1
PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM HUKUM DAN PERADILAN DI INDONESIA Kelas XI
Dwi Budiningtyas, S.H SMA Negeri 1 Rasau Jaya
[email protected] Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS1 SMA Negeri 1 Rasau Jaya Tahun pelajaran 2019/2020 pada materi Sistem Hukum dan Peradilan di Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan kelas (PTK). Sedangkan subyek penelitian yaitu siswa kelas XI IPS 1 yang terdiri dari 30 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan 2 kali pertemuan dalam setiap siklusnya. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Pada siklus pertama dan kedua membahas materi pokok sistem Hukum dan Peradilan di Indonesia. Teknik dalam pengumpulan data menggunakan metode observasi, kuesioner/angket, dan tes tertulis. Sedangkan data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 mulai dari pratindakan, siklus I dan siklus II, yaitu 40% siswa tuntas pada tahap pratindakan. Setelah tahap tindakan dengan penerapan model problem based Learning (PBL) maka hasil belajar atau ketuntasan siswa meningkat menjadi 70% pada siklus I, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 93,33%, sehingga dengan penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) jumlah siswa yang mencapai KKM pada materi Sistem Hukum dan Peradilan di Indonesia sebanyak 28 orang (93,33%). Maka simpulan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 pada materi sistem hukum dan peradilan di Indonesia.
Kata kunci: Penelitian Tindakan kelas, Problem Based Learning (PBL). Hasil Belajar.
Abstract
This research concern to improve student learning by class of XI IPS In SMA Negeri 1 Rasau Jaya 2019/2020 on Subject of legal and judicial system by using Problem-Based Model (PBL) in Indonesia. This research concern on classroom action research (CAR). These subjects were from class of xi Ips 1 that have 30 students.
This research is taken in 2 cycles that have 2 meeting in each cycle. Each cycle has 4 steps that are strategy, the implementation of act, observation and reflection. First and second cycle discussed main subject of legal and judicial system in Indonesia. The instruments of collecting data used by observation, questionnaire and written test. Beside of that, the writer used the data analysis as a descriptive.
The result of this research shows that the implementation Problem-Based Learning Model (PBL) can improve student learning outcomes in class of xi Ips 1. Its start from pre-action, first cycle and second cycle that 40% students passed by implementation steps. After act step that used implementation of Problem-Based Learning model (PBL), then the result of student learning increase to 70% by first cycle and in second cycle become 93,33%. So, with this learning model the number of students got passing grade/ complete score (KKM) in subject of legal and judicial system in Indonesia were 28 students (93,33%). In conclusion, the research of implementation learning Problem-Based Learning model (PBL) can improve student learning outcomes by class of XI IPS 1 that used subject of legal and judicial system in Indonesia.
2 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal
yang sangat penting dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagai upaya
untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) dalam arti dapat
menguasai ilmu pengetahuan, memiliki
keterampilan yang digunakan demi
kelangsungan hidupnya, serta menguasai
teknologi sesuai dengan perkembangan
zaman yang tentunya berguna bagi diri
sendiri maupun bagi bangsa, di mana
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi selalu berkembang sehingga
kita harus berpacu
agar tidak ketinggalan zaman. Berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usahasadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.
Di dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa : “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Ayat(2) berbunyi : “ Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayai”. Berdasarkan pasal 31 UUD NRI 1945 ini, negara memiliki dua kewajiban yaitu; menyelenggarakan pendidikan bagi
setiap warga negara, dan membiayai
pendidikan bagi warga negara.
Menyelenggarakan pendidikan berarti Negara harus menyediakan sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar. Membiayai pendidikan maksudnya adalah bahwa negara harus menyiapkan atau menyediakan anggaran khusus pendidikan supaya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan pendidik, sekolah, sarana dan prasarana bisa terealisasi sehingga pendidikan formal dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan Negara Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD Negara republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat.
Apabila kita telaah berdasarkan tujuan Negara Indonesia salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, ini artinya pendidikan dipandang sangat penting bagi Negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan pendidikan maka bangsa akan menjadi cerdas, memiliki pengetahuan di segala aspek kehidupan, serta memiliki daya saing di dunia internasional.
