• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih atas bantuan dari semua pihak hingga terselesaikannya laporan ini. Jakarta, Oktober 2013 PT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Akhir kata, kami ucapkan terima kasih atas bantuan dari semua pihak hingga terselesaikannya laporan ini. Jakarta, Oktober 2013 PT."

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

Pendampingan PDAM Dalam Rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4)

aporan Akhir (Final Report) Kegiatan Pendampingan PDAM Dalam Rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC4) ini menyajikan hasil-hasil pelaksanaan pekerjaan, merupakan akhir dari pelaksanaan kegiatan.

Pada Laporan Akhir ini pekerjaan “Pendampingan PDAM Dalam Rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC4)” sebagai bantuan dalam mendampingi PDAM untuk menyusun tarif Full Cost Recovery

Seluruh pekerjaan dilakukan dengan tahapan pekerjaan yang disesuaikan dengan Kerangka Acuan Kerja serta memperhatikan berbagai masukan sesudah disampaikannya laporan-laporan pelaksanaan kegiatan sebelumnya.

Semoga Laporan Akhir “Pendampingan PDAM Dalam Rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC4)” memberikan manfaat yang sebesar-besarnya guna peningkatan kinerja PDAM karena tarif rata- rata PDAM sudah full cost recovery.

Penyusunan Laporan ini merupakan kerjasama antara Sekretariat Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum selaku pemberi tugas dengan Konsultan sebagai pelaksana.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih atas bantuan dari semua pihak hingga terselesaikannya laporan ini.

Jakarta, Oktober 2013 PT. INDOMAS MULIA

(2)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4)

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG... I - 1 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN ... I - 2 1.3. SASARAN ... I - 2 1.4. LOKASI KEGIATAN ... I - 3 1.5. DATA PENUNJANG ... I - 3 1.6. LINGKUP KEGIATAN ... I - 3 1.7. KELUARAN DAN MANFAAT ... I - 3 1.8. SISTEMATIKA PENULISAN ... I - 4 BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

2.1 KABUPATEN ACEH BESAR ... II - 1 2.1.1 Letak Geografis ... II - 1 2.1.2 Iklim... II - 3 2.1.3 Struktur Tanah dan Penggunaan Lahan ... II - 3 2.1.4 Kondisi Demografi ... II - 4 2.2 KABUPATEN SINJAI ... II - 5 2.2.1 Letak Geografis ... II - 5 2.2.2 Iklim... II - 6 2.2.3 Fisiografi dan Topografi Wilayah ... II - 6 2.3 KABUPATEN MALINAU ... II - 7 2.3.1 Letak Geografi ... II - 7 2.3.2 Demografi/Kependudukan dan Ketenagakerjaan ... II - 8 2.4 KABUPATEN NATUNA ... II - 8 2.4.1 Letak Geografi ... II - 8 2.4.2 Topografi ... II - 9 2.4.3 Iklim dan Cuaca ... II - 10 2.4.4 Penduduk ... II - 10 2.4.5 Potensi ... II - 10 2.5 KABUPATEN PASER ... II - 10 2.5.1 Geografi ... II - 10 2.5.2 Batas wilayah ... II - 11 2.5.3 Topografi ... II - 12 2.5.4 Geologi ... II - 12 2.5.5 Iklim... II - 12

(3)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4)

BAB 3 KONDISI EKSISTING SPAM LOKASI STUDI

3.1 UMUM ... III - 1 3.2 PDAM KABUPATEN ACEH BESAR ... III - 1 3.2.1 Cakupan Pelayanan ... III - 7 3.2.2 Kapasitas Produksi ... III - 7 3.2.3 Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas (3K) Air ... III - 7 3.2.4 Air Tanpa Rekening/Non Revenue Water (NRW) ... III - 7 3.2.5 Kinerja Penjualan PDAM Kabupaten Aceh Besar. ... III - 8 3.2.6 Tarif Air yang Berlaku ... III - 11 3.2.7 Pendapatan Non Air ... III - 12 3.3 PDAM KABUPATEN SINJAI ... III - 13 3.3.1 Cakupan pelayanan ... III - 15 3.3.2 Kapasitas Produksi ... III - 15 3.3.3 Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas (3K) Air ... III - 15 3.3.4 Air Tanpa Rekening /Non Revenue Water (NRW) ... III - 15 3.3.5 Kinerja Penjualan PDAM Kabupaten Sinjai ... III - 16 3.3.6 Tarif Air yang Berlaku ... III - 19 3.3.7 Pendapatan Non Air ... III - 19 3.4 PDAM KABUPATEN MALINAU ... III - 20 3.4.1 Cakupan Pelayanan ... III - 23 3.4.2 Kapasitas Produksi ... III - 23 3.4.3 Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas (3K) Air ... III - 23 3.4.4 Air Tanpa Rekening/Non Revenue Water (NRW) ... III - 24 3.4.5 Kinerja Penjualan PDAM Kabupaten Malinau ... III - 24 3.4.6 Tarif Air yang Berlaku ... III - 27 3.4.7 Pendapatan Non Air ... III - 28 3.5 PDAM KABUPATEN NATUNA ... III - 28 3.5.1 Kinerja Penjualan PDAM Kabupaten Natuna ... III - 31 3.5.2 Tarif Air yang Berlaku ... III - 33 3.5.3 Pendapatan Non Air ... III - 34 3.6 PDAM KABUPATEN PASER ... III - 35 3.6.1 Cakupan Pelayanan ... III - 41 3.6.2 Kapasitas Produksi ... III - 41 3.6.3 Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas (3K) Air ... III - 41 3.6.4 Air Tanpa Rekening/Non Revenue Water (NRW) ... III - 42 3.6.5 Kinerja Penjualan PDAM Kabupaten Paser ... III - 42 3.6.6 Tarif Air yang Berlaku ... III - 45 3.6.7 Pendapatan Non Air ... III - 45

(4)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4)

BAB 4 ANALISA KONDISI EKSISTING

4.1 ANALISIS KONDISI TARIF EKSISTING ... IV - 1 4.2 PDAM KABUPATEN ACEH BESAR ... IV - 1 4.2.1 Evaluasi Biaya variabel dan Biaya Tetap ... IV - 3 4.2.2 Matrik Permasalahan Tarif FCR PDAM Kabupaten Aceh Besar ... IV - 6 4.3 PDAM KABUPATEN SINJAI ... IV - 7 4.3.1 Evaluasi Biaya variabel dan Biaya Tetap ... IV - 9 4.3.2 Matrik permasalahan Tarif Full Cost Recovery (FCR)

PDAM Kabupaten Sinjai ... IV - 11 4.4 PDAM KABUPATEN MALINAU ... IV - 13 4.4.1 Evaluasi Biaya variabel dan Biaya Tetap ... IV - 15 4.4.2 Matrik permasalahan Tarif Full Cost Recovery (FCR)

PDAM Kabupaten Malinau ... IV - 17 4.5 PDAM KABUPATEN NATUNA ... IV - 19 4.5.1 Evaluasi Biaya variabel dan Biaya Tetap ... IV - 20 4.5.2 Matrik permasalahan Tarif Full Cost Recovery (FCR)

PDAM Kabupaten Natuna ... IV - 22 4.6 PDAM KABUPATEN PASER ... IV - 24

BAB 5 USULAN PROGRAM

5.1 PDAM KABUPATEN ACEH BESAR ... V - 1 5.2 PDAM KABUPATEN SINJAI ... V - 2 5.3 PDAM KABUPATEN MALINAU ... V - 2 5.4 PDAM KABUPATEN NATUNA ... V - 5 5.5 PDAM KABUPATEN PASER ... V - 6

BAB 6 USULAN TARIF FULL COST RECOVERY (FCR)

6.1. UMUM ... VI - 1 6.2. PDAM KABUPATEN ACEH BESAR ... VI - 3 6.2.1 Rencana Kegiatan (Program) ... VI - 3 6.2.2 Proyeksi jumlah produksi dan penjualan air... VI - 5 6.2.3 Proyeksi Laba / Rugi Sebelum Kenaikan Tarif ... VI - 6 6.2.4 Usulan Kenaikan Tarif Air ... VI - 8 6.2.5 Proyeksi Laba / Rugi Setelah Kenaikan Tarif ... VI - 9 6.3 PDAM KABUPATEN SINJAI ... VI - 11 6.3.1 Rencana Kegiatan (Program) ... VI - 11 6.3.2 Proyeksi jumlah produksi dan penjualan air... VI - 13 6.3.3 Proyeksi Laba / Rugi Sebelum Kenaikan tarif ... VI - 14 6.3.4 Usulan Kenaikan Tarif Air ... VI - 16 6.3.5 Proyeksi Laba / Rugi Setelah Kenaikan tarif ... VI - 17

(5)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4)

6.4 PDAM KABUPATEN MALINAU ... VI - 19 6.4.1 Rencana Kegiatan (Program) ... VI - 19 6.4.2 Proyeksi jumlah produksi dan penjualan air... VI - 22 6.4.3 Proyeksi Laba / Rugi Sebelum Kenaikan tarif ... VI - 22 6.4.4 Usulan Kenaikan Tarif Air ... VI - 24 6.4.5 Proyeksi Laba / Rugi Setelah Kenaikan tarif ... VI - 25 6.5. PDAM KABUPATEN NATUNA ... VI - 27 6.5.1 Rencana Kegiatan (Program) ... VI - 27 6.5.2 Proyeksi jumlah produksi dan penjualan air... VI - 30 6.5.3 Proyeksi Laba / Rugi Sebelum Kenaikan tarif ... VI - 30 6.5.4 Usulan Kenaikan Tarif Air ... VI - 32 6.5.5 Proyeksi Laba / Rugi Sebelum Kenaikan tarif ... VI - 33 6.6 PDAM KABUPATEN PASER ... VI - 35 6.6.1 Rencana Kegiatan (Program) ... VI - 35 6.6.2 Proyeksi jumlah produksi dan penjualan air... VI - 38 6.6.3 Proyeksi Laba / Rugi Sebelum Kenaikan tarif ... VI - 38 6.6.4 Usulan Kenaikan Tarif Air ... VI - 40 6.6.5 Proyeksi Laba / Rugi Setelah Kenaikan tarif ... VI - 41

(6)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) I - 1

1.1.

