• Tidak ada hasil yang ditemukan

WIL AYAH T E T T Y H A R A H A P, S T., M. E N G U N I V. I N D O G L O B A L M A N D I R I 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WIL AYAH T E T T Y H A R A H A P, S T., M. E N G U N I V. I N D O G L O B A L M A N D I R I 2016"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI-TEORI

PENGEMBANGAN

WILAYAH

(2)

Sumber: SCL PWK 2006 tahun 2007-2008 (Andryan Wikrawardana, Widitra Maulida, Yanita Triwalini, Swari Kusuma, Wira P, Dwi Nuswantara, Firma Rizki, Kurnia Bagus P)

(3)

KONSEKUENSI SPASIAL SECARA

FISIKAL

Fisikal Horizontal → Proses perkembangan spasial sentrifugal

Faktor : - aksesibilitas

- pelayanan umum

- karakteristik lahan

- karakteristik pemilik lahan

- peraturan tata guna lahan

- prakarsa pengembang

(4)

1. Perkembangan Memanjang

adalah suatu proses penambahan areal kekotaan

yang terjadi di sepanjang jalur-jalur memanjang

di luar daerah terbangun.

Jalur memanjang → jalur transportasi (darat,

sungai)

→ lembah sempit

► ekspresi ribbon;

dua jalur transportasi utama

yang

searah.

Sumber: SCL PWK 2006 tahun 2007-2008 (Andryan Wikrawardana, Widitra Maulida, Yanita Triwalini, Swari Kusuma, Wira P, Dwi Nuswantara, Firma Rizki, Kurnia Bagus P)

(5)

► ekspresi bumerang;

dua

jalur transportasi utama

yang tidak searah dan

membentuk lengkungan

► ekspresi bintang/gurita;

tiga atau lebih jalur

transportasi utama

(6)

STUDI KASUS SPASIAL DI INDONESIA

Parangtritis

• Peran Jaringan Transportasi dalam Pembentukan Struktur Tata Ruang Wilayah

• Daya Tarik Parangtritis: - kegiatan pariwisata

- tempat pelelangan ikan (TPI)

• Pemerintah Kabupaten Bantul membangun jalan kabupaten “Parangkusumo-Depok”

• Jalur jalan Parangkusumo-Depok membentuk ekspresi spasial Ribbon Shape Development

faktor : jaringan jalan Parangkusumo-Depok

pola jaringan jalan yang sejajar dengan garis pantai karakteristik lahan kawasan Parangtritis

terhubungnya pusat ekonomi Parangkusumo-Depok

Sumber: SCL PWK 2006 tahun 2007-2008 (Andryan Wikrawardana, Widitra Maulida, Yanita Triwalini, Swari Kusuma, Wira P, Dwi Nuswantara, Firma Rizki, Kurnia Bagus P)

(7)

2. Perkembangan Lompat Katak

adalah bentuk perkembangan areal kekotaan yang

terjadi secara sporadis di luar daerah terbangun

utamanya dan daerah pembangunan baru yang

terbentuk berada di tengah daerah yang belum

terbangun.

(8)

STUDI KASUS PERKEMBANGAN LOMPAT

KATAK

Ekspresi seperti ini terjadi dalam dua cara

• Karena bentang alam

• Karena memang direncanakan untuk tujuan tertentu

Bentang alam pegunungan yang tidak memungkinkan untuk

meluaskan kota secara normal dapat berekspresi lompat katak pada daerah sekitar kota yang berkarakteristik memungkinkan ,misal:kota-kota di Papua

Ekspresi lompat katak juga bisa disengaja,justru untuk mempercepat perkembangan sebuah kota,agar daerah di antara kota pusat

dengan sekitar dapat tumbuh dengan cepat.

