• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan alat peraga ala Montessori untuk keterampilan geometri matematika kelas III SDN Tamanan I Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan alat peraga ala Montessori untuk keterampilan geometri matematika kelas III SDN Tamanan I Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA ALA MONTESSORI UNTUK KETERAMPILAN GEOMETRI MATEMATIKA KELAS III

SDN TAMANAN I YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Mukti Sari Putri NIM: 091134074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA ALA MONTESSORI UNTUK KETERAMPILAN GEOMETRI MATEMATIKA KELAS III

SDN TAMANAN I YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Mukti Sari Putri NIM: 091134074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus yang selalu menunjukkan jalan terbaik dan menyertaiku. 2. Bapak dan ibu tersayang yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dan

dukungan kepada saya.

3. Teman spesial tercinta yang selalu memberi semangat dan doa kepada saya.

(6)

v

HALAMAN MOTTO

Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. (Mazmur 119:105)

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.

(7)

vi

(8)

vii

(9)

viii

ABSTRAK

Putri, Mukti Sari. (2013). Pengembangan alat peraga ala Montessori untuk keterampilan geometri matematika kelas III SDN Tamanan I Yogyakarta.

Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode penelitian pengembangan, metode Montessori, alat peraga Montessori, keterampilan geometri, Matematika.

Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran di Sekolah Dasar mempermudah siswa memahami konsep serta membuat pembelajaran lebih aktif dan menyenangkan karena membuat siswa lebih tertarik terhadap pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan alat peraga Montessori yang berkualitas untuk pembelajaran matematika keterampilan geometri kelas III SD semester genap. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini mengadopsi metode Montessori karena kelebihannya yang terletak pada prinsip alat peraga Montessori yang meliputi (1) menarik, (2) bergradasi, (3) memiliki pengendali kesalahan, (4) membelajarkan siswa secara mandiri, dan (5) kontekstual. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas IIIA SDN Tamanan I Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 pada bulan Januari sampai April 2013.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Di akhir penelitian ini dilakukan uji coba lapangan terbatas. Prosedur pengembangan ini melalui empat tahap, yakni (1) kajian standar kompetensi dan materi pembelajaran, (2) analisis kebutuhan dan pengembangan perangkat pembelajaran, (3) produksi alat peraga Montessori untuk pembelajaran geometri, (4) validasi dan revisi produk, hingga menjadi prototipe pengembangan alat peraga untuk keterampilan geometri Matematika kelas III semester genap.

(10)

ix

ABSTRACT

Putri, Mukti Sari. (2013). Developing a set of Montessori geometry materialsfor the 3rd grade students of Tamanan I Primary School, Yogyakarta. A Thesis.

Yogyakarta: Primary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.

Keyword: research and development method, Montessori method, Montessori materials, geometry skill, mathematics.

Media used in Primary School help students understand abstract concepts and make learning more active and fun because the students are interested in the learning process. The purpose of this research is to develop Montessori geometry materialsfor 3rd grade students. The developed product adopted the Montessori’s

method and was designed based on the four principals of Montessori’s materials namely: 1) attractive, 2) gradual, 3) auto-correction, and 4) auto-education. The research added another criterion – contextual into the foundation. This research was conducted on a group of 3rd graders at Tamanan I Primary School, Yogyakarta during the second term in the academic year of 2012/2013.

This research employed the Research and Development method (R & D) and a limited trial of the prototype was conducted at the end of this research. The development procedures took four steps: 1) examining the competency standard and the math concept, 2) analysis the students’ needs, 3) producing the Montessori geometry materials, and 4) validating and revising the prototype.

(11)

x

PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dengan hati yang tulus kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Kaprodi PGSD

sekaligus pembimbing I yang telah membimbing peneliti dengan penuh kebijaksanaan sehingga penulisan ini dapat selesai.

3. E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed. D. selaku Wakaprodi PGSD.

4. Ag. Kustulasari 81, S.Pd., M.A. selaku pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran.

5. Srini Supriyanti, S.Pd. SD. selaku Kepala SDN Tamanan I Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di sekolah.

6. S. K. Mawati, S.Pd. SD. selaku guru kelas IIIA SDN Tamanan I yang telah berpartisipasi dan memberikan bantuan selama penelitian di sekolah.

7. Veronika Fitri Rianasari, M.Si. selaku pakar pembelajaran matematika yang telah memberikan kontribusi dan bantuan dalam penelitian pengembangan ini.

8. Andri Anugrahana, M.Pd. selaku pakar alat peraga matematika yang juga telah memberikan kontribusi dan bantuan dalam penelitian pengembangan ini.

(12)
(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 5

1.6 Definisi Operasional ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.1.1 Pembelajaran Montessori ... 8

2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Montessori ... 8

2.1.1.2 Tahap Perkembangan Anak ... 9

2.1.2 Alat Peraga Montessori... 9

2.1.2.1 Pengertian Alat Peraga ... 9

(14)

xiii

2.1.2.3 Ciri-Ciri Alat Peraga Montessori ... 11

2.1.3 Keterampilan Geometri dalam Matematika ... 13

2.1.3.1 Pengertian Keterampilan Geometri ... 13

2.1.3.2 Tujuan Keterampilan Geometri ... 13

2.1.4 Kajian Penelitian yang Relevan ... 14

2.1.4.1 Penelitian tentang Alat Peraga Matematika ... 14

2.1.4.2 Penelitian tentang Pengembangan Pembelajaran Montessori... 15

2.2 Kerangka Berpikir ... 17

2.3 Hipotesis ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.2 Setting Penelitian ... 20

3.2.1 Objek Penelitian ... 20

3.2.2 Subjek Penelitian ... 20

3.2.3 Lokasi Penelitian ... 21

3.2.4 Jadwal Penelitian ... 21

3.3 Prosedur Pengembangan ... 21

3.4 Uji Validasi Produk ... 26

3.4.1 Uji Validasi Ahli ... 26

3.4.2 Uji Validasi Produk dengan Uji Coba Lapangan Terbatas ... 26

3.5 Instrumen Penelitian ... 26

3.5.1 Jenis Data ... 26

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data ... 27

3.5.2.1 Instrumen Analisis Kebutuhan ... 27

3.5.2.2 Instrumen Validasi Ahli ... 27

3.5.2.3 Instrumen Validasi Produk dengan Uji Coba Lapangan Terbatas ... 28

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.6.1 Analisis Kebutuhan ... 29

3.6.2 Validasi Ahli... 29

3.6.3 Validasi Produk dengan Uji Coba Lapangan Terbatas ... 30

(15)

xiv

3.7.1 Analisis Kebutuhan ... 30

3.7.1.1 Kuesioner ... 30

3.7.2 Analisis Validasi Produk ... 31

3.7.2.1 Kuesioner ... 31

3.7.2.2 Tes ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1 Kajian Standar Kompetensi dan Materi Pembelajaran ... 33

4.2 Analisis Kebutuhan dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 33

4.2.1 Data Analisis Kebutuhan Siswa Berdasarkan Kuesioner ... 34

4.2.2 Data Analisis Kebutuhan Guru Berdasarkan Kuesioner ... 34

4.2.3 Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 35

4.3 Produksi Alat Peraga Montessori untuk Pembelajaran Geometri ... 35

4.3.1 Rak 1 ... 37

4.3.8 Album Pembelajaran ... 38

4.4 Validasi dan Revisi Produk ... 38

4.4.1 Deskripsi Validasi Pakar Pembelajaran Matematika ... 40

4.4.2 Deskripsi Validasi Pakar Alat Peraga Matematika ... 41

4.4.3 Deskripsi Validasi Guru Kelas IIIA ... 42

4.4.4 Revisi Produk ... 42

4.4.5 Data Uji Coba Lapangan Terbatas ... 43

4.4.5.1 Kuesioner ... 44

4.4.5.2 Tes ... 44

4.4.6 Penilaian Akhir ... 46

4.4.6.1 Guru Kelas IIIA ... 46

(16)

xv

4.4.6.3 Peneliti ... 47

BAB V PENUTUP ... 48

5.1 Kesimpulan ... 48

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 48

5.3 Saran ... 49

DAFTAR REFERENSI ... 50

(17)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan ... 17

Bagan 3.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan Sugiyono ... 21

Bagan 3.2 Model penelitian dan pengembangan Borg dan Gall ... 22

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima

Menurut Sukardjo ... 31

Tabel 4.1 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima Menurut Sukardjo ... 39

Tabel 4.2 Kriteria Skor Skala Lima ... 40

Tabel 4.3 Komentar Pakar Pembelajaran Matematika dan Tindak Lanjut ... 41

Tabel 4.4 Hasil Pretest dan Posttest ... 45

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1. Instrumen Analisis Kebutuhan ... 54

