• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan letak geografisnya PT. Perkebunan. Nusantara III ini berada pada (03º09-03º11 LU) dan (99º04-99º06 BT).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan letak geografisnya PT. Perkebunan. Nusantara III ini berada pada (03º09-03º11 LU) dan (99º04-99º06 BT)."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

G

GA

AM

MB

BA

AR

RA

AN

N

U

UM

MU

UM

M

P

PE

ER

RU

US

SA

AH

HA

AA

AN

N

2

2..11.. SSeejjaarraahhPPeerruussaahhaaaann

Kebun Gunung Para adalah salah satu kebun tradisional PT. Perkebunan Nusantara III terletak di kecamatan Dolok Merawan Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan letak geografisnya PT. Perkebunan Nusantara III ini berada pada (03º09’- 03º11’ LU) dan (99º04’- 99º06’ BT). Dimana jarak perusahaan ini ± 112 km dari Medan dengan ketinggian 96 – 114 meter diatas permukaan laut, dengan jenis podsolik kuning dan letak topografinya berbukit dan bergelombang.

Perusahaan ini berasal dari milik perusahaan Belanda CMO (Cultur Myde

Ooskut) yang diambil alih oleh negara pada tanggal 10 Desember 1957

(Nasionalisme) dalam perjalan ini telah beberapa kali berganti namanya. Berikut adalah pergantian nama-nama PT. Perkebunan Nusantara :

1. Kebun Gunung Para dahulu bernama CMO (Culturs Misde Oeskust) milik

Belanda.

2. Pada tanggal 10 Desember 1957 dinasionalisasi

3. Tahun 1957 - 1960 bernama Perkebunan Negara Baru (PPN Baru)

4. Tahun 1961 - 1962 bernama PPN Kesatuan Sumut VII

5. Tahun 1963 - 1968 bernama PPN Karet IV

(2)

8. Sejak 14 Februari 1996 sampai sekarang bernama PT Perkebunan Nusantara III (Persero), disingkat PTPN III, berdasarkan PP No. 8. Tahun 1996 yaitu penggabungan PTP III, PTP IV dan PTP V ( Akte No.36 Tanggal 11 Maret 1996 dari Notaris Harun Kamil SH).

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Pabrik karet kebun Gunung Para terdiri dari dua jenis pengolahan yaitu pabrik pengolahan sheet dan pabrik pengolahan crumb rubber. Pabrik Pengolahan

Sheet atau RSS (Ribbed Smoke Sheet) mulai beroperasi pada tahun 1960 dengan hasil produksi:

1. RSS-I

2. RSS- II

3. RSS- III

4. Cutting

Kapasitas Olah Pabrik = 16.800 kg kering/ hari

Kebutuhan Air = 20 – 25 m³/ ton KK

Kebutuhan kayu asap = 3.5 m³/ ton KK

Kebutuhan Formic Acid = 7.5 – 9.00 kg / ton KK

Bahan baku latex berasal dari kebun sendiri (kebun milik perusahaan) 68 % dan 32 % dari kebun milik perseorangan. Hasil olahan sebagian besar di ekspor dan selebihnya diipasarkan di dalam negeri (lokal).

(3)

2.2.1. Visi Perusahaan

PTP Nusantara III Kebun Gunung Para memiliki visi menjadi perusahaan Agrobisnis Perkebunan yang tangguh dan mampu bersaing, baik di sektor hulu dan hilir di tingkat nasional dan regional.

2.2.2. Misi Perusahaan

Misi dari PTP Nusantara III adalah sebagai berikut:

1. Menjalankan usaha agrobisnis perkebunan di bidang perkebunan karet

serta menghasilkan produk rubber sheet,serta produk turunannya yang

berkualitas untuk memberikan kepuasan bagi konsumen.

2. Meningkatkan daya saing produk secara terus menerus yang didukung

oleh sistem, cara kerja dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

3. Menghasilkan laba yang berkesinambungan untuk menjamin pertumbuhan

dan kesehatan perusahaan serta memberikan manfaat dan nilai tambah yang optimal bagi pemegang saham, karyawan, dan stakeholder lainnya.

