• Tidak ada hasil yang ditemukan

dkk.,1997; Kay dan Alder, 2005 dalam Marfai dkk.,2011).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "dkk.,1997; Kay dan Alder, 2005 dalam Marfai dkk.,2011)."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kawasan pesisir merupakan suatu wilayah yang mempunyai suatu ekosistem yang khas dan mempunyai sumberdaya alam yang baik. Ekosistem ini ada pada mintakat daratan maupun pada mintakat perairan. Potensi yang sangat besar yang dimiliki oleh wilayah pesisir ini merupakan suatu daya tarik sendiri untuk memfungsikan dengan optimal potensi yang ada tanpa mengindahkan kaidah-kaidah konservasi.

Kawasan pesisir khususnya pada lokasi gumuk pasir Parangtritis menghadapi berbagai tekanan dan perkembangan serta perubahan, melihat hal tersebut membuat semua lapisan mendorong melaksanakan perencanaan dan pengelolaan pesisir sesuai kondisi alamiah dan harus berorientasi pada penyelamatan lingkungan dan ekosistemnya (Marfai dkk., 2011). Interkasi antara proses fisik dan aktivitas manusia di zona pesisir menentukan karakteristik lingkungan pesisir. Diperkirakan bahwa sekitar 38% dari populasi dunia tinggal di daerah tidak lebih dari 10 km dari garis pantai (Cohen dkk.,1997; Kay dan Alder, 2005 dalam Marfai dkk.,2011).

Lingkungan pesisir merupakan suatu kawasan yang spesifik, dinamik, memiliki habitat yang beragam, dan interaksi antarhabitat yang memberikan banyak manfaat baik bagi masyarakat maupun pada pemerintah daerah. Luas lahan pesisir sangat terbatas, namun pada pemanfaatannya semakin lama semakin meningkat, sehingga sering menimbulkan konflik kepentingan antar-sektor (Widodo, 2003). Perkembangan wilayah pesisir yang semakin cepat jika

(2)

tidak di kelolah dengan baik, sesuai dengan fungsi ekosistem yang ada, maka akan berpotensi konflik yang akhirnya permasalahan tersebut perlu adanya penangan yang serius dengan tidak menimbulkan konflik lanjutan.

Bermula pada tahun 1993 wilayah Parangtritis ini pernah ada rencana mendapatkan investor dari PT. Hotel Modern Internusa (HMI) yang kemudian namanya berubah menjadi PT. Awani Modern Indonesia (AMI) untuk mengubah wilayah Parangtritis ini menjadi objek wisata yang bertaraf internasional dengan dunia fantasi yang disertakan dengan fasilitas mewah lainnya seperti golf, villa, dan taman rekreasi anak. Rencana pemerintah ini ditentang oleh berbagai pihak baik dari kalangan aktivis lingkungan maupun dari kalangan akademis, karena Parangtritis mempunyai fenomena keunikan lahan yang tidak didapat di wilayah Indonesia lainnya dan bahkan satu-satunya di Asia Tenggara (Baiquni dan Susilawardani, 2002).

Wilayah Parangtritis bentuklahan yang ada sangat bervariasi dan menarik ditunjukan dengan fenomena karst, pantai, perbukitan, sungai, dataran banjir, gumuk pasir (sand dune). Sebelah selatan berupa lahan pantai serta dengan gumuk pasir bagian pesisirnya sebelah utara berupa dataran bekas laguna dan di sebelah timur berupah perbukitan. Sungai Opak dengan dataran banjir dan gosong pasir (sand bar)nya membatasi Desa Parangtritis pada sisi utara dan barat. Unit-unit fisiografis yang menarik: antara lain Sungai Opak dan dataran banjirnya, pantai dan perbukitan pasir berasal dari Gunungapi yang aktif, dataran bekas laguna berbentuk segi tiga dengan batas fisiografis di sebelah barat berupa aliran Sungai Opak, yang menyerong ke arah baratdaya di sebelah timur dibatasi oleh escarpment Baturagung yang menyerong ke arah tenggara,

(3)

dan di sisi sebelah selatan dibatasi oleh gumuk pasir aeolian. Pegunungan selatan membentang dari ujung timur Parangtritis hingga semenanjung Blambangan di timur.

