~
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah P3TM-BATAN, Yogyakarta 14-15Juli 1999
480 Buku II
PENGARU:H ABU BATU BARA PADA SEMENTASI
LIMBAH
YANG MEI"lGANDUNG AS AM BORAT
~.
~
2..
Bahdir Johan, Zainus Salim in
P2PLR-BATAN, Serpong, Tangerang
ABSTRAK
PENGARUH ABU BATU BARA PADA SEMENTASI L/MBAH YANG MENGANDUNG ASAM BORA T. Telah dipelajari karakteristik pemadatan limbah cair yang mengandung asam borat daTi reaktor nuklir pembangkit listrik tipe air ringan bertekanan, metode pemadatan dengan proses sementasi menggunakan aditif abu batu barB untuk menghilangkan faktor kesulitan pengerasan hasil pemadatannya. Variabel yang dipelajari ialah konsentrasi aditif abu batu barn, pada konsentrasi asam bornE dalam limbah 0,15% -0,50%.. Penelitian dilakukan dengan mengoptimasi pertJandingan matriks air/semen (A/S) dan pasir/semen (P/S), penggunaan aditif abu batu bars. Hasil menunjukkan pertJandingan air/semen (A/S) 0,35 dan (P/S) 0,75 mempunyai kualitas tertJaik. Pads nilai kuat tekan 29,60 N.mm-2, variasi konsentrasi aditif abu batu barn 0% -15% digunakan pads proses sementasi, diperoleh konsentrasi optimum pads harga 5% berlaku untuk persen asam bornE dalam limbah cair tersebut. Pengujian kualitas blok beton dilakukan dengan pengukuran densitas, kuat tekan dan lajulindi. Densitas diuji dengan mengukur volume dan berat benda uji, kuat tekan diukur menggunakan alaE uji tekan buatan .Paul Weber" dan pelindian diuji menggunakan air suling selama 56 hari. Hasil optimum yang diperoleh konsentrasi aditif 5% adalah kenaikan kuat tekan 88,41%, fraksi terlindi turun 13,46% dibanding dengan tanpa menggunakan aditif abu batubara.
ABSTRACT
THE EFFECT OF FL Y ASH ON CEMENTED LIQUID WASTE CONTAINING BORIC ACID. A study on immobilization characteristics of liquid waste containing boric acid from a pressurized water reactor has been carried out. The immobilization was carried out by studying fly ash additive, on concentration of boric acid waste 0.15% -0.50%. The research was carried uot by determinated waterlcement ratio (WIC) and sandlcemen ratio (SIC), the optimum result was WIC 0.35 and SIC 0.75 giving the maximum compressive strength on value 29.60 N.mm-2 saw the best quality. On this condition 0% -15% weigh of fly ash was added to the cementation of liquid waste containing boric acid, the optimum result was 5% of fly ash addition. The quality tested included density, compressive strength and leaching rate. The density was determinated by weighing and measuring sample volume, compressive strength determinated using "Paul Weber" apparatus and the leaching tested using aquadest for 56 days. The result of this research on 5% fly ash addition and increasing of compressive strength 88.41% and the decreasing of leaching fraction 13.46% comparing without fly ash addition.
PENDAHULU,IlN
P
ada dasa warga terakhir ini terjadi peningkatan
penggunaan
teknologi nuklir yang sangat
pesat.
Penggunaan tersebut meliputi bidang-bidang
kedokteran, pertanian, pengawetan makanan,
pengujian bahan dan Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN). Jenis-jenis PLTN yang telah
dioperasikan oleh negara-negara
maju, antara lain
reaktor air ringan bertekanan (PWR), reaktor air
mendidih (BWR), reaktor air berat bertekanan
(PHWR) dan reaktor pendingin gas. Untuk
menyerap neutron dalam reaktor PWR digunakan
Boron-l 0, akibatnya limbah radioaktif cair dari
reaktor tersebut mengandung
asam borat (H3BO3).
Pada proses sementasi limbah
cair yang
mengandung asam borat akan sulit terjadi
pengerasan. Kesulitan tersebut terjadi akibat
komponen
CaO dalam semen
bereaksi dengan asam
borat, sehingga
kristal semen
tidak terbentuk secara
sempuma.
