• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI DIAGNOSTIK PLATELET LYMPHOCYTE RATIO DAN FIBRINOGEN PADA DIAGNOSIS TUMOR PADAT GANAS Siahaan Endang, Salimo Harsono, Pramudianti MID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI DIAGNOSTIK PLATELET LYMPHOCYTE RATIO DAN FIBRINOGEN PADA DIAGNOSIS TUMOR PADAT GANAS Siahaan Endang, Salimo Harsono, Pramudianti MID"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

UJI DIAGNOSTIK PLATELET LYMPHOCYTE RATIO DAN FIBRINOGEN PADA DIAGNOSIS TUMOR PADAT GANAS

Siahaan Endang, Salimo Harsono, Pramudianti MID

ABSTRAK

Tujuan: untuk mengetahui apakah platelet lymphocyte ratio (PLR) dan fibrinogen memiliki nilai diagnostik dalam mendiagnosis keganasan pada pasien tumor padat

Metoda: Dari data rekam medis dicatat data pasien tumor padat sebelum menjalani operasi di RSDM Surakarta mengenai hasil pemeriksaan biopsi/PA, fibrinogen, CRP dan darah lengkap. Dilakukan penghitungan titik potong nilai PLR dan fibrinogen untuk mendiagnosis tumor padat ganas, kemudian dilakukan uji diagnostik.

Hasil: Sejumlah 60 orang pasien tumor padat terlibat dalam penelitian ini. Kadar fibrinogen 345 mg/dL memiliki nilai diagnostik yang lebih baik dibandingkan PLR senilai 155. Area under curve (AUC), sensitivitas, spesifisitas, NDP, NKN, RKP dan RKN PLR untuk mendiagnosis tumor padat ganas adalah 0,69, 70%, 63%, 63%, 66%, 1,89 dan 0,48; sedangkan fibrinogen adalah 0,93, 87%, 83%, 84%, 86%, 5,12 dan 0,16. Pada kombinasi nilai PLR dan fibrinogen pada analisis multivariat, nilai diagnostik PLR meningkat menjadi 0,92 namun masih rendah dibandingkan fibrinogen sendiri.

Simpulan: PLR memiliki nilai diagnostik yang lemah sedangkan fibrinogen sangat baik untuk mendiagnosis tumor padat ganas.

(2)

commit to user Pendahuluan

Prevalensi kanker terbanyak di Eropa menurut data statistik kanker tahun 2012 adalah kanker tumor padat dengan jenis kanker paru sebanyak 13% dan kanker payudara sebesar 11,9% (Ferlay et al., 2012). Prevalensi kanker di Indonesia sendiri adalah 1,4 dari 1.000 penduduk (Riskesdas, 2013). Kanker merupakan penyakit yang memiliki hubungan erat dengan proses inflamasi kronis (Morgan et al., 2004). Pertumbuhan kanker pada tumor padat berkaitan erat dengan proses inflamasi sejak ditemukannya infiltrasi leukosit ke dalam jaringan tumor oleh Rudolf Virchow (Balkwill dan Mantovani, 2001).

Inflamasi kronis karena proses infeksi maupun non-infeksi diperkirakan berhubungan dengan 15% dari seluruh kasus keganasan (Jankowski, 2011). Respon inflamasi yang terjadi dapat menyebabkan sel tumbuh dan berkembang ke arah keganasan akibat adanya mutasi deoxyribonucleic acid (DNA), proliferasi sel yang abnormal, angiogenesis dan metastasis (Morgan et al., 2004; Colotta, 2009). Respon inflamasi dapat dinilai dengan penanda hematologi rutin seperti jumlah leukosit, netrofil, limfosit, trombosit, neutrophil lymphocyte ratio (NLR) dan platelet lymphocyte ratio (PLR) atau dengan penanda lain seperti C-reactive protein (CRP), fibrinogen dan sitokin-sitokin pro inflamasi.

Respon inflamasi pada tumor padat dapat menyebabkan peningkatan jumlah trombosit, penurunan jumlah limfosit dan peningkatan fibrinogen. Perbandingan antara jumlah trombosit dengan jumlah absolut dari limfosit disebut sebagai platelet lymphocyte ratio. Pada penelitian sebelumnya, penilaian PLR seringkali digunakan sebagai penanda inflamasi dan koagulasi pada keganasan. Nilai PLR

(3)

commit to user

dapat digunakan untuk menilai prognostik dan merupakan penanda yang sensitif pada kasus tumor padat seperti kanker payudara dan kanker ovarium (Raungkaewmanee et al., 2012; Azab et al., 2013).