LATAR BELAKANG

Menurut hasil evaluasi kinerja PDAM tahun 2011 terhadap 335 PDAM yang dilakukan BPPSPAM, terdapat hanya 68 PDAM (20,3%) yang sudah Full Cost Recovery. Dari 144 PDAM berstatus kinerja sehat terdapat 94 PDAM sehat yang dinyatakan belum Full Cost Recovery. Dengan begitu, masih banyak sekali PDAM yang belum Full Cost Recovery. PDAM yang belum Full Cost Recovery tidak hanya disebabkan oleh besaran dan struktur tariff, akan tetapi bisa diakibatkan oleh adanya ketidakefisienan dalam pengelolaan biaya, baik biaya investasi maupun biaya operasional. Selain itu bisa dimungkinkan belum optimalnya dalam pengelolaan pendapatan.

Permendagri Nomor 23 tahun 2006 pada pasal 5 menyebutkan bahwa tarif yang ditetapkan PDAM harus mempertimbangkan keseimbangan dengan tingkat mutu pelayanan yang diterima oleh pelanggan dengan memenuhi syarat- syarat :

1. Pendapatan PDAM harus memenuhi prinsip pemulihan biaya

2. Pemulihan biaya secara penuh (Full cost recovery) dicapai dari hasil perhitungan tarif rata- rata minimal sama dengan biaya dasar

3. Untuk pengembangan pelayanan air minum tarif rata- rata direncanakan harus menutup biaya dasar ditambah tingkat keuntungan yang wajar

4. Tingkat keuntungan yang wajar dicapai berdasarkan rasio laba terhadap aktiva produktif sebesar 10% (sepuluh perseratus)

Tarif rata- rata adalah total pendapatan tarif dibagi total volume air terjual.

Sedangkan yang dimaksud dengan biaya dasar adalah biaya usaha dibagi volume air terproduksi dikurangi volume kehilangan air standar.

Adapun pada dasar kebijakan penetapan tarif pada PDAM didasarkan pada prinsip: a. Keterjangkauan dan keadilan

b. Mutu pelayanan c. Pemulihan biaya

(7)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) I - 2

d. Effisiensi pemakaian air e. Transparasi dan akuntabilitas f. Perlindungan air baku

Tarif untuk standar kebutuhan pokok air minum harus terjangkau oleh daya beli masyarakat pelanggan berpenghasilan sama dengan Upah Mininum Provinsi

Untuk tarif memenuhi prinsip keterjangkauan sebagaimana yang dimaksud adalah apabila pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi standar kebutuhan pokok air minum tidak melampaui 4% (empat perseratus) dari pendapatan masyarakat pelanggan. Sedangkan keadilan yang dimaksud adalah pengenaan tarif dicapai melalui penerapan tarif diferensiasi dengan subsidi silang antar kelompok pelanggan.

Hal yang sangat penting bagi PDAM untuk menghitung dan menetapkan tarif Full Cost Recovery demi keberlangsungan kegiatan usahanya. Proses perhitungan tarif harus dilakukan secara transparan dan akuntabel.

BPPSPAM mendorong PDAM untuk menghitung dan menetapkan Full cost recovey melalui pendampingan PDAM dalam rangka penyusunan Tarif Full Cost Recovery.

1.2.

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud kegiatan : Meningkatkan kinerja penyelenggara SPAM PDAM;

Tujuan kegiatan: Membantu BPPSPAM dalam mendampingi PDAM untuk menyusun tarif Full Cost Recovery

1.3.

SASARAN

5 PDAM dapat menyusun perhitungan tarif Full Cost Recovery sesuai dengan Permendagri no 23 tahun 2006 sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja PDAM

(8)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) I - 3

1.4.

LOKASI KEGIATAN dan JANGKA WAKTU PENYELESAIAN

Lokasi kegiatan dari pekerjaan Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery adalah PDAM Kab Aceh Besar "Tirta Montala", PDAM Kab. Malinau, PDAM Kab Paser "Tirta Kandilo", PDAM Kab Sinjai, PDAM Kab Natuna.

Sedangkan waktu penyelesain dari pekerjaan ini adalah selama 7 (tujuh) bulan kalender.

1.5.

DATA PENUNJANG

Laporan hasil evaluasi kinerja PDAM tahun 2011 dari Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Standar Teknis.

Referensi Hukum:

a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;

c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 294 Tahun 2005 tentang Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;

d. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada PDAM;

e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

1.6.

LINGKUP KEGIATAN

Kegiatan ini berupa pendampingan kepada PDAM dalam rangka penyusunan tarif Full Cost Recovery sehingga PDAM mampu menyusun tarif Full Cost Recovery dan alih pengetahuan kepada PDAM bagaimana cara berkomunikasi dan menyampaikan kepada stake holder.

1.7.

KELUARAN DAN MANFAAT

Output : Laporan yang berisi perhitungan tarif Full Cost Recovery PDAM dan Laporan pendampingan kegiatan

(9)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) I - 4

1.8.

SISTEMATIKA PENULISAN

Bab-1 Pendahuluan, berisi uraian mengenai latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran,

keluaran, output dan outcomes kegiatan, ruang lingkup pekerjaan, dan sistematika penulisan Laporan Pendahuluan

Bab-2 Gambaran Umum Lokasi Studi , dalam Bab ini dibahas tentang gambaran umum

lokasi studi, yaitu Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Malinau, Kabupaten Paser, Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Buru.

Bab-3 Kondisi Eksisting SPAM Lokasi Studi, dalam Bab ini di bahas tentang kondisi

eksisting sistem penyediaan air minum di masing-masing lokasi studi.

Bab- 4 Analisis Kondisi Eksisting, bab ini menguraikan analisa terhadap SPAM eksisting

lokasi studi serta permasalahan dalam SPAM eksisting masing-masing PDAM secara keseluruhan baik dari sisi teknis maupun keuangan.

Bab- 5 Usulan Program, bab ini menguraikan usulan program efisiensi, rehabilitasi,

optimalisasi maupun pengembangan SPAM eksisting untuk dapat mencapai tarif FCR

Bab- 6 Usulan Tarif, bab ini menguraikan FINPRO, formula, komponen biaya, klasifikasi

tarif per-pelanggan, proyeksi tarif, dasar perhitungan tarif, rencana kenaikan, perkembangan kinerja keuangan.

(10)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) II - 1

2.1 KABUPATEN ACEH BESAR

2.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Aceh Besar adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh. Sebelum dimekarkan pada akhir tahun 1970-an, ibu kota Kabupaten Aceh Besar adalah Kota Banda Aceh, kemudian Kota Banda Aceh berpisah menjadi kotamadya sehingga ibu kota Kabupaten Aceh Besar pindah ke daerah Jantho di Pegunungan Seulawah. Luas wilayah Kabupaten Aceh Besar adalah 2,969,00 Km².

Kabupaten Aceh Besar terletak pada garis 5,2° - 5,8° Lintang Utara dan 95,0° - 95,8° Bujur Timur.

Wilayah darat Aceh Besar berbatasan dengan Kota Banda Aceh di sisi utara, Kabupaten Aceh Jaya di sebelah barat daya, serta Kabupaten Pidie di sisi selatan dan tenggara. Sedanbkan batas wilayahnya adalah:

Utara : Selat Malaka

Selatan : Kabupaten Aceh Jaya Timur : Kabupaten Pidie Barat : Samudera Indonesia

Aceh Besar juga mempunyai wilayah kepulauan yang termasuk Kecamatan Pulo Aceh, dan pernah menjadi Markas Besar Gerakan Aceh Merdeka. Akan tetapi pulau-pulau itu telah dibebaskan dari unsur GAM pada masa Darurat Militer.

Kabupaten Aceh Besar bagian kepulauan di sisi barat, timur dan utaranya dibatasi dengan Samudera Indonesia, Selat Malaka, dan Teluk Benggala, yang memisahkannya dengan Pulau Weh, tempat di mana Kota Sabang berada. Pulau-pulau utamanya adalah:

• Pulau Breueh

(11)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) II - 2

Secara geografis sebagian besar wilayah Kabupaten Aceh Besar berada pada hulu aliran Sungai Krueng Aceh. Saat ini kondisi tutupan lahan (land cover) adalah 62,5% (menurut data citra landsat tahun 2007).

Luas wilayah Kabupaten Aceh Besar adalah 2.974,12 km2, sebagian besar wilayahnya berada di daratan dan sebagian kecil berada di kepulauan. Sekitar 10% desa di Kabupaten Aceh Besar merupakan desa pesisir.

Kabupaten Aceh Besar terdiri dari 23 Kecamatan, 68 Mukim, dan 604 Gampong/Desa. Wilayah kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Seulimeum yang meliputi lebih dari 16 persen dari luas wilayah Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan kecamatan yang mempunyai wilayah paling kecil yaitu Kecamatan Krueng Barona Jaya yang luasnya hanya 0,3 persen dari luas Kabupaten Aceh Besar.

Jarak antara pusat-pusat kecamatan dengan pusat kabupaten sangat bervariasi. Kecamatan Lhoong merupakan daerah yang paling jauh, yaitu berjarak 106 km dengan pusat ibukota kabupaten (ibukota terletak di Kecamatan Kota Jantho).

Kabupaten Aceh Besar juga memiliki Suaka Alam baik berupa Kawasan Lindung maupun Kawasan Budidaya. Kawasan Lindung memiliki luas 84.914 hektar, dimana Hutan Lindung merupakan areal terluas yaitu mencapai 71,77 persen dari luas kawasan lindung yang ada atau seluas 60.944 hektar yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten ini. Kemudian disusul dengan Cagar Alam yang berlokasi di Kota Jantho seluas 16,640 hektar. Sedangkan Kawasan Budidaya yang merupakan Hutan Produksi Tetap memiliki luas 102.300 hektar.

(12)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) II - 3

Gambar 2.1

Lokasi Studi Kabupaten Aceh Besar

2.1.2 Iklim

Kabupaten Aceh Besar terletak dekat dengan garis khatulistiwa, sehingga wilayah ini tergolong beriklim tropis. Pada tahun 2011, suhu udara rata-rata berkisar antara 26°C - 28°C.

2.1.3 Struktur Tanah dan Penggunaan Lahan

Umumnya jenis tanah yang terdapat di kabupaten Aceh Besar berupa tanah jenis Podzolid Merah Kuning yaitu sekitar 31,55 persen dari seluruh jenis tanah yang ada di Kabupaten ini. Jika dilihat menurut klasifikasi lereng, dapat dikatakan bahwa 44,17 persen wilayah Kabupaten Aceh Besar memiliki kelas lereng 40% lebih dan pada kelas lereng 0 - 2% hanya 14,26 persen.