4. Mengolah usaha secara profesional untuk meningkatkan nilai perusahaan

dengan berpegang teguh pada nilai-nilai etika bisnis dan senantiasa berpedoman pada tata kelola perusahaan secara sehat.

5. Memberikan perhatian dan peran yang sungguh-sungguh dalam

membangun kemitraan dan mengembangkan masyarakat lingkungan serta kelestarian lingkungan hidup.

(4)

2.3. ORGANISASI DAN MANAJEMEN 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi adalah merupakan sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Dengan adanya organisasi, setiap tugas dan kegiatan dapat di distribusikan dan dikerjakan oleh setiap anggota kelompok secara efisien sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.

Sedangkan manajemen adalah suatu proses yang melibatkan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dari sumber daya yang ada untuk mendapatkan suatu tujuan yang diinginkan. Sumber daya haruslah dapat dikelola dengan baik dalam sistem organisasi yang tepat agar tercipta kerjasama yang baik dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Struktur organisasi biasanya digambarkan dalam bentuk bagan organisasi

(organization chart) yang memperlihatkan susunan fungsi-fungsi,

departemen-departemen dalam organisasi dan menunjukkan bagaimana hubungan kerja baik secara horizontal maupun vertikal.

Organisasi perusahaan telah disusun sedemikian rupa dan mempunyai struktur organisasi dalam bentuk organisasi garis atau lini, fungsional dan staf. Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada gambar 2.1. dibawah ini.

Adapun struktur organisasi yang digunakan pada Pabrik Karet PTP Nusantara III Gunung Para adalah struktur organisasi fungsional dan lini yaitu sebagai berikut :

(5)

Asisten Teknik Asisten Laboratorium Asisten Pengolahan Asisten Tata Usaha Asisten Sipil/Traksi dan Alat Berat Asisten Personalia Kebun Masinis Kepala Manajer Fungsional Lini Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Keterangan Garis

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Nusantara III Gunung Para

Berdasarkan Gambar 2.1. di atas maka dapat dikatakan bahwa bentuk struktur organisasi PTPN III Gunung Para adalah berbentuk campuran fungsional dan lini. Dikatakan berbentuk fungsional karena terdapat pembagian bidang-bidang seperti bagian keuangan, bagian produksi dan bagian yang lainnya. Organisasi dikatakan berbentuk lini, karena pada struktur organisasi dapat dilihat ada perintah langsung dari masing-masing bagian seperti bagian keuangan dengan administrasi keuangan dan bagian personalia dengan administrasi personalia dan seterusnya.

Struktur organisasi yang dipakai pada PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung para adalah bentuk fungsional dan lini karena :

1. Pembidangan tugas yang sesuai dengan lingkungan yang stabil dan

mempertinggi efisiensi kerja.

2. Menunjang pengembangan keahlian.

3. Memberi kesempatan bagi karyawan spesialisasi yang dapat

(6)

Hanya memerlukan koordinasi minimal karena masing-masing sudah mempunyai pengertian yang mendalam mengenai bidangnya.

2.3.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Adapun tugas dan tanggung jawab karyawan PTP Nusantara III Gunung Para adalah sebagai berikut :

1. Manager

a. Memimpin rapat manajemen dan rapat tenaga kerja.

b. Meninjau kontrak dari pelanggan

c. Menilai dan mengevaluasi laporan kerja produksi, administrasi, teknik dan personalia.

d. Menandatangani seluruh surat-surat keluar.

e. Memberi disposisi untuk seluruh surat masuk, baik internal maupun

eksternal.

f. Membuka dan menutup pelaksanaan pelatihan.

g. Melaporkan kinerja sistem manajemen lingkungan direksi

h. Merancang struktur organisasi sistem.

2. Masinis Kepala

a. Mengevaluasi, meninjau laporan kebutuhan bahan teknik dan produksi

b. Memimpin rapat kerja bulanan.

c. Ikut serta meninjau kontrak dari pelanggan.

d. Memantau kegiatan produksi dan perawatan mesin-mesin dan

(7)

e. Memberikan pelatihan manajemen, mutu, produksi dan teknik kepada kepala staf baru.

f. Mengkoordinir kegiatan harian pabrik.

g. Menggantikan manajer bila berhalangan.