Namun jika kita lihat kondisi pendidikan di Indonesia ternyata masih sangat rendah dibandingkan dengan pendidikan di Negara lain. Perkembangan pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari tanggung jawab semua pihak, baik pemerintah maupun partisipasi masyarakat. Pendidikan yang baik tentu akan melahirkan generasi-generasi yang cerdas dan terampil serta memiliki karakter kepribadian
3 Pancasila, sehingga mampu mengikuti perkembangan IPTEK dan kualitas pendidikan akan semakin maju.
Di Indonesia masih banyak yang harus dibenahi berkaitan dengan mutu pendidikan. Salah satunya adalah cara guru mengajar. Dalam mengajar guru masih sangat berperan aktif atau berpusat pada guru dan menjadi subjek pembelajaran (Santoso, 2013: 54). Kondisi ini membuat siswa tidak leluasa memanfaatkan kemampuan yang dimiliki. Guru harus inovatif menggunakan seni mengajar situasi dengan mengubah gaya mengajar, menggunakan media pembelajaran atau mengubah pola interaksi dengan maksud menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan (Marno dan Idris, 2010: 141). Di sini, sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan anak bangsa yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan NKRI. Upaya yang dapat dilakukan adalah menyelenggarakan program pendidikan yang memberikan berbagai kemampuan sebagai seorang warga negara melalui berbagai mata pelajaran termasuk Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Guru merupakan sosok yang bertanggung jawab atas keberhasilan siswanya dalam menerima dan memahami materi pembelajaran. Walaupun bukan satu-satunya yang bertanggung jawab, akan tetapi gurulah yang dapat mentransformasikan materi pembelajaran PPKn kepada siswa dan berupaya sebaik mungkin bagaimana caranya agar siswa dapat mengembangkan ilmunya
dalam kehidupan sehari-hari. Baik atau tidakanya proses pembelajaran dalam kelas tergantung dari kemampuan setiap guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar secara profesional, dan kemampuan guru dalam mengelola kelas agar belajar menjadi menyenangkan dan berlangsung secara inter aktif. Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan hasil belajar yang dicapai siswa.
Dari pengalaman peneliti, beberapa
hal yang menjadi hambatan dan kendala
dalam pembelajaran adalah : (1) siswa
terlalu pasif dan kurang aktif, contoh
siswa malas dan enggan bertanya
sehingga guru tidak dapat melihat
tingkat pemahaman siswa dan sulit
memprediksi sejauh mana pemahaman
nya
terhadap
materi
yang
telah
diajarkan. (2) siswa tidak berani menjawab
pertanyaan dari guru atau pun teman sejawatnya (3) siswa tidak mengikuti perkembangan infomasi dari sumber belajar selain buku, sehingga terlihat kurangnya infomasi tentang bahan ajar yang disampaikan guru yang berdampak pada rendahnya hasil belajar. Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa rendah disebabkan kurangnya aktifitas siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Oleh sebab itu, melalui penelitian ini peneliti berusaha untuk memperbaiki proses pembelajaran yang4 berbasis aktifitas sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Kondisi rendahnya hasil belajar siswa dalam materi Sistem Hukum dan Peradilan di Indonesia tercermin juga dalam hasil belajar pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Rasau Jaya. Hal itu dapat diketahui dari rata-rata nilai harian pada tiga kali ulangan harian yang diadakan guru dengan kompetensi dasar Mencermati Sistem Peradilan di Indonesia menunjukkan rata-rata kurang dari nilai 75. Dari ulangan harian yang pernah dilakukan, lebih dari 60 % siswa mendapatkan nilai dibawah 75,00. Angka-angka tersebut dapat diartikan, bahwa pemahaman terhadap mata pelajaran PPKn relatif rendah. Dengan kata lain, pemahaman siswa SMA Negeri 1 Rasau Jaya terhadap mata pelajaran PPKn yang diajarkan baru tercapai sekitar 40 persen. Dari uraian di atas muncul kerangka pemikiran bahwa rendahnya nilai pelajaran PPKn dikarenakan siswa kurang memahami konsep Sistem Hukum dan Peradilan di Indonesia yang selama ini hanya diajarkan guru melalui metode ceramah dan tanya jawab searah dan masih berpusat pada guru.