Sumber: SCL PWK 2006 tahun 2007-2008 (Andryan Wikrawardana, Widitra Maulida, Yanita Triwalini, Swari Kusuma, Wira P, Dwi Nuswantara, Firma Rizki, Kurnia Bagus P)

(9)
(10)

► dispersed urban design model

upaya preservasi lahan pertanian di beberapa kota

negara barat

di sela-sela lahan terbangun terdapat ruang terbuka hijau yang memberikan kenyamanan bertempat tinggal

Sumber: SCL PWK 2006 tahun 2007-2008 (Andryan Wikrawardana, Widitra Maulida, Yanita Triwalini, Swari Kusuma, Wira P, Dwi Nuswantara, Firma Rizki, Kurnia Bagus P)

(11)

3. Perkembangan Konsentris

adalah bentuk perkembangan areal kekotaan yang

terjadi di sisi-sisi luar daerah kekotaan yang telah

terbangun dan menyatu dengannya secara kompak

(12)

STUDI KASUS PERKEMBANGAN KONSENTRIS DI

JAKARTA

Daerah yang berada di sekitar Monas

lama kelamaan menyatu dengan Monas,

karena persamaan-persamaan yang ada

dan menjadi sebuah pusatnya.

• Monas yang berada di Jakarta, menandai adanya pusat di Kota Jakarta dan daerah sekitarnya menjadi berkembang mengikuti gelombang kemajuan dari pusat kota.

Sumber: SCL PWK 2006 tahun 2007-2008 (Andryan Wikrawardana, Widitra Maulida, Yanita Triwalini, Swari Kusuma, Wira P, Dwi Nuswantara, Firma Rizki, Kurnia Bagus P)

(13)
(14)

• Biasanya dibentuk karena adanya kegiatan yang seragam

• Menunjukkan adanya kesempatan perluasan kota kesegala arah

• Tidak ada halangan fisikal yang berarti

• Contoh : Kota Yogyakarta

4. SQUARE CITIES

Sumber: SCL PWK 2006 tahun 2007-2008 (Andryan Wikrawardana, Widitra Maulida, Yanita Triwalini, Swari Kusuma, Wira P, Dwi Nuswantara, Firma Rizki, Kurnia Bagus P)

(15)
(16)

5. FAN SHAPE CITIES

Oleh karena sebab-sebab tertentu

perluasan

fisikal kotanya hanya berjalan di sisi tertentu

saja

Bentuk setengah lingkaran

Perkembangan ke arah luar lingkaran

Pusat Kota terletak di daerah pinggiran

Umumnya merupakan kota pelabuhan yang

mempunyai latar belakang topografi yang

relatif datar

Contoh : San Fransisco

Sumber: SCL PWK 2006 tahun 2007-2008 (Andryan Wikrawardana, Widitra Maulida, Yanita Triwalini, Swari Kusuma, Wira P, Dwi Nuswantara, Firma Rizki, Kurnia Bagus P)

(17)
(18)

6. SPLIT CITIES

• Termasuk kota yang kompak

• Dibelah oleh perairan yang cukup lebar

• Kota terdiri dari 2 bagian yang terpisah

• Contoh : Kota London, Kota Palembang

Sumber: SCL PWK 2006 tahun 2007-2008 (Andryan Wikrawardana, Widitra Maulida, Yanita Triwalini, Swari Kusuma, Wira P, Dwi Nuswantara, Firma Rizki, Kurnia Bagus P)

(19)
(20)

PALEMBANG

Sumber: SCL PWK 2006 tahun 2007-2008 (Andryan

Wikrawardana, Widitra

Maulida, Yanita Triwalini, Swari Kusuma,

Wira P, Dwi Nuswantara, Firma Rizki, Kurnia Bagus P)

(21)

• Kondisi ini biasanya terdapat pada kota besar yang dikelilingi oleh kota satelit.

• Penghuni kota satelit adalah komuter dari kota besar. Sebagian besar penduduknya tergantung dengan kehidupan di kota besar.

• Hal ini akan menciptakan bentuk kota megapolitan.

• Contoh : JABODETABEK

(22)

STUDI KASUS

PERKEMBANGAN STELLAR CITIES

• Kota BODETABEK adalah daerah penunjang bagi Kota Jakarta sekitarnya.

• Kota satelit bisa juga sebagai pemasok barang-barang kebutuhan warga kota besar, karena semakin besar dan berkembangnya suatu kota maka sikap warganya untuk

memproduksi barang-barang untuk kebutuhan mereka juga akan semakin turun.

