1
HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT MALARIA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU KAMPUNG UTIKINI BARU KOTA TIMIKA
Monicha Gabriela Sendow*, Nita R. Momongan*, Nova H. Kapantow* *Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi
ABSTRAK
Penyakit malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara-negara seluruh dunia, baik di daerah tropis maupun sub-tropis, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Jumlah kabupaten/kota endemik tahun 2004 sebanyak 424 dari 579 kabupaten/kota, dengan perkiraan persentase penduduk yang beresiko penularan sebesar 42,42%. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa prevalensi malaria pada bayi, balita dan ibu melahirkan di Timika adalah tinggi (18%,808/4419) dan 60% disebabkan oleh P.Falciparum, 32% P.Vivax, 4,5% infeksi campuran dan 3,5% lain-lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara penyakit malaria dengan status gizi pada balita di Puskesmas Pembantu Kampung Utikini Baru Kota Timika. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang terdaftar di Puskesmas Pembantu Kampung Utikini Baru Kota Timika. Data diperoleh memalui pengukuran langsung berat badan dan tinggi badan balita dan uji laboratorium. Analisis hubungan penyakit malaria dengan status gizi menggunakan uji Fisher’s exact dengan α = 0,05. Didapatkan 1 balita (3,3%) positif malaria. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara penyakit malaria dengan status gizi berdasarkan berat badan menurut umur (ρ = 0,900), berdasarkan tinggi badan menurut umur (ρ = 0,967), berat badan menurut tinggi badan (ρ = 0,967), dan indeks massa tubuh menurut umur (ρ = 0,917). Disarankan untuk meningkatkan penyuluhan tentang malaria dan gizi yang baik dan seimbang pada balita di Puskesmas Pembantu Kampung Utikini Baru Kota Timika.
Kata Kunci: Penyakit Malaria, Status Gizi Balita ABSTRACT
Malaria is a public health problem in countries around the world, both in the tropics and sub-tropics, especially in developing countries, including Indonesia. The number of districts/cities endemic in 2004 as many as 424 of the 579 districts/cities, with an estimated percentage of the population at risk of transmission by 42.42%. Results of previous studies show that the prevalence of malaria in infants, toddlers and mothers giving birth in Timika is high (18%, 808/4419) and 60% are caused by P. Falciparum, P. Vivax 32%, 4.5% mixed infections and 3.5% etc. The purpose of this study was to determine whether there is a relationship between malaria disease and nutritional status in toddler at sub-health centers New Utikini Village Timika City. This research is an analytic observational study with cross sectional design. This research was conducted in January 2017. The population in this study were all toddlers enrolled in the health center New Utikini Village Timika City. Data obtained through direct measurements of weight and height toddlers and laboratory testing. Analysis of the relationship malaria and nutritional status using Fisher's exact test with α = 0.05. Obtained 1 toddler (3.3%) positive malaria. Statistical analysis showed no association between malaria and nutritional status based on weight for age (ρ = 0,900), based on height for age (ρ = 0.967), weight for height (ρ = 0.967), and body mass index by age (ρ = 0.917). It is advisable to increase education about malaria and good nutrition and balanced in toddlers at Health Center New Utikini Village Timika City.
2 PENDAHULUAN
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia yang berkualitas, sehat,cerdas dan produktif. Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana tercantum di dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Keadaan gizi kurang dan buruk dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit, terutama penyakit infeksi yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan jaringan otak yang akan mengurangi kualitas sumber daya manusia Indonesia (Sihadi, 2000).
Berdasarkan penimbangan balita di posyandu, ditemukan sebanyak 26.518 balita gizi buruk secara nasional. Kasus gizi buruk yang dimaksud ditentukan berdasarkan perhitungan berat badan menurut tinggi badan balita Zscore < -3 standar deviasi (balita sangat kurus). Sedangkan menurut hasil Riskesdas 2013 prevalensi gizi sangat kurus pada balita sebesar 5,3%. Jika diestimasikan terhadap jumlah sasaran balita (S) yang terdaftar di posyandu
yang melapor (21.436.940) maka perkiraan jumlah balita gizi buruk (sangat kurus) sekitar 1,1 juta jiwa (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia sejak tahun 2007dapat dipantau dengan menggunakan indikator Annual Parasite Incidence (API). Hal ini sehubungan dengan kebijakan Kementerian Kesehatan mengenai penggunaan satu indikator untuk mengukur angka kejadian malaria, yaitu dengan API. Penyakit malaria masih ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia.
Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting danmengenai hampir setengah dari seluruh penduduk dunia (WHO. World Malaria Report 2008. Geneva, 2008). Malaria masih merupakan penyakit infeksi yang menjadi perhatian WHO untuk dapat dilakukan eradikasi disamping Tuberkulosis dan HIV/AIDS. Sebagian besar daerah di Indonesia masih merupakan daerah endemik infeksi malaria, Indonesia bagian timur seperti Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan dan bahkan beberapa daerah di Sumatra seperti Lampung, Bengkulu, Riau.
Berdasarkan API, dilakukan stratifikasi wilayah dimana Indonesia Timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di beberapa
3 wilayah di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera sedangkan di Jawa - Bali masuk dalam stratifikasi rendah, meskipun masih terdapat desa/fokus malaria tinggi (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009). Dari tahun 2008-2009 provinsi dengan API yang tertinggi adalah Papua Barat (48.1), Nusa Tenggara Timur (20.35) dan Papua (18.35) terdapat 12 provinsi yang diatas angka API nasional (2,47) (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2009).
Kampung Utikini Baru adalah kampung yang dipindahkan olehpemerintah daerah Kabupaten Mimika dan PT. Freeport Indonesia dari area kontrak kerja PT. Freeport Indonesia pada tahun 1997 tepatnya pada tanggal 24 Februari 1997 dari wilayah distrik Tembagapura tepatnya di Desa Utikini Lama. Kampung Utikini Baru termasuk pada salah satu area distrik Kuala Kencana, merupakan daerah dataran rendah berawa dan berkali. Luas wilayahnya sekitar 1236 HA.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara penyakit malaria dengan status gizi pada balita di Puskesmas Pembantu Kampung Utikini Baru Kota Timika.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan observasional analitik dan data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, untuk menganalisis hubungan antara penyakit malaria dengan status gizi balita di Puskesmas Pembantu Kampung Utikini Baru Kota Timika, ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Puskesmas Pembantu (Health Center) Kampung Utikini Baru Kota Timika. Populasi yang penulis gunakan sebagai objek penelitian adalah semua balita (> 2 tahun - < 5 tahun) yang berobat di Puskesmas Pembantu Kampung Utikini Baru pada bulan Oktober sampai bulan November 2016 yaitu sebanyak 163 balita. Penelitian ini menggunakan alat ukur tinggi badan (microtoice) dengan tingkat ketelitian 0,1 cm, timbangan digital merk seca dengan tingkat ketelitian 0,1 kg, standar buku rujukan National Center Health Statistic (NCHS), dan program Statistic Programme for Social Science (SPSS) versi 20 instrumen penelitian. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua macam analisis, yaitu analisis univariat digunakan untuk mengumpulkan data status gizi pada balita dan penyakit malaria pada balita yang ada di Puskesmas Pembantu Kampung Utikini Baru Kota Timika dan analisis bivariat untuk melihat hubungan
4 antara penyakit malaria dengan status gizi pada balita di Puskesmas Pembantu Kampung Utikini Baru Kota Timika, dengan menggunakan uji statistic Fisher’s Exact dengan batas kemaknaan (α)=0,05 untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik. Hasil uji statistik dikatakan bermakna atau ada hubungan apabila nilai ρ value <0,05 dan tidak bermakna atau tidak berhubungan apabila ρ value > 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Responden dalam penelitian ini adalah balita yang berobat pada bulan Desember 2016 sebanyak 60 balita di Puskesmas Pembantu Kampung Utikini Baru Kota Timika. Hasil penelitian ini didapatkan 1 (3,3%) balita yang positif mengidap malaria dengan jenis Plasmodium Falciparum. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1
Tabel.3.Distribusi Responden Berdasarkan Penyakit Malaria
Penyakit Malaria n Presentase (%)
Positif 1 3,3
Negatif 59 96,7
Jumlah 60 100
Status gizi responden berdasarkan BB/U paling banyak adalah gizi baik sebanyak 50 balita (90%) yang terdiri atas 35 balita laki-laki dan 19 balita perempuan, sedangkan 6 balita lainnya berstatus gizi lebih. Kemudian status gizi responden berdasarkan TB/U terdapat 2 balita
(3,3%) yang memiliki status gizi pendek. Keduanya dialami oleh balita perempuan, sedangkan 58 balita lainnya berstatus gizi normal. Selanjutnya status gizi balita berdasarkan BB/TB terdapat 2 (3,3%) balita berstatus gizi kurus, keduanya berjenis kelamin laki-laki, sedangkan 58 (96,7%) balita lainnya berstatus gizi normal. Kemudian status gizi responden berdasarkan IMT/U terbanyak memiliki status gizi normal yaitu 55 (91,7%) balita yang terdiri atas 35 balita laki-laki dan 20 balita perempuan, sedangkan 5 balita lainnya berstatus gizi kurus, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Status Gizi Balita n %
L P Status Gizi BB/U Lebih 3 3 6 10 Baik 35 19 54 90 Status Gizi TB/U Pendek 0 2 2 3,3 Normal 38 20 58 96,7 Status Gizi BB/TB Kurus 3 2 5 8,3 Normal 35 20 55 91,7 Status Gizi IMT/U Kurus 3 2 5 8,3 Normal 35 20 55 91,7
Hasil uji statistik dengan fisher’s exact antara variabel penyakit malaria dan status gizi berdasarkan BB/U didapatkan taraf signifikansi atau nilai ρ sebesar 0,900 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara penyakit malaria dengan status gizi
5 berdasarkan BB/U, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.
