• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan kualitas hidup penderita rinitis alergi paska imunoterapi spesifik (Penelitian Pendahuluan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan kualitas hidup penderita rinitis alergi paska imunoterapi spesifik (Penelitian Pendahuluan)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

Rinitis alergi (RA) adalah proses inflamasi pada

mukosa

hidung

yang

diperantarai

oleh

IgE, ditandai oleh gejala hidung tersumbat beringus,

dan

bersin-bersin,

setelah

adanya

paparan alergen pada mukosa hidung.l-3

Rinitis

Alergi

merupakan

salah satu penyakit

kronis

yang merupakan penyakit hipersensitif dari membran

mukosa

hidung.'''

RA

merupakan masalah

T. Husni, Peningkatan kualitas hidup

Peningkatan

kualitas hidup penderita

rinitis

alergi

paska

imunoterapi spesifik

(Penelitian Pendahuluan)

Teuku Husni T.R

Abstrak. Masalah utama penderita rinitis alergi (RA) adalah gangguan kualitas hidup. Saat ini belum banyak penelitian manfaat Imunoterapi Spesifik (ITS) bagi kualitas hidup. Tujuan penelitian menilai perubahan kualitas hiciup setelah menjalani ITS selama 3 bulan, 6 butan dan 12 bulan dibanding kondisi sebelumnya. Dilakukan studi retrospektif pra dan paska ITS pada 15 orang penderita RA yang memenuhi kriteria subjek, dengan

ganguan kualitas hidup selama 12 bulan. Diagnosis RA berdasarkan anamnesa, tes kulit cungkit, total skor gejala hidung (SGH) menurut Okuda dan penilaian kualitas hidup menurut kuesioner semikuantitatip

ARIA-WHO 2001. Hasil menunjukkan terdapat perbaikan total SGH sangat bermakna (p<0.001) setelah 3 bulan dibandingkan pra ITS. Setelah 6 bulan, temyata tidak menunjukkan perbaikan bermakna dibanding 3 bulan ITS

(p:0.477). Namun setelah 12 bulan, total SGH menunjukkan perbedaan bermakna dibanding 3 bulan ITS (p:0.019). Derajat kualitas hidup menunjukkan peningkatan sangat bermakna (p<0.001) baik setelah 3 bulan, 6 bulan maupun l2 butan dibanding pra ITS, walaupun interval penyuntikan telah berlangsung 2 bulan sekali dan

pemakaian obat antihistamin (AH-l) menunjukkan penurunan sangat bermakna (p<0.002). Tiriak terdapat perubahan kualitas hidup baik 6 bulan maupun l2 bulan dibanding 3 bulan pra ITS. Kesimpulan : Imunoterapi

Spesifik alergen debu rumah dan tungau pada subjek RA, terutama

3

bulan pertama, telah mampu meningkatkan derajat kualitas hidup serta menurunkan total skor gejala hidung secara sangat bermakna. (./KS 2048; L7-12)

Kata kunci : Rinitis alergi, imunoterapi spesifik, kualitas hidup

Abstract. The main problem in allergic rhinitis sufferers is the quality of life (QOL). Until today there is only a

few studies that focuses on the benefits of specific immunotherapy (SIT) to quality of life improvement. This study is intended to evaluate the QOL changes after 3, 6

ud

12 month of SIT compared to the previous condition. A-retrospective study is conducted on pre and post SIT to 15 allergic rhinitis patients who meet the subject criteria, with QOL disturbance is along the period of 12 months. Allergic rhinitis diagnosis is based on medical history, skin prick test, Okuda's total nasal score system (TNSS) and QOL disturbance according to the

ARIA-WHO 2001-semiquantitative questionnaire. Study result shows a significant improvement of the 1NSS (p<0.001) after undergoing 3 month therapy compared to pre SIT condition. A six month therapy doesn't show significant changes compared to the 3 month SIT (p=0.477), but after 12 month therapy there is a significant improvement compared to 3 month SIT (p<0.019). Quality of life had improved significantly after 3, 6 or 12 month therapy compared to pre SIT condition, even though with the 2 month injection interval and the usage of

antihistamine (AH-l), it still shows a significant improvement (p<0.002). There were no QOL changes at 6 and

12 month therapy compared to the 3 month post SIT. Conclusion: Specific Immunotherapy using house dust and

mite at allergic rhinitis subjects especially in the first 3 month has proven to improve the subject's QOL condition and to decrease the total nasal score significantly. QKS 2008; 1:7-12)

Keywords: Allergic rhinitis, specific immunotherapy, qualrty of life

kesehatan dunia, karena penyakit

ini

mengenai 10-25% populasi

di

seluruh dunia dan dekade

terakhir

ini

prevalensi

rinitis

alergi

semakin

meningkat.

