• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Sesuai dengan judul dan tujuan dalam penelitian ini, akan diuraikan teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian, antara lain beberapa kajian tentang kosakata, media pembelajaran dan flashcard.

A. Kosakata

1. Pengertian Kosakata

Setiap bahasa mempunyai istilah tersendiri untuk menjelaskan tentang kosakata. Notosudirjo (1990:172) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kosakata adalah perbendaharaan kata. Sejalan dengan uraian tersebut, Subana, dkk dalam Setyanto (2014:217) menguraikan bahwa kosakata berarti perbendaharaan kata atau kekayaan kata yang dipakai sebagai tolak ukur keterampilan berbahasa, kosakata merupakan tolak ukur perbendaharaan kata yang dipakai, wawasan kata yang digunakan, serta ketepatan penggunaannya dalam konteks kalimat. Masih dalam Setyanto (2014:217) Chaer juga menyatakan bahwa menyatakan “kosakata adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa”. Selain itu, Susanti (2014:276) menjelaskan bahwa kosakata atau goi adalah sekumpulan kata-kata yang batasannya sudah disepakati. Kosakata pun terdiri atas berbagai jenis di antaranya kosakata bahasa Jepang, kosakata koran dan lain-lain. Ketepatan penggunaan kosakata pada tempatnya dan pengetahuan wawasan akan ragam kosakata merupakan tolak ukur seseorang dalam berkomunikasi. Semakin banyak pemahaman seseorang tentang kosakata maka akan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Kajian bahasa yang membahas masalah kata-kata di namakan kajian kosakata, Goiron. Kosakata merupakan salah satu bagian kebahasaan yang harus diperhatikan dan dikuasai guna menunjang kelancaran berkomunikasi bahasa Jepang baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Sebagaimana dikemukakan oleh Shinmura dalam Sudjianto dan

(2)

Dahidi (2004:97) mengatakan bahwa “goi (vocabulary) adalah kesuluruhan kata (tango) berkenaan dengan suatu bahasa atau bidang tertentu yang ada di dalamnya”.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa kosakata adalah kumpulan kata yang berhubungan dengan suatu bahasa atau bidang tertentu dalam bahasa tersebut. Kaitanya dalam hal ini, adalah kumpulan kosakata bahasa Jepang. Tanpa menggunakan kosakata maka suatu kalimat atau tutur lisan tidak dapat digunakan dengan baik karena penguasaan kosakata merupakan elemen dasar dalam penguasaan bahasa yang digunakan dalam membuat kalimat atau berkomunikasi dengan lancar. Penguasaan kosakata yang memadai dapat membantu seseorang dalam berkomunikasi dengan lancar sehingga ide, gagasan dan informasi dapat tersampaikan dengan baik.

2. Jenis-jenis Kosakata Bahasa Jepang

Menurut Sudjianto dan Dahidi (2004:147-181) mengatakan bahwa hinshin bunrui dapat diartikan sebagai klasifikasi kelas kata berdasarkan berbagai karakteristiknya secara gramatikal. Secara garis besar kelas kata yang telah diklasifikasikan tersebut terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu jiritsugo dan fuzokugo.

a. Jiritsugo

Jiritsugo adalah kelompok kelas kata yang bisa berdiri sendiri dan membentuk kalimat. Yang termasuk dalam golongan jiritsugo antara lain :

1) Kata Kerja (doushi) adalah kata yang dapat berdiri sendiri dan dapat menjadi predikat Doushi biasanya berakhiran huruf ~u atau kata kerja kamus. Contoh: kaku ( menulis ), taberu ( makan )

2) Kata Sifat i (i-keiyoushi) adalah kata yang dapat berdiri sendiri dan juga dapat menjadi predikat. Keiyoushi memiliki beberapa

(3)

perubahan kata dan biasanya berakhiran ~i keiyoushi disebut juga kata sifat golongan satu.Contoh : shiroi ( putih ), atsui ( panas )

3) Kata Sifat na (na-keiyoushi) adalah kata yang dapat berdiri sendiri dan merupakan kata sifat golongan dua, memiliki perubahan sendiri yang berbeda dengan katas sifat golongan satu.Contoh: kirei na (cantik ), jouzu na ( pandai )

4) Kata Benda (meishi) adalah kata yang dapat berdiri sendiri dan bisa menjadi subjek. Meishi tidak memiliki perubahan bentuk. Contoh: kutsu ( sepatu ), tsukue ( meja ).

