• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Oktober Maret 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Oktober Maret 2012."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Oktober 2011 - Maret 2012.

3.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. Rekapitulasi hasil uji profisiensi dari laboratorium peserta di Indonesia.

2. Pengiriman sampel ke laboratorium acuan luar negeri (Jerman) untuk memperoleh nilai acuan.

3. Wawancara kepada stake holder terkait meliputi pakar uji profisiensi, pihak laboratorium penyiap sampel.

4. Observasi lapangan pelaksanaan pengujian parameter terkait.

3.3 Metodologi

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan statistika untuk melakukan evaluasi terhadap hasil uji profisiensi.

1. Metode evaluasi hasil uji 1 : dilakukan seleksi Grubbs 1 kali saja, kemudian

terhadap data yang tersisa dilakukan perhitungan Robust Z-score.

2. Metode evaluasi hasil uji 2: dilakukan seleksi Grubbs berulang kali sampai

tidak ada lagi data yg keluar, kemudian terhadap data yang tersisa dilakukan perhitungan Robust Z-score.

3. Metode evaluasi hasil uji 3: dilakukan evaluasi langsung menggunakan cara

perhitungan Robust Z-score.

4. Metode evaluasi hasil uji 4: dilakukan evaluasi dengan menggunakan nilai

laboratorium acuan, dan sebagai nilai s pada penyebut digunakan SD-Horwitz. Untuk menghitung besarnya SD-Horwitz digunakan nilai laboratorium acuan. (ISO, 2005; IUPAC, 2006; Trevor J.F., 2006).

Sebelum dilakukan evaluasi hasil uji profisiensi, dilakukan beberapa tahapan atau kegiatan. Pertama-tama dilakukan pemilihan jenis sampel. Sampel dipersiapkan sedemikian rupa sampai dinyatakan homogen. Untuk mengecek

(2)

homogenitas sampel, maka dilakukan uji anova sesuai Lampiran 14 – Lampiran 22. Sampel dikirim ke beberapa laboratorium peserta uji profisiensi di Indonesia. Laboratorium peserta uji profisiensi tersebut melakukan pengujian terhadap sampel dengan metode rutin yang biasa digunakan di laboratorium tersebut. Data uji profisiensi untuk sampel terkait direkap. Sampel juga dikirim ke laboratorium acuan luar negeri (Jerman) dan hasil pengujiannya dianggap sebagai nilai acuan. Dilakukan beberapa teknik evaluasi data uji profisiensi serta dipilih metode evaluasi yang terbaik. Metode pengujian yang digunakan oleh peserta uji profisiensi (SNI dan metode pengujian lain) dianalis unjuk kerjanya serta dikaji kemungkinan penyebab kinerja laboratorium yang tidak baik. Diagram alir metodologi adalah sesuai Gambar 1.

Pemilihan jenis sampel uji

Pemilihan jenis produk/sampel uji didasarkan pada :

1. Ketentuan dari pemberi sponsor (Kementerian Riset dan Teknologi), yaitu untuk lingkup terkait pangan.

2. Jenis produk yang mendukung pelaksanaan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang diwajibkan (kakao bubuk).

3. Jenis produk yang terkait isu hangat yang beredar di masyarakat terutama mengenai bahan tambahan makanan termasuk pengawet (saus cabe).

4. Jenis produk yang terkait dengan keikutsertaan beberapa laboratorium Indonesia dalam uji profisiensi Asia Pasifik dan dinyatakan outlier (minyak nabati).

5. Produk yang dapat diperoleh nilai acuannya.

Dalam penelitian kali ini akan dibatasi pada tiga produk agroindustri, yaitu: 1. Kakao bubuk/cocoa powder (kadmium, kadar air, lemak, kehalusan lolos

ayakan).

2. Saus cabe (pengawet : kalium sorbat, natrium benzoat; pemanis : sakarin; jumlah padatan terlarut).

(3)

A Pemilihan jenis sampel dan

konfirmasi

Hasil uji peserta jelas? Sampel homogen?

Analisis sampel oleh peserta dan pelaporan

Evaluasi hasil uji untuk menentukan unjuk kerja laboratorium (berdasarkan prinsip nilai median peserta):

1. Seleksi data Grubbs (1x); dilanjutkan dengan Robust Z-score.

2. Seleksi data Grubbs berkali-kali; dilanjutkan dengan Robust Z-score. 3. Langsung Robust Z-score

Konfirmasi Tidak Ya Tidak Ya Analisis sampel oleh laboratorium Ya

Evaluasi hasil uji untuk menentukan unjuk kerja laboratorium (berdasarkan nilai acuan):

1. Z-score dengan nilai acuan

(4)

Gambar 1 Diagram alir metodologi penelitian

A

Penentuan metode evaluasi hasil uji terbaik berdasarkan:

1. CV Robust terkecil (APLAC, 2004) CV Robust = norm IQR x 100 %

Median

2. Z-score yang dihasilkan, dapat membedakan unjuk kerja lab yang baik, dan tidak baik

- Laboratorium yang termasuk dalam kategori tidak memuaskan (outlier), -3 > Z > 3 atau (I Z I ≥3 )

- Laboratorium yang termasuk dalam kategori “diperingatkan” (questionable) 2 < I ZI < 3

- Laboratorium yang kompeten.

I ZI ≤ 2 : berarti hasil analisisnya memuaskan. (ISO, 2010)

Identifikasi unjuk kerja

metode pengujian (SNI dan metodelain)

Identifikasi kemungkinan penyebab hasil uji laboratorium tidak memuaskan dan kemungkinan penyebab secara umum laboratorium tidak memuaskan

berdasarkan titik kritis metode pengujian

Pembahasan (implikasi) untuk penelitian terkait dan rekomendasi

Mengidentifikasi metode evaluasi hasil uji

Tidak

Selesai Kinerja

Memuaskan dan diperingatkan

(5)

Penyiapan sampel uji

Sampel uji profisiensi yang homogen sangat diperlukan, agar keragaman hasil uji profisiensi dapat dipastikan karena keragaman kemampuan laboratorium peserta dan bukan dari keragaman sampelnya. Keragaman sampel ditekan sekecil mungkin.

Sampel disiapkan dalam jumlah yang cukup. Dihomogenkan. Kemudian dimasukkan ke dalam kemasan. Dilakukan pengecekan terhadap homogenitas, dengan mengambil 10 kemasan, dan masing-masing diuji duplo kemudian dihitung nilai variansi dari pengambilan contoh (sampling) dan variansi dari keberulangan analisis. Kedua nilai tersebut masing-masing diperoleh dari MSB (mean square between) dan MSW (mean square within). Sampel dinyatakan homogen apabila nilai F hitung lebih kecil dari F tabel.

(

)

[

]

2 ) ( ) 1 ( 2 − − + =

+ n X b a MSB i i ai bi

(

)

[

]

2 ) ( 2n X b a MSW =

iiaibi Dimana: ai b

= data pengujian pertama

i

n = jumlah data

= data pengujian kedua

X = rata-rata

Kriteria : Uji F = F = MSB/MSW

Sampel diyatakan homogen apabila F hitung <Ftabel (db1, db2,α) (IUPAC, 2006; ISO, 2005).

Kakao bubuk dilakukan uji homogenitas kadar air dan kadar lemak. Saus cabe dilakukan uji homogenitas kalium sorbat. Minyak nabati dilakukan uji homogenitas miristat 1, miristat 2, palmitat 1, palmitat 2, stearat 1, dan stearat 2.

Analisis sampel oleh peserta dan pelaporan

Sampel dikirimkan ke laboratorium peserta kemudian sampel diuji di laboratorium peserta sesuai dengan metode rutin yang digunakan laboratorium. Hasil uji dilaporkan secara tertulis. Dilakukan rekapitulasi hasil uji dari peserta.

(6)

Penentuan laboratorium peserta uji profisiensi ini adalah berdasarkan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan laboratorium dengan pertimbangan khusus sehingga laboratorium layak ikut serta dalam uji profisiensi ini. Laboratorium peserta yang diutamakan adalah laboratorium yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional.

Thompson et al. (2006) tidak mempersyaratkan jumlah minimum atau maksimum peserta uji profisiensi. Food and Consumer Safety Authority (1995) merekomendasikan jumlah minimum laboratorium adalah delapan. Edegard et al.(2000) merekomendasikan sedikitnya 8 – 15 laboratorium ikut serta dalam uji profisiensi. Edegard et al. (2000) juga mengindikasikan bahwa jumlah laboratorium peserta tidak perlu sama untuk seluruh level konsentrasi.

Pengiriman sampel uji ke laboratorium acuan.

Sampel uji dikirim ke laboratorium acuan (Jerman), untuk mendapatkan nilai acuan. Nilai tersebut akan digunakan dalam perhitungan kinerja laboratorium berdasarkan nilai acuan.

Evaluasi hasil uji

Dilakukan evaluasi hasil uji:

1. Metode evaluasi hasil uji 1 : dilakukan seleksi Grubbs 1 kali saja, kemudian

terhadap data yang tersisa dilakukan perhitungan Robust Z-score.

2. Metode evaluasi hasil uji 2: dilakukan seleksi Grubbs berulang kali sampai

tidak ada lagi data yg keluar, kemudian terhadap data yang tersisa dilakukan perhitungan Robust Z-score.