Nilai PLR pre-operatif memiliki sensitifitas dan spesifisitas sebesar 81% dan 38% untuk menilai stadium tumor periampular adenokarsinoma (Smith et al., 2008); serta Area Under Curve (AUC), sensitifitas dan spesifisitas berturut-turut sebesar 0,66, 59% dan 72,9% untuk menilai stadium dan prognosis pada tumor ovarium (Raungkaewmanee et al., 2012). Nilai PLR juga memiliki akurasi yang hampir sama dengan tumor marker CA19-9 yaitu sebesar 68,89% untuk mendiagnosis keganasan pada penderita tumor pankreas (Miglani et al., 2013).

Respon inflamasi juga dapat menyebabkan peningkatan kadar fibrinogen. Fibrinogen merupakan protein plasma yang memiliki peran penting dalam proses hemostasis. Fibrinogen dengan dimediasi aktivitas enzimatik dari trombin dan faktor XIIIa, bersama dengan trombosit teraktivasi akan membentuk klot fibrin (Greer et al., 2013). Deposit fibrin pada jaringan stroma tumor memiliki peranan penting dalam progresifitas tumor untuk tumbuh dan metastasis (Simpson-Haidaris dan Rybarczyk, 2001). Pada penderita kanker payudara didapatkan kadar fibrinogen secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol dan memiliki korelasi dengan ukuran tumor (Blann et al., 2001). Pada penderita kanker sel skuamosa paru (Li et al., 2013) dan mesotelioma pleura (Ghanim et al., 2014), kadar fibrinogen dapat menjadi penanda diagnosis awal (prediktif) serta prognosis.

(4)

commit to user

Sepengetahuan penulis, belum ada penelitian sebelumnya, khususnya di Indonesia dan Surakarta, yang menguji nilai diagnostik PLR dan fibrinogen pada diagnosis tumor padat ganas. Penelitian ini akan dilakukan untuk mengetahui nilai diagnostik PLR dan fibrinogen terhadap biopsi sebagai baku emas dalam mendiagnosis keganasan pada penderita tumor padat. Uji diagnostik yang dilakukan akan mendapatkan hasil berupa titik potong (cut off), AUC, sensitifitas, spesifisitas, nilai duga positif (NDP), nilai duga negatif (NDN), rasio kemungkinan positif (RKP), dan rasio kemungkinan negatif (RKN).

Bahan dan Metoda Pasien

Data penelitian diambil dari rekam medis RSDM Surakarta pada bulan Februari 2013 – April 2013. Pemilihan subyek penelitian dilakukan secara consecutive sampling (berurutan). Semua penderita tumor padat yang berusia 18-60 tahun pre-operasi dan biopsi di Intalasi Bedah Onkologi dan Laboratorium Patologi Anatomi dan melakukan pemeriksaan darah di Laboratorium Patologi Klinik akan disertakan dalam penelitian. Pasien dengan: (1) Penyakit infeksi/inflamasi akut lainnya (ditandai dengan adanya peningkatan kadar leukosit >11.500/μL dan kadar CRP >10mg /L), (2) riwayat penyakit infeksi/inflamasi kronis lainnya seperti rheumatoid artritis, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, infark miokard dan stroke iskemik (ishemia reperfusion injury), (3) riwayat penggunaan obat anti inflamasi terus menerus jangka panjang (4) riwayat operasi tumor sebelumnya dan mengundurkan diri dari penelitian akan diekslusi. Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik RSDM Surakarta.

(5)

commit to user Pengukuran variabel

Sebelum operasi atau biopsi, pasien diambil darah vena sebanyak 2cc darah dengan antikoagulan Ethylene Diamine Tetra Acetic (EDTA) untuk penilaian PLR, 2cc darah dengan antikoagulan sitras untuk pemeriksaan fibrinogen plasma dan 2cc darah tanpa antikoagulan untuk pemeriksaan kadar serum CRP. Hasil biopsi akan dicatat sebagai tumor padat ganas jika ditemukan sel-sel ganas sedangkan jika tidak ditemukan dianggap sebagai tumor padat jinak.