1.1 Kisi-Kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 54

1.2 Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa ... 54

1.3 Rekapitulasi Hasil Analisis Kebutuhan Siswa... 56

1.4 Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru ... 58

2. Lampiran 2. Instrumen Validasi Ahli ... 61

2.1 Kisi-Kisi Kuesioner Validasi Ahli ... 61

2.2 Kuesioner untuk Pakar Pembelajaran Matematika ... 62

2.3 Kuesioner untuk Pakar Alat Peraga Matematika ... 64

2.4 Kuesioner untuk Guru ... 66

3. Lampiran 3. Uji Coba Lapangan Terbatas dengan Tes ... 68

3.1 Kisi Kisi Soal Tes Matematika ... 68

3.2 Soal Pretest dan Posttest ... 68

3.3 Kunci Jawaban ... 71

3.4 Hasil Pretest ... 73

3.5 Hasil Posttest ... 76

4. Lampiran 4. Kuesioner Uji Coba Lapangan Terbatas ... 79

4.1 Kisi-Kisi Kuesioner untuk Uji Coba Lapangan Terbatas ... 79

4.2 Kuesioner untuk Siswa ... 80

4.3 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas ... 81

5. Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Penelitian ke SD ... 82

6. Lampiran 6. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian dari SD ... 83

7. Lampiran 7. Dokumentasi Uji Coba Lapangan Terbatas ... 84

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini dijelaskan (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) spesifikasi produk yang dikembangkan, dan (6) definisi operasional.

1.1 Latar Belakang

(21)

2 Sesuai dengan kurikulum yang digunakan di Indonesia yaitu KTSP, mata pelajaran pokok di Sekolah Dasar meliputi Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan PKn. Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik yang khas, begitu pula dengan mata pelajaran Matematika. Menurut Walle (2008:13) matematika adalah ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis. Sehubungan dengan hal tersebut, pembelajaran matematika yang baik dapat menghantarkan siswa sampai pada pembentukan diri yang teratur, menemukan arti dalam kehidupannya, dan berpikir logis. Salah satu tujuan mata pelajaran Matematika yang tertulis dalam standar isi dan standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar SD/MI adalah agar peserta didik menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Tujuan dalam pembelajaran matematika tersebut dapat tercapai apabila didukung dengan komponen-komponen yang dapat mendorong siswa untuk memperoleh kompetensi yang diharapkan. Mata pelajaran Matematika juga menitikberatkan kompetensi dasar bilangan, geometri, dan pengukuran. Kompetensi tersebut akan tercapai apabila didukung dengan benda-benda nyata yang ada di sekitar siswa. Benda nyata tersebut dapat diwujudkan melalui alat peraga yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran. Alat peraga menjadi penting karena melalui alat nyata tersebut konsep terhadap suatu materi dalam pembelajaran matematika dapat tertanam pada diri anak.

(22)

3 dihadapkan langsung dengan objek yang dimaksud sehingga anak mempunyai kendala dalam menerapkan konsep yang telah diperolehnya.

Salah satu pembelajaran yang banyak memanfaatkan alat peraga untuk membentuk konsep siswa adalah pembelajaran Montessori (1870-1952). Montessori adalah seorang dokter wanita yang prihatin terhadap dunia anak dan pendidikan. Pembelajaran ala Montessori berawal dari hasil observasi yang dilakukan oleh Montessori sendiri terhadap anak didiknya yang kurang beruntung di suatu daerah kumuh di Roma. Montessori berhasil membimbing anak-anak didik tersebut lulus ujian nasional seperti yang dilakukan anak-anak di sekolah umum. Seiring dengan perkembangannya pembelajaran Montessori ini berkembang sampai ke Indonesia. Di Indonesia terdapat beberapa sekolah Montessori, misalnya Jakarta Montessori School, Bali Montessori School, sekolah Montessori di Bandung, Batam, dan Yogyakarta. Berdasarkan fenomena yang ada, anak-anak yang dapat bersekolah di sekolah tersebut terbatas pada anak-anak dari keluarga yang berkecukupan saja mengingat alat-alat peraga Montessori belum diproduksi di Indonesia dan bahan yang digunakan merupakan bahan khusus yang sudah di standarisasikan sehingga hal itu menjadi kendala untuk menerapkan pembelajaran Montessori di sekolah tradisional. Kendala tersebut dapat diatasi melalui pengembangan media pembelajaran Montessori yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh penyelenggara pendidikan yaitu sekolah. Seperti yang dilakukan Montessori ketika mengawali pelayanan pendidikan, Montessori menggunakan alat seadanya yang disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami siswa. Penggunaan alat peraga tersebut juga melatih kemandirian anak dan tanggung jawab atas apa yang dilakukan anak. Pembelajaran Montessori selalu berdasar pada kebebasan anak sehingga anak dapat berkembang secara optimal karena belajar sesuai dengan keinginannya dan dari hal tersebut, anak juga terbentuk menjadi pribadi yang menghargai lingkungan sekitar tanpa diajarkan (Koh, 2010:1).

(23)

4 Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa siswa membutuhkan alat peraga untuk membentuk konsep khususnya untuk mata pelajaran matematika dalam hal pemahaman tentang geometri. Apabila melihat letak SDN Tamanan I yang beralamatkan di Kelurahan Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, lokasi tersebut terletak tidak jauh dari Sungai Opak yang dilalui oleh lahar dingin dari Gunung Merapi. Sekolah yang tak jauh dari lokasi penambangan pasir tersebut membuat sekolah memiliki potensi lokal yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran. Potensi lokal yang dapat dimanfaatkan adalah hasil tambang pasir yang diambil dari Sungai Opak tersebut. Potensi lokal yang lainnya adalah kayu dan sumber daya manusia yang mengolah kayu tersebut juga tersedia di lingkungan sekolah tersebut.

Kesenjangan yang terjadi antara pemanfaatan media yang kurang maksimal untuk pembelajaran dengan sumber daya yang memadai tersebut membuat peneliti berinisiatif untuk mengembangkan alat peraga ala Montessori yang bersifat ekonomis. Pengembangan alat peraga ini diharapkan dapat membantu pembelajaran yang masih bersifat konvensional melalui alat peraga Montessori yang memanfaatkan potensi lokal yang ada.

Penelitian ini dibatasi hanya sampai pada pengembangan prototipe produk alat peraga Montessori yang diujicobakan secara terbatas untuk melatih keterampilan geometri matematika kelas IIIA standar kompetensi memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana, kompetensi dasar mengidentifikasi berbagai bangun datar sederhana menurut sifat atau unsurnya, materi bangun datar sederhana pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 di SDN Tamanan I Yogyakarta.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

(24)

5 1.2.2 Bagaimana kualitas alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih keterampilan geometri pada materi bangun datar kelas IIIA di SDN Tamanan I Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1.3.1 Mengembangkan alat peraga Montessori sesuai dengan ciri-ciri yang ditentukan untuk melatih keterampilan geometri pada materi bangun datar kelas IIIA di SDN Tamanan I Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

1.3.2 Mengembangkan alat peraga Montessori yang berkualitas untuk melatih keterampilan geometri pada materi bangun datar kelas IIIA di SDN Tamanan I Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat meningkatkan mutu sekolah melalui alat peraga yang telah dikembangkan.

1.4.2 Bagi Guru

Hasil penelitian dapat menambah referensi dalam penggunaan alat peraga untuk pembelajaran matematika dengan memanfaatkan potensi daerah di sekolah.

1.4.3 Bagi Peneliti

Mendapatkan pengalaman berharga dalam mengembangkan media pembelajaran matematika berupa alat peraga Montessori.

1.5 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

(25)

6 yang berisi materi dan manual penggunaan alat peraga. Bangun datar yang akan dibuat pada papan pasir adalah persegi, persegi panjang, lingkaran, segitiga siku-siku, segitiga tumpul, segitiga lancip, segitiga sama sisi, segitiga sama kaki, segitiga sembarang, segi lima sampai segi sepuluh, trapesium siku-siku, trapesium sama kaki, trapesium sembarang, layang-layang, belah ketupat, dan jajar genjang. Setiap bangun tersebut memiliki bingkai yang berbentuk persegi yang berukuran 14x14 cm. Bangun tersebut akan diberi warna biru dan untuk bingkainya berwarna kuning. Setiap bangun dan bingkainya diletakkan di dalam rak. Terdapat 5 rak yang telah dikelompokkan, yaitu: rak 1 terdiri dari bangun persegi dan persegi panjang, rak 2 terdiri dari bangun segitiga, rak 3 terdiri dari bangun lingkaran, rak 4 terdiri dari bangun segi lima sampai segi sepuluh, rak 5 terdiri dari bangun trapesium siku-siku; trapesium sama kaki; trapesium sembarang; layang-layang; belah ketupat; dan jajar genjang. Proses pembuatan alat peraga dimulai dengan pencarian bahan berupa kayu, hasboard, lem kayu, dan pasir halus. Langkah selanjutnya adalah pembuatan bangun datar dan bingkainya sesuai dengan ukuran sampai pada pengecatan menggunakan warna yang disesuaikan dengan pilihan siswa serta penempelan pasir menggunakan lem kayu. Langkah terakhir adalah pembuatan rak untuk meletakkan bangun datar yang telah dirancang. Papan pasir bangun datar digunakan sebagai alat peraga pembelajaran matematika kelas IIIA standar kompetensi memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana, kompetensi dasar mengidentifikasi berbagai bangun datar sederhana menurut sifat atau unsurnya, materi bangun datar sederhana pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 di SDN Tamanan I Yogyakarta.