Oleh sebab itu salah satu cara untuk mengatasi
hal tersebut adalah pelaksanaan kegiatan
tindak lanjut berupa pembelajaran dengan
menerapkan model Problem Based Leaning
(PBL). Hal itu dimaksudkan agar siswa dapat
lebih mudah memahami dan menerima materi
yang disampaikan guru sehingga siswa akan
lebih memahami konsep Sistem Hukum dan
Peradilan di Indonesia yang dipelajarinya.
Dengan adanya pemahaman konsep tersebut
maka akan dapat membantu
meningkatkan pemahaman siswa sehingga dapat mengatasi rendahnya hasil belajar.Pada model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa akan dibentuk menjadi beberapa kelompok dan siswa saling bekerja sama untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran. Dalam penerapan model pembelajaran ini dapat membantu siswa lebih aktif dalam menggali informasi dari berbagai sumber belajar untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
B.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam materi Sistem Hukum dan Peradilan di Indonesia melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL) bagi peserta didik kelas XI IPS-1 semester I Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Rasau Jaya tahun pelajaran 2019/2020.
KAJIAN PUSTAKA 1.Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang panjamg . Proses belajar terjadi dalam setiap individu yang pada akhirnya proses belajar tersebut dapat membentuk karakter dan kepribadian seseorang. Proses belajar seseorang tidak sama, namun proses belajar dapat dilihat dari adanya suatu perubahan. Seberapa besar perubahan itu dapat dicapai atau berhasil tidaknya seorang siswa mencapai tujuan dalam belajarnya dapat dilihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar dapat dikatakan sebagai hasil akhir dari
5 proses belajar mengajar di kelas serta merupakan perwujudan dari kemampuan setiap siswa untuk merealisasikan kemampuan dirinya secara optimal setelah
menerima pelajaran.
Menurut Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor”.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:3) “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku setelah melalui suatu proses interaksi yaitu proses belajar mengajar. Melalui proses belajar yang dilakukan akan diberikan suatu evaluasi atau penilaian. Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Dengan demikian hasil belajar merupakan suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar dari aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif sebagai perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman
keterampilan dan nilai sikap menurut kemampuan siswa dalam perubahan baru. Dalam proses belajar mengajar siswa merupakan masalah utama karena yang
diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang diprogramkan didalam kurikulum.
2. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran berbasis masalah atau dikenal dengan istilah problem based learning (PBL) adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana siswa dapat memecahkan masalah dengan menggali informasi dari berbagai sumber belajar dan pengalaman. Model pembelajaran PBL atau pembelajaran berbasis masalah Menurut Ni Made adalah “pembelajaran yang mengajarkan siswa bagaimana menggunakan konsep dan proses interaksi untuk menilai apa yang mereka ketahui, mengidentifikasi apa yang ingin diketahui, mengumpulkan informasi dan secara kolaborasi mengevaluasi hipotesisnya berdasarkan data yang telah dikumpulkan”. (2008:76).
Dari Pengertian tersebut berarti bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang diterapkan dapat membantu siswa untuk belajar menggunakan konsep yang mereka pahami dan dapat mengumpulkan informasi seluas –luasnya. Dalam model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa bekerjasama dan berkolaborasi dalam menggali dan mengumpulkan informasi serta menemukan hipotesis permasalahan untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang sedang dibahas.
6 b. Langkah-langkah pembelajaran Model
Problem Based Learning (PBL)
Menurut Mohammad Nur (Rusmono, 2014:81) langkah-langkah atau Sintak pembelajaran model Problem Based Learning adalah sebagai berikut :
1) Tahap 1 : Mengorientasiikan siswa kepada masalah.
