• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1480568139BAB 7 KETERPADUAN STRATEGI KABUPATENWAJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1480568139BAB 7 KETERPADUAN STRATEGI KABUPATENWAJO"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

BAB VII

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN WAJO

7.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Wajo

Pusat-pusat kegiatan :

a. Pusat Kehiatan Lokal (PKL) : Kawasan Perkotaan Sengkang

b. Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan (PKLp) : Kawasan Perkotaan Siwa Kecamatan Pitumpanua, Kawasan Perkotaan Keera Kecamatan Keera dan Kawasan Perkotaan Anabanua Kecamatan Maniangpajo

c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) : Kawasan Perkotaan Paria dan Atapange Kecamatan Majauleng, Kawasan Perkotaan Doping Kecamatan penrang

d. Pusat pelayanan Lokal (PPL) : Gilireng Kecamatan Gilireng, Menge Kecamatan Belawa, Tancung dan Wewangrewu Kecamatan Tanasitolo, Kota Baru Kecamatan Sabbangparu, dan Maroanging Kecamatan Pammana.

7.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Secara umum, pembangunan yang dilakukan di Kabupaten Wajo diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Karena disadari, bahwa pembangunan ekonomi di wilayah ini masih mengandalkan eksplorasi sumberdaya alam. Hal ini tergambar pada berbagai kegiatan usaha yang berkembang, dimana sektor pertanian masih menjadi tumpuan dan merupakan sektor basis (unggulan) daerah. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Wajo mengambil kebijakan untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam yang dimiliki, dan/ atau menggeser secara bertahap andalan yang bertumpu pada faktor sumberdaya alam ke sektor pariwisata dan jasa di masa mendatang.

(2)

LAPORAN AKHIR

(Imtaq) sangat diperlukan seiring dengan upaya pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang dimiliki. Upaya tersebut dapat diimplementasikan melalui upaya peningkatan produktifitas di sektor-sektor yang menjadi andalan daerah, yaitu sektor-sektor yang pengembangannya berdampak luas dan berkesinambungan.

Melalui aktualisasi kebijakan pembangunan dengan menggunakan tiga pendekatan seperti telah disebut di atas yang merupakan paradigma baru dalam menjalankan pemerintahan di Kabupaten Wajo, diharapkan pembangunan di Kabupaten Wajo tidak lagi bergantung pada satu sektor. Dengan demikian, untuk mewujudkan keunggulan komparatif (comparative advantage) dan keunggulan kompetitif (competitive advantage), arah pembangunan Kabupaten Wajo kedepan akan memprioritaskan tiga bidang pengembangan yaitu:(1) Peningkatan Sumber Daya Manusia; (2) Pengembangan Pertanian dalam arti luas; (3) Pengembangan industri pariwisata dan Wajo sebagai tujuan wisata.

Peningkatan Sumberdaya Manusia (SDM) diarahkan untuk mencapai SDM yang berkualitas yang mampu mengelola sekaligus mempertahankan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Kabupaten Wajo dengan baik. Sejalan dengan itu, pertanian dalam arti luas dan pariwisata juga bisa berkembang pesat karena dikelola oleh SDM yang cerdas. Harapannya adalah agar terjadi pergeseran ketergantungan sumberdaya pembangunan dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

(3)

LAPORAN AKHIR

Hal ini sejalan dengan arah pembangunan nasional di bidang pembangunan daerah melalui kegiatan revitalisasi pertanian.

Pengembangan industri pariwisata diarahkan untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan industri pariwisata yang bertumpu pada ekonomi kerakyatan dengan tetap melestarikan nilai-nilai budaya, agama, adat istiadat dan lingkungan hidup. Sasaran yang akan dicapai adalah: (1) peningkatan pendapatan daerah; (2) peningkatan kesempatan kerja dan usaha; (3) pemberdayaan ekonomi rakyat; serta (4) pelestarian nilai-nilai budaya, agama, dan adat istiadat sebagai bagian dari upaya membangun karakter bangsa.

Dalam pelaksanaan arah kebijakan pembangunan yang menyangkut para pemangku kepentingan pembangunan (stakeholders), baik itu dari komponen pemerintahan, swasta, dan masyarakat diarahkan untuk:

 Mendorong terjadinya pergeseran pemanfaatan sektor pembangunan

yang berpangkal dan bermuara pada kepentingan dan keberpihakan masyarakat luas.

 Menitikberatkan investasi dengan optimalisasi pemanfaatan Iptek

dalam setiap jenis kegiatan usaha yang dikembangkan.

 Mengarahkan pengembangan pada 3 (tiga) sektor yang diharapkan

menjadi unggulan daerah.