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Pembelajaran ala Montessori adalah proses belajar mengajar yang dilakukan mengacu pada prinsip-prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh Maria Montessori.

(26)

7 1.6.3 Album pembelajaran Montessori adalah penjelasan penggunaan alat peraga

yang berisi materi, tema, tujuan, dan presentasi penggunaan alat peraga. 1.6.4 Keterampilan geometri matematika adalah kemampuan yang akan

dikembangkan pada siswa sekolah dasar kelas III yang meliputi pengidentifikasian bangun datar sederhana menurut sifat atau unsurnya. 1.6.5 Mata pelajaran matematika adalah pelajaran yang mengembangkan

kompetensi geometri siswa kelas IIIA semester genap SDN Tamanan I kompetensi dasar mengidentifikasi berbagai bangun datar sederhana menurut sifat atau unsurnya.

1.6.6 Siswa Sekolah Dasar adalah siswa kelas IIIA di SDN Tamanan I, Tamanmartani, Kalasan, Yogyakarta.

(27)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini terdapat pembahasan tentang teori yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu (1) kajian pustaka, (2) kerangka berpikir, dan (3) hipotesis.

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka dalam penelitian ini akan menjelaskan empat hal, yaitu (1) pembelajaran Montessori, (2) alat peraga Montessori, (3) keterampilan geometri dalam matematika, dan (4) kajian penelitian yang relevan.

2.1.1 Pembelajaran Montessori

2.1.1.1Pengertian Pembelajaran Montessori

Pembelajaran Montessori pada dasarnya menitikberatkan pengembangan kemandirian anak dan memberi kebebasan pada anak untuk memilih dan menentukan atas apa yang dilakukan sesuai dengan perkembangan anak. Pembelajaran yang dilakukan sambil bermain dan penggunaan panca indera secara maksimal selama pembelajaran menciptakan kesenangan pada anak ketika belajar (Montessori, 2003:33).

Pendidikan Montessori merupakan pendidikan yang sistematis dan dalam pembelajarannya melibatkan sensorial yang dihubungkan dengan pengorganisasian saraf dan lingkungan anak (Lillard, 2005:324). Pembelajaran yang melibatkan sensorial tersebut dinyatakan dengan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran Montessori. Selama pembelajaran, lingkungan belajar anak juga berpengaruh terhadap proses belajar yang dialaminya.

Montessori menjelaskan bahwa dalam pembelajarannya anak belajar dengan terstruktur, berfokus pada suatu proyek tertentu, dan anak juga memiliki kebebasan untuk kapan dan hal apa yang ingin mereka kerjakan. Pembelajaran Montessori juga merupakan belajar penemuan melalui alat peraga yang didesain secara eksplisit dapat memberikan makna bagi anak-anak (Lillard, 2005:328).

(28)

9 dan bersifat menyenangkan. Pembelajaran Montessori juga mendukung pengembangan pembelajaran aktif yaitu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk mendominasi aktivitas pembelajaran, aktif melibatkan mental, fisik, dan otak anak (Zaini, dkk, 2008:xiv).

2.1.1.2Tahap Perkembangan Anak

Montessori membagi tahap-tahap perkembangan anak menjadi umur 0-6, 6-12, dan 12-18 (Montessori, 2008:xxi). Tahap-tahap tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. Tahap umur 0-6 tahun

Tahap ini merupakan periode untuk melakukan gerak, mengembangkan rasa keteraturan, mencintai lingkungan, dan sensitif terhadap detail serta bilangan atau angka.

2. Tahap umur 6-12 tahun

Periode 6-12 merupakan periode sensitif untuk logika dan pembenaran. Tahap perkembangan ini mengembangkan imaginasi, rasa berkelompok, menampilkan kekuatan fisik, dan mengembangkan mental dan moral yang cukup luas.

3. Tahap umur 12-18 tahun

Tahap ini mengarah pada kematangan fisik dan pencarian model ideal yang akan diikuti.

Berdasarkan uraian tersebut karakteristik perkembangan anak usia 6-12 tahun yang termasuk di dalamnya anak usia kelas III ditandai dengan beberapa kemajuan dalam aspek motorik, bahasa, emosi, sosial, dan kognitif. Secara umum anak pada usia ini berada pada masa anak senang melakukan aktivitas motorik, memiliki rasa ingin tahu yang besar, memiliki keinginan untuk berkelompok, dan kemampuan kognitif anak dalam memecahkan masalah-masalah yang konkret menggunakan logika.

2.1.2 Alat Peraga Montessori 2.1.2.1Pengertian Alat Peraga

(29)

10 meragakan sajian pelajaran. Berdasarkan pengertian dari kedua suku kata tersebut dapat diartikan alat peraga adalah barang yang digunakan untuk meragakan sajian pelajaran. Sependapat dengan hal tersebut, Sudono mengungkapkan bahwa alat peraga adalah alat yang berfungsi untuk menerangkan suatu mata pelajaran tertentu dalam suatu proses belajar mengajar (Sudono, 2010:14).

Anitah (2010:4) mengungkapkan bahwa istilah alat peraga menunjuk kepada suatu alat atau benda yang sama yang dapat mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan. Sependapat dengan hal tersebut, Sukayati dan Agus (2009:6) menjelaskan bahwa media pembelajaran merupakan semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Berdasar fungsinya media dapat berbentuk alat peraga dan sarana tetapi dalam keseharian tidak terlalu dibedakan antara media dan alat peraga. Sehubungan dengan itu fungsi utama alat peraga merujuk sebagai sumber belajar yang mengaktifkan siswa dan menyalurkan informasi (Munadi, 2010:37).

Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa alat peraga adalah barang yang digunakan untuk menjelaskan suatu materi pelajaran agar mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan alat peraga merupakan hal penting untuk mendukung keberhasilan suatu pembelajaran.

2.1.2.2Pengertian Alat Peraga Montessori

Lillard (1997:11) mengungkapkan bahwa alat peraga Montessori dirancang secara mendetail sampai yang terkecil sehingga anak dapat menggunakannya sendiri. Alat peraga Montessori terdiri dari tiga unsur yang selalu diperhatikan, yaitu membangun kemandirian anak dan membangun akamedik anak, memiliki nilai seni, dan mengembangkan rasa tanggungjawab serta bangga terhadap alat peraga yang ia miliki. Alat peraga yang dikembangkan memiliki prinsip kesederhanaan, daya tahan, keindahan, mengembangkan kreativitas dan anak belajar dari penemuan, dan memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk memperbaiki kesalahan mereka sendiri.

(30)

11 menempatkan bersama-sama tentang apa yang diketahui dan sampai pada kemampuan anak untuk menemukan hal baru secara mandiri (Lillard, 1997:137).

Penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa alat peraga Montessori adalah alat yang dirancang untuk pembelajaran yang mengembangkan potensi diri siswa baik dalam hal akademis maupun non akademis secara mandiri dan memiliki pengendali kesalahan. Secara khusus alat peraga matematika Montessori merupakan alat yang dirancang untuk mengembangkan cara berpikir matematika pada anak dan mengembangkan kemampuan belajar penemuan yang dimiliki oleh masing-masing anak.

2.1.2.3Ciri-Ciri Alat Peraga Montessori

Alat peraga Montessori sangat memperhatikan secara mendetail hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan anak, misalnya pembuatan meja dan kursi yang disesuaikan dengan ukuran anak, berat kursi dan meja yang dapat dipindah-pindah oleh anak, dan dibedakan juga meja untuk kerja kelompok dan untuk bekerja secara individual (Montessori, 2003:81). Setiap pemilihan dan pembuatan alat dalam pembelajaran Montessori selalu memiliki arti dan alasan penggunaannya. Ciri-ciri dari alat tersebut dapat diperinci sebagai berikut:

1. Menarik

Montessori (2003:81) menjelaskan bahwa setiap media pembelajaran harus mengandung unsur keindahan. Unsur tersebut dapat dilihat dari segi warna sehingga mengundang minat siswa untuk belajar.

