BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan baik fisik maupun sosial merupakan suatu upaya perubahan kearah yang lebih baik. Untuk melakukan pembangunan diperlukan suatu konsep, perencanaan dan strategi yang tepat dengan memperhatikan berbagai variabel, agar tujuan pembangunan tersebut berhasil. Pembangunan yang berhasil adalah pembangunan yang memperhatikan kependudukan sebagai titik sentral pembangunan itu sendiri. Pembangunan yang tidak memperhatikan pembangunan kependudukan, akan merugikan karena setiap keuntungan ekonomi akan digunakan untuk membiayai kebutuhan penduduk.
Pembangunan kependudukan merupakan isu strategis dan bersifat lintas sektor, sehingga pengintegrasian berbagai aspek kependudukan ke dalam perencanaan pembangunan perlu diwujudkan. Upaya-upaya mewujudkan keterkaitan perkembangan kependudukan, dengan berbagai kebijakan pembangunan menjadi prioritas penting agar pengelolaan perkembangan kependudukan dapat mewujudkan keseimbangan yang serasi antara kuantitas, kualitas dan mobilitas penduduk.
Data kependudukan memegang peran penting dalam menentukan kebijakan, perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan, baik bagi pemerintah maupun swasta dan masyarakat. Oleh karena itu ketersediaan data kependudukan di semua tingkat administrasi pemerintahan (kabupaten, kecamatan, kelurahan/desa) menjadi faktor kunci keberhasilan program-program pembangunan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menegaskan bahwa dalam Perencanaan Pembangunan Daerah harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan, baik yang menyangkut masalah kependudukan, masalah potensi sumberdaya daerah maupun informasi tentang kewilayahan lainnya.
Selain itu, Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 sebagimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang Administrasi Kependudukan mengamanatkan bahwa data penduduk yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dan tersimpan di dalam database kependudukan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perumusan kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan. Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan pengelolaan data kependudukan yang menggambarkan kondisi daerah dengan menggunakan SIAK yang disajikan sesuai dengan kepentingan penyelanggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Pasal 17 menyebutkan bahwa perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas dan persebaran penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan guna menunjang pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan. Pada Pasal 49 ditegaskan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data dan informasi mengenai kependudukan dan keluarga. Data dan informasi kependudukan dan keluarga tersebut wajib digunakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sebagai dasar penetapan kebijakan, penyelenggaraan dan pembangunan. Penduduk juga memiliki hak dan kewajiban dalam perkembangan kependudukan. Penduduk berhak untuk mendapatkan pelayanan administrasi kependudukan, sosial, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Di samping itu penduduk juga mempunyai kewajiban untuk memberikan data dan informasi berbagai hal yang menyangkut diri dan keluarganya termasuk mutasi yang terjadi sesuai yang diminta oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk pembangunan kependudukan sepanjang tidak melanggar hak-hak penduduk.
Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 2 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan Pasal 67 ayat 2 menyebutkan bahwa pengelolaan Sistem informasi Administrasi Kependudukan Daerah dilakukan oleh Dinas melalui pengelolaan database.
Pada Pasal 72 menyebutkan bahwa pengelolaan database sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 huruf f meliputi kegiatan perekaman data Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil ke dalam database kependudukan, pengolahan data Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil, penyajian data sebagai informasi data kependudukan dan pendistribusian data untuk kepentingan perumusan kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sudah menyelenggarakan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil dengan menggunakan Sistem Administrasi Kependudukan (SAK) yang didukung dengan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Sistem ini sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 2005. Dan sudah menghasilkan database kependudukan untuk Kabupaten Banyuwangi. Database kependudukan ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan gambaran bagaimana kondisi dan karakteristik penduduk kabupaten Banyuwangi dan dapat menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan data kependudukan bagi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Berkenaan dengan penyajian data dan informasi perkembangan kependudukan terutama untuk perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi, sosial, politik, lingkungan, dan lain-lain yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan manusia, maka data dan informasi perlu menggunakan data yang valid dan dapat dipercaya baik dari sisi jumlah maupun kualitas data dan dikemas secara baik, sederhana, informatif dan tepat waktu dalam bentuk profil perkembangan kependudukan yang disajikan secara berkelanjutan. Profil perkembangan kependudukan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi kependudukan di Kabupaten Banyuwangi serta prediksi prospek kependudukan dimasa yang akan datang.
B. Tujuan
Menyajikan Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Banyuwangi tahun 2013 sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan pembangunan berwawasan kependudukan.
C. Ruang Lingkup
Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Banyuwangi meliputi : 1. Data kuantitatif yang berkaitan dengan pengendalian kuantitas penduduk. 2. Data kuantitatif yang berkaitan dengan mobilitas penduduk.
3. Data kuantitatif yang berkaitan dengan kepemilikan dokumen kependudukan.
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUWANGI
Kabupaten Banyuwangi
adalah “The Sun Rise Of Java“
karena lokasinya yang berada di paling ujung
timur pulau Jawa berada di Provinsi
Jawa Timur. Banyuwangi mempunyai tiga obyek
wisata international karena daya tariknya
yang cukup eksotis, yaitu Pantai Pengkung,
Kawah Ijen dan Pantai Sukamade, yang
terkenal dengan
Kabupaten Banyuwangi mempunyai luas wilayah 5.782,50 km2, terdiri atas 24 ( dua puluh empat ) Kecamatan, 28 (dua puluh delapan) kelurahan dan 189 (seratus delapan puluh Sembilan) desa, 2.775 Rukun Warga ( RW ) dan 10.177 Rukun Tetangga ( RT ). Kedua puluh empat kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo, Tegaldlimo, Muncar, Cluring, Gambiran, Srono, Genteng, Glenmore, Kalibaru, Singojuruh, Rogojampi, Kabat, Glagah, Banyuwangi, Giri, Wongsorejo, Songgon, Sempu, Kalipuro, Siliragung, Tegalsari, Licin. Sedangkan Perkotaan Banyuwangi meliputi Kecamatan: Banyuwangi, Giri, Glagah dan Kalipuro.
Legenda
asal usul Banyuwangi konon, dahulu kala wilayah ujung timur Pulau Jawa yang alamnya begitu indah ini dipimpin oleh seorang raja yang bernama Prabu Sulahkromo. Dalam menjalankan pemerintahannya ia dibantu oleh seorang Patih yang gagah berani, arif, tampan bernama Patih Sidopekso. Istri Patih Sidopekso yang bernama Sri Tanjung sangatlah elok parasnya, halus budi bahasanya sehingga membuat sang Raja tergila- gila padanya. Agar tercapai hasrat sang raja untuk membujuk dan merayu Sri Tanjung maka muncullah akal liciknya dengan memerintah Patih Sidopekso untuk menjalankan tugas yang tidak mungkin bisa dicapai oleh manusia biasa. Maka dengan tegas dan gagah berani, tanpa curiga, sang Patih berangkat untuk menjalankan titah Sang Raja. Sepeninggal Sang Patih Sidopekso, sikap tak senonoh Prabu Sulahkromo dengan merayu dan memfitnah Sri Tanjung dengan segala tipu daya dilakukanya. Namun cinta Sang Raja tidak kesampaian dan Sri Tanjung tetap teguh pendiriannya, sebagai istri yang selalu berdoa untuk suaminya. Berang dan panas membara hati Sang Raja ketika cintanya ditolak oleh Sri Tanjung. Ketika Patih Sidopekso kembali dari misi tugasnya, ia langsung menghadap Sang Raja. Akal busuk Sang Raja muncul, memfitnah Patih Sidopekso dengan menyampaikan bahwa sepeninggal Sang Patih pada saat menjalankan titah raja meninggalkan istana, Sri Tanjung mendatangi dan merayu serta bertindak serong dengan Sang Raja. Tanpa berfikir panjang, Patih Sidopekso langsung menemui Sri Tanjung dengan penuh kemarahan dan tuduhan yang tidak beralasan. Pengakuan Sri Tanjung yang lugu dan jujur membuat hati Patih Sidopekso semakin panas menahan amarah dan bahkan Sang Patih dengan berangnya mengancam akan membunuh istri setianyaNamun sebelum Patih Sidopekso membunuh Sri Tanjung, ada permintaan terakhir dari Sri Tanjung kepada suaminya, sebagai bukti kejujuran, kesucian dan kesetiannya ia rela dibunuh dan agar jasadnya diceburkan ke dalam sungai keruh itu, apabila darahnya membuat air sungai berbau busuk maka dirinya telah berbuat serong, tapi jika air sungai berbau harum maka ia tidak bersalah. Patih Sidopekso tidak lagi mampu menahan diri, segera menikamkan kerisnya ke dada Sri Tanjung. Darah memercik dari tubuh Sri Tanjung dan mati seketika. Mayat Sri Tanjung segera diceburkan ke sungai dan sungai yang keruh itu berangsur-angsur menjadi jernih seperti kaca serta menyebarkan bau harum, bau wangi. Patih Sidopekso terhuyung-huyung, jatuh dan ia jadi linglung, tanpa ia sadari, ia menjerit "Banyu... ... wangi... . Banyu wangi ... .." Banyuwangi terlahir dari bukti cinta istri pada suaminya.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagai Negara, selanjutnya dalam perkembangannya berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 ( Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2753), Kemudian berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, Kabupaten Banyuwangi disebut Daerah Tingkat II dan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang disempurnakan dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai Kabupaten Banyuwangi.
A. Letak Geografi
Secara Geografis Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur Pulau Jawa. Daerahnya terbagi atas dataran tinggi yang berupa daerah pegunungan, merupakan daerah penghasil berbagai produksi perkebunan. Daratan yang datar dengan berbagai potensi yang berupa produksi tanaman pertanian, serta daerah garis pantai yang membujur dari arah Utara ke Selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut. Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Banyuwangi terletak diantara 7 43’ – 8 46’ Lintang Selatan dan 113 53’ – 114 38’ Bujur Timur.