• Karena inilah fungsi kota BODETABEK sebagai kota satelit penunjang kebutuhan hidup masyarakat kota besar akan semakin tampak.

• Karena interaksi yang tetap, maka sikap hidup pada

masyarakatnya secara bertahap akan mengalami apa yang bernama "resonansi sosiologis”.

Sumber: SCL PWK 2006 tahun 2007-2008 (Andryan Wikrawardana, Widitra Maulida, Yanita Triwalini, Swari Kusuma, Wira P, Dwi Nuswantara, Firma Rizki, Kurnia Bagus P)

(23)

KOTA UTAMA KOTA SATELIT KOTA SATELIT KOTA SATELIT KOTA SATELIT KOTA SATELIT

(24)

Sumber: SCL PWK 2006 tahun 2007-2008 (Andryan Wikrawardana, Widitra Maulida, Yanita Triwalini, Swari Kusuma, Wira P, Dwi Nuswantara, Firma Rizki, Kurnia Bagus P)

(25)

KESIMPULAN

Perkembangan keruangan kota dipengaruhi oleh beberapa

sebab, meliputi:

Jalur transportasi

Bentang alam

(26)
(27)

TEORI-TEORI LOKASI

1.

Teori lokasi pertanian (von Thunen dkk.)

2.

Teori struktur intern perkotaan (Burgess, dkk.)

3.

Teori lokasi perindustrian (Weber, dkk.)

4.

Teori tempat pusat / central place theory

(Christaller, dkk.)

5.

Teori-teori lain (“turunan’)

(28)

TEORI LOKASI PERTANIAN

(VON THUNEN, JOHNSON,

SINCLAIR) 1

• Von Thunen: ekonom dan tuan tanah di Jerman

• Pola produksi pertanian yang dihubungkan dengan tata guna lahan di suatu kota pasaran

• Asumsi:

1. Kota pasaran (market town) harus berlokasi terpencil di pusat suatu wilayah homogen secara geografis, dalam arti tanah dan iklimnya

2. Biaya transportasi berbanding lurus dengan jarak (transportasi = pengangkutan hasil dari tempat produksi ke kota)

3. Setiap petani di kawasan sekeliling kota pasaran akan menjal hasil kelebihan hasil pertanian ke kota, dengan biaya transportasi ditanggung sendiri

4. Petani cenderung memilih jenis tanaman yang menghasilkan profit maksimal

(29)
(30)

TEORI LOKASI PERTANIAN

(VON THUNEN, JOHNSON, SINCLAIR) 2

Zona-zona konsentris dan prinsip economic rent (rent tertinggi dengan

keuntungan maksimal)

Konsep ekonomi dan spatial lokasi

Teori umum tentang pola tata guna lahan: suatu cara penggunaan ruang

(lahan) bertalian erat dengan jaraknya ke pasar di dalam membagi

hasilnya serta biaya pengangkutannya

Kelemahan: keterikatan pada waktu dan wilayah VS. teknologi

pengawetan dan transportasi

(31)
(32)

TEORI-TEORI LOKASI

1.

Teori lokasi pertanian (von Thunen dkk.)

2.

Teori struktur intern perkotaan (Burgess, dkk.)

3.

Teori lokasi perindustrian (Weber, dkk.)

4.

Teori tempat pusat / central place theory

(Christaller, dkk.)

5.

Teori-teori lain (“turunan’)

6.

Model-model interaksi

Sumber: (1) Daldjoeni, Drs., Geografi Baru: Organisasi keruangan dalam teori dan praktek, (2)Yunus, Hadi Sabari, Struktur Tata Ruang Kota

(33)

TEORI LOKASI PERINDUSTRIAN

(WEBER, LOSCH, HOTELLING,

PRED)

• Faktor pendukung munculnya perindustrian: ekonomis, historis, politis dan geografis

• Faktor geografis:

1. Bahan mentah: misal peternakan untuk kulit

2. Sumber daya tenaga (power resource): misal listrik

3. Suplai tenaga kerja: kuantitas dan kualitas

4. Suplai air:kuantitas dan kualitas

5. Pasaran: luas / omzet (possible purchaser) dan kuat / daya beli (purchasing power)

6. Fasilitas transportasi: mendatangkan bahan mentah dan memasarkan hasil produksi

(34)