3. Kepala Pabrik

a. Membantu membuat rancangan rencana jangka pendek dan jangka

panjang (kebutuhan belanja bahan) produksi.

b. Membuat rancangan proses pengolahan sesuai dengan order yang telah

diterima sesuai kebijaksanaan yang ditetapkan manajer.

c. Menyelenggarakan administrasi laporan kerja dan harga pokok pabrik.

d. Mengendalikan seluruh aktivitas termasuk penggunaan bahan-bahan

processing.

e. Mengevaluasi aspek penting lingkungan proses produksi

f. Menjamin pelaksanaan komunikasi prosedur dan istruksi kerja sampai

kepada bawahannya.

4. Asisten Pengolahan

a. Membuat rencana produksi mingguan di coumpound dan extruction

section sesuai dengan planning yang diterima dari kepala pabrik.

b. Mempersiapkan mesin-mesin yang digunakan untuk proses produksi.

c. Mempertanggung jawabkan laporan produksi harian, umum,

minggua n, bulanan dengan dibantu oleh supervisor.

d. Menandatangani check sheet dan form-form sesuai yang diisyaratkan dalam prosedur.

(8)

e. Menjamin kebersihan lingkungan di areal kerja.

5. Asisten Tata Usaha

a. Memeriksa dan mengevaluasi masing-masing barang yang dibutuhkan

dalam bon permintaan barang dengan pertimbangan anggaran.

b. Memeriksa dan menandatangani memo permintaan, order pembelian

lokal dan kebutuhan penawaran barang.

c. Mengidentifikasi kebutuhan training untuk semua personalia.

d. Melakukan tindakan koreksi atas ketidaksesuaian dan temuan audit

mutu internal.

e. Memelihara semua dokumen yang ada di bagian pembagian seperti

prosedur, instruksi kerja, dokumen pendukung dan sasaran mutu. f. Menginformasikan bahan lateks yang di tolak kepada para supplier.

g. Melaksanakan tugas-tugas yang diinstruksikan manajer.

h. Mengkomunikasikan prosedur dan instruksi kepada bawahannya serta

mengkoordinir penerapan di lapangan.

6. Asisten Laboratorium

a. Menjalankan tugas yang direncanakan oleh kepala pabrik.

b. Mempersiapkan formulasi compound dan pengembangan produk baru.

c. Mengevaluasi, pengendalian dan mengawasi bahan kimia lateks dan

bahan pembantu.

d. Mempersiapkan permintaan kebutuhan di chemical laboratory and

efflvent treatment termasuk kebutuhan bahan-bahanpembantu setiap

(9)

e. Mengendalikan/mengawasi perlengkapan dan keamanankerja serta mengevaluasi kebersihan di chemical laboratory.

7. Asisten Teknik

a. Bertugas melakukan kegiatan perbengkelan untuk kelancaran proses

pengolahan.

b. Membuat laporan perawatan mesin-mesin dan peralatan kegiatan

produksi.

8. Asisten Personalia Kebun

a. Mengawasi pelaksanaan penanaman dan perawatan kebun perusahaan.

b. Mengatur Sistem kerja penanaman dan pengambilan hasil kebun.

c. Membuat anggaran kebutuhan pembibitan dan penanaman karet.

d. Membuat laporan kegiatan di areal lahan karet.

9. Asisten Tanaman

a. Mengawasi kualitas tanaman karet di lahan karet milik perusahaan.

b. Menjalankan proses pembibitan karet.

c. Mengatasi permasalahan yang timbul di kebun, misalnya adanya hama

yang mengakibatkan kerusakan pada tanaman karet. 10.Asisten Sipil/Traksi dan Alat Berat

a. Mendatangkan alat-alat berat untuk mengangkut hasil Kebun.

b. Mengatur kedatangan alat-alat berat untuk mengangkut produk yang

(10)

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Tenaga kerja yang terdapat di PT. Nusantara III Gunung Para dapat dilihat pada tabel 2.1. di bawah ini :

Tabel 2.1. Situasi Tenaga Kerja di PTP Nusantara III Gunung Para

Uraian KARYAWAN Pensiunan Total seluruh Pria (Orang) Wanita (Orang) Jumlah (Orang) Karyawan Pimpinan 16 - 16 - 16 Karyawan Pelaksana 838 114 952 376 1.328 Jumlah 854 114 968 376 1.344

Waktu kerja di PTP Nusantara III Gunung Para terdiri dari dua bagian yaitu waktu kerja karyawan kantor dan waktu kerja karyawan produksi. Adapun pembagian waktu kerja tersebut adalah sebagai berikut:

a. Waktu kerja karyawan kantor

Senin-Jumat 08.00-16.00

Sabtu 08.00-12.00

b. Waktu kerja karyawan produksi

Untuk karyawan produksi terbagi atas 3 shift (Senin-Minggu), yaitu:

Shift I : 07.30 – 15.00 WIB

Shift II : 15.00 – 22.00 WIB

(11)

2.3.4. Sistem Pengupahan Dan Fasilitas Lainnya

Sistem Pengupahan karyawan diberikan gaji pokok menurut golongan sesuai dengan skala gaji sebagaimana tercantum dalam lampiran II PKB ini. Bagi karyawan dengan golongan terendah mengacu kepada sekurang – kurangnya 75 % dari upah minimum. Disamping gaji pokok kepada karyawan karyawan diberikan tunjangan tetap sebesar 25 % dari gaji. Besarnya gaji untuk golongan terendah akan disesuaikan sejalan dengan penetapan upah minimum yang berlaku. Apabila perusahaan tidak mampu untuk melaksanakan penyesuaian upah minimum.

Kompensasi atas hasil kerja karyawan diwujudkan dalam bentuk upah dan fasilitas-fasilitas yang menunjang kesejahteraan karyawan. Sistem pengupahan yang berlaku pada perusahaan adalah sebagai berikut :

1 Karyawan musiman dibayar setiap akhir minggu. Besar upah yang diterima adalah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional).

1. Untuk karyawan tetap ada dua sistem penggajian yaitu :

a. Karyawan tetap harian, gaji dibayarkan sebesar 30 hari kerja dipotong hari kerja yang absen.

b. Karyawan tetap bulanan, gaji dibayarkan setiap bulan pada tanpa

potongan hari kerja absen.

Untuk pelayanan kesehatan perusahaan memiliki unit P3K. Apabila penyakit yang diderita tidak dapat ditanggulangi oleh P3K maka karyawan dapat berobat ke rumah sakit yang ditunjuk oleh perusahaan.

(12)

Fasilitas-fasilitas karyawan yang ada dalam PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para adalah sebagai berikut :

1. Tempat tinggal (sewa rumah)

Kepada karyawan yang tidak mendapat fasilitas perumahan dari perusahaan diberikan bantuan sewa rumah yang besarnya :

a. 1. 50 % dari Gaji pokok (untuk karyawan Kandir, GPIHK dan

PRTRA)

a. 2. 35 % dari gaji pokok (untuk karyawan kebun / unit)

b. Air = 15 % dari sewa rumah (untuk semua karyawan)

c. Transport = 30 % dari gaji pokok ( khusus karyawan kandir)

d. Listrik = 25 % dari sewa rumah (untuk semua karyawan)

2. Jamsostek.

3. Kenderaan dinas.

Selain upah yang diberikan perusahaan juga memperhatikan keselamatan karyawan dalam bentuk jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek). Seluruh pekerja memperoleh jaminan atas keselamatannya selama melaksanakan pekerjaan.

2.4. Proses Produksi

2.4.1. Bahan Yang Digunakan 2.4.1.1. Bahan baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk dan memiliki persentase yang relatif besar dalam produk dibandingkan dengan bahan-bahan lain. Bahan baku pada produk sheet yang digunakan adalah latex

(13)

2.4.1.2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah suatu bahan pelengkap yang ditambahkan ke dalam proses pembuatan produk untuk meningkatkan citra atau mutu produk yang dihasilkan dan merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan adalah asam formit/semut dengan konsentrasi 3%-5%, cuka 7.5 kg/ton, amoniak 6.5 kg/ton.

2.4.1.3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk menambah mutu produk. Bahan penolong yang dipakai adalah plastik, dan kardus.

2.4.2. Uraian Proses Produksi

Flow process pabrik Ribbed Smoked Sheet Gunung Para kapasitas 16.800 Kg kering per hari adalah sebagai berikut :

(14)

Gambar 2.2. Skema Pengolahan Ribbed Smoked Sheet Pabrik Gunung Para

Penerimaan Lateks di Pabrik

Lateks yang datang dari kebun-kebun sebelum dimasukkan dalam main

bak terlebih dahulu dilakukan pengukuran volume lateks dalam tangki dengan memakai talang ukuran tangki dan kemudian penuangan lateks ke main bak harus

disaring menggunakan saringan 20 mesh dan di tampung dalam main bak

penampungan yang juga berfungsi untuk tempat pengenceran lateks. Penerimaan PENERIMAAN LATEX BAK PENERIMAAN BAK KOAGULASI PENGGILINGAN SHEET PENIRISAN DILORI KAMAR ASAP SORTASI PACKING GUDANG PRODUKSI

(15)

lateks di pabrik harus ditentukan kadar karet keringnya (DRC) dengan menggunakan alat metrolac.

1. Cara menentukan DRC dengan metrolac

Setiap tangki lateks afdeling diambil contoh lateks sebanyak 500 cc, kemudian ditambahkan air sebanyak 1000 cc (perbandingan 1 : 2), aduk perlahan-lahan sampai campuran lateks dengan air merata, lalu dimasukkan kedalam tabung. Busa lateks yang ada di atas permukaan dihilangkan untuk

menghindarkan kesalahan baca pada skala metrolac. Kemudian masukkan

metrolac kedalam tabung yang berisi contoh lateks, penunjukan skala metrolac

pada batas permukaan contoh lateks tersebut dikali tiga kali, maka itulah kadar

karet keringnya (DRC). Misalnya metrolac menunjukkan skala ke 7 % maka

kadar karet keringnya = 7.3 = 21.

2. Cara lain untuk menentukan DRC (Dry Rubber Counteen)

Untuk mengetahui kadar karet kering selain menggunakan metrolac dapat juga ditentukan dengan cara mencari faktor pengeringannya sebagai berikut :

a. Ambil contoh lateks yang datang ke pabrik sebanyak 200 cc

b. Tambahkan asam semut ± 2 cc

c. Diaduk sampai menggumpal ± 1 jam

d. Digiling dengan jumlah penggilingan 8 kali dengan tebal lembaran

kira-kira 2.5 mm

(16)

f. Kemudian lembaran karet basah ditimbang dan dicatat berat basahnya lalu dikeringkan di kamar asap, setelah kering ditimbang lagi dan dicatat keringnya.

3. Pengenceran Lateks

Pengenceran lateks dilakukan sampai kadar karet bakunya 15 %. Tujuan pengenceran adalah sebagai berikut :

a. Untuk melunakkan bekuan, sehingga tenaga giling tidak terlalu besar.

b. Untuk memudahkan penghilangan gelembung udara.

c. Untuk memudahkan pencampuran asam semut.

Selama pengenceran lateks di main bak harus dilakukan pengadukan

dengan suatu alat yang dinamakan agitator agar pencampuran lateks dengan air merata atau homogen.

Pembekuan/Koagulasi

Setelah lateks diencerkan sampai 15 % kemudian dialirkan melalui

gutther (talang) dan dimasukkan kedalam bak pembekuan setelah terlebih dahulu melewati saringan 60 mesh. Setelah permukaan lateks mencapai ketinggian tertentu, aliran lateks dihentikan dan pindah ke bak berikutnya. Busa yang terbentuk pada permukaan lateks harus diambil dengan alat serok, atau saringan 60 mesh.

Tambahan asam formit/semut 500 cc-600 cc dengan konsentrasi 3 %-5 % bak pembekuan, waktu pembekuan 6-8 jam. Selama penuangan asam semut harus diikuti dengan pengadukan dari belakang sebanyak 14-16 kali. Sebelum dituangkan asam semut tersebut harus diencerkan terlebih dahulu menjadi

(17)

konsentrasi 3 %-5 % dengan cara menambahkan air 9 liter. Busa yang terbentuk setelah pengadukan diambil lagi dengan serok busa dari alumunium.

Pemasangan sekat (sisir) di mulai dari tengah kemudian kedua bagian yang terbentuk dibagi dua lagi dan seterusnya, untuk mengurangi gelembung- gelembung yang melekat pada sekat-sekat maka sekat ini harus dibasahi terlebih dahulu dengan air.

Penggilingan

Penggilingan koagulum dilakukan dengan gilingan sheet yang

konstruksinya terdiri dari 6 buah rol yang disebut “six in one” gilingan rol 1 sampai dengan 5 rolnya licin (tidak berbunga) sedangkan gilingan rolnya terakhir atau finisher rolnya diberi berbunga (grooving). Tujuan diberi bunga adalah agar lebih mudah dalam pengeringan dan tidak lengket bila ditumpuk, masing-masing rol gilingan dilengkapi dengan saluran air pelican, di depan gilingan terakhir dibuat bak air empat persegi, untuk pencucian terakhir lembaran sheet.

Adapun tujuan penggilingan yaitu :

1. Mengeluarkan kandungan air dari koagulum

2. Menghilangkan/membuang lendir dan serum yang terdapat di permukaan

lembaran

3. Menipiskan koagulum menjadi lembaran sheet setebal 2-4 mm.

Pengenceran

Untuk menentukan pengenceran yang standart di pabrik karet yaitu 13 %-15 % dengan isi lateks dalam bak pembekuan 600 liter dengan beratnya lateks kering 90 kg.k.

(18)

Terlebih dahulu kita mengetahui yaitu : Panjang bak = 3 m

Lebar bak = 0,72 m

Tinggi bak = 0,39 m

Maka untuk mencari ketinggian lateks pengenceran, lateks dalam bak pembekuan terlebih dahulu kita mencari bak pembekuan 1 cm maka kita gunakan dalam meter yaitu 1 cm = 0,01 m maka didapat yaitu :

Panjang bak = 3 m

Lebar bak = 0.72

Tinggi bak = 0.1 m

Maka didapatlah tinggi air dalam 0,01 m yaitu :

Ap = P x L x T

= 3 m x 0.72 m x 0,01 m = 0.0216 x 1000

= 21.6 air/cm

Pengeringan dan Pengasapan

Tujuan pengeringan adalah untuk menurunkan kadar air sehingga di dapat

sheet yang kering, agar kondisi mutu dapat dipertahankan selama penyimpanan dan pengangkutan. Sedangkan fungsi asap adalah untuk memberikan warna coklat terang pada sheet dan untuk mencegah pertumbuhan spora/jamur.

Cara pengeringan dan pengasapan dilakukan dengan menggantungkan

sheet di atas gantar-gantar bambu/kayu, laori dengan kapasitas lebih kurang 504 lembar/lori. Sebelum lori-lori yang berisi sheet dimasukkan ke kamar pengeringan

(19)

terlebih dahulu dibiarkan atau ditiriskan di luar selama 2 jam atau lebih supaya air

yang terdapat di permukaan lembaran sheet jatuh ke bawah sheet untuk

menghindarkan kelembaban yang tinggi di dalam kamar pengeringan, setelah pengasapan selama satu malam lori-lori tersebut di keluarkan dan dilakukan penyambretan, selama pengeringan 4-5 hari.

a. Pengaturan suhu di dalam kamar asap

a. Hari I suhu 40-450 Ventilasi terbuka penuh b. Hari II suhu 40-550 Ventilasi setengah terbuka c. Hari III suhu 55-600 Ventilasi seperempat terbuka d. Hari IV suhu 60-650 Ventilasi tertutup

e. Hari V suhu 650 Ventilasi tertutup b. Spesifikasi kamar asap

a. Type : subur kamar

Jumlah kamar : 8 kamar Kapasitas kamar : 6 lori/kamar

b. Type : airwood

Jumlah kamar : 6 kamar Kapasitas kamar : 12 lori/kamar

Pengepresan

Pengepresan dilakukan pada mesin press hidrolik, pada setiap sisi

dipasang cantelan atau gelengan dari besi yang berfungsi untuk menahan lembaran sheet yang di press setelah terpenuhi dengan ukuran :

(20)

1. Panjang : 55 cm – 57 cm

2. Lebar : 50 cm –56 cm

3. Tinggi : 40 cm - 47 cm

Setelah pengepresan cantelan (gelangan) besi jangan dibuka, biarkan sheet

berada dalam peti press selama satu malam, keesokan harinya baru di buka

cantelan (gelangan) besinya.

Pengepakan

Pembungkusan dilakukan dengan menusuk-nusuk lembaran pembungkus dengan alat tusuk dari baja yang runcing, sehingga pembungkusan benar-benar melekat. Setelah selesai pembungkusan, ball tersebut di kapur.

2.4.3. Mesin dan Peralatan 2.4.3.1. Mesin Produksi

Pada PT. Nusantara III Gunung Para mesin-mesin yang digunakan untuk

proses pengolahan sheet adalah sebagai berikut: 1. Mesin Sheeter

Mesin Sheeter berfungsi mengiling koagulum dari bak koagulasi menjadi lembaran Sheet dengan tebal 3 mm.

Merk : Lindeteves

(21)

2. Balling Press

Balling Press berfungsi untuk memadatkan lembaran sheet menjadi bentuk bandela seberat 33. ⅓ Kg dan ball 113 kg (lose ball).

Merk : Lindeteves

Kapasitas : 1000 kg / jam

3. Mesin Agigator

Mesin Agigator berfungsi untuk menghomogenkan air dengan lateks

murni (karet alam).

Merk : Crompton Parkinson

Rpm : 1420

Agar proses produksi tidak terganggu, maka perawatan mesin harus dilakukan secara rutin yang ditanggungjawabi oleh Kepala Dinas Teknik. Di Kebun PTP. Nusantara III Kebun Gunung Para perawatan mesin ini terdiri dari perawatan terencana dan perawatan tidak terencana.

1. Perawatan Terencana

Perawatan terencana dilakukan setiap hari dengan mengecek mesin-mesin. Selain itu setelah satu minggu digunakan, pada hari Minggu juga dilakukan perawatan dengan memberi minyak dan mengganti bagian-bagian mesin yang telah aus. Perawatan mesin seperti ini biasa pula disebut sebagai pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya gangguan proses produksi.

(22)

Perawatan tidak terencana dilakukan jika terjadi gangguan mesin produksi pada saat mesin sedang berproduksi. Hal seperti ini sangat dihindari karena dapat mengganggu jalannya produksi.

2.4.3.2. Peralatan

Pada PT. Nusantara III Gunung Para peralatan yang digunakan untuk

proses pengolahan sheet adalah sebagai berikut :

1. Bak Penerimaan

Bak penerimaan berfungsi tempat penerimaan latex dari lapangan

sekaligus proses pengenceran latex menjadi DRC 13-15 %.

2. Bak Koagulasi

Bak koagulasi berfungsi sebagai tempat latex yang telah diencerkan untuk

pembekuan dengan Formic acid 7.5-9.00 kg/ton kering dengan kapasitas

bak 650 liter/bak. Panjang : 3 meter Lebar : 0.72 meter Tinggi : 0.39 meter Isi : 650 liter Penyekat : 74 buah

Banyak lembaran : 75 lembar

Jumlah bak : 80 buah Jarak antara sekat : 10 cm

(23)

3. Lori sheet

Lori sheet berfungsi tempat penjemuran sheet/pengeringan sheet sebelum masuk kamar Asap kapasitas Lori sheet = 456 lembar.

a. Tempat kayu kilas terbuat dari kayu Satu baris terbuat dari : 42 batang Satu batang terdiri dari : 3 lembar Banyaknya tingkatannya ada: 4 tingkatan Satu lembar beratnya ada : 4 tingkat Satu lembar beratnya :1,2 kg

Berat sheet 1 lori 42 x 3 x 4 x 1.2 = 662.4 kg Banyaknya lembaran sheet 42 x 3 x 4 = 504 lembar b. Tempat kayu kilas terbuat dari besi

Satu baris terbuat dari : 46 batang Satu batang terdiri dari : 3 lembar Banyaknya tingkatannya ada: 4 tingkatan Satu lembar beratnya ada : 4 tingkat Satu lembar beratnya :1,2 kg

Berat sheet 1 lori 46 x 3 x 4 x 1.2 = 662.4 kg Banyaknya lembaran sheet 46 x 3 x 4 = 552 lembar

4. Kamar Asap

Kamar asap berfungsi untuk mengeringkan sekaligus membentuk warna

sheet selama 5 hari temperatur 45-65 ºC, kapasiatas kamar asap = 3000 kg/kamar, dengan tahapan temperatur :

(24)

Hari Pertama : 40-45 ºC Hari kedua : 45-50 ºC Hari Ketiga : 50-55 ºC Hari Keempat : 55-60 ºC Hari Kelima : 60-65 ºC Kamar asap subur

Jumlah kamar : 8 kamar Kapasitas kamar : 6 lori/kamar

Kamar asap air wood

Jumlah kamar : 6 kamar

Kapasitas kamar : 12 lori/kamar

5. Ruangan Sortasi

Ruangan sortasi berfungsi menyortir lembaran sheet untuk memperoleh

mutu RSS-I, RSS-II, RSS-III, dan cutting. Dimana RSS-I adalah harus

bebas dari segala kotoran dan gelembung-gelembung, karet cukup kering, bebas jamur, dan elastisitas cukup baik tidak melekat. RSS-II adalah harus bebas dari segala kotoran, gelembung-gelembung yang sangat halus serta terpencar-pencar masih dibenarkan, sedangkan syarat lain sama dengan mutu RSS-I. RSS-III adalah dibenarkan sedikit kotoran serta gelembung-gelembung yaitu gelembung-gelembung-gelembung-gelembung halus merata dan gelembung-gelembung besar yang menumpuk terpencar-pencar, bekas-bekas jamur yang telah dibersihkan, serta lembaran yang koyak dapat dibenarkan. Sedangkan

(25)

cutting adalah bekas-bekas potongan kecil dari lembaran sheet sewaktu pensortiran, ukuran cutting maximal 15 cm persegi.

6. Packing

Packing lose ball menjadi 113 kg/ball dan untuk bentuk pallet 1200 kg/

pallet.

7. Gudang Produksi

Untuk menyimpan produksi siap ekspor.

Sarana pendukung pada Kebun PT. Nusantara III Kebun Gunung Para antara lain :

b. Listrik

Energi listrik diperoleh dari PLN dan jika listrik padam digunakan genset untuk menggerakkan mesin-mesin.

c. Air

Air yang digunakan oleh Kebun PTP. Nusantara III Kebun Gunung Para berasal dari PDAM Tirtanadi Medan.

Gambar

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Nusantara III Gunung Para
Tabel 2.1. Situasi Tenaga Kerja di PTP Nusantara III Gunung Para
Gambar 2.2. Skema Pengolahan Ribbed Smoked Sheet  Pabrik  Gunung Para

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis data secara simultan menunjukkan bahwa luas lahan, bibit, pupuk dan tenaga kerja bersama-sama berpengaruh signifikan pada produksi jeruk di

[r]

Capaian Program Jumlah dokumen perencanaan dan penganggaran SKPD yang dibuat secara benar dan tepat waktu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

So, we performed automated aerial photographing using a UAV on March 22 and July 4, 2014, and produced ortho-mosaic photos and DEM data using new photogrammetry software

Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengar dar media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui

12.00 WIB, Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Sekretariat Negara Tahun Anggaran 2012 telah mengadakan Rapat Pemberian

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2016 , dengan ini kami

konsumen menggunakan lembaga pemasaran sebagai perantara, maka produsen perlu mempertimbangkan jumlah biaya yang dikeluarkan, bagian harga yang diterima, dan