Secara administratif Kabupaten Banyuwangi ini berbatasan dengan kabupaten lain yaitu:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Situbondo Sebelah Timur : Berbatasan dengan Selat Bali
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Samudra Indonesia
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Jember dan Bondowoso
B. Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2013 adalah 1.627.130 jiwa, terdiri dari 827.323 laki-laki dan 799.807 perempuan. Rasio jenis kelamin Kabupaten Banyuwangi 103,44 persen, ini menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan. Jika dikaitkan dengan kelompok umur nampak bahwa proporsi penduduk perempuan yang lebih besar berada pada kelompok-kelompok umur tua. Sehingga untuk perencanaan pembangunan kependudukan di bidang kesehatan, kelompok manula perempuan ini menjadi penting.
Penduduk terbesar di Kecamatan Muncar yaitu 126.713 jiwa dan terkecil di Kecamatan Giri 26.604 jiwa. Kepadatan penduduk yaitu mencapai 281,38 jiwa/km2, Jumlah penduduk Bulan Desember tahun 2013 sebesar 1.627.130 jiwa jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Bulan Desember tahun 2012 sebesar 1.627.469 jiwa maka mengalami penurunan sebesar 339 jiwa dalam kurun waktu 12 (dua belas) bulan yaitu dari akhir Bulan Desember 2012 sampai akhir Bulan Desember 2013. Jadi penurunan jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi adalah 0,99 persen. Penurunan jumlah penduduk ini diduga disebabkan karena migrasi keluar.
BAB III
KUANTITAS PENDUDUK
A. Jumlah dan Persebaran Penduduk
1. Jumlah Penduduk
Kabupaten Banyuwangi dengan luas wilayah 5.782,50 km2 didiami penduduk sebanyak 1.627.130 jiwa, terdiri dari 827.323 jiwa laki-laki dan 799.807 jiwa perempuan, Penduduk ini tersebar di 24 (dua puluh empat) kecamatan yaitu Kecamatan Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo, Tegaldlimo, Muncar, Cluring, Gambiran, Srono, Genteng, Glenmore, Kalibaru, Singojuruh, Rogojampi, Kabat, Glagah, Banyuwangi, Giri, Wongsorejo, Songgon, Sempu, Kalipuro, Siliragung, Tegalsari, Licin.
Dari table 1 terlihat bahwa jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Muncar yaitu 126.713 jiwa (7,78 %), sedangkan Kecamatan Giri memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu 26.604 Jiwa (1,632%).
Tabel 1. Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2013.
n (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa) %
1 2 3 4 5 6 7 8 1 Pesanggaran 26,097 51,14 24,933 48,86 51,030 100 2 Bangorejo 33,074 51,40 31,264 48,60 64,338 100 3 Purwoharjo 34,426 50,85 33,267 49,15 67,693 100 4 Tegaldlimo 30,618 51,33 29,028 48,67 59,646 100 5 Muncar 65,656 51,81 61,057 48,19 126,713 100 6 Cluring 35,806 51,09 34,266 48,91 70,072 100 7 Gambiran 30,531 51,29 28,984 48,71 59,515 100 8 Srono 45,419 50,80 43,975 49,20 89,394 100 9 Genteng 44,110 51,22 41,999 48,78 86,109 100 10 Glenmore 38,577 50,58 37,690 49,42 76,267 100
Kecamatan Laki-laki Perempuan L+P
11 Kalibaru 37,085 50,24 36,719 49,76 73,804 100 12 Singojuruh 23,206 50,37 22,865 49,63 46,071 100 13 Rogojampi 45,908 50,23 45,487 49,77 91,395 100 14 Kabat 35,070 50,90 33,819 49,10 68,889 100 15 Glagah 15,198 49,44 15,541 50,56 30,739 100 16 Banyuwangi 57,893 50,20 57,420 49.8 115,313 100 17 Giri 13,386 50,31 13,218 49,69 26,604 100 18 Wongsorejo 42,720 50,28 42,237 49,72 84,957 100 19 Songgon 25,768 51,13 25,627 48,87 51,395 100 20 Sempu 39,031 50,90 37,647 49,10 76,678 100 21 Kalipuro 45,899 50,74 44,555 49,26 90,454 100 21 Siliragung 24,301 51,65 22,740 48,35 47,041 100 23 Tegalsari 23,450 51,54 22,046 48,46 45,496 100 24 Licin 14,094 51,21 13,423 48,79 27,517 100 827,323 50,84 799,807 49,16 1,627,130 100,00 Jumlah
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi ,Tahun 2013,diolah.
Jika diperhatikan menurut jenis kelamin nampak bahwa penduduk laki-laki ( 50,84 %) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan ( 49,16 % ).
Kepadatan Penduduk
Kabupaten Banyuwangi tergolong daerah yang belum padat penduduknya, hal ini dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini. Tabel 2 memperlihatkan kepadatan penduduk di Kabupaten Banyuwangi . Dengan luas 5.782,50 km2, Kabupaten Banyuwangi didiami oleh 1.627.130 jiwa atau dengan kepadatan sebesar 281,38 jiwa/km2. Dengan kata lain rata-rata setiap km2 di Kabupaten Banyuwangi didiami sebanyak 281,38 jiwa.
Tabel 2. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
Jumlah Penduduk Luas Wilayah
n (jiwa) (Km2) 1 2 3 4 5 1 Pesanggaran 51,030 802,67 63,57 2 Bangorejo 64,338 137,43 468,15 3 Purwoharjo 67,693 200,30 337,95 4 Tegaldlimo 59,646 1.341,50 44,46 5 Muncar 126,713 146,07 867,48 6 Cluring 70,072 97,06 721,94 7 Gambiran 59,515 66,77 891,34 8 Srono 89,394 100,77 887.1 9 Genteng 86,109 82,34 1.045.77 10 Glenmore 76,267 421,98 180.73 11 Kalibaru 73,804 406,76 181,44 12 Singojuruh 46,071 301,84 152,63 13 Rogojampi 91,395 102,33 893.13 14 Kabat 68,889 107,48 640,94 15 Glagah 30,739 76,28 402,97 16 Banyuwangi 115,313 30,13 3.827,18 17 Giri 26,604 20,39 1.304,75 18 Wongsorejo 84,957 464,80 182,78 19 Songgon 51,395 59,89 858,15 20 Sempu 76,678 174,83 438,58 21 Kalipuro 90,454 310,03 291,75 21 Siliragung 47,041 95,15 494,38 23 Tegalsari 45,496 65,13 698,54 24 Licin 27,517 169,25 162,58 1,627,130 5.782,50 281,38
Kecamatan Kepadatan Penduduk
No
Jumlah
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi ,Tahun 2013,diolah.
Jika dilihat persebaran di setiap kecamatan nampak bahwa terdapat di lima ( 5 ) Kecamatan, Banyuwangi merupakan wilayah terpadat dengan kepadatan sebesar 3.827,18 jiwa/km2, diikuti oleh Kecamatan Giri sebesar 1.304,75 jiwa/km2, Kecamatan Genteng sebesar 1.045,77 jiwa/km2, Kecamatan Rogojampi 893,13 jiwa//km2 dan Kecamatan Gambiran sebesar 891,34 jiwa/km2, sedangkan wilayah dengan kepadatan terendah di Kecamatan Tegaldlimo yaitu sebesar 44,46 jiwa/km2, Kecamatan
Pesanggaran yaitu sebesar 63,57 jiwa/km2, Kecamatan Singojuruh sebesar 152,63 jiwa/km2,
Kepadatan penduduk per wilayah di Kabupaten Banyuwangi perlu mulai diperhatikan, terutama dalam perencanaan persebaran penduduk, tata ruang dan tata guna tanah. Jika ketiga hal ini tidak diperhatikan dengan baik, maka ke depan, Kabupaten Banyuwangi akan menjadi padat dengan implikasi pada penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
2. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk merupakan angka yang menggambarkan penambahan penduduk yang dipengaruhi oleh pertumbuhan alamiah maupun migrasi penduduk. Angka pertumbuhan penduduk dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah dan struktur penduduk beberapa tahun ke depan. Angka pertambahan penduduk Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada tabel 3. Data penduduk tahun 2012 yang digunakan adalah data Bulan Desember 2012 sedangkan data penduduk tahun 2013 menggunakan data Bulan Desember 2013. Pertumbuhan penduduk yang dihitung merupakan pertambahan penduduk dalam kurun waktu satu tahun.
Tabel 3 : Angka Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2013 n (jiwa) % n (jiwa) % 1 2 3 4 5 6 7 1 Pesanggaran 51,216 3,14 51,030 3,13 -0,01 2 Bangorejo 64,486 3,96 64,338 3,95 -0,01 3 Purwoharjo 67,757 4,16 67,693 4,16 -0,00 4 Tegaldlimo 59,656 3,66 59,646 3,66 -0,06 5 Muncar 126,864 7,79 126,713 7,78 -0,00 6 Cluring 69,922 4,29 70,072 4,30 0,01 7 Gambiran 59,393 3,64 59,515 3,65 0,01 8 Srono 89,678 5,51 89,394 5,49 -0,02 No. Kecamatan Angka Pertambahan Penduduk Pddk Tahun 2012 Pddk Tahun 2013
9 Genteng 86,144 5,29 86,109 5,29 -0,02 10 Glenmore 76,505 4,70 76,267 4,68 -0.01 11 Kalibaru 73,476 4.51 73,804 4,53 0,02 12 Singojuruh 46,008 2,82 46,071 2,83 0,00 13 Rogojampi 91,757 5,63 91,395 5,61 -0,02 14 Kabat 68,857 4,23 68,889 4,23 0,00 15 Glagah 30,677 1,88 30,739 1,88 0,00 16 Banyuwangi 115,156 7.07 115,313 7,08 0,00 17 Giri 26,457 1,62 26,604 1,63 0,00 18 Wongsorejo 84,952 5,21 84,957 5,22 0,00 19 Songgon 51,211 3,14 51,395 3,15 0,01 20 Sempu 76,627 4,70 76,678 4,71 0,00 21 Kalipuro 90,241 5,54 90,454 5,55 0,01 22 Siliragung 47,265 2,90 47,041 2,89 -0,01 23 Tegalsari 45,623 2,80 45,496 2,79 0,00 24 Licin 27,541 1,69 27,517 1,69 -0,00 1,627,469 100,00 1,627,130 100,00 -0,02 Jumlah
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi ,Tahun 2013,diolah.