Untuk
mengatasi masalah tersebut
dilakukan penelitian proses sementasi
limbah cair
yang mengandung
asam borat menggunakan
aditif
abu barn bara dari PL TV Suralaya. Kandungan abu
batu bara dari PL TV Suralaya terdiri dari: SiO2
(59,40%), Al2O3 (24,70%), Fe203 (4,60%), CaO
(3,10%), MgO (1,70%), Na20 (2,50%), K2O
Bahdir Johan, dkk Pengolahan Limbah Radioaktif & Lingkungan
Prosiding Pertemuan den Presentasi Ilmiah
P3TM-BATAN, Yogyakarta 14-15Juli 1999 Buku II 481
semen yang terjadi tidak dapat mengeras. Peristiwa tersebut terjadi karena CaD penyusun semen bereaksi dengan asam borat, sehingga mengganggu reaksi hidrasi[41. Pada persamaan reaksi 1 clan 2 menunjukkan bahwa Ca(OH)2 merupakan basil akhir. Adanya kandungan boraks dalam limbah akan menyebabkan terjadinya reaksi antara boraks dengan Ca(OH)z.
2 H3BO3 + Ca(OH)2~ Ca(BO3)2+ 4H2O
(5)
Kalsium borat merupakan lapisan tidak larut yang membentuk lapisan tip is antara partikel-partikel semen. Lapisan tersebut akan mengharnbat difusi air, sehingga menghalangi pembentukan ikatan silang antar partikel[7].Ketika air dalarn limbah kontak dengan partikel semen, maka terbentuklah larutan super jenuh dari kalsium hidroksida dan partikel koloid
dari 3CaO.2SiO2.3H2O yang terdapat pada bagian permukaan semen. H3BO3 bereaksi dengan Ca(OH)2 membentuk Ca(BO2) pada bagian permukaan, dimana lapisan ini harnpir tidak dapat larut dan membentuk lapisan antara partikel semen dengan larutan antar permukaan. Lapisan ini mengharnbat difusi air clan menghalangi partikel koloid untuk membentuk ikatan silang. Selain itu partikel koloid akan membentuk ikatan stabil dengan ion boraks yang tidak dapat mengeras. Maka terbentuk basil akhir berupa lapisan plastik yang pennanen. Untuk dapat mengatasi hal terse but dikembangkan pemadatan dengan penarnbahan aditif bahan alam yang mengandung CaD.
TATA KERJA
Bahan
Bahan yang digunakan, larutan CsNO3
0,0138 ppm, larutan asam borat, air, semen
portland
tipe I, pasir Cisadane
dengan ukuran butir ~ 2 mm
clan abu barn bara dari PL1U Suralaya.
Metode
Tahap pertama dilakukan berturut-turut
optimasi perbandingan
air/semen clan perbandingan
pasir/semen.
Penentuan
kondisi optimum perbandingan
air/semen (A/S) dengan cara membuat variasi AlS
dari 0.30, 0.35, 0.40, 0.50 clan 1,00. Dengan
menggunakan
data AlS optimum ditentukan kondisi
optimum perbandingan pasir/semen (P/S) dengan
cara membuat variasi PIS dari 0,25, 0,50, 0,75 clan
1,00. Tahapan selanjutnya yaitu pada kondisi
optimum dari tahap pertama ke dalam slurry semen
ditambahkan
asam borat dari 0,15% sampai dengan
0,50% selanjutnya
abu barn bara dari 0 sampai 15%
berat yang diuji kualitasnya setelah didiamkan
selama 56 hnri. Untuk mengetahui kualitas blok
(0,50%), S03 (2,30%), TiOz (0,80%), dan PZ03 (0,40%). Dengan penambahan aditif abu batu bara, terjadi pengikatan asam borat oleh CaO dari aditif sehingga tidak mengurangi CaO pada komponen penyusun semen. Dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh CaO saja, sedangkan pengaruh oksida-oksida lainnya akan diteliti untuk penelitian tahun yang akan datang.