(13)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) II - 4

untuk lahan kritis dalam kawasan hutan dan seluas 17.921 hektar untuk lahan kritis di luar kawasan hutan. Sementara keadaan wilayah yang terkena erosi diperkirakan sekitar 3,59 persen dari seluruh wilayah yang ada di Kabupaten Aceh Besar

2.1.4 Kondisi Demografi

Tabel 2.1

Gambaran Jumlah Penduduk per Kecamatan dalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011

No.

Kecamatan

Jlh. Desa

Jumlah Penduduk

Jumlah

Sex

Ratio

Laki-laki

Perempuan

1 Lhoong

28

5.656

4.728

10.384 107.54

2 Lhoknga

28

8.106

7.429

15.535 109.02

3 Indrapuri

52

10.152

10.085 20.237 111.16

4 Seulimuem

47

12.098

11.542

23.640 100.84

5 Montasik

39

9.648

9.309

18.957 102.55

6 Suka Makmur

35

7.350

7.178

14.528 102.18

7 Darul Imarah

32

25.222

23.878

49.100 99.93

8 Peukan Bada

26

9.304

8.076

17.380 98.92

9 Masjid Raya

13

11.872

11.042 22.914 102.26

10 Ingin Jaya

50

14.608

13.780

28.388 101.90

11 Kuta Baro

47

11.849

11.677

23.526 104.83

12 Darussalam

29

11.041

10.985

22.026 113.52

13 Pulo Aceh

17

2.450

2.068

4.518 101.21

14 Lembah Seulawah

12

6.411

5.693

12.104 95.00

15 Kota Jantho

13

5.243

4.723

9.966 123.20

16 Kuta Cot Glie

32

6.632

6.526

13.158 106.47

17 Kuta Malaka

15

3.007

2.878

5.885 102.34

18 Simpang Tiga

18

3.018

2.866

5.866 104.51

19 Darul Kamal

14

3.698

3.447

7.145 111.56

20 Baitussalam

13

10.449

8.629

19.078 111.18

21 Krueng Barona Jaya

12

7.498

7.099

14.597 110.03

22 Leupung

6

1.794

1.599

3.393 110.20

23 Blang Bintang

26

5.606

5.247

10.853 117.58

(14)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) II - 5

2.2 KABUPATEN SINJAI

Kabupaten Sinjai terletak di bagian pantai timur Propinsi Sulawesi Selatan yang berjarak sekitar 223 km dari kota Makassar. Posisi wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Bone (bagian Utara), Teluk. Bone (bagian Timur), Kabupaten Bulukumba (di bagian Selatan) dan Kabupaten Gowa (di bagian Barat) .

Luas wilayahnya berdasarkan data yang ada sekitar 819,96 km2 (81.996 ha) dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 250.000 jiwa.

2.2.1 Letak Geografis

Sinjai secara geografis terdiri atas dataran rendah di kecamatan Sinjai Utara, Tellu Limpoe dan Sinjai Timur. Selanjutnya daerah dataran tinggi dimulai dari Sinjai Barat, Sinjai Tengah, Sinjai Selatan dan Sinjai Borong. Sedangkan kecamatan terunik adalah kecamatan Pulau Sembilan berupa hamparan 9 pulau yang berderet sampai mendekati Pulau Buton.

Gambar 2.2

Lokasi studi Kabupaten Sinjai

Secara administratif, Kabupaten Sinjai mencakup 9 (sembilan) kecamatan, 13 kelurahan dan 67 desa, yaitu:

1. Kecamatan Sinjai Utara, 5 kelurahan

2. Kecamatan Sinjai Timur, 1 kelurahan dan 12 desa 3. Kecamatan Sinjai Tengah, 1 kelurahan dan 10 desa 4. Kecamatan Sinjai Barat, 1 kelurahan dan 8 desa 5. Kecamatan Sinjai Selatan, 1 kelurahan dan 10 desa 6. Kecamatan Sinjai Borong, 1 kelurahan dan 7 desa 7. Kecamatan Bulupoddo, 7 desa

(15)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) II - 6

8. Kecamatan Tellu Limpoe, 1 kelurahan dan 10 desa

9. Kecamatan Pulau Sembilan, 4 desa yang merupakan wilayah kepulauan

2.2.2 Iklim

Sepanjang tahun, daerah ini termasuk beriklim sub tropis, yang mengenal 2 (dua) musim, yaitu musim penghujan pada periode April - Oktober , dan musim kemarau yang berlangsung pada periode Oktober-April. Selain itu ada 3 (tiga) type iklim (menurut Schmidt & Fergusson) yang terjadi dan berlangsung di wilayah ini, yaitu iklim type B2, C2, D2 & type D3.

- Zona dengan iklim type B2 dimana bulan basah berlangsung selama 7 - 9 bulan berturut – turut , sedangkan bulan kering berlangsung 2 – 4 bulan sepanjang tahun. Penyebarannya meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Sinjai Timur & Sinjai Selatan .

- Zona dengan iklim type C2, dicirikan dengan adanya bulan basah yang berlangsung antara 5 – 6 bulan, sedangkan bulan keringnya berlangsung selama 3 – 5 bulan sepanjang tahun. Penyebarannya meliputi sebagian kecil wilayah Kecamatan. Sinjai Timur , Sinjai Selatan & Sinjai Tengah

- Zona dengan iklim type D2, mengalami bulan basah selama 3 – 4 bulan & bulan keringnya berlangsung selama 2 – 3 bulan. Penyebarannya meliputi wilayah bag. Tengah Kabupaten Sinjai , yaitu sebagian kecil wilayah Kecamatan Sinjai Tengah, Sinjai Selatan & Sinjai Barat.

- Zona dengan iklim type D3, bercirikan dengan berlangsungnya bulan basah antara 3 – 4 bulan ,& bulan kering berlangsung antara 3 – 5 bulan . Penyebarannya meliputi sebagian wilayah Kecamatan. Sinjai Barat, Sinjai Tengah & Sinjai Selatan

Dari keseluruhan type iklim yang ada tersebut , Kabupaten Sinjai mempunyai curah hujan berkisar antara 2.000 - 4.000 mm / tahun, dengan hari hujan yang bervariasi antara 100 – 160 hari hujan / tahun.

Kelembaban udara rata-rata, tercatat berkisar antara 64 - 87 persen, dengan suhu udara rata-rata berkisar antara 21,1oC - 32,4oC.

2.2.3 Fisiografi dan Topografi Wilayah

Sinjai berada pada ketinggian antara 25 sampai 1.000 meter diatas permukaan laut. Luas daerah 8.1996 Ha, dengan 4,62 persen berada pada ketinggian 25 m diatas permukaan laut, 9,74 persen berada pada ketinggian 100 m diatas permukaan laut, 55,35 persen berada pada ketinggian 100 – 500 m dari permukaan laut, 21,18 persen berada pada ketinggian 500 – 1000 m dari permukaan laut dan 21,18 persen berada pada ketinggian diatas 1000 m dari permukaan laut.

(16)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) II - 7

2.3 KABUPATEN MALINAU

Kabupaten Malinau adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Malinau. Kabupaten Malinau juga sering disebut Bumi Intimung. Di kabupaten ini terdapat Taman Nasional Kayan Mentarang dengan luas 1.360.050,00 ha.

2.3.1 Letak Geografi

Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau mempunyai luas wilayah 39.799,90 km2 dengan batas-batasnya adalah:

- Sebelah Utara : Kabupaten Nunukan

- Sebelah Timur : Kabupaten Tana Tidung dan Bulungan - Sebelah Selatan : Kabupaten Kutai Barat

- Sebelah Barat : Negara Bagian Sarawak, Malaysia

Gambar 2.3

Lokasi Studi Kabupaten Malinau

Kabupaten Malinau saat ini terdiri dari 12 kecamatan dan 109 desa, dengan 4 kecamatan berada di wilayah perbatasan Republik Indonesia dengan Malaysia. Alat transportasi untuk menjangkau kecamatan dan desa-desa yang ada di pedalaman hanya dapat dilakukan melalui jalur sungai maupun jalur udara, dengan jadwal yang tidak tetap tergantung dari kondisi cuaca.

(17)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) II - 8

2.3.2 Demografi/Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Malinau dari tahun 2000 sampai tahun 2010 sangat pesat. Fenomena tersebut muncul karena Kabupaten Malinau merupakan kabupaten muda dan memiliki banyak peluang kegiatan ekonomi. Pada tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten Malinau hanya sebesar 36.632 jiwa dengan jumlah laki-laki 19.181 jiwa dan perempuan 17.446 jiwa.

Jumlah keluarga pada tahun 2000 hanya sebanyak 7.862 KK dengan kepadatan penduduk berkisar 0,86 jiwa/km2. Namun pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Malinau sudah berkembang pesat menjadi 62.423 jiwa dengan jumlah keluarga sebanyak 13.142 KK. Akan tetapi tidak setiap tahun jumlah penduduk Kabupaten Malinau mengalami peningkatan. Penduduk Kabupaten Malinau pada tahun 2005, 2007, dan 2010 mengalami penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan adanya penghentian sementara proses produksi batubara dan adanya eksodus tenaga kerja musiman ke daerah lain.

2.4 KABUPATEN NATUNA

2.4.1

Letak Geografi

Kabupaten natuna merupakan wilayah Propinsi Kepulauan Riau yang termasuk daerah pulau terluar. Terbentuknya Propinsi Riau ini didasarkan pada UU No 25 tahun 2002 tanggal 24 September 2002.

Natuna merupakan kepulauan paling utara di selat Karimata. Batas wilayahnya adalah; Utara : berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja,

Selatan : berbatasan dengan Sumatera Selatan dan Jambi, Barat : berbatasan dengan Singapura, Malaysia, Riau

Timur : berbatasan dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat.

Natuna berada pada jalur pelayaran internasional Hongkong, Jepang, Korea dan Taiwan. Kabupaten ini terkenal dengan penghasil minyak dan gas. Cadangan minyak bumi Natuna diperkirakan mencapai 14.386.470 barel, sedangkan gas bumi 112.356.680 barel.

Kabupaten Natuna dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 53 Tahun 1999 dari hasil pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau yang terdiri dari 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Bunguran Timur, Bunguran Barat, Jemaja, Siantan, Midai dan Serasan dan satu Kecamatan Pembantu Tebang Ladan.

