Pendapatan Bersih ... 91

(16)

xvi

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Keterbatasan ... 101

C. Saran ... 102

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel I.1. Luas Panen-Produktivitas-Produksi Tanaman Padi Provinsi Jawa

Tengah ... 1

Tabel I.2 Intruksi Presiden RI No. 7 Th. 2009 Tentang Kebijakan Perberasan Mulai 1 Januari 2010 ... 2

Tabel IV.1 Jumlah Penduduk Desa Ringgit Menurut Usia ... 50

Tabel IV.2 Jumlah Penduduk Desa Ringgit Menurut Tingkat Pendidikan .... 51

Tabel IV.3 Jumlah Penduduk Desa Ringgit Menurut Mata Pencaharian ... 52

Tabel IV.4 Penggolongan Petani Organik dan Konvensional Menurut Golongan Umur ... 54

Tabel IV.5 Penggolongan Petani Organik dan Konvensional Menurut Tingkat Pendidikan ... 55

Tabel IV.6 Penggolongan Petani Organik dan Konvensional Menurut Status Kepemilikan Lahan ... 56

Tabel IV.7 Penggolongan Petani Organik dan Konvensional Menurut Luas Lahan Garapan ... 57

Tabel V.1 Hasil Uji Normalitas Data Biaya Produksi ... 73

Tabel V.2 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Panen ... 74

Tabel V. 3 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Penjualan ... 75

Tabel V.4 Hasil Uji Normalitas Data Pendapatan... 76

Tabel V.5 Hasil Lavene Test Variabel Biaya Produksi ... 77

Tabel V.6 Hasil Test Anova Variabel Biaya Produksi... 78

(18)

xviii

Tabel V.8 Hasil Test Anova Variabel Hasil Panen ... 79

Tabel V.9 Hasil Lavene Test Variabel Hasil Penjualan ... 80

Tabel V.10 Hasil Test Anova Variabel Hasil Penjualan ... 80

Tabel V.11 Hasil Lavene Test Variabel Pendapatan ... 81

Tabel V.12 Hasil Test Anova Variabel Pendapatan ... 81

Tabel V.13 Hasil Uji Hipotesis Rata-Rata Biaya Produksi ... 83

Tabel V.14 Hasil Independent samples Test Biaya Produksi... 83

Tabel V.15 Hasil Uji Hipotesis Rata-Rata Hasil Panen ... 84

Tabel V.16 Hasil Independent samples Test Hasil Panen ... 84

Tabel V.17 Hasil Uji Hipotesis Rata-Rata Hasil Penjualan ... 85

Tabel V.18 Hasil Independent samples Test Hasil Penjualan ... 85

Tabel V.19 Hasil Uji Hipotesis Rata-Rata Pendapatan ... 86

Tabel V.20 Hasil Independent samples Test Pendapatan ... 86

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN ... 107

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 108

Lampiran 2. Data Penelitian ... 114

Lampiran 3. Hasil Penelitian ... 122

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian ... 135

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Praktik pertanian yang menggunakan bibit unggul yang dihasilkan oleh perusahaan benih, bahan-bahan kimia buatan pabrik (agrokimia), baik untuk pemupukan lahan dan pengendalian hama, awalnya dirasakan dapat meningkatkan hasil produksi pertanian. Namun, setelah beberapa dekade, praktik tersebut menimbulkan permasalahan khususnya terhadap kerusakan ekosistem lahan pertanian dan kesehatan petani itu sendiri. Dan hal itu mengakibatkan penurunan hasil panen.

Tabel I.1. Luas Panen-Produktivitas-Produksi Tanaman Padi Provinsi JawaTengah

Sumber : Badan Pusat Statistik tahun 2012( http://www.bps.go.id)

(21)

menurun, tapi justru semakin kebal terhadap bahan-bahan kimia tersebut, sehingga petani memerlukan dosis yang lebih tinggi lagi untuk membasminya. Per 1 Januari 2012 harga pupuk urea bersubsidi Rp1.800 per kg, dan yang non subsidi Rp4.800 per kg dengan rata-rata pemakaian urea 300 kg per hektar (http.//www.lampungpost.com). Ini artinya, petani harus mengeluarkan banyak biaya untuk proses pertanian konvensional.

Ketergantungan petani konvensional pada bibit, pupuk dan pestisida buatan perusahaan yang harganya dari tahun ke tahun semakin meningkat, tidak diimbangi kenaikan harga padi. Pemerintah dengan kebijakan yang diambilnya justru mengendalikan harga padi agar tidak mengalami kenaikan harga yang signifikan. Hal ini yang menyebabkan produktivitas pertanian konvensional tidak meningkatkan kesejahteraan petani. Selain itu juga adanya banyak kasus pembelian gabah yang jauh dibawah HPP (Harga Pembelian Pemerintah) oleh penebas yang merugikan petani.

Tabel I.2. Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 7 Th. 2009 tentang Kebijakan Perberasan Mulai Berlaku Sejak 1 Januari 2010.

(22)

Harga HPP sebelumnya

Didasari oleh keprihatinan itu, Kongregasi Suster Cintakasih Putri Maria dan Yosef (PMY) dengan karya pemberdayaan masyarakat, merintis kelompok Pertanian Organik Tani Lestari -mulai awal tahun 2012 dicetuskan nama baru Perkumpulan Tani Organik Purworejo (Peta Organik Purworejo)- dengan mengadakan gerakan penyelamatan bumi melalui pertanian lestari menuju ke kemandirian dan kesejahteraan petani.

Budidaya pertanian organik mengintikan pada keselarasan alam, melalui keragaman hayati dan pengoptimalkan penggunaan asupan alami yang berada disekitar melalui proses daur ulang bahan-bahan alami. Dalam proses budidayanya, dari persiapan lahan hingga pemanenan tidak dapat dilepaskan dengan interaksi kedua hal tersebut.

(23)

hidup (secara ekonomi) lahan tersebut. Karena itu, penyesuaian, kesempatan dan resiko yang dalam masa peralihan saling berkaitan dan harus diperhatikan.

Peralihan ke pertanian organik memerlukan pola pikir yang baru pula. Seluruh anggota keluarga yang terlibat dalam pengelolaan lahan harus siap dalam melakukan perubahan-perubahan dalam banyak aspek. Yang pertama dan terpenting adalah cara pandang petani itu sendiri terhadap pertanian organik.

Setelah melewati masa peralihan dan menjadi pertanian organik murni, dengan harga beras yang ditentukan oleh petani sendiri, diharapkan memberi peningkatan pendapatan petani yang berdampak pada kesejahteraan petani organik saat ini dan mendatang. Dalam praktek keseharian, petani menjual hasil panen berdasar harga pasar yang ditentukan oleh penebas. Dan penentuan harga ini kadang bersifat spekulatif menurut kondisi pasar dan musim panen yang harga standarnya ditentukan oleh kebijakan pemerintah. Hasil panen petani dibeli untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun antar propinsi, dengan harga yang ditetapkan oleh penebas.