2) Tahap 2 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
3) Tahap 3 : Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
4) Tahap 4: Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta pameran
5) Tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Mohammad Nur mengenai langkah – langkah pembelajaran , maka penulis dapat menyimpulkan langkah-langkah atau sintaks dalam penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL ) yaitu:
1) Pengenalan masalah kepada siswa berdasarkan materi yang diajarkan. Guru memberikan suatu masalah atau kasus nyata yang sesuai dengan materi ajar. 2) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok
untuk melakukan diskusi dalam menyelesaian masalah yang dihadapi. 3) Guru membantu siswa dalam
masing-masing kelompok untuk mengadakan penyelidikan secara mandiri dengan cara
memberikan gambaran atau ilustrasi tentang masalah yang dibahas.
4) Siswa mempresentasikan hasil analisis kelompoknya kepada kelompok yang lain di depan kelas.
5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi mengenai hasil analisis yang dilakukan oleh siswa.
c.Kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Secara umum terdapat kelebihan serta kekurangan dalam setiap model pembelajaran, demikian halnya dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran Berbasis masalah (PBM). Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran berdasarkan masalah menurut Warsono dan Hariyanto (2013) adalah sebagai berikut:
1) Kelebihan Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning), yaitu:
a) Peserta didik akan terbiasa menghadapi dan merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah, tidak hanya terkait dengan pembelajaran di kelas tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
b) memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa dengan teman-teman sekelompok kemudian berdiskusi ndengan tema-teman sekelasnya.
c) makin mengakrabkan pendidik dengan peserta didik.
7 d) membiasakan peserta didik dalam menerapkan metode eksperimen.
2) Kelemahan dari Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut :
a) Tidak banyak pendidik yang mampu mengantarkan peserta didik kepada pemecahan masalah.
b) seringkali memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang panjang.
c) Aktivitas peserta didik yang dilaksanakan di luar kelas sulit dipantau oleh pendidik. Meskipun model pembelajaran PBL
memiliki kelemahan, namun jika dilihat dari kelebihannya, maka model PBL ini dapat meningkatkan daya pikir kritis peserta didik dalam memecahkan suatu masalah.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua (2) siklus. Masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Desain penelitian ini menggunakan model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (Mc.Taggart, 1983:4) sebagaimana ditunjukakkan pada gambar 1, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (actuating), (3) pengamatan, dan (4) refleksi (reflecting).
Gambar 1. Desain penelitian tindakan kelas mengadopsi Model Spiral Kemmis dan Taggart
(Wiriatmadja, 2012:66)
Dalam penelitian ini meklibatkan seorang kolaborator yaitu guru PPKn yang mengajar di SMA Negeri 1 Rasau Jaya. Kolaborator bertugas membantu peneliti dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model problem based learning (PBL) dan melakukan observasi terhadap siswa pada saat pembelajaran.
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan Oktober sampai dengan akhir oktober 2019. Hal tersebut disesuaikan dengan jadwal materi penelitian yaitu Sistem Hukum dan Peradilan di Indonesia yang disampaikan pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020. Tempat penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Rasau Jaya yang beralamat di Jalan Pendidikan no. 6 Rasau Jaya Satu.
8 Subyek Penelitian
Yang menjadi subyek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI IPS-1 SMA Negeri 1 Rasau Jaya pada semester ganjil Tahun pelajaran 2019/2020 yang terdiri atas 30 siswa.
Prosedur penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning yang terdiri dari 2 siklus. Siklus pertama dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, demikian juga dengan siklus kedua yakni 2 kali pertemuan.
Berikut ini adalah tahapan penelitian yang dilaksanakan di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Rasau Jaya Tahun pelajaran 2019/2020, yaitu tahap Perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada tahap perencanaan,disusun rancangan-rancangan yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Perencanaan tindakan terdiri dari membuat lembar observasi untuk melihat suasana pembelajaran, aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), menyiapkan jadwal pembelajaran model PBL, RPP, perangkat pembelajaran PBL, media pembelajaran yang digunakan, serta memberi sosialisasi pembelajaran PBL kepada siswa, membuat analisa hasil ulangan harian setiap siklus, untuk melihat apakah siswa kelas XI IPS-1 dalam proses belajar mengajar ada peningkatan penguasaan materi Sistem
Hukum dan Peradilan di Indonesia melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan menganalisis hasil belajar siswa.