2. Memiliki gradasi

Alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran mengandung unsur gradasi. Gradasi yang dimaksud adalah rangsangan rasional yang nampak pada penggunaan alat yang melibatkan beberapa indera.

3. Memiliki pengendali kesalahan (auto correction)

(31)

12 gesekan kursi dengan lantai, pengalaman tersebut dijadikan pelajaran untuk siswa agar dapat memindah kursi dengan hati-hati (Montessori, 2008:83-85).

4. Membelajarkan siswa secara mandiri (auto education)

Alat peraga dalam pembelajaran Montessori dirancang berdasarkan tahap perkembangan anak sehingga sesuai dengan kebutuhan anak. Alat peraga Montessori juga didesain untuk mudah dipindahkan oleh anak-anak sendiri sehingga anak dapat memilih kenyamanannya sendiri secara bebas untuk meggunakan alat peraga selama pembelajaran (Montessori, 2008:83-84).

Alat peraga yang dikembangkan dalam penelitian ini mengandung empat ciri dan satu ciri tambahan. Empat ciri tersebut adalah (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto correction, dan (4) auto education. Satu ciri yang ditambahkan adalah kontekstual. Unsur menarik yang terdapat dalam alat peraga yang dikembangkan adalah warna alat peraga yang digunakan sesuai dengan keinginan siswa. Gradasi terdapat pada penggunaan alat peraga yang melibatkan lebih dari satu indera dan alat peraga dapat digunakan untuk materi pada kompetensi dasar selanjutnya. Pengendali kesalahan terletak pada bingkai dari setiap bangun datar dengan ukuran yang tepat sehingga bangun datar hanya bisa diletakkan pada bingkainya. Alat peraga dapat membelajarkan siswa secara mandiri, siswa dapat belajar menggunakan alat peraga sendiri ataupun dengan teman tanpa tergantung oleh keberadaan guru. Kontekstual yang dimaksud dalam alat peraga yang dikembangkan adalah bahan-bahan yang digunakan disesuaikan dengan kekhasan yang dimiliki suatu daerah. Seperti yang dilakukan Montessori ketika mengawali pelayanan pendidikan, Montessori menggunakan alat seadanya yang disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami siswa maka dalam pengembangan alat peraga ini menggunakan alat yang terbuat dari bahan yang memanfaatkan kekhasan daerah. Bahan yang disesuaikan dengan kekhasan daerah untuk mengembangkan alat peraga dalam penelitian ini adalah kayu dan pasir.

(32)

13

2.1.3 Keterampilan Geometri dalam Matematika 2.1.3.1Pengertian Keterampilan Geometri

Geometri adalah cabang matematika yang menerangkan sifat-sifat garis, sudut, bidang, dan ruang (KBBI, 2008:442). Sehubungan dengan hal tersebut, Walle (2008:150) menyatakan bahwa keterampilan geometri merupakan kemampuan dalam penggambaran objek dalam pikiran dan hubungan keterkaitan ruang, disebutkan pula bahwa tanpa pengalaman akan geometri seseorang akan mengalami kendala dalam tingkat pemahaman dan logika ruang. Lebih jauh lagi, Walle (2008:149) menyebutkan bahwa keterampilan geometri merupakan keterampilan yang berpengaruh terhadap keterampilan yang lainnya. Geometri berhubungan dengan keterampilan berhitung, yaitu menghitung luas bangun. Pythagoras merupakan bukti adanya hubungan aljabar dan geometris. Selain itu geometri juga berhubungan dengan bilangan bulat, yaitu terkait dengan penjabaran posisi dalam bidang dan ruang melalui angka positif dan negatif. Pembelajaran geometri bukan dimulai dari pemberian definisi-definisi tentang suatu bangun kepada siswa namun lebih pada proses pengidentifikasian suatu bangun (Heruman, 2008:87)

Pengertian tersebut dapat dipahami bahwa keterampilan geometri adalah salah satu keterampilan yang dikembangkan dalam matematika yang menitikberatkan pengidentifikasian suatu objek. Keterampilan geometri dapat memberikan pengaruh terhadap keterampilan matematika lainnya sehingga perlu dikembangkan secara maksimal. Keterampilan geometri yang dipelajari di kelas III adalah bangun datar sederhana yang terdiri dari persegi, persegi panjang, dan segitiga. Materi yang dipelajari adalah mengenai identifikasi ciri-ciri bangun datar yang dilihat dari sisi, sudut, titik sudut, dan sampai pada menggambar bangun datar.

2.1.3.2Tujuan Keterampilan Geometri

(33)

14 bangun berkaitan dengan konsep garis-garis sejajar dan kesimetrisan. Sejajar dalam hal ini berarti dua garis yang terletak pada satu bidang yang sama dan keduanya tidak mempunyai titik perpotongan meskipun diperpanjang. Kesimetrisan dalam hal ini dibatasi sampai pada bangun datar yang jika dilipat pada garis simetrinya semua pasangan titik sudut saling bertemu. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa tujuan dari pengembangan keterampilan geometri terdiri dari dua aspek, yaitu pengembangan cara pikir anak dan penguasaan terhadap suatu materi.

2.1.4 Kajian Penelitian yang Relevan

2.1.4.1Penelitian tentang Alat Peraga Matematika

Hasil penelitian yang dilakukan Legowo (2006) menunjukkan alat peraga permainan dakon terbukti dapat meningkatkan penguasaan konsep operasi penjumlahan bilangan bulat. Penelitian tersebut menggunakan alat peraga berupa permainan dakon untuk diterapkan dalam suatu pembelajaran. Peningkatan penguasaan konsep operasi penjumlahan bilangan bulat itu dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata ulangan harian sebesar 3,6 dan dari data lembar refleksi, siswa menyatakan kesenangannya dan mudah memahami materi pelajaran.

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan Hasnahwati (2008) menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, aktivitas, dan sikap siswa selama pembelajaran menggunakan alat peraga mengalami peningkatan karena siswa menjadi aktif bertanya dan mengungkapkan pendapat. Prestasi belajar siswa pada aspek kognitif setelah menggunakan alat peraga mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 58.67 dan pada siklus II sebesar 63.84 sehingga peningkatannya sebesar 5.17 serta banyaknya siswa yang tuntas belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 69.23%. Penggunaan alat peraga dalam penelitian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian pengembangan yang dilakukan peneliti.

(34)

15 yaitu menggunakan wawancara dan tes. Hasil dari penelitian tersebut adalah prestasi belajar dan keaktifan siswa menunjukkan peningkatan setelah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika yang ditunjukkan dari hasil wawancara dengan siswa.

2.1.4.2Penelitian tentang Pengembangan Pembelajaran Montessori

Lillard & Else-Quest (2006) meneliti perbandingan skor nilai akademik dan sosial siswa sekolah Montessori dan program pendidikan Sekolah Dasar lainnya. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa Montessori umur 3-6 tahun dan 6-12 tahun di Milwaukee, Wilsconsin. Sekolah tersebut sudah beroperasi selama sembilan tahun dan melayani anak-anak yang termarginalkan. Kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah 40 siswa dari 27 public inner city schools dan 13 siswa dari 12 suburban public, private/voucher, atau charter school. Sebagian besar dari

public school sudah menerapkan program pendidikan khusus seperti kurikulum untuk anak-anak berbakat dan bertalenta, language immersion, seni, dan pembelajaran discovery. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa (1) siswa Montessori umur 3-6 tahun menunjukkan hasil yang lebih baik dalam tes membaca dan matematika, memiliki dorongan yang positif dalam berinteraksi dengan orang lain, menunjukkan kemajuan dalam kesadaran sosial, dan peduli terhadap kejujuran serta keadilan, dan (2) siswa Montessori umur 6-12 tahun lebih kreatif dalam membuat essay dengan susunan kalimat yang lebih kompleks, selektif dalam memberikan respon positif tehadap masalah-masalah sosial dan menunjukkan perasaan yang peka terhadap komunitasnya di sekolah. Secara garis besar, kedua hasil tersebut menunjukkan pencapaian skor akademik dan sosial siswa Montessori lebih tinggi dari kelompok kontrol.