Perbandingan antara jumlah trombosit dengan jumlah absolut limfosit diukur sebagai PLR. Jumlah trombosit dan limfosit diukur menggunakan metode flow cytometry dengan alat Advia 120 Hematology Analyzer. Kadar fibrinogen diukur secara otomatis menggunakan metode Clauss Clotting dengan alat STA Compact. Nilai PLR dan fibrinogen akan dicari titik potong optimalnya, kemudian pasien akan dikelompokkan menjadi 2 kelompok. Kelompok positif jika memiliki nilai PLR atau fibrinogen di atas atau sama dengan titik potong, sedangkan kelompok PLR negatif bila nilai PLR atau fibrinogen kurang dari titik potong.

Analisis statistik

Data karakteristik subyek penelitian disajikan dalam bentuk deskriptif. Untuk mengetahui pola distribusi data digunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov. Titik potong nilai PLR dan kadar fibrinogen akan dinilai dengan menggunakan kurva ROC dan dengan mengambil batas nilai AUC paling besar. Setelah didapatkan titik potong untuk PLR dan fibrinogen kemudian dilakukan uji diagnostik dengan tabel 2x2 untuk mengukur sensitifitas, spesifisitas, NDP, NDN, RKP dan RKN

(6)

commit to user

untuk masing-masing nilai PLR dan kadar fibrinogen terhadap baku emas biopsi jaringan. Analisis statistik diolah menggunakan program komputer.

Hasil

Karakteristik pasien

Subyek penelitian yang berjumlah 60 orang, dengan pria sejumlah 17 orang (28%) dan wanita sejumlah 43 orang (72%) memiliki rata-rata usia 46,98 ± 13,64 tahun. Usia minimum pasien pada penelitian ini adalah 22 tahun dan maksimum adalah 83 tahun. Data dari 60 orang subyek penelitian kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis tumornya, yaitu tumor padat ganas dan tumor padat jinak. Pada tabel 2 dapat dilihat distribusi nilai rerata kadar trombosit, limfosit, fibrinogen dan nilai PLR berdasarkan hasil pemeriksaan biopsi, dimana biopsi positif mengandung sel ganas sedangkan pada biopsi negatif tidak ditemukan sel ganas. Tabel 1. Data karakteristik subyek penelitian

Parameter N % Rerata Minimum Maksimum

Jenis kelamin - Pria - Wanita 17 43 28 72 Umur (th) 46,98 ± 13,64 22 83 Trombosit (103/μL) 332,77 ± 75,84 218 580 Limfosit (103/μL) 2,10 ± 0,53 0,92 3,37 PLR 155,96 83,52 552,38 Fibrinogen (mg/dL) 378,60 ± 107,66 205 582

Tabel 2. Nilai rerata trombosit, limfosit, PLR dan fibrinogen berdasarkan hasil pemeriksaan biopsi

Parameter POSITIF

(tumor padat ganas)

NEGATIF

(tumor padat jinak) P Trombosit (103/μL) 361,67 ± 80,34 303,78 ± 59,33 0,002* Limfosit (103/μL) 2,03 ± 0,53 2,17 ± 0,52 0,319* PLR 170,51 143,06 0,01** Fibrinogen (mg/dL) 457,90 ± 88,31 299,30 ± 52,62 <0,001* Ket: * uji T ** uji Mann-Whitney

(7)

commit to user

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kadar trombosit signifikan lebih tinggi pada pasien yang ditemukan sel ganas pada hasil biopsinya dibandingkan dengan yang negatif (361,67 ± 80,34 x103/μL dan 303,78 ± 59,33 x103/μL; p=0,002). Kadar limfosit pada pasien tumor ganas memiliki nilai yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tumor padat jinak, tetapi perbedaan ini tidak signifikan (2,03 ± 0,53 x103/μL dan 2,17 ± 0,52 x103/μL; p=0,319).

Pada kelompok pasien dengan tumor padat ganas, nilai PLR (170,51 dan 143,06) lebih tinggi signifikan dibandingkan pada kelompok tumor padat jinak dengan nilai p=0,01 (Gambar 1). Kadar fibrinogen (457,90 ± 88,31 mg/dL dan 299,30 ± 52,62 mg/dL) pada penelitian ini juga secara signifikan lebih tinggi pada kelompok pasien dengan tumor padat ganas dibandingkan tumor padat jinak, dengan nilai signifikansi p<0,001 (Gambar 2).

Gambar 1. Boxplot perbedaan nilai PLR antara tumor padat ganas dan jinak Tumor Padat Ganas Tumor Padat Jinak

(8)

commit to user

Gambar 2. Boxplot perbedaan kadar fibrinogen antara tumor padat ganas dan jinak Uji diagnostik nilai PLR terhadap hasil pemeriksaan biopsi

Dari kurva ROC didapatkan bahwa titik potong untuk nilai PLR adalah 155 dengan nilai AUC 0,69 (Gambar 3). Tabel uji diagnostik dengan menggunakan nilai potong 155 untuk PLR ditampilkan pada tabel 3. Nilai di atas 155 dianggap positif, sedangkan untuk nilai di bawah 155 dianggap negatif.