(24)

fixed costs (yang tidak secara langsung bergantung pada ukuran produksi) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau menyewa tanah, bangunan atau mesin-mesin; atau bisa juga biaya yang disediakan untuk menggaji pekerja-pekerja tetap. Upah bagi buruh tani yang bekerja untuk pekerjaan-pekerjaan khusus (misalnya pada waktu tanam dan pemupukan) tergantung pada ukuran produksi, disebut sebagai modal tidak tetap (variable costs), termasuk biaya yang dikeluarkan untuk membeli asupan. Sebuah lahan bisa dikatakan layak secara ekonomi jika hasil yang didapat melampaui total modal tidak tetap dan penurunan nilai modal tetap. Hasil utamanya berupa uang yang diterima dari penjualan produk yang dihasilkan. Penghasilan yang melampaui modal, berarti ada pendapatan yang lebih untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.

Perkumpulan Tani Organik Purworejo membuat terobosan baru dengan mensosalisasikan hasil pertanian organik yang ramah lingkungan, serta aman untuk kesehatan karena tidak ada asupan bahan kimia dalam proses penanaman, kemandirian bibit dan pupuk, pengembangan pengetahuan ekologi tanah, pengembangan organisiasi petani dan mencari pangsa pasar sendiri. Harga beras yang dijual juga ditentukan oleh perkumpulan dengan memperhitungkan segala biaya produksi dan keuntungan yang diambil oleh petani, sehingga hasil panen bisa memberikan kesejahteraan pada petani. Hasil panen petani anggota perkumpulan dijual melalui perkumpulan.

(25)

Sehubungan dengan itu, maka peneliti mengadakan penelitian tentang perbedaan tingkat sosial ekonomi petani organik anggota Peta Organik Purworejo dan petani konvensional. Hal ini peneliti lakukan untuk melihat apakah gerakan pertanian organik yang memiliki misi menyuburkan tanah, membudayakan pertanian berkelanjutan, memperjuangkan kemandirian petani telah membawa keluarga petani organik pada kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial berkaitan erat atau dipengaruhi oleh pendapatan keluarga. Untuk itu, peneliti akan memperbandingkan tingkat sosial ekonomi antara keluarga petani organik dan petani konvensional dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani dari hasil pertanian, dengan judul

penelitian: “ANALISIS KOMPARATIF TINGKAT SOSIAL EKONOMI ANTARA PETANI ORGANIK “PERKUMPULAN TANI ORGANIK PURWOREJO” DAMPINGAN KONGREGASI SUSTER CINTA KASIH PUTRI MARIA DAN YOSEF (PMY) DAN PETANI KONVENSIONAL” (Studi Kasus Pertanian Padi di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, ada beberapa rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian peneliti, sebagai berikut: 1. Apakah ada perbedaan biaya produksi antara pertanian organik dan

(26)

2. Apakah ada perbedaan hasil panen antara pertanian organik dan pertanian konvensional yang signifikan?

3. Apakah ada perbedaan hasil penjualan padi antara pertanian organik dan pertanian konvensional yang signifikan?

4. Apakah ada perbedaan pendapatan bersih antara petani pertanian organik dan petani pertanian konvensional yang signifikan?

5. Apakah ada perbedaan tingkat sosial ekonomi antara rumah tangga petani organik dan petani konvensional?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

(27)

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai sarana belajar sosial ekonomi masyarakat petani, dengan melihat proses pengolahan, produksi, kegiatan organisasi, perkembangan, pembelajaran ekologi tanah, penentuan harga dan pemasaran Peta Organik Purworejo dalam proses kemandirian dan peningkatan sosial ekonomi rumah tangga petani anggota Peta Organik Purworejo. Selain itu, memberi masukan untuk Kongregasi dan Peta Organik Purworejo dalam mengembangkan kegiatan kembali ke alam.

b. Bagi Peta Organik Puworejo

Hasil penelitian bisa digunakan sebagai bahan refleksi/evaluasi untuk:

1) Mengetahui sejauhmana program pertanian organik sudah mendukung kemandirian petani.

2) Mengetahui sejauhmana tujuan program pertanian organik mencapai sasaran peningkatan kesejahteraan petani.

3) Meningkatkan dan memperluas lahan pertanian organik 4) Memperluas gerakan penyelamatan bumi

(28)

c. Bagi Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef (PMY)

(29)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertanian Konvensional Buah dari Revolusi Hijau

Dengan berkembangnya teknologi dan meningkatnya nafsu manusia untuk meraih kesenangan di dunia, ilmu pengetahuan tentang kesehatan juga semakin diperdalam. Perkembangan ini telah melahirkan suatu titik temu yang saling bertentangan, di mana perkembangan teknologi yang disatu pihak bisa menciptakan efisiensi dan kemudahan serta percepatan, dilain pihak bisa membahayakan pada kesehatan manusia, membunuh organisme, merusak fisik dan kesuburan tanah serta mengganggu keseimbangan alam dan kelestarian lingkungan. Contohnya adalah bahan-bahan (kimia) sintetis yang tidak bisa didaur ulang, pupuk buatan, pestisida, dan lainnya. Komitmen pemerintah terhadap pentingnya pupuk dan pestisida dalam sektor pertanian di Indonesia, diakui memang telah meningkatkan peran sektor pertanian dalam perekonomian negara dan kehidupan bagian terbesar masyarakat.

(30)

pestisida kimia. Hampir semua masukan produksi modern berasal dari luar ekosistem dan bahan bakunya berasal dari bahan bakar fossil sebagai sumberdaya alam tak terbarukan. Karena itu sistem pertanian modern sering juga dinamakan sebagai pertanian boros energi.

Pertanian konvensional juga dikenal sebagai pertanian industri karena kegiatan produksi pertanian dianggap sebagai kegiatan pabrik yang memproses masukan produksi seperti benih, pupuk, dan yang lain menjadi keluaran yang berupa pangan dan hasil pertanian lainnya serta keuntungan usaha tani. Gliessmann (2007) menyatakan bahwa pendekatan dan praktek pertanian konvensional terutama untuk peningkatan produksi pangan telah diikuti banyak negara baik negara maju maupun negara sedang berkembang. Menurut Gliessmann, teknologi pertanian konvensional tersebut bertumpu pada tehnik-tehnik budidaya sebagai berikut:

1. Pengolahan tanah intensif 2. Budidaya monokultur

3. Aplikasi berbagai pupuk sintetik

4. Perluasan dan intensifikasi jaringan irigasi

5. Pengendalian hama, penyakit, gulma dengan pestisida kimia

6. Manipulasi genom tanaman dan binatang yang menghasilkan varietas-varietas unggul tanaman melalui teknologi pemuliaan tanaman serta rekayasa genetik.