Pada tahap Pelaksanaan / tindakan, guru melaksanakan tindakan kelas dengan strategi pembelajaran cara belajar siswa aktif melalui optimalisasi model PBL yang diterapkan dengan tugas kelompok menggunakan bantuan berbagai media. Tugas
yang telah dilakukan kemudian
dipresentasikan di depan kelas, disini guru berperan sebagai fasilitator yang memberi penguat dan simpulan untuk kejelasan materi Sistem Hukum dan Peradilan di Indonesia. Pada tahap observasi yang dilakukan peneliti dan kolaborator untuk mengumpulkan data dan informasi dari beberapa sumber untuk mengetahui seberapa jauh efektifitas dari tindakan yang dilakukan. Observasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan dengan menggunakan model problem based learning. Tahap refleksi adalah kegiatan yang mengulas secara kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadi padas iswa, suasana kelas dan guru. Guru merefleksi capaian hasil belajar siswa sebelum dan sesudah tindakan kemudian merumuskan keberhasilan maupun kekurangannya untuk ditindaklanjuti dengan langkah-langkah program berikutnya berupa
penyempurnaan dan pengembangan
pembelajaran.
9 Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif merupakan data yang diperoleh berdasarkan observasi atau pengamatan proses pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning. Sedangkan analisis data kuantitatif yaitu dengan melakukan pre-test dan post- tes untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi dan tes, serta angket/kuesioner.
Sedangkan teknik analisis data dalam Penelitian tindakan kelas ini bersifat deskriptif analitis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prosedur penelitian yang digunakan peneliti adalah prosedur penelitian tindakan kelas dari Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi,dan refleksi. Pada setiap tahapan kegiatan, peneliti melakukan bersama-sama dengan kolaborator yaitu guru PPKn. Kolaborator berperan sebagai tim dalam penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL). Selain itu bertugas membantu melakukan pengamatan dalam proses pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan sebanyak dua (2) siklus yang dimulai sejak tanggal 10 Oktober 2019 sampai dengan tanggal 31 Oktober 2019.
Dalam penelitian ini diperoleh data awal setelah peneliti melakukan observasi dan tes pada pratindakan. Berdasarkan hasil pratindakan tersebut terdapat permasalahan pada kelas XI IPS 1 dalam pembelajaran PPKn pada materi Sistem Hukum dan Peradilan di Indonesia. Permasalahan tersebut yaitu masih rendahnya hasil belajar siswa sekitar 60% belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 75.00. Persoalan ini harus segera diatasi agar hasil belajar dapat meningkat.
Berdasarkan data pratindakan tersebut, maka dilaksanakan tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran problem Based Learning pada siklus I dan Siklus II..
Berikut ini merupakan deskripsi hasil penelitian yang diperoleh selama peneliti
melaksanakan penelitian dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.
Deskripsi Siiklus I dan Siklus II
Setelah peneliti melaksanakan tindakan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning, maka dapat diketahui hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 sebagaimana tertera pada table berikut ini :
Tabel 1. Hasil Belajar siswa Setiap Siklus. Tahapan Nilai
Rata-rata Hasil Belajar Persentase pencpaian KKM (%) Pratindakan 69,50 40 % Siklus I 75,66 70 % Siklus II 81,66 93,33 %
10 Berdasarkan tabel tersebut, dapat kita lihat bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa mulai dari masa pratindakan sampai pada pelaksanaan tindakan dari siklus I dan siklus II. Pada pratindakan nilai belajar siswa rata-rata 69,50, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar tersebut masih belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh SMA Negeri 1 Rasau Jaya yaitu 75.00. Karena pada pratindakan hasil belajar siswa masih sangat rendah maka dilaksanakanlah penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa menjadi 75,66. Pencapaian hasil belajar siswa pada siklus I tersebut jika dilihat dari nilai rata-ratanya telah mencapai KKM yaitu ≥ 75,00, namun berdasarkan persentase pencapaian KKM belum optimal karena masih ada beberapa siswa yang belum tuntas. Oleh sebab itu peneliti bersama guru kolaborator merasa perlu melakukan tindakan berikutnya untuk meningkatkan lagi hasil belajar siswa yakni siklus II. Pada siklus II dapat kita lihat nilai hasil belajar meningkat lagi mencapai 81,66.
Jika kita perhatikan dari hasil belajar siswa tersebut mengalami peningkatan meskipun tidak terlalu signifikan. Terjadinya peningkatan hasil belajar siswa ini juga disebabkan bertambahnya jumlah siswa yang mencapai KKM, dimana pada saat dilakukan pratindakan, siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) berjumlah 12 orang atau 40% dari jumlah siswa yaitu 30
orang. Setelah dilakukan pelaksanaan tindakan pada siklus I maka hasil belajar siswa meningkat menjadi 75,66 atau 70% yang telah mencapai KKM, dan pada siklus II hasil belajar meningkat lagi mencapai rata-rata kelas 81,66 atau 93,33% dari jumlah siswa.
Pembahasan
Pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL) pada materi Sistem Hukum dan Peradilan di Indonesia selama penelitian tindakan kelas dapat dikatakan berjalan lancar, meskipun ada sedikit kendala namun dapat di atasi. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based learning (PBL) dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem Hukum dan Peradilan di Indonesia terlaksana dengan baik dan melalui adanya perbaikan-perbaikan dalam setiap siklusnya sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pembelajaran yang telah dilakukan terdapat dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari lima tahapan pembelajaran PBL. Proses pembelajaran diawali dengan penjelasan guru terhadap tujuan pembelajaran dengan model Problem Based Learning. Guru juga menjelaskan aktivitas yang dilakukan guru dan siswa. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok. Masing –masing kelompok diberikan kasus yang berbeda atau masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran. Dalam kegiatan diskusi kelompok, guru membimbing siswa dalam
11 menggali informasi untuk memecahkan masalah. Dalam pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator, dibantu oleh guru lain sebagai kolaborator.
Dari keseluruhan kegiatan, baik dari pratindakan kemudian pelaksanaan tindakan siklus I maupun palaksanaan siklus II telah diadakan evaluai belajar. Pada kegiatan pratindakan hasil dari evaluasi belajar yang diadakan adalah 69,50. Kemudian pada pelaksanaan tindakan siklus I, hasil belajar siswa mengalami kenaikan yaitu rata-rata kelas 75,66. Setelah pelaksanaan tindakan siklus I sebenarnya sudah mencapai KKM yaitu ≥ 75,00, namun peneliti dan guru kolaborator berpendapat bahwa hasil belajar siswa masih dapat ditingkatkan. Oleh sebab itu diadakan pelaksanaan tindakan siklus II agar pemahaman dan hasil belajar siswa lebih meningkat lagi. Dan akhirnya pada pelaksanaan tindakan siklus II , hasil belajar siswa meningkat lagi mencapai 81,66. Hal ini menggambarkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL berjalan lancar sebagaimana yang diharapkan, dan dapat membantu siswa bernalar kritis, dan memacu motivasi belajarnya sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapi dan
dapat mengembangkan seluruh
kemampuannya.
Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi beberapa aspek diantaranya guru, siswa, evaluasi, media pembelajaran dan suasana lingkungan belajar di sekolah. Apabila semua aspek terpenuhi dengan baik maka proses belajar mengajar akan berhasil
dan berjalan dengan baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pada abad 21 ini pembelajaran juga harus disesuaikan dengan kemajuan IPTEK. Guru dan siswa diharapkan dapat menggunakan teknologi untuk menunjang pembelajaran agar lebih efektif.
Sedangkan indikator keberhasilan belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106) di antaranya adalah (1) daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok, dan (2) perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa keberhasilan belajar ditentukan dari hasil atau nilai evaluasi belajar yang dilaksanakan, semakin tinggi nilai pseserta didik maka daya serap atau pemahaman terhadap materi juga semakin tinggi dan dapat dikatakan berhasil dalam belajar.
Pada pembelajaran dengan menggunakan model PBL ini siswa dibentuk menjadi 6 kelompok. Masing-masing kelompok dibagi secara heterogen agar semua anggota kelompok dapat berpartisipasi aktif dalam mencari pengalaman belajar, menggali informasi, aktif membaca dari segala sumber belajar baik melalui buku maupun internet dalam mencari solusi pemecahan masalah. Siswa juga dapat saling
12 berdiskusi dan bertukar informasi terkait dengan materi pembelajaran.
Dalam pembelajaran menggunakan model problem based learning ini siswa dapat lebih mengeksplor kemampuannya secara kognitif maupun keterampilan berfikir kritis, menyampaikan pendapat dalam memecahkan masalah, serta dapat belajar secara mandiri. Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa yakni ketercapaian hasil belajar dalam setiap siklus meningkat dan jumlah siswa juga meningkat dalam capaian ketuntasan. Namun demikian dalam penelitian ini diperoleh data bahwa tidak semua siswa mengalami peningkatan hasil belajar dalam setiap siklusnya, ada juga yang mengalami penurunan akan tetapi tetap mencapai batas KKM yaitu ≥75,00. Dari data yang diperoleh bahwa hasil belajar siswa pada tahap pratindakan, siklus I dan siklus II terdapat 5 orang dari 30 siswa yang mengalami penurunan pada siklus I tetapi naik lagi pada siklus II. Dan 4 orang yang mengalami kenaikan pada siklus I namun turun pada siklus II. Akan tetapi jika dilihat rata-rata kelas maka secara umum hasil belajar siswa meningkat.
Terjadinya penurunan hasil belajar siswa dipengaruhi banyak faktor dan karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik siswa yang berbeda-beda juga mempengaruhi hasil belajarnya yang tentu berbeda-beda pula.
Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang memepengaruhi belajar banyak
jenisnya, tetapi dapat digolongkaan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi : faktor jasmaniah, psikologis, dan factor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern meliputi : faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Dalam observasi yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung, siswa yang mengalami penurunan hasil belajarnya disebabkan oleh kurangnya minat dan motivasi dalam pembelajaran model PBL. Siswa tersebut terlihat kurang fokus pada diskusi kelompok dan menunjukkan sikap yang apatis terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. Oleh sebab itu dalam melakukan pembelajaran, guru selalu berupaya semaksimal mungkin agar pembelajaran berjalan lancar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan menggunakan media yang menarik.
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru bersama guru kolaborator dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), dapat dilihat bahwa penerapan model pembelajaran PBL memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan sebagaimana yang dikemukakan oleh Warsono dan Hariyanto (2013) adalah sebagai berikut:
1) Kelebihan Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning), yaitu:
13 a) Peserta didik akan terbiasa menghadapi dan merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah, tidak hanya terkait dengan pembelajaran di kelas tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
b) memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa dengan teman-teman sekelompok kemudian berdiskusi ndengan tema-teman sekelasnya.
c) makin mengakrabkan pendidik dengan peserta didik.
d) membiasakan peserta didik dalam menerapkan metode eksperimen.
2) Kelemahan dari Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut :
a) Tidak banyak pendidik yang mampu mengantarkan peserta didik kepada pemecahan masalah.
b) seringkali memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang panjang.
c) Aktivitas peserta didik yang dilaksanakan di luar kelas sulit dipantau oleh pendidik.
Berdasarkan pendapat tersebuat dapat disimpulkan bahwa kelebihan model pembelajaran PBL yaitu siswa dapat mengasah daya nalar kritis dalam memecahkan masalah, dan siswa dapat tertantang dan berusaha untuk menggali informasi berkaitan dengan materi pembelajaran. Hal ini tentu dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan
pengetahuannya. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya peningkatan hasil belajar selama penelitian berlangsung. Sedangkan kelemahan dari model PBL ini adalah membutuhkan waktu yang relative lama sehingga perlu alokasi waktu yang banyak. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme yaitu sebuah teori
pendidikan yang mengedepankan
peningkatan perkembangan logika dan konseptual pembelajar. Dalam teori ini dijelaskan bahwa dalam pembelajaran diperlukan proses informasi secara aktif sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuannya dengan pengalaman atau pengetahuan yang baru. Siswa juga dapat menyusun segala informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran kemudian membentuk suatu konsep yang mereka pahami. Dalam model PBL juga demikian bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan daya nalar kritis secara mandiri, guru berperan sebagai fasilitator dan bertugas membimbing peserta didik. Merujuk pada hasil tindakan, pengamatan/observasi, dan pembahasan penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem Hukum dan Peradilan di Indonesia kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Rasau Jaya Tahun Pelajaran 2019/2020.
14 A.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa : siswa lebih memahami materi Sistem Hukum dan Peradilan di Indonesia dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hal ini dapat ditunjukkan melalui data yang diperoleh bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan nilai hasil rata-rata pada kelas XI IPS 1 yang mengalami kenaikan pada setiap siklusnya. Hasil belajar siswa pada tahap pratindakan yaitu 69,50 dengan persentase capaian ketuntasan belajar 40 %. Setelah dilakukan tindakan siklus I hasil belajar menjadi 75,66 dengan persentase 70 %. Pada siklus II hasil siswa didik meningkat menjadi 81,66 dengan persentase capaian ketuntasan belajar 93,33 %. Hasil belajar tersebut sudah mencapai KKM yang ditentukan sekolah yaitu ≥ 75.00 Jumlah siswa sampai pada siklus II yang tidak tuntas sebanyak 2 orang. Tindak lanjut bagi siswa yang tidak tuntas diberi remedial. Walaupun dari keseluruhan tahapan yang telah dilakukan rata-rata telah mencapai KKM, namun ada beberapa siswa yang mengalami penurunan hasil belajar maupun peningkatan pada setiap siklus. Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya menerapkan satu model pembelajaran saja
namun dapat berinovasi dengan
menggunakan metode yang menarik agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik serta tujuan belajar dapat tercapai.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan pada penelitian tindakan kelas tersebut, dapat diberi beberapa saran dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, sebagai berikut:
1.Bagi Guru
a.Jika guru akan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning maka harus membuat perencanaan dan persiapan pelaksanaan pembelajaran secara baik serta memilih materi yang tepat sebab tidak semua materi cocok dengan penerapan model PBL.
b.Guru diharapkan dapat mengatur Waktu agar pelaksanaan penerapan model Problem Based Learning dapat berjalan sesuai waktu dan jadwal yang telah direncanakan.
2. Bagi siswa
a. siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran agar pemahaman kognitif maupun keterampilannya meningkat. Siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, akan tetapi dapat belajar secara aktif dan mandiri mencari informasi berkaitan dengan materi pembelajaran.
b. siswa tidak hanya terpaku pada bahan ajar dari guru semata namun juga dapat mencari pengalaman belajarnya melalui sumber belajar yang lain, misalnya buku paket maupun internet. 3. Bagi sekolah
15 a. Sekolah dapat memberi motivasi yang
lebih intensif, agar penelitian tindakan kelas dapat dilaksanakan oleh guru-guru sehingga mutu pendidikan sekolah akan lebih baik, sebab dengan adanya penelitian tindakan kelas, akan ada inovasi dan perbaikan dalam pembelajaran.
b. Sekolah menambah sarana dan prasarana yang diperlukan oleh guru dan siswa
untuk meningkatkan proses
pembelajaran yang lebih baik, misalnya menambah jaringan wifi, laptop, proyektor dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Batang Tubuh
Depdiknas, 2003. Undang-undang RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Djamarah, Syaiful Bahri.2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineke Cipta. RUSMONO, 2012. Strategi pembelajaran dengan Problem Based Learning itu perlu, Bogor: Ghalia Indonesia.
Warsono dan Hariyanto, 2012.Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Wiriaatmadja, Rochiati. 2012. Metode
Penelitian Tindakan Kelas Untuk
Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung : Remaja Rosdakarya.