TEORI LOKASI WEBER

(LEAST COST LOCATION) 1

Kondisi ideal: least cost location dan maximum revenue location  jarak

• Lokasi industri dipilih di tempat yang yang biayanya paling minimal (prinsip least cost location)

• Asumsi:

1. Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim dan penduduk (ketrampilan dan pemerintahannya)

2. Sumber daya / bahan mentah: keterbatasan

3. Upah buruh (upah baku dan upah kompetitif)

4. Biaya transportasi: bobot dan atau volume yang diangkut serta jarak;

weight losing (berat berkurang) dan weight gaining (bertambah berat)

5. Kompetisi antar industri

(35)

Segitiga lokasional Weber: ideal,

(36)

TEORI LOKASI WEBER

(LEAST COST LOCATION) 2

Turunan wight losing dan weight gaining: assembly cost dan

distribution cost  indeks material (bobot bahan mentah

dibagi bobot barang jadi).

Contoh pabrik kertas: weight losing, indeks material >1, lokasi

pabrik mendekati sumber bahan mentah (P2 segitiga weber)

Contoh pabrik limun: weight gaining, indeks material <1, lokasi

pabrik mendekati pasar / market (P3 segitiga weber)

Catatan: isotims (lokasi dari titik-titik di mana biaya angkutan ke

suatu tempat sama besarnya) dan isodapanes (garis

penghubung titik-titik dengan total transportation cost yang

sama)

(37)

TEORI LOKASI HOOVER

Lokasi industri pada titik pasar atau titik sumber bahan

mentah (tidak harus di antaranya)

Penyempurnaan weber: mendekati sumber bahan

mentah (weight losing) atau mendekati pasar (weight

gaining)  memperhitungkan kombinasi assembly

cost dan distribution cost

Tambahan: faktor non biaya transport, transhipment

point (titik awal pengepakan) dan break of bulk point

(titik perpindahan kargo)

(38)

MODIFIKASI SEGITIGA

LOKASIONAL WEBER

Dianggap melebih-lebihkan cost (transport cost)

Transport cost VS. labour cost  least labour cost

(39)
(40)

TEORI LOKASI LOSCH

Lokasi industri optimum  berdasarkan demand

Lokasi optimal dari suatu pabrik / industri adalah di

mana yang bersangkutan dapat menguasai wilayah

pasaran yang terluas, sehingga dihasilkan paling

banyak pendapatan (maximum revenue)

(41)

Perkembangan wilayah pasaran losch:

hexagonal

(42)

ANALISIS WILAYAH PASAR:

MODEL HOTELLING

Untuk menguji wilayah yang dimiliki suatu pabrik

tunggal  ketentuan lokasi industri dan wilayah

pasarannya

Masalah susunan spatial industri yang saling bersaing

Untuk ‘menghindari’ persaingan  ‘berdiri bertolak

belakang’  aglomerasi industri

(43)
(44)

PENDEKATAN PERILAKU

(BEHAVIOURAL APPROACH)

• Pred: matriks perilaku  analisis pengambilan keputusan lokasi

• Asumsi: pengambilan keputusan tergantung pada:

1. Kuantitas dan kualitas pengetahuan / informasi yang dimiliki

2. Kecakapan seseorang untuk memanfaatkan informasi tersebut

Rawstron: ‘teori’ lokasi industri spatial margin = tempat atau lokasi yang dikelilingi oleh titik-titik di mana total cost of producing suatu jumlah output sama dengan total revenue yang diperoleh dari penjualan output tadi (impas)

(45)
(46)

TEORI LOKASI DI DUNIA NYATA:

SATISFICER CONCEPT (KONSEP

KEPUASAN)

• Pilihan lokasi yang ‘lebih memuaskan’ daripada ‘sekedar hanya’ lokasi ekonomis, misal keteraturan / ketertiban pasar daripada profit maksimum 

social benefits

• Turunan dari behavioural geography, geografi manusia

Reaksi terhadap lokasi industri Weber (optimum location: cost transportation atau labour cost)  sub optimum location

