• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. METODE PENELITIAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di kawasan pesisir kabupaten Tangerang, yang panjang pantainya mencapai 38,6 km. Area pengambilan contoh terletak antara Tanjung Anom (Kecamatan Mauk, Tangerang) dengan Tenjo Ayu (Kecamatan Tanara, Serang). Panjang pantai yang menjadi area penelitian mencapai 4 km yang terbagi atas 6 area (sejajar pantai) dan 3 kedalaman (tegak lurus pantai) seperti Gambar 5.

Gambar 5. Lokasi Penelitian di Teluk Kronjo

Penelitian pendahuluan dilaksanakan antara April 2007-Februari 2008, sedangkan penelitian utama dilaksanakan Maret 2008 – September 2008. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 tahapan yaitu 1) penelitian distribusi dan estimasi potensi 2) penelitian intensitas tangkap dan hasil tangkap, 3) penelitian daya pulih (P/B) dan daya dukung untuk merumuskan pengelolaan.

Pengumpulan data penelitian potensi dan distribusi dilakukan selama 3 bulan (Maret-Mei 2008) dengan interval 1 bulan. Penelitian intensitas tangkap dan hasil tangkap selama 1 bulan (April 2008) dengan interval 2 minggu serta penelitian

(2)

daya dukung pembentukan biomas dan lama waktu pulih selama 3 bulan (Mei-Juli 2008) dengan interval waktu pengamatan 2 minggu. Contoh simping dikumpulkan di setiap area dan zona, kemudian dianalisis di Lab Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB.

Data yang dikumpulkan dikelompokkan menurut zona (kedalaman perairan). Zona ditetapkan atas pertimbangan dari tingkat kelimpahan simping. Dari penelitian pendahuluan diketahui bahwa kelimpahan simping pada zona penangkapan 0-3 meter, 3-6 meter dan lebih dari 6 meter berbeda. Terutama antara zona kedalaman 0-6 meter dengan kedalaman lebih dari 6 meter. Perbedaan ini kemudian dijadikan dasar untuk menganalisis kemudian menyimpulkan hasil penelitian ini.

3.2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian terdiri dari 1) distribusi kelimpahan estimasi potensi, 2) tingkat intensitas tangkap dan hasil tangkap, 3) penelitian daya pulih (P/B), daya dukung dan strategi pengelolaan. Distribusi simping ditentukan oleh berbagai faktor lingkungan dan tingkat masukan bahan pencemar, kedalaman dan suhu perairan. Masukan bahan pencemar diantaranya adalah bahan antropogenik seperti pencemar fisik, kimia dan substrat.

Hasil tangkap optimal perlu dievaluasi untuk melihat hasil maksimum berkelanjutan. Jumlah tangkap optimal ditentukan oleh struktur stok di daerah menjadi target ekspliotasi, intensitas tangkapan aktual dan intensitas tangkapan. Untuk mengatur tangkapan optimal, maka perlu diatur pola dan manajemen penangkapan dengan mengatur teknologi penangkapan, dan jumlah rumah tangga penangkapan yang sesuai dengan jumlah stok yang tersedia.

Pertumbuhan sebagai indikator daya pulih sangat diperlukan terutama dalam mengevaluasi stok yang telah tereksploitasi. Tingkat beban eksploitasi sangat menentukan pada kemampuan tumbuh simping. Pengaturan tingkat tumbuh dan pemanfaatan diperlukan untuk melihat kemantapan populasi diperairan untuk hidup dan berkembang, sehingga stok selalu tersedia. Indikasinya adalah tingkat daya dukung yang sesuai dengan pemanfaatan. Strategi pengelolaan dirumuskan

(3)

atas dasar pertimbangan ketiga aspek diatas. Ruang lingkup penelitian ini seperti dijelaskan pada Gambar 6.

(4)
(5)

3.3. Rencana Penelitian

3.3.1. Distribusi dan Potensi Stok Simping 1. Tujuan

Mengetahui tingkat perbedaan struktur kelimpahan (spat, muda, dewasa) pada sub kedalaman (zona I (kedalaman 0-3 m), zona II (kedalaman 3-6 m) dan zona III ( kedalamana > 6 m). Area tersebut mulai Tanjung Anom kecamatan Mauk sampai Tenjo Ayu kecamatan Tanara.

2. Metode

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskripsi survei yang dilakukan atas dasar pendekatan kedalaman dengan lebar antar area sampling sejauh minimal 500 meter sebanyak 6 jalur untuk melihat kelimpahan struktur stok (spat, muda, dewasa).