Seiring dengan kewenangan otonomi daerah, Kabupaten Natuna kemudian melakukan pemekaran daerah kecamatan yang hingga tahun 2004 menjadi 10 kecamatan dengan penambahan, Kecamatan Pal Matak, Subi, Bunguran Utara dan Pulau Laut dengan jumlah

(18)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) II - 9

kelurahan/desa sebanyak 53.

Hingga tahun 2007 ini Kabupaten Natuna telah memiliki 16 Kecamatan. 6 Kecamatan pemekaran baru itu diantaranya adalah Kecamatan Pulau Tiga, Bunguran Timur Laut, Bunguran Tengah, Siantan Selatan, Siantan Timur dan Jemaja Timur dengan total jumlah kelurahan/desa sebanyak 75.

Gambar 2.4

Lokasi Studi Kabupaten Natuna

2.4.2

Topografi

Berdasarkan kondisi fisiknya, Kabupaten Natuna merupakan tanah berbukit dan bergunung batu. Dataran rendah dan landai banyak ditemukan di pinggir pantai. Ketinggian wilayah antara kecamatan cukup beragam, yaitu berkisar antara 3 sampai dengan 959 meter dari permukaan laut dengan kemiringan antara 2 sampai 5 meter. Pada umumnya struktur tanah terdiri dari tanah podsolik merah kuning dari batuan yang tanah dasarnya mempunyai bahan granit, dan alluvial serta tanah organosol dan gley humus.

(19)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) II - 10

2.4.3

Iklim dan Cuaca

Iklim di Kabupaten Natuna sangat dipengaruhi oleh perubahan arah angin. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli. Curah hujan rata-rata berkisar 137,6 milimeter dengan rata-rata-rata-rata kelembaban udara sekitar 83,17 persen dan temperatur berkisar 27,10 celcius.

2.4.4

Penduduk

Penduduk Kabupaten Natuna pada tahun 2010 berjumlah 69.003 jiwa, yang terdiri dari 35.741 jiwa penduduk laki-laki dan 33.262 jiwa penduduk perempuan. Kecamatan Serasan merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi yakni 124,10 jiwa per km2, diikuti oleh Kecamatan Midai 123,97 jiwa per km2.

2.4.5

Potensi

Selain letaknya yang strategis kawasan Pulau Natuna dan sekitarnya pada hakikatnya dikaruniai serangkaian potensi sumber daya alam yang belum dikelola secara memadai atau ada yang belum sama sekali, yaitu:

 Sumber daya perikanan laut yang mencapai lebih dari 1 juta ton per tahun dengan total pemanfaatan hanya 36%, yang hanya sekitar 4,3% oleh Kabupaten Natuna.  Pertanian & perkebunan seperti ubi-ubian, kelapa, karet, sawit dan cengkeh.  Objek wisata: bahari (pantai, pulau selam), gunung, air terjun, gua dan budidaya.  Ladang gas D-Alpha yang terletak 225 km di sebelah utara Pulau Natuna (di ZEEI)

dengan total cadangan 222 trillion cubic feet (TCT) dan gas hidrokarbon yang bisa didapat sebesar 46 TCT merupakan salah satu sumber terbesar di Asia.

2.5 KABUPATEN PASER

2.5.1 Geograf

i

Kabupaten Paser merupakan wilayah Provinsi Kalimantan Timur yang terletak paling selatan, tepatnya pada posisi 00 45'18,37" 20 27'20,82" LS dan 1150 36'14,5" -1660 57'35,03" BT. Kabupaten Paser terletak pada ketinggian yang berkisar antara 0-500 meter di atas permukaan laut.

Dari segi konstelasi regional, Kabupaten Paser berada di sebelah Selatan Provinsi Kalimantan Timur. Posisinya dilintasi oleh jalan arteri primer (jalan negara/nasional) yang menghubungkan Provinsi Kalimantan Timur dengan Kalimantan Selatan. Pada bagian timur Kabupaten Paser melintang selat Makassar, dimasa yang akan datang

(20)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) II - 11

memiliki prospek dan fungsi penting sebagai jalur alternatif pelayaran internasional. Pelabuhan laut utama di Kabupaten Paser, yaitu Pelabuhan Teluk Adang terletak 12 km ke arah utara ibukota Kabupaten (Kota Tanah Grogot), sedangkan Kota Tanah Grogot berjarak lebih kurang dari 145 km dari Kota Balikpapan atau 260 km dari Ibukota Provinsi Kalimantan Timur, Kota Samarinda

Gambar 2.3

2.5.2 Batas wilayah

Batas wilayah Kabupaten Paser adalah sebagai berikut: - Utara Kabupaten Kutai Barat

- Selatan Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan

- Barat Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan - Timur Kabupaten Penajam Paser Utara dan Selat Makassar

Luas wilayah Kabupaten Paser saat ini adalah 11.603,94 km², terdiri dari 10 kecamatan dengan 125 buah desa/kelurahan (data sampai tahun 2008) dan empat buah UPT (Unit Pemukiman Transmigrasi). Jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai 231.593 jiwa atau memiliki kepadatan penduduk 8 jiwa/km². Kecamatan dengan wilayah terluas di Kabupaten Paser adalah Kecamatan Long Kali, Paser, dengan luas wilayah 2.385,39 km², termasuk di dalamnya luas daerah lautan yang mencapai 20,50 persen dari luas wilayah Kabupaten Paser secara keseluruhan, sedangkan kecamatan yang luas wilayahnya terkecil adalah Kecamatan Tanah Grogot, hanya seluas 33,58 km² atau 2,89 persen.

(21)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) II - 12

2.5.3 Topografi

Secara garis besar Kabupaten Paser dibagi menjadi 2 wilayah, yaitu:

- Bagian timur, merupakan daratan rendah, lantai hingga bergelombang. Daerah ini memenjang dari utara ke selatan dengan lebih melebar di bagian selatan yang terdiri dari rawa-rawa dan daerah aliran sungai. Jalan Negara Penajam-Kedeman-Kuaro dan Kuaro Batu Aji sebagai batas topografi.

- Bagian barat, merupakan daerah bergelombang hingga berbukit dan bergunung sampai ke perbatasan dengan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, pada wilayah ini terdapat beberapa puncak gunung, yaitu: Gunung Sarumpaka (1.380 m)

Gunung Lumut (1.233 m)

Gunung Narujan atau Gunung Rambutan Gunung Halat

Di kabupaten ini terdapat 3 buah sungai besar, antara lain: Sungai Pasir (221 km)

Sungai Kandilo (191 km) Sungai Taluksari (169 km)

2.5.4 Geologi

Struktur geologi Kabupaten Paser berumur antara metozoik, tertiar dan kuartair. Penyeberangannya adalah sebagai berikut:

- Wilayah bagian timur, berumur kuartair dan meoser (meogan) - Wilayah bagian tengah, berumur meoser bawah (paleogan) - Wilayah bagian barat, berumur tertiair dan pra terliair (mesozoik)

2.5.5 Iklim

Keadaan iklim di Kabupaten Paser banyak dipengaruhi oleh lintang dan topografi wilayahnya. Suhu rata-rata tahunan adalah 25 derajat Celcius, sedangkan rata-rata curah hujan di kawasan ini adalah 222,9 milimeter.

(22)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) III - 1

3.1

UMUM

Kegiatan kunjungan lapangan ke 5 kabupaten yang terseleksi menjadi peserta pendampingan perhitungan tarif Full Cost recovery (FCR) yaitu Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Malinau, Kabupaten Natuna dan Kabupaten Paser, ditujukan dalam rangka memperoleh data yang lebih lengkap sebagai dasar identifikasi yang dilakukan melalui pengumpulan data sekunder dan data primer. Perolehan data sekunder dari kunjungan lapangan tersebut difokuskan kepada perolehan data terbaru yang telah disusun oleh masing-masing PDAM, sehingga informasi yang diperoleh tersebut sebagai dasar identifikasi merupakan informasi yang akurat . Sementara pengumpulan data primer dilakukan melalui kunjungan lapangan ke lokasi unit sumber, produksi dan distribusi dan interview dengan staf PDAM terkait.

Hasil evaluasi terhadap kondisi eksisting PDAM yang didasarkan kepada hasil kunjungan lapangan tersebut, diharapkan dapat diperoleh gambaran yang lebih mendalam mengenai kinerja masing-masing PDAM, mulai dari kinerja operasional secara menyeluruh termasuk kinerja keuangan sampai kepada kinerja tarif secara khusus kemampuannya dalam menutup kebutuhan biaya operasional, sehingga dapat membantu dalam penetapan rencana kegiatan selanjutnya. Kegiatan evaluasi yang dilakukan berdasarkan perolehan data sekunder di fokuskan kepada data selama 3 tahun terakhir yaitu periode tahun 2010 ,2011 dan 2012. Mengacu kepada hasil analisa tarif FCR yang telah dilakukan oleh BPKP yang dituangkan dalam laporan audit kinerja, kondisi tarif untuk 5 PDAM yang telah terseleksi menjadi peserta pendampingan, seluruhnya belum mencapai Full Cost Recovery (FCR), hal ini terlihat dari rasio tarif jual air terhadap harga pokok air per m3 yang masih dibawah 100%. Berikut ini disajikan data keuangan dan hasil penilaian kinerja yang dilakukan oleh BPKP untuk 5 PDAM yaitu PDAM kabupaten Aceh besar, PDAM Kabupaten Sinjai, PDAM Kabupaten Malinau, PDAM Kabupaten Natuna dan PDAM Kabupaten Paser.

3.2

PDAM KABUPATEN ACEH BESAR

Pelayanan air minum Kabupaten Aceh Besar dilayani oleh beberapa sistem, dengan total kapasitas terpasang sebesar 250 l/det.

Sistem pelayanan air minum Kabupaten Aceh Besar digambarkan sebagai berikut: .

(23)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) III - 2

Gambar 3.1

Sistem Pelayanan PDAM Kabupaten Aceh Besar

Secara lebih detil, seluruh sistem pelayanan Kabupaten Aceh Besar tersebut disajikan pada tabel berikut:

(24)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) III - 3

Tabel 3.1 Sistem Pelayanan Air Minum Kabupaten Aceh Besar

SUMBER TR. RESERVOIR DIST. DAERAH SAMBUNGAN NRW Rata-rata Kap.