Pada proses sementasi limbah yang mengandung asam borat digunakan semen Portland tipe I dengan penyusun utamanya[l]
.Trikalsium Silikat (C3S), 3CaO,SiOz = 50% .Dikalsium Silikat (CzS), 2CaO.SiOz = 24% .Trikalsium Aluminat (C3A), 3CaO.Alz03 = 1.1 % .Tetrakalsium Aluminoferit (C4AF),
4CaO.Alz03.Fez03 = 8% .Kandungan lain = 7%
Berdasarkan basil penelitian ,di negara-negara maju dalam bidang nuklir, sebelum mengolah limbah yang sesungguhnya terlebih dahulu dilakukan penelitian limbah simulasi[z.4]. Penelitian simulasi dimulai dari kondisi yang paling sederhana setahap demi tahap meningkat hingga pada kondisi yang mirip dengan limbah sesungguhnya. Tujuan penelitian simulasi ini adalah untuk memperoleh kondisi optimum sehingga pada penelitian lanjutan kondisi tersebut dapat dipakai sebagai acuan.
Dalam penelitian ini limbah cair simulasi yang mengandung asam borat diimobilisasi dengan semen. Hasil akhir pengolahan limbah cair hams bempa padatan, sehingga radionuklida tidak mudah terlepas ke lingkungan, oleh sebab itu syarat-syarat pengolahan clan kriteria batas kualitas baik harus mengikuti yang telah ditetapkan oleh IAEA [3.5].
Konsentrat limbah cair aktivitas rendah yang mengandung asam borat diimobilisasi dengan semen portland tipe I dan aditif abu batu bara. Agar blok beton basil imobilisasi memenuhi persyaratan, maka hams dilakukan uji kualitas clan kemudian dibandingkan dengan standar IAEA, yaitu:
Standar kualitas blok beton[6] Densitas (p) = 1,70 -2,50 g.cm-3 Kuat tekan (r) = 20,0 -50.0 N.mm-z
Laju lindih (Rn) = 1,70xIO-I-2,50xIO-4g.cm-z.hari-1 Reaksi hidrasi semen dengan aifll.4]
2(3CaO.SiO2)+6H20 ~ 3 CaO.2SiO2.3H20 + 3Ca(OH)2
(1)
2(2CaO.SiO2) + 4H20 ~ 3CaO.2SiO2.3H20 + Ca(OH)2
(2)
3CaO.A1203 + 6H20 ~ 3CaO.AI203.6H20 (3) 4CaO.AI203.Fe203 + 17H20 ~ 3CaO.Ai203.12H20+
CaO.FeO3.5H20 (4)
Dalam proses sementasi limbah cair yang mengandung borat akan terjadi proses pengerasan
(hardening) yang cukup lama, kadang-kadang
ISSN 0216-3128
Pengolahan Limbah Radioaktif & Lingkungan
Prosiding Perlemuan dan Presentasi Ilmiah P3TM-BATAN, Yogyakarla 14-15Juli 1999
482 Buku 11
beton basil imobilisasi, dilakukan uji kualitas yang
meliputi densitas, kuat tekan dan laju lindih[6]. Dari
data AlS dan PIS optimum dilakukan optimasi asam
borat dengan cara menambahkan
asam borat yang
divariasi dari 0,15% sid 0,50% berat. Pada kondisi
asam borat optimum dilakukan penambahan
abu
batu bara dari 0,50%, 10% dan 15%. Pengujian
kualitas dilakukan dengan
cara pengukuran
densitas,
kuat tekan dan pelindihan. Densitas(p) ditentukan
dengan menimbang diikuti mengukur
volume benda
uji yang telah dihaluskan
permukaannya.
Kuat tekan
(r) dilakukan pada benda uji yang telah diukur
densitasnya
dengan tara ditekan hingga hancur dan
laju lindih(Rn) dilakukan pada benda uji yang telah
diukur densitasnya
dengan cara direndam
dalam air
suling. Contoh air pelindih diambil setiap hari
hingga satu minggu dan setiap minggu hingga
minggu ke delapan untuk dianalisis di laboratorium
menggunakan
Spektrofotometer
Absorpsi Atomik.