(35)

16 Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Koh & Frick (2010) yang meneliti penerapan kemandirian dan dampaknya terhadap motivasi intrinsik siswa dalam bekerja di kelas Montessori juga memiliki relevansi terhadap penelitian yang dilakukan peneliti. Penelitian ini dilakukan terhadap guru Montessori dan asistennya serta 28 siswa Montessori umur 9-11 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan guru dan asistennya memiliki strategi yang sesuai dengan filosofi Montessori dalam mendukung kemandirian siswa melalui pemberian kesempatan pada siswa untuk memilih sendiri jenis aktivitas yang akan dilakukannya dan teman bekerjanya. Guru mengembangkan kemandirian berpikir siswa melalui pemberian dorongan terhadap kebebasan berpikir siswa, inisiatif diri, dan menghormati pendapat siswa. Dalam menerapkan kontrol, guru dan asistennya mengakui dan menghargai perasaan siswa, mendukung rasional untuk tingkah laku yang diharapkan, dan menekan kecaman. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa Montessori memiliki motivasi instrinsik dalam mengerjakan tugasnya. Siswa Montessori memiliki kecenderungan untuk mengerjakan setiap tugas belajarnya dikarenakan siswa menyadari pentingnya aktivitas tersebut untuk dirinya dan tujuan yang dicapai dari aktivitas tersebut.

(36)

17 Bagan 2.1 Literature Map dari penelitian-penelitian sebelumnya

2.2 Kerangka Berpikir

Tingkat keberhasilan suatu pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen pembelajaran. Komponen tersebut di antaranya adalah sumber belajar, metode, dan media pembelajaran. Guru sebagai seorang pendidik harus mampu memilih dan merancang komponen tersebut menjadi sebuah pembelajaran yang menarik. Siswa sebagai subjek pembelajaran memiliki porsi terbesar untuk diperhatikan dalam mempersiapkan pembelajaran. Anak usia Sekolah Dasar sendiri memiliki karakteristik yang unik. Pada usia tersebut, anak lebih senang bermain, lebih banyak mengembangkan psikomotoriknya, memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan merasakan suatu hal melalui pengalamannya secara langsung.

Metode pembelajaran Maria

Montessori matematika dan prestasi belajarPenggunaan alat peraga

Lillard & Else-Quest (2006) Perbandingan pencapaian skor akademik dan sosial siswa Montessori dengan siswa sekolah non-Montessori Alat peraga bangun ruang dan

prestasi belajar siswa Alat peraga bangun ruang, prestasi

belajar, dan keaktifan siswa Koh & Frick (2010)

(37)

18 Kenyataan yang terjadi pada pembelajaran konvensional saat ini, guru masih mengandalkan penyampaian materi melalui ceramah yang membuat siswa bosan dan tidak tertarik mengikuti pembelajaran. Hal itu akan berdampak pada proses belajar siswa. Selain itu, tanpa adanya objek langsung yang membantu siswa untuk membentuk konsep terhadap suatu materi melalui proses identifikasi akan memberi dampak ketika anak dihadapkan dengan masalah yang nyata anak mengalami kesulitan dalam mengkorelasikan dan menyelesaikannya. Sehubungan dengan hal tersebut dalam sebuah pembelajaran diperlukan adanya alat peraga untuk mempermudah siswa dalam membentuk suatu konsep. Adanya objek nyata dalam bentuk alat peraga yang dapat digunakan siswa akan membangkitkan rasa ketertarikan siswa pada materi yang diajarkan dan lebih dari itu konsep yang didapat anak akan bertahan lama karena anak menghadapi langsung objek yang dipelajarinya.

Salah satu pembelajaran yang memandang penting terhadap penggunaan alat peraga adalah pembelajaran Montessori. Pembelajaran Montessori berbasis pada panca indera dan perkembangan anak sehingga alat peraga sangat diperlukan dalam pembelajaran ini. Alat peraga yang digunakan bersifat kontekstual dan ciri khas dari alat peraga Montessori adalah adanya pengendali kesalahan sehingga kemandirian belajar anak dapat dikembangkan serta menarik bagi siswa.

(38)

19

2.3 Hipotesis

Peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut.

2.3.1 Alat peraga Montessori yang dikembangkan untuk melatih keterampilan geometri matematika untuk materi bangun datar pada siswa kelas IIIA SDN Tamanan I Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 mengandung lima ciri alat peraga, yaitu (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto correction, (4) auto education, dan (5) kontekstual.

(39)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian, (3) prosedur pengembangan, (4) uji validasi produk, (5) instrumen penelitian, (6) teknik pengumpulan data, serta (7) teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian dan pengembangan atau

Research and Development (R&D). Penelitian dan Pengembangan adalah suatu proses untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2008:164). Penelitian ini mengembangkan alat peraga Montessori untuk pembelajaran matematika yang berfokus pada keterampilan geometri dengan memanfaatkan potensi lokal yang dimiliki. Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah prototipe produk alat peraga matematika Montessori berupa papan pasir bangun datar.

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah alat peraga matematika Montessori yang berupa papan pasir bangun datar.

(40)

21

3.2.3 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN Tamanan I, Kelurahan Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerahh Istimewa Yogyakarta, 55571.

3.2.4 Jadwal Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama empat bulan yang dimulai dari bulan Januari sampai April 2013.

3.3 Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan dalam penelitian ini mengadaptasi dari dua model, yaitu model dari Sugiyono serta model Borg dan Gall yang mengadopsi dari Dick, Carey, dan Carey yang keduanya terdiri dari 10 langkah. Langkah-langkah prosedur pengembangan dari Sugiyono sebagai berikut (Sugiyono, 2010:409).

Bagan 3.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan Sugiyono

Langkah penelitian dan pengembangan dari Sugiyono terlihat linear yang dimulai dari adanya suatu permasalahan kemudian dari suatu permasalahan tersebut dilakukan pengumpulan data terhadap hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan. Setelah data terkumpul dimulai pembuatan produk yang melalui validasi, uji coba, dan tiga kali revisi. Langkah terakhir model penelitian dan

Potensi dan

Masalah Pengumpulan Data Desain Produk Validasi Desain

(41)

22 pengembangan dari Sugiyono adalah sampai pada pembuatan produk secara massal.

Model yang kedua adalah dari Borg dan Gall yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut (Borg dan Gall, 2007:590).

Bagan 3.2 Model penelitian dan pengembangan Borg dan Gall

(42)

23 Sama halnya dengan model penelitian dan pengembangan dari Sugiyono, model dari Borg dan Gall terdiri dari 10 langkah. Pada langkah-langkah penelitian dan pengembangan dari Borg dan Gall ini terlihat lebih kompleks dan revisi dilakukan dengan mengulangi tahapan. Tahap pertama dimulai dengan mengidentifikasi tujuan. Tahap ke 2 dan ke 3 terjadi secara bersama, tahap kedua mengidentifikasi keterampilan, proses, dan tugas belajar yang terlibat dalam upaya mencapai tujuan sedangkan tahap ketiga mengidentifikasi karakteristik peserta didik. Tahap ke 4 dilakukan pengolahan hasil analisis kebutuhan. Pada tahap ke 5 terjadi penyusunan instrumen penilaian sedangkan tahap ke 6 dilakukan pengembangan strategi pembelajaran untuk mecapai tujuan. Tahap ke 7 terjadi pemilihan bahan dan pengembangan produk. Pada tahap ke 8 dilakukan perancangan tes formatif. Pada tahap ke 9 dilakukan revisi produk yang didasarkan pada hasil tes formatif. Tahap revisi produk dalam model Borg dan Gall dilakukan dengan mengulangi pada tahapan sebelumnya yang dapat terlihat dari hasil tes formatif. Tahap terakhir dari model Borg dan Gall adalah dilakukannya tes sumatif.

Dari kedua model penelitian dan pengembangan tersebut terlihat bahwa model Sugiyono memulai tahapan melalui identifikasi permasalahan sedangkan model Borg dan Gall memulai tahapan dengan identifikasi tujuan pengembangan produk. Tahap selanjutnya, kedua model sama-sama mengumpulkan data menggunakan analisis kebutuhan, dapat dilihat bahwa tahap 2 dari model Sugiyono merupakan ringkasan dari tahap 2-4 model Borg dan Gall. Langkah ke 3 dari model Sugiyono yaitu desain produk yang juga memuat penyusunan instrumen penilaian merupakan tahap ke 5-7 dari model Borg dan Gall. Tahap revisi dari model Sugiyono merupakan suatu tahap yang berdiri sendiri sedangkan dari model Borg dan Gall tahap revisi merupakan pengulangan atau koreksi dari tahap yang sebelumnya dan didasarkan dari hasil tes formatif.

(43)

24 kebutuhan pengembangan program pembelajaran, (3) memproduksi alat peraga geometri Montessori, dan (4) validasi produk dan revisi produk. Berikut ini adalah penjelasan setiap tahapan dari keempat tahapan tersebut.

Langkah pertama dari penelitian ini adalah peneliti melakukan pengkajian terhadap standar kompetensi dan materi pembelajaran yang dikembangkan. Peneliti mengambil materi pembelajaran matematika kelas III semester genap keterampilan geometri.

