• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN JUST IN TIME TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN JUST IN TIME TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN JUST IN TIME TEACHING

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV

I Gusti Ngurah Margareta

1

, Made Suarjana

2

, I Nyoman Murda

3 1,2,3

Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: Ngurahmargareta@gmail.com

1

, pgsd_undiksha@yahoo.co.id

2

,

nyomanmurda@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran JiTT dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional di SD gugus II kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan quasi experiment dengan rancangan The

Posttest-Only Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV SD yang

terdapat pada gugus II Kecamatan Buleleng semester genap. Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas IV SD N 2 Penarukan yang berjumlah 30 orang dan siswa kelas IV SD N 3 Penarukan yang berjumlah 30 orang, dengan teknik random sampling. Data hasil belajar Matematika siswa dikumpulkan dengan instrument tes berbentuk pilihan ganda. Data dianalisis menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Jist in Time Teaching dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Nilai thitung = 4,5 > ttabel = 2,000 ( = 0,05 ; db

= 58). Rata-rata nilai kelompok eksperimen lebih besar daripada nilai kelompok kontrol (

X

1

16

,

77

;

X

2

13

,

7

). Hal ini menggambarkan bahwa kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Jist in Time Teaching menunjukkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Ini berarti model pembelajaran Jist in Time Teaching berpengaruh lebih baik terhadap hasil belajar Matematika.

Kata kunci: Model Just in Time Teaching, Model Konvensional, Hasil Belajar.

Abstract

This study aimed to determine the differences of learning result between the groups of students who were taught through JiTT learning model and the student who were taught through conventional learning models in group II of Buleleng district in academic year 2013/2014. This study was a quasi experiment which used The Posttest-Only Control Group Design. The population of this study was a second semester of fourth grade student in group II of Buleleng district. The samples of this study were 30 students of fourth grade in SD N 2 Penarukan and 30 students of fourth grade in SD N 3 Penarukan, which used random sampling technique. The data of the students Mathematics learning result was collected by using instruments testing in the form of multiple choice tests. The data were analyzed by using descriptive statistical analysis techniques and inferential statistics (t-test). The results showed that there were significant differences in mathematics achievement between a groups of students who

(2)

were taught through learning model Jist in Time Teaching and the group of students who were taught through conventional learning models. The value of t = 4.5> table = 2.000 (= 0.05, db = 58). The average value of the experimental group was greater than the value of the control group (). This illustrates that the group of students who were taught through Jist in Time Teaching was better compared with the group of students who were taught through conventional learning models. Its means that Jist in Time Teaching learning model was greater in affect the learning result of Math.

Keywords: Just in Time Teaching Model, Conventional Model, Learning Result.

PENDAHULUAN

Meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia bukanlah persoalan yang mudah. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah ditempuh berbagai upaya oleh pemerintah. Upaya-upaya tersebut hampir mencakup seluruh komponen pendidikan, seperti pengadaan buku-buku pelajaran, peningkatan kualitas guru, proses pembelajaran, pembaharuan kurikulum, serta usaha lainnya yang berkaitan dengan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan.

Keberhasilan suatu sekolah dalam melaksanakan pembelajaran ditentukan dari peningkatan hasil belajar siswa. Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Berbicara mengenai belajar tidak hanya mementingkan produk namun juga proses belajar tersebut, dimana proses belajar merupakan suatu proses interaksi edukatif yang terikat pada tujuan, terarah pada tujuan, dan dilaksanakan khusus untuk mencapai tujuan (Suastra, 2009).

Pembelajaran matematika yang hanya ditekankan pada aspek produk seperti menghapal konsep-konsep atau rumus-rumus tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktip dalam proses pembelajaran matematika. Sebagian besar siswa beranggapan bahwa cara pengajaran matematika telah bergeser ke arah yang lebih abstrak. Matematika juga sering dianggap mata pelajaran sulit dimengerti oleh siswa karena Matematika membutuhkan pemahaman yang tinggi terhadap

konsep-konsepnya. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, baik faktor pengajar, fasilitas, kreativitas serta sasaran yang ditetapkan dalam pengajaran matematika.

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya pencapaian hasil belajar matematika diantaranya yaitu 1) sifat ilmu itu, 2) pelaksanaan pembelajaran yang kurang tepat, dan 3) karakter pembelajarnya (Pitajeng, 2006). Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik kearah pencapaian tujuan pembelajaran. Sehingga pemahaman dalam pembelajaran matematika masih sangat sulit untuk diwujudkan.

