• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRANSFORMASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL RUMAH ADAT DALAM MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TRANSFORMASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL RUMAH ADAT DALAM MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

59

ISSN 2527-9939 Vol. II No.1 Juli 2017

TRANSFORMASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL RUMAH ADAT DALAM MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP

Mansur S1) dan Sukarman Hadi Jaya Putra2) Universitas Nusa Nipa

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai kearifan lokal rumah adat di Dusun Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Metode penelitian menggunakan penelitian kualitatif, untuk mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh di lapangan. Untuk memastikan kebenaran data digunakan teknik pengumpulan data. Metode kualitatif digunakan untuk memperoleh data bersifat deskriptif. Data deskriptif berasal dari hasil observasi dan wawancara peneliti kepada masyarakat Suku Sasak Dusun Sade. Tradisi pembangunan rumah adat merupakan tradisi pembangunan yang turun-temurun dilakukan oleh masyarakat Suku Sasak yang mengandung nilai-nilai pendidikan lingkungan. Pembangunan rumah adat memanfaatkan sumber daya alam seperti, alang-alang sebagai atap bangunan dapat mereduksi sinar matahari pada siang hari dan dapat memberikan kehangatan pada malam hari. Sedangkan penggunaan anyaman bambu sebagai dinding bangunan, memberikan keuntungan terhadap masalah sirkulasi udara.

Kata kunci: Dusun Sade, Kearifan Lokal, Rumah Adat PENDAHULUAN

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (UU RI No. 32 Tahun 2009). Lingkungan sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Lingkungan dapat berubah fungsinya karena berbagai faktor, salah satunya karena adanya era global. Dampak masalah lingkungan dapat dirasakan oleh seluruh penduduk bumi dengan adanya gejala-gejala alam yang menunjukkan ketidakwajaran.

Masalah lingkungan hidup berkaitan erat dengan kearifan lokal. Hal ini dapat diketahui bahwa adanya kearifan lokal justru lebih dahulu berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan sebelum gerakan-gerakan peduli lingkungan bermunculan. Wibowo et al. (2012) mengungkapkan adanya mitos, ritual, dan

pitutur luhur yang erat kaitannya dengan alam mampu mengatur masyarakat sedemikian rupa dalam hubungan dengan lingkungan sekitar.

Kearifan lokal merupakan ciri khas suatu daerah atau wilayah tertentu yang memiliki nilai kebudayaan, berkembang dalam lingkup lokal dari generasi ke generasi berikutnya (Sartini, 2004). Kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal banyak dimiliki oleh berbagai suku di Indonesia, diantaranya masyarakat Suku

(2)

60

ISSN 2527-9939 Vol. II No.1 Juli 2017

Sasak di Dusun Sade. Sade merupakan salah satu dusun yang terdapat di Desa Rembitan, Kecamatan Pujut Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat.

Kehidupan keseharian masyarakat Suku Sasak di Dusun Sade masih sangat kental dengan tradisi masyarakat Suku Sasak tempo dulu. Masyarakat Dusun Sade lebih memilih mengabaikan modernisasi dunia luar dan meneruskan tradisi lama mereka sebagai upaya pelestarian adat (Siandra, 2011). Beberapa keluarga di dusun ini tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia melainkan menggunakan bahasa Sasak.

Mata pencaharian utama penduduk Suku Sasak di Dusun Sade adalah bertani. Jenis tanaman yang ditanam yaitu padi dan kacang kedelai dengan bantuan ternak kerbau biasa disebut Ngaro dan sapi disebut Nenggale yang digunakan untuk menggarap atau mengolah tanah. Tanaman hanya dipanen setahun sekali karena hanya tergantung pada curah hujan.