3. Metode Pengambilan Contoh

Metode pengambilan contoh dilakukan dengan pendekatan penyebaran area geografi dan kedalaman. Area tersebut dibagi 10 jalur, dari 10 jalur diambil 6 secara acak sederhana. Setiap jalur ditetapkan 3 sub kedalaman sebagai area pengambilan contoh. Kemudian setiap area pengambilan contoh ditetapkan secara acak 3 titik sampling.

4. Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah jumlah simping dalam setiap kali pengambilan contoh serta data kualitas air. Contoh simping diambil menggunakan alat garok yang dioperasikan didasar perairan (Gambar 6). Bukaan alat tangkap garok tersebut berukuran panjang 1,5 m dan lebar 0,4 m (0,6 m2) dengan panjang kantong 2 meter dan mesh zise jaring 3 cm (1,3 inc). Stadia spat, muda dan dewasa tertangkap dengan alat garok. Namun untuk mengantisipasi spat yang lebih kecil dari 3 cm lepas lolos ke perairan, maka pada alat garok ditambah alat jaring yang di gunakan untuk menyaring spat yang lolos dari kantong garok. Jaring yang dipasang memiliki bukaan jaring yang Pengumpulan stadia spat dengan menggunakan alat jaring tambahan ini berukuran luas 0,1256 m2.

(6)

Gambar 7. Pengambilan kerang simping dengan garok dan jaring spat

Satuan Pengambilan Contoh

Satuan pengambilan contoh sebagai penentu kelimpahan simping ditetapkan 15 m2 yaitu panjang garok (1,5 m) dikali jarak tarikan sejauh (10 m) ditambah alat jaring spat yang berdiameter 40 cm dengan total bukaan mulut jaring 0,1256 m2 dikali dengan jarak tarikan (15 m). Seluruh jumlah stadia simping yang tertangkap dari satuan tarikan dijadikan contoh untuk dihitung sebagai kelimpahan. Penelitian ini dilakukan secara langsung dilapangan, dengan meminjam peralatan nelayan.

Waktu Penelitian

Pengambilan contoh simping di area yang ditentukan dilakukan setiap 1 bulan sebanyak 3 kali pengambilan.

Variable

Variable yang diukur adalah jumlah dan bobot dari setiap stadia simping yaitu (spat, muda dan dewasa).

Variable kerja

Variable kerja yaitu kelimpahan dan biomas. Kelimpahan ditentukan dari jumlah stadia dari satuan tangkapan dalam suatu area penelitian. Biomas ditentukan dari jumlah stadia simping dikali rataan bobot per stadia pada area tersebut (Edmondson and Winberg, 1971).

1. Kelimpahan

L

N

A

...(1)

keterangan;

A = Kelimpahan dalam satuan ind.m-2 N = Jumlah populasi dalam satuan ind L = Luas area sapuan dalam satuan m2

(7)

2. Biomas

W

N

B

.

...(2) Dimana: B = Biomas (gr. m-2) N = Jumlah (m-2) W = Bobot rata-rata (gr)

Kelimpahan dan biomas selanjutnya disajikan dalam bentuk deskripsi dan ditampilkan secara spatial berdasarkan perbedaan tingkat kelimpahan dan biomas. Klasifikasi tersebut ditetapkan berdasarkan selang kepercayaan dari hasil kelimpahan dan biomas tiap zona dan area dari setiap stadia selama penelitian.

5. Metode dan Teknik Pengukuran

Metode dan teknik pengukuran data disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis data, alat dan metode pengumpulan data distribusi

No Jenis Data Satuan Alat Metode

A Parameter Fisik

1 Suhu oC Thermometer

Celcius Insitu

2 TSS mg/l Water Sampler Gravimetrik

6 Kecerahan Cm Sechidisk In situ

B Parameter Kimia

4 Kandungan COD mg/l Botol DO Oksidasi K2Cr2O7

5 Salinitas Promil Refraktometer Insitu

3 Oksigen terlarut mg/l Botol DO, Titrimetri

7 Nitrat (NO3) mg/l Spektrofotmeter Neisler

8 Phosfat (PO4) mg/l Spektrofotometer Stanum

9 Sediment % Dredge Penyaringan dan

Penimbangan

C Biologi

1 Kelimpahan Ind Garok Penghitungan langsung

2 Bobot Gram Garok Penimbangan

6. Pengolahan Data Kualitas Air

Data kualitas air diolah dengan menggunakan tabulasi atas dasar pendekatan zona (kedalaman) dari setiap parameter di area penelitian.