3. Metode evaluasi hasil uji 3: dilakukan evaluasi langsung menggunakan cara

perhitungan Robust Z-score.

4. Metode evaluasi hasil uji 4: dilakukan evaluasi dengan menggunakan nilai

laboratorium acuan (menggunakan rumus dari ISO/IEC 17043 Annex A), dan sebagai nilai s pada penyebut digunakan SD-Horwitz. Untuk menghitung besarnya SD-Horwitz digunakan nilai laboratorium acuan (ISO, 2005; IUPAC 2006; Trevor J.F., 2006).

(7)

Uji Grubbs adalah metode yang digunakan untuk menghilangkan data yang ekstrem. Dalam uji Grubbs harus dilakukan langkah-langkah perhitungan berikut ini:

Uji Grubbs

- Data diurut dari mulai yang terkecil hingga yang terbesar (x1, x2, .... xn

- Nilai G hasil perhitungan dibandingkan terhadap nilai kritis Grubbs yang diberikan pada Tabel (G

).

tabel

- Apabila nilai G

).

hasil perhitungan lebih besar daripada G tabel

- Rumus untuk perhitungan Grubbs terdiri dari 3 : G

, maka data yang dicurigai dibuang (outlier).

1, G2, G3

- Rumus dipilih berdasarkan posisi data pada kumpulan data yang sedang diuji. Rumus Grubbs untuk G1, G2, dan G3 adalah sebagai berikut:

.

-

s2

n-2 = variansi dari semua data, tanpa mengikutsertakan

2 data terendah atau 2 data tertinggi

s = Standar Deviasi dari semua data X = Harga rata-rata

Xi= Data yang dicurigai outlier

Xn= Data tertinggi X1= Data terendah G1(terendaht/ tertinggi) = x - xi s G2= Xn– X1 s

G3 pasangan data terendah = 1 - [(n – 3) s2n-2 / (n-1) s2]

G3 pasangan data tertinggi= 1 - [(n – 3) s2

n-2 / (n-1) s2]

Data duplo hasil analisis yang dikirimkan oleh setiap laboratorium dihitung secara statistika menggunakan metode perhitungan statistika Robust Z-score. Parameter yang dihitung disini adalah Z between laboratories. Untuk menghitung Z, mula-mula dihitung Si dengan rumus berikut ini:

Pendekatan nilai ketetapan konsensus dari laboratorium penguji yang mengikuti uji profisiensi (Robust Z-score)

Si = (Ai + Bi

A

)/√2

i dan Bi

Z

adalah kedua data duplo hasil analisis.

= Si - median (Si)

(8)

IQR (Si)

IQR x 0,7413 adalah IQR ternormalisasi (n IQR) yang merupakan ukuran dari variabilitas data, yang mirip dengan simpangan baku.

x 0,7413

n IQR ≈ SD

IQR yang merupakan singkatan dari interquartile range adalah selisih antara quartile atas dan quartile bawah. Quartile bawah (Q1) adalah suatu harga

dibawah mana seperempat dari seluruh hasil berada/terletak sedangkan quartile atas (Q3

IQR = Q

) adalah suatu harga diatas mana seperempat dari seluruh hasil berada.Normalized interquartile range (IQR) adalah perbedaan antara kuartil rendah dan kuartil tinggi. Kuartil rendah (Q1) adalah nilai dibawah dimana seperempat hasil terletak. Kuartil tinggi (Q3) adalah nilai diatas dimana seperempat hasil terletak. Kuartil dihitung dengan IQR = Q3 – Q1. Normalized IQR adalah IQR dikalikan 0.7413. Qi Zhou et al (2011) menyatakan bahwa nilai 0.7413 berasal dari distribusi standar normal, dimana mempunyai nilai rata-rata 0 dan standar deviasi sama dengan satu. Lebar interquartile range pada distribusi adalah 1.34898 dan 1/1.34898 = 0.7413. Mengalikan IQR dengan faktor ini membuatnya setara dengan standar deviasi. Seperti diketahui penggunaan yang luas untuk mengukur variabilitas (atau penyebaran atau dispersi) dari data adalah standar deviasi.

3 - Q

n IQR = IQR x 0,7413

1

Dimana:

Z = Z score antar laboratorium

Ai = hasil uji sampel pertama dari laboratorium i Bi = hasil uji sampel kedua dari laboratorium i Median= nilai tengah dari sekelompok data n hitung 0.7413 = standar distribusi normal

IQR = interquartile range Nilai Z

a) Laboratorium yang termasuk dalam kategori tidak memuaskan (outlier), apabila laboratorium tersebut memperoleh nilai Z

dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori:

yang bukan terletak diantara -3 dan +3. Besaran Z

3 > Z

menggambarkan presisi antara laboratorium > 3 atau (I ZI ≥3 )

(9)

b) Laboratorium yang termasuk dalam kategori ”diperingatkan” (questionable). 2 < I ZI

c) Laboratorium yang memuaskan (kompeten).