Pembangunan rumah adat Suku Sasak di Dusun Sade memanfaatkan hasil dari sumber daya alam yang dapat ditemukan dengan mudah di areal dusun setempat. Atap bangunan menggunakan bahan alang-alang yang dapat mereduksi panas sinar matahari pada siang hari dan dapat memberikan kehangatan pada malam hari. Penggunaan anyaman bambu sebagai dinding bangunan memberikan keuntungan terhadap masalah sirkulasi udara. Celah-celah pada anyaman bambu dapat dilalui udara dengan baik, sehingga pergantian udara dalam ruangan dapat berjalan secara maksimal. Lantai terbuat dari tanah liat yang dicampuri kotoran kerbau, abu jerami, dan kapur. Penggunaan kapur untuk menghilangkan bau tidak sedap pada kotoran kerbau. Campuran tanah liat, kotoran kerbau dan kapur menjadikan lantai tanah mengeras, sekeras semen. Cara membuat lantai seperti itu sudah diwarisi oleh nenek moyang mereka.

Kearifan lokal yang terdapat di Suku Sasak Dusun Sade mengandung nilai-nilai yang baik yang berisi nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai kebangsaan sehingga nilai tersebut harus dilestarikan melalui pembelajaran dalam pendidikan lingkungan informal. Pembelajaran nilai-nilai kearifan lokal melalui pendidikan informal merupakan proses internalisasi nilai yang berjalan tanpa desain dan berjalan secara spontan (Wardhani, 2013). Hasil dari pembelajaran nilai-nilai kearifan lokal melalui pendidikan informal ini pun ternyata dapat memperbaiki karakter atau perilaku manusia sehingga dapat dijadikan penguat karakter bangsa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pendekatan kualitatif, karena dengan metode kualitatif peneliti masuk objek penelitian, sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas. Melalui metode kualitatif, peneliti akan melakukan eksplorasi terhadap suatu objek. Penelitian didesain menggunakan metode survei menggunakan alat bantu instrumen lembar wawancara, metode dokumentasi dan metode observasi. wawancara digunakan untuk mengungkapkan jenis-jenis kearifan lokal Suku Sasak di Dusun Sade, dokumentasi digunakan untuk mencatat peristiwa-peristiwa yang sudah berlaku, sedangkan observasi dilakukan untuk mengadakan pengamatan secara langsung mengenai aktivitas masyarakat dalam kaitannya tentang kearifan lokal setempat.

(3)

61

ISSN 2527-9939 Vol. II No.1 Juli 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut masyarakat Suku Sasak Dusun Sade, rumah merupakan alam mikrokosmos sehingga dalam pendirian sebuah rumah, tempat kegiatan ibadah, ritual adat keagamaan, serta tempat berlindung dari hawa panas dan dingin. Oleh karena itu dalam setiap pendirian rumah dijumpai berbagai persyaratan dan pantangan seperti Roah (selamatan). Tradisi Roah menghuni rumah baru disebut

Roah Tangun Bale. Sebelum acara tahlil dan doa yang dipimpin oleh kyai, terlebih dahulu akan ditaburkan moto siung sekitar rumah, yang terbuat dari bahan pangan seperti beras, gula merah dan kelapa, dan sisa dari penaburan moto suing

tersebut kemudian dimakan bersama-sama. Pantangan ini harus ditaati dan dipatuhi, agar pemilik rumah terhindar dari berbagai bala’ (Selake, 2011).

Hasil survei mengenai tradisi pembangunan rumah adat dengan masyarakat Dusun Sade disajikan pada Tabel 1.

Sumber Data Informasi

W

aw

anc

ara

Kepala Desa Pembangunan rumah adat merupakan pemanfaatan sumber daya alam yang berada di sekitar Dusun Sade. Tokoh

Masyarakat

Pembangunan rumah adat di Dusun Sade dengan cara memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di sekitar.

Masyarakat Suku Sasak

Pembangunan rumah adat nu membangun bale saq tesediaan bahan siq alam terus ite manfaatan

Observasi Tradisi-tadisi yang ada di Suku Sasak Dusun Sade merupakan adat istiadat yang dilakukan secara turun-temurun dari generasi ke generasi sampai sekarang Dokumentasi Terdapat beberapa foto tentang masyarakat suku sasak

sedang memanfaatkan sumber daya alam sebagai bahan pemabngunan rumah adat.