Langkah kedua adalah analisis kebutuhan pengembangan perangkat pembelajaran. Analisis kebutuhan dilakukan pada 34 siswa kelas IIIA SDN Tamanan I Yogyakarta dan seorang guru matematika kelas III SDN Tamanan I Yogyakarta. Analisis ini ditujukan untuk mengetahui karakteristik dan kebutuhan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran matematika semester genap keterampilan geometri. Analisis kebutuhan dilanjutkan dengan analisis perangkat pembelajaran yang berupa album dan evaluasi pembelajaran. Langkah ini memberi informasi pada peneliti sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah selanjutnya.

Langkah ketiga adalah memproduksi alat peraga geometri Montessori untuk pembelajaran matematika. Langkah ini dimulai dengan mendesain produk dan pengumpulan bahan yang akan menjadi produk pengembangan penelitian. Pada langkah ini juga dilakukan pembuatan album pembelajaran yang menjelaskan cara penggunaan alat peraga yang akan dirancang. Selanjutnya bahan yang telah dikumpulkan diproses dan diprogram sesuai dengan desain yang telah direncanakan.

(44)

25 Bagan 3.3 Prosedur Penelitian Pengembangan

Tahap I

Kajian Standar Kompetensi dan Materi Pembelajaran

Prototipe Alat Peraga Montessori untuk Keterampilan Geometri SD Kelas III Semester Genap Tahap II

Analisis Kebutuhan & Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Analisis

Standar Kompetensi Penetapan Kompetensi Dasar dan Materi Analisis

Memproduksi Alat Peraga ala Montessori untuk Pembelajaran Geometri

Konsep

Album Pembelajaran

Kerangka Desain Alat Peraga

Pengumpulan

Bahan Alat Peraga Pembuatan

Tahap IV

(45)

26

3.4 Uji Validasi Produk

Uji validasi produk oleh ahli ditujukan untuk mendapatkan tanggapan dan penilaian terhadap kelayakan produk yang telah dikembangkan. Uji validasi lapangan pada siswa ditujukan untuk mengetahui efektivitas produk dalam pembelajaran. Penjabaran dari uji validasi produk oleh ahli dan uji validasi lapangan terbatas sebagai berikut.

3.4.1 Uji Validasi Ahli

Pada tahap pertama dilakukan uji validasi produk oleh ahli. Uji validasi dilakukan oleh pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga matematika, dan guru kelas IIIA SDN Tamanan I Yogyakarta. Tanggapan yang diperoleh dari hasil penilaian pakar pembelajaran, pakar alat peraga, dan guru digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk merevisi produk pengembangan alat peraga Montessori untuk keterampilan geometri kelas III semester genap sebelum dilakukan validasi lapangan.

3.4.2 Uji Validasi Produk dengan Uji Coba Lapangan Terbatas

Pada tahap kedua dilakukan uji validasi lapangan terbatas untuk pembelajaran matematika di kelas IIIA SDN Tamanan I Yogyakarta. Setelah revisi terhadap produk pengembangan telah dilakukan, produk siap untuk diujicobakan kepada sekelompok siswa di kelas IIIA SDN Tamanan I Yogyakarta. Penilaian dan tanggapan dari siswa digunakan sebagai umpan balik apakah alat peraga Montessori yang dikembangkan telah layak untuk digunakan dalam pembelajaran matematika keterampilan geometri dengan kompetensi dasar mengidentifikasi berbagai bangun datar sederhana menurut sifat atau unsurnya, materi bangun datar sederhana.

3.5 Instrumen Penelitian 3.5.1 Jenis Data

(46)

27 kualitatif berupa tanggapan dan saran dari pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga matematika, guru, dan siswa.

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yang dibagi berdasarkan sumber perolehan data yang terdiri dari instrumen analisis kebutuhan siswa, instrumen validasi ahli, dan instrumen validasi dengan uji coba lapangan terbatas.

3.5.2.1Instrumen Analisis Kebutuhan

Peneliti menggunakan instrumen jenis non tes yaitu kuesioner dan wawancara untuk menganalisis kebutuhan siswa.

Kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya (Masidjo, 2010:70). Kuesioner untuk analisis kebutuhan disusun guna memperoleh informasi tentang kebutuhan siswa dan guru serta karakteristik siswa yang penyusunannya didasarkan pada indikator-indikator seperti terlihat pada lampiran 1.1 (lihat halaman 54).

Kuesioner analisis kebutuhan juga diberikan kepada guru untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan alat peraga yang digunakannya selama pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 1.4 (lihat halaman 58). Kuesioner dari guru akan dikonfirmasi kembali melalui wawancara untuk memperdalam informasi yang diberikan. Menurut Arifin (2009:157) wawancara adalah percakapan dan tanya jawab untuk memperoleh informasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Subjek wawancara dalam penelitian ini adalah guru kelas IIIA SDN Tamanan I Yogyakarta.

3.5.2.2Instrumen Validasi Ahli

Instrumen yang digunakan untuk validasi ahli adalah presentasi dan kuesioner. Presentasi dilakukan dengan pakar pembelajaran matematika dan pakar alat peraga sedangkan kuesioner diberikan kepada guru kelas IIIA SDN Tamanan I Yogyakarta.

(47)

28 dilakukannya presentasi alat peraga terhadap para pakar adalah untuk mengetahui kelayakan alat peraga jika digunakan dalam pembelajaran. Setelah melakukan presentasi, validator memberikan penilaian melalui kuesioner yang diberikan.

Penelitian ini juga menggunakan instrumen kuesioner untuk validasi ahli yang ditujukan kepada guru kelas IIIA SDN Tamanan I Yogyakarta. Bentuk kuesioner yang dibuat mengadopsi model skala Likert (1-5). Peneliti mengeliminasi skala 3 pada kuesioner ini untuk menghilangkan kemungkinan responden memberikan jawaban ragu-ragu dan tidak objektif. Penyusunan kuesioner didasarkan pada kisi-kisi yang dapat dilihat di lampiran 2.1 (lihat halaman 61).

3.5.2.3Instrumen Validasi Produk dengan Uji Coba Lapangan Terbatas

Instrumen validasi produk dengan uji coba lapangan terbatas menggunakan dua macam instrumen yaitu menggunakan tes yang berupa ulangan harian. Instrumen yang kedua adalah jenis non tes berupa kuesioner yang diberikan kepada siswa.

Tes adalah suatu alat pengukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar individu (Masidjo, 2010:38). Bentuk tes yang dipilih adalah tes uraian. Masidjo (2010:46) menjelaskan bahwa tes uraian memberi kesempatan siswa untuk mengorganisasikan jawabannya secara bebas dengan tuntutan jawaban yang benar, relevan, lengkap, berstruktur, dan jelas. Penyusunan soal didasarkan pada kisi-kisi yang dibuat dapat dilihat pada lampiran 3.1 (lihat halaman 68).

(48)

29

3.6 Teknik Pengumpulan Data 3.6.1 Analisis Kebutuhan

Pengumpulan data untuk menganalisis kebutuhan menggunakan kuesioner dan wawancara. Kuesioner ditujukan kepada seluruh siswa kelas IIIA SDN Tamanan I Yogyakarta yang berjumlah 34 anak dan guru kelas IIIA dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan siswa dan guru serta karakteristik siswa dalam pembelajaran matematika. Bentuk kuesioner yang diberikan kepada guru adalah kuesioner terbuka yang memberikan kesempatan pada guru untuk memberikan penjelasan atas jawaban yang diberikan sedangkan kuesioner untuk siswa berbentuk tertutup dengan pilihan jawaban yang sudah tersedia dan tidak menuntut penjelasan jawaban dari siswa.

Jenis wawancara yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Menurut Herdiansyah (2010:233) wawancara semi terstruktur adalah tanya-jawab yang dilakukan dengan pertanyaan yang telah dirancang sesuai dengan tujuan dan jawaban yang diberikan juga sesuai dengan pedoman namun tetap memberikan kebebasan informan untuk memberikan alasan terhadap jawabannya. Wawancara dilakukan dengan seorang guru kelas IIIA SDN Tamanan I Yogyakarta dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan siswa terhadap alat peraga selama pembelajaran dan untuk mendapatkan konfirmasi dari kuesioner yang dikerjakan guru.

3.6.2 Validasi Ahli

Pengumpulan data yang berupa hasil validasi dari ahli menggunakan presentasi dan kuesioner. Presentasi dilakukan kepada pakar pembelajaran matematika dan pakar alat peraga. Tujuan dari presentasi ini adalah untuk mengetahui kelayakan alat peraga dalam pembelajaran.

