• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELUARGA BERENCANA (KB) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM HUSNI FUADDI 1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KELUARGA BERENCANA (KB) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM HUSNI FUADDI 1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

27 KELUARGA BERENCANA (KB) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

HUSNI FUADDI1)

1) Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Iqra Annisa Pekanbaru Jl. Riau Ujung No. 73, Pekanbaru 28292, Provinsi Riau, Indonesia

HP. 085270757500/ e-mail : husni.fuaddi@stei-iqra-annisa.ac.id ABSTRACT

The background of this research is that the Family Planning (KB) program is one of the most important national development programs in order to create a prosperous Indonesian family, but on the other hand, family planning has a very large effect on one's reproductive health, both for women's reproductive health and male, so that with this phenomenon the author is interested in conducting research with the theme of Family Planning (KB) in the perspective of Islamic Law. This study used qualitative research methods. Qualitative methodology is a research procedure that produces descriptive data in the form of written or spoken words from people and observable behavior. The data collection technique uses the Documentation Study technique, which is done by searching for and collecting documents related to the topic of research discussion. Data analysis was carried out in accordance with the objectives of the study, namely descriptions and qualitative. The results of the research are that in the review of Islamic law in the Qur'an and Hadith there is no specific passage that explicitly prohibits or commands family planning. But it is explained here that family planning is allowed for certain reasons, and there are arguments that refer to it that family planning can be done for reasons of welfare and so on in forming a family that is sakinah mawaddah wa rahmah, which is physically and mentally healthy.

Keywords: Family, Planning, Perspective, Law, Islam.

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini yaitu bahwasanya program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera, namun di sisi lain, KB sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan reproduksi seseorang, baik itu untuk kesehatan reproduksi wanita maupun pria, sehingga dengan fenomena tersebut penulis tertarik melakukan penellitian dengan tema Keluarga Berencana (KB) dalam perspektif Hukum Islam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Teknik Pengumpulan Data menggunakan teknik Studi Dokumentasi, dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan dokumen yang terkait dengan topik pembahasan penelitian. Analisa data dilakukan sesuai dengan tujuan dari penelitian yakni deskripsi dan kualitatif. Hasil penerlitian yaitu Dalam tinjauan hukum Islam didalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang khusus yang melarang atau memerintahkan KB secara eksplisit. Tapi dijelskan disini

(2)

28

bahwa KB diperbolehkan dengan alasan tertentu, dan ada dalil-dalil yang merujuk kearah sana bahwa KB boleh dilakukan dengan alasan kesejateran dan sebagainya dalam membentuk keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, yang sehat jasmani maupun rohani.

Kata Kunci: Keluarga, Berencana, Perspektif, Hukum, Islam.

A. PENDAHULUAN

Perkawinan merupakan suatu perjanjian suci dalam membentuk keluarga antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan, dimana perjanjian tersebut merupakan perbuatan yang dikehendaki oleh kedua pihak dan berdasarkan agama. Sejumlah nash al-Qur’an menegaskan bahwa suami dan isteri adalah pasangan yang bermitra dan sejajar, status ini ditegaskan secara tegas oleh nash maupun dengan makna isyarat(Yunika Isma Setyaningsih, Malik Ibrahim, 2012: 112).

Pertumbuhan penduduk saat ini semakin meningkat dan menjadi isu yang sangat populer juga mencemaskan bagi negara-negara didunia(Erfina Noviyanti Harahap, 2019: 129). Ledakan populasi yang diperkirakan terjadi pada tahun 2030 akan menjadi masalah jika tidak segera ditanggulangi oleh pemerintah. Dengan kenyataan ini pemerintah dengan gencarnya membuat sutu kebijakan untuk menurukan ledakan populasi di Indonesia salah satunya adalah dengan program KB yang sampai sekarang menjadi langkah terhangat yang ingin disukseskan untuk mencegah ledakan populasi.

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara meningkatkan dan memperluas pelayanan keluarga berencana berupa kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang demikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Program KB di Indonesia masih tetap menghadapi beberapa masalah penting. Salah satu masalah dalam pengelolaan program KB yaitu masih tingginya angka unmet need KB(Afiah, dkk, 2017: 10). Oleh sebab itu untuk mengetahui bagaimana Islam memandang terhadap KB ini, maka penulis tertarik untuk melukukan penelitian mengenai Keluarga Berencana (KB) Dalam Perspektif Hukum Islam.