A/S 0,35 merupakan kondisi optimum r=21,53
N.mm-2,
karena pada perbandingan
tersebut
jumlah
air yang ditambahkan ekivalen dengan
partikel-partikel semen yang ada, sehingga reksi hidrasi
berjalan sempuma tanpa ada kelebihan atau
kekurangan
air.
Dari optimasi pasir/semen (PIS), dengan
menggunakan
A/S 0,35 ditambahkan pasir dengan
perbandingan
PIS 0,25, 0,50, 0,75 clan 1,0. Hasil
penelitian dinyatakan sebagai grafik hubungan
antara kuat tekan fungsi PIS pada Gambar
2. Untuk
PIS 0,25 kuat tekan lebih rendah hila dibandingkan
dengan PIS 0,50. artinya bahwa penambahan
pasir
berfungsi sebagai
aditif yang dapat menaikkan kuat
tekan blok beton. Semakin banyak pasir yang
ditambahkan semakin tinggi kuat tekan. Apabila
pasir ditambahkan terns menerus akan terjadi
kelebihan pasir, sehingga pasir tidak dapat diikat
oleh hidrat semen, akibatnya kuat tekan rendah.
Pada kondisi tertentu penambahan pasir akan
sebanding
dengan
jumlah hidr,at yang ada, sehingga
reaksi menjadi sempurna,
terjadi pada PIS 0,75 kuat
tekan r=29,60N.mm-2
HASIL'
DAN P:~MBAHASAN
Dari penentuan optimasi perbandingan
air/semen (AlS),
diperoleh data-data kuat.
Berdasarkan data terse
but dapat dibuat- gambar 1,
yaitu grafIk hubungan antara kuat tekan fungsi AlS.
Pacta A/S 0,30 kuat tekan lebih rendah bila
dibandingkan dengan AlS 0,35, artinya bahwa
reaksi hidrasi pacta AlS 0,30 belum sempuma
sehingga masih acta partikel semen yang belum
bereaksi dengan air, akibatnya kuat tekan rendah.
Apabila air ditambahkan hingga AlS 0,35 maka
jumlah partikel semen yang mengalami reaksi
hidrasi semakin banyak, akibatnya kuat tekan
menjadi lebih besar.
zo,oo
~
,
/' """'"./
23,00./
~ ? E 2G,OO E ~ ~ e 24,00 g"
./
/ II
/
/
11,00 20,00 0,00 0,20 0,40 O,GO 0,30 1.00 ,,"rblndlngln P/3Gombar 2. Kuot tekanfungsi PIS
Dari optimasi aditif abu batubara dapat dibuat Gambar 3, yaitu graflk hubungan antara kuat tekan blok beton fungsi konsentrasi aditif abu batubara. Pada Gambar 3 dapat dilihat dengan jelas, bagaimana pengaruh aditif abu batubara terhadap kekuatan tekan contoh blok beton.
Uji kuat tekan contoh dengan kandungan asam borat 0,15% didapat basil bahwa tanpa adanya aditif batubara kekuatan tekan minimal yaitu 27,00 N.mm-2. Bila dibandingkan dengan yang menggunakan aditif abu batubara (5%, 10% dan 15%) diperolah basil kekuatan tekan yang lebih baik. Kekuatan tekan contoh dengan kandungan asam borat 0,15% didapat basil yang optimum pada penambahan 5% aditif abu batubara yaitu 50,00
N.mm.-2
Gambar 1. Kuattekan lungs; AlS
Apabila air ditambahkan
terns hingga AlS
0,40 maka terjadi kelebihan air yang akan
terperangkap clan membentuk rongga-rongga
mikro~kopis didalam blok beton. Akibat dari
terbentuknya rongga-rongga mikroskopis tersebut
mengakibatkan
kuat tekan blok beton semakin
kecil.
Demikian pula pada A/S 0,45 clan 0,50 kuat tekan
semakin menurun. Dapat dibuat kesimpulan
bahwa
Bahdir Johan, dkk
Pengolahan Limbah Radioaktif & Lingkungan
Prosiding Perlemuan dan Presentasi llmiah
P3TM-BATAN, Yogyakarla 14-15Juli 1999 Buku II 483
1O,OO! I I .I I I .I .I .I
0 2 4 6 8 10 12 14 .