(49)

30

3.6.3 Validasi Produk dengan Uji Coba Lapangan Terbatas

Pengumpulan data dari hasil validasi produk dengan uji coba lapangan terbatas ini dilakukan menggunakan tes dan kuesioner. Tes yang dilakukan menggunakan bentuk uraian yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas alat peraga terhadap tingkat pemahaman siswa. Tes diberikan kepada sekelompok siswa kelas IIIA SDN Tamanan I Yogyakarta setelah penggunaan alat peraga dilakukan.

Uji validasi ini juga menggunakan kuesioner yang ditujukan kepada sekelompok siswa kelas IIIA SDN Tamanan I Yogyakarta yang telah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Tujuan dari kuesioner ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kelayakan alat peraga yang telah dirancang dalam pembelajaran matematika. Bentuk kuesioner yang digunakan pada tahapan ini mengadopsi model skala Likert (1-5).

3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Analisis Kebutuhan 3.7.1.1Kuesioner

Teknik analisis data yang digunakan menggunakan kuesioner yang ditujukan kepada siswa dan guru. Kuesioner yang ditujukan untuk siswa berjumlah 10 item. Item nomor 1 dan 2 menanyakan penggunaan alat peraga yang telah digunakan guru dan kondisi siswa selama pembelajaran menggunakan alat peraga. Nomor 3 dan 4 menanyakan penggunaan alat peraga yang memanfaatkan benda-benda di lingkungan sekitar. Item 5 dan 6 menanyakan kepada siswa tentang ciri alat peraga yang menarik perhatian siswa. Item 7 sampai 10 menanyakan kepada siswa sejauh mana kemampuan alat peraga dapat memudahkan siswa untuk memahami konsep secara mandiri dan teknik penggunaan alat peraga.

(50)

31 kuesioner yang ditujukan untuk siswa dan guru adalah item yang menanyakan ciri alat peraga, kuesioner untuk guru terdapat item yang menanyakan biaya ideal yang digunakan untuk pembuatan alat peraga. Kuesioner yang ditujukan untuk guru juga lebih bersifat terbuka dengan memberikan tempat bagi guru memberikan penjelasan terhadap jawaban yang diberikan.

Perhitungan hasil kuesioner yang diperoleh menggunakan persentase, sebagai berikut:

x 100

Perhitungan tersebut dilakukan untuk setiap masing-masing item pertanyaan dari kuesioner. Setelah dilakukan perhitungan, kebutuhan siswa dan guru terhadap alat peraga dalam pembelajaran dapat diketahui. Selain dari hasil perhitungan tersebut, dapat juga dilihat dari penjelasan secara lisan maupun tertulis yang diberikan oleh guru.

3.7.2 Analisis Validasi Produk 3.7.2.1Kuesioner

Skor yang diperoleh dari uji validasi berdasarkan kuesioner kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif skala lima dengan acuan menurut Sukardjo (2008:101) sebagai berikut.

Tabel 3.1 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima Menurut Sukardjo

Simpangan baku ideal (SBi) : (skor maksimal ideal - skor minimal ideal)

(51)

32 Skala penilaian terdiri dari lima pilihan untuk menilai alat peraga yang dikembangkan, yaitu sangat baik (5), baik (4), cukup baik (3), kurang baik (2), dan sangat kurang baik (1).

3.7.2.2Tes

Langkah-langkah analisis tes yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Penyekoran per item soal.

2. Menjumlahkan skor yang didapatkan.

3. Menghitung nilai setiap siswa dengan rumus:

Nilai =jumlah skor yang didapatkanskor maksimal × 100

4. Menghitung rata-rata nilai siswa dengan rumus:

(52)

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian tentang (1) kajian standar dan kompetensi pembelajaran, (2) analisis kebutuhan dan pengembangan perangkat pembelajaran, (3) produksi alat peraga Montessori untuk pembelajaran geometri, dan (4) validasi dan revisi produk.

4.1 Kajian Standar Kompetensi dan Materi Pembelajaran

Kajian standar kompetensi dan materi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui standar kompetensi dan materi pembelajaran matematika kelas III yang sesuai dengan alat peraga yang akan dirancang. Kajian ini diperlukan untuk mengetahui ruang lingkup standar kompetensi dan materi pembelajaran Matematika kelas III yang dapat termuat dalam alat peraga. Pengkajian tersebut dilaksanakan dalam bentuk wawancara pada tanggal 6 Oktober 2012 dengan guru kelas IIIA SDN Tamanan I yaitu Ibu S.K. Mawati. Hasil kajian menunjukkan bahwa standar kompetensi mata pelajaran Matematika kelas III semester 2 yang sesuai dengan alat peraga yang akan dirancang adalah tentang geometri, standar kompetensi 4. memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana, kompetensi dasar 4.1 mengidentifikasi berbagai bangun datar sederhana menurut sifat atau unsurnya, dan materi bangun datar sederhana.

4.2 Analisis Kebutuhan dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran

(53)

34

4.2.1 Data Analisis Kebutuhan Siswa Berdasarkan Kuesioner

Kuesioner analisis kebutuhan siswa terdiri dari sepuluh pertanyaan dengan beberapa pilihan jawaban di setiap pertanyaan. Berdasarkan kuesioner yang telah diisi oleh 34 siswa, 100% siswa menjawab bahwa guru pernah menggunakan alat peraga ketika belajar Matematika namun siswa menyebutkan bahwa alat peraga yang digunakan hanya sebatas kertas, papan tulis, dan penggaris. Siswa merasa senang dan lebih mudah memahami materi ketika belajar menggunakan alat peraga. Sebanyak 91,17%, siswa menyatakan tidak pernah menggunakan alat peraga yang ada di sekitarnya. Hal itu menunjukkan bahwa kebutuhan siswa akan alat peraga yang memanfaatkan benda di sekitar masih kurang terpenuhi. Hal pertama yang menarik siswa dari sebuah alat peraga adalah bahan, kedua adalah bentuk, dan yang ketiga adalah warna. Berdasarkan hasil kuesioner, sebagian besar siswa memilih kayu sebagai benda yang dapat dimanfaatkan untuk alat peraga matematika. Sebanyak 94,11% siswa memerlukan alat peraga yang mudah dibawa dan sebanyak 91,17% siswa menyukai alat peraga yang dapat menunjukkan kesalahan secara mandiri sehingga alat peraga yang dikembangkan harus mudah dibawa dan memiliki pengendali kesalahan. Sebagian siswa menyatakan mampu menggunakan alat peraga tanpa bantuan guru dan sebagian lagi tidak mampu, maka perlu adanya alat peraga yang dimulai dari presentasi yang dilakukan guru kemudian langkah selanjutnya siswa mampu melakukannya secara mandiri. Rekapitulasi hasil analisis kebutuhan siswa dapat dilihat pada lampiran 1.3 halaman 56.

4.2.2 Data Analisis Kebutuhan Guru Berdasarkan Kuesioner

(54)

35 yang digunakan sebaiknya berasal dari lingkungan sekitar sekolah, misalnya kayu, dengan alasan anak mudah mengenal dan mencarinya dengan biaya berkisar Rp 100.000,00 – Rp 300.000,00 dan memperhatikan kriteria alat peraga yang menarik, meliputi (1) bentuk yang bervariasi; (2) warna sesuai pilihan siswa; (3) bahan awet; (4) ukuran disesuaikan dengan siswa; dan (5) berat disesuaikan dengan kondisi siswa.

Penjabaran analisis kebutuhan guru tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru berpendapat, suasana pembelajaran yang menarik, lebih melibatkan siswa, dan inovatif dapat tercipta dengan adanya alat peraga pembelajaran yang terbuat dari bahan yang ada di lingkungan siswa dan memperhatikan kondisi siswa. Karena itu, perlu adanya pengembangan alat peraga Montessori yang dapat mengakomodasi kebutuhan siswa yang menggunakan bahan dari lingkungan sekitar siswa. Hasil analisis kebutuhan guru dapat dilihat pada lampiran 1.4 halaman 58.

4.2.3 Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah album pembelajaran. Istilah album yang dikenal dalam pembelajaran Montessori berisi tentang langkah-langkah secara rinci penggunaan alat peraga dan bukan album dalam pengertian buku yang digunakan untuk menyimpan foto-foto. Album pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini menjelaskan cara penggunaan alat peraga papan pasir bangun datar yang disesuaikan dengan kompetensi dasar 4.1 mengidentifikasi berbagai bangun datar sederhana menurut sifat atau unsurnya, dan materi bangun datar sederhana.