Untuk mengimplementasikan arah kebijakan pembangunan diatas ditempuh melalui 3 (tiga) strategi pokok yang terkait, yaitu:

(1) peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan publik;

(2) upaya memacu pemerataan dan pertumbuhan ekonomi; serta

(3) aspek pendekatan wilayah melalui kebijakan pembangunan perkotaan dan pembangunan perdesaan.

Pertama, strategi pokok yang terkait dengan peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan publik, diimplementasikan melalui kebijakan: (1) Meningkatkan etos kerja dan profesionalisme lembaga serta aparatur

untuk dapat menjalankan pemerintahan yang partisipatif, transparan dan akuntabel dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik. (2) Melakukan konsolidasi lembaga dan aparatur untuk menjamin

(4)

LAPORAN AKHIR

(3) Menyempurnakan dan menegakkan peraturan perundangan secara tegas.

(4) Menyusun perencanaan dan melaksanaan Tata Ruang dan Tata Guna Lahan secara konsisten.

(5) Meningkatkan mutu dan jumlah sarana dan prasarana dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Kedua, strategi pokok yang terkait dengan upaya memacu pemerataan dan pertumbuhan ekonomi, diimplementasikan melalui kebijakan:

(1) Meningkatkan kemandirian ekonomi kerakyatan dengan memanfaatkan potensi wilayah secara optimal.

(2) Melakukan penataan sistem kelembagaan pemerintahan yang responsif dalam pengembangan usaha terutama dalam peran sebagai katalisator pengembangan usaha kecil dan menengah serta sebagai mitra/partner usaha besar.

(3) Meningkatkan investasi untuk penciptaan kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi.

(4) Meningkatkan daya saing pelaku ekonomi local dalam memanfaatkan dan menghadapi peluang dan tantangan globalisasi.

(5) Mendorong usaha mengurangi ketergantungan pada satu sektor dan mendukung perkembangan sektor pariwisata dan industri.

Ketiga, strategi pokok yang terkait dengan aspek pendekatan wilayah, diimplementasikan melalui kebijakan pembangunan perkotaan dan pembangunan perdesaan. Untuk Pembangunan Perdesaan, kebijakan yang diambil adalah :

(1) Meningkatkan keberpihakan pada masyarakat melalui pembangunan ekonomi sesuai dengan potensi wilayah pedesaan.

(2) Melanjutkan peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM). (3) Melanjutkan dan meningkatkan pembangunan infrastruktur sesuai

kondisi dan kebutuhan desa.

(4) Melanjutkan dan meningkatkan aktualisasi nilai nilai luhur warisan budaya lokal.

(5)

LAPORAN AKHIR

Sedangkan untuk Pembangunan Perkotaan, kebijakan yang diambil adalah :

(1) Meningkatkan infrastruktur kota sebagai sarana pelayanan publik. (2) Menjadikan kota sebagai pusat jasa, perdagangan dan industri . (3) Melanjutkan upaya menjadikan kota sebagai pusat pendidikan,

pariwisata dan budaya.

(4) Memberdayakan seluruh komponen kota dalam memperbaiki dan melestarikan lingkungan hidup.

Seluruh kebijakan tersebut, selanjutnya menjadi pedoman bagi SKPD di lingkungan pemerintahan Kabupaten Wajo. Setiap SKPD akan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program yang menjadi bagian dari tugas pokok dan fungsinya. Selain itu, SKPD juga melaksanakan kegiatan lintas SKPD dan kewilayahan.

Pengembangan program dan kegiatan di ketiga sektor unggulan di atas, memiliki lingkup (klaster) yang luas. Secara umum, program dan kegiatan yang terkait dengan pengembangan sumberdaya manusia merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat Kabupaten Wajo, termasuk pemerintah beserta seluruh unit SKPD yang ada. Program dan kegiatan pada pengembangan pertanian dalam arti luas, hendaknya dikoordinasikan oleh SKPD yang menangani bidang pertanian, didukung oleh SKPD-SKPD lainnya yang terkait dalam kerangka pengembangan klaster pertanian. Begitu pula halnya untuk pengembangan pariwisata. Klaster pariwisata terhitung sebagai klaster yang memiliki keterkaitan (linkages) yang sangat luas, dan akan melibatkan program dan kegiatan utama dan pendukung dalam koordinasi SKPD yang tugas pokok dan fungsinya bertanggung jawab terhadap pengembangan pariwisata.