(31)

1. Inovasi teknologi yang cepat

2. Modal besar agar produsen dapat menerapkan teknologi produksi dan pengelolaannya

3. Pertanian skala besar

4. Penanaman varietas unggul secara seragam dalam areal luas dan terus menerus sepanjang musim

5. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara intensif dan ekstensif 6. Efisiensi penggunaan tenaga kerja tinggi sehingga mengarah pada

penggunaan alat dan mesin pertanian 7. Penerapan prinsip-prinsip agrobisnis

B. Pertanian Organik Menuju Kemandirian Petani

Alam mengajari kebajikan bagi umat manusia. Alam merupakan suatu kesatuan, terdiri dari banyak bagian, seperti organisme dengan organ-organnya. Semua bagian berjalan dalam harmoni, saling melayani dan berbagi. Tiap organ memiliki peran masing-masing, saling melengkapi dan memberikan sinergi untuk menghasilkan keseimbangan secara optimal, dan berkelanjutan. Setiap komponen tidak berpikir dan beraksi hanya demi „aku‟,

tetapi untuk „kita‟: keseluruhan alam. Demikian halnya alam, melindungi dan mengayomi bagian-bagiannya secara harmonis. Itulah organis, tidak egois.

(32)

keragaman hayati dan keseimbangan ekologi. Maka, pertanian organikpun menghargai keragaman hayati dan keseimbangan ekologi. Berjuta tahun alam membuktikan prinsipnya, tak ada eksploitasi selain optimalisasi pemanfaatan. Demikian halnya pertanian organik, tidak untuk memaksimalkan hasil, tidak berlebih; tetapi cukup untuk semua makhluk dan berkesinambungan. Ini filosofi mendasar pertanian organik (http://pertanianorganik.wordpress.com)

Meningkatkan pendapatan petani bukan perkara mudah, apalagi petani Indonesia dengan lahan sempit dan tak adanya jaminan harga jual komoditas. Selain itu juga buruknya infrastruktur dasar dan ketersediaan sarana produksi, menurunnya kualitas lingkungan dan kesuburan tanah, serta rendahnya tingkat pendidikan. Pertanian organik merupakan salah satu solusi bagi revolusi hijau karena mengajarkan petani untuk membenihkan sendiri benih pertanian, membuat sendiri pupuk dan pestisida alami, serta menghargai kearifan dan budaya lokal dalam pertanian.

(33)

berupa pengelolaan pupuk hijau. Petani sedapat mungkin mendaur ulang nutrisi yang berasal dari lahan sendiri dan tidak perlu membeli dari luar dengan mencari sumber-sumber pupuk yang tersedia di daerah sekitar ladang, misalnya sampah dari pengolahan hasil pertanian.

Perhatian masyarakat dunia terhadap persoalan pertanian, kesehatan dan lingkungan global dalam dasawarsa terakhir ini semakin meningkat. Kepedulian tersebut dilanjutkan dengan usaha-usaha yang konkrit untuk menghasilkan pangan tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya tanah, air, dan udara serta aman bagi kesehatan manusia. Salah satu usaha yang dirintis adalah dengan pengembangan pertanian organik yang akrab lingkungan dan menghasilkan pangan yang sehat, bebas dari residu obat-obatan dan zat-zat kimia yang mematikan. Setelah muncul persoalan dampak lingkungan akibat penggunaan bahan kimia di bidang pertanian, teknologi pertanian organik yang akrab lingkungan dan menghasilkan pangan yang sehat mulai diperhatikan lagi.

(34)

untuk pertanian). Lebih jauh, karena pertanian organik berusaha „meniru‟ alam, maka pemakaian benih atau asupan yang mengandung bahan-bahan hasil rekayasa genetika (GMO/Genetically Modified Organism) juga dihindari. Pertanian organik bukan sekedar teknik atau metode bertani, melainkan juga cara pandang, sistem nilai, sikap dan keyakinan hidup. Pertanian organik memandang alam secara menyeluruh, komponennya saling tergantung dan menghidupi, di mana manusia juga adalah bagian didalamnya. Sistem nilai pertanian organik mendasarkan pada prinsip-prinsip hukum alam. Pertanian organik juga mengajak petani dan manusia umumnya untuk arif dan kreatif dalam mengelola alam yang tercermin dalam sikap dan keyakinannya. Pertanian organik juga tidak menolak penggunaan teknologi modern di dalam praktek budidayanya, sejauh teknologi modern tersebut selaras dengan prinsip pertanian organik, yaitu keberlanjutan, penghargaan pada alam, keseimbangan ekosistem, keanekaragaman varietas, kemandirian dan kekhasan lokal.

Pertanian organik menghimpun seluruh usaha petani dan pelaku lain, yang secara serius dan bertanggungjawab menghindarkan asupan dari luar yang meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Selain itu juga berusaha menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah dan menggunakan sumberdaya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian.

(35)

mempengaruhi diantaranya: Hubungan manusia dengan alam yang bersifat saling mempengaruhi tersebut, membawa konsekuensi manusia harus dapat bersahabat dengan alam. Manusia tidak hanya menerima manfaat dari alam namun harus pula sebaliknya memberikan manfaat bagi alam atau paling tidak manusia harus mempertahankan kondisi tersebut sebagai upaya mem-pertahankan keseimbangan alam (lingkungan).

Budidaya pertanian organik, juga mendorong kemandirian dan solidaritas di antara petani sebagai produsen. Mandiri untuk tidak tergantung pada perusahaan-perusahaan besar penyedia pupuk dan bahan agrokimia serta perusahaan bibit. Solidaritas untuk berdaulat dan berorganisasi demi mencapai kesejahteraan, pemenuhan hak dan keadilan sosial bagi petani.

C. Teori dan Fungsi Produksi

Dalam memproduksi suatu barang atau jasa, diperlukan faktor-faktor produksi. Dengan kata lain, untuk menghasilkan output diperlukan input. Teori Produksi digunakan untuk melihat hubungan antar input (faktor produksi) dan output (hasil poduksi). Teori produksi diharapkan dapat menerangkan terjadinya suatu proses produksi dan dapat meramalkan apa yang akan terjadi.

(36)

Hubungan input dan output dalam proses produksi:

1. Input variabel : input yang tingkat penggunaannya berpengaruh secara langsung terhadap produksi;

2. Input tetap : input yang penggunaannya tidak langsung berpengaruh terhadap poduksi dalam jangka pendek.

Fungsi produksi secara umum dapat dirumuskansebagai berikut : Y = f (x 1 , x 2 , x 3,…….., x n )

Keterangan: Y = hasil produksi

x 1 ….x n = faktor-faktorproduksi

Dalam produksi pertanian hubungan fungsinyasebagai berikut : Q = f (K, L, La, M)

Keterangan :

Q = tingkat hasil (produksi) K = modal

L = tenaga kerja La = tanah M = manajemen

(37)

Fungsi produksi pertanian menjadi : Q = f (L, K*)

K* = K yang konstan

Average Physical Product (APP) adalah total produk fisik dibagi dengan kuantitas variabel inputyang digunakan untuk membuat produk tersebut: APP = TPP / X1. Marginal Physical Product (MPP) adalah perubahan total produksi (nilai absolut) akibat penambahanatau pengurangan variabel input sebanyak satu unit: MPP = Δ TPP / Δ X1. Untuk memahami MPP adalah dengan mengetahui peranannya dalam menunjukkan perubahan APP yang disebabkan oleh perubahan jumlah unit faktor variabel yang digunakan dalam proses produksi : MPP L = APP L + (Δ APP L )L

Definisi Low of diminishing marginal returns (hukum hasil/produk fisik yang terus berkurang) adalah bilasemua variabel input bertambah kecuali variabel input yang konstan, maka penambahan jumlah unit input yang terjadi secara bertahap sampai batas tertentu akan menyebabkan penurunan tingkat (prosentase) kenaikan/pertambahan produk.