PELAYANAN Distribusi Idle Reservoir

L/det L/det m3 Total Unit % L/det L/det m3

Krueng Mountala KOTA JANTHO 1.511 30 21,6 18,4 500

450 - 1000 40 S. Kr.Buga SELIMEUM 523 25 7,0 3,0 400 500 - 1500 pompa 1x10 l/dt 10 S. Luthu MONTASIK 50 SUKA MAKMUR 5 MA. Glee Taron (

Lambaro Kueh)

10 -72 25 15,0 -

-LHOKNGA 462

15 1x20

MA. Mata Ie Leu Ue) 2x 40

150 - 350 DARUL IMARAH 25 95,0 5,0 1.500

pompa DARUL KAMAL 7.344

2 x 20 l/det 60 PEUKAN BADA

2 x 40 l/dt

40 20 l/dt x 3

INGIN JAYA 30 90,0 50,0 1.500

Krueng Aceh DARUL IMARAH

1500 - 2500 40 KRUENG BARONA JAYA

3x20 l/det DARUSSALAM

pompa dari sungai rumah pompa 1 BAITUSSALAM

ke kanal 20 MESJID RAYA 7.062

1 x 20 l/det SUKA MAKMUR

1 x 40 l/det 3x20 l/det MONTASIK

20 rumah pompa 1

2x20 l/det

pompa dari intake 20 rumah pompa 1

ke ipa 2 x 40 l/det

3 x 20 l/det 40

250 16.902 27 229 76,4 3.900

Keterangan

Pelayanan sudah seluruh Kota Jantho, masih ada idle kapasitas. Direncanakan penambahan jaringan pipa ke kecamatan

li

Saat ini dilayani dari IPA Siron

idle capacity yang ada digunakan untuk melayani wilayah pelayanan Luthu KAPASITAS TERPASANG RUSAK IPA Kota Jantho IPA Selimeum Bronkap Gleitaron 400 m3 Intake Luthu IPA Mata Ie I 1000 m3 500 m3 IPA Siron II IPA Siron I IPA Mata Ie II 500 m3

IPA Siron III IPA Siron IV IPA Siron V

500 m3

500 m3 500 m3

(25)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) III - 4

Secara skematik, sistem tersebut digambarkan sebagai berikut:

Daerah Pelayanan Kota Jantho IPA 40 l/det INTAKE Krueng Mountala Reservoir 500 m3 IPA Kota Jantho

Gambar 3.2

Skematik Sistem Pelayanan IPA Jantho Kabupaten Aceh Besar

Daerah Pelayanan Seulimeum IPA 10 l/det INTAKE Krueng Buga 500 - 1.500 l/det Reservoir 400 m3 IPA Seulimeum pompa 1x10 l/det Gambar 3.3

(26)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) III - 5 Daerah Pelayanan LhokNga Broncap

MA. Glee Taron (Lambaro Kueh) 10 -72 l/det

Daerah Pelayanan Darul Imarah, Darul Kamal, Peukan Bada IPA 60 l/det Reservoir 1.000 m3 IPA Mata Ie I IPA 40 l/det MA. Mata Ie (Leu Ue) 150 - 350 l/det Reservoir 500 m3 IPA Mata Ie Daerah Pelayanan INGIN JAYA DARUL IMARAH KRUENG BARONA JAYA DARUSSALAM BAITUSSALAM MESJID RAYA SUKA MAKMUR MONTASIK IPA 40 l/det Krueng Aceh 1.500 - 2.500 l/det IPA Siron I pompa 2x40 l/det 3x20 l/det INTAKE IPA 20 l/det Reservoir 500 m3 IPA Siron II pompa 1x20 l/det 1x40 l/det IPA 20 l/det IPA Siron III

IPA 20 l/det Reservoir 500 m3 IPA Siron IPA 40 l/det Reservoir 500 m3 IPA Siron V pompa 2x20 l/det 2x40 l/det pompa 1x20 l/det 2x40 l/det pompa 3x20 l/det rumah pompa 1 3x20 l/det rumah pompa 2 3x20 l/det rumah pompa 3 2x20 l/det kanal Gambar 3.4

Skematik Sistem Pelayanan Mata Ie, Glee Taron, Siron Kabupaten Aceh Besar

Hasil audit kinerja yang dilakukan oleh BPKP berdasarkan indikator yang dikeluarkan oleh BPPSPAM untuk periode tahun 2011, menyimpulkan bahwa kondisi kinerja PDAM Kabupaten Aceh Besar tergolong “ Sehat” dengan nilai kinerja sebesar 3,65. Perhitungan kinerja dan informasi lainnya disajikan dalam tabel berikut ini :

(27)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) III - 6

Tabel perhitungan Kinerja tahun Buku 2011

PDAM KABUPATEN ACEH BESAR

TABEL KATEGORI KINERJA

Keterangan Kondisi Nilai INFORMASI TAMBAHAN

A. KEUANGAN

1. Rentabilitas 1 Tarif rata-rata (Rp/m3) 2.222

a. R O E -5,39% 1 2 HPP / Biaya Dasar dengan NRW standar (Rp/m3) 3.323 b. Ratio Operasi 1,53 1 3 HPP / Biaya Dasar dengan NRW Riil (Rp/m3) 3.445 2. Likuiditas 4 HPP Diluar Deprisiasi/Amortisasi dan Biaya Bunga (Rp/m3) 1.964 a. Ratio Kas 2608,97% 5 5 Selisih (tarif rata² - HPP dengan NRW Standar) (1.101) b. Efektivitas Penagihan 91,07% 5 6 Selisih (tarif rata² - HPP dengan NRW Riil) (1.223) 3. Solvabilitas 63891,66% 5 7 Selisih (tarif rata2 - HPP Diluar Deprisiasi dan Bunga) 258

Bobot Kinerja - Bidang Keuangan 0,81 8 Biaya pemeliharaan (Rp. 000) 502.831 9 Total Aset Tetap 84.250.268

B. PELAYANAN 10 Total Aset 93.191.930

1.Cakupan Pelayanan 28,00% 2 11 Hutang Lancar (Rp. 000) 145.859 2. Pertumbuhan Pelanggan 23,61% 5 12 Hutang Jangka Panjang (Rp. 000) -3. Tingkat Penyelesaian Pengaduan 100,0% 5 13 Total Equity 93.046.071 4. Kualitas Air Pelanggan 100,00% 5 14 Laba Bersih Setelah Pajak ( Rp. 000) (5.018.666) 5. Konsumsi Air Domestik 15,70 2 15 Rasio biaya adm. Umum : jmlh pendapatan (%) 69%

Bobot Kinerja - Bidang Pelayanan 0,95 16 Kapasitas Terpasang (L/det) 240 17 Kapasitas Produksi (L/det) 207 C. OPERASI 18 Jumlah Pelanggan (Unit SL) 18.608 1. Effisiensi Produksi 86,34% 4 19 Jumlah Penduduk di wilayah Administrasi ( Jiwa ) 396.501 2. Tingkat Kehilangan air 22,83% 5 20 Jumlah Penduduk di wilayah Pelayanan ( Jiwa ) 396.501 3. Jam Operasi Layanan / hari 23 5 21 Penduduk Terlayani (jiwa) 111.020 4. Tekanan Sambungan Pelanggan 84,70% 5 22 Jumlah Pegawai (orang) 75 5. Penggantian Meter Air 0,98% 1 23 Status Restrukturisasi Hutang (sesuai Permen Keu)

Bobot Kinerja - Bidang Operasi 1,42

D. SDM

1. Rasio juml peg /1000 plg 4 5 2. Ratio diklat pegawai/peningkatan kompetensi 30,67% 2 3. Biaya Diklat terhadap Biaya Pegawai 0,45% 1

Bobot Kinerja - Bidang SDM 0,47

Total Kinerja 3,65

Sehat

Sumber data :

- Laporan Audit Kinerja BPKP Tahun 2011 (Keungan Audited oleh KAP)

Kategori

Tidak punya utang jangka panjang kepada pemerintah pusat

Berdasarkan tabel hasil penilaian kinerja diatas, permasalahan yang masih terjadi di PDAM kabupaten Aceh Besar sekalipun dalam kondisi kinerja yang tegolong “sehat” diantaranya adalah menyangkut prestasi rentabilitas perusahaan, hal ini ditunjukan dengan rasio ROE sebesar minus 5,39% dan rasio operasi diatas 1, dengan masing-masing nilai kinerja sebesar 1. Hal ini mengindikasikan bahwa PDAM Aceh Besar belum memilki prestasi yang baik di bidang penjualan. Sedangkan ditinjau dari kinerja keuangan lainnya yaitu apek likuiditas, PDAM memilliki nilai yang sangat baik hal ini terlihat dari dari rasio kas, efektifitas penagihan serta rasio solvabilitas dengan masing-masing nilai kinerja 5. Kondisi kinerja aspek lainnya selain aspek keuangan mulai dari kinerja pelayanan, kinerja operasi dan kinerja SDM secara umum memiliki kinerja yang cukup baik.

Untuk memperoleh gambaran mengenai permasalahan yang terjadi secara menyeluruh menyangkut prestasi di bidang penjualan, berikut ini diuraikan data-data hasil kegiatan operasional mulai dari kegiatan produksi, distribusi dan penjualan air dalam satuan volume m3 termasuk tingkat kebocoran yang terjadi, hasil pendapatan dari penjualan air dan non air serta biaya operasional yang diklasifikasikan berdasarkan sifat beban, termasuk tarif yang berlaku berdasarkan SK kepala Daerah No 68 tahun 2012. Data tersebut dikutif dari laporan keuangan audit KAP selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2010, 2011 dan 2012 dan laporan hasil penilaian kinerja oleh BPKP termasuk laporan pendukung nya baik aspek teknis maupun non teknis.

(28)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) III - 7

3.2.1 Cakupan Pelayanan

Jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Aceh Besar yang terlayani sebanyak 111.020 jiwa atau 28% dari jumlah penduduk sebesar 396.501 jiwa. Rendahnya cakupan pelayanan disebabkan keterbatasan anggaran untuk mengembangkan jaringan distribusi.

3.2.2 Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi terpasang PDAM Tirta Mountala Kabupaten Aceh Besar tahun 2011 sebesar 7.568.640 m3 dengan630.720 m3 tidak dapat dimanfaatkan, sehingga kapasitas riil yang dapat dimanfaatkan hanya sebesar 6.937.920 m3.