B. KONSEP TEORITIS

1. Pengertian Keluarga Berencana

Istilah Keluarga Berencana mempunyai arti yang sama dengan istilah yang umum dipakai di dunia internasional yakni family planning atau planned parenthood. Yaitu suatu perencanaan yang kongkrit mengenai kapan anak-anaknya diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut dengan rasa gembira dan syukur. Juga merencanakan berapa anak yang dicita-citakan yang sesuai dengan kemampuannya sendiri dan situasi-kondisi masyarakat dan negaranya.

Dalam istilah Arab, KB juga memiliki arti yang sama dengan tanzhim nasl, yaitu pengaturan keturunan/kelahiran. Bukan tahdid

(3)

al-29 nasl, birth control atau pembatasan kelahiran. Menurut Muhammad Syaltut, jika program KB itu dimaksudkan sebagai usaha pembatasan anak dalam jumlah tertentu, misalnya hanya 3 anak untuk setiap keluarga dalam segala situasi dan kondisi tanpa kecuali, maka hal tersebut bertentangan dengan syariat Islam, hukum alam, dan hikmah Allah menciptakan manusia agar berkembang biak dan dapat memanfaatkan karunia Allah untuk kesejahteraan hidupnya(Abdurrahman Umran, 1997: 34).

Dalam Undang-Undang Republik Indoensia No. Nomor 52 tahun 2009 Tentang Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga. dinyatakan, Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya(Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2009).

Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas(Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2009).

Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional.

WHO (Expert Committe 1970), tindakan yang membantu individu/pasutri untuk: Mendapatkan obyektif-obyektif tertentu, menghindari kelahuran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga(Erna Setiyaningrum, Zulfa Binti Aziz, 2014: 173).

Pengaturan kehamilan adalah upaya untuk membantu pasangan suami istri (pasutri) untuk melahirkan pada usia ideal, memiliki jumlah anak, dan mengatur jarak kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara, alat dan obat kontrasepsi.

Keluarga Berkualitas adalah keluarga dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, sehati, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa(Sukmawati Abu Bakar, 2011: 158-159).

Dapat penulis simpulkan bahwa keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi.

2. Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang

(4)

30

kokoh bagi pelaksanaan program KB di masa mendatang untuk mencapai berkualitas.

Sedangkan tujuan program KB secara filosofis adalah:

a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.

b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Tujuan KB berdasarkan REBSTRA meliputi: a. Keluarga dengan anak ideal

b. Keluarga sehat

c. Keluarga berpendidikan d. Keluarga sejahtera e. Keluarga berketahanan

f. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya.

g. Keluarga tumbuh seimbang (PTS)(Erna Setiyaningrum, Zulfa Binti Aziz, 2014: 174).

3. Sejarah Keluarga Berencana

Keluarga Berencana Dunia bertitik tolak dari “Masalah Kependudukan”. Orang yang pertama kali mengemukakan teori mengenai penduduk adalah Thomas Robert Malthus yang hidup tahun 1776-1824. Teori Malthus mengatakan, bahwa: Jumlah penduduk meningkat menurut deret ukur, kebutuhan hidup riil meningkat menurut deret hitung. Dengan mempertimbangkan Teori Malthus di atas dan masalah kependudukan serta pengaruh/dampaknya yang mengancam, maka: penduduk perlu dikendalikan, antara lain dengan method borth control(Sukmawati Abu Bakar, 2011: 150-151).

Printis Keluarga Berencana dunia: awal abad ke-19 di Inggris, KB mulai dibicarakan dan ada dua orang tokoh yang terkenal, yaitu: Marie Stppes/ Bidan (1880-1950), dam Margaret Sanger/ Perawat Kandungan (1983-1966).

Marie Stoppes: Adanya nasib kaum buruh yang banyak anak, dan hidup memperihatinkan. Marie Stoppes berpendapat, bahwa kelahiran perlu diatur.

Margaret sanger: Adanya peristiwa Saddie Sachs yang menggugurkan kandungan/ terjadi pendarahan dan dianjurkan oleh dokter yang merawat untuk tidak hamil lagi, tapi ketika sang dokter tidak bisa memberikan jalan keluar. Dengan nada senda gutau, dokter hanya berkata “Jack Sachs (suamimu) suruh tidur di atas loteng.” Tiga bulan kemusian, suami Saddie Sachs datang memanggil Margaret Sanger, bahwa istrinya Saddie Sachs dalam keadaan kritis, karena hamil lagi dan berusaha menggugurkan kandungannya sendiri secara nekat. Sebelum dokter datang menolong, Saddie Sachs meninggal dunia dipangkuan Margaret Sanger(Sukmawati Abu Bakar, 2011: 151-152).

Di Indonesia istilah keluarga berencana (KB) telah dikenal sejak pemerintahan Orde Baru, didirikan tahun 1970 dan menjelma menjadi suatu

(5)

31 gerakan bersifat nasional yang bergerak dalam sebuah lembaga yang bernama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ayau disingkat BKKBN. Tujuannya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia yang mengalami kenaikan yang cukup tinggi ketika itu, yaitu setiap tahunnya mencapai angka 2%-2,5% per tahunnya. Dari tujuan tersebut diharapkan mampu mengantarkan tujuan utama dari program ini, yaitu peningkatan kesejahteraan keluarga. Sejak kehadirannya, tujuan KB belum dapat dikatakan berhasil karena terdapat resistensi terhadap pembatasan jumlah anak. Tidak sedkit yang menolak program ini dengan alasan bahwa mempunyai banyak anak merupakan salah satu perintah agama dan Tuhan telah menjamin rezeki setiap anak lahir.

Pemerintah berusaha meminta Majlis Ulama Indonesia (MUI) untuk memberikan fatwa, sebab masalah KB bukan hanya menyangkut aspek medis, sosial, ekonomi, dan budaya saja, melainkan juga berkaitan dengan masalah hukum halal dan haram.

Memperhatikan sikap masyarakat yang masih “ragu” terhadap program di atas maka perlu penjelasan kembali tentang hukum keluarga berencana yang menekankan pemtasan jumlah anak itu(Sapiudin shidiq, 2016: 19.

4. Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi

Jenis kontrasepsi yang banyak digunakan di Indonesia, yaitu: a. Spermisida

Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia (non oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma(Endang Purwoastuti, 2015: 202). Spermisida adalah zat kimia yang dapat melumpuhkan sampai mematikan spermatozoa yang digunakan menjelang hubungan seks. Setelah pemasangan sekitar 5 sampai 10 menit, hubungan seks dapat dilakukan agar spermatozoa dapat berfungsi(Ida Bagus Gde Manuaba, 1998: 440). Jenis spermisida terbagi menjadi:

1) Aerosol (busa)

2) Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film. 3) Krim(Endang Purwoastuti, 2015: 202).

b. Cervical Cap

Merupakan kontrasepsi wanita, terbuat dari bahan latex, yang dimasukkan ke dalam liang kemaluan dan menutupi laeher rahim (serviks). Efek sedotan menyebabkan cap tetap nempel di leher rahim. Cervical cap berfungsi sebagai barier (penghalang) agar sperma tidak masuk ke dalam rahim sehingga tidak terjadi kehamilan.

c. Suntik

Metode suntikan KB telah menjadi bagian keluarga berencana nasional serta peminatnya makin bertambah, tingginya minat pemakai suntikan KB oleh kerena aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pada pasca persalinan.

(6)

32

d. Kontrasepsi Darurat IUD

ADKR (alat kontrasepsi dalam rahim/Intrauterine divice) atau dalam bahasa populernya disebut spiral adalah alat kontrasepsi kecil yang ditempatkan dalam rahim wanita. Ada dua jenis AKDR: AKDR tembaga yang terbuat dari plastik kecil dengan tembaga meliliti batangnya dan AKDR progestogen yang berbentuk T kecil dengan silinder berisi progestogen di sekeliling batangnya.

e. Implan

Implan atau tusuk kontrasepsi yang berbentuk batang panjang 4 cm yang di dalamnya terdapat hormone progestogen, implan ini kemudian dimasukkan ke dalam kulit di bagian lengan atas. Hormon tersebut kemudia akan dilepaskan secara perlahan dan implan ini dapat efektif sebagai alat kontrasepsi selama 3 tahun(Endang Purwoastuti, 2015: 202).

f. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun lainnya. MAL dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi bila:

1) Menyusui secara penuh, lebih efektif bila menyusui 8x sehari. 2) Belum haid.