Hukum diminishing marginal returns berlaku apabila :

1. Hanya ada satu variabel inputyang mengalami perubahan nilai, sedangkan variabel input lainnya tetap.

(38)

D. Faktor-Faktor Produksi Pertanian

Ada empat faktor produksi pertanian yaitu: 1. Alam

2. Tenaga kerja 3. Modal

4. Pengelolaan (manajemen)

Faktor produksi alam dan tenaga kerja sering disebut sebagai faktor produksi primer, faktor produksi modal dan pengolaan disebut faktor produksi sekunder. Ada literatur menambahkan faktor produksi teknologi sebagai faktor ke lima. Namun disini dinyatakan bahwa faktor teknologi itu bukan terpisah, tetapi meresap masuk kemasing-masing faktor produksi di atas. Ada teknologi yang berkenaan dengan alam, ada teknologi tersendiri dalam tenaga kerja, dalam modal dan dalam manajemen. Dengan demikian faktor-faktor produksi tetap empat.

1. Faktor Produksi Alam

(39)

cahaya. Air dibeberapa daerah masih bersifat tidak terbatas, namun dibeberapa daerah sudah terbatas, karena itu dibangun irigasi, dan kadang-kadang harus diciptakan hujan buatan.

2. Faktor Produksi Modal

Modal dalam arti ekonomi adalah hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produksi selanjutnya. Von Bohm-Bawerk menjelaskan sebagai berikut: Segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat disebut kekayaan masyarakat. Kekayaan itu digunakan:

a) Sebagian untuk konsumsi.

b) Sebagian untuk memproduksi barang-barang baru, inilah yang disebutmodal masyarakat atau modal sosial.

Perkataan modal atau kapital dalam arti sehari-hari digunakan dalam bermacam arti,yaitu:

a) modal sama artinya dengan harta kekayaan seseorang.

b) modal dapat mendatangkan penghasilan bagi si pemilik modal, dan initerlepas dari kerjanya.

Menurut sifatnya modal dibagi menjadi:

(40)

b) Modal bergerak adalah barang-barang modal yang dipakai dalam proses produksi dan habis terpakai dalam proses produksi. Contoh modal bergerak: pupuk, bahan bakar, bahan mentah.

Dibuat perbedaan modal tetap dan modal bergerak berhubung dengan perhitungan biaya pada proses produksi, yaitu:

1) Biaya modal bergerak diperhitungkan dalam harga biaya riil (pada saat itu).

2) Biaya modal tetap diperhitungkan melalui penyusutan nilai.

c) Modal fisik atau modal material dalam pertanian seperti alat-alat pertanian, bibit, pupuk, ternak, bangunan dan lain-lain.

d) Modal manusiawi (human capital) seperti biaya untuk pendidikan petani, latihan dan peningkatan kesehatan dan lain-lain. Modal manusiawi tidak secara langsung berpengaruh terhadap produksi, akan tetapi dia akan dapat menaikkan produktivitas kerja pada waktu mendatang.

3. Faktor Produksi Tenaga Kerja

(41)

Faktor produksi tenaga kerja tidak dapat dipisahkan dari manusia, sapi dan traktor jelas berpisah dengan manusia. Sapi dan traktor dapat menggantikan tenaga kerja manusiadalam hal membajak dan mengolah tanah.

4. Faktor Produksi Manajemen

Manajemen sama dengan pengelolaan, artinya kemampuan manusia mengkelola atau mengkombinasikan seluruh faktor-faktor produksi dalam waktu tertentu untukmemperoleh produksi tertentu.

Bila dibuat notasi : Y = produksi,

A = faktor produksi alam,

C = faktor produksi capital (modal), L = faktor produksi labor (tenaga kerja), M = faktor produksi manajemen,

maka dapat dituliskan: Y = f{A, C, L, M} f = fungsi dari ...

Disini faktor M sebagai leading faktor, dia mengatur masing-masing faktor produksi A, C, L

(42)

maka harus memandang prinsip-prinsip manajemen sebagai persamaan yang tidak sempurna. Setiap organisasi mempunyai memiliki berbagai macam sumber daya. Manajer yang berhasil akan mengeruk hasil/pengembalian tertinggi yang dapat diperoleh dari sumber daya yang tersedia. Manajemen dikonsepsikan sebagai daya upaya untuk mencapai hasil yang diinginkan melalui sumber daya, dan sering disebut sebagai konsep 6M yaitu: Money (uang), Markets (pasar), Material (bahan),

Machinery (mesin), Methods (metode) dan Man (manusia). (Downey, W.D. & Steven P.E. 1992).

Ada pula mengatakan bahwa manajemen itu adalah ilmu. Ada tiga aliran pemikiran manajemen dalam hal ini yaitu:

a) Aliran Klasik, yang terdiri dari manajemen ilmiah dan teori organisasi Klasik.

b) Aliran Neoklasik (disebut juga hubungan manusia). c) Aliran Manajemen Modern.

Pengertian manajemen begitu luas, sehingga dalam kenyataannya tidak ada definisi yang digunakan secara konsisten bagi semua orang. Manajemen dapat didefinisikan sebagai bekerja dengan orang lain dengan pelaksanaan fungsi-fungsi 5 P, yaitu:

a) Perencanaan (planning) b) Pengorganisasian (organizing) c) Penyusunan personalia (staffing)

(43)

e) Pengawasan (controlling)

Dua fungsi lain dapat ditambahkan yaitu Pengkomunikasian dan Pemotivasian. (Downey. W.D. dan Steven, 1992).

E. Biaya Produksi Bidang Pertanian

Biaya produksi adalah semua pengorbanan yang perlu untuk suatu proses produksi, dinyatakan dalam uang menurut harga pasar yang berlaku (Drs. T. Gilarso, 2001). Pengorbanan adalah faktor-faktor produksi yang digunakan sebagai input untuk menghasilkan barang atau jasa, seperti bahan baku, tenaga kerja, modal, dan keahlian pengusaha. Semua faktor-faktor produksi yang dipakai adalah merupakan pengorbanan dari proses produksi dan juga berfungsi sebagai ukuran untuk menentukan harga pokok barang.

Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Biaya eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran nyata dari kas perusahaan untuk membeli atau menyewa jasa-jasa faktor produksi yang dibutuhkan dalam berproduksi. Contoh: biaya tenaga kerja, sewa tanah, dll.

2. Biaya implisit adalah biaya yang tidak terlihat. Biaya implisit ini tidak dikeluarkan langsung dari kas perusahaan. Biaya implisit diperhitungkan dari faktor-faktor produksi yang dimiliki sendiri oleh perusahaan.