Kawasan gumuk pasir di wilayah Parangtritis terdapat cukup luas atau juga dikenal dengan istilah “sand dune”, kawasan ini mepunyai luas ± 450 ha (Dartoyo,2014). Daerah ini terletak di pesisir Yogyakarta. Gumuk pasir ini merupakan bentanglahan yang langka, unik dan indah merupakan warisan satu-satunya di Asia Tenggara (Suryanti dkk, dalam PSBA, 2010). Gumuk pasir tersebut merupakan tipe barkhan yang umumnya terbentuk di daerah kering, namun di wilayah pesisir Parangtritis dapat terbentuk padahal di daerah Parangtrtis ini beriklim tropis. Berdasarkan kelangkaan itulah bentanglahan gumuk pasir ini harus di jaga kelestariannya.

Kawasan gumuk pasir saat ini digunakan sebagai lahan penelitian, tempat manasik haji, dan di beberapa sisinya didirikan pemukiman (Suryanti dkk, dalam PSBA, 2010). Sebenarnya jika dilihat dari segi geomorfologi daerah ini adalah sebagai kawasan lindung karena merupakan bentuklahan yang langka. Keterdapatan gumuk pasir ini tidak lepas dari masalah yang mengancam kelangsungan bentuklahan ini. Pendirian pemukiman liar dan perubahan penggunaan lahan ke lahan pertanian, serta peternakan di sekitar gumuk pasir adalah suatu ancaman yang paling mengancam. Adanya pemukiman dan perubahan penggunaan lahan ke lahan pertanian, serta peternakan di sekitar gumuk, maka tiupan pasir akan terhalang dan proses pengangkutan pasir lepas sebagai pasokan gumuk pasir akan terhambat, yang lama kelamaan gumuk pasir khususnya pada tipe barkhan hanya tinggal cerita.

(4)

Kondisi saat ini keterdapatan gumuk pasir di wilayah kawasan pariwisata ini sudah mulai menyempit dan tergerus oleh tekanan penduduk yang merambah kawasan yang selama ini merupakan jalur utama arus angin (Susmayadi dkk, dalam PSBA 2010), baik itu dengan pendirian pemukiman, perubahan penggunaan lahan menjadi lahan pertanian dan penggunaan lahan untuk peternakan, maka dari itu peneliti ingin meneliti bagaimana pengelolaan lahan gumuk pasir tersebut terkait eksistensi keberadaan gumuk pasir (sand dune) di wilayah tersebut. Selain itu juga peneliti ingin mengevaluasi bagaimana konservasi, status lahan, potensi bencana akibat aktivitas manusia dan ekonomi masyarakat yang telah dilakukan di kawasan gumuk pasir ini, sehingga dengan begitu lahan gumuk pasir dapat di optimalisasikan potensinya untuk tercapainya pengelolaan gumuk pasir yang pertisifatip dan berkelanjutan.

1.2 Rumusan masalah

Perkembangan penggunaan lahan kawasan gumuk pasir Parangtritis ini mengancam kehadiran gumuk pasir dengan tipe barkhan yang langka dan merupakan satu-satunya di Asia Tenggara. Perencanaan tata ruang seharusnya memiliki keberpihakan kepada fungsi lahan sesunggunya dan diarahkan agar dapat mengoptimalkan potensi lahan dengan pembangunan yang partisipatif dan berkelanjutan. Perkembangan senyatanya saat ini pada lahan kawasan gumuk pasir ini berlangsung kebalikannya, konversi lahan terus berlanjut, perencanaan tata ruang belum sepenuhnya berpihak pada kelestarian lahan, sehingga jika hal ini terus dibiarkan keberadaan gumuk pasir dengan tipe barkhan yang langka dan merupakan satu-satunya di Asia Tenggara akan hilang dengan sendirinya.