Melihat rendahnya pencapaian hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika, pemerintah telah melakukan banyak upaya untuk menyediakan peluang kepada para siswa dalam mencapai hasil belajar yang tinggi. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional melakukan pembaharuan kurikulum dengan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu pokok pengembangan KTSP adalah menerapkan Permendiknas nomor 41 tahun 2007. Implementasi permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dalam pelaksanaan pembelajaran telah memberikan peluang kepada para guru untuk berinovasi dalam mendesain pembelajaran.

Paradigma siswa yang semula hanya menerima apa yang diberikan oleh guru perlu diubah menjadi siswa sebagai penentu arah pembelajaran. Peran siswa yang semula

(3)

pasif menerima informasi dari gurunya harus diubah menjadi lebih aktif dalam belajarnya. Siswa harus dilibatkan dalam pengelolaan belajarnya di samping melatih kemandirian siswa juga menjadikan siswa itu menjadi lebih bertanggung jawab terhadap belajarnya sendiri (Santyasa, 2006).

Rendahnya pencapaian hasil belajar matematika juga dialami oleh siswa di SD Negeri gugus dua Buleleng. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Matematika Kelas IV, observasi terhadap proses belajar mengajar di kelas, ditemukan beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan antara lain:1) Proses

pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher center), 2) Pembelajaran menggunakan metode ceramah secara monoton berasal dari guru saja, 3) Keaktifan belajar siswa tergolong rendah, 4) Penggunaan media dalam pembelajaran di kelas masih terbatas.

Rendahnya hasil belajar Matematika siswa kelas IV di SD Negeri gugus dua Buleleng dapat dilihat dari hasil analisis dokumen nilai UAS siswa di masing-masing sekolah masih di bawah KKM yang ditetpkan. Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Rata-rata Nilai UAS Matematika Siswa di Kelas IV SD di Gugus 2 Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013

No Nama Sekolah KKM UAS

1 SD N 1 Penarukan 70 68,27

2 SD N 2 Penarukan 68 65,00

3 SD N 3 Penarukan 72 68,70

4 SD N 4 Penarukan 70 66,75

5 SD N 5 Penarukan 69 67,70

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa perlu diterapkan suatu model yang dapat mendorong siswa selalu aktif dan terlibat dalam setiap kegiatan pembelajran. Oleh karena itu, diperlukan upaya penyempurnaan proses pembelajaran yang dapat diterapkan dalam rangka meningkatkan motivasi dan kemandirian siswa yaitu Just in Time

Teaching. Just in Time Teaching (JiTT)

adalah model pembelajaran yang lebih menekankan pada pemberian tugas belajar yang aktif. Tugas yang diberikan dalam model pembelajaran ini berisi permasalahan kontekstual terkait dengan materi yang akan dibahas. Permasalahan tersebut dapat mengeksplorasi respon siswa, sehingga guru dapat mengetahui pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Melalui JiTT, dapat diperoleh keutuhan gambaran (profil) prestasi dan kemajuan belajar siswa di dalam proses pembelajaran (Novak, 1993).

JiTT adalah model pembelajaran aktif yang dirancang untuk memfasilitasi siswa

dengan keterlibatan dan refleksi pada materi sebelum tiba di kelas (Novak, 1993). Pembelajaran jadi lebih bermakna karena didukung sumber informasi dari berbagai rujukan, hal ini dapat meningkatkan minat dan motifasi siswa dalam belajar.

JiTT bermanfaat bagi siswa maupun guru. Mars (2004) menguraikan beberapa manfaat JiTT, yaitu 1) siswa lebih siap sebelum kelas dimulai, 2) dengan menggunakan respon siswa di kelas membuat feedback positif yang meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan 3) membuat instruktur lebih mengetahui proses pemikiran siswa.