Jenis-jenis biaya produksiberdasarkan periode produksi: a. Biaya Jangka Pendek

(44)

Biaya tetap adalah biaya yang timbul akibat penggunaan sumber daya tetap dalam proses produksi. Sifat utama biaya tetap adalah jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah produksi mengalami perubahan (naik atau turun). Keseluruhan biaya tetap disebut biaya total (total fixed cost,TFC).

2) Biaya Variable (Variable Cost, VC)

Biaya variable atau sering disebut biaya variabel total (total variable cost,TVC) adalah jumlah biaya produksi yang berubah menurut tinggi rendahnya jumlah outputyang akan dihasilkan. Semakin besar output atau barang yang akan dihasilkan, maka akan semakin besar pula biaya variable yang akan dikeluarkan

3) Biaya Total ( Total Cost, TC)

Biaya total adalah keseluruhan biaya yang terjadi pada produksi jangka pendek. Biaya total diperoleh dari : TFC = biaya tetap dan TVC = biaya variabel. (TC=TFC +TVC)

4) Biaya Rata-Rata

Biaya rata-rata terdiri dari:

(45)

terlihat besar, sedangkan pada unit produksi yang banyak AFC akan kecil jumlahnya.

b) Biaya variable rata-rata (Average Variable Cost, AVC) adalah biaya variable satuan unit produksi.

c) Biaya total rata-rata (Average Cost, AC) adalah biaya persatuan unitoutput ( produksi)

5) Biaya Marginal (Marginal Cost, MC)

Biaya Marginal adalah perubahan biaya total akibat penambahan satu unit output (Q).

Oleh karena tambahan produksi satu unit output tidak akan menambah atau mengurangi biayaproduksi tetap (TFC), maka tambahan biaya marginal ini akan menambah biaya variable total (TVC).

b. Biaya Jangka Panjang

(46)

Biaya tidak tetap untuk usaha pertanian dihitung dari biaya tenaga kerja yang bekerja dalam operasional pertanian. Sedangkan tenaga kerja dalam keluarga tidak dimasukkan dalam analisis biaya dan pendapatan baik pertanian organik maupun konvensional, karena merupakan pendapatan keluarga.

Biaya investasi dalam usaha pertanian meliputi pengadaan bibit, pupuk, peralatan mengolah tanah, tranportasi dan sarana penunjang. Sedangkan mesin penggiling padi dihitung berdasarkan running account, yaitu memasukkan biaya investasi sesuai dengan proporsi penggunaannya.

F. Fungsi Penerimaan

Setelah produsen menghasilkan output dari kegiatan produksi yang dilakukan, makaoutput akan dijual pada konsumen. Dengan menjual hasil produksi, produsen akan memperoleh pandapatan (penerimaan). Pendapatan yang diterima sebagian digunakan untuk membayar biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.

(47)

G. Pemasaran Hasil Pertanian

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Definisi ini berdasarkan pada konsep inti, yaitu: Kebutuhan, keinginan dan permintaan; produk, nilai, biaya dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan; pasar, pemasaran dan pemasar. Tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk cocok dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya. Idealnya pemasaran menyebabkan pelanggan siap membeli sehingga yang tinggal hanyalah bagaimana membuat produknya tersedia. Sedangkan proses pemasaran terdiri dari analisa peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran, merancang strategi pemasaran, merancang program pemasaran, dan mengorganisir, melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran.

Strategi pemasaran adalah serangkaian tindakan terpadu menuju keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran adalah :

1. Faktor mikro, yaitu perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan masyarakat,

2. faktor makro, yaitu demografi/ekonomi, politik/hukum, teknologi/fisik dan sosial/budaya.

(48)

harga yang kompetitif (price) dan promosi yang gencar (promotion). Sedangkan dari sudut pandang pelanggan (4C) adalah kebutuhan dan keinginan pelanggan (customer needs and wants), biaya pelanggan (cost to the customer), kenyamanan (convenience) dan komunikasi (comunication). Tujuan akhir dan konsep, kiat dan strategi pemasaran adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (total Customer Statisfaction). Kepuasan pelanggan sepenuhnya bukan berarti memberikan kepada apa yang menurut kita keinginan dari mereka, tetapi apa yang sesungguhnya mereka inginkan serta kapan dan bagaimana mereka inginkan. Atau secara singkat adalah memenuhi kebutuhan pelanggan.

Pemasaran didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Pemasaran merupakan kegiatan produktif karena menciptakan kegunaan (utility) baik kegunaan bentuk, tempat, waktu maupun milik.

Sistem pemasaran hasil pertanian adalah suatu kompleks sistem dalam berbagai subsistem yang berinteraksi satu sama lain dan dengan berbagai lingkungan pemasaran. Dengan demikian lima subsistem yaitu sektor produksi, saluran pemasaran, sektor konsumsi, aliran (flow), dan fungsional berinteraksi satu sama lain dalam subsistem keenam, yaitu lingkungan.

(49)

permasalahan yang dihadapi dalam pemasaran hasil-hasil pertanian, yaitu pendekatan komoditi, pendekatan kelembagaan, pendekatan analitis atau efisiensi pemasaran, pendekatan struktur tingkah laku dan penampilan pasar,serta pendekatan manajemen pemasaran. Masing-masing pendekatan tersebut tidak dapat berdiri sendiri sehingga memerlukan pendekatan lainnya agar dapat memberikan manfaat yang lebih menyeluruh.

Fungsi pemasaran adalah kegiatan utama yang khusus dilaksanakan untuk menyelesaikan proses pemasaran. Secara umum, fungsi pemasaran diklasifikasikan menjadi 3 yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan facilitating function. Masing-masing fungsi ini masih dapat dirinci lagi menjadi fungsi-fungsi yang lebih spesifik.

Beberapa fungsi penting dalam pemasaran hasil pertanian antara lain fungsi penyimpanan, transportasi, grading dan standardisasi, serta periklanan. Fungsi penyimpanan dimaksudkan untuk menyeimbangkan periode panen dan periode paceklik. Ada empat alasan pentingnya penyimpanan untuk produk- produk pertanian, yaitu: a) produk bersifat musiman, b) adanya permintaan akan produk pertanian yang berbeda sepanjang tahun, c) perlunya waktu untuk menyalurkan produk dari produsen ke konsumen, d) perlunya stok persediaan untuk musim berikutnya.

(50)

c) bentuk produk yang dipasarkan, d) ukuran dan kualitas produk yang dipasarkan.

Fungsi standardisasi dan grading dimaksudkan untuk menyederhanakan dan mempermudah serta meringankan biaya pemindahan komoditi melalui saluran pemasaran. Grading adalah penyortiran produk-produk ke dalam satuan atau unit tertentu. Standardisasi adalah justifikasi kualitas yang seragam antara pembeli dan penjual, antar tempat dan antar waktu. Fungsi periklanan dimaksudkan untuk menginformasikan ke konsumen apa yang tersedia untuk dibeli dan untuk mengubah permintaan atas suatu produk. Masalah yang timbul dalam periklanan produk-produk pertanian terutama berkaitan dengan karakteristik produk-produk pertanian itu sendiri.