Angka pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyuwangi termasuk berkurang. Selama kurun waktu Desember 2012 sampai dengan Desember 2013, pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyuwangi berkurang -0,02 persen.
Pertumbuhan Penduduk yang relatif stabil ini sangat menguntungkan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, apabila pertumbuhan penduduk tidak terkendali, maka implikasi dari hal tersebut adalah munculnya berbagai masalah sosial ekonomi seperti kemiskinan, pertumbuhan daerah kumuh, berkurangnya lahan pertanian karena menjadi pemukiman, tuntutan menyediakan fasiltas umum, kriminalitas dan lain sebagainya.
Jika dilihat menurut kecamatan, pertumbuhan penduduk yang jumlahnya bertambah terdapat di Kecamatan Kalibaru yaitu 0,02 persen, diikuti Kecamatan Songgon yaitu 0,01 persen, Kecamatan Kalipuro 0,01 persen, Sedangkan Kecamatan mempunyai angka pertumbuhan yang minus yaitu Kecamatan Rogojampi -0,02 persen, Kecamatan Genteng -0,02 persen, Kecamatan Srono -0.02 persen, Kecamatan Siliragung -0,01 Perubahan ini diduga disebabkan oleh perpindahan penduduk ke tempat yang lain.
Khusus untuk Kecamatan dengan pertumbuhan penduduk bertambah itu diduga disebabkan tingkat kelahiran dan faktor migrasi.
B. Penduduk Menurut Karakteristik Demografi
1. Jumlah dan Proporsi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin
Karakteristik penduduk menurut umur dan jenis kelamin berguna dalam membantu menyusun perencanaan pemenuhan kebutuhan dasar bagi penduduk sesuai dengan kebutuhan kelompok umur masing-masing, baik kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan dan lain sebagainya. Setiap kelompok umur memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, misalnya kelompok bayi dan balita, mereka lebih membutuhkan asupan gizi yang baik dan perawatan kesehatan. Bagi penduduk perempuan remaja misalnya, mempunyai kebutuhan untuk meningkatkan status kesehatan agar ketika memasuki usia perkawinan tidak terkenai anemia sedangkan kelompok penduduk usia lanjut juga membutuhkan pelayanan berkaitan dengan kesehatan dengan kesehatan dan lain-lain.
Tabel. 4. menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Banyuwangi sebagian besar merupakan penduduk usia produktif yaitu pada kelompok umur antara 15-64 tahun (72,11%) dengan komposisi terbesar berada pada penduduk berumur 25-34 tahun. Demikian pula dengan komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, nampak bahwa penduduk laki-laki yang terbesar berada pada kelompok umur 25-34 tahun, sedangkan penduduk perempuan berada pada kelompok umur 30-34 tahun. Kondisi ini sangat menguntungkan karena sebagian besar (diatas 50%) merupakan penduduk usia kerja (usia produktif), dan sisanya sebanyak 21,55 persen merupakan penduduk usia muda (berusia dibawah 15 tahun) dan 6,35 persen merupakan penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas).
Tabel 4. Jumlah dan Proporsi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin, Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2013.
n (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa) %
1 2 3 4 5 6 7 00-04 45,743 6 41,934 5 87,677 5 05-09 57,809 7 52,546 7 110,355 7 10-14 67,474 8 61,456 8 128,930 8 15-19 61,235 7 56,505 7 117,740 7 20-24 62,133 8 61,606 8 123,739 8 25-29 67,573 8 64,436 8 132,009 8 30-34 74,589 9 72,543 9 147,132 9 35-39 72,013 9 68,553 9 140,566 9 40-44 72,198 9 68,616 9 140,814 9 45-49 59,467 7 59,262 7 118,729 7 50-54 51,684 6 49,647 6 101,331 6 55-59 41,046 5 38,419 5 79,465 5 60-64 25,162 3 24,786 3 49,948 3 65-69 23,275 3 25,881 3 49,156 3 70-74 22,866 3 23,038 3 45,904 3 >75 23,056 3 30,579 4 53,635 3 jumlah 827,323 100 799,807 100 1,627,130 100 Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan L+P
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi , Tahun 2013, diolah.
Penduduk berusia kurang dari 15 tahun sukup besar pula yaitu seperlima penduduk Kabupaten Banyuwangi (20,09%).Hal ini harus menjadi perhatian karena 5 tahun mendatang kelompok ini akan menjadi tambahan tenaga kerja baru, yang memerlukan skill dan kualitas SDM yang memadai baik ketrampilan maupun etos kerja dan kepribadian. Untuk memperoleh hal tersebut, diperlukan asupan gizi yang cukup, pendidikan yang memadai serta lingkungan pergaulan yang cukup, baik di rumah maupun di masyarakat. Sehingga ketika mereka memasuki pasar kerja, mampu memperoleh peluang kerja yang tersedia. Disisi yang lain pemerintah Kabupaten banyuwangi harus mampu pula menciptakan pasar kerja yang dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi. Jika dicermati lebih lanjut, ternyata 5,39 % penduduk Kabupaten Banyuwangi merupakan balita.
Kondisi ini menuntut perhatian Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam penanganan penduduk balita terutama dari segi kesehatan dan investasi bidang pendidikan.
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan perempuan menurut kelompok umur lima tahunan.
Penduduk Kabupaten Banyuwangi menunjukkan struktur umur penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan kelompok umur di atasnya. Pada piramida ini terlihat bahwa jumlah penduduk kelompok umur 0-4 tahun yang terletak pada dasar piramida mulai mengecil. Ini berarti angka kelahiran mulai menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya, walaupun dari segi jumlah absolut tidak kecil. Demikian juga dengan jumlah penduduk 5-9 tahun masih terlihat lebar, berarti lima tahun ke depan dibutuhkan fasilitas
pendidikan dasar dan menengah yang cukup untuk menampung penduduk kelompok ini.
Demikian pula jumlah penduduk pada kelompok 30-44 tahun menunjukkan jumlah yang paling besar. Diduga penduduk kelompok umur ini adalah kelompok yang lahir pada tahun 1980an yang mulai memasuki usia tersebut. Penduduk lansia (65 tahun ke atas), menunjukkan proporsi yang masih kecil yaitu 9 persen. Namun dimasa depan proporsi penduduk lansia akan terus merambat naik, karena pergeseran umur penduduk serta usia harapan hidup yang semakin meningkat. Pertambahan jumlah penduduk lansia ini harus mulai diantisipasi dari sekarang, karena kelompok ini akan terus membesar di masa depan, sehingga diperlukan kebijakan seperti ketenagakerjaan, kesehatan, pelayanan lansia serta kebutuhan sosial dasar lainnya.
2. Rasio Jenis Kelamin
Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan banyaknya jumlah penduduk laki-laki dan banyaknya jumlah
penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya jumlah penduduk laki-laki per 100
penduduk perempuan. Data rasio jenis kelamin ini berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Selain itu, informasi rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi, terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen.
Tabel. 5. Rasio Jenis Kelamin ( Sex Ratio ), Kabupaten Banyuwangi , Tahun 2013. 1 2 3 4 5 00-04 45,743 41,934 87,677 109,08 05-09 57,809 52,546 110,355 110,01 10-14 67,474 61,456 128,930 109,79 15-19 61,235 56,505 117,740 108,37 20-24 62,133 61,606 123,739 100,85 25-29 67,573 64,436 132,009 104,86 30-34 74,589 72,543 147,132 102,82 35-39 72,013 68,553 140,566 105,04 40-44 72,198 68,616 140,814 105,22 45-49 59,467 59,262 118,729 100,34 50-54 51,684 49,647 101,331 104,10 55-59 41,046 38,419 79,465 109,18 60-64 25,162 24,786 49,948 101,51 65-69 23,275 25,881 49,156 89,93 70-74 22,866 23,038 45,904 99,25 >75 23,056 30,579 53,635 75,39
Total
827,323 799,807 1,627,130 103,44 KelompokUmur Laki-Laki Perempuan Jumlah RJK
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi , Tahun 2013,
diolah.
Dari tabel 5 nampak bahwa Rasio Jenis Kelamin (RJK) atau Sex Ratio di Kabupaten Banyuwangi adalah 103,44 yang berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 103-104 orang penduduk laki- laki gambaran rasio jenis kelamin Kabupaten Banyuwangi. Namun demikian, jika dilihat dari kelompok umur menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki yang lebih besar berada pada kelompok umur 30 tahun ke atas. Sedangkan jika dilihat pada kelompok umur 0-4 tahun sebesar 109,08 yang artinya terdapat 109 balita berjenis kelamin laki-laki dari 100 balita perempuan. Secara biologis jumlah kelahiran bayi laki-laki pada umumnya lebih besar dibanding dengan kelahiran bayi perempuan, namun bayi laki-laki lebih rentan terhadap kematian dibanding bayi perempuan. Rasio jenis kelamin
pada kelompok umur diatas 60 tahun juga menunjukkan penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Ini menunjukkan bahwa teori yang mengatakan bahwa umur harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki adalah benar, karena secara biologis umur harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.
