• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. dalam konteks pembelajaran di kelas menyatakan bahwa Partisipasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. dalam konteks pembelajaran di kelas menyatakan bahwa Partisipasi"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Partisipasi Siswa

1. Pengertian Partisipasi

Menurut Tannenbaun dan Hahn (dalam Sukidin, et al 2002:159) dalam konteks pembelajaran di kelas menyatakan bahwa Partisipasi adalah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada tingkatan sejauh mana peran siswa melibatkan diri dalam kegiatan dan menyumbangkan tenaga dan pikiranya dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Sementara itu, menurut Keit Davis (dalam Sastroputro (1989: 35) menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta tenggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. George Terry (dalam Winardi (2002:149) menyatakan bahwa partisipasi adalah turut sertanya seseorang baik secara mental maupun emosional untuk memberikan sumbangan - sumbangan pada proses pembuatan keputusan, terutama mengenai persoalan dimana keterlibatan pribadi orang yang bersangkutan melaksanakan tanggungjawabnya untuk melakukan hal tersebut. Selain itu partisipasi siswa dalam pembelajaran sering juga diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran (Mulyasa, 2004: 156).

(2)

Jadi partisipasi yang peneliti maksud adalah partisipasi siswa yang merupakan wujud tingkah laku siswa secara nyata dalam kegiatan pembelajaran yang merupakan totalitas dari suatu keterlibatan mental dan emosional siswa sehingga mendorong mereka untuk memberikan kontribusi dan bertanggung jawab terhadap pencapaian suatu tujuan yaitu tercapainya prestasi belajar yang memuaskan.

2. Jenis - jenis partisipasi

Menurut Sukidin (2002:158) mengemukakan bahwa patisipasi siswa dalam pembelajaran itu bisa berbentuk partisipasi kontributif dan partisipasi inisiatif.

1) Partisipasi kontributif itu meliputi keberanian menyampaikan refleksi kepada guru, baik dalam mengajukan pertanyaan, merespon (termasuk menyampaikan usul/pendapat), memberikan sanggahan, termasuk mengikuti pelajaran dengan baik, mengerjakan tugas terstruktur di kelas dan dirumah dengan baik.

2) Partisipasi inisiatif merupakan partisipasi siswa secara spontan dalam mengerjakan tugas mandiri tanpa terstruktur, inisiatif untuk minta ulangan formatif dan sumatif secara lisan, inisiatif mempelajari dan mengerjakan materi pelajaran yang belum dan akan diajarkan serta inisiatif membuat catatan ringkas.

(3)

Dari bentuk - bentuk partisipasi tersebut, maka yang menjadi indikator dari penelitian ini adalah:

a. Mengajukan pertanyaan

b. Merespon (termasuk menyampaikan usul/pendapat) c. Memberikan sanggahan

d. Mengikuti pelajaran dengan baik

e. Mengerjakan tugas terstruktur di kelas dan dirumah dengan baik.

3. Faktor - faktor yang menyebabkan partisipasi

Menurut Sudjana (dalam Hayati (2001:16) partisipasi siswa di dalam pembelajaran merupakan salah satu bentuk keterlibatan mental dan emosional. Disamping itu, partisipasi merupakan salah satu bentuk tingkah laku yang ditentukan oleh lima faktor, antara lain:

a. Pengetahuan/kognitif, berupa pengetahuan tentang tema, fakta, aturan, dan keterampilan membuat translation.

b. Kondisi situasi seperti: - Lingkungan fisik - Lingkungan sosial - Psikososial

- Danfaktor - faktor sosial.

c. Kebiasaan sosial, seperti kebiasaan menetap dan lingkungan. d. Kebutuhan, meliputi:

(4)

- Avoid (menghindari), kebutuhan individual. e. Sikap, meliputi:

- Pandangan/perasaan - Kesedian bereaksi - Interaksi sosial - Minat dan perhatian. 4. Prasyarat terjadinya partisipasi

Berdasarkan pendapat Keit Davis dan Newstrom (dalam Hayati (2001:18) bahwa ada beberapa prasyarat terjadinya partisipasi, yaitu antara lain:

a. Waktu yang cukup untuk berpartisipasi maksudnya adalah harus ada waktu yang cukup untuk berpartisipasi sebelum diperlukan tindakan, sehingga partisipasi hampir tidak tepat apabila dalam situasi darurat. b. Keuntungannya lebih besar dari kerugian. Artinya kemungkinan

mendapat keuntungan seyogyanya lebih besar daripada kerugian yang diperoleh.

c. Relevan dengan kepentingan siswa. Artinya bidang garapan partisipasi haruslah relevan dan menarik bagi siswa.

d. Kemampuan siswa. Artinya siswa hendaknya mempunyai pengetahuan seperti kecerdasan dan pengetahuan untuk berpartisipasi.

(5)

e. Kemampuan berkomunikasi timbal balik. Maksudnya para siswa haruslah mampu berkomunikasi timbal balik untuk berbicara dengan bahasa yang benar dengan orang lain.

f. Tidak timbul perasaan terancam bagi kedua belah pihak artinya masing-masing paihak seharusnya tidak merasa bahwa posisinya terancam oleh partisipasi.

g. Masih dalam bidang keleluasaan. Maksudnya partisipasi untuk meneruskan arah tindakan dalam pembelajaran yang hanya boleh berlangsung dalam bidang keleluasaan belajar dengan batasan - batasan tertentu untuk menjaga kesatuan dari keseluruhan. Pada hakekatnya belajar merupakan interaksi antara siswa dengan lingkunganya. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang optimal perlu keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari siswa dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa merupakan hal yang sangat penting dan menentukan keberhasilan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar, siswa dituntut secara aktif untuk ikut berpartisipasi dalam pembelajaran. Karena dengan demikian siswalah yang akan membuat suatu pembelajaran dikatakan sukses, efektif dan efisien. Siswa yang aktif dalam pembelajaran akan terlihat pada baik dan buruknya prestasi yang diperoleh. Sudjana (dalam Mulyasa (2004:156) mengemukakan syarat kelas yang efektif adalah adanya keterlibatan, tanggung jawab dan umpan balik dari siswa. Keterlibatan siswa merupakan syarat pertama dalam kegiatan belajar

(6)

dikelas. Untuk terjadinya keterlibatan itu siswa harus memahami dan memiliki tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar atau pembelajaran. Keterlibatan itupun harus memiliki arti penting sebagai bagian dari dirinya dan perlu diarahkan secara baik oleh sumber belajar. Untuk mendorong partisipasi siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain memberikan pertanyaan dengan menanggapi respon siswa secara positif, menggunakan pengalaman berstruktur dan menggunakan metode yang bervariasi yang lebih melibatkan siswa. Siswa sebagai subjek sekaligus objek dalam pembelajaran. Sebagai subjek siswa adalah individu yang melakukan proses belajar mengajar. Sebagai objek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subjek belajar. Untuk itu, dari pihak siswa diperlukan partisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

5. Ciri - ciri dalam kegiatan pembelajaran partisipasi adalah:

a. Pendidik menempatkan diri pada kedudukan tidak serba mengetahui terhadap semua bahan ajar.

b. Pendidik memainkan peran untuk membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

c. Pendidik melakukan motivasi terhadap peserta didik untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.

d. Pendidik menempatkan dirinya sebagai peserta didik. e. Pendidik bersama peserta didik saling belajar.

(7)

f. Pendidik membantu peserta didik untuk menciptakan situasi belajar yang kondusif.

g. Pendidik mengembangkan kegiatan pembelajaran berkelompok. h. Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat

berprestasi.

i. Pendidik mendorong peserta didik untuk berupaya memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupanya.

B. Prestasi belajar matematika 1. Pengertian belajar

Menurut James O (dalam Ahmadi dkk, (1991:119) belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Kingsley (dalam Ahmadi dkk, (1991:120) belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

Menurut Slameto (2003:2) untuk memperoleh pengertian yang obyektif tentang belajar, terutama belajar disekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar. Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi termasuk ahli psikologi pendidikan.

Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunganya dengan memenuhi kebutuhan hidupnya.

(8)

Perubahan - perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Dari penjelasan diatas dapat kita definisikan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.

2. Pengertian Matematika

Menurut Johnson dkk (dalam Abdurrahman (2009:252) matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi fraktisnya untuk mengekspresikan hubungan - hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner (dalam Abdurrahman (2009:252) mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Kline (dalam Abdurrahman (2009:172) juga mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.

Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan menunujukan bahwa secara kontemporer pandangan tentang hakikat matematika lebih ditekankan pada metodenya daripada pokok persoalan matematika itu sendiri.

(9)

3. Pengertian Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuanya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.

Adapaun prestasi dapat diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda - beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan

(10)

pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan menurut Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi - informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. 4. Faktor - faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Menurut Slameto (2003:54-71) faktor - faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern

(11)

adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.

a. Faktor - faktor intern

Didalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan

1) Faktor jasmaniah a. Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian - bagianya bebas dari penyakit.Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

b. Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.

2) Faktor psikologi

Ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor - faktor itu adalah: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.

3) Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan jadi dua macam, yaitu

(12)

kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu menjadi hilang.

Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan tidur, istirahat, mengusahakan variasi dalam belajar juga dalam bekerja, menggunakan obat - obat yang bersifat melancarkan peredaran darah, rekreasi dan ibadah yang cukup, olahraga secara teratur, mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat - syarat kesehatan, jika kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi seorang ahli. b. Faktor - faktor ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokan menjadi tiga faktor.

1) Faktor keluarga

Beberapa faktor yang berasal dari lingkungan keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

(13)

2) Faktor sekolah

Beberapa faktor yang berasal dari lingkungan sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.

3) Faktor msyarakat

Beberapa faktor yang berasal dari lingkungan sekolah: kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyaakat.

C. Pembelajaran CTL ( Contextual, Teaching And Learning ) 1. Pengertian

Menurut Trianto (2010:107) menyatakan bahwa CTL (Contextual, Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sehari - hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme ( contruktivism), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian autentik (authentic assemessment).

(14)

2. Langkah Pembelajaran CTL (Contextual, Teaching and Learning) Menurut Trianto (2010: 111), untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan CTL guru melakukan langkah - langkah pembelajaran seperti dibawah ini.

a. Pendahuluan

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) Guru menyampaikan motivasi siswa. 3) Guru menyampaikan apersesi b. Kegiatan inti

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua tofik. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok - kelompok).

5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6) Lakukan reflaksi di akhir pembelajaran.

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. c. Penutup

(15)

3. Komponen pembelajaran CTL (Contextual, Teaching and Learning) Dalam Trianto (2010:111) bahwa CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang memiliki tujuh asas. Asas - asas ini melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Adapun ketujuh asas tersebut antara lain yaitu :

a. Konstruktivisme (Contructivism)

Konstruktivisme(Contructivism) merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba - tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.

Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivitis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivitis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:

1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa. 2) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya

sendiri.

3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

(16)

b. Menemukan (Inquiry)

Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontektual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta - fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Siklus inquiry terdiri dari: Observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data, penyimpulan.

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahuidan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :

1) Menggali informasi, baik administrative maupun akademik. 2) Mengetahui tingkat pemahaman siswa.

(17)

4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa. 5) Mengetahui hal - hal yang sudah diketahui siswa.

6) Memfokuskan perhatian siswa pada suatu yang dikehendaki pengajar.

7) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa 8) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa

d. Masyarakat belajar (Learning community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharring antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas CTL disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok - kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok - kelompok yang heterogen, yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat mendorong yang lambat, dan setrusnya. Kelompok siswa bisa sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan kelas diatasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan ahli. Masyarkat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunkasi dua arah.

e. Pemodelan (Modeling)

Yang dimaksud dengan pemodelan adalah bahwa dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara

(18)

melakukan sesuatu. Pengajar memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu pengajar memberi model tentang bagaimana cara belajar.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Siswa mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

g. Penilaian autentik (authentic assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh pengajar agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru ternyata mengidentifikasi bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru bisa segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Gambaran tentang kemajuan belajar diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan diakhir periode pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar, tetapi dilakukan besama - sama secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.

(19)

Karakteristik penilaian autentik: a). dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. b). bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif. c). yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta. d). berkesinambungan. e). terintegrasi. f). dapat digunakan sebagai feedback.

D. Pokok Bahasan

Materi pelajaran matematika pokok bahasan kubus dan baloksesuai dengan kurikulum 2004 di SMP Negeri 5 Purwokerto adalah sebagai berikut: a. Kubus dan balok

• Mengenal unsur - unsur kubus dan balok • Menggambar kubus dan balok

• Menghitung luas permukaan (sisi) kubus dan balok • Menemukan volume kubus dan balok

(20)

E. Kerangka Pikir

Indikator Partisipasi Mengajukan pertanyaan

Merespon (mengajukan pendapat) Memberikan sanggahan

Mengikuti pelajaran dengan baik Mengerjakan tugas

Indikator Prestasi Belajar Siswa Masih rendahnya persentase ketuntasan belajar siswa kelas VIII E SMP Negeri 5 Purwokerto

Berdasarkan observasi dikatakan indikator - indikator di atas dinyatakan rendah

1) Kontruktivisme

Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2) Inquiry

Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua tofik. 3) Bertanya

Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. 4) Diskusi (masyarakat belajar)

Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok - kelompok). 5) Pemodelan

Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6) Refleksi

Lakukan reflaksi di akhir pembelajaran. 7) Penilaian sebenarnya

Dengan adanya perlakuan pembelajaran CTL diharapkan partisipasi aktif dan prestasi belajar siswa tersebut di atas dapat meningkat.

(21)

Berdasarkan hasil observasi awal yang telah diuraikan didepan, yang menyatakan bahwa indikator partisipasi siswa yang terdiri dari mengajukan pertanyaan, merespon, memberikan sanggahan, megikuti palajaran dengan baik, mengerjakan tugas dikatakatan masih rendah. Dalam hal ini, rendahnya partisipasi siswa dapat diperbaiki dalam beberapa tahap: Pertama, rendahnya kegiatan siswa dalam mengajukan pertanyaan ini dapat perbaiki juga melalui pembelajaran CTL yaitu pada langkah bertanya (questioning). Dalam langkah bertanya ini, siswa diberikan waktu seluas - luasnya untuk mengajukan pertanyaan, dan waktu untuk berpikir disaat siswa diberi pertanyaan oleh teman atau oleh gurunya. Langkah bertanya, ini bisa terjadi juga saat terjadinya proses diskusi. Kedua, rendahnya kegiatan siswa dalam merespon (temasuk mengajukan pendapat), ini dapat diperbaiki melalui pembelajaran CTL yaitu pada langkah masyarakat belajar (learning community), dan juga bisa terjadi pada langkah/kegiatan bertanya. Pada langkah iniakan terjadi sharring antara teman belajar, antara kelompok, antara yang tahu dengan yang belum tahu, dan setiap individu diberikan keleluasaan untuk menyampaikan pendapat/ide serta gagasan - gagasannya. Ketiga, rendahnya kegiatan siswa dalam memberikan sanggahan dapat diperbaiki melalui pembelajaran CTL yaitu pada langkah masyarakat belajar (learning community), juga bisa terjadi saat langkah/kegiatan bertanya, juga disaat kegiatan inquiry (menemukan), karena pada proses ini akan terjadi proses diskusi, sharring, dan setiap individu diberi keleluasaan

(22)

untuk mengemukakan pendapatnya yang berbeda dengan temanya. Keempat, rendahnya kegiatan mengikuti pelajaran dengan baik dapat diperbaiki melalui pembelajaran CTL dalam ke tujuh karakteristik pembelajaran. Dalam ketujuh karakteristik ini, siswa dituntut untuk mengikuti setiap langkah dengan baik, karena dalam ketujuh karakteristik pembelajaran ini setiap siswa mengerahkan aktivitas dirinya baik secara mental maupun emosionalnya untuk belajar, sehingga siswa dapat merasakan kebermaknaan dari belajar tersebut. Kelima, rendahnya kegiatan mengerjakan tugas dapat diperbaiki melalui pembelajaran CTL yaitu pada langkah penilaian autentik (authentic assessment), karena dalam kegiatan ini siswa diberikan tanggung jawab dalam mengerjakan tugas, sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana perkembangan belajar siswa, sejauh mana siswa memiliki pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Dalam hal ini hampir semua kegiatan terjadi pada ketujuh langkah kegiatan CTL.Sehingga dengan adanya perlakuan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran CTL ini, diharapkan dapat meningkatkan partisipasi serta prestasi siswa dalam belajar.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “partisipasi dan prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran CTL

(23)

(Contextual, Teaching and Learning) pada siswa SMP Negeri 5 Purwokerto”.

Referensi

Dokumen terkait

Inti sebagai pembeli hasil produksi (telur); Peternak inti membeli semua hasil produksi telur dari peternak plasma dengan cara pembayaran tertentu. Inti sebagai penyedia

1) Perusahaan Manufaktur di Wilayah Kota Banjar pada umumnya telah melaksanakan Audit Operasional ,Pengendalian Intern dan Kinerja Perusahaan dengan sangat baik. Hal ini terlihat

Rasio Early Warning System yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rasio Solvabilitas ( Solvency Margin Ratio ), Rasio Profitabilitas, Rasio Likuiditas, Rasio

Dari paparan singkat di atas, dapat diketahui bahwa ada yang salah pada hukumnya atau perundang-undanganya, yaitu hukum materilnya (KUHP) yang sudah tidak sesuai lagi

Ali bin Abi Thalib, berkata, "Ketahuilah, kamu tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan bekal enam perkara, yaitu: cerdas, semangat, bersabar, memiliki bekal,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul

Sedangkan pada saat perekonomian dianggap terlalu laju yang ditandai dengan pertumbuhan yang tinggi dan tingkat inflasi yang juga tinggi, kebijakan fiskal dan

(5) Direktur Utama diwajibkan menyampaikan laporan triwulanan dan laporan berkala lainnya sesuai dengan batas jangka waktu yang ditetapkan, beserta laporan lainnya menurut