Marjin pemasaran adalah perbedaan harga di antara tingkat lembaga dalam sistem pemasaran atau perbedaan antara jumlah yang dibayar konsumen dan jumlah yang diterima produsen atas produk pertanian yang diperjualbelikan. Selain secara verbal, marjin pemasaran dapat dinyatakan secara matematis dan secara grafis.

Produk referensi merupakan titik awal yang menunjukkan 1 kilogram dari produk yang dijual kepada konsumen, misalnya petani perlu menyediakan 1,11 kilogram tomat untuk menyediakan 1 kilogram dari produk referensi karena 10 persen dari produk yang dijual telah hilang/rusak dalam proses pemasaran.

(51)

membandingkan harga pada berbagai level pemasaran yang berbeda, dan mengumpulkan data penjualan dan pembelian kotor tiap jenis pedagang. Masing-masing metode memiliki kelemahan dan kelebihan.

Marjin pemasaran menurut jenisnya dibedakan menjadi marjin absolut, marjin persen dan kombinasi antara marjin absolut dan marjin persen. Persentase bagian marjin merupakan suatu pengelompokan yang digunakan secara populer pada serangkaian angka yang menunjukkan marjin absolut dari berbagai tipe pedagang atau berbagai fungsi pemasaran yang berbeda, dibagi dengan harga eceran.

Komponen biaya pemasaran berdasarkan berbagai kegiatan pemasaran yang umumnya dilakukan meliputi biaya persiapan dan pengepakan, biaya

handling, biaya processing, biaya modal, pungutan-pungutan, komisi dan pembayaran tidak resmi.

H. Kemandirian menuju Peningkatan Sosial Ekonomi Petani

(52)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (KBBI, 1996:958). Sedangkan dalam konsep sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang lain disekitarnya. Sehingga kata sosial sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat.

Sementara istilah ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “oikos”yang berarti keluarga atau rumah tangga dan “nomos” yaitu peraturan,

aturan, hukum. Maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti ilmu yang mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan) (KBBI, 1996:251).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Kebutuhan menurut tingkatan atau intensitasnya:

1. Kebutuhan primer

(53)

2. Kebutuhan sekunder

Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi. Contoh: pendidikan , pariwisata, rekreasi 3. Kebutuhan tersier

Kebutuhan tersier adalah kebutuhan yang dipenuhi setelah kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi. Contoh: mobil, motor, komputer, handphone, i-pad

Hal ini disesuaikan dengan penelitian yang dilakukan.

Untuk melihat kedudukan sosial ekonomi Melly G. Tan mengatakan adalah pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan. Berdasarkan ini masyarakat tersebut dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi (Koentjaraningrat, 1981:35).

(54)

I. Penelitian Sebelumnya

Suwantoro (2008), dalam tesisnya tentang perkembangan pertanian organik mengungkapkan bahwa pertanian organik memberi keuntungan ekologis, ekonomis, sosial politis dan kesehatan.

Keuntungan ekologis didapat karena, dengan memasukkan sebanyak mungkin berbagai bahan organik ke sawah akan memperbaikikondisi tanah karena dengan terurainya bahan-bahan tersebut akan memberi pengaruhbaik kepada tanah itu sendiri maupun bagi tanaman yang tumbuh di atasnya. Dengan asupan bahan organik yang cukup banyak menyebabkan kondisi tanah yang dulu keras karena pupuk kimia dan bantat menjadi lebih gembur. Kondisi tanah yang lebih gembur lebih memudahkan dalam pengolahan tanah. Keuntungan ekonomis, keuntungan berlipat secara ekonomis setelah melewati masa transisi dari konvensional menjadi pertanian organik. Keuntungan ekonomis bukan karena berapa kali musim panen, tetapi hasil yang diperoleh dan harga jual gabah/beras yang lebih tinggi daripada gabah/beras konvensional serta rendahnya biaya produksi pada pertanian organik.

(55)

Keuntungan kesehatan, beras yang dihasilkan secara organik dalam proses budidayanya tidak mempergunakan pupuk dan pestisida kimia sintetis dan hanya mengandalkan pupuk dan pestisida organik sehingga membawa pengaruh yang positif bagi parakonsumen produk organik tersebut karena tidak tercemar oleh berbagai zat kimia.Hasil samping dari penggilingan gabah akan dihasilkan bekatul. Bekatul yang berasal dari beras organik saat ini dipercaya oleh banyak orang berpengaruh positif terhadap kondisi kesehatan seseorang.

J. Kerangka Pemikiran

Para petani padi mendapatkan pendapatan utama dari hasil pertanian. Besar kecilnya pendapatan hasil pertanian padi, menentukan tingkat kesejahteraan petani. Sejak dicanangkan revolusi hijau, petani Indonesia mencapai swasembada pangan. Namun setelah waktu berjalan, revolusi hijau memberikan permasalahan baru yaitu perusakan alam karena pemakaian bibit, pupuk dan pestisida kimia yang semakin menghilangkan kesuburan tanah. Selain itu membentuk ketergantungan pada pembelian bibit, pupuk, dan pestisida kimia hasil produksi pabrik yang kian hari harganya kian mencekik.Sementara HPP (Harga Pembelian Pemerintah) yang diputuskan pemerintah sangat rendah.

(56)
(57)

Kerangka alur Pemikiran :

PERKUMPULAN TANI ORGANIK PURWOREJO

PERTANIAN KONVENSIONAL

Peningkatan Sosial Ekonomi Petani: a. tingkat pendidikan b. tingkat konsumsi

sandang, pangan c. kondisi perumahan d. Kondisi kesehatan e. Kehidupan sosial

masyarakat

ANALISIS KOMPERATIF :

Keprihatinan Kongregasi PMY :  Kesejahteraan petani rendah  Kerusakan alam

Pendapatan Petani Biaya Produksi Hasil Panen

(Produksi)

(58)

K. Hipotesis Penelitian

Dari kerangka pemikiran di atas, maka:

a. Terdapat perbedaan yang signifikan antara biaya produksi pertanian organikdan biaya produksi pertanian konvensional.

b. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil panen pertanian organik dan hasil panen pertanian konvensional.

c. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil penjualan pertanian organikdan hasil penjualan pertanian konvensional

(59)

40

BAB III.

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan analisis komparatif dan analisis deskriptif untuk membandingkan variabel-variabel antara pertanian organik dan pertanian konvensional, yang berkaitan dengan input dan outputnya serta pengaruhnya terhadap peningkatan tingkat sosial ekonomi rumah tangga petani.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Berdasarkan studi literatur dan bukti empirik di lapangan, setelah masa peralihan dilalui, sekitar 3 sampai 5 tahun hasil panen pertanian organis mengalami peningkatan seperti jumlah semula bahkan dapat melebihi.