3.2.3 Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas (3K) Air

Saat ini PDAM Kabupaten Aceh Besar belum memenuhi standar kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Kualitas air belum memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Permenkes n0 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum PDAM. PDAM telah melakukan pengawasan internal atas kualitas air minum sesuai dengan Permenkes no 736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum, dengan cara melakukan pemeriksaan rutin kualitas air dengan alat ukur yang terbatas.

Pemakaian rata-rata pelanggan rumah tangga sebesar 9,15m3/bulan, sedangkan pemakaian rata-rata keseluruhan pelanggan sebesar 54,89 m3/bulan, sehingga sudah hamper memenuhi Peraturan Menteri dalam Negeri no 23 tahun 2006 yaitu kebutuhan rumah tangga per bulan berkisar 10 m3. Kontinuitas air yang didistribusikan hamper 24 jam per hari.

3.2.4 Air Tanpa Rekening/Non Revenue Water (NRW) 1. NRW Produksi

Dari volume air yang diproduksi, dihasilkan air sebesar 6.534.792 m3 dan telah didistribusikan ke pelanggan sebesar 6.077.356,56 m3, atau terdapat NRW produksi sebesar 7 %.

2. NRW Distribusi

Dari volume air yang didistribusikan ke pelanggan sebesar 6.077.356,56 m3, telah dijual ke pelanggan sebesar 4.689.908 m3, sehingga NRW sebesar 22,83%.

Upaya PDAM untuk mengurangi NRW ini adalah dengan memperbaiki kebocoran perpipaan transmisi dan distribusi.

(29)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) III - 8

3.2.5 Kinerja Penjualan PDAM Kabupaten Aceh Besar.

Pencapaian kinerja bidang penjualan dalam setiap perusahaan, merupakan salah satu faktor utama yang perlu di cermati dan dievaluasi secara intensif dalam setiap periode nya, tidak terkecuali kinerja penjualan yang dicapai oleh Perusahaan Derah Air Minum (PDAM),dalam hal ini PDAM kabupaten Aceh Besar. Evaluasi tersebut dipandang sangat penting mengingat kegiatan penjualan merupakan kegiatan yang berkaitan secara langsung dengan kegiatan pelayanan kepada masyarakat khususnya masyarakat pelanggan sehingga permasalahan permasalahan yang mungkin terjadi harus dapat diidentifikasi sedini mungkin, untuk dicari solusi penyelesesaiannya demi menjaga kelancaran dan kontinuitas kegiatan.

Permasalahan yang sering terjadi di PDAM terkait aspek penjualan diantaranya adalah menyangkut produksi dan distribusi air kepada pelanggan.Berikut ini disajikan data mengenai perkembangan produksi, distribusi dan penjualan air dalam satuan volume (m3) untuk PDAM Kabupaten Aceh Besar selama 3 tahun terakhir mulai tahun 2010, 2011 dan 2012.

a. Data Produksi dan Distribusi air (m3)

NO PRODUKSI & DISTRIBUSI AIR (M3) 2012 2011 2010

1 Produksi Air 6.523.678 6.534.792 6.307.468

2 Distribusi Air 6.065.345 6.077.357 5.929.020

4 Penjualan Air 4.638.355 4.689.908 4.152.973

5 Kehilangan Air 1.426.990 1.387.449 1.776.047

6 Kehilangan Air (%) 23,53% 22,83% 29,96%

Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa kegiatan produksi dan penjualan air selama 3 tahun terakhir mengalami fluktuasi, yaitu kenaikan di tahun 2011 dibanding tahun 2010 dan penurunan di tahun 2012 dibanding tahun 2011, begitu pula dengan tingkat kehilangan air. Namun secara umum fluktuasi tersebut dinilai tidak terlalu signifikan khususnya dampaknya terhadap perkembangan pendapatan penjualan air. Hal ini terlihat pada tabel dibawah ini, dimana penurunan volume penjualan air di tahun 2012 tidak menyebabkan adanya penurunan pendapatan air bahkan yang terjadi sebaliknya, yaitu kenaikan pendapatan yang cukup signifikan ditahun 2012 hingga mencapai Rp 4 milyar lebih. Hal ini disebabkan karena adanya penyesuaian tarif yang berlaku.

b. Pendapatan Air (Rp)

NO PENDAPATAN AIR 2012 2011 2010

Audited Audited Audited

1 Harga Air 13.954.777.075 9.689.158.336 8.889.203.200

2 Jasa Administrasi 394.466.000 373.156.000 170.234.000 3 Jasa Pemeliharaan

4 Mobil Tanki / terminal air 375.095.000 358.217.000

(30)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) III - 9

Dengan demikian, berdasarkan data produksi dan pendapatan air diatas, faktor penyebab terjadinya permasalahan menyangkut aspek rentabilitas seperti hasil penilaian kinerja BPKP tidak nampak bila ditinjau dari aspek tersebut, dengan kata lain prestasi bidang produksi dan distribusi air dinilai cukup baik.

Berikut ini disajikan data mengenai klasifikasi pendapatan air berdasarkan kelompok pelanggan sebagai informasi tambahan mengenai perolehan hasil pendapatan air untuk periode tahun 2011..

Jumlah pendapatan air PDAM kabupaten Aceh Besar untuk tahun 2011 sebesar Rp. 9.689.158.336 yang dirinci per kelompok tarif sebagai berikut :

b.1 Klasifikasi Pendapatan Air (Rp)

No Kelompok Pemakaian Jumlah Pendapatan

Tarif Air per m3 Air ( Rp)

1 Sosial Umum 135.540 162.896.700 2 Sosial Khusus 95.035 113.098.075 3 Rumah Tangga A 257.780 432.283.925 4 Rumah Tangga B 2.591.947 3.505.275.386 5 Rumah Tangga C 253.536 744.128.150 6 Instansi Pemerintah 937.921 3.332.185.650 7 Niaga Kecil 322.665 954.185.200 8 Niaga Besar 40.186 178.249.075 9 Industri Kecil 35.574 153.408.800 10 Industri Besar 19.724 113.447.375 Jumlah 4.689.908 9.689.158.336 c. Biaya Operasional

Kriteria penilaian kinerja keuangan khususnya aspek rentabilitas selain ditinjau dari efektivitas dalam perolehan pendapatan, hal yang tidak kalah pentingnya adalah kemampuan manajemen perusahaan dalam menjaga tingkat efisiensi biaya operasional.Tolok ukur yang digunakan dalam menilai tingkat efisiensi biaya adalah seberapa besar dari total keseluruhan biaya yang dikeluarkan tersebut memberikan hasil dalam bentuk pendapatan penjualan. Dengan demikian penilaian kinerja rentabilitas berikutnya adalah melalui perbandingan antara pendapatan yang diperoleh khususnya pendapatan air seperti diuraikan diatas dengan total keseluruhan biaya operasional yang dikeluarkan dalam periode yang sama.

Biaya operasional dalam kegiatan pelayanan air minum (SPAM), jika ditinjau dari fungsi nya terdiri dari biaya unit sumber, biaya pengolahan, biaya transmisi dan distribusi yang kemudian dikategorikan sebagai biaya produksi atau biaya langsung usaha. Sedangkan biaya administrasi dan umum dikategorikan sebagai biaya penjualan atau biaya tidak langsung usaha. Namun secara menyeluruh, biaya operasional tersebut jika di klasifikasikan berdasarkan sifat beban sesuai ketentuan dalam Standar Akuntasi Keuangan Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK_ETAP) adalah terdiri dari :

(31)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) III - 10

c1. Klasifikasi Biaya Operaional – berdasarkan Sifat beban (Rp)

NO BEBAN USAHA 2012 2011 2010

Audited Audited Audited

1 Beban Pegawai 6.322.173.694 5.929.279.093 4.855.347.698

2 Beban Pemeliharaan 1.384.356.758 502.830.974 369.850.992

Beban Bahan Kimia 470.644.600 292.945.681 339.830.100

3 Beban BBM 46.721.785 48.066.100 42.802.000

4 Beban Listrik 1.660.007.900 1.591.209.715 1.181.640.176

Beban Operasi lainnya 66.968.500

5 Beban Penyusutan 6.084.433.392 7.466.307.685 7.835.941.665

6 Beban Penyisihan & Penghapusan piutang 333.179.793

7 Beban Kantor 100.522.368 106.649.768 100.253.665

8 Beban Hubungan Pelanggan

9 Beban Penelitian dan Pengembangan 160.000.000 2.000.000

10 Beban Keuangan 11 Beban Dewan Pengawas

12 Beban Pemantauan Pemilik Modal 13 Beban Sewa

14 Dana representasi Direksi 15 Beban leasing

16 Beban Umum 640.610.537 663.073.635 548.960.361

Jumlah Beban Usaha 17.269.619.328 16.602.362.651 15.274.626.657

Tabel diatas merupakan data mengenai perkembangan biaya operasional selama tahun 2010, 2011 dan 2012 yang di klasifikasikan berdasarkan sifat beban yang dikutif dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh KAP/BPKP.

Dengan melakukan perbandingan antara pendapatan air seperti diuraikan dalam tabel sebelumnya dengan total biaya operasional seperti diuraikan dalam tabel diatas , diharapkan diketahui permasalahan secara lebih teperinci mengenai kinerja penjualan PDAM kabupaten Aceh Besar. Berikut ini merupakan analisa secara umum mengenai perbandingan antara pendapatan air dengan biaya/beban operasional utuk periode 2011, yang telah dilakukan oleh BPKP dalam laporan audit kinerja

a) Struktur Harga Pokok Air ( Full Cost Recovery )

1. Pendapatan air tahun 2011 Rp 9.689.158.336 2. Beban operasional tahun 2011 Rp 17.370.575.151

3. Jumlah m3 air terjual tahun 2011 4.689.908 m3

4. Jumlah m3 air produksi tahun 2011 6.534.792 m3 5. Harga jual air per m3 Rp/m3 9.689.158.336 / 4.689.908 = Rp 2.065,96 6. Harga pokok air Rp/m3 17.370.575.151 / 5.227.833,60 = Rp 3.322,71

( Beban operasional dibagi volume produksi dikurang kebocoran rill maksimal 20%)

(32)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) III - 11

Harga jual air terjual dibandingkan harga pokok air per m3 2.065,96 / 3.322,71 x 100% = 62,18.%

Berdasarkan perhitungan tarif dan harga pokok air diatas dapat diketahui bahwa tarif rata-rata air PDAM Kabupaten Aceh Besar belum mencapai full Cost recovery, hal ini terlihat dari nilai prosentase tarif terhadap harga pokok air terjual masih dibawah 100%, yaitu 62,18%. Hal ini menunjukan bahwa PDAM memberikan subsidi kepada pelanggan sebesar Rp 1.256,75 per m3 dari air yang terjual, sehingga dapat diketahui bahwa rendahnya prestasi PDAM di bidang penjualan salah penyebabnya adalah rendahnya kemampuan tarif air dalam menutup kebutuhan biaya opersional secara menyeluruh.