Insiden

RA

di

Amerika

Utara

diperkirakan

antara

l0%

sampai

20%

dari

jumlah

penduduk sedangkan

di

Eropa Utara

berkisar

lo%-lsyo.4t

Di

Indonesia belum ada laporan mengenai angka pasti insiden penyakit

RA.

Di

Bandung prevalensi

RA

didapatkan cukup tinggi 5,8Zo.e

Pada saat ini kelompokke4aAllergi Rhinitis and

Its

Impact

on

Asthma (ARIA-WHO

2001)

Teuku Husni T.R adalah Dosen Bagian Kesehatan THT-KL FK UnsyiaWRSUD dr. Zainal Abidin

(2)

membuat kiasifikasi

RA

berdasarkan gangguan kualitas hidup menjadi ringan (mild) dan sedang-berat (moderate-severe), dan berdasarkan waktu

dibagi

menjadi sewaktu (intermittent)

dan

menetap

(persistent).

Masalah

yang

sering menggangu penderita

RA

adalah

penurunan konsentrasi, produktif,rtas

kerja dan

kelelahan,

sehingga

menyebabkan

penurunan

kualitas

hidup.l'6

Kualitas

hidup

adalah suatu konsep yang meliputi penilaian permasalahan

fisik

dan

psikis yang berdampak pada kehidupan sosial penderita

RA.r

RA

menyebabkan suatu kondisi pada pasien yang mempengaruhi kualitas hidup, seperti terganggunya aktivitas hidup sehari-hari, gangguan konsentrasi, gangguan tidur, masalah-masalah praktis, terbatasnya interaksi sosial serta

pengaruh

emosi.l

RA juga

mempunyai

komorbiditaslkomplikasi

antara

lain

asthma,

sinusitis,

otitis

media,

polip

hidung,

infeksi saluran nafas berulang

dan

bahkan maloklusi

gigi.r

Strategi pengobatan

RA

yang dianut saat

ini

meliputi

penghindaran

alergi,

terapi medikamentosq

-

dan

imunoterapi

alergen.l Imunoterapi alergen spesifik

(ITS)

merupakan suatu tindakan pemberian (penyuntikan) alergen spesifik yang berulang dengan dosis meningkat secara bertahap kepada pasien-pasien dengan

gejala hipersensitivitas

tipe

I

yang

bertujuan

memberikan perlindungan terhadap timbulnya gejala alergi dan reaksi inflamasi akibat paparan

allergen.2 Pada dekade terakhir

di

Eropa dan

Amerika Utara ada kecenderungan untuk menilai pengaruh

RA

pada kualitas hidup

penderita,

bahkan

telah

dilakukan penelitian

mengenai

pengaruh

RA

terhadap

kualitas

hidup

yang dipelopori oleh Jean Bosquet

dkk.

Sebagai alat

ukur

untuk menilai

pengaruh

RA

terhadap kualitas hidup digunakan kuesioner SF-36 dan

kuesioner khusus lainnya.l Tetapi

di

Indonesia sampai saat

ini

pengaruh

RA

terhadap kualitas hidup penderita belum banyak diteliti. Gangguan

kualitas

hidup

dapat

dinilai

dengan menilai gangguan

fisilg

emosi, produktivitas kerja, dan

fungsi

sosial.

Saat

ini

hasil

penelitian menunjukkan bahwa

makin

tinggi

skor

gejala

hidung, semakin menurun derajat

kualitas

hidup.l Dalam tulisan

ini

yang

merupakan

laporan

penelitian

pendahuluan

akan

dikemukakan pengaruh

ITS

allergen

pada

penderita

RA

yang telah menjalani selama satu 8

tahun. Indikator penilaian menggunakan tingkat

derajat kualitas

hidup

memakai

k-uesioner

semikuantitatip menurut

WHO

dan

total

skor gejala hidung menurut Okuda.

Tujuan

penelitian

Tujuan penelitian

ini

adalah untuk mengetahui pengaruh ITS pada penderita RA yang menjalani

imunoterapi selama

satu tahun

di

poliklinik Alergi

THT-KL

RSHS Bandung periode Januari

2003 sampai Agustus 2004, dengan mengukur

total

skor

gejala hidung,

menilai

peningkatan derajat kualitas hidup penderita, dan menentukan kuantitas pemakaian obat antih istamin (AH- I ).

Subjek dan metode

Subjek penelitian

ini

adalah penderita RA yang

datang

ke

Poliklinik Alergi THT-KL

RSHS Bandung periode Januari 2003 sampai Agustus

2004

yang

memenuhi

kriteria

inklusi

dan eksklusi.

Kriteria inklusi :

Menjalani ITS secara teratur menurut jadwal selama 12 bulan atau lebih.

-

Tingkat RA pra ITS : Sedang-berat sewaktu-waktu dan sedang-berat menetap.

-

Tidak menderita komplikasi sinusitis, septum

deviasi

tipe

sedang-berat, konka hiperhofi, polip, asma, dan urtikaria.

Kriteria eksklusi :

-

Catatan medis tidak lengkap

-

Menjalani

imunoterapi

satu tahun

secara sangat tidak teratur.

Penelitian ini bersifat retrospektif observasi pada pasien

RA

yang telah menjalani ITS selama 12

bulan.

Untuk

subjek

yang

memenuhi kriteria

dilakukan penilaian dengan mengunakan skor gejala hidung menurut Okuda (total nasal score system)

dan

tingkat

gangguan kualitas hidup

menurut kuesioner semikuantitatif

WHO

pada

saat pertama kali menjalani ITS, pada 3 bulan, 6

bulan,

dan

12

bulan. Selain

itu

dilakukan penghitungan kuantitas pemakaian obat

AH-I.

Jumlah subjek ditentukan oleh waktu penelitian. Analisa data

Dilakukan dengan program computer SPSS-PC

versi 12.

Uji

statistik yang digunakan adalah

uji

Chi Square dan Friedman non parametric.

(3)

3-Hasil dan pembahasan

Subjek penelitian

yang

sesuai

kriteria

subjek

adalah

15

orang, dimana karakteristik subjek pada penelitian

ini

dapat dilihat pada tabel

I

di bawah ini. Subjek penelitian terbanyak pada usia

produktif antara 21-50 tahun adalah 73Vo.

Rata-rata usia subjek

penelitian adalah

32

tahun, dengan rentang usia 10 sampai50 tahun.

Tabel

1. Karakteristik

subjek penelitian

No

Karakteristik

Jumlah

o/o

T. Husni, Kualitas hidup

Tabel

2.

Perubahan

total

skor gejala hidung

(total nasal score system ) pra dan ka

ITS

Pengamatan dalam bulan

Total Skor

GejalaHidung03612

13

57

JJ

42

2--l

-3

26

l3

a

102

0 1 2 3 4 5+

Median522l

Rentang

2-8

0-7

-0-

4

0-3

(a)

(b) (b")

(c) (F=27,5;p<0.001 Perbandingan TSGH bln 0 ><

bln3

: p<0.001 bln3 ><

bln6

: p=0.477 bln3 >< bln12 : P=0.019 bln0 >< bln12 : p<0.001

Ket

;

tF

= Uji chi kuadrat Friedman

Perbaikan

kualitas

hidup

setelah

pemberian imunoterapi terlihat pada tabel 3, dimana terlihat

peningkatan

kualitas

hidup

secara

sangat

bermakna (p<0.001)

baik

setelah

3

bularu 6

bulan maupun

12 bulan

dibanding

pra

ITS. Tidak terdapat adanya perubahan kualitas hidup baik 6 bulan maupun 12 bulan dibanding 3 bulan

paska

ITS.

Hal

ini

menunjukkan

bahwa

gangguan

kualitas

hidup

penderita

RA

menghilang setelah

menjalani

ITS

selama 3

bulan.

I Jenis

Laki-laki Kelamin Perempuan

ll

26,67 73,33 Jumlah l5 100

,

Umur

-

(tahun)

tt

-20

2l -30

3l

-40

41-50

26,67 6,67 40 26,67 4 1 6 4 Rata-rata

(SD)

:

13.3 (11.a) Median Rentang :32.1

:11-50

Selanjutnya penurunan

total

gejala

hidung setelah dilakukan imunoterapi selama 12 bulan

terlihat pada

tabel

2.