(8)

Biota Simping

Data biota yang diolah dikumpulkan atas dasar sub kedalaman dari enam area. Data total simping setiap stadia dan atau tiap stadia dikumpulkan atas dasar sub kedalaman (0-3 m, 3-6 m, dan > 6 m) dari 6 area yang telah ditetapkan.

7. Analisa Data dan Pengambilan Keputusan Analisis Data

- Analisis kualitas air dilakukan dengan penentuan rataan dan deviasi (Walpole, 1992), serta ambang batas dan ambang bawah dari setiap parameter. Selain itu juga dilakukan perbandingan terhadap baku mutu untuk kegiatan budidaya biota laut .

- Analisis varian dari jumlah, berat dan biomas antar area dan antar kedalaman dari setiap stadia (Walpole, 1992),

- Analisis confidence interval (CI) dari nilai rataan kelimpahan untuk melihat pengelompokkan kelimpahan simping. Pengelompokkan dibagi atas 3 kategori yaitu kelimpahan tinggi, sedang dan rendah. Kelimpahan tinggi dengan tingkat kelimpahan (> + 0,5 CI), kelimpahan sedang (+ 0,5 CI> X >  + 0,5 CI), serta kelimpahan rendah dengan kategori (< + 0,5 CI).

Pengambilan Keputusan

Kesimpulan ditentukan atas dasar hasil analisis statistik anova dan diinterpretasi tingkat kelimpahan potensi dan biomas stok simping. Hasil tersebut dijadikan dasar penentuan tingkat sebaran pada suatu area/jalur yang tingkat kelimpahan/biomas tinggi, sedang dan rendah. Hasil analisis kualitas perairan yang dibandingkan dengan baku mutu untuk dijadikan sebagai dasar untuk penentuan pengambilan keputusan dari tingkat cemaran perairan. Sedangkan pola distribusi di evaluasi dari pola pengelompokkan di tiap zona, kemudian ditampilkan dalam plot spasial, sehingga dapat diketahui area dan zona untuk masing-masing kategori kelimpahan.

(9)

3.3.2 Intensitas dan Hasil Tangkap 1. Tujuan

1) Mengetahui tingkat intensitas penangkapan di setiap sub kedalaman dari berbagai jalur penangkapan.

2) Menentukan hasil tangkapan peroperasi, hasil tangkap per trip menurut operasi standar dan operasi nelayan pada sub kedalaman dan berbagai jalur/area penangkapan.

2. Metode

1) Metode survei terhadap intensitas dan hasil tangkapan di setiap sub kedalaman (zona) dari 4 jalur yang diamati.

2) Survei terhadap kemampuan dan keberhasilan nelayan tangkap simping melalui teknik komunikasi interview.

3. Metode Pengambilan Contoh

1) Pengumpulan data intensitas dan hasil tangkapan serta potensi stok sebelum penangkapan dilakukan atas dasar pendekatan selected (stratified random sampling) terhadap zona atau kedalaman perairan.

2) Setiap jalur terpilih tersebut dilakukan survei pengumpulan data intensitas dan keberhasilan tangkap dari setiap sub kedalaman dengan 3 ulangan. 3) Responden dipilih atas dasar pendekatan sistematik sampling sebanyak 9

orang dari 45 nelayan.

4. Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan yaitu

1. Stok simping sebelum dieksploitasi (stok pada operasi standar)

2. Intensitas dan hasil tangkapan (data alat garok dan jaring dan data nelayan) 3. Interval waktu kedatangan (IWK).

Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei terhadap kelimpahan stok, hasil tangkapan, intensitas yang dilakukan oleh nelayan. Survei dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan operasional nelayan mulai dari persiapan, pelaksanaan, sampai penjualan pada tingkat pengumpul.

Survei tersebut dilakukan mengacu pada pedoman lokasi sampling yang telah ditetapkan pada bagian metode sampling. Setiap jalur ditetapkan 2 kali

(10)

sampling dengan 3 ulangan pada tiga kedalaman, sehingga total contoh tiap satu jalur berjumlah 18 contoh.

Satuan Pengambilan Contoh

Satuan pengukuran usaha ditetapkan sebesar 10 x 10 = 100 m2. Luas operasional penangkapan nelayan dibandingkan dengan satuan pengukuran usaha yang dapat dinyatakan sebagai satu intensitas usaha.