Adi!i! /t)u BaI..,ara (~
--0,15 ~O,Z; -*-O,~ 0,45 -8-0,W
Gambar 3. Kuat tekan lungsi aditif abu batubara
Hal yang sarna didapat pula pada
kandungan asam borat 0,25%, 0,35%, 0,45% daD 0,50% bahwa tanpa adanya aditif abu batubara pada contoh beton diperoleh kekuatan tekan yang minimum. Penyebab kekuatan tekan yang minimum pada contoh beton tanpa aditif abu batubara, karena
limbah cair tersebut mengandung asam borat yang akan menyulitkan proses sementasi, yaitu pengerasan pada contoh beton yang dibuat akan
terganggu. Hal ini karena komponen CaO pada
semen akan bereaksi dengan asam borat sehingga mengganggu reaksi hidrasi (kristal semen tidak terbentuk secara sempuma).
Untuk kandungan asam borat 0,25%, kekuatan tekan minimum 25,60 N.mm-2, dan kekuatan tekan optimum 43,40 N.mm-2, pada penggunaan 5% berat aditif abu batubara. Untuk kandungan asam borat 0,35%, kekuatan tekan minimum 23,20 N.mm-2, daD kekuatan tekan optimum 36,20 N.mm-2, pada penggunaan 5% berat aditif abu batubara. Untuk kandungan asam borat 0,45%, kekuatan tekan minimum 22,30 N.mm-2, daD kekuatan tekan optimum 35,20 N.mm-2, pada penggunaan 5% berat aditif abu batubara. Untuk kandungan asam borat 0,50%, kekuatan tekan minimum 19,70 N.mm-2, daD kekuatan tekan optimum 34.19 N.mm-2, pada penggunaan 5% berat aditif abu batubara. Reaksi hidrasi merupakan fungsi kehalusan partikel-partikel semen, jumlah air yang ditambahkan, aditif yang ditambahkan daD
temperatur yang akhirnya akan sangat mempengaruhi kualitas blok beton hasil imobilisasi limbah yang mengandung asam borat. Komponen yang sangat menentukan kekuatan tekan pada semen portland adalah C3S. Makin tinggi konsentrasi C3S akan makin tinggi kekuatan tekan blok beton. Untuk imobilisasi limbah yang mengandung asam borat adalah semen portland type I dengan komposisi C3S 50%. Apabila jumlah aditif belum mencukupi untuk bereaksi dengan hidrat semen yang ada, reaksi hidrasi be1um sempuma. Akibatnya kuat tekan blok beton rendah. Hal ini terjadi pada konsentrasi abu batubara 0%. Makin banyak abu batubara yang ditambahkan pada hidrat semen, reaksi hidrasi akan
semakin sempuma sehingga kuat tekan blok beton
semakin tinggi. Pada kondisi tertentu jumlah
molekul aditif akan ekivalen dengan jumlah
partikel-partikel penyusun hidrat semen sehingga
reaksi hidrasi menjadi optimum. Pada kondisi
optimum kualitas blok beton menjadi optimum,
peristiwa terse
but terjadi pada penambahan abu
batubara 5%. Apabila aditif ditambahkan terns
sehingga melebihi jumlah yang diperlukan, maka
kelebihan aditif akan terperangkap diantara
molekul hidrat semen. Adanya
molekul-molekul aditif yang terperangkap menyebabkan
ikatan hidrasi semakin rapuh sehingga
kualitas blok
beton menurun. Peristiwa tersebut terjadi pada
penambahan
aditifabu batubara 10% sampai 15%.
Harga kekuatan tekan optimum tersebut
diatas diperoleh pada persen
penggunaan
aditif abu
batubara yang optimal karena hila diberi tanbahan
aditif abu batubara melebihi 5%, kekuatan tekan
blok beton menjadi menurun. Sebab pada
penambahan
aditif abu batubara yang lebih besar
dari 5% akan menimbulkan masalah pada saat
pembuatan
contoh beton.