(5)

Permasalahan lain yang terjadi dalam perkembangan pengelolaan lahan gumuk pasir Parangtritis ini penggunaan lahan yang tidak mengacuh pada fungsi ekosistem lahan. Lahan yang seharusnya menjadi cagar alam karena adanya perbadaan persepsi, kemudian terjadi perbedaan pengolaan lahan, setelah itu karena lahan ini merupakan lahan gersang membuat masyarakat melakukan konversi lahan dengan dalih pemanfaatan, guna memenuhi kebutuhan hidup mereka padahal jika lahan ini dimanfaatkan dengan benar tampa konversi lahan akan sangat cukup untuk meningkatkan pendapatan dalam pemenuhan kebutuhan hidup mereka.

Pemanfaatan potensi lahan gumuk pasir khususnya untuk pariwisata dapat optimal dan lestari apabila arahan pemanfaatan lahan dilakukan dengan baik, bijak dan memperhatikan potensi serta kesesuaian lahan berdasarkan arah yang akan dimanfaatkan. Berdasarkan hal tersebut, maka sangat penting dilakukan penelitian untuk menganalisis potensi dengan evaluasi kesesuaian lahan, menggali persepsi masyarakat terhadap gumuk pasir untuk menetukan arah pemanfaatan lahan dan cara optimalisasi potensi lahan lahan gumuk pasir untuk pariwisata. Melihat dari uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian seperti berikut ini:

1. Seberapa besar potensi lahan gumuk pasir terkait kegiatan pembangunan kawasan pariwisata Parangtritis khususnya pada lahan gumuk pasir?

2. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap manfaat kawasan gumuk pasir Parangtritis?

3. Bagaimana arah pemanfaatan potensi lahan gumuk pasir untuk pariwisata di kawasan Parangtritis?

(6)

4. Bagaimana cara optimalisasi potensi lahan gumuk pasir untuk pariwisata di kawasan Parangtritis?

1.3 Keaslian Penelitian

Peneliti menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil pekerjaan peneliti sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu lembaga perguruan tinggi dan lembaga pedidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum/tidak diterbitkan sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.

Gambaran seberapa jauh keaslian dari penelitian ini, berikut peneliti tampilkan beberapa penelitian yang sejauh ini peneliti ketahui, pernah dilakukan oleh peneliti lain dengan tema tertera pada tabel 1.1:

Tabel. 1.1

Penelitian Yang Pernah Dilakukan Sebelumnya

NO JUDUL PENELITI Metode Hasil Penelitian

1. Model Spasial Ekologis Untuk Optimalisasi Penggunaan Lahan Tanaman Jagung (Zea mays L) Di Kabupaten Pohuato Provinsi Gorontalo Disertasi Pascasarjana UGM Oleh: Fitria S. Bagu 2012 Metode penelitian deskriptif kualitatif Hasil penelitian:

1. Peta optimalisasi lahan

2. Total luas lahan optimal sedang dan rendah

3. Upaya yang dapat dilakukan untuk optimalisasi melalui strategi: a) mencari satuan lahan dengan kombinasi lahan tegalan dan lahan sawah tadah hujan yang menjamin tersedianya lahan.; b) mencari kombinasi penggunaan lahan yang mampu menghasilkan produksi dengan kategori optimalisasi lahan; c) mencari kombinasi penggunaan lahan yang menjamin ketersedianya luasan lahan kategori optimalisasi.

2. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Wisata Pantai Depok Parangtritis Kretek Bantul

Tesis Sekolah Pascasarjana UGM Oleh: Ahmad Nawawi 2011 Metode penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi

Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wisata pantai depok terlihat pada:

1. Pendirian koperasi 45 Pantai Depok dengan anggota masyarakat sekitar Depok yang kemudian terlibat dalan

(7)

penyediaan jasa di wilayah Pantai Depok.