4.3 Produksi Alat Peraga Montessori untuk Pembelajaran Geometri

(55)
(56)

37

4.3.1 Rak 1

Pada rak 1 terdapat papan pasir bangun persegi dan persegi panjang. Bangun persegi terdiri dari tiga ukuran, yaitu 5 x 5 cm, 8 x 8 cm, dan 10 x 10 cm. Bangun persegi panjang juga terdiri dari tiga ukuran, yaitu 5 x 10 cm, 6 x 10 cm, dan 7 x 10 cm. Setiap bangun persegi dan persegi panjang berwarna biru dan di tepian bangun diberi pasir untuk menunjukkan sisinya. Bangun tersebut diletakkan pada bingkainya yang berbentuk persegi dengan ukuran 14 x 14 cm berwarna kuning.

4.3.2 Rak 2

Rak 2 terdapat papan pasir bangun segitiga berdasarkan besar sudutnya, yaitu segitiga lancip, segitiga siku-siku, dan segitiga tumpul. Di rak 2 juga terdapat segitiga berdasarkan panjang sisinya, yaitu segitiga sama sisi, segitiga sama kaki, dan segitiga sembarang. Segitiga diberi warna biru dan pada bagian tepi diberi pasir untuk menunjukkan sisinya. Setiap segitiga diletakkan pada bingkainya masing-masing yang berbentuk persegi dengan ukuran 14 x 14 cm berwarna kuning.

4.3.3 Rak 3

Pada rak 3 terdapat papan pasir bangun lingkaran yang terdiri dari enam macam ukuran, yaitu lingkaran dari diameter 5 cm sampai dengan 10 cm. Lingkaran diberi warna biru dan pada bagian tepi diberi pasir untuk menunjukkan sisinya. Setiap lingkaran diletakkan pada bingkainya masing-masing yang berbentuk persegi dengan ukuran 14 x 14 cm berwarna kuning.

4.3.4 Rak 4

Rak 4 terdapat papan pasir bangun segi lima sampai segi sepuluh dengan diameter 10 cm. Pada bagian tepi setiap bangun diberi pasir untuk menunjukkan sisi-sisinya. Papan pasir bangun segi lima sampai segi sepuluh diberi warna biru dan diletakkan pada bingkai berbentuk persegi ukuran 14 x 14 cm berwarna kuning.

4.3.5 Rak 5

(57)

38 untuk menunjukkan sisinya. Setiap bangun diletakkan pada bingkainya masing-masing yang berbentuk persegi dengan ukuran 14 x 14 cm berwarna kuning.

4.3.6 Kartu Soal

Kartu soal terbuat dari kertas ivory yang berukuran 9 x 7 cm dan diletakkan di kotak yang terbuat dari kayu. Soal terdiri dari empat kategori, yaitu (1) menunjukkan bangun datar, (2) menunjukkan sisi bangun datar, (3) menunjukkan sudut dan titik sudut bangun datar, (4) menjiplak bangun datar. Semua kategori soal tersebut dibuat untuk setiap bangun datar.

4.3.7 Lembar Kerja

Lembar kerja ditujukan untuk siswa yang terdiri dari dua jenis. Lembar kerja yang pertama dibuat dalam bentuk kolom yang disesuaikan dengan kartu soal. Kolom dalam lembar kerja pertama memuat (1) nomor, (2) nama bangun, (3) banyak sisi, (4) banyak sudut, (5) banyak titik sudut. Lembar kerja kedua berbentuk kertas polos yang digunakan anak untuk menjiplak bangun datar menggunakan papan pasir bangun datar. Lembar kerja hanya berisi soal tentang persegi, persegi panjang, dan segitiga karena mengacu pada kompetensi dasar di kelas III yang hanya membahas bangun datar sederhana, yaitu terdiri dari bangun persegi, persegi panjang, dan segitiga.

4.3.8 Album Pembelajaran

Pembelajaran Montessori identik dengan alat peraga dan album pembelajaran. Album pembelajaran yang dimaksud dalam hal ini adalah langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan menggunakan alat peraga. Komponen yang terdapat dalam album pembelajaran adalah (1) judul pembelajaran, (2) tujuan, (3) syarat kompetensi yang harus dimiliki anak, (4) umur, (5) alat peraga yang digunakan, (6) presentasi alat peraga yang disertai dengan foto. Album pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 88.

4.4 Validasi dan Revisi Produk

(58)

39 pedoman penyekoran skala lima menurut Sukardjo (2008:101) untuk memvalidasi seperti dalam tabel berikut.

Tabel 4.1 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima Menurut Sukardjo

Simpangan baku ideal (SBi) : (skor maksimal ideal - skor minimal ideal)

X : Skor aktual

Rumus konversi di atas digunakan untuk memperoleh data kualitatif dari perhitungan data-data kuantitatif. Adapun penentuan rumus kualitatif pengembangan ini ditentukan dengan konversi sebagai berikut.

(59)

40

Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan konversi data kuantitatif menjadi data kualitatif skala lima sebagai berikut.

Tabel 4.2 Kriteria Skor Skala Lima

Interval Skor Kriteria

4.4.1 Deskripsi Validasi Pakar Pembelajaran Matematika

(60)

41 tanggal 18 Maret 2013 dengan cara mempresentasikan alat peraga yang telah dikembangkan di hadapan pakar pembelajaran. Aspek yang dinilai dari alat peraga disesuaikan dengan karakteristik alat peraga Montessori, yaitu (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto correction, (4) auto education, (5) kontekstual. Berdasarkan hasil validasi, kualitas alat peraga dinilai dari kelima aspek tersebut semuanya memperoleh skor rata-rata 4,6 dengan kategori “sangat baik” karena produk alat peraga yang dikembangkan sudah sesuai dengan kriteria menarik, bergradasi, memiliki pengendali kesalahan, membelajarkan siswa secara mandiri, dan kontekstual. Selain memberikan penilaian, pakar pembelajaran juga memberikan beberapa saran terkait dengan produk alat peraga yang berupa papan pasir bangun datar yang dikembangkan dan penggunaannya. Pakar pembelajaran matematika menyatakan bahwa alat peraga papan bangun datar yang dikembangkan telah layak untuk digunakan uji coba lapangan tanpa revisi. Hasil validasi produk oleh pakar pembelajaran matematika dapat dilihat pada lampiran 2.2 halaman 62.

Tabel 4.3 Komentar Pakar Pembelajaran Matematika dan Tindak Lanjut

No. Komentar Pakar Pembelajaran Matematika Tindak Lanjut 1. Perlu memperbanyak kesempatan

kepada siswa untuk mengeksplorasi sendiri alat peraga papan pasir bangun datar.

Anak akan mendapatkan kesempatan untuk mengeksplorasi alat peraga setelah guru mengenalkan konsep dengan alat peraga.

2. Perlu penambahan busur pada salah satu papan untuk mengenalkan konsep 900

pada bangun segitiga.

Sesuai dengan kompetensi dasar yang dikembangkan, penggunaan busur derajat dilakukan pada kompetensi dasar selanjutnya sehingga tidak dilakukan penambahan busur derajat pada papan. Hal itu didukung dengan pendapat siswa yang menyatakan bahwa penambahan busur derajat mempersulit pemahamannya tentang segitiga.

4.4.2 Deskripsi Validasi Pakar Alat Peraga Matematika

Gambar

Tabel 4.1  Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima
Tabel 3.1 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima
Tabel 4.1 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima
Tabel 4.2 Kriteria Skor Skala Lima
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatnya peran agama dan masyarakat dalam pembangunan KELURAHAN TUGU

Penghargaan non materi berupa kata-kata yang mengembirakan (pujian), ucapan selamat atas prestasi, pemberian tepuk tangan, pendidik (guru) mengangguk-angguk tanda senang dan

tidak diketahui dengan pasti, semua merasa masih kekurangan china grass. Situasi pasar serat rami kelihatannya belum jelas benar karena sampai saat ini belum ada

Prakiraan penjalaran asap pada level ketinggian 50 meter sampai dengan tanggal 19 Agustus 2009 pukul 07.00 WIB, di wilayah Sumut arahnya menuju Utara sampai ke Selat Malaka,

Sedangkan CAR di BPR BKK Ungaran awal merger minus 2,03 persen hal tersebut terjadi karena modal habis untuk menutup kerugian karena kredit macet dan kekurangan PPAP, tetapi

PENGARUH POSISI SIKAT TERHADAP WAKTU PENGEREMAN PADA MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT.. DENGAN

Karena keluaran yang diinginkan dari sistem kendali ini berupa nilai-nilai kapasitor yang dibutuhkan oleh generator induksi dimana ada 10 nilai kapasitor yang digunakan

Model ini pada dasarnya bertujuan untuk menentukan lokasi fasilitas pelayanan atau pusat pelayanan (supply centre) agar tingkat pelayanan yang diberikan