Sintak dalam model pembelajaran JiTT dengan Authentic Assessment sebagai berikut: 1) Warm-up: mencakup penugasan siswa yang diberikan guru dan dikumpulkan beberapa saat sebelum proses belajar mengajar dimulai. 2) Assessment Authentic (Penilaian kinerja) dilakukan dalam proses pembelajaran ketika siswa mengerjakan

(4)

tugas sebelum pelajaran dimulai dalam kegiatan warm up. 3) Discussion and

presentation: diskusi ini dirancang

sedemikian rupa sehingga siswa dapat bekerja secara berkelompok sehingga interaksi dan sharing pengetahuan dapat terjadi dengan lebih efektif. Kemudian siswa melaporkan hasil diskusi mereka tentang permasalahan yang diberikan ke depan kelas. 4) Assessment Authentic (Penilaian kinerja) dilakukan dalam proses diskusi ketika siswa mengerjakan LKS bersama anggota kelompoknya. 5) Puzzle: merupakan tugas mingguan yang terdiri dari sebuah pertanyaan tentang beberapa konsep materi yang telah diberikan yang dikerjakan setelah proses belajar mengajar berlangsung. 6)

Assessment Authentic (portofolio) penilaian

ini dilakukan oleh guru ketika semua karya siswa (PR) sudah terkumpulkan. (Dimodifikasi dari Novak, 1993).

Untuk mendukung model tersebut dilakukan penilaian alternatif yang lebih inovatif yaitu penilaian proses dan hasil belajar yang dapat mengukur perkembangan dan kemajuan siswa secara menyeluruh yang mencakup aspek proses dan hasil belajar siswa.

Penilaian dalam proses pembelajaran adalah proses menghimpun fakta-fakta dan dokumen belajar siswa yang dapat dipercaya untuk melakukan perbaikan program, apabila kegiatan penilaian tersebut terjadi sebagai bagian dari program pembelajaran dikelas. Ada dua tujuan penilaian Fajar (2004). Tujuan pertama adalah mengukur seberapa jauh tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, dikembangkan, dan ditanamkan disekolah serta dapat dihayati, diamalkan, dan dipertahankan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan kedua adalah untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang digunakan sebagai feed back/umpan balik bagi guru dalam merencanakan proses pembelajaran selanjutnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, sangat penting diterapkannya suatu perspektif penilaian baru yaitu Authentic

Assessment (penilaian otentik). Authentic Assessment merupakan bentuk penilaian

berdasarkan pencapaian yang ditunjukkan oleh siswa setiap hari. Bertolak dari kurangnya motivasi siswa dalam belajar matematika dan pentingnya diterapkan suatu perspektif penilaian baru maka perlu dilakukan suatu perubahan dalam hal proses belajar mengajar matematika.

Keuntungan Authentic Assessment

adalah siswa akan dapat mencapai kompetensi yang diharapkan dan dapat mengetahui profil belajarnya sehingga dapat digunakan untuk melakukan refleksi dan remidiasi (Suastra, et al., 2009).

Jhonson (2007) menyatakan bahwa “pada umumnya ada empat jenis Authentic

Assessment yaitu penilaian portofolio,

penilaian kinerja, penilaian proyek, dan jawaban yang tertulis secara lengkap (extended written responses)”. Dalam penelitian ini digunakan dua jenis Authentic

Assessment yaitu peniaian portofolio dan

kinerja pada proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan uraian tersebut, akan dikaji lebih jauh pengaruh Just in Time

Teaching dengan Authentik Assessment

terhadap pencapaian hasil belajar siswa melalui sebuah penelitian eksperimen dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran

Just In Time Teaching dengan Authentic

Assessment terhadap Hasil Belajar

Matematika pada Siswa Kelas IV SD Negeri Gugus II Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini diadakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Just in Time Teaching dengan Authentic Assessment dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran Matematika.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment).

Populasi dalam penelitian ini adalah kelas IV SD Negeri di gugus 2 di kecamatan Buleleng. Jumlah anggota populasi subjek pada

(5)

penelitian ini adalah sebesar 148. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Dari lima sekolah dasar yang ada

di gugus 2 di kecamatan Buleleng, dilakukan uji kesetaraan untuk memperoleh sekolah yang setara terlebih dahulu, setelah mendapatkan hasil kesetaraan tersebut baru dirandom untuk menentukan dua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Berdasarkan hasil simple random sampling, diperoleh sampel yaitu kelas IV SD Negeri 2 Penarukan yang berjumlah 30 siswa dan kelas IV SD Negeri 3 Penarukan yang berjumlah 30 siswa. Berdasarkan hasil uji kesetaraan, selanjutnya dilakukan pengundian tahap kedua untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol, sehingga diperoleh sampel yaitu kelas IV SD Negeri 3 Penarukan sebagai kelas eksperimen dan kelas IV SD Negeri 2 Penarukan sebagai kelas kontrol.