7.3 Arahan Perda Bangunan Gedung

(6)

LAPORAN AKHIR

Setiap bangunan gedung harus didirikan pada tanah yang status kepemilikannya jelas, baik milik sendiri maupun milik pihak lain, namun bangunan gedung dengan status milik pihak lain hanya dapat didirikan dengan izin pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dalam bentuk perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dengan pemilik bangunan gedung

Status kepemilikan gedung dibuktikan dengan surat bukti kepemilikan bangunan gedung yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten, berdasarkan hasil kegiatan pendataan bangunan gedung. Kegiatan pendataan tersebut dilakukan bersamaan dengan proses mendirikan bangunan gedung untuk keperluan tertib pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung.setiap orang dalam mengajukan permohonan izin mendirikan bangunan gedung wajib melengkapi dengan : tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda bukti perjanjian pemanfaatan tanah; data pemilik bangunan gedung; rencana teknis bangunan gedung; dan hasil analisis mengenai dampak lingkungan bagi bangunan gedung yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

Setiap mendirikan bangunan gedung, fungsinya harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten, RDTRKP, dan/atau RTBL serta tidak boleh melebihi ketentuan maksimal kepadatan dan ketinggian yang ditetapkan didalamnya dimana kepadatan tersebut ditetapkan dalam bentuk Kooefisien Dasar bangunan (KDB) Maksimal yang didasarkan pada luas kaveling/persil, peruntukan atau fungsi lahan, dan daya dukung lingkungan. Sedangkan ketinggian maksimal ditatapkan dalam bentuk Kooefisien Lantai Bangunan (KLB) dan/atau jumlah lantai maksimal.

(7)

LAPORAN AKHIR

pagar halaman yang diizinkan pada lokasi yang bersangkutan, yang diberlakukan per kaveling, per persil, dan/atau per kawasan.

Penampilan bangunan gedung harus dirancang dengan mempertimbangkan kaidah-kaidah estetikabentuk, karakteristik arsitektur, dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Penampilan bangunan harus menyesuaikan dengan bangunan gedung yang ada disekitarnya, dikawasan cagar budaya harus dirancang dengan mempertimbangkan kaidah pelestarian sedangkan bila berdampingan dengan bangunan gedung yang dilestarikan harus dirancang dengan mempertimbangkan kaidah estetika bentuk dan karekteristik dari arsitektur bangunan yang dilestarikan.

Persyaratan keselamatan meliputi : persyaratan kemempuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan; dan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir. Persayaratan kesehatan bangunan gedung meliputi : persyaratan sistem penghawaan; persyaratan sistem pencahayaan; persyaratan sistem sanitasi; dan penggunaan bahan bangunan gedung. Persyaratan kenyamanan bangunan gedung meliputi : kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang; kenyamanan kondisi udara dalam ruang; kenyamanan pandangan; kenyamanan tingkat getaran dan tingkat kebisingan. Persyaratan kemudahan meliputi : kemudahan hubngan ke, dari, dan di dalam gedung; dan kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung.

Pembangunan bangunan gedung diselenggarakan melalui tahapan : perencanaan teknis; pelaksanaan konstruksi; dan pengawasan konstruksi. Pemanfaatan bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan dilakukan oleh pemilik dan/atau pengguna sesuai dengan kaidah pelestarian dan klasifikasi bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(8)

LAPORAN AKHIR

Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedung mempunyai hak :

a. mendapatkan pengesahan dari Pemerintah Kabupaten atas rencana teknis bangunan gedung yang telah memenuhi persyaratan;

b. melaksanakan pembangunan bangunan gedung sesuai dengan perizinan yang telah ditetapkan Pemerintah Kabupaten;

c. mendapatkan surat ketetapan bangunan gedung dan/atau lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan dari Pemerintah Kabupaten;

d. mendapatkan insentif sesuai dengan peraturan perundang-undangan dari Pemerintah Kabupaten karena bangunannya dutetapkan sebagai bangunan yang harus dilindungi dan dilestarikan;

e. mengubah fungsi bangunan setelah mendapat izin tertulis dari Pemerintah kabupaten;

f. mendapatkan ganti rugi sesuai dengan peraturan perundang-undangan apabila bangunannya dibongkar oleh Pemerintah Kabupaten atau pihak lain yang bukan diakibatkan oleh kesalahannya.

Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedung mempunyai kewajiban :

a. menyediakan rencana teknis bangunan gedung yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan fungsinya;

b. memiliki Izin Mendirikan Banguna (IMB);

c. melaksanakan pembangunan gedung sesuai dengan rencana teknis yang telah disahkan dan dilakukan dalam batas waktu berlakunya izin mendirikan bangunan;

(9)

LAPORAN AKHIR

7.4 Arahan Rencana Induk Sistem PAM Kabupaten Wajo (RISPAM)

Tiada kehidupan tanpa air. Setiap yang hidup selalu berkaitan dengan air. Namun demikian, tidak semua orang mudah memperoleh air, terutama air bersih (clean water). Padahal air adalah kebutuhan dasar manusia (juga hewan dan tumbuhan). Selain itu, air adalah hak sosial ekonomi masyarakat yang wajib dipenuhi oleh pemerintah. Dalam kancah dunia, air menjadi bagian dalam MDG’s dan Indonesia terlibat dalam upaya pencapaiannya. Pemerintah Indonesia lantas menggalakkan pembangunan sektor air minum dengan cara melengkapi perangkat hukum dan peraturannya kemudian dijadikan basis dalam implementasi kebijakan strategis. Akhirnya lahirlah kegiatan yang disebut RISPAM.