3) Umur bayi kurang dari 6 bulan.

Cara kerja: Menunda atau menekan terjadinya ovulasi. Pada saat menyusui, hormone yang berperan adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotropin melepas hormone penghambat(Maria Ulfah Kurnia Dewi, 2013:161-162).

g. Kontrasepsi Darurat Hormonal

Morning after pill adalah hormonal tingkat tinggi yang diminum untuk mengontrol kehamilan sesaat setelah melakukan seks yang berisiko. Pada prinsipnya pil tersebut bekerja dengan cara mengahalangi sperma berenang memasuki sel telur dan memperkecil terjadinya pembuahan.

h. Kontrasepsi Patch

Pact ini didesain untuk melepaskan 20ug ethinyl estradiol dan 150 ug norelgestromib. Mencegah kehamilan dengan cara yang sama seperti kontrasepsi oral (pil). Digunakan selama 3 minggu, dan 1 minggu bebas pacth untuk siklus menstruasi(Endang Purwoastuti, 2015: 204).

i. Pil KB

Pil KB atau kontrasepsi oral berisi bentuk sintetis dua hormon yang diproduksi secara alami dalam tubuh: estrogen dan progesteron. Kedua hormon tersebut mengatur siklus menstruasi wanita. Pil KB bekerja dengan dua cara. Pertama, menghentikan ovulasi (mencegah ovarium mengeluarkan sel telur). Kedua, mengentalkan cairan (mucus) serviks sehingga menghambat pergerakan sperma ke rahim.

(7)

33 Pil KB sangat bisa diandalkan (efektivitasnya mencapai 99%). Pil KB juga memberikan kendali di tangan wanita untuk mencegah kehamilan. Kekurangan Pil KB adalah tidak melindungi terhadap PMS, harus diambil setiap hari sesuai jadwal (tidak boleh terlewatkan barang sehari pun agar efektif), dan menambah hormon sehingga meningkatkan risiko trombosis, penambahan berat badan, sakit kepala, mual dan efek samping lainnya. Pil KB tidak boleh diambil oleh wanita dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes, penyakit liver, dan penyakit jantung(Endang Purwoastuti, 2015: 204).

j. Kontrasepsi Sterilisasi

Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW (Metode Operasi Wanita) atau tubektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma. Kontrasepsi mantap pada pria atau MOP (Metode Operasi Pria) atau vasektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran benih agar sperma tidak keluar dari buah zakar.

k. Kondom

Kata kondom berasal dari kata Latin condus yang berarti baki atau nampan penampung. Kondom adalah semacam kantung yang Anda sarungkan ke penis ereksi sebelum melakukan hubungan seksual. Kondom dijual dalam berbagai ukuran dan bentuk. Kondom memiliki kelebihan melindungi dari PMS dan tidak memengaruhi hormon. Kekurangannya adalah efektivitasnya. Sekitar 2-15% wanita masih hamil meskipun pasangannya menggunakan kondom. Selain itu, banyak pria merasakan berkurangnya sensasi seksual dengan pemakaian kondom(Endang Purwoastuti, 2015: 205).

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Maka, menurut peneliti, penelitian kualitatif bermakna penelitian yang lebih banyak menghasilkan data berupa data penjabaran-penjabaran dari penelitian yang diteliti daripada data perhitungan-perhitungan. Teknik Pengumpulan Data menggunakan teknik Studi Dokumentasi, dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan dokumen yang terkait dengan topik pembahasan penelitian. Analisa data dilakukan sesuai dengan tujuan dari penelitian yakni deskripsi dan kualitatif.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pandangan Hukum Mengenai Keluarga Berencana Menurut Undang-Undang Republik Indonesia.

Keluarga berencena sudah menjadi salah satu program pemerintah dalam bidang kesehatan yang dimulai pada tahun 1970. Apabila kita lihat dari sudut pandang hak–hak pasien, segala jenis kontrasepsi yang ingin

(8)

34

diterapkan haruslah mendapat persetujuan dari pasangan suami istri tersebut. Dalam segi hukum peraturan tentang keluarga berencana telah termaktub dalam UU No 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan keluarga sejahtera.