Malar ia
Status Gizi BB/U Tot
al % ρ Lebi h % Bai k % Negatif 6 10, 2 53 89, 8 59 10 0 0,90 0 Positif 0 0 1 100 1 10 0 Jumlah 6 10 54 90 60 10 0
Selanjutnya, hasil uji statistik dengan fisher’s exact diperoleh nilai ρ sebesar 0,967 yang lebih besar dari 0,05. Hasil ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara penyakit malaria dengan status gizi berdasarkan TB/U, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4. Mala ria Status Gizi TB/U To tal % ρ No rm al % Pen dek % Negatif 57 96,6 2 3,4 59 100 0,9 67 Positif 1 100 0 0 1 100 Jumlah 58 96,7 2 3,3 60 100
Kemudian berdasarkan uji fisher’s exact diperoleh hasil ρ sebesar 0,967 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara penyakit malaria dengan status gizi berdasarkan BB/TB, lebih jelasnya dpat dilihat pada tabel 5. Malaria Status Gizi BB/TB To
tal % ρ Norm al % Ku rus % Negatif 57 96,6 2 3,4 59 100 0,967 Positif 1 100 0 0 1 100 Jumlah 59 96,7 2 3,3 60 100
Berdasarkan uji statistik fisher’s exact diperoleh hasil ρ sebesar 0,917 yang nilainya lebih besar dari 0,05. Hasil ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara penyakit malaria dengan status gizi berdasarkan IMT/U, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6.
Mala ria
Status Gizi IMT/U To
tal % ρ Nor mal % Ku rus % Negati f 54 91,5 5 8,5 59 100 0,9 17 Positif 1 100 0 0 1 100 Jumlah 55 91,7 5 8,3 60 100
Kelompok balita berumur 0 – 4 tahun 11 bulan adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang paling mudah menderita gangguan kesehatan, karena pada kelompok umur tersebut anak berada pada siklus pertumbuhan atau perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah besar atau rentan karena kekurangan gizi (Notoadmojo, 2007). Pada dasarnya, salah satu penyebab langsung dari gangguan statua gizi adalah kejadian penyakit infeksi (Azwar, 2007). Malaria membuat kekebalan tubuh menurun sehingga nutrisi untuk tubuh tidak ternutrisi dengan baik pada tubuh manusia yang terinfeksi malaria, penyerapan nutrisi ini akan menyebabkan kelemahan dan penyakit (Zulkoni, 2011).