2. Ikut menjaga lingkungan dengan pengolaan sampah, limbah cair, daur ulang sampah, pengolaan air bersih, dan evaluasi lingkungan.

3. Menjaga keamanan 3. Kajian Indikator

Pariwisata Berkelanjutan Di kawasan Wisata Pantai Parangtritis Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Tesis Sekolah Pascasarjana UGM Oleh: Popi Irawan 2010 Metode penelitian deskriptif dengan teknik studi pustaka, observasi dan dokumentasi, survei serta wawancara.

Aspek-aspek untuk membangun

pariwisata berkelanjutan yaitu aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. Indikator utama ekonomi, kepuasan wisatawan, musim kunjungan wisata, keuntungan ekonomi bagi destinasi dan masyarakat sekitar, serta yang terakhir adalah kepuasan masyarakat sekitar kawasan dengan kegiatan pariwisata. 4. Penaksiran Multirisiko bancana di wilayah kepesisiran Parangtritis Laporan Hasil Penelitian Pusat Studi bancana UGM Oleh: TIM PSBA UGM 2009 Metode penelitian deskriptif kualitatif dengan analisis terpadu yang menggunakan rumus R= f(H, V, C)

1. Adanya Peta Multi bahaya, Peta Multi Rawan, dan multirisiko bencana.

2. Masyarakat memahami berbagai macam potensi bencana. 3. Terbentuknya sistem koordinasi

pengurangan multirisiko bencana. 5. Gumuk pasir Parangtritis

konversi versus konservasi ( sebuah tinjauan penggunaan lahan dengan model dinamik) Jurnal Teknologi Lingkungan, P3TL-BPPT Jakarta. Oleh : Lestario Widodo 2003 Metode penelitian deskriptif dengan teknik, studi pustaka, dokumentasi dan observasi.

Membuat skenario kompromi untuk pelestarian sekaligus pemanfaatan secara berkelanjutan terhadap gumuk pasir dapat tercapai maka diperlukan

keseimbangan model yang dalam hal ini apabila parameter laju penambahan wilayah gumuk jumlahnya mendekati dengan parameter pengurangan lahan. Pengendalian wilayah gumuk pasir, sesuai fungsi waktu wilayah gumuk pasir mengalami perkembangan yang relatif konstan, dalam arti tercapainya pelestarian gumuk pasir pada tingkat kondisi tertentu, serta tersedia ruang wilayah yang dapat digunakan oleh program konversi lahan, baik untuk perumahan, pertanian maupun untuk penambangan pasir secara terbatas. 6. Aplikasi sistem informasi

geografi (SIG) untuk penataan kawasan pantai Kasus pantai parangtritis dan sekitarnya Jurnal Teknologi Lingkungan, P3TL-BPPT Jakarta. Oleh : Mardi Wibowo 2001 Metode Analisis menggunakan

manipulasi data digital, analisis deskriptif, kuantititatif dan asumtif.

Model pengelolaan lingkungan dengan Teknologi SIG di Pantai Parangtritis dan sekitarnya ini diarahkan berdasarkan prioritas sebagai berikut :

1. Pelestarian kawasan lindung (hutan, sempadan pantai & sungai, budaya). 2. Konservasi lahan pertanian yang

(8)

produktif dan subur (baik lahan basah maupu kering).

3. Konservasi lahan yang berpotensi untuk wisata alam dan pendidikan.

4. Pengembangan kawasan Untuk

Perikanan Laut dan Darat.