Pendapatan operasional yang diperoleh melalui penjualan air merupakan pendapatan utama PDAM, mengingat pendapatan tersebut memiliki intensitas yang paling tinggi dibanding pendapatan lainnya seperti pendapatan sambungan baru, pendapatan denda dan pendapatan non air lainnya. Sehingga dengan demikian penetapan tarif air harus dilakukan melalui mekanisme, prosedur dan cara perhitungan yang tepat. Pertimbangan kebutuhan biaya operasional secara menyeluruh harus menjadi fokus utama disamping kemampuan dan kesanggupan masyarakat pelanggan. Kedua pertimbangan tersebut sering kali menjadi kendala dalam penetapan tarif air khususnya berkaitan dengan pencapaian kinerja penjualan yang baik . Langkah yang umum dilakukan sebagai solusi dari permasalahan tersebut adalah melalui penetapan tarif berdasarkan kelompok pelanggan dan blok konsumsi sebagai dasar perhitungan tarif progresif seperti terlihat pada tabel tarif air yang berlaku dibawah ini berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Aceh Besar No. 68 tahun 2012

Salah satu hal terpenting dari kegiatan evaluasi tarif air PDAM ini adalah penetapan tarif ditinjau dari mekanisme dan cara perhitungannya , baik cara perhitungan tarif dasar maupun perhitungan diferensiasinya serta penggunaan formulasi sesuai ketentuan yang diatur dalam Permendagri no.23 tahun 2006. Penjelasan mengenai evaluasi tarif air untuk PDAM kabupaten Aceh Besar secara lebih terperinci ditinjau dari perbandingannya dengan kebutuhan biaya operasional dan faktor-faktor penyebab timbulnya permasalahan diuraikan dalam Bab Analisa .

3.2.6 Tarif Air yang Berlaku

Tarif air yang berlaku di PDAM kabupaten Aceh Besar telah dilakukan penyesuaian sesuai SK Bupati yang terbaru yaitu tahun 2012. Seberapa besar implementasi tarif yang baru ini memberikan dampak positif terhadap kinerja penjualan PDAM, secara umum dapat terlihat berdasarkan laporan audit keuangan tahun 2012. Tarif air ini merupakan penyesuaian dari tarif sebelumnya yang ditetapkan berdasarkan SK Bupati No. 226 tahun 2002.

(33)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) III - 12

Struktur Tarif PDAM Kabupaten Aceh Besar sesuai Keputusan Bupati No.68 tahun 2012

Golongan Pelanggan 0 - 10 M3 11 - 20 M3 21 - 30 M3 31 M3 Ke atas 1 2 3 4 5 A. SOSIAL 1 Sosial Umum 1.000 1.000 1.300 1.300 2 Sosial Khusus 1.000 1.000 1.300 1.300 B. RUMAH TANGGA 1 Rumah Tangga A 1.300 1.675 1.950 2.650 2 Rumah Tangga B 1.675 1.950 2.650 3.300 3 Rumah Tangga C 1.950 2.650 3.300 3.950 C INSTANSI PEMERINTAH 1.950 2.650 3.300 3.950 D NIAGA 1 Niaga kecil 1.950 2.650 3.300 3.950 2 Niaga besar 2.650 3.300 3.950 5.300 E INDUSTRI 1 Industri kecil 2.650 3.300 3.950 5.300 2 Industri besar 3.300 3.950 5.300 6.600 F PELABUHAN 1 Pelabuhan laut 6.600 7.925 9.275 10.550 2 Pelabuhan Sungai 6.600 7.925 9.275 10.550 Perhitungan Progresif

Berdasarkan Klasifikasi Konsumsi Air

3.2.7 Pendapatan Non Air

Aspek yang menunjang kondisi rentabilitas dan likuiditas PDAM selain pendapatan dari hasil penjualan air adalah pendapatan yang berasal danri non air diantaranya adalah pendapatan sambungan baru, pendapatan denda, balik nama penyambungan kembali, penggantian meter air dan lain-lain. Namun dalam kegiatan evaluasi perhitungan tarif FCR ini, pendapatan non air bukan termasuk komponen yang menunjang penguatan tarif FCR sekalipun termasuk faktor yang mendorong penguatan aspek rentabilitas perusahaan salah satu nya terkit penilaian kinerja dari rasio ROE. Berikut ini disajikan tabel data mengenai komponen-komponen yang termasuk pendptan non air untuk periode tahun 2010, 2011 dan 2012.

(34)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) III - 13

Tabel Pendapatan Non Air

NO PENDAPATAN NON AIR 2012 2011 2010

Audited Audited Audited

1 Pendapatan Sambungan Baru 807.502.750 961.206.500 866.297.750

2 Denda Keterlambatan 550.000 3 Balik Nama 1.675.000 4 Penyambungan kembali 1.000.000 1.015.000 775.000 5 Ganti Meteran 7.375.000 825.000 6 Pemasangan Instalasi 7 Pindah Instalasi 8 Pendapatan Jaringan 77.629.353

9 Non Air lainnya 900.000

Jumlah Pendapatan Non Air 895.182.103 962.221.500 869.347.750 JUMLAH PENDAPATAN USAHA 15.619.520.178 11.382.752.836 9.928.784.950

3.3

PDAM KABUPATEN SINJAI

Pelayanan air minum wilayah kota Sinjai dilayani oleh IPA dengan kapasitas total 3 x 20 l/det. Sumber air yang digunakan adalah Sungai Tangka yang mempunyai kapasitas 5.000 l/det.

Secara skematik, sistem pelayanan air minum Kabupaten Sinjai digambarkan sebagai berikut: IPA 1 20 l/det IPA 2 20 l/det IPA 3 20 l/det INTAKE S. Tangka Reservoir 400 m3 Reservoir 50 m3 Daerah Pelayanan Pompa Intake 2 x20 l/det 2 x 30 l/det 2 x 40 l/det Gambar 3.5

(35)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) III - 14

Hasil audit kinerja yang dilakukan oleh BPKP berdasarkan indikator yang dikeluarkan oleh BPPSPAM untuk periode tahun 2010,menyimpulkan bahwa kondisi kinerja PDAM Kabupaten Sinjai tergolong “ Sehat” dengan nilai kinerja sebesar 2,87 .Perhitungan kinerja dan informasi lainnya disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel perhitungan Kinerja tahun Buku 2010

PDAM KABUPATEN SINJAI

TABEL KATEGORI KINERJA

Keterangan Kondisi Nilai INFORMASI TAMBAHAN

A. KEUANGAN

1. Rentabilitas 1 Tarif rata-rata (Rp/m3) 1.527 a. R O E 131,14% 1 2 HPP / Biaya Dasar dengan NRW standar (Rp/m3) 2.700 b. Ratio Operasi 1,66 1 3 HPP / Biaya Dasar dengan NRW Riil (Rp/m3) 2.809 2. Likuiditas 4 HPP Diluar Deprisiasi/Amortisasi dan Biaya Bunga (Rp/m3) 2.133 a. Ratio Kas 11,97% 1 5 Selisih (tarif rata² - HPP dengan NRW Standar) (1.173) b. Efektivitas Penagihan 92,10% 5 6 Selisih (tarif rata² - HPP dengan NRW Riil) (1.282) 3. Solvabilitas 82,63% 1 7 Selisih (tarif rata2 - HPP Diluar Deprisiasi dan Bunga) (605)

Bobot Kinerja - Bidang Keuangan 0,47 8 Biaya pemeliharaan (Rp. 000) 304.733

9 Total Aset Tetap 4.351.708

B. PELAYANAN 10 Total Aset 5.384.596

1.Cakupan Pelayanan 65,15% 4 11 Hutang Lancar (Rp. 000) 4.329.682 2. Pertumbuhan Pelanggan -1,82% 1 12 Hutang Jangka Panjang (Rp. 000) 211.093 3. Tingkat Penyelesaian Pengaduan 99,5% 5 13 Total Equity (1.132.008) 4. Kualitas Air Pelanggan 33,33% 2 14 Laba Bersih Setelah Pajak ( Rp. 000) (1.484.478) 5. Konsumsi Air Domestik 16,72 2 15 Rasio biaya adm. Umum : jmlh pendapatan (%) 70%

Bobot Kinerja - Bidang Pelayanan 0,63 16 Kapasitas Terpasang (L/det) 56

17 Kapasitas Produksi (L/det) 56

C. OPERASI 18 Jumlah Pelanggan (Unit SL) 5.349

1. Effisiensi Produksi 100,00% 5 19 Jumlah Penduduk di wilayah Administrasi ( Jiwa ) 315.359 2. Tingkat Kehilangan air 23,10% 5 20 Jumlah Penduduk di wilayah Pelayanan ( Jiwa ) 74.844 3. Jam Operasi Layanan / hari 20 4 21 Penduduk Terlayani (jiwa) 48.761 4. Tekanan Sambungan Pelanggan 60,00% 4 22 Jumlah Pegawai (orang) 46 5. Penggantian Meter Air 8,34% 2 23 Status Restrukturisasi Hutang (sesuai Permen Keu) Belum disetujui

Bobot Kinerja - Bidang Operasi 1,41

D. SDM

1. Rasio juml peg /1000 plg 9 4 2. Ratio diklat pegawai/peningkatan kompetensi 8,70% 1 3. Biaya Diklat terhadap Biaya Pegawai 1,72% 1

Bobot Kinerja - Bidang SDM 0,36

Total Kinerja 2,87

Sehat

Sumber data :

- Laporan Audit Kinerja BPKP Tahun 2010

Kategori

Berdasarkan tabel hasil penilaian kinerja diatas, permasalahan yang masih terjadi di PDAM kabupaten Sinjai sekalipun dalam kondisi kinerja yang tegolong “sehat” diantaranya adalah menyangkut prestasi rentabilitas perusahaan, hal ini ditunjukan dengan rasio ROE sebesar minus 131,14% dan rasio operasi diatas 1, dengan masing-masing nilai kinerja sebesar 1 .Hal ini mengindikasikan bahwa PDAM kabupaten Sinjai belum memilki prestasi yang baik di bidang penjualan. Demikian pula dengan kondisi kinerja keuangan lainnya yaitu apek likuiditas dan solvabilitas dengan masing-masing nilai 1, terkecuali kinerja efektifitas penagihan dengan nilai kinerja 5. Kondisi kinerja aspek lainnya selain aspek keuangan mulai dari kinerja pelayanan, kinerja operasi dan kinerja SDM secara umum memiliki kinerja yang cukup baik kecuali kinerja SDM.