Lingkup RISPAM (Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum) meliputi sistem penyediaan air minum perpipaan (PDAM), sistem perpipaan non-PDAM dan PAM non-perpipaan. Perpipaan sudah lumrah dikenal masyarakat, khususnya PDAM, IKK, dan perpipaan swadaya (PAM Desa). Yang non-perpipaan dibedakan menjadi dua jenis: (1) terlindungi, dan (2) tak terlindungi. Sumber tak terlindungi sedapat-dapatnya dikurangi atau diubah menjadi terlindungi agar dapat menjamin kesehatan masyarakat pengguna airnya. Ada 12 jenis modul non-perpipaan yang di dalam Permen PU No. 01/PRT/M/2009 disebut Bukan Jaringan Perpipaan (BJP). Secara bahasa, sebutan pipa lebih tepat daripada perpipaan karena jaringan sudah memiliki makna tersirat perpipaan. BJP = Bukan Jaringan Pipa, JP = Jaringan Pipa). Ada sejumlah modul yang bisa dikembangkan menjadi jaringan pipa, baik dalam areal sempit maupun luas dan ini bergantung pada kebutuhan dan sebaran penduduknya.

(10)

LAPORAN AKHIR

percepatan penyediaan air minum Jaringan Pipa dan BJP. Artinya, peran pengembangan air minum tidak hanya diemban oleh PDAM tetapi juga dipikul oleh kementerian, dinas, lembaga, badan-badan lain, baik pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, termasuk prakarsa dan swadaya masyarakat, industri dengan Corporate Social Responsibility-nya (CSR). Dokumen RI-SPAM Kabupaten Wajo sementara masih dalam tahap proses di tahun 2014 ini.

7.5 Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Strategi Sanitasi Kota (SSK) merupakan suatu rencana sanitasi berjangka menengah yang khusus dibuat untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi kab/kota.

Buku Putih pada hakekatnya memberikan gambaran karekteristik dan kondisi sanitasi, serta prioritas / arah pengembangan kab/kota dan masyarakat saat ini serta mempunyai kegunaan sebagai baseline data tentang kondisi sanitasi kab/kota saat ini bagi penyusunan strategi sanitasi kab/kota (SSK) dan monev sanitasi.

Untuk Kabupaten Wajo saat ini, Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kota (SSK) sementara proses penyusunan di tahun 2014 ini.

7.6 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Agar Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Sengkang - Kecamatan Tempe - Kabupaten Wajo dapat dijadikan pedoman dan acuan pembangunan secara nyata, pertu dijabarkan dalam aspek implementasi terkait penyusunan indikasi program. Syarat indikasi program yang baik adalah sebagai berkut :

1. Merupakan penjabaran upaya implementasi yang konsisten terhadap visi, misi, tujuan yang telah dirumuskan

2. Mengakomodasikan langkah yang mendukung strategi penataan dalam upaya pencapaian tujuan

(11)

LAPORAN AKHIR

sumber dayanya (waktu, dana, lokasi, pelaku)

Dalam merumuskan indikasi program akan dijabarkan secara runtun berdasarkan visi, misi, tujuan dan agar menjamin konsistensi setiap perumusan program terhadap pencapaian misi dan tujuan perencanaan yang telah dicanangkan.

Pengembangan Kawasan Fungsional Perkotaan WP Sengkang disusun untuk mewujudkan tujuan penataan ruang sesuai amanat UUTR No. 26/2007, visi dan misi Kota Sengkang dan tujuan RTRW Kabupaten Wajo 2012-2032 yang hendak mewujudkan penataan ruang wilayah kabupaten bermatra darat dan laut yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dengan mengusung potensi dan kearifan lokal yang didukung kondisi geostrategis wilayah yang memiliki kawasan pesisir berbasis kegiatan pertanian, perikanan, industri, pertambangan gas bumi dan pariwisata. Melalui pertimbangan tersebut, maka tujuan pengembangan WP. Sengkang yaitu :

1. Memperkuat fungsi WP Sengkang sebagai kawasan perdagangan,

perumahan dan perkantoran. 2. Mendistribusikan penduduk secara merata sesuai dengan daya

tampung dan daya dukung lingkungan.

3. Menciptakan hirarki pelayanan sarana dan prasarana kota yang berkualitas, efektif, efisien, merata dan terpadu.

4. Menciptakan sistem pergerakan yang aman, nyaman dan lancar. 5. Menciptakan kualitas lingkungan, visual, dan fungsional kota secara

berkelanjutan (sustainable city).