Untuk mendapatkan data dari sumber penelitian maka teknik pengumpulan data yang sesuai yaitu tes hasil belajar siswa. Adapun data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sesudah perlakuan. Pengumpulan data setelah diberi perlakuan (post-test) pada masing-masing kelas. Instrumen pada penelitian ini adalah tes hasil belajar siswa. Tes hasil belajar digunakan sebagai tes hasil belajar awal siswa. Tes hasil belajar disusun dalam bentuk tes objektif. Tes yang telah disusun kemudian

diujicobakan untuk mendapatkan gambaran secara empirik tentang kelayakan tes tersebut digunakan sebagai instrumen penelitian. Setelah dilaksanakannya uji coba, data yang diperoleh dipilih dianalisis untuk menentukan validitas dan reliabilitasnya.

Pada penelitian ini, digunakan dua teknik analisis yaitu analisis statistik deskriptif dan uji prasyarat analisis. Pada analisis statistik deskriptif, data dianalisis dengan menghitung modus, median, mean, skor minimum, skor maksimum standar deviasi, dan varian. Deskripsi data (mean, median, modus) tentang hasil belajar siswa selanjutnya disajikan ke dalam grafik poligon. Sedangkan pada uji prasyarat analisis, data dianalisis dengan menggunakan uji normalitas distribusi/sebaran data, dan uji homogenitas varians untuk mengetahui bahwa kedua data tersebut normal dan homogen.

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (separated varians), Untuk bisa melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) kedua data yang dianalisis harus bersifat homogen (Koyan, 2009).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Deskriptif Kelompok

Eksperimen Kelompok Kontrol N 30 30 Skor Maksimal 20 19 Skor Minimal 10 9 Mean 16,77 13,7 Median 17 13,3 Modus 17,14 11,5 Standar Deviasi 2,36 2,97 Varians 5,56 8,87

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasil belajar kelompok eksperimen, yaitu: mean (M) =16,77, median (Md) = 17,

modus (Mo) = 17,14 varians (S2) = 5,56, dan standar deviasi (S) = 2,36. Data hasil

post-test kelompok eksperimen, dapat disajikan ke

dalam bentuk kurva poligon seperti pada gambar 1 berikut ini.

(6)

Gambar 1. Kurva Poligon Data Hasil

Post-test Kelompok Eksperimen

Pada kurva poligon di atas, dapat diketahui bahwa modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi.

Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas rata-rata lebih besar dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata-rata.

Untuk mengetahui kualitas dari variabel hasil belajar Matematika siswa pada kelas eksperimen, skor rata-rata hasil belajar Matematika siswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi). Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen dengan M = 16,77 tergolong kriteria sangat tinggi.

Sedangkan pada kelompok kontrol dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasil belajar kelompok kontrol, yaitu: mean (M) =13,7, median (Md) =13,3, modus (Mo) =11,5, varians (s2) =8,87, dan standar deviasi (s) = 2,97. Data hasil

post-test kelompok kontrol, dapat disajikan ke

dalam bentuk kurva poligon seperti pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Kurva Poligon Data Hasil

Post-test Kelompok Kontrol

Pada kurva poligon di atas, dapat diketahui bahwa mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus (M>Md>Mo). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas rata-rata lebih kecil dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata-rata.

Untuk mengetahui kualitas dari variabel hasil belajar Matematika siswa pada kelas kontrol, skor rata-rata hasil belajar Matematika siswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi). Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol dengan M = 13,7 tergolong kriteria tinggi.

Sebelum uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas terhadap kelompok data tes hasil belajar pada mata pelajaran Matematika yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

Just in Time Teaching dengan Authentic

Assessment dan model pembelajaran

konvensional, sehingga terdapat dua buah kelompok data yang diuji. Uji normalitas ini dilakukan untuk membuktikan bahwa ke dua sampel tersebut berdistribusi normal. Adapun

M=16,77 Md=17 Mo=17,14

(7)

hasil perhitungan dari uji normalitas dapat di sajikan pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Distribusi Data

No Kelompok Data

χ

2hit Nilai Kritis dengan

Taraf Signifikansi 5% Status

1 Skor Post-test pada Kelompok Eksperimen 4,483 7,815 Normal 2 Skor Post-test pada Kelompok Kontrol 4,295 7,815 Normal

Kriteria pengujian, jika 2hitung 2tabel

dengan taraf signifikasi 5% (dk = jumlah kelas dikurangi parameter, dikurangi 1), maka data berdistribusi normal. Sedangkan, jika 2hitung 2tabel , maka data tidak

berdistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus

chi-kuadrat, diperoleh seluruh 2hitung lebih

kecil dari 2tabel ( 2hitung 2tabel), sehingga

seluruh kelompok data berdistribusi normal.