Interpretasi Data : Tradisi pembangunan rumah adat yang turun-temurun dilakukan oleh masyarakat Suku Sasak mengandung nilai-nilai pendidikan lingkungan ditinjau dari masyarakat menggunakan sumber daya alam seperti, pemanfaatan sumber daya alam yang ada di sekitar Dusun Sade seperti alang-alang sebagai atap bangunan dapat mereduksi sinar matahari pada siang hari dan dapat memberikan kehangatan pada malam hari. Sedangkan penggunaan anyaman bambu sebagai dinding bangunan, memberikan keuntungan terhadap masalah sirkulasi udara.

Sumber: Masyarat Suku Sasak Dusun Sade, 2015

Rumah adat Suku Sasak di Dusun Sade secara spesifik bangunannya terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut.

1) Langan Dalem (bagian dalam) terdiri dari, Dalem Bale (dalam rumah) tempat tidur dan memasak, Bale Dalam (rumah dalam) tempat melahirkan.

(4)

62

ISSN 2527-9939 Vol. II No.1 Juli 2017

2) Langan Luah (bagian luar), terdiri dari, Sesangkok Kawan (ruang tamu bagian kanan) tempat menerima tamu, Sesangkok Kiri (ruang tamu bagian kiri) tempat untuk kaum ibu. Gambar bagian dalam dan bagian luar rumah disajikan pada Gambar 1.

(a) (b)

Gambar 1. Bagian-bagian Rumah Adat. (a) Bagian Dalam. (b) Bagian Luar (Sumber: Dok. Pribadi, 2015)

Rumah adat Suku Sasak mempunyai beberapa bagaian yaitu, bagian dalam dan bagian luar rumah, pada bagian dalam rumah digunakan sebagai tempat tidur memasak, dan tempat untuk melahirkan untuk ibu-ibu, sedangkan bagian luar rumah digunakan untuk menerima tamu.

Bale gunung rute mempunyai tiga anak tangga (Undaq-undaq) dan memiliki tiga buah pintu (Lawang) yakni Lawang Sangkoq (pintu ruang tamu),

lawang dalem (pintu dalam) dan Lawang Bale Dalem (pintu rumah dalam) bentuk lawang bale Gunung Rute atau Bale Tani adalah berbentuk Lawang Pelung dan lebih rendah, ini dimaksudkan bahwa setiap keluar masuk rumah maka kita akan menunduk atau sebagai salam atau hormat. Tardisi rumah adat menggunakan tiga anak tangga disajikan pada Gambar 2.

(5)

63

ISSN 2527-9939 Vol. II No.1 Juli 2017

Keyakinan masyarakat Suku Sasak di Dusun Sade di masa lalunya merupakan penganut watu telu (waktu tiga) namun dari dampak dari program pemerintah dalam hal ini Departemen Agama, masyarakat Suku Sasak di Dusun Sade dikembalikan pada pelaksanaan wetu lime (waktu lima) Komunitas wetu telu

(tiga waktu) tersebar di beberapa wilayah di Pulau Lombok secara tidak merata. Di wilayah Lombok Barat tersebar di Kecamatan Narmada, Pagutan dan Ampenan. Wilayah utara terdapat di Kecamatan Tanjung, Pemenang dan Bayan. di Lombok Tengah, tersebar di Desa Rembitan, Pujut, dan Pengadang. Sedangkan di Lombok Timur, terdapat di daerah Sapit, Pengadangan, Sembalun dan Obel-obel (Fadly, 2008).

Pembangunan rumah adat di Dusun Sade, Masyarakat memanfaatkan sumber daya alam sebagai bahan bahan bangunan. Bahan dari sumber daya alam dapat ditemukan dengan mudah di tempat sekitar. Sumber daya alam diciptakan untuk dimanfaatkan manusia, tetapi dalam pemanfaatannya ada aturan mainnya, ada batasan agar keseimbangan alam tetap terjaga (Siombo, 2011). Pemanfaatan lingkungan hutan yang arif akan menghasilkan suatu keseimbangan alam yang memberikan nilai manfaat, kedamaian, kesejahteraan, dan ketenangan bagi kehidupan penduduknya.