Tabel 6. Rasio Jenis Kelamin Berdasarkan Kecamatan, di Kabupaten Banyuwangi , Tahun 2013. n (jiwa) % n (jiwa) % 1 2 3 4 5 6 7 1 Pesanggaran 26,097 51,14 24,933 48,86 104,66 2 Bangorejo 33,074 51,40 31,264 48,60 105,78 3 Purwoharjo 34,426 50,85 33,267 49,15 103,48 4 Tegaldlimo 30,618 51,33 29,028 48,67 105,47 5 Muncar 65,656 51,81 61,057 48,19 107,53 6 Cluring 35,806 51,09 34,266 48,91 104,49 7 Gambiran 30,531 51,29 28,984 48,71 105,33 8 Srono 45,419 50,80 43,975 49,20 103,28 9 Genteng 44,110 51,22 41,999 48,78 105,02 10 Glenmore 38,577 50,58 37,690 49,42 102,35 11 Kalibaru 37,085 50,24 36,719 49,76 100,99 12 Singojuruh 23,206 50,37 22,865 49,63 101,49 13 Rogojampi 45,908 50,23 45,487 49,77 100,92 14 Kabat 35,070 50,90 33,819 49,10 103,69 15 Glagah 15,198 49,44 15,541 50,56 9,779 16 Banyuwangi 57,893 50,20 57,420 49.8 100,82 17 Giri 13,386 50,31 13,218 49,69 101,27 18 Wongsorejo 42,720 50,28 42,237 49,72 101,14 19 Songgon 25,768 51,13 25,627 48,87 100,55 20 Sempu 39,031 50,90 37,647 49,10 103,67 21 Kalipuro 45,899 50,74 44,555 49,26 103,01 22 Siliragung 24,301 51,65 22,740 48,35 106,86 23 Tegalsari 23,450 51,54 22,046 48,46 106,36 24 Licin 14,094 51,21 13,423 48,79 104,99 827,323 50,84 799,807 49,16 103,44 TOTAL
No Kecamatan Laki-laki Perempuan RJK
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaaten Banyuwangi , Tahun 2013 diolah
Jika dilihat menurut wilayah kecamatan, dari Table. 6. terlihat bahwa rasio jenis kelamin (sex ratio) disetiap kecamatan di atas 100, hanya ada satu kecamatan yang dibawah 100 hal ini berarti bahwa jumlah penduduk laki-laki disetiap kecamatan lebih banyak daripada perempuan. Jika diamati
masing-masing wilayah Kecamatan, maka terlihat bahwa Kecamatan Muncar memiliki Rasio jenis kelamin tertinggi yaitu 107,53 diikuti Kecamatan Siliragung sebesar 106,86 sedangkan Rasio jenis kelamin terendah 97,79 terdapat di Kecamatan Glagah.
3. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)
Rasio Ketergantungan digunakan untuk melihat hubungan antara perubahan struktur umur penduduk dengan ekonomi secara kasar. Rasio ini melihat seberapa besar beban tanggungan yang harus dipikul oleh penduduk produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk produktif secara ekonomi adalah mereka yang berada pada umur 15 – 64 tahun, yang dianggap memiliki potensi ekonomi. Semakin rendah
Dependency Ratio, maka semakin rendah pula beban kelompok umur
produktif untuk menanggung penduduk usia tidak produktif atau belum produktif.
Tabel 7. Jumlah Penduduk Kabupaten Banyuwangi menurut Umur Muda, Umur Produktif dan Umur Tua, Tahun 2013
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan ∑ Pddk %
(1) (2) (3) (4) (5)
0-14 Tahun (Umur Muda) 171.026 155.936 326.962 20,09 15-64 Tahun (Umur Produktif) 587.100 564.373 1.151.473 70,76 >=65 Tahun (Umur Tua) 69.197 79.498 148.695 9,13
Jumlah 827.323 799.807 1.627.130 100
Sumber :Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2013,diolah.
Dari Tabel. 7. nampak bahwa 70,76 persen penduduk Kabupaten Banyuwangi merupakan penduduk Usia produktif (usia kerja) yang berpotensi sebagai modal pembangunan, sedangkan penduduk yang berpotensi sebagi beban yaitu penduduk yang belum produktif (0-14 tahun)
sebesar 20,09 persen dan penduduk yang dianggap kurang produktif atau tidak produktif lagi (65 tahun ke atas) sebesar 9,13 persen. Jika diperhatikan menurut jenis kelamin, jumlah penduduk usia produktif laki-laki lebih besar daripada penduduk usia produktif perempuan, terlihat pada kelompok usia lanjut penduduk perempuan yang lebih banyak, sedangkan pada kelompok usia muda terlihat bahwa penduduk perempuan lebih kecil dibandingkan dengan penduduk laki-laki.
Memperhatikan komposisi penduduk menurut kelompok usia muda, usia produktif, dan usia tua yang demikian, diketahui rasio ketergantungan Kabupaten Banyuwangi tahun 2013 sebesar 41,30 per 100 penduduk usia kerja, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif (usia kerja) di Kabupaten Banyuwangi mempunyai tanggungan sekitar 41-42 penduduk usia non produktif, 28,39 % diantaranya berasal dari kelompok usia muda dan 12,91 % lainnya berasal dari kelompok usia lanjut.
Tabel 8. Rasio Ketergantungan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013. Jenis Kelamin Rasio Ketergantungan Umur Produktif
Muda Tua Total
n % n % %
Laki-Laki 587.100 171.026 29,13 69.197 11,78 40,91 Perempuan 564.373 155.936 27,62 79.498 14,08 41.70
L+P 1.151.473 326.962 28,29 148.695 12,91 41,20
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi,
Tahun 2013,diolah
Rasio ketergantungan total Kabupaten Banyuwangi jika dirinci menurut jenis kelamin, nampak bahwa angka beban tanggungan laki-laki lebih kecil daripada perempuan, tetapi pada usia lanjut angka beban tanggungan perempuan menjadi lebih tinggi daripada laki-laki. Perempuan yang berusia lanjut terus bertambah dan jumlahnya melebihi laki-laki karena usia perempuan relatif lebih panjang.
C. Komposisi Penduduk menurut Karakteristik Sosial
1. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu ukuran untuk kualitas penduduk. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan semakin baik kualitas SDM di wilayah tersebut. Namun ukuran ini masih harus ditambah dengan etos kerja dan ketrampilan baik hard skill maupun soft skill. Beberapa pelaku usaha menyatakan bahwa yang dibutuhkan tidak saja ketrampilan tetapi juga kepribadian, karena ketrampilan bisa ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan.
Tamat sekolah didefinisikan sebagai jenjang pendidikan yang telah berhasil diselesaikan oleh seseorang dengan dibuktikan adanya ijazah atau surat tanda tamat belajar. Tetapi jika menggunakan ukuran menurut jenjang tertinggi merupakan jenjang atau kelas tertinggi yang pernah ditempuh oleh seseorang.
Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2013.
n (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa) %
1 Tidak/Belum Sekolah 114,524 14 132,544 17 247,068 15
2 Belum Tamat SD/Sederajat 73,101 9 76,626 10 149,727 9
3 Tamat SD/Sederajat 290,887 35 311,290 39 602,177 37 4 SLTP/Sederajat 158,430 19 140,603 18 299,033 18 5 SLTA/Sederajat 155,744 19 117,604 15 273,348 17 6 Diploma I/II 3,509 0 2,807 0 6,316 0 7 Akademi/Diploma III/SARMUD 7,568 1 5,090 1 12,658 1 8 Diploma IV/Strata I 22,285 3 12,950 2 35,235 2 9 Strata II 1,177 0 246 0 1,423 0 10 Strata III 98 0 47 0 145 0 827,323 100 799,807 100 1,627,130 100 Jumlah
No Jenjang pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Data SIAK menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan relatif masih rendah. Lebih dari sepertiga penduduk Kabupaten Banyuwangi (37,26%) tamat SD/Sederajat. Jika dilihat menurut jenis kelamin, persentase penduduk yang tamat SD/Sederajat penduduk perempuan lebih tinggi dibanding penduduk laki-laki, sedangkan penduduk yang tamat SLTA/Sederajat untuk penduduk laki-laki (19,14%) lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan(14,70%). Sedangkan persentase penduduk yang tamat SLTP/Sederajat untuk perempuan hampir sama dengan persentase penduduk laki-laki selisih (1%).