Selain itu dalam UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, terdapat butir-butir tentang penyelenggaraan keluarga berencana dari segi hak pasangan suami istri dan etik sebagai berikut :

Pasal 24

(1) Pelayanan Kontrasepsi diselenggarakan dengan tata cara yang berdaya guna serta diterima dan dilaksanakan secara bertanggung jawab oleh pasangan suami istri sesuai dengan pilihan dan mempertimbangkan kondisi pasangan suami istri.

(2) Pelayanan kontrasepsi secara paksa kepada siapa pun dan dalam bentuk apapun bertentangan dengan hak asasi manusia dan pelakunya akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Penyelenggaran pelayanan kontrasepsi dilakukan dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi agama, norma budaya, etika, serta segi kesehatan.

Pasal 25

(1) Suami dan istri mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam melaksanakan keluarga berencana.

(2) Dalam menentukan cara keluarga berencana sebagai mana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah wajib menyediakan menyediakan bantuan pelayanan kontrasepsi bagi suami dan istri.

Pasal 26

(1) Penyelenggaraan alat,obat, dan cara kontrasepsi yang menimbulkan risiko terhadap kesehatan dilakukan atas persetujuan suami dan istri setelah mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk itu.

(2) Tata cara penggunaan alat,obat, dan cara kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan menurut standar profesi kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 28

Penyampaian informasi dan/atau peragaan alat, obat, dan cara kontrasepsi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga lain yang terlatih serta dilaksanakan di tempat dan dengan cara yang layak(Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009).

Dengan demikian hak asasi pasien yang menjalankan kontrasepsi akan terjamin. Hal ini juga membuktikan bahwa pelaksanaan kontrasepsi telah legal atau diperbolehkan dalam segi hukum Indonesia.

2. Pandangan Al-Qur’an, Hadits dan Ulama Tentang Keluarga Berencana a. Pandangan Al-Qur’an Tentang Keluarga Berencana

(9)

35 Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita laksanakan dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah (Luthfi, As-syaukani, 1998: 45):

Surat An-Nisa’ ayat 9:

               

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.” (Q.S. An-Nisa: 9)

Surat al-Baqarah: 195                 

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. al-Baqarah: 195)

Selain ayat diatas masih banyak ayat yang berisi petunjuk tentang pelaksanaan KB diantaranya ialah surat Qashas: 77, al-Baqarah: 233, Lukman: 14, al-Ahkaf: 15, al-Anfal: 53, dan at-Thalaq: 7.

Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu dilaksanakan dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan anak, memperhitungkan biaya hidup brumah tangga.

b. Pandangan al-Hadits Tentang Keluarga Berencana Dalam Hadits Nabi diriwayatkan:

ةلاع مهردت نأ نم ريخ ءاينغأ كثرو ردت كنإ )هيلع قفتم( سانلا نوففكتل

“Sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tangguan orang banyak.” (H.R. Muttafakun Alaih)

Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal ini sesuai dengan hadits Nabi(Musthafa Kamal, 2002: 293:

)يقهيبلا ماما هاور( .ارفك نوكت نأ رقفلا اداك “Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”. (HR. Imam al-Baihaqi)

لوسر نأ هنع الله يضر يردخلا نانس نب دعس ديعس يبأ نع : لاق ملس و هيلع الله ىلص الله

(10)

36

Dari Abu Sa’id, Sa’ad bin Sinan Al-Khudri radiallahuanhu, Seseungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Jangan bahayakan dan jangan lupa membahayakan orang lain lain”.(HR. Ibnu Majah dan Daruqutni)

Dari hadits beberapa hadits tersebut menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya rumah tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban bagi orang lain. Dengan demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya dipikirkan bersama(M. Ali Hasan, 1997: 29).

c. Menurut Pandangan Ulama’ 1) Ulama’ yang melarang

Ulama’ yang melarang diantaranya ialah Prof. Dr. Madkour, Abu A’la al-Maududi(Abdurrahman Umran, 1997: 99).

Kelompok ini memegang secara lahiriyah kandungan al-Qur’an yang menyerukan untuk mengembangkan keturunan dan berpegang kepada teks ayat bahwa Allah menjamin rezeki mereka serta berpegang kepada teks Hadits yang menyerukan agar umat Islam berjumlah banyak secara kauntitatif sebagaimana tersebut di atas(Sapiudin shidiq, 2016: 24).