Pada

penelitian

ini

didapatkan penurunan sangat bermakna pada

total

skor gejala hidung setelah dilakukan ITS

selama

12

bulan

(p<0.001).

Demikian

juga halnya setelah dilakukan

ITS

selama

3

bulan,

tetapi

setelah

6

bulan

penurunannya hanya

bermana

(p:0.477).

Penurunan

skor

gejala

hidung

total dari

3

bulan dibanding 12 bulan

menjalani

ITS juga

hanya

bermakna

saja (p:0.019).

Tabel3. Gangsuan kualitas hidup pra dan paska

ITS

Pengamatan dalam bulan

Gangguan Kualitas Hidup

t2

Positif Negatif 0 15 1 14 J 12

l5

0

=

44,6

:

p<0.001

Perbandingan Gangguan Kualitas Hidup : bln

0

><

bln3 :

p<0.001 bln

0

><

bln6 :

p<0.001

bln0

>< bln12:p<0.001 bln

3

>< bln

3

>< bln

6

><

bln

6 :

p:0.598

bln

12:p:0.224

bln 12 :

p:

1.0 i

i'

(4)

t-Berkaitan dengan jumlah pemakaian obat AH-1,

dari

hasil penelitian didapatkan bahwa dengan

menjalani

ITS,

kuantitas

pemakaian

obat

menurun secara bermakna

(p:0.002).

Secara

rata-ratajuga terlihat pada tabel 4

di

bawah ini,

Tabel4. Pemakaian obat AH-1

terjadi penlirunan kuantitas pemakaian obat

AH-i

sebesar 54,56 oh setelah 3-6 bulan dan 45,8 o/o

setelah 6-12 bulan.

Hal

ini

berarti rvalau sudah

menjalani

ITS,

obat

AH-l

masih

perlu dikonsumsi sewaktu-waktu walaupun jarang.

Waktu Pengamatan

Pemakaian Obat 0-3 bulan ITS 3-6 bulan ITS 6-12 bulan ITS Rata-rata (SD) Median Rentang 75,7 (36,2) 75 30-120 41,3 (20,6) 40 l0-90 34,7 (26,2) 30 0-70

:12,333

:

p:0.002

Perbandingan Jurnlah Pemakaian Obat 0-3 bulan

><

3-6

bln

:

p = 0.002 3-6 bulan >< 6-12 blm

: p:

0.349 0-3 bulan

><

6-12

bln

:

p :0,004

Imunoterapi spesifik

ITS

merupakan intervensi pengobatan berupa

tindakan pemberian

atau

penyuntikan alergen yang berulang dengan dosis meningkat bertahap

pada pasien

yang

menujukkan

tanda

alergi dengan

tujuan

memberi perlindungan terhadap

timbulnya gejala

alerg! dan

reaksi

inflamasi akibat paparan alergen.z''

Imunoterapi dilakukan

pertarha

kali

dengan

menyuntikkan ekstrak

pollen

secara subkutan

kepada penderita

yang

hipersensitif, sebelum waktu musim pollen

tib4

untuk melindungi dari

gejala hay

fever.

Pada awalnya

tTS

tidak

berkembang dan ditinggalkan mengingat adanya

reaksi sistemik

yang

ditimbulkannya

dapat

membahayakan

pasien.

Pada

tahun l92l

kemudian berkembang kembali hingga saat ini

dengan

ditemukannya

banyak alergen

baru,

dimana alergen utama ditentukan berdasarkan letak geografi suatu daerah, dan cara teknik baru pengaturan dosis.s

Jenis

ITS

antara

lain ITS

konvensional, rush immunotherapy based

on

SET, Skin Endpoint

Titration

immunotherapy,

dan

imunoterapi sublingual. Cara penyuntikan

ITS

konvensional

secara

subkutan

dapat

diikuti

edema

lokal sampai hematoma. Pada dosis peningkatan ITS

10

metode konvensional dilaporkan

terjadi

reaksi

sistemik

mulai dari

meningkatnya gejala RA,

urtikaria

serangan

asm4

sampai

reaksi

anafilaktik,

pemah dilaporkan adanya kematian walaupun sangat kecil.

Imunoterapi spesifik, menurut banyak peneliti telah berhasil menurunkan gejala RA, akumulasi eosinofil, dan menekan fungsi sel pro inflamatori

lainnya.T'e

Pengobatan memerlukan kesabaran

dan kepatuhan karena memakan waktu cukup

lama

3-5

tahun, serta harus

dilakukan

penyuntikan perio_dik berulang dengan biaya yang cukup mahal.'