Untuk memperoleh gambaran mengenai permasalahan yang terjadi secara menyeluruh menyangkut prestasi di bidang penjualan, berikut ini diuraikan data-data hasil kegiatan operasional mulai dari kegiatan produksi, distribusi dan penjualan air dalam satuan volume m3 termasuk tingkat kebocoran yang terjadi, hasil pendapatan dari penjualan air dan non air serta biaya operasional yang diklasifikasikan berdasarkan sifat beban, termasuk tarif yang berlaku berdasarkan SK kepala Daerah No 4 tahun 2011 . Data tersebut dikutip dari

(36)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) III - 15

laporan keuangan audit KAP selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2010, 2011 dan 2012 dan laporan hasil penilaian kinerja oleh BPKP termasuk laporan pendukung nya baik aspek teknis maupun non teknis.

3.3.1 Cakupan pelayanan

Jumlah penduduk yang terlayani oleh PDAM Kbaupaten Sinjai sebesar 48.761 jiwa atau 15,46 % dari jumlah penduduk sebesar 315.359 jiwa. Sedangkan penduduk di wilayah teknis yang terlayani sebesar 48.761 jiwa atau sebesar 65,15 % dari jumlah penduduk yang ada jaringan pipa PDAM sebesar 74.844 jiwa.

3.3.2 Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi terpasang PDAM Kabupaten Sinjai tahun 2010 sebesar 1.750.370 m3. Dari jumlah ini semuanya dapat dimanfaatkan sehingga kapasitas riil adalah sebesar 100 %. Dari kapasitas ini, volume air yang dihasilkan sebesar 1.750.370 m3

3.3.3 Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas (3K) Air

Saat ini PDAM Kabupaten Sinjai belum sepenuhnya dapat memenuhi standar kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Kualitas air belum memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Permenkes n0 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum PDAM. PDAM belum melakukan pengawasan internal atas kualitas air minum sesuai dengan Permenkes no 736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum.

Pemakaian rata-rata pelanggan rumah tangga sebesar 200,600 m3 dalam 1 tahun atau 16,72 m3 dalam 1 bulan atau 16,72 m3/bulan atau 92 lt/org/hari.

Kontinuitas air yang didistribusikan berkisar 20,20 jam per hari. Hal ini belumm memenuhi standar kontinuitas sebesar 24 jam per hari.

3.3.4 Air Tanpa Rekening /Non Revenue Water (NRW) 1. NRW Produksi

Dari volume air yang diproduksi, dihasilkan air sebesar 1.750.370 m3 dan telah didistribusikan ke pelanggan sebesar 1.685.460 m3, atau terdapat NRW produksi sebesar 3,71 % sebesar 64.910 m3.

2. NRW Distribusi

(37)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) III - 16

dijual ke pelanggan sebesar 1.296.110 m3, sehingga NRW sebesar 23,10 %. Hal ini disebabkan karena water meter pelanggan yang rusak dan jaringan perpipaan distribusi yang sudah tua/keropos..

Upaya PDAM untuk mengurangi NRW ini adalah dengan memperbaiki kebocoran dan merehabilitas perpipaan

3.3.5 Kinerja Penjualan PDAM Kabupaten Sinjai

Pencapaian kinerja bidang penjualan dalam setiap perusahaan, merupakan salah satu faktor utama yang perlu di cermati dan dievaluasi secara intensif dalam setiap periode nya, tidak terkecuali kinerja penjualan yang dicapai oleh Perusahaan Derah Air Minum (PDAM),dalam hal ini PDAM kabupaten Sinjai. Evaluasi tersebut dipandang sangat penting mengingat kegiatan penjualan merupakan kegiatan yang berkaitan secara langsung dengan kegiatan pelayanan kepada masyarakat khususnya masyarakat pelanggan sehingga permasalahan permasalahan yang mungkin terjadi harus dapat diidentifikasi sedini mungkin, untuk dicari solusi penyelesesaiannya demi menjaga kelancaran dan kontinuitas kegiatan.

Permasalahan yang sering terjadi di PDAM terkait aspek penjualan diantaranya adalah menyangkut produksi dan distribusi air kepada pelanggan.Berikut ini disajikan data mengenai perkembangan produksi, distribusi dan penjualan air dalam satuan volume (m3) untuk PDAM Kabupaten Sinjai selama 3 tahun terakhir mulai tahun 2010, 2011 dan 2012.

c. Data Produksi dan Distribusi air (m3)

NO PRODUKSI & DISTRIBUSI AIR (M3) 2012 2011 2010

1 Produksi Air 1.701.856 1.780.209 1.750.370

2 Distribusi Air 1.640.723 1.715.029 1.685.460

4 Penjualan Air 1.266.429 1.320.825 1.296.110

5 Kehilangan Air 374.294 394.204 389.350

6 Kehilangan Air (%) 22,81% 22,99% 23,10%

Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa kinerja produksi dan penjualan air mengalami fluktuasi, yaitu kenaikan ditahun 2011 dan penurunan di tahun 2012 dibanding tahun sebelumnya. Namun fluktuasi tersebut tidak menyebabkan penurunan pendapatan air bahkan sebaliknya

(38)

Pendampingan PDAM dalam rangka Penyusunan Tarif Full Cost Recovery (PC 4) III - 17

d. Pendapatan Air (Rp)

NO PENDAPATAN AIR 2012 2011 2010

Un-Audit Un-Audit Audited

1 Harga Air 4.130.042.650 4.081.697.000 1.731.946.150

2 Jasa Administrasi 206.844.000 192.616.500 172.192.500 3 Jasa Pemeliharaan 323.301.000 315.823.500

4 Mobil Tanki / terminal air 92.970.000 71.944.500 75.510.000 Jumlah Pendapatan Air 4.753.157.650 4.662.081.500 1.979.648.650

Faktor yang mendorong peningkatan pendapatan ditahun 2011 dan 2012 adalah penyesuaian tarif. Dengan demikian, berdasarkan data produksi dan pendapatan air diatas, faktor penyebab terjadinya permasalahan menyangkut aspek rentabilitas seperti hasil penilaian kinerja BPKP tidak nampak bila ditinjau dari aspek tersebut.

Berikut ini disajikan data mengenai klasifikasi pendapatan air berdasarkan kelompok pelanggan sebagai informasi tambahan mengenai perolehan hasil pendapatan air untuk periode tahun 2011.

Jumlah pendapatan air PDAM kabupaten Sinjai untuk tahun 2011 sebesar Rp. 1,9 milyar yang dirinci per kelompok tarif sebagai berikut :

b.1 Klasifikasi Pendapatan Air (Rp)

No Kelompok Pemakaian Jumlah Pendapatan

Tarif Air per m3 Air ( Rp)

1 Rumah Tangga 926.178 1.573.218.715,83 2 Sosial 15.452 15.171.546,20 3 Usaha 39.450 39.671.709,00 4 Industri 988 341.719,56 5 Instansi Pemerintah / TNI 54.391 55.096.451,27 6 HU/MCK/TA 24.980 25.023.715,00 7 Lain-lain 234.671 271.124.793,14 Jumlah 1.296.110 1.979.648.650 d. Biaya Operasional

Kajian aspek rentabilitas lainnya adalah efektivitas dalam perolehan pendapatan dan kemampuan manajemen perusahaan dalam menjaga tingkat efisiensi biaya operasional. Tinjauan mengenai biaya operasional SPAM sesuai fungsi nya adalah terdiri dari biaya unit sumber, biaya pengolahan, biaya transmisi dan distribusi yang kemudian dikategorikan sebagai biaya produksi atau biaya langsung usaha. Sedangkan biaya administrasi dan umum dikategorikan sebagai biaya penjualan atau biaya tidak langsung usaha. Namun secara menyeluruh, biaya operasional tersebut jika di klasifikasikan berdasarkan sifat beban sesuai ketentuan dalam Standar Akuntasi Keuangan Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK_ETAP) adalah terdiri dari :

Gambar

Diagram Alir Perhitungan Biaya Variabel (Rp/m3)
Diagram Alir Perhitungan Biaya Variabel (Rp/m3)
Diagram Alir Perhitungan Biaya Variabel (Rp/m3)
Diagram Alir Perhitungan Biaya Variabel (Rp/m3)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saran untuk penelitian ini adalah adanya penelitian lebih lanjut dengan MTMS-nanosilika-nanotitania yang dilapiskan pada batu andesit dengan variasi pelapisan

Metode item-based collaborative filtering pada penelitian ini menggunakan perhitungan adjusted cosine similarity untuk menghitung nilai kemiripan antarbuku dan weighted sum

Pemberian kombinasi pupuk hayati dengan pupuk organik cair memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter yang diamati (persentase bobot pucuk peko, rasio

mentalitas, kokoh sipritualitas, kuat kompetensi, menjadi motivator, dinamisator dan pengerak terdepan dalam perubahan menuju kehidupan yang lebih bermartabat. Pemuda santri

Dengan penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran kebutuhan berprestasi seorang dosen akuntansi dipengaruhi oleh tiga teori kebutuhan profesionalisme yang disampaikan

Sam Ratulangi 11 14316022011208 DEFRIZON SMPS MONDIAL Kota Batam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Hotel Rina, Jl M Yatim I A Pasar Bawah 12 14316002711883 DIAN PANCAWATI SDS

Oleh karena uji aktivitas yang dilakukan pada beberapa katalis heterogen berbasis silika sekam padi sebelumnya khususnya pada reaksi transesterifikasi masih

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan sistem pengendalian intern dan prosedur pembelian dan pengelolaan persediaan suku cadang pada PT KIA Mobil Indonesia Cabang Sunter