Tabel 3. Tabel uji diagnostik nilai PLR dan kelompok tumor padat berdasarkan hasil biopsi jaringan

Nilai PLR

Pemeriksaan biopsi jaringan

Jumlah POSITIF (N dan %)

(tumor padat ganas)

NEGATIF (N dan %) (tumor padat jinak)

>155 (POSITIF) 21 (70,0%) 11 (36,7%) 32 (53,3%) < 155 (NEGATIF) 9 (30%) 19 (63,3%) 28 (46,7%)

Jumlah 30 (50%) 30 (50%) 60 (100%)

Tumor Padat Ganas Tumor Padat Jinak

Fib rin oge n (mg/ d L) p < 0,001

(9)

commit to user

Dari tabel uji diagnostik didapatkan bahwa sebanyak 32 orang dari 60 pasien memiliki nilai PLR > 155. Pada kelompok pasien yang positif tumor ganas, sebanyak 21 (70%) orang pasien memiliki nilai PLR > 155. Dari sisa 28 orang yang memiliki PLR < 155, sebanyak 9 orang (30%) positif mengandung sel ganas pada hasil pemeriksaan biopsinya. Uji diagnostik kemudian dilakukan menggunakan titik potong 155 untuk menilai sensitivitas, spesifisitas, NDP, NKN, RKP dan RKN. Hasil perhitungan uji diangostik dengan menggunakan titik potong 155 adalah sebagai berikut: 70%, 63%, 66%, 68%, 1,89 dan 0,48.

(10)

commit to user

Uji diagnostik kadar fibrinogen terhadap hasil pemeriksaan biopsi

Dari kurva ROC didapatkan bahwa titik potong untuk kadar fibrinogen adalah 345 mg/dL dengan nilai AUC 0,93 (Gambar 4) . Tabel uji diagnostik dengan menggunakan nilai potong 345 mg/dL untuk fibrinogen ditampilkan pada tabel 8. Kadar fibrinogen di atas 345 mg/dL dianggap positif, sedangkan untuk kadar di bawah 345 mg/dL dianggap negatif.

Dari tabel uji diagnostik (tabel 4) didapatkan bahwa sebanyak 31 orang dari 60 pasien memiliki kadar fibrinogen > 345 mg/dL. Pada kelompok pasien yang positif tumor ganas, sebanyak 26 (86,7%) orang pasien memiliki kadar

(11)

commit to user

fibrinogen > 345 mg/dL. Dari sisa 29 orang yang memiliki kadar fibrinogen < 345 mg/dL, sebanyak 4 orang (13,3%) positif mengandung sel ganas pada hasil pemeriksaan biopsinya.

Tabel 4. Tabel uji diagnostik nilai PLR dan hasil pemeriksaan biopsi

Kadar fibrinogen

Pemeriksaan biopsi jaringan

Jumlah POSITIF (N dan %)

(tumor padat ganas)

NEGATIF (N dan %) (tumor padat jinak)

>345 mg/dL (POSITIF) 26 (86,7%) 5 (16,7%) 31 (51,7%) < 345 mg/dL (NEGATIF) 4 (13,3%) 25 (83,3%) 29 (48,3%)

Jumlah 30 (50%) 30 (50%) 60 (100%)

Uji diagnostik kemudian dilakukan menggunakan titik potong 345 untuk menilai sensitivitas, spesifisitas, NDP, NKN, RKP dan RKN. Hasil perhitungan uji diangostik fibrinogen dengan menggunakan titik potong 345 mg/dL adalah sebagai berikut: 87%, 83%, 84%, 86%, dan 0,16.

Analisis bertingkat PLR dan fibrinogen

Analisis bertingkat dilakukan untuk mengetahui apakah nilai diagnostik PLR akan meningkat jika dikombinasikan dengan fibrinogen. Pada analisis kurva ROC (gambar 5) didapatkan bahwa jika nilai PLR dikombinasikan dengan kadar fibrinogen, maka nilai diagnostik PLR akan meningkat dari lemah (AUC = 0,69) menjadi menjadi sangat baik (AUC = 0,92).