Penilaian

efektifitas

imunoterapi dapat secara

klinis

dengan menilai

total

skor

gejala hidung

(total

nasql score

system)

dan

kuantitas

pemakaian

obat. Selain

itu

secara

objektif

dengan

pemeriksaan

rinoskopi,

sitologi, pengukuran IgE in vitro, mediator anti inflamasi

dan

rinomanometri.6'8

Hasil

penelitian

didapatkan

bahwa

imunoterapi

dapat menurunkan tingkat gejala sebanyak 2,7

kali

dan penurunan pemakaian obat sebanyak 4,2kali.z

Kualitas hidup penderita

Kualitas

hidup

(Quality

of

Lfe)

adalah

konsep tentang

satu

kumpulan

aspek

suatu

fisik,

(5)

psikologik, sosial dan fungsional pada kehidupan

orang sehat atau sakit.5'10 Faktor-faktor yang

dapat

mempengaruhi

kualitas

hidup

adalah

falctor

keuangan/ekonomi,

kerohaniau

dan

kesehatan.

Di

antara faktor-faktor tersebut maka komponen kesehatan ditentukan terutama oleh kesehatan

pribadi dan

dapat dipengaruhi oleh intervensi klinik.6

Kuaiitas hidup pada dasarnya bersifat subjektif

dan

multidirnensionai.

Subjektif

karena pengukuran yang terbaik adalah dilakukan oleh

si

penderita, berarti berasal dari sudut pandang

penderita.

Bersifat

multidimensional

karena

kualitas

hidup

membutuhkan

informasi mengenai sebagian kehidupan penderita seperti keadaan

fisih

kemampuan fungsional, keadaan

emosional dan juga sosial.ll Kualitas hidup juga bersifat dinamis, hal itu disebabkan sering terjadi perubahan dalam perjalanan waktu dan situasi."

Kualitas hidup

menunjukan perbedaan atau

selisih antara

status

fungsional

dan

standar/ukuran ideal seseorang. Status fu ngsional

adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas

rutin

sehari-hari

dalam

hal

menjaga

diri,

mobilitas,

aktifitas

fisik

dan

kegiatan

yang berhubungan dengan kerja dan keluarga.ll Atau

kualitas

hidup

dapat

diartikan

sebagai

perbedaan/gap

antara

status/keadaan aktual

seseorang dan standar idealnya.ll

RA

yang menahun mengakibatkan keterbatasan yang bervariasi pada aspek fisilq psikologik dan

sosial

dari

kehidupan penderita,

seria

mempengaruhi

fungsi

kerjanya.5

RA

juga

menyebabkan

pembatasan

kemampuan

melakukan

aktivitas

sehari-hari,

gangguan

konsenhasi,

gejala

sakit

kepala

yang mengganggu, masalah praktis seperti membawa

sapu tangan

atau

tissue,

gangguan tidur,

terbatasnya

interaksi

sosial serta

pengaruh negatif pada kondisi emosional.l

Penatalaksanaan penyakit pada umumnya ada

tiga

tujuan

dasar

yaitu

mencegah mortalitas, mengurangi morbiditas dan untuk meningkatkan kesehatan penderita. Untuk penyakit RA, sebagai

penyakit kronis, tentunya yang menjadi tujuan utama terapi adalah peningkatan kesehatan atau

meningkatkan kualitas hidup penderita.s

Klinisi

biasanya menggunakan suatu batasan ukuran untuk menilai status

klinis

dari hidung,

seperti

beratnya

gejala nasal,

sitologi,

T. Husni, Kualitas hidup

rinomanometri

dan

hiperreaktifitas

nasal.6'12

Namun meskipun ukuran

di

atas penting untuk

penentuan

efektifitas

pengobatan,

pengaruh penyakit

RA

pada kehidupan sehari-hari jarang

dinilai.12

Untuk

menentukan tingkat gangguan

fungsi

sehari-hari

pada

penderita

rinitis

dan

apakah pengobatan mengakibatkan perbaikan

pada

penderita,

maka kualitas hidup

perlu dinilai.6

Gangguan kualitas

hidup

dapat

dinilai

dengan

menilai

gangguan

fisik,

emosi,

produktivitas kerja, dan fungsi sosial. Saat

ini

hasil penelitian menunjukkan bahwa

makin

tinggi

skor gejala

hidung, semakin menurun derajat

kualitas hidup.l

Kesimpulan

lmunoterapi

spesifik

pada

pengobatan rinitis alergi yang dijalankan sesuai

jadrval

terbukti

dapat

menurunkan

gejala

RA

secara sangat bermakna. Selain

itu

imunoterapi spesifik juga dapat meningkatkan kualitas hidup penderita RA

dan menurunkan kuantitas pemakaian obat AH-1

secara sangat bermakna.

Daftar

pustaka

1.

Bosquet J, Van Cauwenberger, Khaltev N, et al. WHO Initiative Allergic Rhinitis and its Impact on Astmah

(ARIA). Suppl

J

Allergy

Clin

Immunol 2001;108:S 147-5270.

2.

Li

JT, Lockey RF, Bernstein

IL,

et al. Allergen Immunotherapy : a practice parameter. Ann Allergy Asthma Immunol 2003; 90: 1-40.

3.

Dykewicz MS, Skoner DP, Nicklas R" et al. Diagnosis and management of Rhinitis: Complete Guidelines of the Join Task Force on practice parameter. Ann Allergy Asthma Immunol 1998; 81 :478-518.

4.

Groves

J.

Nasal Allergy

In : A

Synopsis of

Otolaryngology. Ed. Groves J, et al. Bristlol Wrigh;

1985:23 1-5.

5.

Bosquet J. Assessment of qualiy of life patient with Perineal Allergy Rhinitis with the French versions of the SF-36 Health Status Questionaire. J Allergy Clin Immunol 1994; 94:182-8.

6.

Juniper EF. Measuring Health related Quality of Life

in Rhinitis. J Allergy Clin Immunol 1997;99:742-9.

7.

Creticos PS. The considerations of immunotherapy in the treatment of allergic asthma. Early life influences and interventions in asthma. J Allergy Clin Immunol

2000;1 05:S559-70.

8.

White

M.

Mediators

of

inflamation

and

the inflammatory process. J Allergy CIin Immunol 1999; 103:5378-81.

(6)

9,

Sheldon

S.

Ideal Pharmacotherapy

for

Allergic

Rhinitis : Patogenesis in Allergic Minitis. J Allergy Clin Immunol 1999;103:S378-8 l.

10. Helena JK. QOL In Allergic Patient In: Allergic &

Immunology an Otolarynggic Aproach Ed. John H. Krouse, 2002:385-92.

11. D'Antonio LL. Quality of Life and Functional Status

Measures in Patient with Head and Neck Cancer.

Arch

Otolaryngol

Head

and Neck

Surgery 1996;122:482-7.

12. Juniper EF, Guyatt GH, Dolovich J. Assessment of

quality

of life in

adolescents

with

allergic rhinoconjunctivitis : Developmnent and testing oi a

questionnaire

for

clinical trials.

J

Allergy Clin Immunol 199 4;93 :413-23.

Gambar

Tabel  2.  Perubahan  total  skor  gejala hidung

Referensi

Dokumen terkait

Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara

sebagai penyubur tanah dan vegetasi disekitar site. 3) Penerapan konsep earth friendly berdasarkan pada prinsip-prinsip arsitektur hijau yang dibagi menjadi 2 bagian

Berdasarkan hasil uji anova ditemukan tidak ada perbedaan yang bermakna rerata kadar asam laktat pada kelima kelompok perlakuan setelah intervensi (p&gt;0,05)..

Pertumbuhan dana perimbangan Kabupaten Kepulauan Aru tumbuh secara dinamis dan positif untuk pos anggaran dana bagi hasil pajak dan bukan pajak, dana alokasi umum (DAU) dan dana

terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa, 8 artikel tersebut menyatakan model pembelajaran quantum teaching berpengaruh positif terhadap motivasi

Data penelitian ini adalah kalimat atau kutipan yang berhubungan dengan tokoh Wisanggeni dalam novel Wisanggeni Sang Buronan karya Seno Gumira Adjidarma dan komik Lahirnya

eputusan penting dalam manajemen operasional adalah menentukan desain produk seperti apa yang akan dihasilkan perusahaan. Mengapa demikian ? Hal

sebagaimana diatur dalam PSAK 10 (re&amp;isi 400) isalkan Suatu Perusahaan memutuskan untuk menggunakan mata uang fungsional menggunakan olar Amerika Serikat, maka