Rationalitas VS. bounded rationality (rasionalitas terikat / terbatas)  informasi logis masih diolah berdasarkan situasi waktu, ruang dan persepsi

• Faktor yang berpengaruh:

1. preferensi individu: kecenderungan

2. aras perpajakan: VS. subsidi

3. ketrampilan wiraswasta: efisiensi dan efektivitas

4. sistem politik: kapitalisme VS. totaliter / komunis

(47)

MODEL-MODEL SATISFICER 

TURUNAN DARI GEOGRAFI PERILAKU (1)

Chrisholm dan Simon: konsep manusia sebagai

rational optimizer, bounded rationalist dan konsep

satisficer behaviour

Perusahaan kecil

Perusahaan besar

Kemungkinan pengetahuan

tentang situs

Penelitian sistematis

Penelitian lokal

Penelitian nasional

‘Kotak-kotak’ pribadi

Biro-biro resmi

Beberapa situs diperhatikan

‘Bentuk’ situs diperhatikan

Satisficer

Optimizer

(48)

MODEL-MODEL SATISFICER 

TURUNAN DARI GEOGRAFI PERILAKU (2)

• Cakupan geografi perilaku:

1. Persepsi: fungsi psikologis yang memampukan individu untuk mengamati rangsangan

inderawi dan mengubahnya menjadi pengalaman yang berkaitan secara tertata

2. Kognisi: bertalian dengan proses-proses psikologis, sehingga orang mampu

mendapatkan informasi; lebih luas dari persepsi

3. Lingkungan psikologi: model batiniah dari dunia luar dan jumlah dari peta-peta mental

4. Peta mental: pencerminan dari struktur keruangan suatu wilayah di dalam otak manusia

5. Citra / image: gambaran yang dimiliki orang mengenai suatu wilayah yang isinya

mencakup ciri-ciri spatial dan non spatial (sospolekm)

6. Sikap / attitude: kondisi kejiwan seseorang yang permanen dalam menghadapi aspek-aspek tertentu dari dunia pengalamannya

(49)
(50)

TEORI TEMPAT PUSAT

(CHRISTALLER, LOSCH)

• Beda kota VS. desa : kemampuan mengatur ruang hidup

• Fungsi kota-kota:

1. Melancarkan pengawasan (administratif-politis)

2. Sebagai pusat pertukaran (komersial)

3. Tempat memproses bahan sumber daya (industrial)

• Aglomerasi = pengelompokan berbagai kegiatan dan atau penduduk di titik-titik simpul

Perlunya central place (pusat pelayanan): efisiensi

1. ekonomis: murah (efisiensi produksi dan distribusi)

2. geografis: jarak, kemudahan akses

3. psikologis (kepuasan sosial): nyaman, aman

Fungsi melayani sebagai pusat wilayah (central place)

terhadap teritorial di sekelilingnya (hinterland)

(51)
(52)

TEORI CENTRAL PLACE CHRISTALLER

(KOTA DAN PEDALAMANNYA) 1

• Asumsi permasalahan: faktor penentu banyaknya, besarnya dan persebaran kota

•  hipotesis: wilayah sebagai dataran yang homogen secara geografis dengan penduduk yang merata persebarannya

•  hipotesis: range (jangkauan) dan threshold (ambang batas)

range = jarak yang perlu ditempuh untuk memperoleh barang

kebutuhan

threshold = jumlah minimum penduduk yang diperlukan untuk

kelancaran dan kesinambungan suplai barang

barang dan jasa dengan threshold besar dan range besar: barang tingkat tinggi (high order goods and services): emas, >< barang tingkat rendah (threshold kecil, range kecil): makanan dan minuman

(53)
(54)

TEORI CENTRAL PLACE CHRISTALLER

(KOTA DAN PEDALAMANNYA) 2

Hierarki permukiman dan wilayah pasaran

Sebaran kota-kota Christaller: central places

•  membentuk hierarki  pola hexagon

•  hierarki permukiman dan wilayah pasaran  hexagonal christaller

5 (lima) asumsi / aksioma Christaller

1. Karena para konsumen yang menanggung biaya angkutan, maka jarak ke tempat

pusat yang dinyatakan dalam biaya dan waktu, menjadi penting

2. Karena para konsumen yang menanggung biaya angkutan, maka jangkauan (range) suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam biaya dan waktu