2. Komposisi Penduduk menurut Agama
Informasi tentang jumlah penduduk berdasarkan agama diperlukan untuk merencanakan penyediaan sarana dan prasarana peribadatan serta merencanakan suatu program kegiatan yang berkaitan dengan kerukunan antar umat beragama. Penduduk Kabupaten Banyuwangi pada umumnya memeluk agama Islam (77,32 persen), disusul kemudian pemeluk agama Kristen dan Katholik (22,29 persen). Sedangkan Hindu, Budha dan Konghucu serta aliran kepercayaan masih sangat sedikit (0,39 persen). Tabel 10. Prosentase Penduduk Menurut Agama Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2013 n % n % n % n % n % n % n % 1 Pesanggaran 46,106 90,35 1,443 2,82 109 0,21 2,289 4,48 920 1,80 159 0,31 4 0,00 51,030 2 Bangorejo 60,352 93,80 799 1,24 277 0,43 2,783 4,32 10 0,01 113 0,17 4 0,00 64,338 3 Purwoharjo 61,382 90,67 938 1,38 982 1,45 4,012 5,92 171 0,25 206 0,30 2 0,00 67,693 4 Tegaldlimo 54,077 90,66 910 1,52 121 0,20 4,188 7,02 320 0,53 30 0,05 - - 59,646 5 Muncar 123,272 97,28 1,016 0,80 392 0,30 1,789 1,41 76 0,05 163 0,12 5 0,00 126,713 6 Cluring 69,030 98,51 491 0,70 63 0,08 350 0,49 70 0,09 56 0,07 12 0,01 70,072 7 Gambiran 56,198 94,42 1,704 2,86 304 0,51 31 0,06 1,197 2,01 61 0,10 20 0,03 59,515 8 Srono 88,177 98,63 464 0,51 94 0,10 290 0,32 97 0,10 272 30 - - 89,424 9 Genteng 83,512 96,98 1,235 1,43 390 0,45 532 0,61 272 0,31 155 0,18 13 0,01 86,109 Jumlah Hindu
Katolik Budha Konghucu
Penghayat Kepercayaa
n A G A M A
10 Glenmore 74,233 97,33 1,172 1,53 266 0,34 436 0,57 41 0,05 119 0,15 - - 76,267 11 Kalibaru 73,195 99,17 284 0,38 67 0,09 42 0,05 47 0,06 167 0,22 2 0,00 73,804 12 Singojuruh 45,821 99,45 142 0,30 34 0,07 12 0,02 5 0,01 57 0,12 - - 46,071 13 Rogojampi 87,700 95,95 789 0,86 329 0,35 1,766 1,93 355 0,38 456 0,49 - - 91,395 14 Kabat 68,550 99,50 132 0,19 38 0,05 37 0,05 4 0,00 128 0,18 - - 68,889 15 Glagah 30,407 98,91 178 0,57 91 0,29 34 0,11 24 0,07 5 0,01 - - 30,739 16 Banyuwangi 109,918 95,32 2,768 2,40 1,132 0,98 440 0,38 646 0,56 408 0,35 1 0,00 115,313 17 Giri 26,051 97,92 269 1,01 132 0,49 80 0,30 54 0,20 18 0,06 - - 26,604 18 Won gsorejo 84,328 99,20 239 0,28 94 0,11 64 0,07 36 0,04 196 0,23 - - 84,957 19 songgon 50,953 99,13 202 0,39 30 0,05 191 0,37 11 0,02 8 0,01 - - 51,395 20 Sempu 75,475 98,43 607 0,79 146 0,19 314 0,40 66 0,08 70 0,9 - - 76,678 21 Kalipuro 88,088 97,38 881 0,97 282 0,31 279 0,30 56 0,06 868 0,95 - - 90,454 22 Siliragung 41,815 91,90 1,708 3,75 20 0,04 1,927 4,23 4 0,00 10 0,02 12 0,02 45,496 23 Tegalsari 42,659 90,68 281 0,59 83 0,17 3,867 8,22 16 0,03 129 0,27 6 0,01 47,041 24 Licin 27,422 99,65 40 0,14 18 0,06 5 0,01 6 0,02 26 0,09 - - 27,517 1,568,721 96,41 18,692 1,14 5,494 0,33 25,758 1,58 4,504 0,27 3880 0,23 81 0,00 1,627,130 JUMLAH
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2013, diolah.
Jika dikaitkan dengan wilayah kecamatan, maka agama islam mendominasi semua wilayah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Kecamatan Muncar merupakan wilayah pemeluk agama Islam terbesar yaitu 123.272 jiwa, diikuti Kecamatan Banyuwangi yaitu 109.918 jiwa, dan Kecamatan Srono yaitu 88.177 jiwa. Sedangkan sebaran agama Islam terkecil berada di Kecamatan Giri yaitu 26.051 jiwa.
Agama kedua terbesar setelah Islam yang tersebar disetiap kecamatan adalah agama Hindu. Kecamatan Purwoharjo dan Kecamatan Tegaldimo merupakan wilayah dengan agama Hindu terbesar disusul pemeluk agama Kristen, karena Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten yang didominasi agama islam, maka sedikit yang menganut agama Katolik, Budha, Konghucu dan Penghayat Kepercayaan.
3. Komposisi Penduduk Menurut Status Perkawinan
Informasi tentang struktur perkawinan penduduk pada waktu tertentu berguna bagi para penentu kebijakan dan pelaksana program kependudukan. Terutama dalam hal pembangunan keluarga, kelahiran dan upaya-upaya peningkatan kualitas keluarga. Dari informasi penduduk berstatus kawin, Umur Perkawinan Pertama, lama kawin akan berguna untuk mengestimasi angka kelahiran yang akan terjadi.
Umur perkawinan pertama misalnya berkaitan dengan lamanya seseorang perempuan beresiko untuk hamil dan melahirkan. Perkawinan umur dini juga akan berakibat pada besarnya angka perceraian, ketidaksiapan orang tua untuk pengasuhan anak serta kurang matangnya perempuan menjalankan tugas dan fungsinya dalam rumah tangga.
Tabel 11: Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Status kawin, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013. n % n % n % n % n % 00-04 87,677 20 0 0 0 0 0 0 87,677 5 05-09 110,355 25 0 0 0 0 0 0 110,355 7 10-14 128,921 30 9 0 0 0 0 0 128,930 8 15-19 50,594 12 67,067 6 69 0 10 0 117,740 7 20-24 34,054 8 88,989 8 612 3 84 0 123,739 8 25-29 10,855 3 119,286 11 1,632 7 236 0 132,009 8 30-34 4,330 1 139,407 13 2,866 13 529 1 147,132 9 35-39 2,082 0 133,999 12 3,245 15 1,240 2 140,566 9 40-44 1,347 0 133,943 12 3,336 15 2,188 3 140,814 9 45-49 960 0 110,800 10 2,908 13 4,061 5 118,729 7 50-54 599 0 92,182 8 2,353 11 6,197 8 101,331 6 55-59 417 0 68,743 6 1,690 8 8,615 11 79,465 5 60-64 309 0 37,663 3 1,275 6 10,701 14 49,948 3 65-69 232 0 35,489 3 837 4 12,598 16 49,156 3 70-74 184 0 32,169 3 639 3 12,912 16 45,904 3 >=75 203 0 33,793 3 509 2 19,130 24 53,635 3 Jumlah 433,119 100 1,093,539 100 21,971 100 78,501 100 1,627,130 100 Cerai Mati Kel Umur STATUS KAWIN Total Belum Kawin Kawin Cerai Hidup
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2013, diolah.
Tabel.11. menyajikan komposisi penduduk menurut status kawin di Kabupaten Banyuwangi. Tabel tersebut menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Banyuwangi didominasi oleh penduduk berstatus kawin yakni 67,20 persen.
Jika dikaitkan dengan umur nampak bahwa proporsi penduduk yang berstatus belum kawin pada kelompok umur 10-24 tahun cukup tinggi, sedangkan yang berstatus kawin proporsi tertinggi pada kelompok umur 30-44 tahun. Banyaknya proporsi penduduk muda yang belum kawin diduga disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk yang berada pada umur sekolah ditambah dengan mereka yang berstatus bekerja.
Menarik untuk diperhatikan adalah mereka yang berstatus cerai baik cerai hidup maupun cerai mati. Proporsi penduduk yang berstatus cerai hidup lebih banyak berada pada umur 35-44 tahun, sementara penduduk yang berstatus cerai mati lebih banyak berada pada kelompok umur di atasnya yakni 55 tahun ke atas. Penduduk berumur muda yang cerai hidup biasanya segera melakukan perkawinan kembali sehingga proporsi mereka lebih rendah dibandingkan dengan penduduk yang berstatus cerai mati.
Rata-Rata Umur Kawin Pertama
Umur kawin pertama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fertilitas. Umur kawin pertama mempunyai korelasi negatif dengan tingkat fertilitas seorang perempuan, artinya semakin tua umur kawin pertama perempuan, maka semakin kecil potensi perempuan tersebut untuk melahirkan banyak anak. Hal ini terjadi karena semakin tinggi umur kawin pertama seorang perempuan, maka semakin pendek masa usia suburnya dan pada akhirnya akan menurunkan tingkat fertilitas perempuan tersebut. Tabel 12: Penduduk Rata-Rata Usia Kawin Pertama, Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2013.
PEREMPUAN LAKI LAKI
1 24 30 2 25 30 3 25 30 4 24 30 5 24 30 6 24 31 7 25 30 8 24 30 9 25 31 10 24 30 11 24 29 12 23 29
RATA-RATA USIA KAWIN PERTAMA N0 KECAMATAN Kalibaru Singojuruh Pesanggaran Bangorejo Purwoharjo Tegaldlimo Muncar Cluring Gambiran Srono Genteng Glenmore
13 23 29 14 23 29 15 23 29 16 25 31 17 23 29 18 23 28 19 23 29 20 24 30 21 23 28 22 24 30 23 24 30 24 23 29 24 30 Songgon Sempu Kalipuro Siliragung Tegalsari Licin Rogojampi Kabat Glagah Banyuwangi Giri Won gsorejo Jumlah Rata-Rata
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013, diolah.
Angka perkawinan umur pertama masing-masing kecamatan sebagaimana pada tabel 12, sehingga dapat dilihat rata-rata perkawinan umur pertama di Kabupaten Banyuwangi adalah perempuan 24 tahun dan laki-laki 30 pada tahun 2013 (Angka ini diperoleh dari data SIAK terolah).
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kecacatan
Informasi tentang banyaknya penduduk penyandang cacat dan jenis kecacatannya sangat diperlukan dalam memberikan program pelayanan publik yang ramah penyandang cacat. Selama ini perhatian pemerintah dianggap kurang dan masih banyak perlakuan diskriminatif dalam pelayanan publik kepada kelompok ini. Informasi jumlah penyandang cacat terutama cacat fisik dapat digunakan untuk dasar perencanaan pembangunan berbagai fasilitas umum yang ramah penyandang cacat, pelayanan fasilitas pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja dan lain sebagainya. Data SIAK mencakup data tentang penyandang cacat ini.
Tabel : 13. Jumlah dan Prosentase Penduduk Menurut Jenis Kecacatan , Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013.
n % n % n % 150 0,01 91 0,01 241 0,01 85 0,01 79 0,01 164 0,01 109 0,01 54 0,01 163 0,01 119 0,01 13 0,00 132 0,00 19 0,01 1 0,00 20 0,00 14 0,00 6 0,00 20 0,00 496 67,02 244 32,97 740 100 Cacat Rungu/Wicara Cacat Mental/Jiwa Cacat Fisik dan Mental Cacat Lainya
Jumlah
PENYANDANG CACAT LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL Catat Fisik
Cacat Netra/Buta
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013, diolah.
Pada Tabel. 13. terlihat bahwa jumlah penduduk penyandang cacat di Kabupaten Banyuwangi tidak terlalu besar yaitu 740 jiwa, jika dibandingkan dengan jumlah seluruh penduduk Kabupaten Banyuwangi yaitu 1.627.130 jiwa. (0,04%), Meskipun proporsinya kecil, penduduk penyandang cacat tetap harus menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk tetap memberikan pelayanan sosial bagi mereka seperti pendidikan, kesehatan, fasilitas layanan umum lainnya. Dilihat dari jenis kecacatan, jumlah terbesar adalah penyandang cacat fisik yaitu 241 orang, diikuti penyandang cacat tuna netra/buta sebesar 164 orang, dan terkecil adalah penyandang cacat Fisik dan Mental dan catat lainya 20 orang. Jika dikaitkan dengan jenis kelamin, maka penyandang cacat terbesar adalah penduduk berjenis kelamin laki-laki dengan jenis kecacatan adalah cacat fisik yaitu sebesar 150 orang, diikuti cacat mental/jiwa yaitu 119 orang. Hal yang sama juga terjadi pada penyandang cacat perempuan yaitu sebesar 91 orang adalah penyandang cacat fisik dan 79 orang penyandang cacat tuna netra/buta.
D. Keluarga
Keluarga merupakan unit masyarakat terkecil dalam kehidupan. Data keluarga menjadi penting untuk menyusun berbagai program pembangunan seperti peningkatan ekonomi, penghasilan dan penanganan kemiskinan dan lain sebagainya. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat merupakan tempat pertama dan utama dalam tumbuh kembang anak, baik dari sisi fisik, pembentukan karakter dan pengembangan intelektual. Oleh sebab itu perencanaan keluarga menjadi penting, tidak hanya jumlah anggota keluarga tetapi juga kualitasnya.
1. Jumlah Keluarga dan Rata-Rata Jumlah Anggota Keluarga
Keluarga dibentuk dari sekelompok orang yang terikat dan mempunyai hubungan kekerabatan karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Unit keluarga menjadi hal penting untuk berbagai intervensi seperti penanganan kemiskinan, keluarga berencana, kesehatan dan lain sebagainya. Keluarga terbagi menjadi dua yaitu keluarga inti/batih (nuclear
family) dan keluarga luas (extended family). Besarnya jumlah anggota
keluarga biasanya digunakan untuk menggambarkan kesejahteraan keluarga, dimana semakin kecil jumlah anggota keluarga diasumsikan akan semakin tinggi tingkat kesejahteraannya.
Tabel 14 : Jumlah Penduduk, Jumlah Keluarga, dan Rata-Rata Jumlah Anggota Keluarga, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013.
n % n % 1 Pesanggaran 51,030 3 17,830 3 2.86 2 Bangorejo 64,338 4 21,845 4 2.95 3 Purwoharjo 67,693 4 23,655 4 2.86 4 Tegaldlimo 59,646 4 20,725 4 2.88 5 Muncar 126,713 8 42,832 7 2.96 6 Cluring 70,072 4 25,739 5 2.72 Rata-Rata Anggota Keluarga J u m l a h
7 Gambiran 59,515 4 20,852 4 2.85 8 Srono 89,394 5 32,918 6 2.72 9 Genteng 86,109 5 27,752 5 3.10 10 Glenmore 76,267 5 24,957 4 3.06 11 Kalibaru 73,804 5 22,956 4 3.22 12 Singojuruh 46,071 3 17,978 3 2.56 13 Rogojampi 91,395 6 35,823 6 2.55 14 Kabat 68,889 4 25,833 5 2.67 15 Glagah 30,739 2 11,893 2 2.58 16 Banyuwangi 115,313 7 38,855 7 2.97 17 Giri 26,604 2 9,944 2 2.68 18 Wongsorejo 84,957 5 29,626 5 2.87 19 Songgon 51,395 3 19,996 3 2.57 20 Sempu 76,678 5 25,963 5 2.95 21 Kalipuro 90,454 6 30,792 5 2.94 21 Siliragung 47,041 3 15,957 3 2.95 23 Tegalsari 45,496 3 15,840 3 2.87 24 Licin 27,517 2 10,778 2 2.55 1,627,130 100 571,339 100 2.85 Jumlah
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013, diolah.
Jumlah keluarga di Kabupaten Banyuwangi sebanyak 571.339 keluarga yang terbesar tersebar di 4 kecamatan. Kecamatan Muncar memiliki jumlah keluarga terbesar yaitu 42.832 keluarga (7,49%) kemudian disusul oleh kecamatan Banyuwangi sebanyak 38.855 keluarga (6,80%), Kecamatan Rogojampi sebanyak 35.823 keluarga (6,27%), dan Kecamatan Srono sebanyak 32.918 keluarga (5,76%). Sedangkan jumlah keluarga terkecil berada di Kecamatan Giri yaitu 9.944 keluarga (1,74%).
Rata-rata jumlah anggota keluarga di Kabupaten Banyuwangi sebanyak 2,85 per keluarga. Ini menunjukkan bahwa keluarga di Banyuwangi lebih banyak merupakan keluarga inti dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 2-3 orang. Bila diperhatikan menurut kecamatan, rata-rata jumlah anggota keluarga di setiap Kecamatan juga terdiri dari 2-3 orang per keluarga.
3. Status Hubungan dengan Kepala Keluarga.
Tabel 15 Jumlah Penduduk Berdasarkan Status Hubungan dengan Kepala Keluarga, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013.
n % n % n % Kepala Keluarga 485,447 58.68 85,892 10.74 571,339 35.11 Suami 221 0.03 0 0.00 221 0.01 Istri 0 0.00 448,741 56.11 448,741 27.58 Anak 312,904 37.82 241,978 30.25 554,882 34.10 Menantu 2,817 0.34 2,325 0.29 5,142 0.32 Cucu 10,723 1.30 9,904 1.24 20,627 1.27 Orang Tua 2,179 0.26 1,934 0.24 4,113 0.25 Mertua 1,289 0.16 3,709 0.46 4,998 0.31 Famili Lain 9,441 1.14 2,795 0.35 12,236 0.75 Pembantu 33 0.00 1,127 0.14 1,160 0.07 Lainnya 2,269 0.27 1,402 0.18 3,671 0.23 Jumlah 827,323 100.00 799,807 100.00 1,627,130 100.00 Status Hubungan Dengan Kepala Keluarga
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki dan Perempuan
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013, diolah.
Status hubungan anggota keluarga dengan kepala keluarga diperlukan untuk melihat komposisi anggota keluarga, pola pengaturan tempat tinggal dan pola pengasuhan anak. Dari Tabel. 15. nampak bahwa kepala keluarga laki-laki umumnya mempunyai pasangan/isteri yaitu dari 485.447 kepala keluarga laki-laki (58,68%) yang mempunyai isteri sebanyak 448.741 orang (54,24%), sedangkan dari 85.892 kepala keluarga perempuan (10,74%) hanya 221 orang (0,25%) saja yang bersuami. Hal ini menunjukkan bahwa kepala keluarga perempuan pada umumnya berstatus lajang baik mereka yang belum pernah kawin maupun mereka yang berstatus janda. Perempuan berstatus kepala keluarga ini perlu mendapat perhatian lebih, karena pada umumnya keluarga yang dikepalai oleh kepala keluarga perempuan mempunyai tingkat kesejahteraan lebih rendah dibandingkan keluarga yang dikepalai oleh laki-laki.
Adapun proporsi anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah yang berstatus menantu, cucu, orang tua, mertua, dan famili lain menunjukkan
proporsi yang rendah yaitu sekitar 3,19 persen. Ini mencerminkan bahwa keluarga luas di Kabupaten Banyuwangi jumlahnya tidak besar.
3. Karakteristik Kepala Keluarga
Karakteristik kepala keluarga berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, status kesehatan, pekerjaan penting untuk diketahui, berkaitan dengan perencanaan kebijakan pelayanan kebutuhan dasar berbasis keluarga seperti ketersediaan pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan, kemiskinan, dan lain-lain.
Tabel 16. Jumlah dan Proporsi Kepala Keluarga Menurut Status Kawin dan Jenis Kelamin, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013.
n % n % n % 1 6,991 1 3,423 4 10,414 2 2 461,865 95 15,129 18 476,994 83 3 7,275 2 14,443 17 21,718 4 4 9,316 2 52,897 61 62,213 11 485,447 100 85,892 100 571,339 100 Perempuan Jumlah Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Jumlah
Status Kepala Keluarga Laki-Laki No
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013, diolah.
Pada umumnya kepala keluarga berstatus kawin (83,48%), dan pada umumnya laki-laki (95,14%). Kepala keluarga yang berstatus belum kawin hanya 2,03%, meskipun demikian perlu dikaji kembali apakah mereka yang berstatus lajang ini memiliki anggota keluarga atau dia hidup sendirian. Kepala keluarga yang berstatus cerai baik cerai hidup maupun cerai mati, persentase perempuan jauh lebih besar dibandingkan laki-laki yaitu masing-masing 61,48% dan 2%. Kemungkinan laki-laki setelah menduda cepat untuk kawin lagi, sehingga menyebabkan perbedaan persentase tersebut. Selain itu, perempuan yang berstatus cerai baik hidup maupun mati, mempunyai pertimbangan untuk melakukan kawin lagi terutama apabila mereka telah memiliki anak-anak yang biasanya menjadi tanggungjawab perempuan. Meskipun pada saat ini kecenderungan tersebut sudah mulai
menurun tetapi kondisi ini masih terjadi. Faktor yang lain adalah mereka yang cerai mati, terjadi pada kelompok umur yang lebih tua, yang menyebabkan perempuan enggan untuk menikah kembali.
Dalam administrasi kependudukan, perempuan berstatus kawin yang menjadi kepala keluarga juga diberikan kepada mereka yang berstatus istri kedua, ketiga maupun keempat. Oleh sebab itu proporsi perempuan kepala keluarga yang cukup besar (15,03%), diduga termasuk mereka yang menjadi kepala keluarga ini adalah menjadi isteri kedua, ketiga, dan seterusnya.
Disamping itu, terlihat pula adanya kepala keluarga yang berstatus belum kawin (lajang) sebanyak 2 persen. Proporsi kepala keluarga perempuan yang belum kawin lebih tinggi daripada kepala keluarga laki-laki. Biasanya kepala keluarga yang berstatus belum kawin merupakan anggota keluarga yang menggantikan orang tua yang meninggal, atau kepala keluarga tersebut hidup sendirian.
Tabel 17. Jumlah dan Proporsi Kepala Keluarga Menurut Kelompok Umur dan Status Kawin, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013.
n % n % n % n % n % 10-14 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 15-19 131 1.26 167 0.04 14 0.06 2 0.00 314 0.05 20-24 1,421 13.65 5,672 1.19 237 1.09 43 0.07 7,373 1.29 25-29 2,184 20.97 26,176 5.49 935 4.31 154 0.25 29,449 5.15 30-34 1,950 18.72 49,383 10.35 2,209 10.17 428 0.69 53,970 9.45 35-39 1,244 11.95 60,198 12.62 2,971 13.68 1,103 1.77 65,516 11.47 40-44 962 9.24 66,684 13.98 3,658 16.84 2,061 3.31 73,365 12.84 45-49 782 7.51 65,146 13.66 3,471 15.98 4,008 6.44 73,407 12.85 50-54 521 5.00 55,091 11.55 2,779 12.80 5,740 9.23 64,131 11.22 55-59 427 4.10 45,974 9.64 1,965 9.05 7,666 12.32 56,032 9.81 60-64 298 2.86 37,328 7.83 1,420 6.54 8,975 14.43 48,021 8.40 65-69 226 2.17 26,131 5.48 938 4.32 10,083 16.21 37,378 6.54 70-74 129 1.24 20,231 4.24 628 2.89 9,677 15.55 30,665 5.37 >75 139 1.33 18,811 3.94 493 2.27 12,273 19.73 31,716 5.55 Jumlah 10,414 100 476,994 100 21,718 100 62,213 100 571,339 100 Jumlah Kelompok Umur
Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati
Dari Table. 17. terlihat bahwa mayoritas keluarga di Kabupaten Banyuwangi dikepalai oleh kepala keluarga yang berumur antara 35-54 tahun. Ini menunjukkan bahwa Kabupaten Banyuwangi merupakan keluarga yang berada pada kelompok produktif dan yang menarik adalah adanya kepala keluarga pada kelompok umur di bawah 15 tahun yaitu 0,00 persen.
Proporsi tertinggi kepala keluarga berstatus kawin berada pada kelompok umur 30-54 tahun, hal Ini menunjukkan bahwa kepala keluarga di Kabupaten Banyuwangi berada pada kelompok produktif. Sedangkan kepala keluarga yang berstatus belum kawin terbesar juga berada pada kelompok umur 20-39 tahun, kepala keluarga yang berstatus cerai hidup tertinggi berada pada kelompok umur 35-54 tahun serta kepala keluarga berstatus cerai mati berada pada kelompok umur 55 tahun ke atas.
Tabel 18. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013.
n % n % n % 16,707 3 15,071 18 31,778 6 18,125 4 9,030 11 27,155 5 233,944 48 44,684 52 278,628 49 93,143 19 8,606 10 101,749 18 100,085 21 6,900 8 106,985 19 1,855 0 198 0 2,053 0 3,289 1 257 0 3,546 1 17,147 4 1,058 1 18,205 3 1,089 0 61 0 1,150 0 63 0 27 0 90 0 485,447 100 85,892 100 571,339 100 Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah Tidak/Belum Sekolah
Belum Tamat SD/Sederajat
Strata II Strata III Jumlah Tamat SD/Sederajat SLTP/Sederajat SLTA/ Sederajat Dilpoma I/II Akademi/Diploma III/Sarmud DiplomaIV/Strata 1
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013, diolah.
Dari Tabel. 18. di atas, terlihat bahwa sebagian besar kepala keluarga berpendidikan Tamat SD/Sederajat yaitu sebesar 49 persen, disusul dengan Tamat SLTA/Sederajat sebesar 19 persen, dan SLTP/Sederajat sebesar 18 persen. Proporsi kepala keluarga yang berpendidikan D1/D2/D3 sebesar kurang 1 persen dan S1/S2/S3 sebesar 3 persen, dan masih
adanya kepala keluarga yang tidak sekolah dan belum tamat SD persentasenya mencapai 6 persen.
Tabel 19. Distribusi Kepala Keluarga Menurut Jenis Kegiatan dan Jenis Kelamin, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013.
n % n % n %
1 2 3 4 5 6 7
Bekerja 473,835 98 69,718 81 543,553 95
Belum/Tidak Bekerja 4,002 1 4,835 6 8,837 2
Mengurus Rumah Tangga 179 0 9,143 11 9,322 2
Pelajar/Mahasiswa 1,283 0 1,084 1 2,367 0
Pensiunan 6,148 1 1,112 1 7,260 1
Jumlah 485,447 100 85,892 100 571,339 100 Laki-Laki Perempuan Jumlah Status Pekerjaan
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013, diolah.
Untuk itu pemerintah Kabupaten Banyuwangi perlu memperhatikan keluarga yang dikepalai oleh kepala keluarga yang tidak bekerja, walaupun proporsi mereka kecil. Kepala keluarga yang tidak bekerja, dapat disebabkan karena sudah memasuki usia pensiun atau memang tidak mampu masuk ke pasar kerja. Untuk mereka ini perlu diberikan intervensi untuk membantu meningkatkan status kesejahteraan mereka, karena pada umumnya keluarga yang dikepalai oleh kepala keluarga yang tidak bekerja memiliki status ekonomi yang rendah. Karena bagaimana mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan diduga mereka tidak mempunyai penghasilan, sehingga pemerintah Kabupaten Banyuwangi perlu membuat perencanaan pelayanan kebutuhan dasar penduduk.
Selanjutnya Tabel. 20. menunjukkan jenis pekerjaan yang banyak digeluti oleh kepala keluarga sebagai pekerjaan pokok dan sumber pendapatan keluarga untuk menunjang perekonomian dalam memenuhi kebutuhan kehidupan keluarga.
Tabel 20. Distribusi Kepala Keluarga Menurut Jenis Pekerjaan dan Jenis Kelamin, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013.
Laki-Laki % Perempuan % Jumlah %
1 Belum/Tidak Bekerja 4,002 1 4,835 6 8,837 2
2 Mengurus Rumah Tangga 179 0 9,143 11 9,322 2
3 Pelajar Mahasiswa 1,283 0 1,084 1 2,367 0
4 Pensiunan 6,148 1 1,112 1 7,260 1
5 Pegawai Negeri Sipil 8,961 2 535 1 9,496 2
6 TNI 1,074 0 3 0 1,077 0 7 Kepolian 1,113 0 3 0 1,116 0 8 Perdagangan 7,324 2 1,870 2 9,194 2 9 Pertanian/Pekebun 131,949 27 25,638 30 157,587 28 10 Penertank 187 0 35 0 222 0 11 Nelayan/Perikanan 7,953 2 82 0 8,035 1 12 Industri 815 0 136 0 951 0 13 Konstruksi 838 0 13 0 851 0 14 Transportasi 1,021 0 8 0 1,029 0 15 Karyawan Swasta 32,304 7 2,787 3 35,091 6 16 Karyawan BUMN 3,376 1 155 0 3,531 1 17 Karyawan BUMD 277 0 21 0 298 0 18 Karyawan Honorer 232 0 23 0 255 0
19 Buruh Harian Lepas 20,959 4 6,199 7 27,158 5 20 Buruh Tani/Perkebunan 16,336 3 5,834 7 22,170 4
21 Buruh Nelayan/Perikanan 192 0 52 0 244 0
22 Buruh Peternakan 14 0 4 0 18 0
23 Pembantu Rumah Tangga 6 0 85 0 91 0
24 Tukang Cukur 13 0 1 0 14 0
25 Tukang Listrik 12 0 0 0 12 0
26 Tukang Batu 575 0 1 0 576 0
27 Tukang Kayu 416 0 0 0 416 0
28 Tukang Sol Sepatu 1 0 0 0 1 0
29 Tukang Las/Pandai Besi 34 0 0 0 34 0
30 Tukang Jahit 121 0 27 0 148 0 31 Tukang Gigi 6 0 1 0 7 0 32 Penata Rias 0 0 3 0 3 0 33 Penata Busana 1 0 0 0 1 0 34 Penata Rambut 3 0 2 0 5 0 35 Mekanik 127 0 1 0 128 0 36 Seniman 24 0 2 0 26 0 37 Tabib 4 0 1 0 5 0 38 Paraji 0 0 2 0 2 0 39 Perancang Busana 1 0 1 0 2 0 40 Penterjemah 1 0 1 0 2 0 41 Imam Masjid 11 0 0 0 11 0
Laki-Laki % Perempuan % Jumlah % 42 Pendeta 117 0 17 0 134 0 43 Pastor 2 0 0 0 2 0 44 Wartawan 72 0 0 0 72 0 45 Ustadz/Mubaligh 79 0 1 0 80 0 46 Juru Masak 0 0 2 0 2 0 47 Anggota DPR RI 3 0 0 0 3 0 48 Anggota DPD 2 0 1 0 3 0 49 Anggot BPK 1 0 0 0 1 0 50 Duta Besar 1 0 1 0 2 0 51 Bupati 1 0 0 0 1 0 52 Wakil Bupati 1 0 0 0 1 0 53 Anggota DPR Kabupaten 26 0 0 0 26 0 54 Dosen 151 0 10 0 161 0 55 Guru 4,372 1 504 1 4,876 1 56 Pengacara 41 0 1 0 42 0 57 Notaris 14 0 2 0 16 0 58 Arsitek 5 0 0 0 5 0 59 Akuntan 2 0 0 0 2 0 60 Konsultan 14 0 1 0 15 0 61 Dokter 130 0 12 0 142 0 62 Bidan 1 0 25 0 26 0 63 Perawat 233 0 19 0 252 0 64 Apoteker 5 0 3 0 8 0 65 Psikiater/Psikolog 1 0 0 0 1 0 66 Penyiar Radio 1 0 0 0 1 0 67 Pelaut 205 0 0 0 205 0 68 Peneliti 11 0 1 0 12 0 69 Spir 2,750 1 0 0 2,750 1 70 Pialang 1 0 0 0 1 0 71 Paranormal 6 0 0 0 6 0 72 Pedagang 7,316 2 1,920 2 9,236 2 73 Perangkat Desa 5,474 1 1,001 1 6,475 1 74 Kepala Desa 368 0 23 0 391 0 75 Biarawati 82 0 38 0 120 0 76 Wira Swasta 215,619 44 22,510 26 238,129 42 77 Lainnya 447 0 100 0 547 0 485,447 100 85,892 100 571,339 100 Jumlah
No Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013, diolah.