Pada tabel 5 ditunjukkan nilai-nilai AUC untuk masing-masing parameter dan kombinasinya. Pada penelitian ini, meskipun nilai diagnostik PLR meningkat jika dikombinasikan dengan pemeriksaan fibrinogen, dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai AUC kombinasi PLR dan fibrinogen tidak lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan fibrinogen sendiri. Pemeriksaan fibrinogen

(12)

commit to user

sebagai marker tunggal memiliki nilai AUC paling tinggi jika dibandingkan PLR maupun PLR setelah dikombinasikan dengan fibrinogen.

Tabel 5. Nilai AUC dari PLR, fibrinogen dan kombinasi PLR dan fibrinogen

Parameter AUC

PLR 0,69

Fibrinogen 0,93

PLR + fibrinogen 0,92

Diskusi

Tumor padat tersusun atas sel tumor dan jaringan stroma yang mengalami pertumbuhan abnormal, perubahan struktur atau proliferasi abnormal menjadi sel tumor ganas (Sarjadi, 1994; Acton, 2013). Pertumbuhan kanker pada tumor padat merupakan penyakit yang memiliki hubungan erat dengan proses inflamasi kronis

(13)

commit to user

(Balkwill dan Mantovani, 2001; Morgan et al., 2004). Respon inflamasi yang terjadi dapat menyebabkan sel tumbuh dan berkembang ke arah keganasan (Morgan et al., 2004; Colotta, 2009).

Respon inflamasi pada tumor padat dapat menyebabkan peningkatan jumlah trombosit, penurunan jumlah limfosit dan peningkatan fibrinogen sehingga dapat menjadi penanda untuk respon inflamasi pada tumor padat ganas. Perbandingan antara jumlah trombosit dengan jumlah absolut dari limfosit disebut sebagai platelet lymphocyte ratio.

Subyek penelitian yang berjumlah 60 orang, dengan pria sejumlah 17 orang (28%) dan wanita sejumlah 43 orang (72%) memiliki rata-rata usia 46,98 ±

13,64 tahun. Usia minimum pasien pada penelitian ini adalah 22 tahun dan maksimum adalah 83 tahun. Ferlah et al. (2012) menyebutkan bahwa insiden kanker 80-90% terjadi pada usia lebih dari 40 tahun, dimana rata-rata usia saat kanker terdeteksi pertama kali adalah 65 tahun. Ferlay (2013) juga menyebutkan bahwa insiden kanker terjadi lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita. Pada penelitian ini, didapatkan bahwa kejadian kanker lebih banyak pada wanita kemungkinan dikarenakan populasi penderita tumor padat yang datang berobat ke RSDM adalah kebanyakan wanita dibandingkan pria.

Jumlah rerata trombosit pada seluruh pasien tumor padat masih dalam batas normal, yaitu 332,77 ± 75,84 x103/μL, namun pada kelompok pasien tumor padat ganas, jumlah trombosit lebih tinggi signifikan (p = 0,002) dibandingkan kelompok pasien tumor padat jinak (361,67 ± 80,34 x103/μL dan 303,78 ± 59,33 x103/μL; p=0,002). Salah satu respon inflamasi akut adalah aktivasi trombosit.

(14)

commit to user

Trombosit yang teraktivasi akan melepaskan TPO yang akan menstimulasi megakariosit di sumsum tulang untuk membentuk trombosit sehingga jumlah trombosit akan meningkat. Folman et al. (2000) menyebutkan bahwa pada tumor padat, microenvironment tumor akan menyebabkan peningkatan respon inflamasi sehingga trombosit yang teraktivasi semakin banyak, akibatnya jumlah TPO yang dilepas lebih tinggi sehingga dapat terjadi trombositosis.

Pada penelitian ini juga didapatkan jumlah rerata limfosit absolut adalah 2,10 ± 0,53 x103/μL, jumlah ini masih dalam batas nilai range normal (1,4 – 4 x103/μL). Jumlah rerata limfosit yang lebih rendah pada pasien tumor padat ganas jika dibandingkan dengan tumor padat jinak (2,03 ± 0,53 x103/μL dan 2,17 ± 0,52 x103/μL), meskipun tidak signifikan (p=0,319) sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Milne et al. (2012).

Rerata nilai PLR pada penelitian ini adalah 155,96. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa pada kasus keganasan, nilai PLR meningkat lebih dari 200 (Ghanim et al., 2014 ; Raungkaewmanee et al., 2012). Rerata kadar fibrinogen pada penelitian ini masih dalam batas normal, yaitu 378,60 ± 107,66 mg/dL.