3. Semua konsumen, dalam usaha mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan,

menuju ke tempat pusat yang paling dekat dengannya

4. Kota-kota berfungsi sebagai central place bagi wilayah di sekitarnya  ada

hubungan antara besarnya tempat pusat dan besarnya (luasnya) wilayah pasaran, banyaknya penduduk, dan tingginya pendapatan di wilayah yang bersangkutan

5. Wilayah tersebut digagaskan sebagai dataran, di mana penduduknya tersebar

(55)

Tahapan pembentukan wilayah

pasaran christaller

(56)

Ekuilibrium 2 tempat pusat:

(57)

CHRISTALLER VS. VON THUNEN VS.

WEBER

• tempat sentral tingkat tinggi >< tingkat rendah (lokal)  pentingnya suatu tempat bukan diukur dari jumlah penduduk atau luas wilayah, tetapi dari prestasi penduduk seluruhnya (uang)

• arti mutlak tempat (arti keseluruhan) VS. arti nisbi (arti mutlak dikurangi arti tempat berdasarkan kebutuhan dari penduduknya; ‘kelebihan arti’)  sifat sentral suatu tempat terletak pada kelebihan arti ini besar kecilnya fungsi sentral suatu tempat

•  sentralitas suatu tempat tidak ditentukan oleh lokasinya di pusat, tetapi karena adanya berbagai pekerjaan sentral, barang sentral dan pelayanan sentral (masing-masing dapat tingkat tinggi atau rendah)

• Daerah pelengkap / komplementer = daerah layanan / yang dilayani tempat sentral 

luasannya tergantung ‘jarak ekonomi’ (jumlah biaya) suatu barang

• Perkembangan tempat sentral tergantung konsumsi barang (sentral)

•  faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi:

1. penduduk (distribusi, kepadatan, struktur penduduk)

2. permintaan, penawaran dan harga barang

(58)

3 (TIGA) MACAM ASAS (PASAR,

PENGANGKUTAN DAN

PEMERINTAHAN) 1

batas atas (range, jarak terjauh yang harus ditempuh) dan

batas bawah (jarak yang meliputi wilayah yang dihuni jumlah

minimum orang untuk menghasilkan keuntungan / threshold)

sistem tempat pusat central menurut asas pasar

melihat jangkauan barang (sentral)

semua wilayah harus dilengkapi dengan barang-barang yang

diperlukan, tapi jumlah tempat sentral harus sesedikit mungkin

hierarki K3  asas pasar

prinsip optimalisasi pasar (marketing optimising principle):

permintaan barang dan jasa, transportasi ‘diabaikan’

(59)

Wilayah-wilayah pasaran dalam sistem

tempat pusat

(60)

3 (TIGA) MACAM ASAS (PASAR,

PENGANGKUTAN DAN

PEMERINTAHAN) 2

sistem

tempat

pusat

central

menurut

asas

pengangkutan

persebaran tempat-tempat paling menguntungkan jika

ada sebanyak mungkin tempat-tempat penting yang

terletak pada jalan (yang sependek dan selurus

mungkin) yang menghubungkan 2 kota

hierarki K4  asas pengangkutan

prinsip optimalisasi pengangkutan (traffic optimising

principle): efisiensi transportasi (‘penerobosan’)

(61)

Sistem tempat pusat menurut asas

pengangkutan

(62)

3 (TIGA) MACAM ASAS (PASAR,

PENGANGKUTAN DAN

PEMERINTAHAN) 3

sistem tempat pusat central menurut asas pemerintahan

bersifat sosio-politis, bukan ekonomis

memperhatikan ciri-ciri terpisahnya masyarakat manusia, untuk

diusahakan agar bersatu dan sekaligus dilindungi  kota

satelit

hierarki K7  asas pemerintahan

prinsip optimalisasi administrasi / pemerintahan (administration

optimising principle): setiap tingkat di level bawah terdapat di

dalam batas wilayah dari tempat pusat level di atasnya 

efisiensi tata kerja pemerintahan

(63)