6 Hasil penelitian yang dilakukan pada balita di Puskesmas Pembantu Kampung Utikini Baru Kota Timika, menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara malaria dengan status gizi yang didapat melalui uji statistic Fischer Exact. Hal ini dapat dilihat bahwa diperoleh 1 balita yang terinfeksi malaria memiliki status gizi baik, dan berstatus gizi normal menurut TB/U, begitu pula menurut BB/TB dan IMT/U. sedangkan dari 59 balita yang tidak terinfeksi malaria, 2 diantaranya berstatus gizi pendek, 3 balita berstatus gizi kurus berdasarkan BB/TB, dan 5 balita berstatus gizi kurus berdasarkan IMT/U. Sehingga hasil penelitian yang didapatkan menyatakan tidak ada hubungan malaria dengan status gizi balita.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pembantu Kampung Utikini Baru Kota Timika pada November 2016, telah diperoleh hasil yang dapat disimpulkan sebagai berikut: Prevalensi penyakit malaria pada 60 balita, didapati sebanyak 1 balita (3,3%) positif teridentifikasi Malaria Falciparum (Plasmodium Falciparum). Gambaran status gizi balita berdasarkan berat badan menurut umur (BB/U) didapatkan 6 (10%) balita berstatus gizi lebih, dan 54 (90%) balita berstatus gizi
baik. Gambaran status gizi balita berdasarkan tinggi badan menurut umur (TB/U) didapatkan 58 balita (96,7%) berstatus gizi normal, dan terdapat 2 balita (3,3%) yang berstatus gizi pendek. Gambaran status gizi balita berdasarkan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) didapatkan 2 balita (3,3%) berstatus gizi kurus, dan 58 balita (96,7%) berstatus gizi normal. Gambaran status gizi balita berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) didapatkan 5 balita (8,3%) berstatus gizi kurus, dan 55 balita (91,7%) lainnya berstatus gizi normal. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penyakit malaria dengan status gizi berdasarkan BB/U pada balita di Puskesmas Pembantu Kampung Utikini Baru Kota Timika. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penyakit malaria dengan status gizi berdasarkan TB/U pada balita di Puskesmas Pembantu Kampung Utikini Baru Kota Timika. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penyakit malaria dengan status gizi berdasarkan BB/TB pada balita di Puskesmas Pembantu Kampung Utikini Baru Kota Timika. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penyakit malaria dengan status gizi berdasarkan IMT/U pada balita di Puskesmas Pembantu Kampung Utikini Baru Kota Timika.
7 SARAN
Disarankan pada orang tua, petugas kesehatan yang ada di Pukesmas Pembantu Utikini baru Kota Timika untuk semakin meningkatkan kinerja yang ada sehingga dapat memberantas malaria khususnya di Kampung Utikini Baru karena perlu dilakukan juga secara rutin penyuluhan mengenai penyakit malaria, pemantauan status gizi dan survey konsumsi gizi balita, pemberian makanan tambahan (PMT) penyuluhan secara rutin setiap harinya dan PMT pemulihan minimal selama tiga bulan dan disesuaikan dengan kondisi bahan makanan setempat sehingga balita dapat mengkonsumsinya serta cara pencegahan malaria dan juga gizi baik dan seimbang pada balita sehingga dapat meningkatkan status gizi balita yang ada di Kampung Utikini Baru. Serta perlu dilakukan system pencatatan dan pelaporan yang baik dan tepat waktu agar monitoring dan intervensi yang diperlukan terhadap kegiatan tersebut dapat segera dilakukan. Dan yang tidak kalah penting juga untuk perlu dilakukan kajian ulang terhadap faktor-faktor risiko status gizi balita secara luas dengan jumlah sampel yang lebih besar dengan rancangan studi kohort prospektif agar urutan waktu antara faktor risiko dan status gizi dapat dibuktikan sehingga berguna dalam merencanakan kegiatan penanggulangan
secara efektif dan efisien dimasa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. Epidemiologi Malaria.Jakarta. 1999
Depkes RI. 2000. Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat Bagi Balita. Jakarta:
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.
Depkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2010. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pres.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1991. Malaria. Epidemiologi I.
Direktorat Jenderal PPM & PLP.
DirektoratJendral PPM dan PLP, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Halaman 1-30. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta. Gizi, Departemen, dkk. 2007. Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sihadi, 2000. Anak Gizi Buruk, Tanggung Jawab Siapa?.Media
8 Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta
Sihadi.2009. Kajian Profil Gizi Buruk Di Klinik Gizi Pusat Penelitian Dan Pengembangan Gizi Dan Makanan Bogor. PERSAGI:
Jurnal persagi.
orgindex.php?hal=8&jmlP=13 WHO. 2006. Guidelines for the
treatment of Malaria. Geneva. WHO.2008. World Malaria Report.
Geneva.World Health
Organization. 1995. Physical Status: The Use and Interpretation of Anthropometry. Geneva: World Health Organization.WHO Technical Report Series 854. World Health Organization. 1983.
Measuring Change in Nutritional Status: Guidelines for Assessing the Nutritional Impact of Supplementary Feeding
Programmes. Geneva: World Health Organization.