Pemanfaatan sumber daya alam sebagai bahan bangunan yang digunakan oleh masyarakat seperti alang-alang dan bambu sebagai bahan bangunakan, jika pemanfaatan sudah dilakukan maka masyarakat diwajibkan menanam kembali sumber daya alam tersebut supaya tidak habis, lingkungan akan tetap setabil dan kelihatan lestari. Apabila ketersediaan sumber daya alam sebagai bahan bangunan tidak bisa mencukupi, masyarakat di dusun ini akan mencari bahan bangunan tersebut ke tempat lain. Kelestarian hutan di Dusun Sade ini masih bisa terjaga, karena pada saat sumber daya alam yang digunakan sudah habis masyarakat akan menanam kembali pada lahan masing-masing. Rumah adat di Dusun Sade ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Rumah Adat Suku Sasak di Dusun Sade Lombok Tengah (Sumber: Dok. Pribadi, 2015)

Pembangunan rumah sangat dipengaruhi oleh budaya dan iklim, makna simbolik pada pembangunan memiliki nilai filosofi yang tinggi dan merupakan pencerminan dunia kosmik dalam perwujudan jagad besar dan jagad kecil. Zulfikri dan Sukawi (2010) menjelaskan Rumah dapat menunjukkan asal usul

(6)

64

ISSN 2527-9939 Vol. II No.1 Juli 2017

nenek moyang mereka, kedudukan maupun status sosialnya. Pembangunan rumah adat Suku Sasak di Dusun Sade sangat dipengaruhi oleh adat dan budaya, dimana adat dan budaya akan membangun keberadaan dan masyarakat setempat terhadap nenek moyang dan leluhurnya.

Selain memanfaatkan sumber daya alam sebagai bangunan rumah adat, masyarakat Dusun Sade memanfaatkan sebagai rumah Lumbung secara umum berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan hasil pertanian. Bahan yang digunakan pada pembangunan rumah Lumbung tidak jauh beda dengan bahan yang digunakan untuk pembangunan rumah adat seperti, alang-alang, bambu, dan kayu disajikan pada Gambar 4.

(a) (b)

Gambar 4. Rumah Adat Lumbung. (a) Rumah Lumbung. (b) Proses Pembangunan Rumah Lumbung (Sumber: Profil Dusun Wisata Sade, 2010)

Pembangunan rumah lumbung harus mengikuti syarat-syarat ritual. Ritual dimaksudkan agar rumah Lumbung sebagai tempat persediaan pangan tidak diganggu oleh mahluk halus, persediaan pangan menjadi lebih irit karena pengambilan bahan pangan mempunyai waktu tertentu serta tidak bisa diganggu oleh pemangsa karena rumah lumbung mempunyai tiang yang tinggi dan mempunyai penyangga pada tiang yang disebut jelepeng untuk menghalangi pemangsa bahan pangan.

Nilai-nilai pendidikan kearifan lokal yang ditemukan pada pembangunan rumah adat adalah yaitu memanfaatkan sumber daya alam sebagai bahan bangunan seperti atap bangunan menggunakan bahan alang-alang yang dapat mereduksi sinar matahari pada siang hari dan dapat memberikan kehangatan pada malam hari. Penggunaan anyaman bambu sebagai dinding bangunan memberikan keuntungan terhadap masalah sirkulasi udara. Celah-celah pada anyaman bambu dapat dilalui udara dengan baik, sehingga pergantian udara dalam ruangan dapat berjalan secara maksimal.