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah penelitian distribusi dan potensi stok (kelimpahan). Penelitian dilakukan minimal 2 kali disesuaikan dengan keberadaan stok dan keberhasilan penangkapan. Pengumpulan data dari responden nelayan dilakukan secara perseorangan 1 kali interview pada 9 orang responden yang terlibat aktive dalam penangkapan simping.

Variabel

1) Kelimpahan stok dari hasil tangkapan sebelum nelayan melakukan penangkapan persatuan penelitian (100 m2).

2) Luas area penangkapan (m2) berikut hasil tangkapan nelayan setiap kali operasional (intensitas tangkap).

3) Total area penangkapan (m2) dan hasil tangkapan nelayan selama kegiatan penangkapan (dalam sehari).

4) Interval waktu kedatangan nelayan kelokasi penangkapan yang sama (IWK). 5) Variabel Informasi dari hasil interview mencakup identitas nelayan, rencana

penangkapan, operasional penangkapan, keberhasilan penangkapan dan keberhasilan usaha penangkapan simping.

Variabel Kerja

1) Kelimpahan standar yaitu kelimpahan dibagi dengan luas standar pengukuran usaha (100 m2) dari setiap jalur dan kedalaman.

2) Intensitas total yaitu luas operasional dibagi luas satuan usaha (100 m2). 3) Total hasil tangkapan yaitu jumlah hasil tangkapan dari tiap operasi dan trip

tangkapan di setiap jalur dan kedalaman.

4) Jumlah lama hari area di tinggal, untuk kemudian didatangi dan ditangkap kembali.

(11)

5) Analisis kelayakan usaha yaitu tingkat keberhasilan usaha penangkapan simping yang diperoleh dari proses produksi.

5. Metode dan Teknik Pengukuran

Metode dan teknik pengukuran intensitas penangkapan dilakukan secara langsung dan wawancara yang ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis data, alat dan metode pengumpulan data intensitas

No Jenis Data Satuan Alat Metode A Survei

1 Jumlah Ind. m-2 Counter Penghitungan Langsung

2 Bobot Gran Timbangan Penimbangan 3 Luas area sampling m2 Meteran/GPS Pengukuran

B Operasional Nelayan

1 Jumlah hasil tangkap Individu Counter Pengukuran langsung 2 Bobot hasil tangkapan Gram Timbangan Penimbangan langsung 3 Luas area tangkapan m2 Meteran/GPS Pengamatan langsung

4 Interval kedatangan hari Kuisioner Interview

C Kuisioner Nelayan

1 Informasi kegiatan operasional nelayan

- Kuisioner Interview

6. Pengolahan Data

Data dari hasil tangkapan (Y), intensitas (X1) dan kelimpahan stok awal (X2) di tata berdasarkan zona (kedalaman) dengan tabulasi. Data aktivitas usaha nelayan ditata menurut kelompok aktivitas dalam tabulasi usaha.

7. Analisa Data dan Pengambilan Keputusan Analisa Data

1. Intensitas tangkap per tarikan

Intensitas tangkap per tarikan yaitu perbandingan antara luas area tangkap nelayan (Ao) dibagi dengan luas area standar (As) yaitu sebagai berikut.

INT = Ao/As

...(3) Keterangan

INT = Intensitas tangkap Ao = Area operasi nelayan As = Area operasi standar

(12)

2. Intensitas penangkapan pertrip

Intensitas penangkapan per trip adalah jumlah intensitas penangkapan per tarikan dikali dengan jumlah tarikan.

n i t

INT

T

IPP

1 ...(4) Keterangan:

IPPt = Intensitas penangkapan per trip INT = Intensitas tangkap

T = Jumlah tarikan di tiap zona (kali)

3. Hasil tangkap per penarikan alat

Hasil tangkap per penarikan alat oleh nelayan dari operasi nelayan adalah jumlah yang diperoleh setiap penarikan alat. Sedangkan hasil tangkapan per trip yaitu jumlah total dari hasil tangkapan dari setiap intensitas usaha yang diberikan sebagai berikut.

n i o

HPP

HTT

1 ...(5) Keterangan:

HTT = Hasil tangkapan per trip (gr.trip-1)

HPPO = Hasil tangkapan pada operasi standar (100 m)

4. Beban Penangkapan dan Efektivitas Alat

Analisa beban penangkapan untuk melihat tingkat intensitas yang menyebabkan stok menjadi kritis di lakukan dengan mengevaluasi perubahan biomas aktual akibat penangkapan. Formulasi analisa tekanan penangkapan terhadap biomas mengikuti pola sebagai berikut

)

/

/(

)

/

(

.

2

1

2 1

t

HPPo

t

b

B

W

N

B

B

B

B

.....(6) Keterangan:

ΔB = Perubahan biomas setelah penangkapan (gr.m-2)

B1 = Biomas aktual (gr.m-2)

B2 = Biomas eksploitasi (gr.m-2)

b = Laju penurunan tangkap t = Waktu eksploitasi (hr)

(13)

Sedangkan efektivitas alat yang tingkat kemampuan alat dalam menghasilkan tangkapan terhadap hasil tangkap rata-rata alat. Efektivitas dinilai untuk mengetahui tingkat tekanan terhadap stok diperairan dengan formulasi sebagai berikut.

HPP

HPP

e

i ...(7) Keterangan:

E = efektivitas alat tangakap

HPPi = Hasil tangkap per tarikan di zona ke i (gr/tarikan)

HPP= Hasil tangkap per tarikan rata-rata (gr/tarikan)

Tingkat eefektivitas alat di evaluasi dari nilai yang diperoleh yaitu dengan kriteria sebagai berikut.

e < 1 alat tidak efektive e = 1 alat efektif

e > 1 alat sangat efektive

Hasil dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan kriteria yang ada, sehingga dapat di ketahui kondisi yang sesungguhnya dari penggunaan alat tangkap.

5. Analisa usaha

Analisa usaha penangkapan simping dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha penangkapan simping masih dapat memberikan keuntungan atau tidak. Untuk itu beberapa parameter analisa usaha seperti penerimaan, pengeluaran, keuntungan, R/C rasio dan B/C rasio.

- Penerimaan, yaitu jumlah hasil yang diperoleh hasil penangkapan dengan harga setiap kilogram simping (Umar, 2003).

TR = P x Q

...(8)

Keterangan:

TR = Total revenue (penerimaan total (Rp)) P = Harga simping (Rp)

Q = Jumlah kuantitas produksi simping (kg)

- Faktor total pembiayaan meliputi biaya tetap (fix cost) atau FC dan biaya yang diperlukan untuk operasional biaya variabel (VC) sebagai berikut (Umar, 2003).

(14)

TC = FC + VC

...(9)

Keterangan:

TC = Biaya total (rp) FC = Biaya tetap (rp)

VC = Biaya tidak tetap tiap operasi (rp)

- Keuntungan yaitu selisih dari nilai penerimaan dengan nilai permodalan operasi penangkapan yaitu (Umar, 2003).

= TR –TC

...(10)

Keterangan:

TR = Total Revenue (Rp) TC = Total Cost (Rp)

= Keuntungan dalam setiap operasi (Rp)

- Break Event Point (BEP)

Break event point (BEP) dilakukan untuk mengetahui keuntungan mulai diperoleh. BEP dapat dilihat dari 2 pendekatan yaitu pendekatan nilai produksi (BEP harga) dan pendekatan kuantitas produksi (BEP Prod). BEP untuk nilai produksi (BEP harga) (Umar, 2003) yaitu

Q

Vc

Fc

BEP

Rp

...(11)

BEP untuk kuantitas produksi (BEP prod) yaitu

P

Vc

Fc

BEP

q

...(12)

Keterangan:

Fc = Biaya Tetap (Fix Cost) (Rp)

Vc = Biaya tidak tetap (Variable cost) (Rp) Q = Produksi (kg)

P = Unit penjualan (Rp)

- R/C

R/C yaitu rasio dari total revenua terhadap total cost. Sedangkan PP yaitu rasio dari TC (atau disebut juga investasi total) terhadap keuntungan yang diperoleh

Analisa Statistik

Analisis statistik untuk melihat perbedaan hasil tangkap antar zona dengan analisa anova satu arah (one way anova).

(15)

Pengambilan Keputusan

Intensitas penangkapan ditentukan rasio operasional nelayan dibagi dengan operasi standar. Jika rasionya lebih dari 1 penangkapan intensif, dan jika rasionnya kurang dari 1 tidak intensif. Usaha penangkapan simping ditentukan layak apabila tingkat produksi masih sesuai dengan potensi lestari dan tingkat pengembalian modal usaha.

3.3.3. Kemampuan Pulih dan Daya Dukung Simping 1. Tujuan

Mengetahui potensi pertumbuhan biomas setiap stadia simping yang tereksploitasi sebagai dasar penentuan estimasi lama waktu pulih kembali (P/B) dan daya dukung pembentukan biomas simping.

2. Metode Penelitian

Penelitian menggunakan metoda deskripsi survei terhadap perubahan pertumbuhan biomasa yang tereksploitasi. Potensi pertumbuhan biomas dilakukan terhadap tiga kedalaman. Potensi pertumbuhan biomas dari setiap stadia dilakukan dengan pendekatan kurva Allen dari Ricker (1975).

3. Metode Pengambilan Contoh

Estimasi terhadap kelimpahan (N) dan rataan berat (W) dilakukan terhadap tiga tingkat sub kedalaman 0-3 m, 3-6 m dan besar dari 6 m. Di setiap kelimpahan stok dipantau setiap 2 minggu sekali sebanyak 6 kali. Setiap kedatangan dilakukan 3 kali ulangan. Penentuan lokasi di setiap tingkat kelimpahan dilakukan secara random pada lokasi yang dipilih. Penentuan pertumbuhan biomas simping dilakukan atas dasar stratified random sampling

pada tiga sub kedalaman 0-3, 3-6 dan > 6 meter.

4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer mengenai kelimpahan, rataan berat di setiap stadia simping (spat, muda dan dewasa). Pengumpulan data dilakukan melalui penangkapan contoh stadia simping dengan mempergunakan alat tangkap garok berukuran 100 m2, sebagai satuan pengambilan contoh.

(16)

Variabel

1. Kelimpahan setiap stadia 2. Berat rataan (W) setiap stadia 3. Waktu pengamatan

Variabel Kerja

Variabel kerja untuk mengevaluasi pertumbuhan produktivitas, biomas, kemampuan pulih dan waktu pulih menurut Downing and Rigler, (1984) yaitu; 1. Biomas

2. Mortalitas dan pertumbuhan 3. Produktivitas

4. Pertumbuhan

5. Total produktivitas selama periode waktu tertentu (waktu monitoring/eksploitasi) dari proses pertumbuhan setiap stadia (TP).

6. Lama waktu pulih 7. Kemantapan stok (KS)

8. Degradasi stok akibat penangkapan

9. Frekuensi penangkapan hingga mencapai kritis

5. Metode dan Teknik Pengukuran

Metode dan teknik pengukuran parameter yang diamati disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis, data, alat dan metode pengumpulan data kemampuan pulih

No Parameter Satuan Alat Metode

A Kualitas Air

1 Suhu oC Thermometer Celcius Insitu

2 TSS mg/l Water Sampler Gravimetrik

3 Oksigen terlarut mg/l Botol DO, Titrimetri

4 Kandungan COD mg/l Botol DO Oksidasi K2Cr2O7

5 Salinitas promil Refraktometer Insitu

6 Kecerahan cm Sechidisk In situ

7 Redox Potensial mg/l Redoxmeter In situ

B Biologi

8 Kelimpahan ind Counter Pernghitungan

9 Berat rataan Gram Timbangan Penimbangan

6. Pengolahan Data

Data kelimpahan dan rataan berat (W) ditabulasi menurut tiga sub kedalaman 0-3 m, 3-6 m dan besar dari 6 m. Pengolahan data dilakukan setiap waktu pengambilan contoh, sehingga diperoleh informasi tentang perubahan setiap waktu pengambilan contoh.

(17)

7. Analisa data dan Pengambilan Keputusan Analisa Data

1. Analisa pertumbuhan biomasa dan kematian yaitu (Ricker, 1975)

W

N

B

...(13)

Keterangan

B = Biomasa rataan (gr.m-2)

N = Jumlah individu (ind.m-2)

W = Rata-rata berat stadia (gr)

2. Analisa laju pertumbuhan sesaat dan laju mortalitas sebagai berikut

t

W

W

l

g

n 2

ln

1 ...(14)

t

N

N

z

ln

2

ln

1 ...(15) Keterangan:

g = koefisien pertumbuhan z = koefisien eliminasi

t = waktu pengamatan G = Pertumbuhan total

W2= berat diwaktu t2(gr atau kg) W1 = berat waktu t1

3. Analisa laju pertumbuhan total berbetuk eksponensial dari koefisien tumbuh dan mortalitas jika nilai g lebih besar (g > z) yaitu sebagai berikut (Edmonson and Winberg, 1971).

1

) (

e

gz

G

...(16)

namun jika nilai g lebih kecil dari z (g<z), persamaanya adalah sebagai berikut

) (

1

e

g z

G

...(17)

Keterangan

g = koefisien pertumbuhan z = koefisien eliminasi

t = waktu pengamatan G = Pertumbuhan total

e= fungsi eksponensial

4. Produktivitas atau dikenal juga dengan pertumbuhan biomas yaitu biomas dikali dengan laju pertumbuhan total sebagai berikut (Ricker, 1975) sebagai berikut.

G

B

P

...(18) Keterangan P = Produktivitas/pertumbuhan biomas (gr.m-2.hr-1) B = Biomas (gr.m-2)

(18)

5. Produktivitas total atau daya dukung area monitoring yaitu total produksi biomas yang bisa dihasilkan setelah ditinggal selama waktu tertentu (monitoring) yaitu selama 14 hari(Edmonson and Winber, 1971).

m

m

P

dt

TP

......(19)

Sedangkan daya dukung area eksploitasi (TPe) atau total produksi biomas yang bisa dihasilkan pada area eksploitasi nelayan setelah ditinggal selama selama 6,5 hari (IWK) sebagai berikut(Edmonson and Winber, 1971).

e e

P

dt

TP

......(20)

Keterangan:

TPm= Total produksi biomas monitoring (gr.m-2.hr-1)

TPe= Total produksi biomas eksploitasi (gr.m-2.hr-1)

P = Produktivitas (gr.m-2.hr-1)

dtm = interval waktu monitoring (hari), dte = interval waktu eksploitasi (hari)

6. Daya dukung area operasional (DAO) yaitu kemampuan tumbuh biomas (produktivitas) dalam satuan luas tertentu selama waktu di tinggal (Edmonson and Winber, 1971).

P

Tu

Ao

DAO

......(21) Keterangan:

DAO= Daya dukung pembentukan biomasa dalam area operasional (gr) Ao = Luas area operasional (m2)

Tu = Lama waktu tidak dieksploitasi (hari) P = Produktivitas (gr.m-2.hr-1)

7. Lama waktu pulih yaitu lama waktu yang diperlukan oleh simping untuk menjadi biomas dia saat ditangkap pertama kalinya (Edmonson and Winber, 1971).

P

B

WP

(

m

/

e

)

(

m

/

e

)

/

. ...(22)

Keterangan:

WP(m/e) = Waktu pulih (hari)

B(m/e) = Total produksi biomas setelah ditinggal selama waktu monitoring (gr.m-2)

P = Produktivitas (gr.m-2.hr-1)

8. Untuk mengukur tingkat pemanfataan sumberdaya simping dilakukan dengan mengetahui tingkat kemantapan stok. Kemantapan stok yaitu selisih antara total produksi eksploitasi (TPe) dengan hasil tangkap per operasi standar (HPPS) sebagai berikut.

(19)

HPPs

TPe

KS

...(23)

Keterangan:

KS = Kemantapan stok

TPe = Total produksi biomas yang dieksploitasi HPPs (F) = Hasil tangkap per trip standar/operasional

Kemantapan stok dilihat dari hasil yang diperoleh dengan mempertimbangkan kriteria berikut yaitu jika

TPe > HPPS : maka KS bernilai positif, kondisi stok mantap akan meningkat

TPe = HPPS: maka KS akan sama dengan O, kondisi stok tetap, dimana produksi sama dengan eksploitasi.

TPe < HPPS: maka KS akan bernilai negative, stok kritis kemantapan stok akan mengalami penurunan.

9. Biomas akhir biomas stok yaitu stok yang tersedia diperairan setelah tumbuh dan eksploitasi sebagai berikut

)

(

1 2

Bt

TPe

HPPs

Bt

...(24) Keterangan

Bt2= Total biomas stok setelah eksploitasi (gr.m-2)

Bt1 = Total biomas stok sebelum eksploitasi (standing stok) (gr.m-2)

Nilai Bt2menunjukkan ada tidaknya ancaman terhadap keberadaan stok di perairan setelah proses eksploitasi berlangsung. Kondisi stok di perairan setelah tumbuh dan eksploitasi dibagi dalam tiga kelompok sebagai berikut.

Kriteria

Bt2> Bt1= Stok mantap dan berkelanjutan

Bt2= Bt1= Stok tetap dan eksploitasi dan produksi seimbang Bt2< Bt1= Terjadi eksploitasi berlebih

10. Biomas eliminasi yaitu jumlah biomas yang tersisa baik positif (sisainya lebih rendah dari kemantapan stok) atau negative setelah eksploitasi (lebih besar dari kemantapan stok). Biomas ini dapat berasal dari berbagai factor linkungan seperti pengaruh oseanografi. Biomas eliminasi di turunkan dari model yang disampaikan Russel yaitu

)

(

)

(

1 2

S

R

G

F

M

S

Untuk model biomas yang mengalami eliminasi, maka sesungguhnya model tersebut menjadi

)

(

)

(

)

(

1 2

B

B

r

B

g

B

f

B

m

B

e

B

, selanjutny

a

(20)

)

(

)

(

2 1

B

B

r

B

g

B

f

B

m

B

Be

Dalam kasus usaha penangkapan simping, bahwa setiap stadia tertangkap, baik spat, muda dan dewasa, maka dapat disampaikan bahwa Br0 dan perubahan dominan karena pertumbuhan. Maka dengan demikan selanjutnya biomas eliminasi dirumuskan sebagai berikut

)

(

2 1

B

B

g

B

f

B

Be

...(25)

Keterangan:

Be= Biomas eliminasi (gr) B1= Biomas pada t1

B2= Biomas pada t2(setelah ada biomas tumbuh dan penangkapan)

Bg = Biomas yang tumbuh (TP) Bf = Biomas yang tertangkap (HPP) Br = Biomas rekruit

Analisa Statistik

Hasil tangkapan dengan frekuensi tangkapan sehingga stok menjadi kritis dengan menggunakan regresi linier sederhana, dimana x adalah frekuensi penangkapan (kali) dan y adalah produksi (gr). Hasil regresi yang diperoleh selanjutnya diuji untuk melihat perbedaan tingkat pencapaian kritis di masing-masing zona dengan analisa covarian. Analisa anova satu arah digunakan untuk melihat perbedaan produksi antar zona penelitian. Analisa untuk menentukan pertumbuhan biomas digunakan analisa regresi biomas dan individu setiap zona dan area Analisa simulasi yaitu kemampuan pulih dari waktu ke waktu untuk menentukan masa tumbuh dan masa eksploitasi yang seimbang.

Pengambilan Keputusan

Dari tiap segmen ditentukan tingkat eksploitasi yang tidak melebih daya pulih stok dan daya dukung. Stok yang kritis harus dapat ditentukan tingkat eksploitasi serta perlindungan yang tepat.

Gambar

Gambar 5.  Lokasi Penelitian di Teluk Kronjo
Gambar 6.  Lingkup Rencana Penelitian Tingkat Daya Dukung dan Eksploitasi
Gambar 7. Pengambilan kerang simping dengan garok dan jaring spat Satuan Pengambilan Contoh
Tabel 2.  Jenis data, alat dan metode pengumpulan data intensitas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada pasien usila perempuan, 2S sering terjadi karena secara anatmis uretra lebih  pendek, muksa sudah menipis disamping masalah hygiene genital yang kurang diperhatikan..

SPK menggunakan lima skala likert seperti FAS untuk pilihan jawabannya terdiri dari : tidak pernah (1), kadang-kadang (2), dirasakan secara teratur (3), sering dialami (4),

Teman-teman saya selama bimbingan yaitu Amanda, Maratur, Cindy, Erika, Tania, Asni, dan Linda yang telah banyak membantu, memberi dukungan dan dorongan, serta semangat sehingga

Terbukti dalam konsideran Perda Kabupaten Sukoharjo Nomor 14 Tahun 2011 yang menetapkan kawasan kawasan yang dijadikan lahan pertanian pangan berkelanjutan tidak

tingkat persaingan pasar, meliputi penjelasan dari definisi perusahaan dan industri, jumlah perusahaan dalam pasar, distribusinya, deskripsi mengenai produk dan keragamanya,

Alangkah lebih baiknya apabila pelayanan Call Center PDAM Tirta Moedal semarang, untuk mencegah terjadinya hambatan dalam pengolahan data keluhan pelanggan maka

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh padat penebaran 10, 20, 30 dan 40 ekorlliter benih bawal ukuran 1,78 cm, terhadap pertumbuhan dan kelangsungan

peserta didik guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Apabila peserta didik belum bisa menjawab, guru akan memberikan petunjuk lain yang memancing peserta didik untuk