5) Kata Keterangan Benda atau prenomina (rentaishi) adalah kata yang dapat berdiri sendiri dan bias menjadi kata yang menerangkan kata lain. Rentaishi ini tidak bisa menjadi subjek dan tidak memiliki perubahan bentuk. Contoh : sono ( itu )、kore (ini) 、koko (disini)

6) Kata Keterangan (fukushi) adalah kata yang dapat berdiri sendiri dan berfungsi sebagai kata keterangan untuk hyougen (predikat). Fukushi tidak dapat menjadi subjek dan tidak memiliki perubahan bentuk. Contoh: zutto ( terus ), taihen ( menyusahkan atau merepotkan )

7) Kata Penyambung atau konjungsi (setsuzokushi) adalah kata yang dapat berdiri sendiri dan berfungsi untuk menyatakan hubungan antar kalimat atau bagian kalimat atau frase dengan frase. Setsuzokushi tidak bisa menjadi subjek dan tidak memiliki perubahan bentuk. Contoh: soshite ( lalu, kemudian ), suruto ( selanjutnya, dengan demikian ). 8) Kata interjeksi (kandoushi) adalah kata yang dapat berdiri sendiri,

pada umumnya untuk menyatakan ekspresi, perasaan, cara memanggil, cara menjawab dan lain sebagainya. Kandoushi tidak dapat menjadi subjek dan tidak memiliki perubahan bentuk. Contoh: hai ( ya, benar ), moshi moshi ( halo )

(4)

b. Fuzokugo

Jenis kata yang termasuk pada golongan fuzokugo adalah kata-kata yang hanya bersifat membantu yaitu :

1) Partikel (joushi) adalah kata yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak memiliki perubahan. Bila kata ini terpisah dari kata lain, maka kata ini tidak mempunyai arti. Joushi hanya berfungsi untuk menyambung kata-kata jiritsugo dalam pembentukan kalimat bahasa Jepang dan juga menentukan arti kata tersebut. Contoh: no (kepunyaan, milik), de (di, dengan )

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan jenis kelas kata jiritsugo kosakata meishi (nomina), karena kosakata nama-nama benda di dalam kelas dan nama-nama benda yang dibawa oleh guru dan siswa kedalam kelas termasuk dalam golongan meishi (nomina).

3. Pembelajaran Kosakata

Thornburry (2002:13) berpendapat bahwa penguasaan kosakata sangat penting dalam komunikasi. Ia berkata, “without grammar, little can be conveyed; without vocabulary, nothing can be conveyed.” Yang berarti tanpa tata bahasa sedikit yang bisa disampaikan, tanpa kosakata maka tidak dapat menyampaikan apapun. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengajaran kosakata memegang peranan penting dalam berbagai pembelajaran bahasa.

Gaims & Redman dalam Oeinada (2014:312) teknik pembelajaran kosakata dikategorikan menjadi beberapa bagian yaitu teknik tradisional seperti melalui visual, verbal, ataupun terjemahan, dan adapula teknik yang dikategorikan sebagai teknik yang non-tradisional yang lebih berpusat pada pembelajaran mandiri seperti dengan cara melihat kamus, pemahaman melalui konteks, ataupun bertanya. Berdasarkan pengertian di atas, teknik yang digunakan peneliti dalam pembelajaran kosakata menggunakan dua teknik tersebut secara bersamaan, yaitu menggunakan

(5)

teknik tradisional visual atau melihat langsung kosakata yang akan diajarkan serta teknik non-tradisional yaitu pembelajaran mandiri, dengan menggunakan media kartu diharapkan siswa mampu belajar sendiri tanpa bantuan seorang pengajar.