SIMPULAN

Tradisi pembangunan rumah adat merupakan tradisi pembangunan yang turun-temurun dilakukan oleh masyarakat Suku Sasak yang mengandung nilai-nilai pendidikan lingkungan. Pembangunan rumah adat memanfaatkan sumber daya alam seperti, alang-alang sebagai atap bangunan dapat mereduksi sinar

(7)

65

ISSN 2527-9939 Vol. II No.1 Juli 2017

matahari pada siang hari dan dapat memberikan kehangatan pada malam hari. Sedangkan penggunaan anyaman bambu sebagai dinding bangunan, memberikan keuntungan terhadap masalah sirkulasi udara.

.

DAFTAR PUSTAKA

Fadly, A.M. 2008. Islam Lokal: Akulturasi Islam di Bumi Sasak. Mataram: STAIIQH Press.

Sartini, 2004. Menggali kearifan Lokal Nusantara sebuah Kajian Filsafat. Jurnal Filsafat, 37(2): 111-120.

Selake, K. 2011. Mengenal Budaya dan Adat Istiadat Komunitas Suku Sasak di Desa Tradisional Sade. Mataram: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Siandra, M. 2011. Perancangan Buku Esai Foto Kehidupan Pengrajin Tenun Desa Sade, Lombok. Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Siombo, M.R. 2011. Kearifan Lokal dalam Perspektif Hukum Lingkungan. Jurnal Hukum, 3(18): 428-443.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Diperbanyak oleh Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Wardhani, N.W. 2013. Pembelajaran Nilai-nilai Kearifan Lokal sebagai Penguat Karakter Bangsa melalui Pendidikan Informal. Bandung: Jurnal Penelitian Pendidikan, 14(1): 1412-565.

Wibowo, H.A., Wasino., dan Setyowati, D. L. 2012. Kearifan Lokal dalam Menjaga Lingkungan Hidup (studi Kasus masyarakat di desa colo kecamatan dawe kabupaten Kudus). Universitas Negeri Semarang:

Jurnal of Education Social Studies, 1(1): 2252-6390.

Zulfikri dan Sukawi. 2010. Adaptasi Arsitektur Sasak Terhadap Kondisi Iklim Lingkungan Tropis (studi kasus di Desa Adat Sade Lombok). Universitas Diponegoro: Berkala Teknik, 1(6): 339-346.

Gambar

Gambar 1. Bagian-bagian Rumah Adat. (a) Bagian Dalam. (b) Bagian Luar (Sumber: Dok.  Pribadi, 2015)
Gambar 3. Rumah Adat Suku Sasak di Dusun Sade Lombok Tengah (Sumber: Dok. Pribadi,  2015)
Gambar 4. Rumah Adat Lumbung. (a) Rumah Lumbung. (b) Proses Pembangunan Rumah

Referensi

Dokumen terkait

Produk hasil revisi merupakan pengambangan dan perbaikan berdasarkan validasi ahli (Trianto, 2004). Media pembelajaran smart powerpoint yang dikembangkan ini memiliki

Bersama ini kami sampaikan bahwa berdasarkan hasil penelitian administrasi bakal calon anggota PPK Kecamatan Koto Balingka diumumkan nama-nama yang memenuhi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi perusahaan di Indonesia dalam usaha meningkatkan profitabilitas serta hasil penelitian ini diharapkan dapat

Hasil estimasi menunjukkan bahwa PDRB Perkapita dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah di Provinsi Jambi tahun 2000-2014.Hasil uji

Tujuan dan signifikansi : Kegiatan penanganan pasca panen simplisia ini dimaksudkan untuk menghasilkan SOP pasca panen simplisia dari pegagan dan kumis kucing untuk

(a) The amount of the GEF Trust Fund Grant may be withdrawn from the GEF Trust Fund Grant Account in accordance with the provisions of Schedule l to this Agreement for

Pada ayat tersebut dijelaskan tentang suatu Negara yang mempercayakan administrasi pemerintahannya kepada seorang pemimpin. Setiap orang muslim mempunyai hak ikut dalam

Awalnya, Workshop akan dibuat untuk mengenalkan dasar-dasar pembuatan videografi pada adik-adik tersebut, lalu sebagai bentuk praktik, mereka juga akan