Setelah melakukan uji prasyarat yang pertama yaitu uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji prasyarat yang ke dua yaitu uji homogenitas. Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhitung< Ftabel. Hasil uji homogenitas varians data hasil belajar Matematika dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Varians antar Kelompok Eksperimen dan kontrol

Sumber Data Fhitung Ftabel Status

Hasil belajar Kelompok Eksperimen 1,59 1,85 Homogen Kelompok Kontrol Berdasarkan tabel di atas, diketahui Fhitung hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1,59. Sedangkan Ftabel dengan dbpembilang =29, dbpenyebut = 29, dan taraf signifikansi 5% adalah 1,85. Hal ini berarti, varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

Just in Time Teaching dengan Authentic

Assessment terhadap hasil belajar

Matematika siswa. Untuk mengetahui pengaruh pengaruh model pembelajaran Just

in Time Teaching dengan Authentic

Assessment terhadap hasil belajar

Matematika siswa, dilakukan pengujian terhadap hipotesis nol (H0).

Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil belajar Matematika kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen. Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan rumus

separated varians dengan kriteria tolak H0

jika thit > ttab dan terima H0 jika thit < ttab. Rangkuman hasil perhitungan uji-t antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada tabel 5 di bawah ini.

(8)

Tabel 5. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Hasil belajar Data Kelompok N

X

s2 thit ttab (t.s. 5%) Hasil Belajar Matematika Eksperimen 30 16,76 5,56 4,5 2,000 Kontrol 30 13,7 8,87

Berdasarkan tabel hasil perhitungan uji-t di auji-tas, diperoleh uji-thit sebesar 4,5. Sedangkan, ttab dengan db = n1 + n2 - 2 = 30 + 30 - 2 = 58 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,000. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit > ttab), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikan, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

Just in Time Teaching dengan Authentic Assessment dengan kelompok siswa yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional dalam pelajaran Matematika.

Hasil belajar kelompok kontrol yang dalam hal ini menggunakan model pembelajaran konvensional berada pada kategori tinggi. Demikian juga dengan hasil belajar kelompok eksperimen yang menerapkan model pembelajaran Just in

Time Teaching (JiTT) hasil belajarnya berada

pada kategori sangat tinggi. Hal ini

menandakan pelaksanaan model

pembelajaran ini sudah optimal tetapi masih perlu banyak penyempurnaan.

Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

Just in Time Teaching (JiTT) dengan hasil

belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaraan konvensional. Model pembelajaran konvensional digambarkan sebagai model pembelajaran berbentuk kelas dengan metode ceramah. Penyampaian materi dalam pembelajaran konvensional tersebut lebih banyak dilakukan melalui ceramah, tanya jawab, dan penugasan yang berlangsung secara terus menerus. Guru tetap berperan sebagai sumber informasi.

Berbeda halnya dengan model pembelajaran kooperatif, Sugiyono (2008) menyatakan bahwa “model pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang dibentuk dalam suatu kelompok kecil dengan siswa bekerja sama dan mengoptimalkan keterlibatan dirinya dan anggota kelompok dalam belajar”. Jadi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, siswa dididik untuk belajar dalam kelompok, sehingga mereka bisa bertukar pikiran dan saling bertukar pendapat. Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran Just in Time Teaching

(JiTT) memberikan kesempatan pada setiap

kelompok untuk memecahkan permasalahan yang ada serta interaksi yang terjadi di dalam kelompok dapat melatih siswa untuk berani berpendapat, menerima dan menghargai pendapat dari teman. Hasil belajar yang berbeda (kelompok kontrol ada pada kategori tinggi, kelompok eksperimen berada pada kategori sangat tinggi) menandakan bahwa model pembelajaran Just in Time Teaching

(JiTT) lebih unggul dibandingkan dengan

model pembelajaran konvensional, khususnya pada mata pelajaran Matematika.