< 3 : berarti hasil analisisnya belum termasuk tidak memuaskan, tetapi sudah dalam batas diperingatkan.

I ZI ≤ 2 : berarti hasil analisisnya memuaskan (ISO, 2005). Nilai Z-score dihitung berdasarkan rumus:

Pendekatan nilai ketetapan dari pengukuran sebuah laboratorium acuan

Z-score = S

xi – X dimana:

xi = adalah nilai yang dilaporkan oleh laboratorium penguji yang mengikuti uji profisiensi

X = nilai acuan

S = simpangan baku t (ISO, 2005) Untuk simpangan baku digunakan SD Horwitz

CV Horwitz = SD Horwitz / nilai acuan SD Horwitz = CV Horwitz x nilai acuan

Penentuan metode evaluasi hasil uji terbaik

Penentuan metode evaluasi hasil uji terbaik, dalam hal ini adalah, metode yang dapat memberikan hasil yang menggambarkan kompetensi laboratorium. Metode evaluasi hasil uji terbaik dalam uji profisiensi adalah:

1. Berdasarkan Robust Coefficient of Variation (CV). Robust Coefficient of Variation yang terkecil merupakan metode yang terpilih (APLAC, 2004). Robust Coefficient of Variation adalah perbandingan antara simpangan standar dengan nilai rata-rata yang dinyatakan dengan persentase. Coefficient Variance berguna untuk melihat sebaran data dari rata-rata hitungnya

2. Metode yang dapat membedakan laboratorium yang memperoleh hasil baik,dan tidak baik (ISO, 2005).

Identifikasi unjuk kerja metode pengujian yang digunakan

Dari evaluasi hasil uji terpilih, dilakukan identifikasi metode pengujian baik menggunakan SNI maupun metode lain. Diidentifikasi bagaimana kinerja yang diperoleh, terutama untuk metode pengujian dengan menggunakan SNI.

(10)

Identifikasi kemungkinan penyebab kinerja tidak memuaskan

Setelah dilakukan evaluasi hasil uji, maka hasil evaluasi tersebut akan memberikan gambaran kinerja laboratorium mana saja yang dinyatakan memuaskan dan tidak memuaskan.

Bagi laboratorium yang dinyatakan tidak memuaskan akan dilakukan investigasi kemungkinan penyebabnya. Juga akan dilakukan investigasi kemungkinan penyebab (secara umum) berdasarkan titik kritis (critical point) untuk pengujian terkait.

Data pendukung kemungkinan penyebab hasil kinerja tidak memuaskan dan kemungkinan penyebab secara umum berdasarkan titik kritis diperoleh dari:

1. Identifikasi metode pengujian terkait.

2. Studi pustaka mengenai metode pengujian terkait.

3. Wawancara terhadap pakar uji profisiensi, dan pakar pengujian terkait. 4. Observasi lapangan pengujian terkait di laboratorium.

Kemungkinan penyebab kinerja tidak memuaskan secara umum berdasarkan titik kritis pengujian terkait, akan digambarkan dalam diagram tulang ikan (fishbone diagram) dan akan dilakukan pembahasan. Diagram tulang ikan digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara suatu masalah dengan kemungkinan penyebabnya.

Gambar

Gambar 1  Diagram alir metodologi penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Atas nama Direksi PT Tempo Scan Pacific Tbk dan entitas anak (“Tempo Scan”) kami ingin memberikan laporan yang berkaitan dengan kinerja keuangan dan kegiatan usaha inti Tempo

Model fluida mosaik mengusulkan bahwa protein integral membran memiliki gugus R asam amino yang bersifat hidrofobik pada permukaan protein yang akan

Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN ATAS PELAKSANAAN PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN

Beberapa ketentuan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pedoman Penetapan Daerah Khusus dalam Pelaksanaan Kebijakan

• Bioteknologi merupakan suatu bidang yang menggunakan teknologi atau kaedah untuk memanipulasikan organisma bagi tujuan. menghasilkan atau mengubah suai hasil sesuatu

Berdasarkan hasil pengolahan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya mengenai pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen jasa

Takaran dedak dan lama pengomposan memberikan pengaruh terhadap bobot basah jamur tiram putih tetapi tidak berpengaruh terhadap parameter lain yaitu jumlah hari miselium

d Saya puas membaca Kompas karena mendapat informasi tentang politik, budaya, ekonomi, sosial dan teknologi sehingga mempunyai gagasan untuk beropini dalam mengerjakan tugas.. e