(60)

2. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan padabulan Mei – Juli 2012

C. Subjek dan objek Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah para petani organik Perkumpulan Tani Organik Purworejo dampingan Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef (PMY) yang di Desa Ringgit dan petani konvensional di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

2. Objek penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah biaya produksi pertanian, hasil produksi pertanian, hasil penjualan, pendapatan petani dan tingkat sosial ekonomi rumah tangga petani.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(61)

2. Sampel

Penelitian terhadap perubahan tingkat ekonomi petani difokuskan pada petani organik anggota Peta Organik Purworejo dibandingkan dengan petani konvensional dari desa yang sama. Anggota Peta Organik Purworejo di Desa Ringgit sebanyak 20 orang petani. Karena sampel terbatas, maka anggota Peta Organik Purworejo diambil seluruhnya sebagai sampel.

Pengambilan jumlah sampel untuk petani konvensional, sesuai pendapat Rescoe dalam buku Research Methods For Business (1982:253), ukuran sampel untuk penelitian yang layak adalah 30 sampai dengan 500 dan bila sampel dibagi dalam kategori, maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30. Mengingat keterbatasan waktu dan lokasi penelitian, maka peneliti mengambil sampel minimal yaitu 30 petani konvensional.

(62)

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, Suharsimi, 2002 : 96). Dalam hal ini variabel yang akan diteliti adalah :

1. Biaya produksi, meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan petani sejak masa persiapan penanaman sampai proses panen padi. Satuannya rupiah.

2. Hasil Panen, adalah jumlah gabah atau beras yang dihasilkan dari sawah petani. Satuannya kilogram.

3. Hasil Penjualan, adalah jumlah uang yang diterima petani setelah menjual gabah atau beras yang telah dikurangi bawon dan konsumsi keluarga. Satuannya rupiah.

4. Pendapatan Akhir, adalah pendapatan murni petani yang diperoleh dari hasil penjualan dikurangi oleh biaya-biaya produksi. Satuannya rupiah. 5. Tingkat sosial ekonomi rumah tangga petani, adalah keadaan pangan,

sandang, rumah, kesehatan, pendidikan, kehidupan sosial masyarakat, dan kesejahteraan rumah tangga petani yang diperoleh dari pendapatan hasil pertanian.

F. Data Penelitian

(63)

1. Data primer,

Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari lapangan. Dalam penelitian ini, data primer meliputi : identitas petani, biaya produksi, hasil panen, hasil penjualan, pendapatan akhir dan tingkat sosial ekonomi (kesejahteraan) rumah tangga petani.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada, misalnya hasil penelitian yang sudah ada, landasan teori, data-data pendukung dari BPS, data-data dari kelurahan dan Peta Organik Purworejo.

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data primer dan data sekunder, peneliti mengumpulkan data dengan:

1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik untuk mengumpulkan data dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan sampel maupun perantara yang mengetahui persoalan dari obyek yang diteliti.

2. Kuesioner

(64)

3. Studi literatur

Peneliti mengumpulkan data dari data yang sudah ada atau laporan penelitian sebelumnya.

H. Teknik Analisis Data

1. Pengujian Prasyarat

a. Uji Normalitas

Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan dibantu dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution), dengan hipotesis :

H0 : Distribusi data variabel penelitian normal Ha : Distribusi data variabel penelitian tidak normal Dengan kriteria:

1) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < taraf nyata (0,05), maka distribusi data variabel penelitian dinyatakan tidak normal. 2) Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) > taraf nyata (0,05), maka

distribusi data variabel penelitian dinyatakan normal.

b. Uji Homogenitas

(65)

Pengujian ini dilakukan sebelum peneliti menggeneralisasi hasil pengujian. Dalam penelitian ini uji yang digunakan adalah Levene tes dengan SPSS 16.0 For Windows Evaluation Version, dengan hipotesis :

Ho : variabel penelitian dari populasi adalah homogen Ha : variabel penelitian dari populasi adalah tidak homogen Dengan kriteria :

1) Jika probabilitas (sig.) > taraf signifikan 0,05, maka sampel homogen

2) Jika probabilitas (sig.) < taraf signifikan 0,05, maka dapat dikatakan sampel tersebut tidak homogen

2. Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini peneliti membandingkan dua sampel yang berbeda, maka tekhnik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis komparatif dan deskriptif. Analisis deskriptif untuk menjelaskan hasil analisis dan tingkat sosial ekonomi rumah tangga petani. Analisis komparatif digunakan untuk membedakan signifikasi tingkat antara biaya produksi, hasil panen (jumlah panen), hasil penjualan, dan pendapatan petani.

(66)

Nilai uji statistiknya (t hitung) pada setiap variabel yang diuji dengan rumus :

̅ ̅

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

̅ =Nilai rata-rata hitung dalam sampel

n1 = jumlah sampel petani organik n2 = jumlah sampel petani konvensional

Jika t hitung> t tabel, menolak H0 dan menerima Ha, jadi ada perbedaan signifikan dari ke dua sampel

Untuk membantu proses pengujian hipotesis tentang perbedaan biaya produksi, hasil panen, hasil penjualan, dan pendapatan antara petani organik dengan petani konvensionalpeneliti menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0 for windows. Bentuk hipotesis yang dirumuskan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 = tidak ada perbedaan biaya produksi, hasil panen, hasil penjualan, dan pendapatan antara petani organik dan petani konvensional.

(67)

Dengan kriteria hipotesa :

1) Jika Asymp.Sig (2-tailed) < 0,05 (α) yang berarti menolak H0, menerima Ha, ada perbedaan yang signifikan variabel antara pertanian organik dan pertanian konvensional.

2) JikaAsymp.Sig (2-tailed) > α (0,05), yang berarti menerima H0 menolak Ha, tidak ada perbedaan yang signifikan variabel antara pertanian organik dan pertanian konvensional.

(68)

49

BAB IV

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Karakteristik Desa

1. Kondisi Geografis

Desa Ringgit secara administratif terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa Ringgit berada pada 4 km dari ibu kota kecamatan, dan 20 km dari Ibu Kota Kabupaten dengan batas wilayah desa sebagai berikut:

Sebelah Barat : Desa Kaliwungu Lor Sebelah Utara : Desa Susuk

Sebelah Timur : DesaTunjungan

Sebelah Selatan : Desa Kaliwungu Kidul, Kesidan

Luas wilayah Desa Ringgit ±103 ha yang terdiri atas sawah, pemukiman dan pekarangan, bangunan umum, dan lain-lain. Secara topografi daerah ini termasuk dataran rendah, tidak berbukit dengan ketinggian 133 m di atas permukaan laut. Curah hujan rata-rata di daerah ini 2066 mm per tahun dengan suhu udara rata-rata 300C.