5. Intensifikasi lokasi pemukiman, jasa, pembangunan 7. Arahan Pengembangan Pariwisata Berdasarkan Identifikasi Karakteristik Wisatawan Dan Keinginan Pengusaha Pariwisata (Studi Kasus: Kawasan Pariwisata Parangtritis Kabupaten Dati II Bantul)

Thesis Regional and City Planning ITB Oleh : Supriyanto Widodo 1999 Metode penelitian deskriptif kualitatif melalui wawancara secara langsung terhadap responden dan data sekunder

1. Pengembangan jenis objek dan daya tarik wisata;

2. Pembangunan tempat parkir; 3. Penataan bangunan;

4. Meningkatkan informasi dan promosi; 5. Kebijaksanaan untuk mempergunakan

tenaga kerja lokal;

6. Pembinaan terhadap masyarakat dan pengusaha/pengelola lokal;

7. Pembangunan sarana dan prasarana.

1.4 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis potensi lahan gumuk pasir terkait kegiatan pembangunan kawasan pariwisata Parangtritis khususnya pada lahan gumuk pasir.

2. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap manfaat kawasan gumuk pasir Parangtritis.

3. Menentukan arah pemanfaatan potensi lahan gumuk pasir untuk pariwisata di kawasan Parangtritis.

4. Mengatahui cara optimalisasi potensi lahan gumuk pasir untuk pariwisata di kawasan Parangtritis

1.5 Manfaat penelitian

1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Pemerintah daerah sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan perencanaan tata ruang

(9)

kawasan pariwisata khususnya pada penataan penggunaan lahan kawasan gumuk pasir dan dapat mengoptimalisasikan segala potensi yang ada, yang diharapkan nantinya eksistensi gumuk pasir ini tetap lestari dan menjadi kebanggaan serta dapat meningkatkan ekonomi masyarakat yang ada di wilayah pariwisata Parangtritis.

2. Bagi masyarakat

Bagi masyarakat dapat dimanfaatkan dalam upaya mendapatkan informasi tentang penataan dan pelestarian lingkungan, terutama penataan kawasan gumuk pasir dengan memperhatikan kondisi gumuk pasir agar kelestariannya dapat terkondisikan dengan baik sesuai dengan kaidah konservasi, serta menghilangkan anggapan bahwa jika masayarakat melakukan konservasi terhadap lahan gumuk pasir ini akan mengurangi penghasilan, padahal yang sebenarnya dengan adanya konservasi terhadap lahan ini akan menjaga dan bahkan akan meningkatkan pendapatan masyarakat karena keunikan lahan tersebut.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Bagi pengembangan ilmu pengetahuan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang konservasi untuk mengoptimalisasikan potensi lahan serta strategi pengelolaan lahan dan perencanaan tata ruang kawasan pariwisata.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian sangat dibutuhkan cara atau media yang harus diinformasikan kepada para siswa tentang teknik pembuatan presentasi yang interaktif dan lebih menarik salah satunya

Pasal 3 : Hasil rumusan dari anggota Tim Perumus Program Pelaksanaan Kegiatan 2001– 2002 Sangha Theravãda Indonesia, dan Rancangan Anggaran Kebutuhan Biaya Tahun 2001–2002,

Dari 15 responden pendaki gunung wanita, menemukan bahwa terdapat perbedaan denyut jantung, rating of perceived exertion, dan ketidaknyamanan yang signifikan

(1) Apabila cedera yang diuraikan dalam Pasal 2 merupakan sebab langsung dari kematian Tertanggung dalam jangka waktu 365 hari sejak tanggal terjadinya

Ia bisa melayani masyarakat dengan semaksimal mungkin, karena ikhlas maka ia akan menikmati dan bahagia dalam tupoksinya sebagai pelindung dan pelayan masyarakat,” jelas

Marshall Quotient nya akan semakin menurun, sehingga campurannya akan mengalami bleeding. Dari grafik hubungan kadar aspal dengan karakteristik Marshall Test dapat diketahui

Berdasarkan tabel di atas, responden yang memilih sangat tidak setuju prosentase terbesar adalah 54,2% untuk item pernyataan “Tidak mampu menghargai pendapat orang lain

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian adalah observasi, interview dan dokumentasi.Kesimpulan dari penelitian adalah harga pokok penjualan menggunakan metode FIFO