Apakah hal ini bertentangan dengan program KB. Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, berikutn ini dicantumkan beberapa ayat yang dijadikan dasar oleh mereka yang menolak program KB:

                      

“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?" (Q.S. An-Nahl: 72)

Mereka melarang mengikuti KB karena perbuatan itu termasuk membunuh keturunan seperti firman Allah:

               

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (Q.S. Al-Isra’: 31)

2) Ulama’ yang memperbolehkan

Diantara ulama’ yang membolehkan adalah Imam al-Ghazali, Syaikh al-Hariri, Syaikh Syalthut, Muhammad Yusuf Qardhawi. Ulama’ yang membolehkan ini berpendapat bahwa

(11)

37 diperbolehkan mengikuti progaram KB dengan ketentuan antara lain, untuk menjaga kesehatan si ibu, menghindari kesulitan ibu, untuk menjarangkan anak. Mereka juga berpendapat bahwa perencanaan keluarga itu tidak sama dengan pembunuhan karena pembunuhan itu berlaku ketika janin mencapai tahap ketujuh dari penciptaan. Mereka mendasarkan pendapatnya pada surat al-Mu’minun ayat: 12-14(Abdurrahman Umran, 1997: 99).

                                     

“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Q.S. Al-Mu’minun: 12-14)

Menurut Yusuf Qardhawi, terdapat semacam dispensasi bagi orang Islam didalam mengatur dan membatasi kelahiran anak, jika ditemukan alasan rasional dan kondisi darurat yang dapat diajdikan alasan. Diantara kondisi darurat itu adalah(Sapiudin shidiq, 2016: 22):

a) Adanya kekhawatiran terhadap kehidupan atau kesehatan si ibu apabila hamil atau melahirkan anak, setelah dilakukan suatu penelitian dan ceking oleh dokter yang dapat dipercaya(Muhammad Yusuf al-Qardhawi, 2010: 275).

Kekhawatiran terhadap nasib hidup sang ibu dan kesehatannya dikarenakan beban yang diakibatkan dari hamil atau melahirkan yang dapat menyebabkan si ibu binasa. Kebenarannya harus didasari oleh sebuah penelitian atau informasi dari dokter yang professional(Sapiudin shidiq, 2016: 22). Hal ini diperkuat oleh firman Allah SWT:

     … 

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan…” (Q.S. Al-Baqarah: 195)

b) Adanya kekhawatiran akan terjadinya bahaya pada urusan dunia yang kadang-kadang bias mempersukar beribadah sehingga menyebabkan orang mau menerima barang yang haram dan mengerjakan yang terlarang, karena untuk kepentingan

(12)

anak-38

anaknya(Muhammad Yusuf al-Qardhawi, 2010: 276). Allah telah berfirman:          

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (Q.S. Al-Baqarah: 185) c) Kekhawatiran terhadap kesehatan dan pendidikan anak

dikarenakan faktor ekonomi yang dapat membawa kepada kekufuran. Dalam kitab Shahih Muslim, Dari Usamah bin Zaid bahwasanya seseorang dating kepada Rasulullah SAW. Ia berkata, “Ya Rasulullah aku melakukan azl (membuang ke luar rahim, ketika puncak orgasme) terhadap istriku”. Rasulullah menjawab, “Kenapa kau lakukan itu?” Orang itu menjawab, “Aku kasihan terhadap anak-anak”. Maka Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya anak ini rusak, maka musnahlah Negara Persia dan Romawi” (Sapiudin shidiq, 2016: 23).

d) Kekhawatiran bagi ibu untuk menyusui dikarenakan kehamilan baru. Rasulullah menamakan hubungan badan dengan istri saat menyusui dengan watí al-ghilah. Dinamakan al-ghilah karena keberadaannya akan menyebabkan kehamilan baru yang dapat mengganggu proses penyusuan dan dapat melemahkan fisik anak. Juga dinamakan al-ghilah karena hak itu termasuk “kejahatan” terselubung terhadap bayi yang menyusu. Hal ini menyerupai pembunuhan. Kalau demikian, bagaimana solusinya? Yusuf Qardhawi menambahkan dengan mempertimbangkan masa kelahiran dan amsa menyusui. Masa kehamilan antara anak yang satu dengan anak berikutnya yang ideal dalam Islam adalah 30 bulan (2 tahun 6 bulan) atau 33 bulan (2 tahun 9 bulan) bagi orang yang akan menyempurnakan susuan. Hal ini dengan perincian sebagai berikut

Tiga puluh bulan bagi ibu yang menyusui anak tidak sampai dua tahun atau kandungan anak berikutnya lahir dengan masa kandungan minimal, yaitu enam bulan. Sedangkan 33 bulan adalah bagi ibu yang menyempurnakan masa persusuan, yaitu dua tahun (paling lama), maka tersisa 9 bulan. Jika ia melakukan hubungan badan dengan istri dengan tidal azl, artinya hubungan nomal yang menimbulkan kehamilan, maka kehamilan tersebut tidak mengganggu persusuan karena anak yang pertama dalam kondisi telah disapih (selesai masa persusuannya) (Sapiudin shidiq, 2016: 24).

Sejalan dengan pendapat Qardhawi seperti tersebut di atas, Masfuk Zuhdi menambahkan bahwa seorang Muslim yang melaksanakan KB dengan motifasi yang bersifat pribadi seperti untuk menjarangkan kehamilan/keturunan atau untuk menjaga kesegaran, kesehatan, dan kelangsingan sang ibu hukumnya boleh.

(13)

39 Selain motivasi pribadi sebagaimana tersebut di atas, orang yang ber-KB juga punya motivasi yang bersifat kolektif yang telah dicanangkan secara nasional seperti untuk kedejahteraan masyarakat atau Negara maka hukumnya bias berubah sunah bahkan wajib. Hal ini tergantung kepada kondisi sebuah Negara dilihat dari pertumbuhan penduduknya, apakah sudah benar-benar overpopulated (terlalu padat penduduknya) atau karena factor wilayah pemukimannya, seperti tempat tinggal, peratnian, pendidikan, dan sebagainya yang sudah benar-benar overloaded (terlalu sarat) sehingga wilayah yang bersangkutan tidak sanggup lagi mendukung kebutuhan penduduk secara normal.

Ditambahkan oleh Mahmud Syalthut, bahwa sebuah keluarga yang berencana membatasi anak anak dalam jumlah tertentu, misalnya hanya tiga saja setiap keluarga dalam segala situasi dan kondisi tanpa kecuali, maka hal itu bertentangan dengan syariat Islam, hokum alam, dan hikmah Allah menciptakan manusia di ala mini untuk berkembang biak dan memanfaatkan alami untuk kesejahteraan hidup manusia. Tapi kia dimaksudkan sebagai usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara/penjarangan atau untuk selamanya karena situasi dan kondisi tertentu, baik yang berhubungan dengan kepentingan pribadi, seperti suami/istri menderita penyakit berbahaya yang bias menurun kepada anaknya atau yang berhubungan dengan Negara, maka hal itu tidak dilarang oleh agama(Sapiudin Shidiq, 2016: 24).

3. Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam a. Cara yang diperbolehkan

Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh syara’ antara lain, menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara ini diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang ibu(Abul Fadl Mohsin Ebrahim, Aborsi, 1997: 70).

Ber-KB dalam pengertian untuk mencegah kehamilan akibat hubungan badan suami-istri dikenal sejak masa Nabi yaitu dengan perbuatan ‘azal yang sekarang dikenal dengan coitus-interuptus, yaitu jimak terputus, yaitu melakukan ejakulasi (inzal al-mani) diluar vagina (Faraj) sehingga sperma tidak bertemu dengan indung telur isteri. Dengan demikian tidak mungkin terjadi kehamilan karena indung telur tidak dapat dibuahi sperma suami. Dan cara ini dapat dikategorikan kepada azl yang tidak dipermasalahkan hukumnya. Sebagaimana hadits Nabi :

)ملسم هاور( اههني ملف :ملس و هيلع الله ىلص الله لوسو دهع ىلع لزعن انك “Kami dahulu dizaman Nabi SAW melakukan azl, tetapi beliau tidak melarangnya.”

(14)

40

b. Cara yang dilarang

Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh syara’, yaitu dengan cara merubah atau merusak organ tubuh yang bersangkutan. Cara-cara yang termasuk kategori ini antara lain, vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal ini tidak diperbolehkan karena hal ini menentang tujuan pernikahan untuk menghasilakn keturunan(1Luthfi, As-syaukani, 1998: 157).

E. KESIMPULAN

KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana, maksud dari pada ini adalah: “Gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran.” Tujuan KB yaitu untuk terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk. Dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang khusus yang melarang atau memerintahkan KB secara eksplisit.

Tapi dijelskan disini bahwa KB diperbolehkan dengan alasan tertentu, dan ada dalil-dalil yang merujuk kearah sana bahwa KB boleh dilakukan dengan alasan kesejateran dan sebagainya dalam membentuk keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, yang sehat jasmani maupun rohani.

REFERENSI

[1] Afiah, dkk. 2017. Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Vol 1 No 2.

[2] As-syaukani, Luthfi. 1998. Politik, Ham dan Isu-isu Fiqih Kontemporer, Bandung: Pustaka Hidayah.

[3] Bakar, Abu, Sukmawati. 2011. Kesehatan Reproduksi Keluarga Berencana, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

[4] Ebrahim, Mohsin, Fadl, Abul. 1997. Aborsi, Kontrasekpsi dan Mengatasi Kemandulan, Mizan: Bandung.

[5] Dewi, Kurnia, Ulfah, Maria. 2013. Kesehatan Reproduksi Keluarga Berencana, Jakarta: Buku Kesehatan.

[6] Harahap, Noviyanti, Erfina. 2019. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, Volume 7 No. 2.

[7] Hasan, Ali, M. 1997. Masail Fiqhiyah, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. [8] Kamal, Musthafa. 2002. Fiqih Islam, Citra Karsa Mandiri: Yogyakarta.

[9] Manuaba, Gde, Bagus, Ida. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, [10] Purwoastuti, Endang. 2015. Panduan Materi Kesehatan Reproduksi &

Keluarga Berencana, Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

[11] Al-Qardhawi, Yusuf, Muhammad. 2010. Halal dan Haram dalam Islam, Surabaya: PT. Bina Ilmu Surabaya.

[12] Setyaningsih, Isma, Yunika, Malik Ibrahim. 2012. Jurnal Al-Ahwal, Vol. 4. No. 2.

[13] Setiyaningrum, Erna, Zulfa Binti Aziz. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi, Jakarta: CV. Trans Info Media.

(15)

41 [15] Umran, Abdurrahman. 1997. Islam dan KB, Jakarta: PT Lentera Basritam. [16] Undang-Undang Republik Indoensia tahun 2009.

[17] Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009

[18] Yanggo, T, Chuzainah & H. A. Hafiz Anshary A.Z. 1994. Problematika Hukum Islam Kontemporer, Jakarta: PT Pustaka Firdaus.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dilaksanakannya program Keluarga Berencana ( KB) salah satunya sebagai upaya untuk membentuk keluarga kecil yang sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa sistem keamanan perpustakaan dalam pencegahan kerusakan koleksi di Perpustakaan

Ti rezultati govore da bi poduzeće Naprijed trebala otvoriti profil na Instagramu radi velikog broja osoba koje posjeduju Instagram, te zbog toga što bi sa tim potezom dobili

 PICTURE, mendefinisikan dua hal tentang sebuah variable: ukuran dari variable (jumlah byte yang digunakan dalam memori untuk sebuah nilai) dan tipe data yang dapat disimpan

Mencermati hasil observasi Kepala Sekolah dan hasil observasi guru dalam kegiatan diskusi kelompok/kerja kelompok menyusun RPP berbasis pendidikan karakter bangsa,

permainan, maka anak yang berdiri paling depan harus secepatnya memilih satu buah crayon dari wadah yang tersedia dan segera menuju karton kelompok masing-masing dan

Mendasarkan pada teori dan penelitian terdahulu maka penelitian ini akan mencari hubungan antara variabel sosial ekonomi masyarakat, pengetahuan, motivasi, sikap,

kerja, 4 minggu cuti dikarenakan penerbangan domestik sedang dibatasi oleh pemerintah. Dan pada bulan Juni sudah mulai normal kembali. Selain itu, management secara