Nilai PLR merupakan penanda respon inflamasi yang mudah dan dapat dinilai dari parameter pemeriksaan hematologi rutin (Yavuscan et al., 2013). Pada penelitian sebelumnya, PLR memiliki nilai prognostik dan merupakan penanda yang sensitif pada kasus tumor padat seperti kanker payudara dan kanker ovarium (Raungkaewmanee et al., 2012; Azab et al., 2013). Pada penelitian ini, nilai PLR secara signifikan lebih tinggi pada kelompok pasien tumor padat ganas dibandingkan kelompok tumor padat jinak (170,51 dan 143,06, p=0,01).

(15)

commit to user

Nilai PLR dengan titik potong 155 memiliki nilai prognostik dengan sensitivitas sebesar 70%, spesifisitas sebesar 63% dan nilai AUC sebesar 0,693. Nilai sensitivitas dan AUC pada penelitian ini lebih baik dibandingkan penelitian Raungkaewmanee et al. (2012) pada tumor ovarium, dimana nilai PLR hanya memiliki sensitivitas dan AUC sebesar 59% dan 0,66. Meskipun demikian, sensitivitas PLR pada penelitian ini masih lebih rendah dibandingkan pada penelitian yang dilakukan Smith et al. (2008) yaitu sebesar 81%.

Pada penelitian ini, kadar fibrinogen juga lebih tinggi signifikan pada kelompok tumor padat ganas dibandingkan dengan kelompok tumor padat jinak (457,90 ± 88,31 mg/dL dan 299,30 ± 52,62 mg/dL, p<0,001). Pada tumor padat ganas, sebagai respon terhadap inflamasi, terjadi peningkatan aktivitas proses koagulasi, sehingga pembentukan fibrin akan meningkat.

Kadar fibrinogen pada penelitian ini lebih tinggi signifikan pada kelompok pasien tumor padat ganas dibandingkan jinak. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Blann et al. (2001) yang menyebutkan bahwa kadar fibrinogen signifikan lebih tinggi pada pasien tumor padat ganas payudara dibandingkan dengan kontrol. Menggunakan titik potong kadar fibrinogen sebesar 345 mg/dL, didapatkan pada hasil penelitian ini sensitivitas, spesifisitas dan nilai AUC sebesar 87%, 83% dan 0,93.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kurang homogennya subyek penelitian. Ada banyak jenis tumor pada tumor padat, dan kemungkinan tiap tipe tumor memiliki karakteristik yang berbeda dalam menilai peran PLR dan fibrinogen untuk mendiagnosis keganasan. Diperlukan penelitian lebih lanjut

(16)

commit to user

dengan sampel yang lebih homogen dan karakteristik yang lebih spesifik untuk lebih dapat menilai peran PLR dan fibrinogen dalam mendiagnosis tumor padat ganas.

Simpulan

Platelet lymphocyte ratio pada titik potong 155 memiliki nilai diagnostik yang lemah untuk mendiagnosis tumor padat ganas sedangkan fibrinogen pada titik potong 345 mg/dL memiliki nilai diagnostik yang sangat baik. Nilai diagnostik PLR meningkat dari lemah (AUC 0,69) menjadi sangat baik (AUC 0,92) jika dikombinasikan dengan fibrinogen dalam mendiagnosis keganasan pada pasien tumor padat. Meskipun demikian, nilai kombinasi ini masih lebih kecil dibandingkan dengan pemeriksaan fibrinogen sebagai marker tunggal.

Daftar Pustaka

Acton QA. 2013. Solid Cancer: New Insight for the Healthcare Professional. Atlanta: Scholarly Editions. 1-37.

Aggarwal BB, Vijayalekshmi RV, Sung B. 2009. Targeting inflammatory pathways for prevention and therapy of cancer: short-term friend, long-term foe. Clin Cancer Res. 15:425–430.

Azab B, Shah N, Radbel J, Tan P, Bhatt V, Vonfrolio S. 2013. Pretreatment neutrophil/lymphocyte ratio is superior to platelet/lymphocyte ratio as a predictor of long-term mortality in breast cancer patients. Med Oncol. 30: 432. Balducci L, Lyman GH, Ershler WB, Extemann M. 2004. Physiological Basics of Aging

and Geriatrics. United Kingdom: Taylor & Francis. 237-239.

Balkwill F, Mantovani A. 2001. Inflammation and cancer: back to Virchow? Lancet. 357(9255):539-45.