Melihat kenyataan di atas, jelaslah pengaruh model pembelajaran Just in Time

Teaching (JiTT) dalam pembelajaran

Matematika dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Walaupun masih ada anak yang mengalami berbagai kesulitan, namun secara keseluruhan dapat dikatakan mengalami peningkatan secara bertahap. Selain itu, melalui model pembelajaran Just

in Time Teaching (JiTT), siswa lebih siap

sebelum kelas dimulai, dengan menggunakan respon siswa di kelas membuat feedback positif yang meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Selain itu, melalui model pembelajaran Just

in Time Teaching (JiTT) membuat instruktur

lebih mengetahui proses pemikiran siswa (Mars, 2004).

(9)

Berdasarkan pengamatan dan catatan lapangan terhadap situasi belajar siswa diketahui bahwa aktivitas siswa selama pembelajaran semakin meningkat. Dari hasil wawancara, siswa menyatakan senang mengikuti pembelajaran Matematika yang menggunakan model pembelajaran Just in

Time Teaching (JiTT). Melalui model

pembelajaran tersebut siswa bisa belajar berdiskusi, belajar mengemukakan pendapat, belajar menghargai pendapat teman lain, belajar menyelesaikan permasalahan, memperoleh pendidikan budi pekerti seperti saling bekerja sama dan menghormati. Di samping itu suasana belajar menjadi menyenangkan. Hal ini merupakan kelebihan dari model pembelajaran Just in Time

Teaching (JiTT).

Walaupun demikian, bukan berarti model pembelajaran Just in Time Teaching

(JiTT) tidak memiliki kekurangan dalam

pelaksanaanya. Pada saat proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Just in Time Teaching (JiTT) ditemukan beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut dialami sejak pertama kali diterapkan model pembelajaran Just in Time

Teaching (JiTT) pada kelompok eksperimen.

Adapun kendala-kendala yang dialami siswa dalam proses pembelajaran di antaranya: keributan saat pembagian kelompok, siswa belum terbiasa berdiskusi dalam kelompok sehingga penyelesaian tugas belajar dalam LKS membutuhkan waktu lebih lama, agak sulit mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar, timbulnya keributan pada saat mendiskusikan jawaban LKS. Masalah-masalah tersebut merupakan kalkulasi kendala yang dihadapi dari pertemuan pertama mengajar sampai pertemuan terakhir. Kendala tersebut tidak dialami pada setiap pertemuan. Kendala yang dihadapi mengalami peningkatan kearah yang lebih baik.

Berkurangnya kendala yang dihadapi pada pembelajaran karena dilakukan suatu strategi agar tidak terulang kembali. Adapun strategi yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut antara lain. 1) menegaskan bahwa pembagian kelompok sesuai dengan

apa yang dibacakan oleh guru, 2) mengingatkan kembali kepada masing-masing kelompok bahwa setiap anggota kelompoknya harus bisa menguasai materi dan bisa memecahkan masalah yang ada di LKS, tim yang baik adalah tim yang anggotanya dapat bekerjasama dengan baik. 3) menghimbau siswa agar tidak ribut dan memberikan sanksi kepada siswa yang membuat keributan. (4) menjelaskan dan menegaskan jawaban yang benar kepada semua kelompok agar tidak ada lagi siswa yang protes dengan hasil diperoleh. Dengan dilakukan strategi tersebut, penerapan model pembelajaran kooperatif model pembelajaran

Just in Time Teaching (JiTT) memberikan

hasil belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa penerapan model pembelajaran Just in Time Teaching (JiTT) dapat diterapkan dalam pembelajaran Matematika sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh penelitian yang dilakukan oleh Penelitian Suastra, et al. (2009) menemukan bahwa pengembangan Authentic Assessment dalam pembelajaran matematika baik melalui inkuiri terbimbing, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran starter eksperimen cukup efektif dalam meningkatkan kompetensi matematika siswa. Sebagai bagian dari

Authentic Assessment, penilaian portofolio

juga sangat efektif diterapkan dalam proses pembelajaran.

Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Busnawir & Suhaena (2006) mengungkapkan bahwa hasil belajar matematika berdasarkan model penilaian fortopolio memberikan skor lebih tinggi daripada model penilaian konvensional. Jadi, model penilaian portofolio memberikan hasil belajar lebih baik daripada model penilaian konvensional dalam pembelajaran matematika menunjukkan keberhasilan.

(10)

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan di depan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji–t diperoleh thitung adalah 4,5. Sedangkan ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan db = 58 adalah 2,000. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar pada mata pelajaran Matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran JiTT (Just in Time

Teaching) dengan Authentic Assessment

dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar gugus II Kecamatan Buleleng.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut. (1) Kepada siswa, agar terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran berikutnya

sehingga dapat mengembangkan

pengetahuan baru melalui pengalaman belajar yang ditemukan sendiri. (2) Kepada guru, disarankan agar selalu menggunakan strategi maupun model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan kondisi siswa. Dalam hal ini adalah menggunakan model pembelajaran JiTT (Just in Time Teaching) sebagai salah satu alternatif model pembelajaran di kelas, sehingga dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. (3) Bagi kepala sekolah, diharapkan memfasilitasi para guru agar mampu menggunakan strategi maupun model pembelajaran yang lebih inovatif untuk mewujudkan pembelajaran yang lebih efektif. (4) Kepada peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran JiTT (Just in Time

Teaching) ini pada bidang studi Matematika

khususnya, agar penelitian ini bisa dijadikan acuan ataupun referensi demi ketuntasan penelitian selanjutnya.

DAFTAR RUJUKAN

Busnawir & Suhaena, 2006. Pengaruh Penilaian Berbasis Portofolio Terhadap Hasil Belajar Matematika dengan Mempertimbangkan Kemandirian Belajar Siswa (eksperimen pada siswa SMP Negeri 44 Jatim, 2005). Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan. 060.

Fajar, A. 2004. Portofolio dalam Pelajaran

IPS. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Johnson, E. B. 2007. Contextual Teaching

and Learning: Menjadikan Kegiatan

Belajar-Mengajar Mengasikkan dan

Bermakna. Terjemahan: Contextual

Teaching and Learning: what it is and why it’s here to stay, oleh Setiawan, I. Bandung: Mizan Learning Centre. Koyan, I Wayan. 2009. Statistik Dasar dan

Lanjut. Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha.

Mars, K. A. 2004. Just in Time Teaching in Biology: Creating an Active Learner Classroom Using the Internet. Journal

of Learning & Teaching Research. 1.

109-124.

Novak, G. 1993. Just in Time Teaching.

Tersedia pada

http://134.68.135.1/jitt/jitt/html. diakses

pada tanggal 26 Desember 2012. Pitajeng. 2006. Pembelajaran Matematika

yang Menyenangkan. Jakarta:

Dirjendikti Depdiknas.

Santyasa, I W. 2006. Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi NOS. makalah. Disajikan dalam Seminar di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 di Semarapura. Suastra, I W. 2009. Pembelajaran Sains

Terkini. Singaraja: Undiksha.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian

Pendidikan (Pendekatan kuantitatif,

Gambar

Gambar 1. Kurva Poligon Data Hasil Post- Post-test Kelompok Eksperimen
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Distribusi Data  No  Kelompok Data   χ 2 hit Nilai Kritis dengan

Referensi

Dokumen terkait

berkembang di masyarakat bergerak di bidang produk/usaha pangan, berorientasi bisnis, memiliki struktur organisasi dan berkekuatan hukum. • Minimal disahkan oleh

Kayu berpenampang bulat yang diberi finishing warna merah digunakan pada sebagian besar tiang dan penyangga dou gong (mahkota tiang). Berdasarkan analisis pada Bab

Jika seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya penggunaan pil ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih menyusui) dan disarankan menggunakan cara

Bagi saya, pemimpin itu bukan berarti memiliki jiwa yang besar, pemimpin juga bukan berarti memiliki jiwa yang keras, pemimpin adalah yang melakukan segala hal dengan kombinasi

Maka kata afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap

Pencarian rute terdekat lokasi tempat ibadah merupakan salah satu pencarian yang diperlukan oleh para wisatawan yang datang ke Kota Bandung, dengan adanya

Kurkumin tersebar diberbagai genus Curcuma dalam jumlah relatif kecil dan variasi strukturnya terbatas, hal ini merupakan kendala untuk mengoptimalkan fungsi kurkumin,

Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.. Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan