• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kontribusinya pada aspek perekonomian, sosial kemasyarakatan, maupun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kontribusinya pada aspek perekonomian, sosial kemasyarakatan, maupun"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.1 Latar Belakang

Infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dalam perencanaan wilayah. Apabila dikaitkan dengan fungsinya ketika berada di dalam suatu sistem ruang dan kegiatan, infrastruktur memiliki peran penting terhadap perubahan kemakmuran wilayah dan kesejahteraan masyarakat. Terutama dalam kontribusinya pada aspek perekonomian, sosial kemasyarakatan, maupun kelestarian lingkungan. Salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan air minum dan sanitasi sebagai kebutuhan mutlak kehidupan. Keberadaannya berperan besar dalam mewujudkan kesehatan masyarakat masih terkendala pada keterbatasan pelayanan infrastruktur (ketersediaan sarana, jangkauan pelayanan, pengelolaan).

Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) merupakan salah satu program pemerintah dalam rangka perwujudan dari tujuan ke-tujuh dari Millenium Development Goals (MDG’s) yakni memastikan kelestarian lingkungan, serta target MDG’s ke-sepuluh (mengurangi hingga setengahnya porsi masyarakat yang tidak memiliki akses terhadap air minum aman dan sanitasi dasar) di tahun 2015 (UNDP, 2004). Sebagaimana diinformasikan Dirjen Cipta Karya (2013) bahwa cakupan implementasi MDG’s Indonesia masih dibawah Malaysia, Kamboja dan Filipina. Hingga tahun 2012 cakupan air bersih di Indonesia mencapai 57% dan sanitasi mencapai 58%. Cakupan tersebut ditargetkan pada tahun 2015 meningkat menjadi masing-masing 68%.

(2)

Pamsimas merupakan kelanjutan dari program sebelumnya yakni Water Supply and Sanitation for Low Income Communities Project (WSSLIC), bahkan pada tahun 2014 direncanakan Pamsimas Jilid II sebagai keberlanjutan program. Sebagaimana disebutkan dalam Juknis Pelaksanaan Pamsimas (2012) program Pamsimas memiliki tujuan a) meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di masyarakat, b) meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki akses air minum dan sanitasi yang berkelanjutan, c) meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan lokal dalam penyelenggaraan layanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat, d) meningkatkan efektifitas dan kesinambungan jangka panjang pembangunan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi berbasis masyarakat.

Sasaran Pamsimas adalah desa-desa dengan indeks kemiskinan tinggi, akses air minum dan sanitasi rendah, angka penyakit akibat kualitas air yang buruk tinggi, belum pernah mendapatkan proyek sejenis, dan bersedia menyediakan dana incash 4% dan inkind 16%. Di Kabupaten Balangan sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 sebanyak 71 desa menjadi desa sasaran Pamsimas (Bappeda, 2012). Program Pamsimas di Kabupaten Balangan menjadi program yang sangat penting karena dilatarbelakangi oleh sebanyak 22,36% penduduk Kabupaten Balangan belum mengakses air bersih, dan sebanyak 30,23% penduduk Kabupaten Balangan belum mengakses jamban sehat. Sekian prosentase penduduk yang belum terlayani tersebutlah yang menjadi sasaran program Pamsimas.

(3)

Indikator untuk melihat perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat sebagaimana dijelaskan Antiningsih (2013) meliputi a) meningkatnya perilaku CTPS, b) meningkatnya perilaku BAB di tempat tertutup, c) penggunaan air bersih, d) meningkatnya kepemilikan jamban. Pembangunan sarana air bersih, dan sanitasi di sekolah dari program Pamsimas sudah terealisasi 100%. Dari 71 desa sasaran Program Pamsimas, pada akhir program Pamsimas terjadi penambahan akses jamban sebesar 11,25% (5.062 jiwa) dari sebelum program Pamsimas 53,55% menjadi 64,79% jiwa di tahun 2012. 29,57% atau 21 desa dari 71 desa sasaran berhasil mencapai 80% stop BAB’s/ ODF (open defecation free), bahkan 5 desa bisa berprestasi 100% ODF. Contoh desa dengan persentase capaian ODF rendah adalah Desa Binuang Santang (4,19%), Uren (14,75%), Desa Dayak Pitap (8,50%), Desa Jimamun (28,42%) (DMAC HH, 2013). Capaian CTPS meningkat dari sebelum program Pamsimas sebanyak 8 dusun (11.531 jiwa) menjadi 89 dusun (30.050 jiwa) atau 42,92% mengadopsi cuci tangan pakai sabun.

Beberapa permasalahan yang menyebabkan sulitnya mencapai indikator Pamsimas adalah kondisi geografis yakni kendala sulit berubahnya perilaku menggunakan air bersih dan sanitasi pada masyarakat yang bermukim dekat sungai, sosial masyarakat terpola meminta bantuan karena terbiasa memperoleh bantuan dari perusahaan tambang batubara dan enggan menggunakan jamban komunal/ bersama, namun tidak mampu membangun sendiri; belum ada peraturan yang mengatur perilaku BAB sembarangan; orientasi pendamping/ fasilitator masih pada fisik terbangun, organisasi pengelola, dan keberfungsian sarana belum pada perubahan perilaku masyarakatnya (DMAC-HH, 2013).

(4)

Keberlanjutan Program Pamsimas dilihat dari indikator keberfungsian sarana air bersih dan sanitasi, berfungsinya kelembagaan dengan keaktifan iuran pemeliharaan serta optimalnya peran Badan Pengelola Sarana Air Minum dan Sanitasi (BPSPAMS). Data laporan tahunan Pamsimas Balangan (2008-2011) menyebutkan dari 54 desa, sarana air bersih di 9 desa (16,67%) tidak berfungsi, dan pada 31 desa (57,41%) berfungsi sebagian. Adapun untuk iuran Pamsimas 34 desa tidak aktif lagi iuran dan administrasi pembukuan (62,96%), walaupun kelembagaan vakum namun tetap terkelola dengan sistem iuran swadaya oleh himpunan/ kelompok pengguna sarana.

Stimulus program Pamsimas berupa kegiatan sosialisasi, promosi kesehatan, dan pendampingan intensif yang dilakukan oleh fasilitator akan mempengaruhi faktor perilaku (persepsi, pengetahuan, motivasi, niat dan sikap) masyarakat. Persepsi dan pengetahuan terhadap inovasi praktek hidup bersih dan sehat terbentuk setelah tahap difusi/ penyebaran berupa pengenalan inovasi dan persuasi untuk kemudian membuat keputusan mengadopsi atau menolak inovasi tersebut. Difusi inovasi praktik hidup bersih dan tidak terlepas dari adanya komunikasi yang giat dari sumber (pihak yang ingin melakukan perubahan perilaku) lewat peran agen perubahan kepada masyarakat melalui tatap muka (saluran komunikasi) kepada masyarakat sasaran untuk kemudian memutuskan mengadopsi dan mempertahankannya.

Variabel-variabel diidentifikasi berhubungan dengan perubahan perilaku masyarakat disimpulkan dari teori perilaku kesehatan (Notoadmodjo, 2010) dan teori adopsi inovasi (Rogers, 2983). Penelitian adopsi inovasi produk padi sawah,

(5)

Putra (2012) menyimpulkan bahwa faktor motivasi, sikap dan peran agen perubahan berpengaruh signifikan terhadap adopsi inovasi. Braganca (2011) pada penelitian adopsi farmer field school faktor motivasi, partisipasi mempengaruhi tingkat adopsi. Sugandini (2012) pada disertasi tentang adopsi tabung gas LPG menyimpulkan bahwa sikap mempengaruhi niat menunda, sedangkan niat sendiri dipengaruhi oleh persepsi inovasi dan pengetahuan subyektif.

Variabel adopsi inovasi meliputi agen perubahan, tipe keputusan, sistem sosial, karakteristik inovasi, saluran komunikasi, sistem sosial dan tipe adopter (Rogers, 1983). Sebagaimana penelitian Zuhita (2011) bahwa peran agen perubahan berhubungan nyata dengan adopsi inovasi. Sosial ekonomi merupakan faktor berpengaruh pula, dalam penelitian (Rogers, 1983; Putra, 2012; Braganca 2011; Andayuni 2009) menyebutkan faktor usia, pendidikan, modal, dan interaksi berpengaruh terhadap adopsi inovasi. Tidak semua penelitian menyatakan karakteristik inovasi berpengaruh langsung pada adopsi (Sugandini 2012), bahwa karakteristik inovasi mempengaruhi modal sosial dan sikap. Penelitian (Zuhita, 2011; Andayuni, 2009) menyebutkan karakteristik inovasi berpengaruh signifikan pada adopsi inovasi. Mendasarkan pada teori dan penelitian terdahulu maka penelitian ini akan mencari hubungan antara variabel sosial ekonomi masyarakat, pengetahuan, motivasi, sikap, persepsi inovasi dan peran agen perubahan terhadap adopsi praktik hidup bersih dan sehat masyarakat.

Mengadopsi inovasi Pamsimas artinya menerapkan dan berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Perilaku kesehatan menurut Green dalam Notoadmodjo (2010) ditentukan oleh individu (pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,

(6)

tradisi, dan norma sosial), ketersediaan sarana dan prasarana, dan sikap petugas kesehatan. Variabel yang mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat adalah menurut penelitian Zainuddin (2008) adalah sikap dan strategi komunikasi. Timisela (2007) dalam penelitian PHBS di Dinas Kesehatan mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi PHBS adalah pengalaman, dan tingkat pendidikan. Sedangkan Effendy (2008) menjelaskan bahwa dalam tataran rumah tangga di Kabupaten Lombok Tengah PHBS berhubungan dengan kemiskinan dan tingkat pendidikan kepala keluarga.

Penelitian ini tidak sama dengan penelitian tentang Program Pamsimas sebelumnya yakni tentang partisipasi, konflik dan evaluasi program. Penelitian adopsi inovasi yang sudah pernah dilakukan sebelumnya adalah adopsi inovasi teknologi, dan produk/ barang, belum pernah ada tentang inovasi praktik hidup bersih dan sehat. Data sekunder mengatakan bahwa ada peningkatan akses terhadap sarana air bersih dan sanitasi yang seharusnya diiringi dengan perilaku hidup bersih dan sehat, hal tersebutlah yang ingin dicek data empirik. Diduga teori adopsi inovasi bisa menjelaskan perubahan perilaku masyarakat pada desa-desa Pamsimas. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi masukan pada program Pamsimas maupun kebijakan lain yang bertujuan perubahan sosial/ perubahan perilaku masyarakat, perlu mempertimbangkan aspek karakteristik sosial ekonomi, psikologi individu, peran agen perubahan, lingkungan atau situasi sosial, dan strategi komunikasi.

(7)

1.2 Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian adalah faktor-faktor apakah yang menjelaskan adopsi inovasi praktik hidup bersih dan sehat terkait program Pamsimas di Desa Halubau dan Jimamun Kabupaten Balangan? Pertanyaan tersebut kemudian dirinci menjadi:

1. Apakah terdapat hubungan antara peran agen perubahan dan karakteristik sosial ekonomi dengan pengetahuan dan motivasi masyarakat?

2. Apakah terdapat hubungan antara persepsi, pengetahuan dan motivasi dengan sikap masyarakat?

3. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi masyarakat, pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan peran agen perubahan dengan adopsi inovasi?

4. Apakah terdapat perbedaan adopsi inovasi di Desa Halubau dan Desa Jimamun?

5. Mengapa variabel karakteristik sosial ekonomi, pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap, peran agen perubahan, dan adopsi inovasi saling berhubungan?

1.3 Tujuan dan Lingkup Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang bisa menjelaskan proses adopsi inovasi perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Halubau dan Jimamun Kabupaten Balangan. Tujuan penelitian secara lebih khusus adalah:

(8)

1. Mengidentifikasi kondisi karakteristik sosial ekonomi, pengetahuan, motivasi, sikap masyarakat, persepsi terhadap inovasi, dan peran agen perubahan. 2. Menganalisis hubungan antara peran agen perubahan dan karakteristik sosial

ekonomi masyarakat dengan pengetahuan dan motivasi terhadap inovasi. 3. Menganalisis hubungan antara persepsi inovasi, pengetahuan, dan motivasi

terhadap sikap masyarakat.

4. Menganalisis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi masyarakat, pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan peran agen perubahan dengan adopsi inovasi.

5. Menguji perbedaan adopsi inovasi di Desa Halubau dan Desa Jimamun. 6. Mengindentifikasi penyebab adanya hubungan antara variabel karakteristik

sosial ekonomi, pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap, dan peran agen perubahan dengan adopsi inovasi Program Pamsimas.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis yang diharapkan adalah dapat memberikan sumbangsih dalam teori perubahan perilaku dikaitkan dengan komunikasi sebuah inovasi (adopsi inovasi Program Pamsimas oleh masyarakat desa). Sedangkan manfaat praktis meliputi :

a. Bagi pemerintah, selaku pihak yang merancang perubahan perilaku masyarakat bisa memberikan kontribusi agar dalam penyusunan program pembangunan yang bertujuan merubah perilaku, lebih diperhatikan aspek

(9)

karakteristik sosial masyarakat, aspek individu/ penerima manfaat program dan aspek komunikasi inovasi. Hubungan yang terjadi antar variabel menunjukkan variabel yang perlu mendapatkan prioritas dan mendekatan khusus pada tahap perencanaan, implementasi dan pasca Program Pamsimas. b. Bagi masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Balangan sebagai penerima manfaat Program Pamsimas. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pengetahuan tentang komunikasi program pada masyarakat perdesaan, dan membuka kesadaran masyarakat akan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai ukuran outcome dari Program Pamsimas, perpanjangan aspirasi masyarakat, dan pola kerja pemerintah terkait Program Pamsimas. c. Memberikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dengan

pembuktian proses adopsi inovasi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat Program Pamsimas.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai Faktor-Faktor Adopsi Inovasi Program Pamsimas Desa Halubau dan Jimamun Kabupaten Balangan ini asli dan berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian tentang Program Pamsimas yang sudah pernah dilakukan membahas mengenai partisipasi masyarakat terhadap Program Pamsimas, konflik terkait Program Pamsimas dan evaluasi Program Pamsimas. Studi menggunakan teori adopsi inovasi yang sudah pernah dilakukan sebelumnya adalah adopsi inovasi teknik budidya pertanian padi, adopsi inovasi teknologi informasi, adopsi inovasi program konversi tabung gas untuk masyarakat miskin, dan adopsi inovasi

(10)

bidang kesehatan yakni bina keluarga balita. Adapun penelitian perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga sudah banyak dilakukan terutama tentang pengaruh faktor-faktor PHBS. Lebih jelasnya mengenai gambaran penelitian terdahulu yang sudah pernah dilakukan terkait tema penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Tentang Program Pamsimas, Adopsi Inovasi, dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

No Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Analisis Hasil 1. Evaluasi Program

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat di Desa Kragan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar (Sri Antiningsih, 2013) 1. Mengukur tingkat efektifitas program Pamsimas di Desa Kragan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas program pamsimas di Desa Kragan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar Metode penelitian yang digunakan adalah deduktif kuantitatif. Jenis evaluasi yang dilakukan adalah one-project before and after

1. Outcome Pamsimas di Desa Kragan tercapai yakni PHBS dan peningkatan derajat kesehatan 2. Outcome tercapai atas dukungan

ketersediaan sarana air bersih dan sanitasi, promosi kesehatan dan peran kader kesehatan. 3. Letak geografis menjadi faktor

penghambat dalam Pembentukan PHBS karena kebiasaan

masyarakat mencuci di sungai 4. PHBS dibentuk dengan adanya pembiasaan PHBS, penanaman pengertian dan adanya model yang diteladani

2. Pengaruh Peran Penyuluh dan Kearifan Lokal Terhadap Adopsi Inovasi Padi Sawah di Kecamatan Montasik Aceh Besar (Adrian Wira Syah Putra, 2012)

1. Mengetahui peran penyuluh, kearifan lokal, sosial ekonomi terhadap proses adopsi inovasi padi sawah 2. Mengetahui sinergi antara kearifan lokal dan kegiatan penyuluh terhadap adopsi inovasi

Deskriptif kuantitatif didukung kualitatif

1. Peran penyuluh, motivasi dan sikap mempengaruhi proses adopsi inovasi padi sawah 2. Faktor kearifan lokal,

partisipasi, luas lahan dan pendidikan tidak berpengaruh terhadap adopsi inovasi padi sawah

3. Karakteristik Inovasi, Pengetahuan konsumen, kecukupan informasi, persepsi resiko dan kelangkaan dalam penundaan adopsi inovasi pada masyarakat miskin (Dyah Sugandini, 2012)

Menguji model yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penundaan suatu produk inovasi yakni LPG ada masyarakat miskin target konversi energi

Deduktif kuantitatif. Metode survei

1. Model penundaan adopsi bisa diterima. Niat menunda dipengaruhi oleh sikap

menunda, persepsi kelangkaan, persepsi resiko ekonomis, dan persepsi resiko fungsional 2. Sikap menunda dipengaruhi

oleh persepsi keunggulan relatif, persepsi kesesuaian, persepsi kerumitan, persepsi keterlihatan, pengetahuan subyektif, dan persepsi kecukupan informasi 4. Pengaruh Karakteristik

Inovasi dan Sistem Sosial terhadap Adopsi Inovasi Program Bina Keluarga

Menganalisis pengaruh karakteristik inovasi, dan sistem sosial serta agen perubahan terhadap

Survei dengan tipe eksplanatory

Karakteristik inovasi yang berpengaruh terhadap adopsi inovasi program BKB adalah keuntungan relatif sedangkan,

(11)

No Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Analisis Hasil Balita (BKB) di

Kelurahan Kwala Bingai Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat (Hafni Zuhita, 2011)

adopsi inovasi program BKB

sistem sosial yang berpengaruh terhadap adopsi inovasi program BKB adalah agen perubahan. Variabel yang dominan pengaruhnya adalah agen perubahan.

5. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Karyawan Dinas Kesehatan Propinsi Papua (Agustinus Timisela, 2007) Mengkaji keterkaitan antara karakteristik karyawan, paparan penyuluhan, pengetahuan dan sikap terhadap pelaksanan PHBS di lingkungan kantor Observational dengan rancangan crosssectional. Analisis korelasi dengan regresi logistic.

1. Tingkat pendidikan, jenis kelamin, tingkat pengetahuan karyawan memiliki keterkaitan dengan PHBS

2. Sikap dan pengalaman karyawan atas paparan media informasi kesehatan memiliki keterkaitan dengan PHBS 3. Tingkat pendidikan dan sikap

karyawan merupakan faktor yang paling dominan

memberikan pengaruh terhadap PHBS

6. Pengaruh Persepsi dan Dukungan Sosial terhadap PHBS

masyarakat nelayan Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai (Sondra Sari, 2009) 1. Menganalisis pengaruh persepsid dan dukungan sosial terhadap PHBS masyarakat nelayan 2. Menganalisis besar

pengaruh persepsi dan dukungan sosial pada masyarakat nelayan dalam melaksanakan PHBS Penelitian survei dengan pendekatan explanatory research

Persepsi dan dukungan sosial mempunyai pengaruh signifikan terhadap PHBS dan variabel dukungan sosial merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi PHBS

7. Pengaruh Faktor

Predisposition, Enabling

Dan Reinforcing Promkes Hygiene Dan Sanitasi Terhadap PHBS Masyarakat Kecamatan Babussalam Kab Aceh Tenggara (Zainuddin, 2009)

Menganalisis pengaruh faktor predisposition,

enabling dan reinforcing

terhadap PHBS

Metode analitik dengan

rancangan cross

sectional

1. Variabel sikap, ketersediaan sarana prasarana dan informasi/ pelatihan kesehatan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap PHBS p<0,05 2. Vaktor yang paling dominan

mempengaruhi ketersediaan sarana dan prasarana Sumber : Penulis, 2013

Gambar

Tabel  1.1  Penelitian  Terdahulu  Tentang  Program  Pamsimas,  Adopsi  Inovasi,  dan  Perilaku  Hidup Bersih dan Sehat

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai dikotomi antara ilmu – ilmu agama Islam dan ilmu – ilmu umum pada kenyataannya tidak mampu diselesaikan dengan pendekatan modernisasi sebagimana dilakukan Abduh dan

Sekolah harus melakukan evaluasi secara berkala dengan menggunakan suatu instrumen khusus yang dapat menilai tingkat kerentanan dan kapasitas murid sekolah untuk

BILLY TANG ENTERPRISE PT 15944, BATU 7, JALAN BESAR KEPONG 52100 KUALA LUMPUR WILAYAH PERSEKUTUAN CENTRAL EZ JET STATION LOT PT 6559, SECTOR C7/R13, BANDAR BARU WANGSA MAJU 51750

Penelitian ini difokuskan pada karakteristik berupa lirik, laras/ tangganada, lagu serta dongkari/ ornamentasi yang digunakan dalam pupuh Kinanti Kawali dengan pendekatan

Dari hasil perhitungan back testing pada tabel tersebut tampak bahwa nilai LR lebih kecil dari critical value sehingga dapat disimpulkan bahwa model perhitungan OpVaR

Komponen-komponen ilmu di atas dipelajari agar mahasiswa mampu memahami, menganalisa, menginterpretasi dan menentukan diagnosa, prognosa serta rencana perawatan

Dari area bisnis yang ada, ditemukan beberapa hal menyangkut permasalahan yang ada, yaitu: (1) Pihak manajemen dalam melakukan perencanaan penjualan dan produksi memperoleh data dari

Hasil uji reliabilitas instrumen variabel motivasi belajar (Y) akan diukur tingkat reliabilitasnya berdasarkan interpretasi reliabilitas yang telah ditentukan pada