6. Menciptakan pola pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya yang selaras, serasi dan seimbang sesuai dengan daya dukung lingkungan dan arah kebijaksanaan penataan kota.

7. Menciptakan ketertiban antar kegiatan dan konsistensi perwujudan ruang dengan kebijakan-kebijakan yang ada.

(12)

LAPORAN AKHIR

1. Struktur Peruntukan Lahan 2. Intensitas Pemanfaatan Lahan 3. Tata Bangunan

4. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung 5. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau 6. Tata Kualitas Lingkungan

7. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan

Semua rencana tersebut disusun berlandaskan pada konsep rencana kerangka rancang kota. Kawasan Sengkang direncanakan untuk dikembangkan secara terintegrasi dengan menetapkan 3 (tiga) simpul pengembangan kawasan. Ketiga simpul tersebut berada pada lokasi-lokasi antara lain simpul utama di Kawasan Pasar Sentral, simpul ruang terbuka hijau di kawasan Padduppa dan kawasan Alun-Alun Kota Sengkang.

7.7 Arahan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP)

RP2KP merupakan tindak lanjut dari SPPIP berupa rencana aksi program untuk penanganan permasalahan permukiman dan pembangunan infrastruktur permukiman pada kawasan permukiman prioritas. RPKPP merupakan perencanaan infrastruktur di kawasan permukiman prioritas sebagai bagian dari kawasan perkotaan dalam lingkup kota ataupun kabupaten serta mengacu pada arahan yang terdapat dalam dokumen SPPIP.

Lingkup Wilayah RPKPP pada jenjang kawasan permukiman prioritas dipetakan dengan skala 1:5.000 dan pada jenjang kawasan Pembangunan Tahap 1 dengan skala 1:1.000. Lingkup RPKPP penanganan permasalahan/potensi bidang permukiman dan infrastruktur perkotaan di wilayah permukiman prioritas.

(13)

LAPORAN AKHIR

7.8 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis Kabupaten Wajo (RTBL KSK)

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis Kabupaten Wajo, terdapat 2 kawasan yakni Kawasan Cepat Tumbuh Perkotaan Kecamatan Tempe dan Kawasan Pelestarian Budaya dan Penyebaran Agama Islam Sengkang. Untuk RTBL tersebut masih sementara tahap proses di tahun 2014.

7.9 Integrasi Strategi Pembangunan Kab/Kota dan Sektor

Strategi dan arah kebijakan pengembangan di tiap wilayah mengacu pada strategi dan arah kebijakan yang berbasiskan perencanaan wilayah darat melalui Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan berbasiskan perencanaan wilayah laut melalui Arah Pengembangan Wilayah Laut.

Selain itu, sesuai dengan arahan Presiden RI, strategi pembangunan juga mengacu pada paradigma Pembangunan untuk Semua (Development for All). Paradigma ini bertumpu pada 6 (enam) strategi dan arah kebijakan, yaitu:

Pertama, strategi pembangunan inklusif yang mengutamakan keadilan, keseimbangan dan pemerataan. Semua pihak harus dan ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan melalui penciptaan iklim kerja untuk meningkatkan harkat hidup keluar dari kemiskinan. Seluruh kelompok masyarakat harus dapat merasakan dan menikmati hasil-hasil pembangunan terutama masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan, kawasan perdesaan, daerah pedalaman, daerah tertinggal dan daerah pulau terdepan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi harus dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri; serta Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Pulau Terdepan dan daerah pasca konflik dan pasca bencana merupakan program yang diarahkan langsung untuk mendorong pembangunan yang lebih inklusif.

(14)

LAPORAN AKHIR

sama untuk setiap wilayah. Strategi pembangunan wilayah juga memperhitungkan basis daratan dan basis kepulauan atau maritim sebagai satu kesatuan ruang yang tidak terpisahkan. Oleh sebab itu, strategi pembangunan berdimesni kewilayahan memperhatikan tata ruang wilayah Pulau Sumatera, Pulau Jawa-Bali, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku dan Pulau Papua. Dengan strategi ini, kebijakan pembangunan diarahkan untuk mengoptimalkan potensi dan keunggulan daerah dan membangun keterkaitan antarwilayah yang solid termasuk mempercepat pembangunan pembangkit dan jaringan listrik, penyediaan air bersih, serta pengembangan jaringan transportasi (darat, laut dan udara) dan jaringan komunikasi untuk memperlancar arus barang dan jasa, penduduk, modal dan informasi antarwilayah.

Ketiga, strategi pembangunan yang mendorong integrasi sosial dan ekonomi antarwilayah secara baik. Dalam hal ini perhatian terhadap pengembangan pulau-pulau besar, kecil dan terdepan harus dilakukan dengan memperhatikan poteni daerah sebagai modal dasar yang dikelola secara terintegrasi dalam kerangka geoekonomi nasional yang solid dan kuat. Dengan kesatuan ekonomi nasional yang kuat untuk lima tahun mendatang, maka posisi tawar Indonesia dalam globalisasi percaturan perekonomian dunia, secara geo-ekonomi berada pada posisi yang lebih kuat, dan lebih berdaya saing. Kebijakan untuk memperkuat integrasi sosial dan ekonomi antarwilayah diarahkan pada pengembangan pusat-pusat produksi dan pusat-pusat-pusat-pusat perdagangan di seluruh wilayah terutama di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.

(15)

LAPORAN AKHIR

teknologi, informasi, lapangan kerja dan pasar; (3) mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, dan menciptakan kebersamaan dan kemitraan antara yang sudah maju dengan yang belum berkembang; (4) memperkuat kerjasama antardaerah; dan (5) membentuk jaring ekonomi yang berbasis pada kapasitas lokal dengan mengkaitkan peluang pasar yang ada di tingkat lokal, regional dan internasional; (6) mendorong kegiatan ekonomi bertumpu pada kelompok, termasuk pembangunan prasarana berbasis komunitas; dan (7) memperkuat keterkaitan produksi-pemasaran dan jaringan kerja usaha kecil-menengah dan besar yang mengutamakan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif daerah.

Kelima, strategi pembangunan disertai pemerataan (growth with equity) yang bertumpu pada keserasaian pertumbuhan ekonomi (pro-growth) dalam menciptakan kesempatan kerja (pro-jobs) dan mengurangi kemiskinan poor) yang tetap berdasarkan kelestarian alam (pro-environment). Kebijakan pembangunan diarahkan untuk memperkuat keterkaitan antarwilayah (domestic interconnectivity), membangun dan memperkuat rantai industri hulu hilir produk unggulan berbasis sumber daya lokal, mengembangkan pusat-pusat produksi dan perdagangan baik di Jawa-Bali maupun di luar wilayah Jawa Bali yang didukung dengan penyediaan prasarana dan sarana, peningkatan SDM, pusat-pusat penelitian, pembangkit listrik dan penyediaan air bersih; serta perbaikan pelayanan sesuai standar pelayanan minimal. Sejalan dengan arah kebijakan ini, pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan salah satu dorong untuk menciptakan dan membangun pusat-pusat pertumbuhan dan perdagangan di seluruh wilayah.

(16)

LAPORAN AKHIR

kesempatan kerja, sanitasi dan air bersih, perumahan, sumber daya alam dan lingkungan, dan jaminan keamanan terutama bagi masyarakat yang berada di daerah perdesaan, kawasan perbatasan, pulau-pula terluar dan daerah pasca konflik dan pasca bencana. Dengan meningkatnya kualitas manusia, kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat dan membaik secara merata di seluruh wilayah.

5.8.1 Strategi Pembangunan Kabupaten Wajo

1) Strategi keterpaduan pengembangan pusat-pusat pelayanan wilayah kabupaten berdasarkan fungsi kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, terdiri atas:

a. mempertahankan keterkaitan antar sub pusat pelayanan kota (PKL, PKLp, PPK), terhadap wilayah di sekitarnya;

b. menata dan mengendalikan pengembangan pusat-pusat pelayanan untuk mewujudkan pembangunan perkotaan yang berwawasan lingkungan; dan

c. mendorong pertumbuhan pada kawasan-kawasan yang berpotensi sebagai pusat pelayanan.

2) Strategi peningkatan kualitas jaringan dan jangkauan pelayanan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air secara terpadu dan merata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, terdiri atas:

a. meningkatkan kualitas jaringan prasarana transportasi;

b. mengembangkan jaringan prasarana transportasi darat untuk meningkatkan aksesibilitas antar kawasan di seluruh wilayah;

c. mengembangkan prasarana transportasi laut untuk meningkatkan aksesibilitas wilayah pesisir, yang menghubungkan kebeberapa wilayah Lainnya;

(17)

LAPORAN AKHIR

e. mengembangkan sumber daya air untuk pemanfaatan, pengendalian dan pelestarian sumber daya air melalui pembuatan sumur-sumur resapan dan perlindungan kawasan mata air dan danau;

f. mengembangkan pelayanan telekomunikasi yang merata hingga menjangkau seluruh kawasan;

g. mengembangkan kapasitas pelayanan air minum hingga mencapai pusat-pusat pelayanan lingkungan terutama pada kawasan ketinggian atau daerah rawan air bersih;

h. Mengembangkan sistem jaringan drainase perkotaan dan perdesaan untuk mengendalikan genangan air dan banjir;

i. mengembangkan sistem pengelolaan limbah di setiap kawasan dan mengamankan kawasan permukiman serta kawasan pesisir dari pencemaran; dan

j. mengembangkan jalur dan ruang evakuasi bencana pada wilayah yang rawan bencana.

3) Strategi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf c, terdiri atas:

a. membatasi kegiatan-kegiatan yang dapat mengganggu pelestarian lingkungan hidup;

b. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun sebagai akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah; dan

c. mengarahkan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung untuk menjaga fungsi lindung dan menjaga keberlanjutan pembangunan wilayah jangka panjang.

4) Strategi penetapan kawasan perlindungan daerah bawahannya,

setempat, ruang terbuka hijau, kawasan pelestarian alam,

(18)

LAPORAN AKHIR

lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf d,

terdiri atas:

a. menentukan batas-batas kawasan yang harus ditetapkan sebagai kawasan perlindungan daerah bawahannya, setempat, ruang terbuka hijau, kawasan pelestarian alam, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi, dan kawasan lindung lainnya;

b. mengarahkan pemanfaatan ruang pada kawasan perlindungan setempat, ruang terbuka hijau, kawasan pelestarian alam, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi, dan kawasan lindung lainnya dengan peraturan zonasi;

c. menyusun mekanisme dan peraturan pemanfaatan ruang pada kawasan perlindungan setempat, terutama pemanfaatan sempadan pantai dan sungai; dan

d. menyusun ketentuan insentif dan disinsentif, ketentuan perizinan serta sanksi terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang pada kawasan perlindungan setempat, ruang terbuka hijau, kawasan pelestarian alam, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi, dan kawasan lindung lainnya. 5) Strategi perwujudan dan peningkatan keserasian, keterpaduan

dan keterkaitan antar kegiatan budidaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf e, terdiri atas:

a. mengembangkan potensi unggulan pada pusat-pusat pertumbuhan untuk mendorong pemerataan pembangunan;

b. mengembangkan kawasan budidaya untuk mengakomodasikan kegiatan peruntukan hutan produksi, hutan rakyat, pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan, industri, energi, pariwisata serta peruntukan lainnya;

(19)

LAPORAN AKHIR

d. pengembangan dan penataan kawasan pesisir menuju perwujudan kawasan minapolitan yang berkelanjutan;

e. mengembangkan kawasan peruntukan pertanian meliputi peruntukan budidaya tanaman pangan, budidaya hortikultura diarahkan untuk menjaga ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan;

f. mendorong pengembangan kawasan budidaya melalui penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana penunjang; dan

g. mengendalikan kegiatan budidaya sesuai dengan peruntukan lahan, kemampuan lahan dan konflik pemanfaatan ruang.

6) Strategi pengembangan kawasan pariwisata dan obyek wisata yang berorientasi kearifan lokal sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf f, terdiri atas:

a. mengembangkan kawasan peruntukan pariwisata meliputi kawasan pariwisata, kawasan daya tarik wisata khusus dan kawasan daya tarik wisata;

b. mengembangkan obyek wisata yang memiliki potensi tinggi sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) terkemuka;

c. mengembangkan kepariwisataan berbasis masyarakat yang diintegrasikan dengan pengembangan pertanian pada kawasan daya tarik wisata khusus dan daya tarik wisata;

d. mempromosikan potensi wisata pada tingkat regional, nasional dan internasional; dan

e. mengembangkan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan kepariwisataan.

(20)

LAPORAN AKHIR

a. menetapkan suatu ruang kegiatan sektor unggulan tertentu sebagai kawasan strategis yang memberikan kontribusi signifikan dalam pertumbuhan ekonomi wilayah;

b. meningkatkan fungsi dan radius pelayanan pada suatu kawasan jasa dan perdagangan agar memiliki daya saing nasional dan internasional;

c. meningkatkan kualitas kawasan peruntukan permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan melalui penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman yang memadai;

d. mengembangkan kawasan peruntukan kegiatan industri diarahkan pada sentrasentra industri kreatif dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan; dan

e. mengarahkan peruntukan permukiman perkotaan dengan konsep compact city dan permukiman perdesaan diarahkan mengikuti pola mengelompok, untuk menghindari perkembangan secara sporadis dan linier;

f. memanfaatkan sumber daya pesisir dan laut melalui pemanfaatan jasa-jasa lingkungan, potensi perikanan dengan tetap menjaga kelestarian ekosistem pesisir dan pemberdayaan masyarakat; dan

g. mengembangkan kegiatan perekonomian perdesaan berbasis pertanian, industri kecil, dan pariwisata yang dilengkapi sarana dan prasarana penunjang.