Untuk mengetahui basil densitas contoh
beton yang mengandung
limbah asam borat, dapat
dilihat Gambar 4 yaitu data densitas untuk variasi
asam borat dari 0,15% -0,50% dalam limbah cairo
Didapat basil bahwa semakin besar persen aditif
yang ditambahkan,
maka densitas
contoh blok beton
akan semakin besar. Hal ini disebabkan dengan
semakin besar persen aditif, akan semakin berat
contoh blok beton tersebut, jika dibagi dengan
volume yang sarna, maka densitas akan semakin
besar pula. Dari hasil penelitian yang dilakukan
diperoleh densitas contoh beton antara 0,03 g.cm-3
sampai
2,09g.cm-3.
::
j
-2,07 f 'E"
g 2,00 " " 'ii 2,05 c"
0 2,04 .,; 2,03 --j 0 2 6 8 10 12 14 16Adi!i! /bu 8atubara (~
Gambar 4. Densitas fungsi aditif abu batubara Reaksi hidrasi antara semen dengan air bergantung pacta jumlah partikel-partikel semen, molekul air dan konsentrasi aditif. Apabila konsentrasi aditif belum mencukupi untuk menggantikan Ca(OH)2 yang bereaksi dengan Borat, reaksi hidrasi belum sempurna. Akibatnya densitas blok beton rendah daD peristiwa tersebut terjadi
2,02
.
ISSN 0216-3128
Pengolahan Limbah Radioaktif & Lingkungan
14 20 28 30 50 56 Waktu lindi (hari)
Gambar 6. Fraksi terlindi fungsi waktu (hari)
KESIMPULAN
pada penambahan abu batubara lebih kecil dari 5%.Makin banyak aditif yang ditarnbahkan pada hidrat semen, reaksi akan semakin sempurna sehingga densitas blok beton semakin tinggi. Pada kondisi tertentu jumlah aditif abu batubara ekivalen dengan kebutuhan CaO untuk reaksi hidrasi semen, densitas clan kuat tekan menjadi optimum. Peristiwa tersebut terjadi pada penarnbahan abu batubara 5%. Apabila aditif ditambahkan terns hingga melebihi jumlah yang diperlukan densitas akan naik, tetapi kuat tekan akan turnn karena kelebihan aditif terperangkap diantara molekul-molekul hidrat semen dalam blok beton. Jadi penambahan aditif abu batubara yang berlebihan dapat menyebabkan blok beton menjadi rapuh, walaupun densitasnya tinggi, karena jumlah aditif yang berlebihan dapat mengurangi daya ikat partikel semen.
Pelindian dilakukan terhadap contoh blok beton yang mengandung Cs-137 dengan penarnbahan aditif abu batubara clan contoh beton tanpa aditif (blonko aditif). pengukuran aktivitas terlindi dari contoh beton basil irnobilisasi dilakukan dengan menggunakan alat Spektrofotometer Absorbsi Atomik.
Laju lindi contoh beton basil imobilisasi terdeteksi setelah hari ke empat belas. Dari hari pertama sarnpai hari ke tujuh tidak terjadi pelepasan Cs-137, karena Cs-137 terikat dengan baik pada matriks semen. Pada keadaan tersebut sukar terjadi pelindian Cs-13 7 yang terikat pada contoh.
Laju lindi pada variabel asarn borat 0,15% dapat dilihat Gambar 5. Pada contoh beton yang tidak mengandung abu batubara terlihat bahwa pada hari ke empat belas Cs- 137 yang terlepa~ lebih besar hila dibandingkan dengan contoh beton yang mengandung aditif abu batubara. Pada hari berikutnya terlihat pelepasan Cs-137 akan meningkat terns sesuai dengan larnanya pelindian sarnpaijumlah Cs-137 yang terlepas akan konstan.
Hasil penelitian menunjukkan kondisi
optimum perbandingan air/semen (AlS) 0,35 dan
perbandingan pasir/semen
(P/S) 0,75. Penambahan
aditif abu batubara dalam campuran beton
menaikkan kuat tekan 88,41 % serta menurunkan
fraksi terlindi 13,46% dibandingkan dengan tanpa
penggunaan
aditif batubara.