Ben-Neriah Y, Karin M. 2011. Inflammation meets cancer, with NF- κB as the matchmaker. Nat Immunol. 12:715 – 723.

Blann AD, Gurney D, Wadley M, Bareford D, Stonelake P, Lip GY. 2001. Increased soluble P-selectin in patients with haematological and breast cancer: a comparison with fibrinogen, plasminogen activator inhibitor and von Willebrand factor. Blood

Coagul Fibrinolysis. 12:43-50.

Budiarto E. 2002. Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar. Jakarta: EGC. 184-195.

Chaurasia R, Jain A. Tumour Self Assessment & Review. New Delhi: Shri Bhupesh Arora. 1-28.

Colotta F. 2009. Cancer-related inflammation, the seventh hallmark of cancer: links to genetic instability. Carcinogenesis. 30(7): p. 1073-81.

(17)

commit to user

Compton CC, Byrd DR, Aguilar JG. 2012. Cancer Staging Atlas: A Companion to the

Seventh Editions of the AJCC Cancer Staging Manual and Handbook. London:

Springer. 3-22.

Condeelis J, Pollard JW. 2006. Macrophages: obligate partners for tumor cell migration, invasion, and metastasis. Cell. 124:263–266.

Coussens ML, Aitvogel L, Palucka AK. 2013. Neutralizing tumor-promoting chronic inflammation: a magic bullet? Science. 339:286 – 291.

Erpenbeck L, Schön MP. 2010. Deadly allies: the fatal interplay between platelets and metastasizing cancer cells. Blood. 115(17):3436 – 3427.

Ferlah U, Soerjomataram I, Ervik M, Dikshit R, Eser S. 2012. Cancer Incidence and

Mortality Worldwide. Available at:

Ferlay J, Foucher ES, Tieulent JL, Rosso S, Coebergh JWW, Comber H, Forman D. 2013. Cancer incidence and mortality patterns in Europe: estimates for 40 countries in 2012. European Journal of Cancer. 49:1374-1403.

Folman CC, Linthorst GE, van Mourik J, van Willigen G, de Jonge E, Levi M, de Haas M, et al.. 2000. Platelets release thrombopoietin (Tpo) upon activation: another regulatory loop in thrombocytopoiesis? Thromb. Haemost. 83: 923–930.

Gahvane YN, Shete AS, Bhagat AK, Shinde VR, Bhong KK, Khairnar GA, Yadav AV. 2011. Solid tumors: facts, challenges and solution. Int J of Pharma Sciences and

Research. 2(1):1-12.

Ghanim B, Hoda MA, Klikovits T, Winter MP, Grusch M, Dome B, Arns M, et al. 2014. Circulating fibrinogen is a prognostic and predictive biomarker in malignant pleural mesothelioma. British Journal of Cancer. 110:984-990.

Greer JP, Arber DA, Glader N, List AF, Means RT, Paraskevas F, Rodgers GM. 2013.

Wintrobe’s Clinical Hematology 13th edition. Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins. 1161-1162.

Grivennikov SI, Greten FR, Karin M. 2010. Immunity, inflammation and cancer. Cell. 140(6):883 – 899.

http://www.wcrf.org/cancer_statistics/world_cancer_statistics.php. (Diunduh 26 Maret 2014.

Jain SK, Stoker DL. 2013. Basic Surgical Skills and Techniques. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. 90-95.

Jankowski JAZ. 2011. Inflammation and Gastrointestinal Cancer. New York: Springer Verlag. 2-18.

Labelle M, Begum S, Hynes RO. 2011. Direct Signaling between Platelets and Cancer Cells Induces an Epithelial-Mesenchymal-Like Transition and Promotes Metastasis.

Cancer Cell. 20:576–590.

Lee S, Oh SY, Kim SH, Lee JH, Kim MC. 2013. Prognostic significance of neutrophil lymphocyte ratio and platelet lymphocyte ratio in advanced gastric cancer patients treated with FOLFOX chemotherapy. Cancer. 13:350 – 361.

Li XJ, Wu QF, He DL, Fu JK, Jin X. 2014. Proteomic profiling of serum from stage I lung squamous cell carcinoma patients. Asian Pacific J Cancer Prev. 14(4):2273-2276.

Mantovani A, Allavena P, Sica A, Balkwill F. 2008. Cancer-related inflammation.

Nature. 454:436–444.

Manuaba TW. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid PERABOI 2010. Jakarta: CV Sagung Seto. 3-13.