Dalam Oeinada (2014:314), Hatch dan Brown menyatakan bahwa pembelajaran kosakata dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni pembelajaran yang disengaja (intentional learning) dan pembelajaran yang tidak disengaja (incidental learning), Pembelajaran yang disengaja merupakan hasil dari sebuah rancangan, rencana, serta keinginan dari guru maupun murid. Sedangkan, pembelajaran yang tidak disengaja merupakan hasil sampingan dari melakukan suatu kegiatan, misalnya ketika membaca buku, menonton film dan sebagainya. Kaitanya dalam penelitian ini peneliti akan mengadakan pembelajaran yang disengaja karena materi pembelajaran berisi tentang kosakata yang sudah direncanakan oleh pengajar sebelumnya.

Susanti (2014: 277) mengatakan bahwa dalam pengajaran kosakata ada beberapa cara yang digunakan untuk mengajarkan kosakata, yakni sebagai berikut.

a. Menjelaskan kosakata tersebut dengan bahasa ibu.

b. Menerangkan dengan memperlihatkan benda asli, foto, gambar, chart, video, gerakan, dan lain sebagainya.

c. Menggunakan parafrasa atau kata sejenis dan menjelaskannya dalam bahasa Jepang, dan lain sebagianya

Selain itu, Dale dalam Tarigan (1984:23) juga menyatakan bahwa pembelajaran kosakata bisa dilakukan dengan cara ujian kosakata sebagai pengajaran dan penggunaan kamus. Setelah siswa memahami makna yang sudah diketahui tentu ada proses berikutnya agar kosakata yang sudah dipelajari tersebut tidak segera hilang dari memori siswa. Oleh karena itu, diperlukan latihan untuk meningkatkan pengetahuan kosakata dari siswa.

Dalam pembelajaran bahasa asing, kosakata adalah sesuatu yang mutlak dan utama yang harus dikuasai. Penguasaan kosakata bisa

(6)

didapatkan melalui pembelajaran seperti: bunpou (tata bahasa), dokkai (membaca), choukai (menyimak, hyouki (menulis), maupun kaiwa (percakapan).

Suryadimulya (2014:1) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kosakata bahasa Jepang saat ini ada beberapa jenis media yang dapat digunakan antara lain: media gambar, foto, video, dan flashcard. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Jepang saat ini pada umumnya menggunakan media sebagai alat untuk pembelajaran kosakata bahasa Jepang. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan flashcard sebagai media yang digunakan untuk pembelajaran kosakata bahasa Jepang. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pemakaian flashcard efektif untuk menggantikan peran guru dalam pembelajaran karena penggunaan flashcard bisa digunakan oleh siswa secara mandiri. Pada penelitian ini materi kosakata yang digunakan

antara lain: つくえ、いす、エアコン 、こくばん、こくばんけし、 マーカー、ものさし、とけい、 カレンダー、ちず、 はねぼうき、ほうき、はた、 かびん、ほんだな、おかね、ノート、きょうかしょ、ふでばこ、べ んとう、かばん、えんぴつ、けしゴム、ボールペン、パソコン、ペ ットボトル、しゅっせきぼ、えんぴつけずり、さいふ、かさ. B. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Heinich dalam Daryanto (2010:4) menguraikan bahwa kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Masih dalam Daryanto (2010:4) Criticos juga menguraikan bahwa media merupakan salah satu

(7)

komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.

Selain itu, Gagne dalam Bachtiar (2012:6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu masih dalam bachtiar (2012:6) juga menyatakan bahwa media adalah bentuk–bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima yang berupa pikiran, ide, informasi dan minat sehingga membuat proses belajar mengajar terjadi. Agar siswa dapat menerima pelajaran dengan baik dari guru maka di butuhkan media pembelajaran.

Gagne dan Bringgs dalam Arsyad (1997:4) mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide, grafik, televisi dan komputer. Dengan kata lain, media pembelajaran adalah komponen sumber belajar di lingkungan siswa.

Selain itu, Pringgawidagda (2009:145) juga menyatakan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan materi pelajaran kepada pembelajar. Media pembelajaran tersebut dapat menambah keefektifan komunikasi dan interaksi antara pengajar dan pembelajar.

Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa media pembelajaran merupakan sarana perantara dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) kepada penerima (siswa). Adapun manfaat menggunakan media pembelajaran untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.

(8)

2. Manfaat Menggunakan Media Pembelajaran

Bachtiar (2012:17-18) secara umum media mempunyai manfaat-manfaat sebagai berikut.

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya :

1) Objek terlalu besar bisa digantikan dengan realita gambar, film bingkai, film atau model.

2) Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar;

3) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photograph ;

4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal;

5) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan

6) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi,gempa bumi,iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film,film bingkai, gambar, dan lain-lain.

7) Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk :

a) Menimbulkan kegairahan belajar;

b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan;

c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

(9)

8) Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bila mana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pembelajaran, yaitu dengan kemampuanya didalam:

a) Memberikan perangsangan yang sama b) Mempersamakan pengalaman yang sama c) Menimbulkan persepsi yang sama

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran memiliki manfaat untuk memperjelas informasi yang disampaikan guru kepada siswa. Media pembelajaran juga bermanfaat untuk mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra. Selain itu, penggunaan media secara tepat juga bermanfaat memotivasi siswa untuk belajar.

Selain itu, Hamalik dalam Arsyad (1997:15) juga mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan dapat mempengaruhi siswa dalam belajar. Penggunaan media pembelajaran pada tahap awal pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran. Di samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar.

Dalam Daryanto (2010:6) Kempand dan Dayton menyatakan bahwa manfaat media dalam pembelajaran mempersamakan persepsi dan daya indera yang dimiliki oleh para siswa. Media juga berperan aktif dalam mengasah kemampuan bakat siswa. Selain itu, konstribusi media pembelajaran adalah sebagai berikut.

(10)

a. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar. b. Pembelajaran dapat lebih menarik.

c. Pembelajaran menjai lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar. d. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.

e. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

f. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan.

g. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan.

h. Peran guru mengalami perubahan kearah yang positif

Berdasarkan pemaparan di atas, manfaat penggunaan media pembelajaran membuat isi materi yang akan disampaiakan oleh guru lebih menarik dan bervariasi sehingga materi yang akan disampaikan menjadi lebih berstandar. Selain itu, menggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas, sebab siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru, tetapi ikut berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hal tersebut guru dituntut untuk memilih kriteria media yang bagus untuk pembelajaran.

3. Kriteria Media yang Baik Untuk Pembelajaran

Bachtiar (2012:27) menyatakan bahwa pemilihan kriteria media yang baik untuk pembelajaran sangat mutlak diperlukan demi keberhasilan proses pembelajaran. Media yang baik adalah media yang mudah digunakan dan mudah digunakan oleh guru maupun siswa. Masih dalam Bachtiar (2012:27) Schram juga mengelompokkan media menurut kontrol pemakaiannya dalam pengertian kesesuaiannya untuk di rumah, kesiapan setiap saat diperlukan, dapat tidaknya laju penyampaiannya, kesesuaianya untuk belajar mandiri, dan kemampuannya untuk memberikan umpan

(11)

balik. Berdasarkan definisi tersebut kriteria media yang baik adalah media yang mudah digunakan untuk belajar mandiri.

Sehubungan dengan hal tersebut Soeparno (1987:10) juga mengatakan bahwa dalam pemilihan kriteria media yang bagus untuk pembelajaran hendaknya memperhatikan kriteria sebagai berikut :

a. Hendaknya guru mengetahui pesan dan informasi yang akan disampaikan melalui media tersebut.

b. Hendaknya guru memilih media yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Misalnya untuk melatih penguasaan kosakata ada baiknya kalau menggunakan media kartu.

c. Hendaknya guru memilih media yang sesuai dengan metode yang akan digunakan. Misalnya untuk melatih penguasaan kosakata menggunakan flashcard ada baiknya menggunakan metode shadowing yaitu siswa mengucapkan kembali apa yang telah diucapkan oleh guru.

d. Hendaknya guru memilih media yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan

e. Hendaknya guru harus memilih media yang sesuai dengan keadaan siswa,baik ditinjau dari segi jumlah,usia dan tingkat pendidikan. f. Hendaknya guru memilih media yang sesuai dengan situasi dan

kondisi lingkungan tempat media itu digunakan. Misalnya ditempat yang belum ada aliran listriknya, sangat tidak bijaksanan apabila guru memaksakan diri menggunakan elektronik.

g. Hendaknya ketika memilih media sebaiknya disesuaikan dengan kreativitas guru tersebut, sebab ada beberapa media tertentu yang keefektifan penggunaannya sangat bergantung pada kreativitas guru tersebut.

h. Sebagai catatan tambahan, sebaiknya guru jangan menggunakan media dengan alasan bahwa media tersebut merupakan barang baru atau karena media tersebut merupakan satu-satunya media yang guru miliki.

(12)

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa guru hendaknya mengetahui tentang penggunaan media dan materi apa yang akan disampaikan kepada siswa. Dalam hal ini guru dituntut untuk mengetahui jenis-jenis media pembelajaran yang baik untuk siswa.

4. Jenis–jenis Media Pembelajaran

Bachtiar (2012: 19) jenis media atau bahan adalah perangkat lunak (software) yang berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan. Peralatan atau perangkat keras (hardware) merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut. Gambar atau foto adalah bahan yang tergolong dalam perangkat lunak (hardware) sedangkan flashcard juga merupakan perangkat keras (hardware) supaya informasi gambar atau foto bisa tersampaikan dengan baik maka dibutuhkan sarana berupa flashcard.

Gerlach dan Ely dalam Daryanto (2010:18) jenis media dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri fisiknya atas delapan kelompok, yaitu benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, gambar diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran terpogram dan simulasi. Menurut definisi tersebut, peneliti akan menggunakan media gambar yang berwujud flashcard sebagai media untuk meningkatkan penguasaan kosakata.

Selain itu, Bretz dalam Bachtiar (2012:20) membagi jenis media menjadi tiga unsur pokok, salah satunya yaitu visual. “Visual dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis (line graphic) dan simbol yang yang dapat ditangkap dengan indra penglihatan”.

Berdasarkan uraian para ahli di atas maka dapat di simpulkan bahwa flashcard yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada teori Rudy Bretz dalam Bachtiar yang menyatakan bahwa flashcard termasuk dalam kategori media visual yang memuat gambar di dalamnya. Berarti

(13)

kemampuan melihat dan kejelian siswa dalam melihat gambar merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran menggunakan flashcard. Adapun pengertian tentang flashcard akan dijelaskan pada poin berikutnya.

C. Flashcard

1. Pengertian Flashcard

Menurut Arsyad (1997:120) menguraikan bahwa flashcard adalah media grafis bidang datar yang memuat tulisan, gambar dan simbol tertentu. Tambahan lagi, menurut Istiqomah (2009:19) menguraikan bahwa flashcard adalah suatu peraga atau media yang digunakan untuk proses belajar mengajar dalam rangka mempermudah atau memperjelas penyampaian materi pembelajaran agar lebih menyenangkan dan lebih efektif. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa flashcard yang dimaksud adalah kartu kecil yang berisi gambar, tulisan dan simbol yang mengingatkan siswa pada suatu materi sedang dipelajari.

Selain itu, Soeparno (1987:19) juga menyatakan bahwa “flashcard adalah media yang berukuran 15 x 20 cm sebanyak 30 sampai 40 buah yang bahan-bahan terbuat dari kertas manila”. Pada penelitian ini peneliti menggunakan flashcard yang berukuran 15 x 20 cm sebanyak 30 buah yang terbuat dari kertas manila yang memuat isi materi yang jelas untuk digunakan sebagai media pembelajaran.

2. Jenis–Jenis Flashcard

Pada pembelajaran kosakata terdapat beberapa jenis flashcard yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Menurut Scott dan Ytreberg (1990:109-111) mengatakan bahwa flashcard dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

(14)

a. Picture card

Menurut Nasr dalam Scott dan Ytreberg (1972:67) mengatakan bahwa Picture card berguna untuk pengajaran kosakata dan membaca. Jenis-jenis dari Picture card antara lain :

1) Picture card match up (menjodohkan kartu bergambar) 2) Picture card treasure hunt (mengumpulkan kartu bergambar) 3) Picture card and word match up (menjodohkan gambar dan

kata)

4) Picture card snape game (permainan mengmbil kartu bergambar)

b. Card game

Card game adalah jenis permainan yang menggunakan kartu sebagai media utama dalam memainkanya.

c. Word atau sentence card

Word atau sentence card biasanya terdiri dari dua sisi. Sisi depan kartu terdapat kata dan sisi belakang kartu terdapat ilustrasi kata tersebut dan pengertian dari kata tersebut yang tersusun secara acak. Dalam penggunaan Word atau sentence card siswa harus menyusun kata acak tersebut menjadi sebuah kalimat (definisi dari kata yang terdapat di sisi depan kartu).

Berdasarkan uraian di atas, flashcard terdiri dari beberapa jenis. Dalam penelitian ini flashcard yang digunakan mengacu pada teori Scott dan Ytreberg yang menyatakan bahwa flashcard termasuk dalam kategori Picture card and word match up (menjodohkan gambar dan kata), dalam hal ini guru akan memperlihatkan flashcard secara sekilas kepada para siswa, didalam flashcard sudah memuat gambar dan kosakata bahasa Jepang. Guru dapat memilih jenis-jenis dari flashcard untuk mengajarkan kosakata tertentu secara kreatif. Dengan menggunakan flashcard, banyak manfaat yang bisa diambil oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran kosakata bahasa Jepang.

(15)

3. Manfaat Flashcard dalam Pembelajaran Kosakata

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya media flashcard merupakan salah satu media yang baik untuk pembelajaran kosakata. Hal itu dikarenakan flashcard merupakan media yang sederhana dan murah. Selain itu, flashcard mudah digunakan baik oleh guru dan siswa. Sebagai tambahan, menggunakan flashcard dalam proses pembelajaran bisa menggantikan peran guru tanpa adanya batasan ruang dan waktu dan dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Dalam hal ini, peneliti menggunakan flashcard sebagai media yang cocok untuk pembelajaran. Pembelajaran menggunakan flashcard diyakini dapat meningkatkan penguasaan kosakata siswa sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran kosakata. Agar flashcard dapat meningkatkan penguasaan kosakata dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa maka dibutuhkan teknik dalam menggunakan flashcard.

Istiqomah (2009:vii) menyatakan bahwa penerapan permainan dengan flashcard dalam pembelajaran kosakata bahasa Prancis kelas X SMA Negeri Cilacap menunjukkan ada perbedaan nilai sebelum dan seduah diberikan treatment. Selain itu, Mas’udah dalam Wulandari (2016:17) juga menyatakan bahwa penggunaan bingo game lebih efektif daripada metode konvensional untuk pengajaran kata benda dalam bahasa Inggris untuk pemula.

4. Teknik Menggunakan Flashcard

Soeparno (1987:20) menyatakan bahwa ada beberapa cara menggunakan flashcard yatiu :

a. Pertama-tama guru memberikan instruksi mengenai kosakata apa yang harus dikuasai oleh siswa. Perlu dicatat bahwa kosakata yang hendak dilatih adalah kosakata yang sudah diajarkan. Setelah itu guru mempertunjukkan flashcard dan mengucapkan nama benda yang ada dalam flashcard tersebut kepada para siswa. Siswa tersebut setelah

(16)

melihat flashcard

merespons dengan mengucap ulang kosakata yang telah diucapkan oleh guru sebelumnya.

b. Karena media ini bertujuan untuk melatih penguasaan kosakata secara spontan, maka waktu yang disediakan untuk mempertunjukkan flashcard dan waktu yang disediakan untuk merespons tidak boleh terlalu lama. Sekiranya pada putaran pertama masih banyak siswa ya membuat kesalahan atau belum lancar, tidak ada salahnya apabila sekali lagi atau diulang sampai tujuan tercapai.

Teknik penggunaan mempertunjukkan kartu

Kemampuan siswa dalam merespons dan kemampuan mengingat secara cepat sangat dibutuhkan.

dalam penelitian ini: Gambar 2.1 Flashcard

D. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang

banyak diteliti oleh peneliti lain dalam bentuk pembelajaran kosakata. Berikut ini akan disajikan dua penelitian terdahulu tentang

sebagai sumber rujukan oleh peneliti.

1. Riani (2016) menyatakan bahwa penelitian ini berbentuk penelitian eksperimen murni. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA dan XI IPS yang masing

flashcard yang dipertunjukkan secara sekilas itu harus segera merespons dengan mengucap ulang kosakata yang telah diucapkan oleh guru sebelumnya.

Karena media ini bertujuan untuk melatih penguasaan kosakata secara spontan, maka waktu yang disediakan untuk mempertunjukkan dan waktu yang disediakan untuk merespons tidak boleh terlalu lama. Sekiranya pada putaran pertama masih banyak siswa ya membuat kesalahan atau belum lancar, tidak ada salahnya apabila sekali lagi atau diulang sampai tujuan tercapai.

Teknik penggunaan flashcard dalam penelitian ini guru hanya akan mempertunjukkan kartu-kartu tersebut secara sekilas kepada para siswa. ampuan siswa dalam merespons dan kemampuan mengingat secara cepat sangat dibutuhkan. Berikut ini contoh flashcard yang digunakan dalam penelitian ini:

Gambar 2.1 Gambar 2.2

lashcard 1 Flashcard

nelitian Terdahulu

Penelitian tentang flashcard dalam pembelajaran kosakata telah banyak diteliti oleh peneliti lain dalam bentuk pembelajaran kosakata. Berikut ini akan disajikan dua penelitian terdahulu tentang flashcard yang dijadikan

rujukan oleh peneliti.

016) menyatakan bahwa penelitian ini berbentuk penelitian eksperimen murni. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA dan XI IPS yang masing-masing sebanyak 20 siswa. Pembelajaran kosakata yang dipertunjukkan secara sekilas itu harus segera merespons dengan mengucap ulang kosakata yang telah diucapkan

Karena media ini bertujuan untuk melatih penguasaan kosakata secara spontan, maka waktu yang disediakan untuk mempertunjukkan dan waktu yang disediakan untuk merespons tidak boleh terlalu lama. Sekiranya pada putaran pertama masih banyak siswa yang membuat kesalahan atau belum lancar, tidak ada salahnya apabila

guru hanya akan kartu tersebut secara sekilas kepada para siswa. ampuan siswa dalam merespons dan kemampuan mengingat secara yang digunakan

Gambar 2.2 lashcard 2

dalam pembelajaran kosakata telah banyak diteliti oleh peneliti lain dalam bentuk pembelajaran kosakata. Berikut yang dijadikan

016) menyatakan bahwa penelitian ini berbentuk penelitian eksperimen murni. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA dan XI masing sebanyak 20 siswa. Pembelajaran kosakata

(17)

dalam penelitian ini meliputi nama-nama nominal mata uang , kata sifat いdan kata sifatな dalam bahasa Jepang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode active learning. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan tes dan angket. Data kuantitatif dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Sedangkan data kualitatif diolah menggunakan non-statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa card sort dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Jepang. Selain itu, pembelajaran menggunakan card sort menarik, tidak membosankan, mudah bekerjasama, membuat suasana kelas menjadi lebih aktif dan hidup.

2. Istiqomah (2009) menyatakan bahwa penelitian ini termasuk penelitian one group pretest-posttest design. Dalam penelitian one group pretest-posttest design hanya satu kelompok yang diberi pembelajaran menggunakan permainan dengan media flashcard. Dalam penelitian ini digunakan teknik random dalam mengambil sampel sehingga diperoleh 1 kelas diantara kelas X.A, X.B, X.C, X.D, X.E, X.F, X.G, X.H, X.I dan X.J. Pembelajaran kosakata dalam penelitian ini adalah kosakata kata kerja dan kata sifat bahasa Prancis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode game. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan tes dan dokumentasi. Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan flashcard dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Prancis. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai rata-rata pretest dan posttest mengalami peningkatan. Selain itu, siswa pembelajaran menggunakan flashcard dapat meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran kosakata bahasa Prancis.

Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu tentang flashcard dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang sama penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu metode dalam penelitian ini adalah eksperimen murni. Sehingga desain yang akan digunakan dalam penelitian menggunakan dua kelas yang terdiri dari kelas

(18)

eksperimen yang akan menggunakan flashcard dan kelas kontrol yang akan menggunakan buku Minna No Nihongo Shokyuu 1 dalam proses pembelajaran. selain itu, hal yang membedakan penelitian sebelumnya adalah metode yang digunakan dalam proses pembelajaran kosakata menggunakan metode shadowing yaitu siswa mengucap ulang kosakata yang telah diucapkan oleh guru sebelumnya. Populasi dan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini juga berbeda dengan penelitian sebelumnya, ada 30 siswa kelas X yang dibagi kedalam dua kelas. tambahan lagi, ada 30 kosakata yang berkaitan dengan nama-nama benda yang ada di dalam kelas dan nama-nama benda yang dibawa oleh guru dan siswa kedalam kelas.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan dan Perilaku Konsumen terhadap Keputusan Nasabah Open Account Produk Tabungan Simpanan Pelajar iB di Bank Syariah Bukopin KC

Pada penelitian ini dipelajari kemampuan bioreaktor dengan sistem pertumbuhan terlekat pada partikel poliuretan dalam proses degradasi senyawa organik dan amonium yang terkandung

Menurut Heinich, Molenida, dan Russel (1993) berpendapat bahwa teknologi atau media pembelajaran sebagai penerapan ilmiah tentang proses belajar pada manusia dalam

Peningkatan persaingan bisnis di industri penerbangan apabila tidak dilandasi dengan pemahaman tentang layanan berkualitas yang mampu meningkatkan kepuasan pelanggan,

• Dalam hal jumlah calon terpilih yang memperoleh suara terbanyak yang sama lebih dari 1 calon pada desa dengan TPS hanya 1, calon terpilih ditetapkan berdasarkan wilayah

Kondisi saat ini keterdapatan gumuk pasir di wilayah kawasan pariwisata ini sudah mulai menyempit dan tergerus oleh tekanan penduduk yang merambah kawasan yang selama ini

Total rata-rata skor periodontal pada pasien Diabetes melitus adalah 2,69 ± 0,93 dan termasuk status periodontal sedang dibandingkan dengan pa- sien non-Diabetes lebih

Berdasarkan beberapa pemaparan pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa materi yang relevan untuk layanan bimbingan belajar di SMP adalah kegiatan