Sistem tempat pusat menurut asas

pemerintahan

(64)
(65)

struktur heksagonal dan 3 prinsip

optimal

(66)

Perbedaan pokok masing-masing prinsip

optimal

(67)

MODIFIKASI TEORI CHRISTALLER

OLEH LOSCH

Konsep range dan threshold yang berlainan, tanpa

pembatasan yang ketat  turunan banyak K yang lain

K3 barang sehari-hari (barang tingkat rendah: makanan,

minuman), K21 barang ‘tertentu’ / mewah (barang tingkat

tinggi: emas)

sektor kaya kota dan sektor miskin kota (city rich sektor dan

city poor sector)

+ jaringan transportasi = bentang lahan ekonomi Losch

koridor, perkembangan wilayah sekeliling kota

terbentuk sektor-sektor dengan penduduk yang padat

maupun yang jarang

(68)
(69)
(70)

TANGGAPAN TERHADAP

CHRISTALLER DAN LOSCH

Tidak semua wilayah homogen

Wilayah pasaran tidak ada yang heksagonal (faktor geografi

fisis dan jaringan transportasi)

Manusia tidak selalu rasional (produsen VS. konsumen)

teori christaller cocok untuk daerah perdesaan (di mana

fungsi kota masih terbatas) dan di negara-negara berkembang

misal: Noordoostpolder

teori losch cocok untuk kawasan perindustrian di

negara-negara maju

(71)

KRITIK VON BOVENTER TERHADAP

CENTRAL PLACE CHRISTALLER DAN

LOSCH

1. preposisi dataran isotropis (homogen secara fisis dan ekonomis) dan pola heksagonal akibat homogenitas tersebut (misal juga faktor lainnya, seperti topografis dan historis)

2. elevansi teori central place  cenderung untuk daerah “agraris”, padahal pedesaan sekarang banyak terkena pengaruh kota; fenomena penglaju belum disinggung

3. penjabaran teori ekonomi dalam model central place tidak tuntas: keuntungan karena adanya aglomerasi (konsentrasi keruangan dari produksi dan konsumsi), pengaruh dari transportasi barang dan pentingnya SDA

 Christaller mulai dari hierarki tingkat tinggi, Losch sebaliknya

(72)

unsur-CENTRAL PLACE DI INDONESIA

Han Redmana: hubungan teori central place Christaller dan teori

growth centres (growth poles) Perroux

• Perroux: pembangunan tidak terjadi secara serentak, namun muncul di tempat-tempat tertentu dengan intensitas yang berbeda  titik / kutub pertumbuhan (growth poles) / polarisasi, yang lalu menjalar ke tempat lain  hierarki dan peranan tempat-tempat pusat (misal tergantung keterjangkauan, SDA, partisipasi penduduk, teknologi, dsb.)

pusat-pusat wilayah pengembangan / pembangunan  repelita

• Dalam bidang yang lain  keselarasan pembangunan sektoral dan pembangunan regional (daerah)

 pengembangan sektor kecil yang merupakan sektor kunci, yang lalu menjalar ke sektor lain  kaitan ke depan dan ke belakang

(73)
(74)
(75)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan, kandungan klorofil, protein dan karbohidrat pada tanaman suweg (Amorphophallus campanulatus) pada

Orang tua Anda memberikan pujian bila Anda mendapat nilai bagus pada pelajaran terutama mata pelajaran Bahasa Inggris saat mengambil rapot. 1 1 5

[r]

[r]

 Keikutsertaan pada kegiatan Pameran Produk Inovasi (PPI) Jawa Tengah yang diadakan oleh Balitbang Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 24 s/d 26 November 2015 di Gedung

Secara umum, pada tahun 2015, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung tercapainya target pembangunan tercukupi melalui alokasi anggaran yang ada. Persentase

PENGUASAAN MATERI PELAJARAN IBADAH SHALAT FARDLU PADA SI SWA KELAS IV DENGAN STRATEGI M EMBENTUK KELOMPOK BELAJAR DI SD NEGERI DERSANSARI 02 TAHUN 2008” ini telah

Normal Force Slope for