Miglani RK, Bhateja N, Bhat RS, Kumar KVA. 2013. Diagnostic role of platelet lymphocyte ratio (PLR) in pancreatic head masses. Indian J Surg. 75(1): 4-9

(18)

commit to user

Morgan DW, Forrsmann UJ, Nakada MT. 2004. Cancer and Inflammation. Switzerland: Birkhäuser Verlag. 1-19.

Polanski M, Anderson NL. 2006. A list of candidate cancer biomarkers for targeted proteomics. Biomarkers Insights. 2:1-48.

Porth CM. 2011. Essentials of Pathophysiology: Concepts of Altered Health States. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins. 61-66.

Raungkaewmanee S, Tangjitgamol S, Manusirivithaya S, Srijaipracharoen S, Thavaramara T. 2012. Platelet to lymphocyte ratio as a prognostic factor for epithelial ovarian cancer. J Gynecol Oncol. 23: 265-273.

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Available at:

http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf

(Diunduh 15 April 2014).

Sarjadi. 1994. Patologi Umum dan Sistemik. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 260 – 267.

Scheel C, Onder T, Karnoub A, Weinberg RA. 2007. Adaptation versus selection: the origins of metastatic behavior. Cancer Res. 67, 11476–11479, discussion 11479– 11480.

Serhan CN, Ward PA, Gilroy DW. 2010. Fundamentals of Inflammation. New york: Cambridge University Press. 1-28.

Simpson-Haidaris PJ, Rybarczyk B. 2001. Tumors and fibrinogen. The role of fibrinogen as an extracellular matrix protein. Ann NY Acad Sci. 936:406-25.

Smith RA, Bosonnet L, Raraty M, Sutton R, Neoptolemos JP, Campbell F, Ghaneh P. 2009. Preoperative platelet-lymphocyte ratio is an independent significant prognostic marker in resected pancreatic ductal adenocarcinoma. Am J Surg. 197(4):466 – 472. Solinas G, Germano G, Mantovani A, Allavena P. 2009. Tumor-associated macrophages

(TAM) as major players of the cancer-related inflammation. J Leukoc Biol. 86:1065 – 1073.

Tranum BL, Haut A. 1974. Thrombocytosis: platelet kinetics in neoplasia. J Lab Clin

Med. 84(5): 615-619.

Verheul HM, Hoekman K, Lupu F, Broxterman HJ, van der V, Kakkar A K, Pinedo HM. 2000. Platelet and coagulation activation with vascular endothelial growth factor generation in soft tissue sarcomas. Clin. Cancer Res. 6: 166 –171.

Yavuzcan A, Çağlar M,Üstün Y, Dilbaz S, Özdemir I, Yıldız E, Özkara A, Kumru S. 2013. Evaluation of mean platelet volume, neutrophil/lymphocyte ratio and platelet/lymphocyte ratio in advanced stage endometriosis with endometrioma. J

Turkish-German Gynecol Assoc. 14: 210-5.

Zamarron BF, Chen W. 2011. Dual roles of immune cells and their factors in cancer development and progression. Int J Biol Sci. 7:651 – 658.

Gambar

Tabel 1. Data karakteristik subyek penelitian
Gambar 1. Boxplot perbedaan nilai PLR antara tumor padat ganas dan jinak Tumor Padat Ganas Tumor Padat Jinak
Gambar 2. Boxplot perbedaan kadar fibrinogen antara tumor padat ganas dan jinak  Uji diagnostik nilai PLR terhadap hasil pemeriksaan biopsi
Gambar 3. Kurva ROC nilai PLR
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, penelita dapat menyimpulkan masih banyak yang kurang dorongan atau motivasi baik dari dalam diri maupun dari orang

Berdasarkan hasil penilaian, kesesuaian penggunaan bahasa pada buku teks pelajaran Bahasa Indonesia untuk Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Edisi Revisi 2016 sesuai dengan perkembangan

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Asli Daerah terhadap Indeks Pembangunan Manusia dengan Pengalokasian Anggaran Belanja

Berdasarkan pertimbangan hakim terhadap unsur pasal 55 ayat (1) ke- 1 KUHP pada perkara aquo, menyatakan bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, telah tampak

Dengan memanjatkan segala puji dan Rasa Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini

Faktor yang mempengaruhi subjek penelitian untuk terlibat dalam exploratory risk-taking behavior adalah peer pressure family involvement, sehingga keterlibatan subjek pada

Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung

Manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada seluruh masyarakat yang aktif pada media sosial agar dapat mengetahui bahwasanya dapat