2. Kondisi Demografi dan Keadaan Sosial Ekonomi

(69)

Rukun Warga (RW) dan empat Rukun Tetangga (RT). Jumlah penduduk berjenis kelamin pria sebanyak 367 jiwa dan wanita sebanyak 372 jiwa. Untuk lebih jelasnya, jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel IV.1

Tabel IV.1. Jumlah Penduduk Menurut Usia Kelompok Pendidikan di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo Tahun 2012 Umur (Tahun)

Umur Jumlah Persentase

00 - 03 32 4,33

04 - 06 36 4,87

07 - 12 67 9,07

13 - 15 27 3,65

16 - 18 35 4,74

19 ke atas 542 73,34

Jumlah 739 100,00

Sumber : Monografi Desa Ringgit Tahun 2012

(70)

Tabel IV.2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo Tahun 2012

No. Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 TK 18 2,70

2 Tamat SD/sederajat 292 43,71

3 Tamat SLTP/sederajat 151 22,60

4 Tamat SLTA/sederajat 183 27,40

5 Tamat Diploma 7 1.05

6 Tamat Sarjana 17 2,54

Jumlah 668 100,00

Sumber : Monografi Desa Ringgit Tahun 2012

Ditinjau dari segi mata pencaharian, sebagian besar masyarakat Desa Ringgit bekerja disektor pertanian. Dalam usahataninya ada yang menggarap lahan sawah baik milik sendiri maupun milik orang lain (buruh tani). Selain itu, ada petani penggarap, yaitu petani yang menggarap sawah dengan cara menyewa lahan dan hasil panen diterima secara utuh oleh petani, dan petani

(71)

Tabel IV.3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo Tahun 2011

No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

1 Pegawai Negeri 16 4,34

2 Pegawai Swasta 7 1,89

3 Wiraswasta 22 5,96

4 Tani 162 43,90

5 Pertukangan 7 1,89

6 Buruh Tani 138 37,91

7 Pensiunan 14 3,79

8 ABRI 3 0.81

Total 369 100

Sumber : Monografi Desa Ringgit Tahun 2012

(72)

kimia. Dengan demikian, lahan yang telah ditanami organik harus mengalami proses konversi lagi selama kurang lebih 1-2 tahun tergantung dengan kondisi lahan yang ada.

Varietas padi yang umumnya ditanam yaitu IR 64, Ciherang, Sintanur, Jasmin, serta Janur. Varietas Janur merupakan varietas padi yang dihasilkan oleh salah satu petani setempat dengan mengawinkan benih antara varietas Jasmin dan Sintanur. Varietas Janur ini banyak digunakan oleh petani organik, karena varietas ini sangat cocok diaplikasikan pada sistem tanam organik.

B. Karakteristik Petani Responden

Karakteristik petani responden akan diuraikan berdasarkan, umur petani, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan, luas lahan garapan, keadaan rumah tangga pada umumnya, baik petani konvensional maupun organik berdasar wawancara serta pengamatan penulis.

1. Umur Petani

(73)

sebaran umur antara 31-38 tahun dengan jumlah petani sebanyak 14 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa petani Desa Ringgit berada pada usia produktif.

Tabel IV.4. Penggolongan Petani Organik dan Petani Konvensional Menurut Golongan Umur di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo

2. Tingkat Pendidikan

Ditinjau dari sisi tingkat pendidikan yang pernah diikuti, maka petani responden dapat digolongkan atas beberapa kategori. Berdasarkan tingkat pendidikan yang diperoleh, sebagian besar responden telah mengenyam pendidikan hingga tingkat SMU dan sederajat yaitu sebanyak 15 orang, walaupun yang terbesar masih lulusan SD sebanyak 19 orang. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani responden sudah cukup tinggi. Bahkan ada pula petani responden yang telah menempuh pendidikan hingga sarjana, yaitu sebanyak 3 orang. Secara terperinci penggolongan responden berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel IV.5

(74)

Tabel IV.5. Penggolongan Petani Organik dan Petani Konvensional Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo

Keikutsertaan dalam menanam padi dengan sistem organik ini hanya dilakukan oleh beberapa orang petani, dan keikutsertaan menerapkan sistem organik tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, tetapi lebih kesadaran untuk mengembalikan kerusakan dan kesuburan tanah pertanian.

3. Status Kepemilikan Lahan

Status kepemilikan lahan yang berada di Desa Ringgit terbagi menjadi empat jenis, yaitu lahan milik sendiri, lahan sewa, lahan sakap, serta lahan

(75)

mana biaya operasional ditanggung oleh petani. Sedangkan lahan bengkok

merupakan lahan yang diberikan oleh desa kepada perangkat desa selama menjabat sebagai perangkat desa. Untuk lahan bengkok diasumsikan menjadi lahan sendiri,karena lahan bengkok pada dasarnya merupakan penerimaan seorang perangkat desa dalam bentuk sawah.

Status kepemilikan lahan untuk responden petani organik sebagian besar adalah lahan milik sendiri. Untuk responden petani konvensional, status kepemilikan sawah juga milik sendiri, dan sebagian lain merupakan lahan

sakap, seperti yang ada pada Tabel IV.6.

(76)

Pada Tabel IV.7 diketahui bahwa luas lahan garapan petani konvensional terbanyak berada pada kisaran 0,30-0,99 ha dengan jumlah petani sebanyak 18 orang, begitu juga dengan luas lahan garapan petani organik sebanyak 13 orang.

Tabel IV.7. Penggolongan Petani Konvensional dan Petani Organik Menurut Luas Lahan Garapan di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo

C. Perkumpulan Tani (Peta) Organik Purworejo

Perkumpulan Tani Organik Purworejo adalah organisasi pemberdayaan dan penguatan petani, yang memiliki tujuan, agar petani mampu:

1. mengembangkan ilmu pengetahuan dalam memanfaatkan dan memelihara sumberdaya lokal untuk keberhasilan dalam usaha budidaya pertanian ramah lingkungan berkelanjutan

2. merumuskan pengalaman-pengalaman praktek budidaya pertanian ramah lingkungan dan menyebarluaskan kepada sesama petani

Gambar

Tabel I.1.  Luas Panen-Produktivitas-Produksi Tanaman Padi Provinsi
Tabel I.2. Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 7 Th. 2009 tentang
Tabel IV.1. Jumlah Penduduk Menurut Usia Kelompok Pendidikan di
Tabel IV.2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Using a Path Analysis it was found that product quality e-SERVQUAL and perceived price had a positive and significant effect on customer satisfaction, and also

diskriminasi ini tidak hanya terjadi pada lingkungan kerja, tetapi dapat juga terjadi pada lingkungan individu antara satu dengan yang lainnya (discrimination), 5)

Pertukaran sosial dalam bentuk ganjaran atau hukuman akan terjadi dengan baik atau buruk dalam ruang lingkup yang luas atau sempit hanya apabila semua pihak yang

Candrayanthi dan saputra (2013) juga menyatakan bahwa dengan adanya CSR perusahaan dapat semakin terbuka dalam mengungkapkan aktivitas yang dilakukan, tidak sebatas

Terdapat faktor-faktor yang Evaluasi kebijakan pemberdayaan Desa/Kelurahan Mandiri Gotong Royong oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Dalam mewujudkan

Fungsi kognitif lansia di Desa Rapa Laok Kecamatan Omben Kabupaten Sampang sebagian besar (63.3%) dengan kategori

Hasil menunjukan bahwa perlakuan media berpengaruh nyata terhadap diameter koloni dan kecepatan pertumbuhan miselium jamur merang (Volvariella volvaceae), dan media alternatif

Untuk memberikan kepastian hukum dalam berusaha bagi pedagang kaki lima dan terpeliharanya sarana prasarana, estetika, kebersihan dan kenyamanan ruang milik