Penambahan aditif abu batubara pacta
sementasi
limbah asam borat yang mengandung
Cs-137 yang terbaik adalah 5% dari berat campuran.
DAFTAR
PUSTAKA
Waktu lindi (hari)
-~
1. LEA, FM,"The Chemistry of Cement and
Concrete",
Edward Arnold, London, 1982
2. G. BAUMGARTEL, "The Nuclear Fuel Cycle",
Kernforschungszeutrum Karlsruhe
GmbH
karlsruhe, Federal Republik of Germany, 18
September
-13 Oktober 1989
3. Normemtemationals ISO 40
4. P. VEJMELKA,"Solidification
of
liquid
Concentrates in Cement," IAEA Interna-tional
Training Course,
KfK, Karlsruhe, 1987
5. TECHNICAL
REPORT SERIES No.82,
"Treatment of low and intermediate level
Radioactive Waste
Concentrate, IAEA,
Vienna,
1980
6. ELDEN,A.D. et all, "Pr(;cess for immobilization
of a radioactive waste in cement matrix",
Preceeding of Symposium Conditioning of
Radioactive Waste for Storage and Disposal,
IAEA, Vienna, 1983
Gambar 5. Aktivitas terlindifungsi waktu (hari)
Dari Gambar 5 terlihat bahwa kondisi
optimum tercapai pada penambahan
5% aditif abu
batubara, hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya
pelepasan Cs-1.37 dari contoh blok betonbila
dibandingkan dengan penambahan 10% clan 15%
Bahdir Johan, dkk Pengolahan Limbah Radioaktif & Lingkungan
Prosiding Perlemuan den Presentasi Ilmiah
P3TM-BATAN, Yogyakarla14 -15 Juli 1999 Buku II
"
4857. ROBERT C., ROSENLOF,"PWR User Group
10 CFR 61 Wqaste from Requirement
Complience Test Program, Vol I, Proceeding
Symposium on
Symposium on Waste
Management",
Tucson, 1985.
~ Abu ba/1/ bara berfungsi untuk mengikat
asam borat sehingga tidak ada penggunaan
pd pengerasan
slurry semen. Abu batu bara
dapat menaikkan
kuat tekan sebesar 88,41%.
Dapat menurunkan
fraksi terlindi sebesar
13,46%.
~ Pada penelitian ini dibatasi untuk pengaruh
asam borat saja, sedangkan
pengaruh asam
nitrat akan dipelajari lebih lanjut pada tahun
berikutnya.
TANYA JAWAB
Sukirno
>- Komposisi abu batu bara, unsur apa saja? Dari unsur tersebut yang ada, unsur apa yang sangat
berpengaruh?
>- Apa kegunaan abu barn bara terhadap
sementasi?
>- Selain asam borat, apakah telah diteliti asam nitrat? Karena yang saya tahu limbah RA banyak mengandung asam nitrat. Karena asam nitrat yang dalam sementasi menyebabkan kekerasan monolit semen mudah retak?
Bahdir Johar
-<C>- Komposisi abu batu bora PLTU Suralaya Sial (59,4%), A&Oj (24,7%), Fe]Oj (4,6%), CaD (3,1%), MgO (1,7%), NajO (2,5%), K]O (0,5%), SOj (2,3%), TiO] (0,8%) don
P]Oj (0,4%).
Syarip
~ Mengapa ada campuran abu barn bara? Untuk
apa fungsinya?
~ Berapa % abu yang diharapkan
(minimal)?
Bahdir Johar
-<>-
Abu balu bora digunakan untuk mengikat
asam borat yang ado dalam konsentrat
limbah cairo Karena dalam imobilisasi
konsentrat yang mengandung asam borat,
aam borat akan menyerang
CO dalam semen
sehingga
reak'ii hidrasi terganggu
dan slurry
semen sukar mengeras. Untuk mengatasinya
dilakukan penambahan abu batu bara agar
asam borat dapat bereak'ii dengan CO dari
abu batu bara.
-<>-
Abu batu bara optimum pada sementasi
asam borat adalah 5%.
ISSN 0216-3128
Pengolahan Limbah Radioaktif & Lingkungan