8) Strategi pengembangan kawasan strategis sosial dan budaya untuk meningkatkan pertumbuhan wilayah dan kegiatan kepariwisataan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf h, terdiri atas:

a. melestarikan dan merevitalisasi kawasan atau obyek yang memiliki nilai sejarah dan menjadikan sebagai salah satu obyek wisata; dan

(21)

LAPORAN AKHIR

9) Strategi pengembangan dan pelestarian kawasan strategis kepentingan fungsi daya dukung dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf i, terdiri atas:

a. melestarikan dan merehabilitasi hutan lindung pada kawasan lindung;

b. melestarikan dan merehabilitasi kawasan hutan mangrove;

c. melestarikan dan melindungi sumber-sumber air bersih berupa mata air dan danau serta wilayah tangkapannya; dan

d. mensosialisasikan pelestarian kawasan lindung serta pengendalian pembangunan pada kawasan rawan bencana berbasis mitigasi.

10) Strategi pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan strategis kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf j, terdiri atas:

a. mengembangkan sumber daya alam yang tersedia dengan penggunaan teknologi tinggi; dan

b. pengelolaan sumber daya alam dan teknologi tinggi dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.

11) Strategi peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf k, terdiri atas:

a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan;

b. mengembangkan kawasan lindung dan kawasan budidaya tidak terbangun disekitar kawasan khusus pertahanan dan kemanan;

c. mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan sekitar kawasan khusus pertahanan dan keamanan;

d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan negara; dan

(22)

LAPORAN AKHIR

5.8.2 Strategi Pembangunan Kawasan

5.8.2.1Strategi Pembangunan Kawasan Berdasarkan RTRW

Berdasarkan hasil analisis model tersebut, dan dengan masukan pertimbangan kondisi fisik kewilayahan, potensi dan keunggulan wilayah (kesesuaian lahan dan kemampuan lahan), askesibilitas dan keterjangkauan wilayah, maka perwilayahan pembangunan di Kabupaten Wajo direncanakan terbagi ke dalam 4 (empat) Satuan Kawasan Penembangan (SKP). Dimana setiap SKP mempunyai karakteristik dan fungsi (utama dan penunjang) yang diembannya relatif berbeda, sesuai dengan tingkatan/hirarki pelayanannya (gambar 3.1). Adapun sistem perwilayahan yang terbentuk di Kabupaten Wajo, antara lain :

a. Satuan Kawasan Pengembangan (SKP1), meliputi Kecamatan

Tempe, Sabbangparu, Pammana, dan Kecamatan Tanasitolo, dengan Pusat Pengembangan Kawasan (PPK) di Kota Sengkang, yang juga berfungsi sebagai Pusat Pengembangan Wilayah di Kabupaten Wajo (PPW/ibukota kabupaten);

b. Satuan Kawasan Pengembangan (SKP2), meliputi Kecamatan

Keera, dan Kecamatan Pitumpanua, dengan pusat pengembangan di Kota Siwa (Kec. Pitumpanua);

c. Satuan Kawasan Pengembangan (SKP3), meliputi Kecamatan

Majauleng, Penrang, Sajoanging, Takkalalla dan Kecamatan Bola Solo, dengan pusat pengembangan di Kota Paria (Kecamatan Majauleng);

d. Satuan Kawasan Pengembangan (SKP4), meliputi Kecamatan

Maniangpajo, Gilireng dan Kecamatan Belawa, dengan pusat pengembangan di Anabanua (Kecamatan Maniangpajo).

5.8.2.2 Strategi Pembangunan Kawasan Berdasarkan RPKPP

(23)

LAPORAN AKHIR

Referensi

Dokumen terkait

Aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang

Dengan demikian yang dimaksud peserta didik (murid) adalah manusia yang sedang mengalami perrtumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani. Pendidikan dirancang dan

Jenis penelitian ini adalah kualitatif lapangan, dengan pendekatan emik 24 yaitu analisis sikap dan perilaku yang menekankan pada apa yang disampaikan, dipikirkan

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa dalan cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS hubungan antar warga masyarakat masih menjalin hubungan yang sangat baik untuk mencapai

Seringnya nama The Future keluar menjadi juara festival band, membuat para peserta lain jadi iri dan membully mereka.. Nggak jarang juga berseliweran tudingan

Berdasarkan angka laju pertumbuhan rata-rata pajak daerah dan retribusi daerah terhadap laju pertumbuhan rata-rata PAD pada Kabupaten Aceh Utara yang sangat tidak

Berdasarkan hal tersebut, kami Organisasi Masyarakat Sipil yang terdiri dari: JATAM, HuMa, ICEL, WALHI, PILNET dan ELSAM secara tegas menolak penambangan dan pembangunan pabrik

Baitul Maal Wattamwil (BMT) bersifat komersial berdasarkan akad perjanjian, simpan pinjam wadiah, simpan mudharabah dan penyertaan ( syirkah ) kepada masyarakat