Dilihat dari kegiatan ekonomi, 42 persen kepala keluarga di Kabupaten Banyuwangi adalah bekerja dengan jenis pekerjaan terbesar adalah sebagai wiraswasta yaitu 42 persen, diikuti pertanian/pekebun yaitu 28
persen, dan karyawan sasta yaitu 6 persen. Proporsi kepala keluarga laki-laki yang bekerja sebagai wiraswasta lebih tinggi dibandingkan kepala keluarga perempuan.
BAB IV
KUALITAS PENDUDUK
Kualitas penduduk biasanya diukur dari tingkat kesehatan, pendidikan, masalah sosial dan lain sebagainya. Secara internasional kualitas pembangunan manusia diukur dengan Indikator Pembangunan Manusia yang terdiri dari tingkat pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah), kesehatan (angka kematian bayi dan angka harapan hidup waktu lahir) serta kesejahteraan yang diukur dengan penghasilan per kapita.
A. Kelahiran dan Kematian
Rasio Anak dan Perempuan (Child Women Ratio/CWR)
Rasio anak dan perempuan adalah perbandingan antara anak di bawah usia lima tahun dengan jumlah penduduk perempuan usia produktif (15-49 tahun) disuatu wilayah dan waktu tertentu. Rasio anak dan perempuan bisa digunakan untuk melihat jumlah kelahiran yang terjadi selama 5 tahun yang lalu.
Tabel 21. Rasio Anak dan Perempuan, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013.
Anak Perempuan 0 - 4 Tahun 15 - 49 Tahun 1 Pesanggaran 2,678 14,050 19 2 Bangorejo 3,055 17,637 17 3 Purwoharjo 3,215 18,467 17 4 Tegaldlimo 3,183 15,828 20 5 Muncar 6,744 33,953 20 6 Cluring 3,725 18,395 20 7 Gambiran 3,381 15,856 21 8 Srono 4,766 24,025 20 9 Genteng 5,034 22,987 22 10 Glenmore 3,799 20,101 19 11 Kalibaru 3,436 20,235 17 12 Singojuruh 2,725 11,943 23 No Kecamatan CWR
13 Rogojampi 5,075 24,063 21 14 Kabat 3,893 18,368 21 15 Glagah 1,714 7,996 21 16 Banyuwangi 6,925 30,653 23 17 Giri 1,643 7,032 23 18 Wongsorejo 4,080 23,921 17 19 Songgon 3,088 13,689 23 20 Sempu 4,442 20,768 21 21 Kalipuro 4,924 25,159 20 21 Siliragung 2,508 12,107 21 23 Tegalsari 2,368 12,496 19 24 Licin 1,276 7,465 17 87,677 437,194 20 Jumlah
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013, diolah.
Pada tahun 2013, besarnya rasio anak dan perempuan di Kabupaten Banyuwangi sebesar 20. Hal ini berarti bahwa diantara 100 perempuan usia produktif terdapat 20 balita. Angka ini mengindikasikan tingkat fertilitas yang masih cukup tinggi karena masih besarnya jumlah anak balita. CWR tertinggi di tiga ( 3 ) Kecamatan yaitu Singojuruh, Banyuwangi, Giri, Songgon masing-masing sebesar 23, Sedangkan CWR terendah di lima ( 5 ) Kecamatan Bangorejo, Purwoharjo, Kalibaru, Wongsorejo, Licin yaitu sebesar 17.
B. Ekonomi
1. Angkatan Kerja menurut Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Angkatan Kerja adalah penduduk usia 15 tahun keatas (Tenaga Kerja/
manpower) dan tidak termasuk didalamnya penduduk yang sedang sekolah,
pensiunan, mengurus rumah tangga, dan lainnya. Angkatan Kerja dibagi 2 (dua) yaitu bekerja (employed) dan mencari pekerjaan/menganggur
Tabel 22. Jumlah Angkatan Kerja, Jumlah Tenaga Kerja, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013. L P L+P L P L+P L P L+P 15-19 61,235 56,505 117,740 15,473 13,716 29,189 25.27 24.27 24.79 20-24 62,133 61,606 123,739 42,121 36,379 78,500 67.79 59.05 63.44 25-29 67,573 64,436 132,009 59,097 47,419 106,516 87.46 73.59 80.69 30-34 74,589 72,543 147,132 68,565 64,521 133,086 91.92 88.94 90.45 35-39 72,013 68,553 140,566 67,636 55,946 123,582 93.92 81.61 87.92 40-44 72,198 68,616 140,814 66,073 56,988 123,061 91.52 83.05 87.39 45-49 59,467 59,262 118,729 53,526 51,845 105,371 90.01 87.48 88.75 50-54 51,684 49,647 101,331 50,042 40,435 90,477 96.82 81.45 89.29 55-59 41,046 36,419 77,465 37,150 31,317 68,467 90.51 85.99 88.38 60-64 25,162 24,786 49,948 22,127 20,751 42,878 87.94 83.72 85.85 Jumlah 587,100 562,373 1,149,473 481,810 419,317 901,127 82.07 74.56 78.39 Tingkat Partisipasi Angkatan Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah Angkatan Kerja Kelompok
Umur
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013, diolah.
Dari Tabel. 22. nampak bahwa jumlah angkatan kerja tertinggi berada pada kelompok umur 30-34 tahun yaitu 147.132 orang, diikuti kelompok umur 40-44 tahun sebesar 140.814 orang. Tabel 22. Tersebut juga menunjukkan bahwa 78,39 persen dari angkatan kerja di Kabupaten Banyuwangi telah berpartisipasi dalam pasar kerja. Nampak pula bahwa partisipasi angkatan kerja penduduk laki-laki lebih tinggi (82,07%) daripada partisipasi angkatan kerja penduduk perempuan (74,56%).
Tabel 23. Angka Penyerapan Angkatan Kerja, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013. L P L+P L P L+P L P L+P 15-19 4,446 3,996 8,442 61,235 56,505 117,740 7.26 7.07 7.17 20-24 34,764 30,760 65,524 62,133 61,606 123,739 55.95 49.93 52.95 25-29 55,675 44,836 100,511 67,573 64,436 132,009 82.39 69.58 76.14 30-34 69,747 53,743 123,490 74,589 72,543 147,132 93.51 74.08 83.93 35-39 70,655 54,691 125,346 72,013 68,553 140,566 98.11 79.78 89.17 40-44 71,436 55,924 127,360 72,198 68,616 140,814 98.94 81.50 90.45 45-49 58,076 53,875 111,951 59,467 59,262 118,729 97.66 90.91 94.29 50-54 50,681 44,565 95,246 51,684 49,647 101,331 98.06 89.76 93.99 55-59 40,824 35,306 76,130 41,046 36,419 77,465 99.46 96.94 98.28 60-64 24,800 23,366 48,166 25,162 24,786 49,948 98.56 94.27 96.43 Jumlah 481,104 401,062 882,166 587,100 562,373 1,149,473 81.95 71.32 76.75 Kelompok Umur
Jumlah Angkatan Kerja Jumlah Angkatan Kerja
Yang Bekerja
Angka Penyerapan Angkatan Kerja
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013, diolah.
Angka penyerapan Angkatan kerja di Kabupaten Banyuwangi yaitu 76,75 persen, penyerapan angkatan kerja laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Hal ini pemerintah kabupaten Banyuwangi dituntut untuk membuka dan menyediakan lapangan kerja baru yang cukup untuk menampung angkatan kerja yang tersedia.
Tabel 24. Distribusi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Yang di Tamatkan dan Jenis Kelamin, Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013.
n % n % n %
1 Tidak/Belum Sekolah 3,700 15.43 4,081 17.08 7,781 16.25 2 Belum Tamat SD/Sederajat 1,238 5.16 1,339 5.60 2,577 5.38 3 Tamat SD/Sederajat 7,500 31.27 8,284 34.66 15,784 32.97 4 SLTP/Sederajat 5,743 23.95 5,134 21.48 10,877 22.72 5 SLTA/Sederajat 5,384 22.45 4,526 18.94 9,910 20.70 Laki-Laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Jenjang Pendidikan Terakhir
Jumlah Pencari Kerja No